Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PEMODELAN STRUKTUR

5.1 Umum
Analisa struktur utama mencakup struktur bagian atas (Upper Structure)
yang terdiri dari balok, kolom dan plat beton bertulang. Struktur gedung akan
dianalisis secara tiga dimensi dengan bantuan program komputer ETABS 2016.

Gambar 5.1 Pemodelan Struktur di ETABS(3D)


A

C C

B B

Gambar 5.2 Konfigurasi Struktur Lantai Tipikal tampak atas

81
82

Gambar 5.3 Potongan Portal A-A

Gambar 5.4 Potongan Portal B-B

Gambar 5.5 Potongan Portal C-C


83

5.2 Reduksi Kekakuan Penampang

Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 10.10.4, reduksi momen inersia


penampang beruto diambil sebagai berikut

Tabel 5.1 Element Modifier

JENIS ELEMEN REDUKSI KEKAKUAN REDUKSI KEKAKUAN


STRUKTUR LENTUR TORSIONAL

Balok 0,35 0,2


Kolom 0,7 0,3

5.3 Pemodelan Balok


Berikut adalah tabel Balok yang akan dimodelkan sesuai dengan hasil dari
preliminary desain

Tabel 5.2 tabel dimensi balok

Hmin H pakai B min B pakai


Nama Status L(mm)
(mm) (mm) (mm) (mm)

B1 Induk 8000 432 700 350 350


B1 Induk 7700 416 700 350 350
B2 Induk 4400 238 600 300 300
BA1 anak 8000 432 500 250 250

5.4 Pemodelan Kolom


Perancangan bangunan ini menggunakan empat tipe dimensi kolom
dengan perbedaan dimensi tiap lantai. Kolom dimodelkan sebagai frame dan
ujung-ujung kolom didisain jepit-jepit. Pada elemen kolom momen inersia efektif
kolom direduksi hingga 70% dari momen inersia awal untuk memperhitungkan
keretakan beton akibat gempa. Torsi juga direduksi sebesar 25% untuk
menyeimbangkan nilai reduksi terhadap inersia elemen struktur. Berikut tabel
elemen kolom yang telah didisain.
84

Tabel 5.3 dimensi kolom

dimensi sisi kolom


LOKASI TIPE
mm
lantai 4 1 500
lantai 3 2 500
lantai 2 3 600
lantai 1 4 700
basement 5 800

5.5 Pemodelan Plat lantai


Pemodelan awal plat satu arah mengunakan perangkat lunak ETABS 2016
dengan memodelkan sebagai slab dengan tipe shal-thin. Berdasarkan hasil
preliminary design, tebal pelat yang digunakan adalah 150 mm untuk pelat lantai
kendaraan dan 120 mm untuk pelat lantai kantor dan atap. Pada elemen pelat
momen inersia efektif kolom direduksi hingga 25% dari momen inersia awal
untuk memperhitungkan keretakan beton akibat gempa. Torsi juga direduksi
sebesar 25% untuk menyeimbangkan nilai reduksi terhadap inersia elemen
struktur.
5.6 Pemodelan Tangga
Tangga merupakan elemen yang juga ikut menerima kekekuan sehingga
perlu dimodelkan sebagai pelat miring. Untuk mengindari pengaruh adanya pelat
miring tangga terhadap kinerja respons struktur secara keseluruhan, tangga
direncanakan duduk diatas perletakan yang dapat bergerak bebas saat terjadi
gempa. Penambahan berat struktur akibat adanya tangga akan diakomodasi
dengan pemberian reaksi perletakan tangga sebagai beban garis pada balok-balok
tangga.
Dari perencanaan tangga didapat reaksi pada ujung tangga sebesar
14,45kN. Secara pendekatan, beban tersebut didistribusikan merata di balok
tangga. Sehingga beban pada balok tangga = 14,45 x 1,5 = 21,67 kN/m.
85

5.7 Pemodelan balok Penumpu Mesin Lift


berikut adalah beban pada balok-balok lift yang akan di modelkan dalam program
ETABS
62000 N 62000 N

balok penggontrol(30/60)

Gambar 5.6. Pembebanan pada Balok Pengatrol Mesin lift penumpang

62000 N
balok penggontrol(30/60)

Gambar 5.7. Pembebanan pada Balok Pengatrol Mesin lift barang

28150 N 28150 N 28150 N 28150 N

balok penumpu depan(30/60)

