Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada organisasi yang memberikan pelayanan kesehatan seperti

rumah sakit, konflik yang sering terjadi adalah konflik interpersonal. Tim

kesehatan dirumah sakit memberikan pelayanan kepada pasien secara

komprehensif dengan pendekatan kerjasama dan kolaborasi interdisiplin.

Anggota tim kesehatan meliputi perawat, dokter, ahli gizi, fisioterapi,

apoteker dan manajer yang memiliki tujuan bersama dan kemitraan, saling

melengkapi dan saling ketergantungan, saling menghormati, dan

pembagian kewenangana klinis. Dalam kerja sama tim memerlukan

kompetensi tim lain, pemahaman bersama tentang tujuan atau sasaran

tertentu dan rasa tanggung jawab terhadap tugas (Menik, 2016)

Konflik dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak

negatif bagi suatu organisasi tergantung bagaimana konflik tersebut

dikelola. Beberapa dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh konflik

antara lain: meningkatkan motivasi, kreativitas, pengetahuan atau

keterampilan dan membantu upaya pencapain tujuan. Sedangkan dampak

negatif yang dapat ditimbulkan oleh konflik dalam rumah sakit antara lain

: menurunnya produktivitas, waktu terbuang sia-sia, ketidakpuasan pasien

dalam pelayanan (Marya, 2016).

Masalah organisasi dan komunikasi merupakan penyebab utama

terjadinya konflik. Konflik yang dialami perawat disebebkan oleh stress

kerja, hubungan interpersonal dengan tim medis lain khususnya dokter,

dan benturan keyakinan dan nilai pribadi dengan tugas yang dihadapi.
Sumber lain dari timbulnya konflik yang paling umum dalam fasilitas

pelayanan kesehatan adanya perbedaan pribadi, kurangnya diskripsi tugas

dan tanggung jawab yang jelas, ketidakcocokan antara tenaga kesehatan

dan masalah organisasi seperti tingkat stress yang tinggi, sumber daya

yang terbatas dan ketidakpastian pekerjaan (Marya, 2016).

Menciptakan penyelesaian konflik yang kreatif merupakan strategi

manajemen konflik yang efektif. Strategi manajemen konflik sangat

berpengaruh bagi anggota organisasi, konflik berdampak baik ataupun

buruk tergantung pada pengelolaan konflik tersebut. Pemimpin organisasi

dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat

berdampak untuk meningkatkan mutu organisasi. Pemimpin yang baik

dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu organisasi. Pemimpin

yang baik mengelola konflik dengan cara produktif dengan

memperhatikan hubungan interpersonal (Menik, 2016).

Menurut Word Healt Organization (WHO) 2011 menyatakan

bahwa perawat memiliki tinggak stress yang tinggi yang akan menurunkan

kualitas kerja perawat. Hal ini akan memberikan konstribusi cukup tinggi

pada kualitas kerja sebesar (6,2%).

Di Indonesia, perawat yang bekerja di empat provinsi sebanyak

50,9% mengalami stress kerja, sering merasa pusing, lelah, tidak ada

istirahat dan beban terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa

intensif yang memadai. Perawat yang bekerja dirumah sakit swasta dengan

gaji lebih baik mengalamami stress kerja yang lebih besar dibandingkan

perawat yang bekerja dirumah sakit pemerintah dengan penghasilan yang

lebih rendah (PPNI, 2012).


Konflik dapat terjadi dalam kerjasama tim interdisiplin dirumah

sakit. Adanya konflik ini yang membuat kualitas perawatan pasien tidak

tercapai sesuai tujuan organisasi. Stratgi terbaik dalam resolusi konflik

adalah menghindar (36,6%) dan kolaborasi (37,5%). Diperkirakan 8

(delapan) dari 10 tenaga keshatan mengalami konflik dalam menjalankan

tugas.

Perawat pelaksana pernah mengalami satu hingga dua kali konflik

pertahun, 90% konflik yang dihadapinya adalah konflik interpersonal

dengan rekan kerja, pasien dan keluarga dan 10% dengan tugas. Faktor

penyebab konflik yang dominan adalah komunikasi (55%), wewenang

kerja tidak jelas (25%) dan imbalan (20%). Hasil penelitian juga

memperlihatkan persentase dampak konflik yang paling tinggi adalah

produktivitas menurun (60%), perselisihan (30%), sisanya adalah sabotase,

penurunan moral, dan penahanan informasi. Cara penyelesain konflik yang

paling sering digunakan perawat pelaksana adalah cara menghindar (35%),

kompetisi (30%), kompromi (15%), akomodasi (15%) dan kolaborasi

hanya (5%), pnelitian ini dilakukan oleh (Yulastri, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2018) yang berjudul

Gambaran Kepemimpinan Kepala Ruangan Dalam Pelaksanaan Strategi

Manajmen Konflik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan

kepala ruangan dalam pelaksanaan strategi manajemen konflik strategi

kompromi terlaksana (57,1%), strategi kompetisi terlaksana (52,4%),

strategi akomodasi terlaksana (52,4%), strategi smoothing terlaksana

(61,9%), strategi menghindar tidak terlaksana (73,8%) dan strategi

kolaborasi terlaksana (66,7%).


Setiap rumah sakit memiliki beragam konflik manajemen di

dalamnya seperti masalah intra personal, interpersonal, intra kelompok,

dan antar kelompok. Dari berbagai masalah tersebut pihak rumah sakit

memiliki cara-cara tersendiri sebagai upaya atau strategi untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapai oleh pihak terkait. Ada banyak

cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi konflik dalam rumah sakit

diantaranya dengan cara kompetisi, kolaborasi, kompromi, menghindari

dan mengakomodasi.

Melihat seringnya terjadi konflik interpersonal didalam rumah

sakit, dan ada berbagai macam strategi resolusi konflik yang ada, peneliti

berinisiatif untuk melakukan sebuah penelitian tentang strategi

penyelesaian masalah yang diterapkan dalam salah satu rumah sakit yang

ada di kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka untuk membatasi ruang

lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibuat rumusan masalah yaitu :

“ Apa strategi resolusi konflik yang dilakukan perawat dalam sebuah

rumah sakit?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi resolusi

konflik yang dilakukan perawat dalam rumah sakit.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi masalah perawat yang terjadi dalam rumah sakit

b. Mengidentifikasi strategi resolusi konflik yang dilakukan perawat

dalam rumah sakit.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman didalam

melakukan penelitian mengenai strategi resolusi konflik yang

dilakukan dalam rumah sakit. Penelitian akan memberikan manfaat

dan memudahkan untuk penliti selanjutnya dalam mengidentifikasi

manajemen konflik dengan tema yang serupa.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini bisa menjadi acuan untuk pengembangan

penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan referensi untuk strategi

resolusi dalam setiap konflik yang dihadapi.

3. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan

untuk masyarakat, bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam

menyelesaikan masalah dengan cara yang baik tanpa menggunakan

cara kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai