PENURUNAN KESADARAN
I. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Pada akhir pembelajaran modul komprehensif penurunan kesadaran, mahasiswa mampu:
1) Melakukan tatalaksana awal (primary survey) pada kasus pasien anak dengan penurunan
kesadaran
2) Melakukan assessment untuk menentukan diagnosis kerja pada kasus pasien anak dengan
penurunan kesadaran.
3) Mengusulkan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan pencitraan) untuk menentukan
diagnosis pasti pada kasus pasien anak dengan penurunan kesadaran.
II. PENDAHULUAN
Perubahan status mental adalah terminologi umum yang digunakan untuk mendeskripsikan
berbagai gangguan fungsi mental, yang dapat berkisar dari kebingungan yang ringan hingga
koma.
Pada dasarnya, status mental adalah kombinasi dari tingkatan kesadaran (sensorium,
attentiveness) dan tingkatan kognisi (yaitu proses mental atau pikiran).
Pasien mungkin mengalami gangguan pada salah satu atau keduanya. Misal:
pasien dengan meningitis mungkin mengalami gangguan kesadaran dengan kognisi yang
baik
pasien dengan demensia memiliki tingkatan kesadaran normal, tetapi kognisinya
terganggu
pasien menunjukkan perubahan tingkatan kesadaran sekaligus gangguan kognisi, seperti
pada delirium
Pada modul ini, fokus diberikan pada gangguan tingkat kesadaran (sensorium, attentiveness).
Kesadaran memerlukan fungsi normal dari kedua hemisfer otak dan Ascending Reticular
Activating System (ARAS) mulai dari midpons sampai hipotalamus anterior.
Sadar (fully allert) adalah keadaan bangun (wakefulness) dan tanggap (awareness) terhadap
diri sendiri dan lingkungan.
Korteks, saraf otonom, dan stimulus dari batang otak bertanggung jawab terhadap keadaan
bangun dan tanggap.
Penurunan kesadaran pada anak merupakan kedaruratan yang dapat mengancam jiwa
sehingga membutuhkan diagnosis dan tata laksana secara cepat dan tepat.
Tata laksana awal pada penurunan kesadaran adalah sama dengan tatalaksana
kegawatdaruratan dengan berbagai etiologi, yaitu primary survey. Hal ini dapat dilakukan
dokter di Unit Gawat Darurat Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer maupun di Rumah
Sakit rujukan.
Assessment untuk menentukan diagnosis kerja dapat dilakukan dokter di Unit Gawat Darurat
Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (sebelum merujuk) maupun di Rumah Sakit
rujukan.
Page 2 of 17
Prinsip pendekatan diagnostik penurunan kesadaran pada anak dimulai dengan evaluasi
tingkat gangguan kesadaran berdasarkan besar dan reaksi pupil, gerak bola mata, pola nafas,
dan respons motorik.
Tujuan utama tata laksana penurunan kesadaran adalah mencegah kerusakan otak lebih
lanjut.
Untuk memberikan tata laksana yang adekuat dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik neurologis, dan kemungkinan penyebab.
Pemeriksaan penunjang membantu menegakkan diagnosis pasti penyebab penurunan
kesadaran sehingga dapat dilakukan tata laksana spesifik berdasarkan etiologi. Hal ini dapat
dilakukan dokter di Rumah Sakit rujukan sebelum dikonsulkan ke dokter spesialis/konsulen.
Pemantauan berkala dapat menentukan prognosis pasien selanjutnya.
Sebagai bagian primary survey dan resusitasi awal: pemeriksaan jalan nafas (airway),
pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation) (ABCs management). Di sini termasuk tanda vital
dan bau pernafasan, pola pernafasan
2) PEMERIKSAAN FISIK
o Dalam primary survey juga dilakukan pemeriksaan fisik umum, terutama terkait jalan nafas
(airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi darah (circulation) tanda vital dan bau
pernafasan, pola pernafasan.
jalan nafas: adakah sumber obstruksi jalan nafas: benda asing/perdarahan, fraktur, dll.
pada saat mengevaluasi pernafasan, selain laju pernafasan, perhatikan juga
bau yang tercium:
bau alkohol pada pasien intoksikasi alkohol
bau aseton pada pasien ketoasidosis diabetikum
bau lainnya – racun organofosfat pada pasien tentamen suicide
pola pernafasan:
Pola nafas normal membutuhkan interaksi normal antara batang otak dan korteks
serebri.
Batang otak berperan dalam mengatur keinginan bernafas (drive), sedangkan
korteks berperan dalam mengatur pola nafas.
Kontrol metabolik, oksigenasi, dan keseimbangan asam basa dikontrol dengan
menurunkan pusat batang otak antara medula dan midpons.
Gangguan metabolik dan hipoksia dapat diatasi dengan perubahan pola
pernafasan, sehingga pola nafas yang abnormal mencerminkan gangguan
neurologis yang berat.
Karakteristik pola nafas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Pola pernafasan disertai dengan penurunan fungsi susunan saraf pusat
Pola Keterangan Letak kelainan
pernafasan
Cheyne- Pola pernafasan apnea serebral bilateral atau
stokes disertai hiperpnea secara diensefalon (metabolik
teratur bergantian atau ancaman herniasi)
Hiperventilasi Asidosis metabolik, hipoksia midpons atau midbrain
atau keracunan (amfetamin,
kokain, organofosfat)
Apneustik Berhentinya inspirasi dalam pons atau medulla
waktu yang lama
Ataksik Pola pernafasan tidak teratur medulla
Hipoventilasi Alkohol, narkotika atau
sedatif (kelainan di ARAS)
Dikutip dari: Myer EC, dkk. Principles of child neurology, 1996
Page 4 of 17
Sirkulasi: sambil menilai tekanan darah dan tensi sebagai bagian primary survey dan
resusitasi awal, bisa dipikirkan juga penyebab penurunan kesadaran berdasarkan
perubahan tensi dan nadi (Tabel 2).
Tabel 2. Penyebab tersering perubahan tekanan darah dan laju nadi anak dengan
penurunan kesadaran.
o Setelah primary survey selesai, resusitasi dilakukan dan ABC pasien dipastikan membaik,
maka dilakukan secondary survey, yaitu pemeriksaan umum head to toe dan pemeriksaan
neurologis.
o Pada prinsipnya, pemeriksaan fisik umum tidak dapat dipisahkan dengan pemeriksaan
neurologis dan dapat dikerjakan secara simultan. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
meliputi:
1. Penilaian derajat kesadaran
2. Penilaian rangsang meningeal
3. Penilaian ukuran dan reaktivitas pupil serta gerak bola mata
Page 5 of 17
a. b.
c. d.
Gambar 2. Teknik mencetuskan rangsang meningeal: a. Tes Lasegue; b. Tes
Kernig; c. Tes Brudzinski I; d. Tes Brudzinski II.
Page 7 of 17
Gambar 3. Letak lesi disertai reaksi kedua pupil pada kesadaran menurun
Page 8 of 17
Tabel 5. Gangguan refleks pupil dan gerakan bola mata pada penurunan
kesadaran.
Refleks bola mata pada pasien dengan penurunan kesadaran dinilai dengan
Doll’s eye movement (DEM) dan dengan tes kalori (Gambar 4).
Doll’s eye movement dikatakan baik bila bola mata bergerak berlawanan dengan
arah gerakan kepala. Hal ini berarti batang otak dalam kondisi baik.
Pada tes kalori, air es dialirkan pada membran timpani yang intak, jika batang
otak baik maka mata akan bergerak ke arah telinga yang dirangsang.
Gambar 4. Penilaian refleks bola mata pada penurunan kesadaran dengan menilai
Doll’s eye movement (DEM) dan tes kalori
Page 9 of 17
Pada kasus tertentu, diperlukan pemeriksaan CT scan kepala sebelum dilakukan pungsi
lumbal (misal pada anak dengan ubun-ubun yang telah menutup, bisa terjadi
peningkatan tekanan intra kranial)
Tidak dilakukan pada pasien dengan tekanan tinggi intrakranial (TTIK)
Analisis Cairan Serebrospinal (CSS) untuk menilai tekanan CSS, kekeruhan CSS (infeksi
bakterial), leukosit, protein, dan glukosa, mengidentifikasi etiologi.
o Kecurigaan adanya trauma kepala dengan komplikasi perdarahan intrakranial, tumor atau
massa di daerah supratentorial: CT scan kepala
o Kecurigaan kelainan di daerah serebelum, batang otak atau medula spinalis (kelainan pada
substansia grisea, lesi demielinisasi, iskemia, kelainan akibat gangguan metabolik atau
ensefalitis): Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala
o Untuk mendiagnosis kejang elektrik (misal ensefalitis herpes simpleks) dan penilaian
berkala pasien status epileptikus, koma persisten atau pasien yang dilumpuhkan):
elektroensefalografi (EEG).
o Pemeriksaan mikrobiologi untuk mengidentifikasi etiologi infeksi. Bisa dilakukan kultur
darah/sekret atau swab hidung/telinga/urin/CSS.
5) TATA LAKSANA
o Pendekatan tata laksana penurunan kesadaran pada anak dapat dilakukan dengan
mengikuti algoritme pada Gambar 5.
o Tata laksana awal penurunan kesadaran bertujuan untuk mencegah kerusakan otak lebih
lanjut.
o Prinsip utama adalah mempertahankan jalan nafas yang adekuat dan mempertahankan
fungsi kardiovaskular.
o Anak dengan penyebab koma yang belum jelas penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan
gula darah atau langsung diberikan cairan dekstrosa 25% sebanyak 1-4 mL/kgBB,
kemudian dievaluasi responsnya.
Bila didapatkan perbaikan dramatis, maka selanjutnya diberikan infus dekstrosa 10%.
Pada kesadaran yang tidak pulih setelah pemberian infus dekstrosa, maka hipoglikemia
sebagai penyebab dapat disingkirkan.
o Peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi akibat adanya gangguan struktur,infeksi,
metabolik atau toksisitas.
CT scan kepala harus dilakukan pada setiap anak dengan penurunan kesadaran akibat
trauma kepala tertutup atau penyebab yang tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Peningkatan tekanan intrakranial diturunkan dengan pemberian manitol 20%
intravena per drip dengan dosis 0,5-1,0 gram/ kgBB selama 30 menit setiap 6–8 jam.
o Nalokson diberikan bila dicurigai adanya overdosis narkotika.
o Kejang dan status epileptikus harus diatasi.
Perlu dipertimbangkan adanya kejang walaupun tidak bermanifestasi secara klinis
(status epileptikus nonkonvulsif subklinis) sehingga ketersediaan EEG sangat penting
untuk pemantauan pasien penurunan kesadaran (dilakukan di rumah sakit dengan
dokter spesialis saraf/konsulen untuk melakukan prosedur pemeriksaan dan
menginterpretasi hasil pembacaan EEG).
o Bila dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat, harus dilakukan pungsi lumbal
(kompetensi spesialis) dan diberikan antibiotik atau antivirus yang sesuai.
o Gangguan keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa harus dikoreksi.
Hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, atau hipomagnesemia yang menyertai
penyakit sistemik jauh lebih sering menyebabkan koma.
Asidosis atau alkalosis, baik metabolik maupun respiratorik juga harus dikoreksi.
o Suhu tubuh normal baik untuk pemulihan dan pencegahan asidosis. Antipiretik yang sesuai
harus diberikan untuk menurunkan demam.
o Agitasi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyulitkan bantuan ventilasi
mekanik sehingga dapat dipertimbangkan pemberian sedatif walaupun mungkin akan
menyulitkan evaluasi neurologik berkala.
o Pemantauan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, meliputi pola
pernafasan, ukuran pupil dan reaksi terhadap rangsangan, motilitas okular, dan respons
motorik terhadap rangsangan.
Page 12 of 17
0 1 2 3 bobot
Kemampuan anamnesis Tidak mampu melakukan Melakukan penggalian Melakukan penggalian Melakukan penggalian 2
satu pun penggalian terhadap 1-4 aspek terhadap 5-8 aspek berikut: terhadap 9-10 aspek berikut:
informasi lebih lanjut. berikut: 1) Penurunan kesadaran 1) Penurunan kesadaran
1) Penurunan kesadaran pasien pasien
pasien 2) Kejang 2) Kejang
2) Kejang 3) Demam tinggi 3) Demam tinggi
3) Demam tinggi 4) Nyeri Kepala 4) Nyeri Kepala
4) Nyeri Kepala 5) Muntah 5) Muntah
5) Muntah 6) Keluhan penyerta 6) Keluhan penyerta
6) Keluhan penyerta 7) Otore 7) Otore
7) Otore 8) Riwayat penyakit 8) Riwayat penyakit
8) Riwayat penyakit terdahulu terdahulu
terdahulu 9) Riwayat penyakit 9) Riwayat penyakit keluarga
9) Riwayat penyakit keluarga 10) Riwayat sosial ekonomi
keluarga 10) Riwayat sosial
10) Riwayat sosial ekonomi
ekonomi
Kemampuan pemeriksaan Tidak mampu melakukan Melakukan 1-3 Melakukan 4-6 Melakukan keseluruhan 5
fisik satu pun pemeriksaan pemeriksaan berikut pemeriksaan berikut pemeriksaan berikut dengan
dengan lege artis dengan teknik yang lege dengan teknik yang lege teknik yang lege artis
artis artis 1) Reassessment tanda vital
1) Reassessment tanda 1) Reassessment tanda 2) Penilaian derajat
vital vital kesadaran
2) Penilaian derajat 2) Penilaian derajat 3) Pemeriksaan rangsang
kesadaran kesadaran meningeal
3) Pemeriksaan rangsang 3) Pemeriksaan rangsang 4) Penilaian ukuran dan
meningeal meningeal reaktivitas pupil serta
4) Penilaian ukuran dan 4) Penilaian ukuran dan gerak bola mata
reaktivitas pupil serta reaktivitas pupil serta 5) Pemeriksaan motorik:
gerak bola mata gerak bola mata postur, aktivitas motorik
5) Pemeriksaan motorik: 5) Pemeriksaan motorik: spontan, dan respons
postur, aktivitas postur, aktivitas terhadap rangsang
motorik spontan, dan motorik spontan, dan
Page 14 of 17
Menentukan diagnosis dan Tidak mampu Menyebutkan diagnosis Mampu menyebutkan Mampu menyebutkan 4
diagnosis banding menyebutkan diagnosis kerja: Meningoensefalitis diagnosis kerja dengan diagnosis kerja dengan tepat:
kerja dan diagnosis DAN tepat: Meningoensefalitis Meningoensefalitis otogenik
banding Menyebutkan diagnosis otogenik atau atau meningoencephalitis e.c
banding yang salah/ tidak meningoencephalitis e.c otitis media
mampu menyebutkan otitis media DAN
diagnosis banding ATAU Mampu menyebutkan
Mampu menyebutkan diagnosis banding dengan
diagnosis banding dengan tepat: abses serebri
tepat: abses serebri
Tata laksana Non Tidak mampu Menyebutkan tata laksana Menyebutkan tata laksana Menyebutkan keseluruhan 4
farmakoterapi/prosedural menyebutkan tata laksana tindak lanjut berupa salah tindak lanjut sebagai tata laksana tindak lanjut
tindak lanjut. satu dari berikut: berikut: sebagai berikut:
1) Terapi simptomatis 1) Terapi simptomatis 1) Terapi simptomatis untuk
untuk menjaga untuk menjaga menjaga kestabilan kondisi
kestabilan kondisi kestabilan kondisi pasien sambil
pasien sambil pasien sambil mempersiapkan proses
mempersiapkan mempersiapkan proses rujukan:
proses rujukan (tanpa rujukan (tanpa a. Antibiotika
Page 15 of 17
V. REFERENSI
1. Setyabudhy, Mangunatmadja I, Yuliarto S. Evaluasi diagnosis dan tata laksana penurunan
kesadaran pada anak. Dalam: Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku ajar pediatri gawat
darurat. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2011.h.18-28.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
3. Aprilia M, Wreksoatmodjo BR. Pemeriksaan neurologis pada kesadaran menurun. Cermin
Dunia Kedokteran.2015; 42 (10):780-6.