Gambar 5.8. Pembebanan pada Balok penumpu depan Mesin lift penumpang

20651 N 20651 N 20651 N 20651 N

balok penumpu belakang(30/60)

Gambar 5.9. Pembebanan pada Balok penumpu belakang Mesin lift penumpang

28150 N 28150 N

balok penumpu depan(30/60)

Gambar 5.10. Pembebanan pada Balok penumpu depan Mesin lift barang
86

20651 N 20651 N

balok penumpu belakang(30/60)

Gambar 5.11. Pembebanan pada Balok penumpu belakang Mesin lift penumpang

5.7 Pembebanan
Jenis-jenis beban yang di pakai dalam analisa struktur adalah:
 Dead load : berat sendiri struktur,
 Live Load: beban hidup struktur, dan
 Superimpose Dead Load : semua beban mati tambahan seperti
dinding, ME, kaca atau gondola
Berikut adalah kombinasi pembebanan yang diaplikasikan pada struktur tahan
gempa, sesuai dengan SNI 1726-2002 dan SNI 1726-2012:
Tabel 5.4 Kombinasi Pembebanan SNI 1726-2002
kombinasi DL LL Ex Ey
COMB 1 1,4
COMB 2 1,2 1,6
COMB 3 1,2 1 1 0,3
COMB 4 1,2 1 -1 0,3
COMB 5 1,2 1 -1 -0,3
COMB 6 1,2 1 1 -0,3
COMB 7 1,2 1 0,3 1
COMB 8 1,2 1 0,3 -1
COMB 9 1,2 1 -0,3 -1
COMB 10 1,2 1 -0,3 1
COMB 11 0,9 1 0,3
COMB 12 0,9 -1 0,3
COMB 13 0,9 -1 -0,3
COMB 14 0,9 1 -0,3
COMB 15 0,9 0,3 1
COMB 16 0,9 0,3 -1
COMB 17 0,9 -0,3 -1
COMB 18 0,9 -0,3 1
87

Tabel 5.5 Kombinasi Pembebanan SNI 1726-2012


kombinasi DL LL Ex Ey
COMB 1 1,4
COMB 2 1,2 1,6
COMB 3 1,2056 1 1 0,3
COMB 4 1,2056 1 -1 0,3
COMB 5 1,2056 1 -1 -0,3
COMB 6 1,2056 1 1 -0,3
COMB 7 1,2056 1 0,3 1
COMB 8 1,2056 1 0,3 -1
COMB 9 1,2056 1 -0,3 -1
COMB 10 1,2056 1 -0,3 1
COMB 11 0,8944 1 0,3
COMB 12 0,8944 -1 0,3
COMB 13 0,8944 -1 -0,3
COMB 14 0,8944 1 -0,3
COMB 15 0,8944 0,3 1
COMB 16 0,8944 0,3 -1
COMB 17 0,8944 -0,3 -1
COMB 18 0,8944 -0,3 1

Dimana :
DL : Berat sendiri struktur + Superimposed Dead Load
LL : Beban Hidup
EQx : Beban Gempa Arah x
EQy :Beban Gempa Arah y
5.7.1 Beban Gravitasi

Beban Gravitasi yang dibebankan pada analisis struktur meliputi berat


sendiri struktur, beban mati tambahan (superimpose dead load), dan beban hidup.
Berikut adalah penjabaran besarnya beban yang diaplikasikan pada struktur :
1. Beban sendiri struktur
Berat sendiri struktur di hitung otomatis oleh program ETABS 2016.
2. Beban mati tambahan
- finishing pelat lantai spesi 4cm
q1 = 0,04 x 21 = 0,84 kN/m2
- Berat MEP
q2 = 0,4 kN/m2
88

- Berat plafon dan penggantung


q3 = 0,3 kN/m2
- Berat beban mati tambahan merata
Sidl = q1+q2+q3 = 0,8 +0,4+0,3 =1,5 kN/m2
- Berat dinding penghalang kendaraan tebal 150 mm dan tinggi =1,1m
q3 = 0,15 x 1,1 x 24 = 3,96 kN/m di pasang di sepanjang tepi
bangunan dan ramp.
3. Beban Hidup
- Beban hidup untuk lantai parkir = 4 kN/m2
- Beban hidup untuk lantai atap dan kantor = 3 kN/m2
- Beban hidup untuk tangga dan ramp =5 kN/m2

