Disusun Oleh:
Anjarwati, S.Kep NIM. 194691920006
Devi Agustin, S.Kep NIM. 194691920011
Devi Kharismawati, S.Kep NIM. 194691920012
Nor Diana, S.Kep NIM. 194691920029
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan
kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari pihak
keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien serta
keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa, mengenai masalah yang
sedang dihadapi oleh klien dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organisation
(WHO), Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan dimana seseorang
yang terbebas dari gangguan jiwa dan memiliki sifat positif untuk
menggambarkan tentang kedewasaan seta kepribadiannya. Menurut
data WHO pada tahun 2016, terdapat sekitar 35 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia,
serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai
faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa tersu bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia jangka panjang (Kemenkes RI, 2016).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES
RI) tahun 2013, gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah
kesehatan global bagi setiap negara tidak hanya di Indonesia saja.
Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa
psikotik/skizofrenia saja tapi kecemasan, depresi dan penggunaan
Narkota Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) juga menjadi
masalah gangguan jiwa. Indonesia mengalami peningkatan jumlah
penderita gangguan jiwa cukup banyak diperkirakan prevalensi
gangguan jiwa berat dengan psikosis/skizofrenia di Indonesia pada
tahun 2016 adalah 1.728 orang. Proporsi rumah tangga yang pernah
3
B. Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan
klien selama diruang Intensif Wanita RSJ Sambang Lihum
Kalimantan Selatan.
2. Memvalidasi data dan melengkapi data yang diperoleh
dari klien dan dokumentasi medik tentang:
a. Alasan Klien dirawat di Rumah Sakit
b. Riwayat Keluarga
c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
d. Genogram Keluarga
e. Persepsi Keluarga Terhadap Penyakit yang diderita klien
f. Harapan keluarga terhadap klien
g. Tindakan yang dilakuan keluarga
3. Melakukan implementasi keperawatan yang berkaitan
dengan diagnosis keperawatan dan lima tugas fungsi keluarga.
a. Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan klien
mengalami gangguan jiwa.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan dalam
melakukan perawatan terhadap klien.
c. Keluarga dapat merawat klien di rumah
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan fasilitas yang
terapeutik dalam merawat klien
e. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat untuk merawat kesehatan klien.
f. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga sesuai
dengan masalah yaitu ditemukan saat pengkajian
g. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi klien di rumah sakit
dan melanjutkan tindakan keperawatan
h. Mengkaji keadaan rumah dan lingkungan sekitar
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kasus (masalah utama)
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2.2 Proses terjadinya masalah
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damayanti, M., & Iskandar, 2012)
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya
rangsangan dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang
khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan
mental penderita yang teresepsi (Yosep, 2014).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola
stimulus yang datang disertai gangguan respon yang kurang,
berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Keliat, B. A,
2015).
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Yusuf (2015), faktor predisposisi pasien dengan
halusinasi adalah:
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga yang
menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stres.
8
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungannya
sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stres yang berlebihan dialami oleh seseorang maka
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres yang
berkepanjangan dapat menyebabkan teraktivasinya
neurotransmiter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh
oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh terhadap
penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Perilaku
Respon pasien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan
bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata. Menurut
9
D. Rentang Respon
Adapun rentang respon pada halusinasi, yaitu (Damayanti, M, &
Iskandar, 2012) :
E. Klasifikasi Halusinasi
Menurut (Yosep, 2014) halusinasi terdiri dari delapan jenis.
Penjelasan secara detail mengenai Klasifikasi dari setiap jenis
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
13
Isolasi sosial
Causa
Gambar 2.2 Pohon Masalah
Data Subjektif :
- Menyatakan kesal
- Menyatakan senang dengan suara-suara
Data Objektif :
- Menyendiri
- Melamun
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif : Pasien mengatakan saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif : Pasien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal
kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
PERENCANAAN
NO DX INTERVENSI
Tujuan Kriteria hasil
1 Halusinasi TUM : pasien Pasien mampu SP 1
dapat membina hubungan 1. Bina hubungan saling
mengontrol salin percayadengan percaya.
halusinasi yang perawat dengan 2. Salam terapeutik.
di alaminya kriterial hasil : 3. Perkenalkan diri
1. Membalas sapaan 4. Jelaskan tujuan
TUK perawat interaksi.
