Anda di halaman 1dari 25

0

SIDANG TERBUKA
SENAT POLTEKKES TANJUNGKARANG

ORASI ILMIAH

Dr. AGUS PURNOMO, S.Si. MKM.

MENDAYAGUNAKAN LIMBAH PADAT


PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI NASIONAL

BANDAR LAMPUNG
16 APRIL 2019
1

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam


sejahtera.
Yang saya hormati,
1. Direktur/Ketua Senat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tanjungkarang
2. Anggota Senat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang
3. Pimpinan Jurusan dan Unit di Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Tanjungkarang
4. Para dosen, karyawan, dan mahasiswa serta Bapak/Ibu hadirin sekalian.

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita semua yang
hadir pada acara ini dalam keadaan sehat wal’afiat.
Sungguh suatu penghormatan dan penghargaan yang sangat besar bagi
saya karena Bapak Direktur dan Panitia Dies Natalis ke-18 Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Tanjungkarang mempercayakan kepada saya untuk
menyampaikan orasi ilmiah yang baru pertama kali dilaksanakan pada hari ini,
Selasa tanggal 16 April 2019, sehingga ini menjadi catatan sejarah baik bagi
Poltekkes Tanjungkarang maupun bagi saya pribadi. Semoga kegiatan seperti ini
dapat dilaksanakan setiap tahun dilingkungan kita agar dapat memotivasi para
dosen, terutama para dosen muda agar mempunyai keinginan untuk menempuh
pendidikan sampai jenjang yang tertinggi (S3). Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati dan dengan segala keterbatasan kemampuan saya, maka izinkan
saya menyampaikan orasi ilmiah ini dengan judul:

Mendayagunakan Limbah Padat Pabrik Kelapa Sawit Untuk Mendukung


Program Ketahanan Pangan Dan Energi Nasional

Judul tersebut merupakan implementasi dari beberapa tahap penelitian saya


tentang “Sistem Pengolahan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Secara
Terpadu”
2

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara produsen minyak kelapa sawit (CPO)


terbesar di dunia. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan minyak kelapa
sawit diseluruh dunia, industri kelapa sawit juga terus meningkat. 85-90%
kebutuhan minyak sawit di dunia dipenuhi oleh Indonesia dan Malaysia (Choong
et al. 2015). Dalam kurun waktu 5 tahun area perkebunan kelapa sawit Indonesia
telah berkembang sebesar 28,63%, dari 9,57 juta hektar di tahun 2012 dan
diperkirakan menjadi 12,31 juta hektar di tahun 2017 (Dirjen Perkebunan
Indonesia 2016).
Seiring dengan terus meningkatnya produksi kelapa sawit maka muncul
permasalahan berupa peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan, terutama
limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang merupakan limbah padat paling
banyak dihasilkan oleh industri kelapa sawit yaitu 23% dari total tandan buah
segar (TBS) yang diolah (O-Thong et al. 2012). Kandungan CPO terhadap TBS
mencapai 24% dan prosentasi TKKS terhadap TBS adalah 21% (Wijono 2014).
Ekspansi perkebunan kelapa sawit juga menjadi isu pemanasan global
yang diberitakan secara intensif dan luas oleh negara-negara Eropa, sehingga
suatu saat akan diterima sebagai kebenaran dan tidak akan membantu
memecahkan masalah lingkungan global (GAPKI, 2018). Dampak pemanasan
global diantaranya adalah menyebabkan perubahan iklim global (kekeringan,
banjir, badai dll) dan timbulnya gangguan kesehatan masyarakat (gangguan
pernafasan, heat stroke dan penyebaran virus penyakit melalui serangga, nyamuk
dll)
Beberapa upaya pengelolaan limbah TKKS telah diteliti dengan
memanfaatkannya sebagai bahan baku produksi bioethanol (Yano et al. 2009;
Piarpuzan et al. 2011; Millati et al. 2011; Sudiyani et al. 2013), bahan baku
pembuatan briket (Nasrin et al. 2008), bahan baku pembuatan pupuk kompos
(Baharuddin et al. 2011; Nutongkaew et al. 2014), bahan baku pembuatan papan
partikel (Ridzuan et al. 2002; Ibrahim 2003), bahan baku PLTU Biomasa (Wijono
2014; Haryanti et al. 2014), bahan baku pembuatan pulp dan kertas (Gonzalo et
al. 2007; Syamsu et al. 2014) dan bahan baku produksi biogas (Nieves et al. 2011;
3

Chaikitkaew et al. 2015; Nurliyana et al. 2015; Suksong et al. 2016; Amelia JR et
al. 2017)
Biogas merupakan salah satu jenis energi yang dapat dihasilkan dari
proses fermentasi bahan organik. Bahan organik basah dengan kadar air 40-95%
dan kandungan lignin yang rendah umumnya cocok untuk bahan baku fermentasi
(Kumar et al. 2013). TKKS merupakan limbah padat yang memiliki kandungan
zat organik karbon sebesar 419,7 ± 14,2 kg/ton berat kering dan nitrogen sebesar
6,64 ± 0,05 kg/ton berat kering (Nurliyana et al. 2015). Kadar air TKKS antara
60-70% (Saelor et al. 2017) dan kandungan lignin yang cukup tinggi, yaitu
31,68% berat kering (Sudiyani et al. 2013). Terlepas dari kandungan lignin yang
tinggi, TKKS memiliki potensi yang tinggi untuk bahan baku produksi biogas.
Fermentasi campuran TKKS dengan LCPKS dapat menghasilkan biogas, kompos
dan leachet yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (Amelia JR et al.
2017). Secara konvensional limbah TKKS pada umumnya banyak dimanfaatkan
sebagai mulsa dan pembuatan pupuk kompos untuk perkebunan kelapa sawit.
Setiap ton TKKS mengandung unsur hara berupa N, P, K, dan Mg, tetapi proses
pemanfaatan TKKS tersebut kurang menguntungkan karena proses degradasi
berjalan sangat lambat jika dijadikan mulsa.
Tingginya kandungan lignin pada TKKS menyebabkan perlunya perlakuan
awal (pre-treatment), baik secara fisik maupun secara kimia sebelum
dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Chaikitkaew et al. (2015) telah meneliti
beberapa bahan organik dari industri kelapa sawit, diantaranya adalah TKKS yang
dikeringkan pada suhu 95oC selama 48 jam sebagai bahan baku biogas
menggunakan aktifator limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS). Hasil penelitian
menunjukkan campuran TKKS dan LCPKS dengan perbandingan inokulum dan
substrat (I/S) 1:2 yang di inkubasi pada suhu 37 oC selama 45 hari menghasilkan
gas metana tertinggi dengan produksi 55 m3 CH4/ton. O-Thong et al. (2012)
melaporkan TKKS yang diperlakukan awal dengan penambahan 1% (b/b) NaOH
dan dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 230oC, kemudian dicampur LCPKS
dengan perbandingan (I/S) 1:6,8 dapat menghasilkan gas metana yang maksimum
yaitu 82,7 m3 CH4/ton. Sudiyani et al. (2013) melaporkan perlakuan awal TKKS
dengan NaOH 10% dapat menurunkan lignin dari kadar 31,68% menjadi 11,02%,
4

hemisellulosa dari kadar 14,62% menjadi 5,69% dan meningkatkan kandungan


sellulosa dari 37,26% menjadi 68,86%.
Pemanfaatan TKKS oleh masyarakat telah dilakukan sebagai media tanam
budidaya jamur merang dengan satu siklus selama 1,5 bulan. Pasca budidaya
jamur merang tersebut dihasilkan limbah padat TKKS bekas media budidaya
jamur merang (TKKSBJM) yang teksturnya lebih lunak dibandingkan tekstur
TKKS. Selama ini limbah TKKSBJM tersebut tidak dikelola dan hanya ditumpuk
saja, sehingga menimbulkan bau dan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya.
Sebagian kecil TKKSBJM ada yang dimanfaatkan oleh petani sebagai mulsa
dilahan pertanian palawija.
Berdasarkan beberapa referensi tersebut TKKS mempunyai potensi
ekonomi yang sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku media
budidaya jamur, produksi biogas (energy terbarukan), pupuk kompos dan pupuk
organik cair, dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan energi nasional.
Kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) pengelolaan energi
terbarukan berbasis masyarakat memiliki banyak manfaat. Dengan membuka
kesempatan bagi partisipasi lokal dan pengembangan kapasitas lokal sehingga
menambah penghasilan dan menciptakan lapangan pekerjaan (Purwanto 2018)
Pengelolaan limbah TKKS yang dilakukan secara terpadu, diawali dengan
pemanfaatan TKKS sebagai media budidaya jamur merang, dilanjutkan dengan
proses fermentasi TKKSBJM. Pada proses fermentasi diperlukan campuran bahan
yang kaya nitrogen sebagai nutrisi, seperti lumpur aktif, kotoran sapi, kotoran
ayam dan sisa makanan (Naomichi dan Yutaka 2007).
Pemanfaatan TKKSBJM sebagai bahan baku diharapkan lebih mudah
terdegradasi dari pada TKKS, karena beberapa referensi menyatakan pemanfaatan
langsung TKKS sebagai bahan baku produksi biogas terkendala dengan tingginya
kandungan lignin pada TKKS, sehingga memerlukan perlakuan awal (pre
treatment) secara fisika, kimia dan biologi. Pemanfaatan TKKS sebagai media
budidaya jamur merang pada awal penelitian diharapkan dapat merubah
komposisi lignoselulosa dengan menurunkan kandungan lignin pada TKKSBJM.
Pemanfaatan TKKS sebagai media tanam budidaya jamur merang merupakan
salah satu teknik perlakuan awal TKKS secara alami (biologi) yang ramah
5

lingkungan, sehingga diharapkan dapat mempermudah proses fermentasi dan


mempercepat proses metanogenesis untuk menghasilkan gas metana (CH4).

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH TKKS SECARA TERPADU

Konsep pengelolaan limbah TKKS secara terpadu adalah pemanfaatan


TKKS yang berasal dari pabrik kelapa sawit yang tidak memiliki kebun untuk
media budidaya jamur merang, dilanjutkan dengan produksi biogas (energi
recovery) berbahan baku TKKSBJM yang diikuti dengan pengelolaan produk
sampingan dari produksi biogas, yaitu pupuk kompos dan pupuk orgaik cair.
Sehingga dalam sistem pengelolaan limbah TKKS secara terpadu tersebut dapat
mencapai konsep zero waste. Sistem pengelolaan tersebut akan menghasilkan
empat produk, yaitu jamur merang yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan
yang bergizi, biogas yang dapat dijadikan sebagai sumber energi terbarukan,
pupuk kompos dan lindi (pupuk organik cair) yang dapat dimanfaatkan untuk
budidaya pertanian tanaman sayuran dan palawija. Sehingga sistem tersebut juga
dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan di industri kelapa sawit (tanpa
kebun) dalam mengurangi volume timbulan limbah TKKS.
Pengelolaan limbah padat yang hanya terfokus pada teknologi saja tidak
akan efektif secara ekonomi dan lingkungan, sehingga diperlukan evaluasi sistem
pengelolaan limbah secara holistic (Mc Dougall et al. 2003), agar sistem
pengelolaam limbah TKKS terpadu dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan
memberikan manfaat masyarakat disekitarnya. Dalam mengimplementasikan
konsep ini perlu diperhatikan juga aspek sosial, sehingga secara keseluruhan ada 4
aspek yang dikaji, yaitu aspek teknik, aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek
sosial.

Aspek Teknis Pengelolaan TKKS


Berbagai macam teknologi pengolahan TKKS telah dilakukan dan
dikembangkan oleh banyak peneliti untuk menghasilkan sumber energi dan
produk lainnya yang bernilai ekonomi. Tersedianya teknologi tersebut
memungkinan TKKS dapat dijadikan sebagai pengganti bahan baku yang selama
ini telah digunakan. TKKS merupakan bahan baku yang terbarukan sehingga
ketersediaannya dapat diproduksi sepanjang tahun. Dari beberapa teknologi yang
6

telah digunakan produksi etanol, briket, pembangkit energi panas dan listrik,
produksi papan partikel serta produksi pulp dan kertas merupakan produksi yang
membutuhkan teknologi yang lebih rumit dan membutuhkan energi yang lebih
besar, karena pada masing-masing proses produksi ada proses perebusan (steam),
pengeringan atau pembakaran yang membutuhkan peralatan khusus, sehingga
tidak dapat dilaksanakan/diterapkan dalam skala kecil atau sederhana oleh
masyarakat umumnya. Proses produksi kompos adalah teknologi yang paling
sederhana diikuti dengan produksi metana. Kedua proses tersebut dapat
diaplikasikan atau dikerjakan oleh individu (masyarakat) dengan mendapatkan
pelatihan singkat.
Sistem pengelolaan TKKS secara terpadu merupakan teknologi yang tidak
rumit, karena tidak banyak menggunakan peralatan dan peralatan yang digunakan
juga mudah untuk dioperasionalkan dan tidak membutuhkan energi yang besar.
Hasil perhitungan konsumsi energi yang diperlukan untuk mengolah setiap ton
TKKS pada sistem terpadu diawali dengan proses budidaya jamur dan dilanjutkan
dengan produksi biogas yang menghasilkan produk samping (residu) yang berupa
pupuk kompos dan organik cair disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Konsumsi energi dari tiap pengolahan 1 Ton TKKS
Penggunaan Jumlah energi
Peralatan Daya Keterangan )*
(jam) (MJ)
Pompa air 500 watt 1 64,80
Pompa Sirkulasi 200 watt 1 25,92 1kWh = 3,6 MJ
Humidifier 250 watt 2 16,20
Konsumsi solar = 1 l/jam
Crusher kompos 20 pk 0,6 21,60
1 l Solar = 36,0 MJ
9 kg LPG =7,25m3 Biogas
Steam - 4 94,25
1 m3 Biogas = 22,1 MJ
Konsumsi energi total = 222,77
Sumber : )* Wibawa U (2017)

Konsumsi energi pengelolaan TKKS secara terpadu (Tabel 1) jika


dibandingkan dengan beberapa teknologi pengelolaan TKKS yang pernah ada
ternyata lebih rendah dibandingkan dengan produksi metana tersendiri dan lebih
tinggi dibandingkan produksi brikket maupun produksi kompos saja (Tabel 2).
Tetapi pada teknik pengelolaan dengan sistem terpadu dihasilkan empat produk,
yaitu jamur merang segar, biogas, kompos dan pupuk organik cair dibandingkan
dengan produksi brikket dan kompos hanya hanya menghasilkan produk tunggal.
7