Tabel 5.6 Resume Pembebanan Gravitasi Struktur


Live
Superimpose Dead Load
Lantai Fungsi Load
kN/m2 kN/m2
food court 3 1,75
roof top
ruang mesin 1 5
kantor 3 1,75
parking Space 4 1,5
lantai 4
tangga 5 0,5
ramp 4 0,5
parking Space 4 1,5
lantai 1-3 tangga 5 0,5
ramp 4 0,5
dinding penahan kendaraan 3,96

5.7.2 Klasifikasi Situs

Dalam SNI 1726-2002 dan SNI 03-1726-2012 menyebutkan bahwa


klasifikasi situs dilakukan untuk memberikan kriteria desain seismik berupa
faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Dengan mengacu pada data hasil boring
tanah (SPT) pada lokasi rencana konstruksi, diperoleh nilai N SPT sebesar 3,91
hingga lapisan tanah 30 meter dari permukaan.
89

Tabel 5.7 Perhitungan nilai SPT rata-rata

Tebal Nilai
Lapis
Lapisan, N-
ke-
di (m) SPT

0 0 0 0
1 11 0 0
2 4 1 4
3 6 2 3
3,91
4 4 7 0,57
5 2 41 0,05
6 3 51 0,06
∑ 30 7,68
Maka tanah pada lokasi bangunan ini diklasifikasikan dalam kelas situs SE
atau tanah lunak.
5.7.3 Beban Gempa Berdasarkan SNI 1726-2002
Berdasarkan SNI 1726-2002, untuk menentukan desain respon spektrum,
dapat dilihat berdasarkan wilayah gempanya dan jenis tanah. Kota Pontianak
termasuk kedalam kategori zona gempa 1 dengan percepatan puncak batuan dasar
sebesar 0,03g dengan situs tanah lunak.
Wilayah Gempa 1 0.50 Wilayah Gempa 2
0.50
C= (Tanah lunak)
T
0.23
0.38 C= (Tanah sedang)
T
0.20
C= (Tanah lunak) 0.15
T 0.30 C= (Tanah keras)
T
0.08
C C= (Tanah sedang) C
T
0.20 0.20
0.05
C= (Tanah keras) 0.15
0.13 T
0.10 0.12
0.08
0.05
0.04

0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0 0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0
T T

Wilayah Gempa 3 0.85 Wilayah Gempa 4


spektrum response design kota pontianak (
0.75
0.75 C=
0.85
(Tanah lunak)
C= (Tanah lunak) 0.70 T
situs SE) SNI 1726-2002 T

C=
0.42
(Tanah sedang)
0.33 0.60 T
C= (Tanah sedang)
0.55 T
0.30
C= (Tanah keras)
0.23 T
0.45 C= (Tanah keras)
0.207 T
C C
0.34
0.30 0.28
0.157 0.23
0.24
sa

0.18

0.107

0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0 0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0
0.057
T T

0.007
0 0.90
0.5 1 1.5 t Gempa
Wilayah 2 5 2.50.95
0.90
3 3.5 Wilayah Gempa 6
0.83 0.90
C= (Tanah lun ak) 0.83 0.95
Gambar 5.12 Respons Spektra Kota Pontianak Berdasarkan SNI 1726- T

0.50
C=
T
(Tanah lun ak)

0.70 C= (Tanah sedang) 0.54


C= (Tanah sedang)
T
2002 0.35 C=
T
0.42
(Tanah keras)
C C=
T
(Tanah keras) C T

0.36 0.38
0.32 0.36
0.33
0.28

0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0


0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0
T T
90

Konstanta-konstanta berdasarkan sistem penahan gaya gempa berdasarkan SNI


1726-2002 adalah sebagai berikut

Tabel 5.8 koefisien sistem penahan gaya gempa


koefisien sistem penahan gaya gempa
sistem pemikul momen biasa
koefisien modifikasi respon R 3,5
faktor keutamaan gempa I 1

Tahap pertama dalam analisis respons spektra adalah perhitungan factor skala.
Factor skala dapat dihitung dengan rumus berikut ini
𝑔𝑥𝐼
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 =
𝑅
Keterangan :
g : percepatan gravitasi (m/s2)
I : faktor keutamaan gempa
R : faktor koefisien modifikasi
9,81 𝑥 1
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 =
3,5
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 2,802
Tahap selanjutnya yaitu pengecekan gaya geser dasar akibat beban dinamik tidak
boleh kurang dari 80% gaya geser dasar akibat beban statik.

5.7.4 Beban Gempa Berdasarkan SNI 1726-2012

Dalam pemodelan gedung ini, akan dilakukan analisa linier dinamis


dengan respons spektrum analysis untuk pembebanan gempa. Parameter
percepatan terpetakan (Ss dan S1) bersumber dari aplikasi desain spektra
Indonesia (PUSKIM & PPMB-ITB) dengan kemungkinan 2% terlampaui dalam
50 tahun.

Untuk kota Pontianak, diketahui beberapa parameter sebagai berikut :

 Klasifikasi Situs Tanah SE(Tanah Lunak)


 Percepatan Batuan Dasar Pada Periode Pendek Ss : 0,017
 Percepatan Batuan Dasar Pada Periode 1 Detik S1: 0,022
 Factor Amplifikasi Getaran Untuk Periode Pendek Fa : 2,5
91

 Factor Amplifikasi Getaran Untuk Periode 1 Detik Fv: 3,5


 Parameter Spectrum Respons Percepatan Pada Periode Pendek Sms : 0,041
 Parameter Spectrum Respons Percepatan Pada Periode 1 Detik Sm1 : 0,075
 Parameter Percepatan Spectral Disain Untuk Periode Pendek Sds : 0,028
 Parameter Percepatan Spectral Disain Untuk Periode 1detik SD1 : 0,05
Berikut adalah tabel simpulan parameter-parameter gempa yang digunakan

Tabel 5.9 Parameter Gempa Disain Spektra


TANAH LUNAK (SE)
Ss (g) 0,017
S1 (g) 0,022
Fa 2,5
Fv 3,5
Sms (g) 0,041
Sm1 (g) 0,075
SDS (g) 0,028
SD1 (g) 0,05
T0 (detik) 0,364
Ts (detik) 1,818
Berikut adalah respons spektra disain yang akan digunakan dalam
pembebanan gempa
spektrum response design kota pontianak ( situs
SE) SNI 1726-2012
0.032

0.027

0.022
sa

0.017

0.012

0.007
0 0.5 1 1.5 2t 2.5 3 3.5 4

Gambar 5.13 Respons Spektra Kota Pontianak berdasarkan SNI 1726-2012


Untuk penentuan kategori design sismik berdsarkan parameter respons
percepatan, didasarkan pada Tabel.6 dan table.7 pada pasal 6.5 SNI-1726-2012.
Bangunan dapat dikategorikan sebagai berikut
Tabel 5.10 kategori desain sismik berdasarkan parameter respons percepatan pada
periode pendek
92

Tabel 5.11 kategori desain sismik berdasarkan parameter respons percepatan pada
periode 1 detik

Sehingga berdasarkan tabel diperoleh bahwa bangunan ini berada pada Kategori
Disain Sismik A.

Konstanta-konstanta berdasarkan sistem penahan gaya gempa berdasarkan tabel 9


SNI 1726-2012 adalah sebagai berikut

Tabel 5.12 koefisien sistem penahan gaya gempa


koefisien sistem penahan gaya gempa
sistem pemikul momen biasa
koefisien modifikasi respon R 3
faktor keutamaan gempa I 1
faktor kuat lebih Cd 2,5
faktor pembesaran defleksi Ω○ 3

Tahap pertama dalam analisis respons spektra adalah perhitungan factor skala.
Factor skala dapat dihitung dengan rumus berikut ini
𝑔𝑥𝐼
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 =
𝑅
Keterangan :
g : percepatan gravitasi (m/s2)
I : faktor keutamaan gempa
R : faktor koefisien modifikasi
9,81 𝑥 1
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 =
3
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 3,27
Tahap selanjutnya yaitu pengecekan gaya geser dasar akibat beban dinamik tidaak
boleh kurang dari 85% gaya geser dasar akibat beban statik.

Anda mungkin juga menyukai