1 : Pasien 2. Eksperi wajah 5. Buat kontrak yang jelas.
dapat membina bersahabat & 6. Menerima pasien apa
hubungan senang. adanya.
saling percaya 3. Ada kontak mata, 7. Kontak mata positif.
dengan jabatangan 8. Ciptakan lingkungan
perawat. 4. Mau menyebut yang terapeutik.
nama dan pasien 9. Dorong pasien dan beri
mau duduk kesempatan untuk
berdapingan mengungkapkan
dengan perawat perasaannya.
5. Pasien mau 10. Dengarkan ungkapan
mengutarakan pasien dengan rasa
masalah yang di empati.
hadapi.
SP 2
2: pasien dapat Pasien mampu
mengenali mengenal 1. Adakan kontak secara
halusinasinya halusinasinya dengan sering dan singkat.
kriterial hasil : 2. Observasi tingkah laku
1. Pasien dapat verbal dan non verbal
menyebutkan pasien yang terkait
Jenis, Isi, Waktu, dengan halusinasi (sikap
Frekuensi, seperti mendengarkan
Perasaan, sesuatu, bicara atau
2. Situasi dan tertawa sendiri, terdiam
kondisi yang di tengah – tengah
menimbulkan pembicaraan).
halusinasi, 3. Terima halusinasi
3. Responnya saat sebagai hal yang nyata
mengalami bagi pasien dan tidak
halusinasi. nyata bagi perawat.
4. Identifikasi bersama
pasien tentang waktu
5. munculnya halusinasi,
isi halusinasi dan
frekuensi timbulnya
halusinasi.
6. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
18
perasaannya ketika
halusinasi muncul.
7. Diskusikan dengan
pasien mengenai
perasaannya saat terjadi
halusinasi.
3: pasien dapat 1. Pasien dapat SP 3
mengendalikan mengidentifikasi 1. Identifikasi tindakan
halusinasinya tindakan yang di pasien yang positif.
lakukan untuk 2. Beri pujian atas tindakan
mengendakikan pasien yang positif.
halusinasi. 3. Bersama pasien
2. Pasien dapat rencanakan kegiatan
menunjukan cara untuk mencegah
baru untuk terjadinya halusinasi.
mengontrol 4. Diskusikan ajarkan cara
halusinasi. mengatasi halusinasi.
5. Dorong pasien untuk
memilih cara yang
disukai untuk
mengontrol halusinasi.
6. Beri pujian atas pilihan
pasien yang tepat.
7. Dorong pasien untuk
melakukan tindakan
yang telah dipilih.
SP I SP I
1. Identifikasi halusinasi : - Mendiskusikan masalah yang
dengan mendiskusikan isi, dirasakan keluarga dalam
frekuensi, waktu, terjadi merawat px
situasi pencetus, perasaan - Menjelaskan pengertian
dan respon halusinasi, tanda dan gejala
2. Jelaskan cara mengontril serta proses terjadinya
halusinasi : hardik, obat, halusinasi
bercakap-cakap, melakukan - Menjelaskan cara merawat px
kegiatan. dengan halusinasi
3. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
menghardik
4. Masukan pada jadwal SP II
kegiatan untuk latihan - Melatih keluarga
menghardik mempraktekkan cara merawat
px dengan halusinasi
SP II
1. Evaluasi menghardik, beri
pujian.