Tabel 2 Konsumsi energi tiap ton TKKS


Teknologi Produksi Produksi Pembangkit Produksi
Produksi Produksi Produksi Produksi
Pemanfaatan Pulp & Papan Energi Panas Terpadu
Ehanol Metana Brikket Kompos
TKKS Kertas Partikel dan Listrik (Penelitian)
Energi (MJ) 4200 a) 1300 a) 1070 a) 520 a) 360 a) 166 a) 38 a) 222,77b)
Sumber : a) Chiew dan Shimada (2013), b) hasil penelitian

Konsumsi energi teknologi pemanfaatan TKKS lainnya (Tabel 2)


menunjukkan produksi pulp dan kertas berbahan baku TKKS merupakan
teknologi pengolahan yang menghabiskan energi paling besar, yaitu ± 4,2 GJ
untuk memproses satu ton TKKS dibandingkan dengan teknologi lainnya, diikuti
proses produksi etanol yang membutuhkan energi ±1,3 GJ dan produksi papan
partikel ±1,07 GJ. Teknologi pengomposan berbahan baku TKKS merupakan
proses yang mengkonsumsi energi paling rendah dibandingkan dengan lainnya
karena hanya menggunakan mesin dan kendaraan kecil. Teknologi untuk produksi
metana, pembangkit energi panas dan listrik dan briket TKKS masing-masing
adalah 520 MJ, 360 MJ dan 166 MJ (Chiew dan Shimada 2013).
Produksi metana dengan teknologi dry fermentation menggunakan bahan
baku TKKS bekas media jamur (TKKSBJM), tidak memerlukan proses perlakuan
awal (pre treatment) terhadap bahan baku yang berdampak langsung pada
pengurangan pemakaian energi. Seperti yang dinyatakan oleh Chiew dan Shimada
(2013), untuk memproduksi 1m3 metana berbahan baku TKKS membutuhkan
energi 520 MJ/kgTKKS. Energi tersebut diperlukan untuk perlakuan awal bahan
baku TKKS melalui proses hirdotermal sebelum direndam larutan NaOH (O-
Thong. 2012). Apabila proses fermentasi menggunakan bahan baku TKKSBJM,
maka tidak diperlukan lagi proses pre treatment sehingga proses produksi metana
dry fermentation dapat menghemat energi sebesar 520 MJ/kgTKKS.

Aspek Lingkungan Pengelolaan TKKS


Dilihat dari aspek lingkungan, tanpa memperhatikan produk yang tidak
diinginkan (dihindari) dari masing-masing teknologi pengolahan TKKKS, maka
teknologi composting merupakan teknologi pengolahan TKKS yang paling ramah
lingkungan, karena memiliki nilai terendah untuk hampir semua kategori dampak,
kecuali untuk ekotoksisitas air tawar dan ekotoksisitas daratan (Chiew dan
Shomada 2013). Ekotoksisitas dari kompos adalah sifat zat racun dari zat-zat yang
8

terdapat pada kompos dan dapat mengganggu ekologi air tawar dan daratan
(ekotoksisitas). ekotoksisitas pada produksi kompos lebih tinggi dibandingkan
dengan proses produksi metana dan briket, karena adanya zat-zat yang tidak
diharapkan terdapat dalam kandungan kompos. Selaian kandungan element (C, N,
P, K, Ca, S, Mg) yang bermanfaat, produk kompos juga mengandung logam berat
(Mn, Zn, Cu, Cr, Pb dan Cd) dalam jumlah yang kecil (trace elements), sehingga
jika pengolahan dan penggunaannya tidak sesuai dengan aturan dapat mencemari
lingkungan air tawar dan tanah (Baharudin et al. 2009)
Produksi metana dan produksi briket merupakan teknologi berkinerja
terbaik. Produksi metana dari TKKS memiliki dampak yang sangat tinggi pada
eutrofikasi dibandingkan dengan teknologi daur ulang lainnya. Eutrofikasi
merupakan proses dimana suatu tumbuhan, tumbuh sangat cepat dibandingkan
pertumbuhan yang normal (blooming). Hal ini disebabkan pada produksi metana
dihasilkan produk samping yang berupa kompos dan limbah (effluent) yang kaya
dengan kandungan C, N, P dan K. Akan tetapi jika limbah cair tersebut diolah dan
dikelola dengan baik, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.
Composting memiliki dampak yang paling kecil terhadap pemanasan
global, diikuti oleh produksi briket, produksi papan partikel, pembangkit energi
panas dan listrik, produksi metana, produksi etanol dan produksi pulp dan kertas.
Untuk dampak kategori gas rumah kaca (GRK), produksi pulp dan kertas
memiliki nilai dampak yang paling tinggi dengan emisi 361,8 kgCO 2e, dan diikuti
dengan produksi etanol 159,6 kgCO2e, produksi metana 108,6 kgCO2e,
pembangkit energi panas dan listrik 100,0 kgCO2e, produksi papan partikel 61,2
kgCO2e, produksi briket 43,7 kgCO2e dan composting 22,2 kg CO2e.
Tabel 3 Dampak produksi satu ton TKKS terhadap GRK (kgCO2e)
Teknologi Pembangkit Produksi Produksi Produksi
Produksi Produksi Produksi Produksi
Pemanfaatan Energi Panas Papan Pulp & Terpadu
Ehanol Metana Brikket Kompos
TKKS dan Listrik Partikel Kertas (Penelitian)
Dampak GRK 159,6 a) 180,6 a) 43,7 a) 100,0 a) 22,2 a) 61,2 a) 361,8a) 22,2
Sumber : Chiew dan Shimada (2013)

Setiap pengelolaan satu ton TKKS yang dilakukan secara terpadu


berkontribusi mereduksi pemanasan global sebagai dampak dari emisi gas rumah
9

kaca (GRK) sebesar 436,02 kgCO2e. Kontribusi tersebut sangat basar dan paling
tinggi dibandingkan dengan teknologi pengolahan TKKS lainnya (Tabel 4).
Tabel 4 Dampak produksi satu ton TKKS terhadap reduksi GRK (kgCO2e)
Teknologi Pembangkit Produksi Produksi Produksi
Produksi Produksi Produksi Produksi
Pemanfaatan Energi Panas Papan Pulp & Terpadu
Ehanol Metana Brikket Kompos
TKKS dan Listrik Partikel Kertas (Penelitian)
Reduksi GRK 39,9 a) 154,6 a) 19,2 a) 218,6 a) 176,5 a) 0,5 a) 2,9 a) 436,02
a)
Sumber : Chiew dan Shimada (2013)

Menurut Chiew dan Shimada (2013) teknologi pembangkit energi panas


dan listrik dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 218,6 kgCO 2e,
composting dan produksi metana masing-masing sebesar 176,5 kgCO2e dan 154,6
kgCO2e. Proses fermentasi semi kering dapat mengurangi emisi gas rumah kaca
436,02 kgCO2e untuk setiap ton TKKS. Dengan memperhatikan produk yang
tidak diinginkan, emisi gas rumah kaca pada masing-masing produksi briket dan
etanol dapat dikurangi 44% dan 25%. Namun demikian produksi papan partikel
dan produksi pulp dan kertas tidak memberikan penurunan signifikan ( < 1%).
Dari uraian di atas, maka dapat dinyatakan pengelolaan TKKS secara
terpadu menghasilkan jamur merang, biogas, pupuk kompos dan pupuk
organik cair adalah suatu usaha yang sangat menguntungkan secara ekonomi dan
untuk lingkungan, karena pengelolaan TKKS secara terpadu justru akan
menurunkan dampak terhadap pemanasan global dan berdasarkan referensi
lainnya teknologi ini dapat menurunkan dampak hujan asam, penurunan abiotik,
ekotoksisitas air tawar, toksisitas manusia, ekotoksisitas air laut, penipisan lapisan
ozon, oksidasi fotokimia dan ekotoksisitas daratan (Chiew dan Shimada 2013).
Kandungan N,P,K dan C pupuk kompos yang dihasilkan dari tiap berat
kering masing-masing adalah 2,09%, 1,38%, 0,77%, dan 28,81% serta rasio C/N
13,79. Pupuk tersebut memenuhi persyaratan SNI No. 19-7030-2004, yaitu kadar
Karbon 9,8 – 32%, kadar Nitrogen minimum 0,10%, Rasio C/N 10 – 20, kadar
Phosfor (P2O5) minimum 0,10% dan kadar Kalium (K2O) minimum 0,2%.
Kandungan elemen pupuk organik cair dari proses produksi metana masing-
masing adalah N=1,88%; P = 0,08%; K = 3,58% dan C = 31,58.

Aspek Ekonomi Pengelolaan TKKS


10

Hasil analisis kelayakan dengan umur ekonomi 10 tahun dan tingkat suku
bunga deposito sebesar 6,10% menunjukkan usaha terpadu pengelolaan TKKS
dengan biaya investasi Rp. 474.595.000,- akan memberikan keuntungan dengan
nilai NPV Rp. 1.334.468.908,- sehingga usaha tersebut layak dan menguntungkan
untuk dilaksanakan dengan nilai IRR lebih tinggi dari tingkat discount rate
(6,10%) dan nilai Net B/C lebih dari satu (2,07) dengan waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan modal adalah 1,5 tahun.

Aspek Sosial Pengelolaan TKKS


Dari segi sosial, sistem terpadu pengelolaan TKKS secara terpadu dalam
bentuk pemanfatan TKKS untuk usaha budidaya jamur merang dan produksi
biogas diharapkan secara khusus dapat memberikan manfaat sosial terhadap
masyarakat disekitarnya dan secara umum juga dapat memberikan manfaat untuk
kegiatan lainnya yang berupa:
1. Membuka lapangan kerja, usaha terpadu pengelolaan TKKS dapat menyerap
minimal 10 orang tenaga kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya dalam bentuk
peningkatan pendapatan rata-rata yang berkisar Rp. 1.000.000,- sampai Rp.
3.000.000- per bulan (hasil survey).
3. Membantu ketersediaan pupuk organik untuk petani
4. Sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan.
5. Usaha pengelolaan TKKS terpadu secara sosial juga telah membantu
memecahkan masalah perusahaan Pabrik Kelapa Sawit, khususnya yang tidak
mempunyai kebun sawit dalam mengelola limbah padat TKKS.
Berdasarkan aspek sosial yang sudah diuraiakan, maka sistem terpadu
pengelolaan TKKS terpadu dalam bentuk usaha budidaya jamur merang, produksi
biogas, kompos dan pupuk organik cair dapat memberikan manfaat sosial yang
sangat besar karena membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan
dan membantu perusahaan pabrik kelapa sawit dalam memecahkan permasalahan
pengelolaan limbah padat.

Implementasi pelaksanaan pengelolaan TKKS secara terpadu


11

Implementasi pengelolaan TKKS secara terpadu diilustrasikan dengan


diagram alir Gambar 1. dan Tabel 6. yang dimulai dengan usaha budidaya jamur
merang sebanyak 10 unit kumbung jamur. Masing-masing kumbung jamur
membutuhkan 1,7 ton bahan baku TKKS untuk dijadikan media tanam, sehingga
total kebutuhan bahan baku TKKS untuk 10 kumbung adalah 17 ton/siklus atau
120 ton/tahun. Pasca budidaya jamur merang TKKS bekas media jamur
(TKKSBJM) mengalami penyusutan sampai 40% menjadi 10 ton. Pasca budidaya
jamur merang TKKSBJM segera dimanfaatkan untuk produksi biogas
menggunakan reaktor fermentasi TKKSBJM berkapasitas 10x1 ton yang dibuat
secara parallel. Fermentasi TKKSBJM dilakukan secara dry fermentation yaitu
fermentasi yang dilakukan dengan menambahkan inokulum (larutan kotoran sapi)
dengan sistem resirkulasi kedalam reaktor TKKSBJM. Pada sistem ini inokulum
disiapkan dalam reaktor kotoran hewan (kohe) dengan kapasitas 12 m3.

Gambar 1 Diagram alir proses pengelolaan TKKS secara terpadu

Jenis dan jumlah material yang digunakan serta produk yang dihasilkan
pada masing-masing proses (Tabel 6) pada pengelolaan TKKS secara terpadu
produksi biogas selain dihasilkan dari proses fermentasi TKKSBJM (3,10
m3/hari), juga dihasilkan dari reaktor kotoran hewan (2,50 m3/hari), sehingga
produksi biogas yang dihasilkan adalah 5,6 m 3/hari atau 168 m3/bulan. Setiap hari
reaktor kohe ditambahkan kotoran sapi segar sebanyak satu lori (0,065 m 3).
Biogas yang dihasilkan dimanfaatkan untuk proses sterilisasi kumbung, dengan
12

kebutuhan untuk tiap kumbung dalam satu siklus adalah 10 m 3. Jika dalam satu
bulan dilakukan 5 kali proses sterilisasi, maka masih ada surplus biogas 118
m3/bulan. Kelebihan biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak dan lampu
penerangan berbahan biogas.
Tabel 6 Jenis dan jumlah material dan produk pengelolaan TKKS terpadu
Budidaya Reaktor Reaktor
Input/Output Satuan Jamur TKKSBJM Kotoran
(10 Kumbung) (kap.10x1 ton) Hewan
INPUT (Material)
TKKS kg 17.000 - -
TKKSBJM kg - 10.000 -
Air rendaman TKKS L - - 10.000
Kohe kg/hari - - 78
OUTPUT (Produk)
Jamur Merang kg 1.500 - -
TKKSBJM kg 10.000 )a - -
Residu Basah kg/bulan - 5.000 )b -
Biogas m3/hari - 3,10 2,50
Air Lindi L/bulan - - 5.000
Keterangan: Kapasitas isi TKKS perkumbung = 1.700 kg
1 kg kotoran sapi = 0,0320 m3 biogas; 1 kg TKKSBJM = 0,0186 m3 biogas
Densitas kotoran hewan = 1.200 kg/m3 (Wardhani dan Warsono 2013)
)a selama budidaya jamur merang, TKKS mengalami penyusutan ± 40%
)b Pembongkaran kompos basah/bulan 5 reaktor yang dilakukan secara bergantian

Pengembangan sistem terpadu pengelolaan limbah TKKS dalam bentuk


usaha budidaya jamur merang dan produksi biogas secara terpadu sangat
direkomendasikan, karena dapat membantu mengatasi permasalah penanganan
timbulan limbah TKKS, khususnya pada perusahaan PKS yang tidak memiliki
perkebunan kelapa sawit.
Hasil perhitungan pengelolaan tiap satu ton TKKS secara terpadu (Tabel 7)
dapat meningkatkan nilai ekonomi TKKS sebesar Rp. 4.267.885,-. Dengan
konsumsi energi yang diperlukan untuk mengelola 1 ton TKKS sebesar 222,77
MJ, maka energi tiap 1 MJ yang digunakan bernilai ekonomi sebesar Rp. 19.158,-
Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan 1 MJ energi
pada produksi kompos (energi = 38 MJ), dengan nilai ekonomi energi tiap 1 MJ
sebesar Rp. 6.769,- dan jika hanya untuk produksi biogas (energi = 520 MJ) nilai
ekonomi energi tiap 1 MJ yang digunakan sebesar Rp. 4.400,-.
Tabel 7 Nilai ekonomi yang dihasilkan dari pengolahan 1 Ton TKKS
Teknologi Potensi dan Asumsi Satuan Nilai Ekonomi (Rp)
13

Budidaya Jamur Jamur merang = 90 kg 1.980.000,-


Merang Rp. 22.000,-/kg
Fermentasi Produksi Biogas = 11,14 m3 30.635,-
Tandan Kosong 1m3 biogas ~ 0,5 liter solar a)
Kelapa Sawit 1 liter solar = Rp. 5.500,-
Bekas Jamur Produksi Kompos = 73,5 kg 257.250,-
Merang Kadar Air = 20 Tiap 1 ton kompos
(TKKSBJM) Rp. 3.500,-/kg % Ekivalen dengan :
N = 2,09 (pupuk kimia 46%) % 45,43 kg pupuk N
P = 1,38 (pupuk kimia 50%) % 27,60 kg pupuk P
K = 0,77 (pupuk kimia 60%) % 12,83 kg pupuk K
Produksi Pupuk cair = 1,0 m3 2.000.000,-
Rp. 2.000,-/L
N = 1,88 %
P = 0,08 %
K = 3,58 %
Nilai ekonomi total 4.267.885,-

Ketersediaan bahan baku berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang
memiliki kapasitas 30 ton TBS/jam dengan waktu operasional 20 jam/hari dan 6
hari/minggu. Jika TKKS yang dihasilkan dari PKS sebanyak 23% dari TBS, maka
jumlah TKKS yang dihasilkan = 30 ton/jam x 20 jam/hari x 6 hari/minggu x 23%
= 828 ton/minggu
Atau = 3.312 ton/bulan
Sehingga jika pengelolaan TKKS ini dilakukan dengan maksimal menggunakan
sistem terpadu, maka dari 3.312 ton/bulan limbah TKKS mempunyai potensi
untuk menghasilkan jamur merang sebanyak 298,08 ton, biogas 36.896 m 3, pupuk
kompos 243,43 ton dan 3.312 m3 pupuk organik cair dengan nilai ekonomi Rp.
14.135.235.120,-
Pengelolaan TKKS secara terpadu sangat berkontribusi terhadap
lingkungan dan sosial yang dirangkum pada Gambar 2, karena dapat mereduksi :
1. Penggunaan pupuk kimia, pengelolaan limbah TKKS secara terpadu
menghasilkan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan sebagai sistem
terpadu pengganti pupuk kimia.
2. Penggunaan bahan bakar fosil maupun bahan bakar kayu karena dapat di
subtitusi oleh biogas yang dihasilkan, sehingga dapat juga menekan biaya
produksi usaha tersebut.
3. Emisi GRK sebesar 436,02 kgCO2e untuk setiap pengelolaan satu ton TKKS
14

4. Masalah lingkungan lokal, terutama masalah bau dan sanitasi lingkungan yang
langsung bersinggungan dengan masyarakat,
5. Resistensi masyarakat khususnya terhadap usaha budidaya jamur merang
karena manfaat sosial dan ekonomi yang langsung dirasakan dan umumnya
adalah kegiatan industri PKS sebagai penghasil limbah TKKS yang dapat
dikelola untuk usaha produktif.

Gambar 2 Skema kontribusi pengelolaan TKKS secara terpadu

Dengan banyaknya manfaat sosial dan ekonomi yang langsung dirasakan


oleh masyarakat, maka diharapkan usaha pengelolaan TKKS secara terpadu dan
kegiatan pabrik PKS dapat diterima keberadaanya dengan respon yang baik oleh
masyarakat, sehingga keberlanjutan masing-masing usaha tersebut dapat terjaga.
Untuk menjaga keberlanjutan tersebut diperlukan komitmen dan kerjasama antara
pengelola TKKS terpadu dengan perusahaan PKS, terutama dalam menjaga
ketersediaan bahan baku TKKS.
Dengan banyaknya manfaat dari sistem pengelolaan TKKS secara terpadu,
maka diharapkan adanya perhatian dari perusahaan PKS dan pemerintah daerah
setempat untuk mendorong kegiatan tesebut. Perusahaan dapat membantu
masyarakat dalam bentuk kegiatan CSR. Besarnya timbulan limbah TKKS yang
15

mencapai 138 ton/hari (828 ton/minggu) atau 3.312 ton/bulan (PKS berkapasitas
produksi 30 TBS/hari), tidak akan habis dikelola oleh satu unit pengolahan TKKS
terpadu (kapasitas 10 kumbung jamur) yang hanya menghabiskan 17 ton TKKS
per siklus (1 siklus = 1,5 bulan), sehingga diperlukan unit-unit pengolahan TKKS
terpadu lainnya agar dapat mereduksi timbulan TKKS di pabrik.
Konsep pelaksanaan CSR oleh PKS dapat dimulai dengan cara bertahap
sebagai berikut:
1. Bekerjasama dengan petani budidaya jamur merang yang sudah ada dan
membantu mengembangkan usaha budidaya jamur merang dengan media
TKKS.
2. Melengkapi usaha budidaya jamur merang yang ada dengan unit pengolahan
limbah cair dan limbah padat menggunakan sistem fermentasi untuk
menangkap dan memanfaatkan biogas serta mereduksi bau disekitar usaha
budidaya jamur merang, sehingga terbentuk usaha pemanfaatan TKKS secara
terpadu dengan kegiatan budidaya jamur merang dan produksi biogas yang
akan menambah nilai ekonomi, karena dihasilkannya produk samping yang
bermanfaat berupa pupuk kompos dan pupuk organik cair.
3. Bekerjasama dengan petani budidaya jamur merang yang sudah berjalan untuk
memberikan pelatihan cara budidaya jamur merang kepada masyarakat yang
berminat dan ada disekitar lingkungan PKS.
4. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang telah diberikan pelatihan untuk
membuka usaha budidaya jamur merang secara berkelompok
5. Membantu pengolahan dan pemasaran pasca panen jamur merang, karena
jamur merang segar tidak tahan lama, sehingga harus segera dipasarkan, dan
6. Setelah semua kegiatan tersebut dilaksanakan, maka untuk mengantisipasi
produk jamur yang tidak habis dijual dalam kondisi segar, perusahaan juga
perlu membantu atau membina teknologi pengolahan jamur merang menjadi
produk makanan olahan, seperti keripik, tepung dan produk jamur lainnya.

RENCANA KEDEPAN

Sesuai prediksi masa datang di mana bidang pangan, energi dan


lingkungan merupakan masalah serius bagi umat manusia, saya merencanakan ke
depan untuk focus mengkaji :
16

- Potensi jamur sebagai sumber protein nabati (pangan) yang sangat


bermanfaat untuk kesehatan
- Potensi biomasa sebagai sumber energi yang terbarukan
- Potensi limbah padat pasca pengolahan limbah TKKS sebagai kompos
dan limbah cair sebagai pupuk organic cair (POC)

Pangan protein diperkirakan akan semakin mahal di masa datang


sementara sumber protein hewani yang ada sekarang disamping mahal juga punya
risiko lain bagi kesehatan karena kandungan asam lemak jenuhnya yang
merupakan pangkal utama permasalahan penyakit kardiovaskuler. Biomasa jamur
merang mengandung protein 25,9-28,5% dengan asam amino esensial yang
lengkap, lebih tinggi dari protein hewani (18-19%), namun biomasa jamur bebas
dari asam lemak jenuh, bahkan kaya dengan asam lemak tak jenuh. Disamping
keunggulan nilai nutrisinya, jamur juga dapat diproduksi dalam bioreaktor dengan
bioproses sinambung sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas dan waktu
terlalu lama. Dengan teknik bioproses sistim sinambung, dimungkinkan untuk
memproduksi biomasa protein dalam hitungan jam, berbeda dengan protein
hewani yang butuh waktu bulanan bahkan tahunan.
Produksi Energi terbarukan yang berasal dari biomasa limbah agroindustri
maupun limbah domestik (limbah padat dan limbah cair) merupakan agen solusi
permasalahan limbah dalam memecahkan masalah lingkungan, terutama sanitasi
lingkungan dan pemanasan global.
Untuk itu kedepan diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan,
antar peneliti dengan berbagai bidang disiplin ilmu, antar lembaga atau instansi
terkait, baik pemerintah maupun swasta guna mewujudkan penelitian yang
berbasis aplikatif, terutama dalam memformulasikan pembuatan kompos dan POC
dengan komposisi dan dosis yang sesuai dengan SNI pasca pengolahan limbah
biomasa, sehingga produk dari penelitian tersebut dapat diaplikasikan dan
dimanfaatkan langsung oleh masyarakat maupun industri.
PENUTUP

Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana


sangat diperlukan untuk mengelola bumi kita yang semakin tua, sehingga
diperlukan kepedulian kita sebagai manusia untuk mengelola alam ini dengan
17

memperhatikan dan memikirkan keberlanjutan anak cucu kita. Mari manfaatkan


peran kita sebagai manusia untuk mendayagunakan sumberdaya alam bagi
kemaslahatan manusia dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang dengan
selalu berinovasi untuk menjaga ketersediaan pangan yang sehat dan energi
terbarukan yang ramah lingkungan. Tanpa kepedulian kita terhadap lingkungan,
maka berarti bencana alam seperti banjir dan wabah penyakit akan selalu
mengancam kita.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini ijinkan saya mengucapkan terima kasih secara khusus
kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang
Bapak Warjidin Aliyanto, SKM, M.Kes. yang telah memberikan izin dan
kepercayaan kepada saya untuk melanjutkan Studi ke Program Doktor di Institut
Pertanian Bogor dan Alhamdulillah kepercayaan yang telah Bapak berikan sudah
saya laksanakan penuh tanggungjawab dengan menyelesaikan program Doktor
pada tanggal 30 Januari 2019 melalui Sidang Promosi dan pada hari ini saya
diberikan kehormatan yang luar biasa dengan melakukan orasi ilmiah didepan
Senat dan Civitas Akademika Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tanjungkarang.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan
kepada Prof. Dr. Ir. Suprihatin, Dipl.Eng, Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli, MSc.St
dan Prof. Dr. Ir. Udin Hasanudin, M.T. selaku komisi pembimbing dalam
menyelesaikan Program Doktor di IPB.
Terimakasih Kepada Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI atas bantuan biaya pendidikan 2014-2017
yang telah diberikan.

Teman sejawat dilingkungan kerja Poltekkes Kemenkes tanjungkarang,


khususnya Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes
beserta rekan-rekan dosen dan karyawan jurusan Analis Kesehatan yang
menyempatkan hadir langsung pada acara Promosi DOKTOR saya. Terimakasih
atas doa dan motivasinya, sehingga saya dapat menyelesaikan program Doktor.
18

Terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI


yang secara tidak langsung telah membantu penelitian saya. Terimakasih juga
karena KLHK telah mempelopori aplikasi hasil penelitian dengan membangun
pilot project pengelolaan limbah TKKS secara terpadu di 7 propinsi (Lampung,
Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Sulawesi Barat
dan Sumatera Utara)
Ucapan terimakasih terkhusus kepada isteri tercinta Nurul Awali Fauziah,
MSi, serta ananda Daffa Adli Nauval Purnomo dan Camelia Rizky Khaerunnisa
Purnomo, atas dukungan, doa, pengertian dan pengorbanannya, sehingga saya
dapat menyelesaikan Program S3 Sekolah Pascasarjana IPB.
Hadirin yang dirahmati Allah SWT, sebagai penutup saya sebagai manusia
biasa masih banyak kekurangan dan kekhilafan yang terus harus belajar untuk
memperbaiki diri. Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya haturkan
permohonan maaf dan ucapan terimakasih, semoga acara orasi ini bermanfaat
untuk kita semua. Wabillahi taufiq wal hidaya wasslamualaikum wr. wb.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah L, Mindawati N,Kosasih AS. 2012. Potensi Pemanfaatan Limbah Tandan


Buah Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Alternatif Pulp. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman. 9 (3) 179 – 185.
Amelia JR, Suprihatin S, Indrasti NS, Hasanudin U, Fujie K. 2017. Performance
evaluation of integrated solid-liquid wastes treatment technology in palm
oil industri. Proceedings of International Conference on Biomass:
Technology, Application, and Sustainable Development. IOP Publishing
IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 65 (012036) doi :
10.1088/1755-1315/65/1/ 012036.
APHA. 1998. Standard method for examination of wastewater. 20th edition.
American Public Health Association 1015.20005 – 2605. PP: 2-57-2-58.
Fifteenth Street, N.W. Washington DC
Baharuddin AS, Wakisaka M, Shirai Y, Abd-Aziz S, Abdul Rahman NA, Hassan.
2009. Co-composting of empty fruit bunches and partially treated palm oil
mill effluents in pilot scale. International Journal of Agricultural
Research. 4 (2): 69-78.
Chaikitkaew S, Kongjan P, O-Thong S. 2015. Biogas production from biomass
residues of palm oil mill by solid state anaerobic digestion. Energi
Procedia 79 (838 – 844). http://www. sciencedirect.com.
19

Chesson A. 1981. Effects of sodium hydroxide on cereal straws in relation to the


enhanced degradation of structural polysaccharides by rumen
microorganisms. J. Sci. Food Agric. 32:745–758
Chiew YL, Iwata T, Shimada S. 2011. System analysis for effective use of palm
oil waste as energy resources Chaikitkaew S, Kongjan P, O-Thong S.
2015. Biogas production from biomass residues of palm oil mill by solid
state anaerobic digestion. Energi Procedia 79 (838 – 844). http://www.
science.direct. com.
Chiew YL, Shimada S. 2013. Current state and environmental impact assessment
for utilizing oil palm empty fruit bunches for fuel, fiber and fertilizer e A
case study of Malaysia. Biomass and Energi 51 (109-124).
http://dx.doi.org/10.1016/j. biombioe. 2013.01.012
Chiumenti A, Borso F, Limina S. 2017. Dry anaerobic digestion of cow manure
and agricultural products in a full-scale plant: Efficiency and comparison
with wet fermentation. Waste Management. https://doi.org/10.1016/j.
wasman.2017.03.046.
Choong YY, Chou KW, Norli I. 2017. Strategies for improving biogas production
of palm oil mill effluent (LCPKS) anaerobic digestion: A critical review.
Renewable and Sustainable Energi Reviews. https://doi.org/10.1016/
j.rser.2017.10.036.
Dioha IJ, Ikema CH, Nafi’u T, Soba NI, Yusuf MBS. 2013. Effect of carbon to
nitrogen ratio on biogas production. International Research Journal of
Natural Sciences 1 1-10.
Directorate General of Estate Crops. 2016. Tree crop estate statistics of indonesia
palm oil 2015-2017, Ministry of Agriculture. Indonesia.
Environmental Protection Agency (EPA) of United States. 2001. METHOD 1684
Total, Fixed, and Volatile Solids in Water, Solids, and Biosolids. EPA
Office of Water Office of Science and Technology Engineering and
Analysis Division (4303) 1200 Pennsylvania Ave. NW Washington, DC
20460
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Balai
Penelitian Tanah. Bogor
Gaspersz V. 2011. Ekonomi manajerial (landasan analisis dan strategi bisnis untuk
manajemen perusahaan dan industri. Vinchristo Publication. Bogor.
Gonzaloa A, Sancheza JL, Escudero E, Marínb F, Fuertes R. 2007. Pulp and
Paper Production from EFB using a Semichemical Process. ResearchGate.
https://www.researchgate.net/publication/283254115
Haryanti A, Norsamsi, Sholiha PSF, Putri NP. 2014. Studi pemanfaatan limbah
padat kelapa sawit. Jurnal Konversi 3 (2) 20-29.
Hasanudin U, Sugiharto R, Hariyanto A, Setiadi T, Fujie K . 2015. Palm oil mill
effluent treatment and utilization to ensure the sustainability of palm oil
20

industries. Journal Water Science & Technology, 72(7), 1089-1095.


DOI: 10.2166/wst.2015. 311.
Hendriks ATWM, Zeeman G. 2009, Review pretreatments to enhance the
digestibility of lignocellulosic biomass. Journal Bioresource Technology
100 (10–18).
Herodian S. 2007. Peluang dan tantangan industri berbasis hasil samping
pengolahan padi. Artikel Pangan 48 (38-49)
Ibrahim R, 2003. Structural, mechanical and optical properties of recycled paper
blended with oil palm empty fruit bunch pulp. Journal Of Oil Palm
Research. 15 (2) : 28-34.
Jha AK, Li J, Nies L, Zhang L. 2011. Research advances in dry anaerobic
digestion process of solid organik wastes. African Journal of
Biotechnology 10 (14242-14253).
Jha AK, Li J, Ban Q, Zhang L, Zhao B. 2012. Dry anaerobic digestion of cow
dung for metana production: effect of mixing. Pakistan Journal of
Biological Sciences 15 (23) 1111-1118. https://doi.org/10.3923/pjbs. 2012.
1111.1118
Kadariyah, Gray C, Lian K. 1999. Pengantar evaluasi proyek. Jakarta. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia..
Kim SH, Choia SM, Jua HJ, Jung JY. 2013. Mesophilic co-digestion of palm oil
mill effluent and empty fruit bunches. Environmental Technology. 34 (13–
14), 2163–2170. http:// dx.doi.org/10.1080/09593330.2013.826253.
Kunatsa t, Madiye L, Chikuku T, Sonhiwa C, Musademba D. 2013. Feasibility
Study of Biogas Production from Water Hyacinth, A Case of Lake
Chivero – Harare, Zimbabwe. International Journal of Engineering and
Technology. 3 (2) 119-128.
Mc Dougall FR, White PR, Franke M, Hindle P. 2003. Integrated solid waste
management: a life cycle inventory. Second edition. Blackwell Science
Ltd, a Blackwell Publishing Company. USA.
Millati R, Wikandari R, Trihandayani ET, Cahyanto MN, Taherzadeh M,
Niklasson C. 2011. Ethanol from oil palm empty fruit bunch via dilute-
acid hydrolysis and fermentation by mucor incidus and saccharomyces
cerevisiae. Agricultural Journal 6 (2): 54-59
Naomichi N, Yutaka N. 2007. Recent development of anaerobic
digestion processes for energi recovery from wastes. J. Biosci.
Bioeng., 103 (2): 105–112
Nasrin AB, Ma AN, Choo YM, Mohamad S, Rohaya MH, Azali A, Zainal Z.
2008. Oil palm biomass as potential substitution raw materials for
commercial biomass briquettes production. American Journal of Applied
Sciences 5 (3): 179-183
21

Nieves DC, Karimi K, Horváth IS. 2011. Improvement of biogas production from
oil palm empty fruit bunches (OPEFB). Industrial Crops and Products 34
(1097–1101). journal home page:www.elsevier.com/locate/indcrop.
Nurliyana MY, H’ng PS, Rasmina H, Kalsom MSU, Chin KL, Lee SH, Lum WC,
Khoo GD, 2015. Effect of C/N ratio in metana productivity and
biodegradablility during facultative co-digestion of palm oil mill effluent
and empty fruit bunch. Industrial Crops and Products 76 (409-415).
http://www. sciencedirect.com/ science/article/pii/S092666901530056X.
Nutongkaew T, Duangsuwan W, Prasertsan S, Prasertsan P. 2014. Effect of
inoculum size on production of compost and enzymes from palm oil mill
biogas sludge mixed with shredded palm empty fruit bunches and decanter
cake. Songklanakarin Journal of Science and Technology. 36 (3), 275-281,
May - Jun.
O-Thong S, Boe K, Angelidak I. 2012. Thermophilic anaerobic co-digestion of oil
palm empty fruit bunches with palm oil mill effluent for efficient biogas
production. Applied Energi 93 (648-654). http://www.sciencedirect.com/
science/article/pii/S0306261911008981
Pilat P, Patsch M, Jandacka J. 2012. Analysis of problems with dry fermentation
process for biogas production. EPJ web of conferences. 25 (01075) 1-5.
Doi: 10.1051/epjconf/201225010.075.
Putra HP, Hakim L, Yuriandala Y, Anggraini D. 2013. Studi kualitas briket dari
tandan kosong kelapa sawit dengan perekat limbah nasi. Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan. 5 (1) (27-35).
Rahmasita ME, Farid M, Ardhyananta H. 2017. Analisa morfologi serat tandan
kosong kelapa sawit sebagai bahan penguat komposit absorpsi suara.
Jurnal Teknik ITS, 6(2).
Ratnasari N, Nurmiati, Periadnadi. 2015. Produksi dan uji aktivitas enzim jamur
merang (volvariella volvacea) pada media optimasi jerami-sagu dengan
penambahan beberapa dosis dolomit. Jurnal of Natural Science 4(3) :268-
279.
Riduwan M, Hariyono D, Nawawi M. 2013. Pertumbuhan dan hasil jamur merang
(volvariella volvacea) pada berbagai sistem penebaran bibit dan ketebalan
medi. Jurnal Produksi Tanaman 1 (70-79).
Saelor S, Kongjan P, O-Thong S. 2017. Biogas production from anaerobic co-
digestion of palm oil mill effluent and empty fruit bunches. Energi
Procedia 138 (717–722). https://doi.org/10.1016/j. egypro.2017.10.206.
Santoso AD, Suwedi N, Pratama RA, Susanto JP. 2017. Energi Terbarukan Dan
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Dari Palm Oil Mill Effluent. Jurnal
Teknologi Lingkungan. 18 (1) 88-95
Srebotnik E, Jensen KA, Hammel KE. 1994. Sciences fungal degradation of
recalcitrant nonphenolic lignin structures without lignin peroxidise.
Agricultural Science Proc. Natl. Acad. Sci. USA 91 (12794-12797).
22

Sudiyani Y, Styarini D, Triwahyuni E, Sudiyarmanto, Sembiring KC, Aristiawan


Y, Abimanyu H, Han MH. 2013. Utilization of biomass waste empty fruit
bunch fiber of palm oil for bioethanol production using pilot-scale unit.
Energi Procedia (2013) 31-38.http://www. sciencedirect.com.
Suksong W, Promnuan P, Seengenyoung J, O-Thong S. 2017. Anaerobic co-
digestion of palm oil mill waste residues with sewage sludge for biogas
production. Energi Procedia. 138 (789–794).https://doi.org/10.1016/j.
egypro.2017.10.068.
Suksong W, Kongjan P, Prasertsan P, Imai T, O-Thong S, 2016. Optimization and
microbial community analysis for production of biogas from solid waste
residues of palm oil mill industri by solid-state anaerobic digestion.
Bioresource Technology 214 (166-174).http://www.sciencedirect.com/
science/article/pii/ S096 0852416305648.
Sulistiawati R, Kusrini N, Imelda. 2017. Analisis finansial usaha pemanfaatan
limbah tandan kosong kelapa sawit. Seminar Nasional Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Universitas Tanjungpura. Pontianak
Suprihatin, Sa’id EG, Suparno O, Sarono. 2012. Potensi Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif. Prosiding Seminar
Nasional PERTETA. Malang, Jawa Timur, 30 Nopember-2 Desember.
Syamsul K, Haditjaroko L, Pradikta GI, Roliadi H. 2014. Campuran Pulp Tandan
Kosong Kelapa Sawit dan Selulosa Mikrobial Natade Cassava dalam
Pembuatan Kertas. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 19 (1): 14-21.
Wibawa U. 2017. Pendekatan praktis pembangkit energi baru dan terbarukan.
Malang. UB Press.
Wijono A. 2014. PLTU biomasa tandan kosong kelapa sawit Studi kelayakan dan
dampak lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII-2014 FT UMS, ISSN
1412-9612.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5492/
17.Agung%20Wijono.pdf?seuence=1.
Yano S, Murakami K, Samayama S, Imou K, Yokoyama S. 2009. Ethanol
production potential from oil palm empty fruit bunches in southeast asian
countries considering xylose utilization. Journal of the Japan Institute of
Energi, 88 (923-926).
Yenie E, Utami SP. 2018. Pengaruh suhu dan pH pertumbuhan jamur merang
(volvariella volvacea) terhadap degradasi lignin tandan kosong kelapa
sawit. Jurnal APTEK Fakultas Teknik UPP 10 (1) : 22-28. http://e-
journal.upp.ac.id/ index.php/ aptk/article/view/1480.
Yoshizaki T, Shirai Y, Hassan MA, Baharuddin AS, Abdullah NMR, Sulaiman A,
Busu Z. 2013. Improved economic viability of integrated biogas energy
and compost production for sustainable palm oil mill management. Journal
of Cleaner Production 44 (2013) 1-7
23

CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. Agus Purnomo, S.Si. MKM.


Tempat/Tgl Lahir : Tanjungkarang, 31 Agustus 1970
Nama Isteri : Nurul Awali Fauziah, M.Si.
Nama Anak : - Daffa Adli Nauval Purnomo
- Camelia Rizky Khaerunnisa Purnomo
Alamat Rumah : Perum KORPRI Sukarame,
Bandar Lampung
I. Riwayat Pendidikan
- SD Negeri 7 Tanjungkarang
- SMP Negeri 1 Kedaton Bandar Lampung
- SMA Negeri 5 Bandar Lampung
- S1 (Kimia) Universitas Lampung
- S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
- S3 Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (IPB)
II. Riwayat Kerja di Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
- Dosen Kimia Jurusan Analis Kesehatan
- Sekretaris Jurusan Analis Kesehatan

- Mewakili institusi Poltekkes Tanjungkarang sebagai Tenaga Ahli Kesehatan


Masyarakat pada Komisi AMDAL Provinsi Lampung, Tahun 2010
III. Riwayat Kerja di Luar Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
- Asisten Dosen Kimia FMIPA Universitas Lampung
- Chemicals Product Consultant, PT. Agung Semesta Pratama, Jakarta
- Kepala Laboratorium Instrumentasi Badan POM Propinsi Lampung
- Konsultan Lingkungan PT. Indolampung Perkasa
- Konsultan Lingkungan PT. Sweet Indolampung
- Konsultan Lingkungan PT. Garuda Panca Artha
- Konsultan Lingkungan PT. Mulia Kasih Sejati

- Konsultan Lingkungan PT. Charoen Pokhand Indonesia Group Area Lampung


- Tenaga Ahli Penyehatan Lingkungan, CV. Mitra Identik Lampung
- Tenaga Ahli Penyehatan Lingkungan, CV. Mitra Identik Lampung
- Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat PT. Indoconsult Cipta Prestatama, Bogor
- Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat PT. Reka Cipta Transportindo, Bogor

- Tenaga Ahli Pembangunan Pilot Project Pemanfaatan Biomassa Untuk Energi


Bagi Masyarakat di Propinsi Lampung, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Bangka Belitung, Sulawesi Barat dan Sumatera Utara, Tahun
24

Anggaran 2018 DirJen Pengelolaan Sampah dan LB3 Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

IV. Publikasi Jurnal dan Seminar


- Purnomo A, dan Purwana R, 2008. Dampak Cadmium Dalam Ikan Terhadap
Kesehatan Masyarakat, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 3 (2) :
89 - 96.
- Purnomo A, 2009. Analisis Cemaran Cadmium (Cd) Pada Bioindikator Dan
Biomarker Diteluk Lampung, Prosiding Seminar Nasional Sains MIPA
dan Aplikasinya ISSN 2086-2342 Vol. 1. (755-763)
- Trigunarso SI, dan Purnomo A, 2010. Analisis Risiko Cemaran Cadmium (Cd)
Dalam Butir Beras Terhadap Kesehatan Masyarakat Provinsi Lampung,
Jurnal Kesehatan 1 (1):
- Sulistianingsih E, dan Purnomo A, 2011. Analisis Risiko Cemaran Cadmium
(Cd) Dalam Butir Beras Terhadap Kesehatan Masyarakat Provinsi
Lampung, Jurnal Kesehatan 2 (2): 334-340.
- Purnomo A, Suprihatin, Romli M, dan Hasanudin U, 2018. Biogas Production
from Oil Palm Empty Fruit Bunches of Post Mushroom Cultivation
Media. 2nd International Conference on Biomass (Toward Sustainable
Biomass Utilization for Industrial and Energi Application), IPB Bogor,
24-25 Juli 2017.
- Purnomo A, Suprihatin, Romli M, dan Hasanudin U, 2018. Comparison of
Biogas Production from Oil Palm Empty Fruit Bunches of Post-
Mushroom Cultivation Media (EFBMM) from Semi Wet and Dry
Fermentation. Journal of Environment and Earth Science 8 (6) : 88 - 96
(terindex Copernicus).

V. Penghargaan
- Dosen Berprestasi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Tahun 2010
- Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun Republik Indonesia 2010

Anda mungkin juga menyukai