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
3. Jelaskan pentingnya SP III
penggunaan obat pada - Melatih keluarga melakukan
gangguan jiwa cara merawat langsung
4. Jelaskan akibat jika obat kepada px dengan halusinasi
tidak diminum sesuai
program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukkan pada jadwal SP IV
20
BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH
16 Tn. T 42 F.20
15 Tn. M 40 F.20
16 Tn. M 26 F.20
17 Ny S 39 F.20
18 Ny R 48 F.20
19 Tn. S 23 F.20
20 Tn. R 31 F.20
21 Tn. S 24 F.20
22 Ny N 21 F.20
23 Ny W 47 F.20
24 Tn. G 42 F.20
25 Tn. A 27 F.20
26 Tn. D 27 F.20
27 Ny N 28 F.20
28 Tn. H 19 F.20
29 Ny M 45 F.20
30 Tn. U 60 F.20
31 Tn. R 20 F.20
32 Ny S 29 F.20
33 Tn. H 28 F.20
34 Tn. N 18 F.20
35 Ny N 62 F.20
36 Ny F 28 F.20
37 Ny H 33 F.20
38 Tn. A 28 F.20
39 Ny K 36 F.20
40 Tn. A 42 F.20
41 Ny R 47 F.20
42 Tn. A 28 F.20
43 Tn. MA 28 F.20
44 Tn. A 16 F.20
45 Ny J 40 F.20
46 Ny K 36 F.20
47 Tn. R 37 F.20
48 Ny M 24 F.20
27
Hambawang
20 Jati Baru 2002 3 102 105
21 Tambangan 632 1 32 33
22 Munggu Raya 582 1 30 31
Jumlah 37064 52 1890 1942
terjadwal, dan minum obat teratur, pasien mampu minum obat secara
mandiri ketika diberikan oleh perawat dan pasien mengungkapkan
ingin bertemu keluarganya
1. Genogram
26 th
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki (meninggal)
: perempuan (meninggal)
: tinggal serumah
: pasien
: Bercerai
Jelaskan: pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara. Pasien bercerai dengan
suami yang kedua, pasien sekarang tinggal bersama sepupu, bibi dan
pamannya yang merupakan kakak ke 4 dari ibunya, ayah dan ibu
pasien sudah meninggal dunia. Ayah merupakan anak ke 2 dari 3
bersaudara. Ibu merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara. Kakek dan
nenek dari orang tua ayah dan ibu sudah meninggal dunia
c. Psikososial dan Lingkungan
1. Psikososial
semenjak sakit klien sering mengamuk, telanjang, jalan keluyuran,
dan tertawa sendiri dan berbicara sendiri
2. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni Ny. W adalah rumah orang tua dengan
panjang 6 m2 lebar 4 m2. Rumah terdiri terdiri dari dapur, ruang
tamu, kamar 2, kamar mandi dan WC. Bangunan rumah terbuat
dari kayu dan tidak permanen. Sinar matahari yang masuk
cukup menerangi, kebersihan rumah cukup baik, air minum
sehari-hari menggunakan air galon dan untuk mandi dan
mencuci menggunakan air PDAM. Keluarga pasien mengatakan
merasa nyaman dengan keadaan rumah yang dihuninya saat
ini.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Pasien tinggal di daerah padat penduduk, mayoritas bersuku
banjar dan bekerja sebagai pedagang kemabang. Bibi pasien
mengatakan tetangga sekitar ramah dan sering berinteraksi
dengan keluarga.
3) Mobilitas geografis keluarga.
Jenis transportasi yang digunakan adalah sepeda motor pribadi
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan Masyarakat
Keluarga sering berkumpul di warung sebelah rumah pasien.
Komunikasi terjaga baik, ketika tetangga ditanya dimana tempat
pasien, tetangga menunjukkan rumah pasien saat ada yang
berkunjung.
d. Persepsi Keluarga tentang Penyakit pasien
Keluarga pasien mengatakan penyakit pasien diakibatkan oleh pasien
mengalami banyak pikiran akibat ada laki-laki yang ingin melamar tiba-
tiba tidak jadi
e. Support Sistem dalam Keluarga
Keluarga mendukung penuh tentang kesehatan pasien pada
saat di RSJ Sambang Lihum. Keluarga juga mengatakan sangat
menyayangi pasien dan memberikan dukungan atas kesembuhan
pasien.
f. Usaha-Usaha yang Dilakukan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan usaha yang dilakukan keluarga
yaitu keluarga langsung pergi ke puskesmas karena jarak rumah dan
puskesmas hanya + 100 meter dan apabila dari puskesmas tidak
dapat tertangani maka pasien dibawa ke RSJ unuk rawat jalan dan
rawat inap
3.3 Pengetahuan Keluarga Menurut 5 tugas Keluarga
a. Keluarga dapat Mengenali Masalah yang Dapat Menyebaban Pasien
Kambuh
Keluarga pasien mengatakan hal yang membuat pasien kambuh
adalah jika terjadi masalah yang membuat pasien banyak pikiran dan
dan kemudian pasien mengalami frustasi
b. Keluarga dapat Mengambil Keputusan dalam Melakukan Perawatan
terhadap Pasien
Keluarga mengatakan pengambil keputusan adalah kaka pasien. Kaka
pasien mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan dengan
baik dengan membawa pasien ke Rumah Sakit.
c. Kemampuan Keluarga Merawat Angota yang Sakit
Kemampuan keluarga kurang mengetahui cara merawat anggota
keluarga yang sakit dirumah sehingga apabila ada yang sakit langsung
dibawa ke Puskesmas.
d. Keluarga Dapat Memodifikasi Lingkungan yang Terapeutik Dalam
Merawat Pasien
Keluarga pasien mengatakan apabila pasien kambuh dan paman
pasien tidak mampu lagi untuk menanganinya seorang diri, paman
pasien memutuskan untuk meminta tolong warga sekitar untuk
melaporkan ke puskesmas terdekat agar pasien dapat dibawa dengan
ambulance untuk segera dibawa ke RSJ.
b. Tahap Kerja
Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)
1. Diskusikan masalah keluarga yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
“Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat Ny. W
? Apa yang ibu lakukan ? Baik bu ,saya akan coba jelaskan
tentang halusinasi penglihatan yang dirasakan oleh Ny. W
mungkin ibu juga sudah mengetahuinya terlebih dahulu
dan hal–hal yang perlu diperhatikan. “Bu, halusinasi yaitu
mendengar atau melhat sesuatu yang sebetulnya tidak
ada bendanya”
2. Diskusikan bersama keluarga tentang Halusinasi (
penyebab tanda dan gejala, serta proses terjadinya
halusinasi)
“Apa yang ibu ketahui tentang masalah Ny. W?”
“Ya ibu, Ny. W dalam keperawatan jiwa didiagnosis dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan, ijinkan
kami menjelaskan tentang Halusinasi, apakah ibu bersedia?”
“Kita mulai dari pengertian Halusinasi, Halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghidungan. “Apakah ibu mengetahui penyebab dari
halusinasi?” Iya bagus bu ibu sudah mengetahui penyebab
halusinasi. “Apakah ibu mengetahui tanda gejala dari
halusinasi?” Iya bagus sekali bu tanda gejala dari halusinasi itu
sendiri antara lain bicara, tertawa, dan senyum sendiri,
mengatakan mendengar suara, melihat sesuatu yang tidak
nyata, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang
cepat dan tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak
nyata.
“Ibu di RSJ Sambang Lihum kami sudah membantu Ny. W
memilihkan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien untuk agar halusinasinya tidak muncul”.
Kami juga akan Menjelaskan kepada ibu bagaimana cara
merawat pasien dengan halusinasi.
3. Diskusikan bersama keluarga cara merawat pasien dengan
halusinasi
“Kami ingin sharing dengan keluarga caramerawat pasien dengan
halusinasi yaitu bina hubungan saling percaya, gali kapan
halusinasi itu muncul, bicara tentang topik yang nyata tidak
mengikuti isi halusinasi, membuatkan jadwal kegiatan harian untuk
Ny. W untuk menghindari kesendirian, temani, cegah Ny. W untuk
menarik diri, menerima halusinasi tanpa mendukung dan
menyalahkan, misalnya:”ibu percaya apa yang A dengar dan lihat
tetapi ibu tidak mendengar dan melihatnya Melatih kegiatan
terjadawal dan mematuhi minum obat secara teratur
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
halusinasi
Kami hanya mengingatkan saja karena ibu sudah mengetahui
hal tersebut, bila hal tersebut terjadi sebaiknya maka Bapak/Ibu
akan mengingatkan seperti ini, coba Bapak/Ibu peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang W alami seperti yang sudah
kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung W lalu suruh W
ngusir suara dengan menutup mata dan menghardik bayangan
tersebut dengan berkata “pergi...pergi kamu bayangan palsu”
kamu tidak nyata”
c. Tahap Terminasi
Evaluasi respon keluarga
1. Evaluasi subjektif
‘’Bagaimana perasaan ibu sekarang setelah diberi penjelasan
tentang pengertian, tanda dan gelaja, penyebab, dampak dari
halusinasi, tata cara dalam mengontrol halusinasi, penyebab
kekambuhan, cara pencegahan kekambuhan? dan bagaimana
perasaan ibu jika perawat melakukan kunjungan rumah ?’’
2. Evaluasi objektif
‘’Setelah saya jelaskan tadi, apakah ibu sudah
memahami/mengerti tentang apa itu halusinasi, tanda dan
gejalanya, dan bagaimana proses terjadinya, selain itu
bagaimana merawat pasien halusinasi? coba sekarang ibu
jelaskan secara singkat pada saya apa yang sudah saya
jelaskan’’.
3. Rencana tindak lanjut
“Ibu sudah bagus sekali untuk upaya merawat Ny. W Tolong
nanti saat Ny. W pulang awasi minum obatnya dan berikan
perhatian serta konsultasi ke dokter. Pasien juga harus
diperlakukan seperti anggota keluarga yang sehat serta pasien
akan diberi aktivitas dan bersosialisasi dengan orang lain.”
4. Terminasi akhir
‘’Ibu, seandainya masih kurang jelas dengan informasi yang
telah saya berikan tadi, ibu bisa datang ke RSJ Sambang Lihum
atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan penjelasan lebih
lanjut. saya mengadakan kunjungan rumah ini hanya 1 kali,
mudah-mudahan ibu menerapkan semua yang telah kita
diskusikan, terimaikasih atas waktunya saya permisi selamat
siang.
O:
1. Keluarga tampak kooperatif
2. Sikap keluarga terbuka dan
ramah
3. Keluarga pasien tampak
penuh perhatian pada
mahasiswa saat
mahasiswa menyampaikan
informasi tentang halusinasi
4. Keluarga pasien tampak
aktif saat berdiskusi dengan
mahasiswa
5. Keluarga pasien mampu
menyebutkan pengertian,
tanda gejala serta proses
terjadinya halusinasi
6. Keluarga pasien belum
mampu menyebutkan cara
mengontrol dan merawat
halusinasi
7. Keluarga pasien belum
mampu menyebutkan
penyebab dan cara
pencegahan RPK dan
kekambuhan
A:
Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
penglihatan
P:
1. Evaluasi SP 1
- Evaluasi Penyebab
halusinasi
- Evaluasi keluarga
dalam cara
mengontrol dan
merawat halusinasi
- Evaluasi tentang
penyebab dan cara
pencegahan RPK dan
kekambuhan
2. Ulangi kembali SP 1
tentang cara mengontrol
dan merawat serta cara
pencegahan kekambuhan
pada halusinasi
3. Mengevaluasi kegiatan
keluarga cara merawat
klien dengan halusinasi
4. Lanjutkan SP 2
Kamis SP II Keluarga : S:
30-06- 1. Melatih keluarga 1. Keluarga pasien
19 mempraktekkan mengatakan sudah
13.30 cara merawat mengetahui bagaimana
WITA pasien dengan cara merawat klien
halusinasi dengan halusinasi
2. Keluarga pasien
mengatakan akan selalu
siap memberikan pujian
setelah pasien
melaksanakan kegiatan
O:
1. Keluarga tampak
kooperatif ketika berbicara
2. Sikap keluarga terbuka
dan ramah
3. Keluarga pasien tampak
mempraktekkan mengenai
cara merawat pasien
dengan halusinasi dengan
diajarkan dan dibantu
mahasiswa karena belum
bisa sendiri
4. Keluarga tampak
membuatkan jadwal
kegiatan kedua yang
dipilih pasien yaitu
kegiatan berdagang
didepan rumah
A:
Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
Penglihatan
P:
2. Evaluasi SP 2 keluarga
(Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
halusinasi)
1. Lanjutkan SP 3 keluarga
O:
1. Keluraga tampak kooperatif
ketika berbicara
2. Sikap keluarga terbuka dan
ramah
3. Keluarga tampak
mempraktekkan cara
merawat langsung kepada
pasien halusinasi dengan
cara seperti memotivasi
pasien untuk melakukan
kegiatan hariannya dan
memberikan pujian ketika
pasien berhasil melakukan
kegiatannya.
4. Keluarga tampak
membuatkan jadwal
kegiatan harian pasien
A:
Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
Penglihatan
P:
1. Evaluasi SP 3 Keluarga
(Melatih keluarga
melakuukan cara merawat
langsung kepada pasien
dengan halusinasi
2. Lanjutkan SP 4 keluarga
Kamis SP IV Keluarga : S:
27 -06- 1. Membantu 1. Keluarga pasien
19 keluarga mengatakan sudah bisa
13.30 membuat jadwal cara merawat secara
WITA aktivitas di rumah langsung kepada pasien
termasuk minum halusinasi dan membimbing
obat (discharge pasien melaksanakan
planning) kegiatan pertama, kedua
2. Menjelaskan dan ketiga yang dilatih dan
follow up pasien dipilih pasien.
setelah pulang 2. Keluarga pasien
3. Menganjurkan mengatakan belum
membantu pasien mengetahui tentang obat-
sesuai jadwal dan obatan yang diminum
memberi pujian pasien
3. Keluarga pasien
mengatakan akan melatih
pasien dalam melakukan
kegiatan yang dipilih pasien
nantinya
4. Keluarga pasien
mengatakan akan
membantu membuat jadwal
kegiatan sesuai yang dipilih
klien dan memberikan
pujian setelah klien
melaksanakan kegiatan
O:
1. Keluarga klien tampak
kooperatif ketika berbicara
2. Keluarga klien tampak
melakukan mengatur jadwal
kegiatan yang memicu klien
untuk melakukan kegiatan
seperti latihan menghardik,
bercakap-cakap melakukan
kegiatan (menyapu,
berdagang)
3. tarik nafas dalam dan
sholat 5 waktu
4. Keluarga mengatakan
belum mengetahui
memberikan obat secara
teratur dengan prinsip
benar 8 obat
5. Keluarga mengatakan
memahami alur follow up ke
RSJ/PKM
A:
Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
Penglihatan
P:
Evaluasi Keluarga pasien
tentang pemberian obat
secara teratur dengan
prinsip 8 benar obat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan estimasi angka kejadian gangguan jiwa
berdasarkan jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Astambul
berjumlah 37.064 orang
2. Estimasi angka kejadian gangguan jiwa berat berdasarkan jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Astambul berjumlah 52 jiwa
3. Estimasi angka kejadiangangguan jiwa ringan berdasarkan jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Astambul berjumlah 1890 jiwa
4. Estimasi angka tertinggi gangguan jiwa Desa Pasar Jati dengan
jumlah pasien gangguan jiwa ringan 219 jiwa dan pasien gangguan
jiwa berat 6 jiwa, Kemudian jumlah gangguan jiwa yang paling sedikit
berada di Desa Munggu Raya dengan jumlah pasien gangguan jiwa
ringan 30 jiwa dan pasien dengan gangguan jiwa berat berjumlah 1
jiwa.
5. Jumlah kunjungan pasien jiwa yang dilayani di Puskesmas pada bulan
Mei tahun 2019 berjumlah 48 pasien jiwa
6. GAF gangguan jiwa yang tertangani di wilayah kerja Puskesmas
Astambul sebesar 2,47%
7. Pengadaan obat untuk pasien jiwa di Puskesmas Astambul diberikan
sesuai resep lanjutan oleh dokter spesialis jiwa dari Sambang Lihum
maupun dari Rumah Sakit Ansari Saleh.
8. Obat jiwa yang ada di Puskesmas Astambul hanya ada tiga yaitu
haloperidol, Trihexiphenidyl dan Colpromazine yang terdapat di
gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dan di stok oleh
puskesmas Terminal dalam satu bulan. Apabila obat tidak ada
dipuskesmas maka akan dibuat surat rujukan ke RSJD Sambang
Lihum Ansari Saleh maupun Rumah Sakit di Martapura.
9. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kunjungan gangguan
kesehatan jiwa di Puskesmas Astambul dan tingginya angka GAF
selisih gangguan jiwa yang tida tertangani yaitu belum adanya poli
jiwa, belum adanya kader dari masyarakat, minimnya sosialisasi
puskesmas mengenai program kesehatan jiwa yang dapat diakses
oleh masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat yang cuek
terhadap penyakit jiwa
10. Keluarga kurang pengetahuan tentang halusinasi dan cara perawatan
papsien dirumah
11. Keluarga antusias untuk ikut melakukan cara perawatan pasien
dengan memberikan semangat dan pujian untuk pasien
12. Keluarga diberi pendidikan kesehatan tentang halusinasi, resiko
perilaku kekerasan, harga diri rendah dan cara perawatan tentang
halusinasi di rumah, selain itu juga diajarkan cara mengatasi
kekambuhan apabila pasien sudah pulang ke rumah. Asuhan
keperawatan pada keluarga cara melakukan penanganan pada pasien
Resiko Perilaku Kekerasan, Halusinasi, Harga Diri Renda dan cara
Pencegahan Kekambuhan.
13. Setelah diberikan pendidikan kesehatan keluarga mengerti tentang
halusinasi yang dialami pasien dan cara mengatasinya.
4.2 Saran
1. Bagi Keluarga
a. Keluarga diharapkan dapat melaksanakan cara merawat pasien
di rumah
b. Keluarga diharapkan rutin melakukan kontrol ke Rumah Sakit
atau ke Puskesmas terdekat untuk memeriksakan keadaan
pasien
c. Keluarga dapat menjadi PMO (Pengawas Minum Obat) bagi
pasien agar pasien tidak mengalami putus obat
d. Apabila terdapat tanda dan gejala kambuh maka keluarga segera
membawa pasien ke Puskeasmas terdekat ataupun RSJ
Sambang Lihum sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang
tepat.
2. Bagi masyarakat atau kelurahan serta ketua RT
Diharapkan untuk lebih memperhatikan warga sekitarnya dan
bermusyawarah untuk mencari solusi apabila ada warganya yang
ekonominya rendah karena dapat menjadi pencetus seseorang
gangguan jiwa dan segera dapat melaporkan kepada pelayanan
kesehatan dan tidak menjadikan orang dengan gangguan jiwa adalah
sebuah stigma yang negatif
3. Bagi Puskesmas
a. Diharapkan petugas puskesmas dapat menjalankan secara
optimal pelayanan jiwa di poliklinik sehingga semua pasien
gangguan jiwa diwilayah kerja Puskeasmas Astambul dapat
ditangan dengan baik
b. Diharapkan Puskeasmas Astambul dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa dengan membuka layanan poli
kesehatan jiwa
c. Diharapkan puskeasmas Astambul untuk membentuk posyandu
kesehatan jiwa dan mencari kader jiwa yang dapat membantu
petugas Puskeasmas untuk memantau kesehatan jiwa di
masyarakat dan dapat melaporkannya kepada petugas
puskesmas agar dilakukan pengobatan
d. Diharapkan Puskesmas Astambul dapat melakukan pengadaan
obat-obatan sesuai dengan banyaknya orang dengan gangguan
jiwa
e. Diharapkan Puskeasmas Astambul pasien dapat mengambil obat-
obat jiwa 1x seminggu di hari yang sudah ditentukan
f. Diharapkan Puskesmas Astambul dapat melakukan sosialisasi
terkait layanan kesehatan jiiwa yang dapat diakses di wilayah
kerjanya
g. Diharapkan Puskesmas Astambul dapat aktif melaksanakan
tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative kesehatan
jiwa di wilayah kerjanya
h. Diharapkan Puskesmas dapat melakukan pendekatan yang lebih
sering kepada keluarga dan masyarakat agar dapat menerima
pasien jiwa saat dipulangkan kembali kerumahnya
Daftar Pustaka
Keliat, B. A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakart : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika