Anda di halaman 1dari 17

Page 1 of 17

MODUL KOMPREHENSIF LATIHAN KETERAMPILAN KLINIS:

PENURUNAN KESADARAN

I. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Pada akhir pembelajaran modul komprehensif penurunan kesadaran, mahasiswa mampu:
1) Melakukan tatalaksana awal (primary survey) pada kasus pasien anak dengan penurunan
kesadaran
2) Melakukan assessment untuk menentukan diagnosis kerja pada kasus pasien anak dengan
penurunan kesadaran.
3) Mengusulkan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan pencitraan) untuk menentukan
diagnosis pasti pada kasus pasien anak dengan penurunan kesadaran.

II. PENDAHULUAN
 Perubahan status mental adalah terminologi umum yang digunakan untuk mendeskripsikan
berbagai gangguan fungsi mental, yang dapat berkisar dari kebingungan yang ringan hingga
koma.
 Pada dasarnya, status mental adalah kombinasi dari tingkatan kesadaran (sensorium,
attentiveness) dan tingkatan kognisi (yaitu proses mental atau pikiran).
 Pasien mungkin mengalami gangguan pada salah satu atau keduanya. Misal:
 pasien dengan meningitis mungkin mengalami gangguan kesadaran dengan kognisi yang
baik
 pasien dengan demensia memiliki tingkatan kesadaran normal, tetapi kognisinya
terganggu
 pasien menunjukkan perubahan tingkatan kesadaran sekaligus gangguan kognisi, seperti
pada delirium
 Pada modul ini, fokus diberikan pada gangguan tingkat kesadaran (sensorium, attentiveness).
 Kesadaran memerlukan fungsi normal dari kedua hemisfer otak dan Ascending Reticular
Activating System (ARAS) mulai dari midpons sampai hipotalamus anterior.
 Sadar (fully allert) adalah keadaan bangun (wakefulness) dan tanggap (awareness) terhadap
diri sendiri dan lingkungan.
 Korteks, saraf otonom, dan stimulus dari batang otak bertanggung jawab terhadap keadaan
bangun dan tanggap.
 Penurunan kesadaran pada anak merupakan kedaruratan yang dapat mengancam jiwa
sehingga membutuhkan diagnosis dan tata laksana secara cepat dan tepat.
 Tata laksana awal pada penurunan kesadaran adalah sama dengan tatalaksana
kegawatdaruratan dengan berbagai etiologi, yaitu primary survey. Hal ini dapat dilakukan
dokter di Unit Gawat Darurat Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer maupun di Rumah
Sakit rujukan.
 Assessment untuk menentukan diagnosis kerja dapat dilakukan dokter di Unit Gawat Darurat
Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (sebelum merujuk) maupun di Rumah Sakit
rujukan.
Page 2 of 17

 Prinsip pendekatan diagnostik penurunan kesadaran pada anak dimulai dengan evaluasi
tingkat gangguan kesadaran berdasarkan besar dan reaksi pupil, gerak bola mata, pola nafas,
dan respons motorik.
 Tujuan utama tata laksana penurunan kesadaran adalah mencegah kerusakan otak lebih
lanjut.
 Untuk memberikan tata laksana yang adekuat dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik neurologis, dan kemungkinan penyebab.
 Pemeriksaan penunjang membantu menegakkan diagnosis pasti penyebab penurunan
kesadaran sehingga dapat dilakukan tata laksana spesifik berdasarkan etiologi. Hal ini dapat
dilakukan dokter di Rumah Sakit rujukan sebelum dikonsulkan ke dokter spesialis/konsulen.
 Pemantauan berkala dapat menentukan prognosis pasien selanjutnya.
 Sebagai bagian primary survey dan resusitasi awal: pemeriksaan jalan nafas (airway),
pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation) (ABCs management). Di sini termasuk tanda vital
dan bau pernafasan, pola pernafasan

III. DASAR TEORI


1) ANAMNESIS
o Tata laksana awal pada penurunan kesadaran adalah sama dengan tatalaksana
kegawatdaruratan dengan berbagai etiologi, yaitu primary survey. Pada saat awal,
pemeriksaan dan penanganan kedaruratan (bantuan hidup dasar/resusitasi) yang meliputi
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi darah (circulation) harus
dilakukan secara cepat dan cermat.
o Simultan dengan penanganan ini, dapat digali riwayat klinis yang penting untuk mencari
etiologi penurunan kesadaran dan penanganan pasien yang tepat.
o Anamnesis lebih lengkap dapat dilakukan setelah primary survey selesai, resusitasi
dilakukan dan ABC pasien dipastikan membaik.
o Karena pasien tidak mungkin mampu memberikan keterangan jelas dalam anamnesis,
maka anamnesis dengan saksi, keluarga, pekerja ambulans menjadi penting.
o Riwayat yang perlu digali:
 Apabila pasien ditemukan tidak sadar (tidak ada yang mengamati kondisi sebelumnya),
bagaimana kondisi pasien saat ditemukan, misalnya paparan dalam suhu ekstrim, adakah
kemasan obat atau produk beracun di sekitarnya
 Adakah riwayat trauma (kecelakaan lalu lintas/jatuh/tindak kejahatan, termasuk
kecurigaan kekerasan pada anak)
 Bagaimana keluhan penyerta/gangguan kesehatan/penyakit yang baru dialami, serta
bagaimana onset dan sifatnya: flu-like illnes yang baru saja dialami; tinja berdarah;
muntah; kejang; demam tinggi; nyeri kepala
 Bagaimana riwayat kesehatan sebelumnya
 obat-obatan yang dikonsumsi (kecurigaan intoksikasi obat)
 penyakit jantung atau neurovaskular (dicurigai pada penurunan kesadaran akut)
 kelainan metabolik (dicurigai pada penurunan kesadaran subakut)
 gangguan neurologis sebelumnya
Page 3 of 17

2) PEMERIKSAAN FISIK
o Dalam primary survey juga dilakukan pemeriksaan fisik umum, terutama terkait jalan nafas
(airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi darah (circulation) tanda vital dan bau
pernafasan, pola pernafasan.
 jalan nafas: adakah sumber obstruksi jalan nafas: benda asing/perdarahan, fraktur, dll.
 pada saat mengevaluasi pernafasan, selain laju pernafasan, perhatikan juga
 bau yang tercium:
 bau alkohol pada pasien intoksikasi alkohol
 bau aseton pada pasien ketoasidosis diabetikum
 bau lainnya – racun organofosfat pada pasien tentamen suicide
 pola pernafasan:
 Pola nafas normal membutuhkan interaksi normal antara batang otak dan korteks
serebri.
 Batang otak berperan dalam mengatur keinginan bernafas (drive), sedangkan
korteks berperan dalam mengatur pola nafas.
 Kontrol metabolik, oksigenasi, dan keseimbangan asam basa dikontrol dengan
menurunkan pusat batang otak antara medula dan midpons.
 Gangguan metabolik dan hipoksia dapat diatasi dengan perubahan pola
pernafasan, sehingga pola nafas yang abnormal mencerminkan gangguan
neurologis yang berat.
 Karakteristik pola nafas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Pola pernafasan disertai dengan penurunan fungsi susunan saraf pusat
Pola Keterangan Letak kelainan
pernafasan
Cheyne- Pola pernafasan apnea serebral bilateral atau
stokes disertai hiperpnea secara diensefalon (metabolik
teratur bergantian atau ancaman herniasi)
Hiperventilasi Asidosis metabolik, hipoksia midpons atau midbrain
atau keracunan (amfetamin,
kokain, organofosfat)
Apneustik Berhentinya inspirasi dalam pons atau medulla
waktu yang lama
Ataksik Pola pernafasan tidak teratur medulla
Hipoventilasi Alkohol, narkotika atau
sedatif (kelainan di ARAS)
Dikutip dari: Myer EC, dkk. Principles of child neurology, 1996
Page 4 of 17

Gambar 1. Pola pernafasan abnormal: a. Pernafasan Cheyne-Stokes; b. Central


hyperventilation; c.dan d. Pernafasan apneustik; e. Pernafasan ataksik

 Sirkulasi: sambil menilai tekanan darah dan tensi sebagai bagian primary survey dan
resusitasi awal, bisa dipikirkan juga penyebab penurunan kesadaran berdasarkan
perubahan tensi dan nadi (Tabel 2).

Tabel 2. Penyebab tersering perubahan tekanan darah dan laju nadi anak dengan
penurunan kesadaran.

o Setelah primary survey selesai, resusitasi dilakukan dan ABC pasien dipastikan membaik,
maka dilakukan secondary survey, yaitu pemeriksaan umum head to toe dan pemeriksaan
neurologis.
o Pada prinsipnya, pemeriksaan fisik umum tidak dapat dipisahkan dengan pemeriksaan
neurologis dan dapat dikerjakan secara simultan. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
meliputi:
1. Penilaian derajat kesadaran
2. Penilaian rangsang meningeal
3. Penilaian ukuran dan reaktivitas pupil serta gerak bola mata
Page 5 of 17

4. Pemeriksaan motorik: postur, aktivitas motorik spontan, dan respons terhadap


rangsang
5. Pemeriksaan saraf kranialis
6. Pemeriksaan sistemik lainnya yang dilakukan secara sistematik (head to toe).
o Pemeriksaan neurologis pada kesadaran menurun dan teknis pemeriksaan neurologis
secara umum (1 s.d 5) selengkapnya dapat dibaca pada suplemen.

1. Penilaian derajat kesadaran


 Tingkat kesadaran dapat dinilai secara kualitatif maupun kuantitatif.
 Tingkat kesadaran secara kualitatif terdiri atas: (Tabel 3).

Tabel 3. Derajat penurunan kesadaran


Keadaan Definisi
Obtundansi Kesulitan dalam mempertahankan keadaan sadar
Letargi Berespon terhadap stimulus selain nyeri
Stupor Berespon hanya terhadap nyeri
Koma Tidak berespon terhadap nyeri
Dikutip dari: Fenichel GM. Clinical pediatric neurology, 2005

 Sadar (kompos mentis) adalah keadaan tanggap terhadap lingkungan dan


diri sendiri di lingkungan tersebut baik saat ada atau tidak ada rangsangan.
Orientasi terhadap orang lain, waktu, tempat, situasi baik.
 Obtundasi (apatis) adalah penurunan kesadaran ringan yang ditandai
dengan berkurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar dan reaksi yang
lambat terhadap rangsangan. Pada kondisi ini, komunikasi masih dapat
dilangsungkan sebagian.
 Letargi (somnolen) adalah keadaan pasien tampak mengantuk atau tidur,
akan tetapi masih dapat dibangunkan dengan rangsangan suara atau nyeri.
Saat sadar pasien dapat berkomunikasi dengan pemeriksa kemudian
tertidur kembali.
 Stupor (sopor) adalah gangguan kesadaran yang menyerupai tidur dalam
dan hanya dapat dibangunkan sebagian dengan rangsang nyeri yang kuat.
Komunikasi tidak ada atau minimal. Derajat kesadaran terbaik tetap tidak
normal dan tanpa rangsangan kesadaran kembali seperti sebelumnya.
 Koma adalah gangguan kesadaran yang berat, pasien tampak tidur dalam
tanpa dapat dibangunkan dan tidak bereaksi terhadap berbagai rangsangan,
baik taktil, verbal, visual, maupun rangsangan lainnya.

 Tingkat kesadaran kuantitatif dinilai dengan Glasgow Commatose Scale


(GCS),yang dapat digunakan pada dewasa maupun anak (dengan modifikasi
pada komponen verbal. (Tabel 4).
 Skala berkisar antara 3–15 ; skor 12–14 = gangguan kesadaran ringan; 9-11
= gangguan kesadaran sedang; ≤8 = koma
Page 6 of 17

Tabel 4. Penilaian Skala Koma Glasgow (SKG) pada anak


Tanda SKG SKG-modifikasi untuk anak nilai
Buka mata Spontan Spontan 4
Terhadap perintah Terhadap suara 3
Terhadap rangsang nyeri Terhadap rangsang nyeri 2
Tidak ada Tidak ada 1
Respon Terorientasi Sesuai usia, terorientasi, ikuti 5
verbal objek, senyum sosial
Bingung/Disorientasi Menangis, tetapi dapat dibujuk/ 4
Rewel, tidak kooperatif, tanggap
lingkungan
Kata-kata tidak tepat Rewel, tangis persisten, dapat 3
dibujuk tetapi tidak konsisten
Suara tidak dimengerti Tangis tak terbujuk, tak tanggap 2
lingkungan, gelisah, agitasi
Tidak ada Tidak ada 1
Respon Mengikuti perintah Mengikuti perintah, gerakan 6
motorik spontan
Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri 5
Menghindari nyeri Menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal Fleksi abnormal terhadap nyeri 3
terhadap nyeri
Ekstensi abnormal Ekstensi abnormal terhadap nyeri 2
terhadap nyeri
Tidak ada Tidak ada 1
Nilai total terbaik 15

2. Penilaian rangsang meningeal


 Penilaian adanya rangsang meningeal bisa dilakukan melalui beberapa
prosedur, yaitu: kaku kuduk, Kernig, Laseque, Brudzinski I dan Brudzinski II
(Gambar 2)

a. b.

c. d.
Gambar 2. Teknik mencetuskan rangsang meningeal: a. Tes Lasegue; b. Tes
Kernig; c. Tes Brudzinski I; d. Tes Brudzinski II.
Page 7 of 17

3. Ukuran dan reaktivitas pupil serta gerak bola mata


 Reaksi pupil (konstriksi dan dilatasi) diatur oleh sistem saraf simpatis (midriasis)
dan parasimpatis (miosis).
 Serabut simpatis berasal dari hipotalamus, sedangkan serabut parasimpatis
berasal dari mesencephalon.
 Ensefalopati metabolik, intoksikasi glutamat atau barbiturat, dan lesi di daerah
diensefalon menyebabkan pupil mengecil (miosis) meskipun tetap memberikan
respons terhadap cahaya.
 Lesi di mesencephalon mempengaruhi serabut simpatis dan parasimpatis
sehingga pupil terfiksasi di tengah dan terjadi konstriksi pupil yang tidak reaktif.
 Keterlibatan saraf otak III menyebabkan dilatasi pupil yang terfiksasi.
 Lesi di daerah pons menyebabkan pin point pupil (Gambar 3).
 Kelainan struktural lebih sering menyebabkan kelumpuhan asimetri.
 Gangguan anatomis setinggi bagian kaudal ARAS menyebabkan gerakan bola
mata abnormal.
 Beberapa keadaan yang menyebabkan gangguan refleks pupil dan gerakan bola
mata dapat dilihat pada Tabel 5.

Gambar 3. Letak lesi disertai reaksi kedua pupil pada kesadaran menurun
Page 8 of 17

Tabel 5. Gangguan refleks pupil dan gerakan bola mata pada penurunan
kesadaran.

 Refleks bola mata pada pasien dengan penurunan kesadaran dinilai dengan
Doll’s eye movement (DEM) dan dengan tes kalori (Gambar 4).
 Doll’s eye movement dikatakan baik bila bola mata bergerak berlawanan dengan
arah gerakan kepala. Hal ini berarti batang otak dalam kondisi baik.
 Pada tes kalori, air es dialirkan pada membran timpani yang intak, jika batang
otak baik maka mata akan bergerak ke arah telinga yang dirangsang.

Gambar 4. Penilaian refleks bola mata pada penurunan kesadaran dengan menilai
Doll’s eye movement (DEM) dan tes kalori
Page 9 of 17

4. Pemeriksaan motorik: postur, aktivitas motorik spontan, dan respons terhadap


rangsang
 Fungsi motorik dapat memberikan informasi tentang lokasi lesi.
 Hemiparesis yang disertai refleks otot yang abnormal memperlihatkan lokasi
lesi kontralateral jaras kortikospinal.
 Fenomena kortikal akibat kerusakan pada atau di atas nukleus tertentu pada
batang otak dapat menyebabkan:
 Dekortikasi atau posisi fleksi (lengan fleksi dan tertarik ke atas dada)
disebabkan oleh kerusakan serebral hemisfer bilateral (kortikal atau
subkortikal) atau depresi toksik-metabolik fungsi otak dengan fungsi batang
otak yang masih baik.
 Deserebrasi atau posisi ekstensi (lengan ekstensi dan rotasi interna)
menunjukkan lesi destruktif otak tengah dan pons bagian atas. Ditemukan
pula pada kelainan metabolik berat seperti ensefalopati hepatik dan
ensefalopati hipoksik anoksik.
 Manifestasi klinis neurologis berdasarkan tingkat gangguan pada susunan saraf
pusat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Manifestasi klinis neurologis berdasarkan tingkat gangguan pada SSP.

3) PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN


o Pemeriksaan penujang dilakukan untuk membantu mencari penyebab penurunan
kesadaran.
o Pemeriksaan darah yang umum dilakukan:
 pemeriksaan darah tepi lengkap  fungsi hati
 elektrolit termasuk kalsium dan  fungsi ginjal
magnesium  faktor koagulasi
 glukosa  uji tapis toksikologi
o Pemeriksaan khusus yang dilakukan atas indikasi:
 kadar antikonvulsan  fungsi tiroid
 kadar laktat  fungsi adrenal
 kadar kreatinin kinase
o Terdapat kecurigaan kelainan jantung dan paru:
 EKG  foto thorax
o Terdapat kecurigaan infeksi susunan saraf pusat: pungsi lumbal
Page 10 of 17

 Pada kasus tertentu, diperlukan pemeriksaan CT scan kepala sebelum dilakukan pungsi
lumbal (misal pada anak dengan ubun-ubun yang telah menutup, bisa terjadi
peningkatan tekanan intra kranial)
 Tidak dilakukan pada pasien dengan tekanan tinggi intrakranial (TTIK)
 Analisis Cairan Serebrospinal (CSS) untuk menilai tekanan CSS, kekeruhan CSS (infeksi
bakterial), leukosit, protein, dan glukosa, mengidentifikasi etiologi.
o Kecurigaan adanya trauma kepala dengan komplikasi perdarahan intrakranial, tumor atau
massa di daerah supratentorial: CT scan kepala
o Kecurigaan kelainan di daerah serebelum, batang otak atau medula spinalis (kelainan pada
substansia grisea, lesi demielinisasi, iskemia, kelainan akibat gangguan metabolik atau
ensefalitis): Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala
o Untuk mendiagnosis kejang elektrik (misal ensefalitis herpes simpleks) dan penilaian
berkala pasien status epileptikus, koma persisten atau pasien yang dilumpuhkan):
elektroensefalografi (EEG).
o Pemeriksaan mikrobiologi untuk mengidentifikasi etiologi infeksi. Bisa dilakukan kultur
darah/sekret atau swab hidung/telinga/urin/CSS.

4) DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


o Berdasarkan pemeriksaan fisik, neurologis, dan pemeriksaan penunjang, dapat dibuat
diagnosis banding kemungkinan penyebab penurunan kesadaran.
o Penyebab penurunan kesadaran pada anak secara garis besar dibagi atas infeksi atau
inflamasi, kelainan struktur otak, metabolik, nutrisi, atau toksin (Tabel 7)

Tabel 7. Penyebab tersering penurunan kesadaran pada anak.


Page 11 of 17

5) TATA LAKSANA
o Pendekatan tata laksana penurunan kesadaran pada anak dapat dilakukan dengan
mengikuti algoritme pada Gambar 5.
o Tata laksana awal penurunan kesadaran bertujuan untuk mencegah kerusakan otak lebih
lanjut.
o Prinsip utama adalah mempertahankan jalan nafas yang adekuat dan mempertahankan
fungsi kardiovaskular.
o Anak dengan penyebab koma yang belum jelas penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan
gula darah atau langsung diberikan cairan dekstrosa 25% sebanyak 1-4 mL/kgBB,
kemudian dievaluasi responsnya.
 Bila didapatkan perbaikan dramatis, maka selanjutnya diberikan infus dekstrosa 10%.
 Pada kesadaran yang tidak pulih setelah pemberian infus dekstrosa, maka hipoglikemia
sebagai penyebab dapat disingkirkan.
o Peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi akibat adanya gangguan struktur,infeksi,
metabolik atau toksisitas.
 CT scan kepala harus dilakukan pada setiap anak dengan penurunan kesadaran akibat
trauma kepala tertutup atau penyebab yang tidak dapat ditentukan dengan pasti.
 Peningkatan tekanan intrakranial diturunkan dengan pemberian manitol 20%
intravena per drip dengan dosis 0,5-1,0 gram/ kgBB selama 30 menit setiap 6–8 jam.
o Nalokson diberikan bila dicurigai adanya overdosis narkotika.
o Kejang dan status epileptikus harus diatasi.
 Perlu dipertimbangkan adanya kejang walaupun tidak bermanifestasi secara klinis
(status epileptikus nonkonvulsif subklinis) sehingga ketersediaan EEG sangat penting
untuk pemantauan pasien penurunan kesadaran (dilakukan di rumah sakit dengan
dokter spesialis saraf/konsulen untuk melakukan prosedur pemeriksaan dan
menginterpretasi hasil pembacaan EEG).
o Bila dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat, harus dilakukan pungsi lumbal
(kompetensi spesialis) dan diberikan antibiotik atau antivirus yang sesuai.
o Gangguan keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa harus dikoreksi.
 Hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, atau hipomagnesemia yang menyertai
penyakit sistemik jauh lebih sering menyebabkan koma.
 Asidosis atau alkalosis, baik metabolik maupun respiratorik juga harus dikoreksi.
o Suhu tubuh normal baik untuk pemulihan dan pencegahan asidosis. Antipiretik yang sesuai
harus diberikan untuk menurunkan demam.
o Agitasi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyulitkan bantuan ventilasi
mekanik sehingga dapat dipertimbangkan pemberian sedatif walaupun mungkin akan
menyulitkan evaluasi neurologik berkala.
o Pemantauan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, meliputi pola
pernafasan, ukuran pupil dan reaksi terhadap rangsangan, motilitas okular, dan respons
motorik terhadap rangsangan.
Page 12 of 17

Gambar 5. Algoritma tata laksana awal pasien dengan penurunan kesadaran.


Page 13 of 17

IV. RUBRIK PENILAIAN

0 1 2 3 bobot
Kemampuan anamnesis Tidak mampu melakukan Melakukan penggalian Melakukan penggalian Melakukan penggalian 2
satu pun penggalian terhadap 1-4 aspek terhadap 5-8 aspek berikut: terhadap 9-10 aspek berikut:
informasi lebih lanjut. berikut: 1) Penurunan kesadaran 1) Penurunan kesadaran
1) Penurunan kesadaran pasien pasien
pasien 2) Kejang 2) Kejang
2) Kejang 3) Demam tinggi 3) Demam tinggi
3) Demam tinggi 4) Nyeri Kepala 4) Nyeri Kepala
4) Nyeri Kepala 5) Muntah 5) Muntah
5) Muntah 6) Keluhan penyerta 6) Keluhan penyerta
6) Keluhan penyerta 7) Otore 7) Otore
7) Otore 8) Riwayat penyakit 8) Riwayat penyakit
8) Riwayat penyakit terdahulu terdahulu
terdahulu 9) Riwayat penyakit 9) Riwayat penyakit keluarga
9) Riwayat penyakit keluarga 10) Riwayat sosial ekonomi
keluarga 10) Riwayat sosial
10) Riwayat sosial ekonomi
ekonomi
Kemampuan pemeriksaan Tidak mampu melakukan Melakukan 1-3 Melakukan 4-6 Melakukan keseluruhan 5
fisik satu pun pemeriksaan pemeriksaan berikut pemeriksaan berikut pemeriksaan berikut dengan
dengan lege artis dengan teknik yang lege dengan teknik yang lege teknik yang lege artis
artis artis 1) Reassessment tanda vital
1) Reassessment tanda 1) Reassessment tanda 2) Penilaian derajat
vital vital kesadaran
2) Penilaian derajat 2) Penilaian derajat 3) Pemeriksaan rangsang
kesadaran kesadaran meningeal
3) Pemeriksaan rangsang 3) Pemeriksaan rangsang 4) Penilaian ukuran dan
meningeal meningeal reaktivitas pupil serta
4) Penilaian ukuran dan 4) Penilaian ukuran dan gerak bola mata
reaktivitas pupil serta reaktivitas pupil serta 5) Pemeriksaan motorik:
gerak bola mata gerak bola mata postur, aktivitas motorik
5) Pemeriksaan motorik: 5) Pemeriksaan motorik: spontan, dan respons
postur, aktivitas postur, aktivitas terhadap rangsang
motorik spontan, dan motorik spontan, dan
Page 14 of 17

respons terhadap respons terhadap 6) Pemeriksaan saraf


rangsang rangsang kranialis
6) Pemeriksaan saraf 6) Pemeriksaan saraf 7) Pemeriksaan sistemik
kranialis kranialis lainnya yang dilakukan
7) Pemeriksaan sistemik 7) Pemeriksaan sistemik secara sistematik (head to
lainnya yang lainnya yang dilakukan toe).
dilakukan secara secara sistematik
sistematik (head to (head to toe). * apabila tidak lege artis
toe). dianggap tidak melakukan
Melakukan tes/prosedur Tidak mampu mengajukan Tidak ada nilai 1 Mampu mengajukan Mampu mengajukan 1
klinik atau intrepretasi data pemeriksaan darah pemeriksaan darah pemeriksaan darah
untuk menunjang diagnosis rutin/lengkap rutin/lengkap. rutin/lengkap.
banding atau diagnosis ATAU TETAPI DAN
Mengajukan pemeriksaan Tidak mampu Mampu menginterpretasikan
lain yang tidak dapat menginterpretasikan hasilnya dengan tepat.
dilakukan di Puskesmas hasilnya dengan tepat.
atau tidak relevan.

Menentukan diagnosis dan Tidak mampu Menyebutkan diagnosis Mampu menyebutkan Mampu menyebutkan 4
diagnosis banding menyebutkan diagnosis kerja: Meningoensefalitis diagnosis kerja dengan diagnosis kerja dengan tepat:
kerja dan diagnosis DAN tepat: Meningoensefalitis Meningoensefalitis otogenik
banding Menyebutkan diagnosis otogenik atau atau meningoencephalitis e.c
banding yang salah/ tidak meningoencephalitis e.c otitis media
mampu menyebutkan otitis media DAN
diagnosis banding ATAU Mampu menyebutkan
Mampu menyebutkan diagnosis banding dengan
diagnosis banding dengan tepat: abses serebri
tepat: abses serebri
Tata laksana Non Tidak mampu Menyebutkan tata laksana Menyebutkan tata laksana Menyebutkan keseluruhan 4
farmakoterapi/prosedural menyebutkan tata laksana tindak lanjut berupa salah tindak lanjut sebagai tata laksana tindak lanjut
tindak lanjut. satu dari berikut: berikut: sebagai berikut:
1) Terapi simptomatis 1) Terapi simptomatis 1) Terapi simptomatis untuk
untuk menjaga untuk menjaga menjaga kestabilan kondisi
kestabilan kondisi kestabilan kondisi pasien sambil
pasien sambil pasien sambil mempersiapkan proses
mempersiapkan mempersiapkan proses rujukan:
proses rujukan (tanpa rujukan (tanpa a. Antibiotika
Page 15 of 17

menyebutkan obat menyebutkan obat apa b. Antipiretik


apa saja) saja) dan c. Antikonvulsi
2) Merujuk ke Rumah 2) Merujuk ke Rumah Sakit d. Menurunkan tekanan
Sakit (tanpa (tanpa menyebutkan intrakranial
menyebutkan spesifikasi rumah sakit) 2) Merujuk ke Rumah Sakit
spesifikasi rumah dengan fasilitas
sakit) pemeriksaan penunjang
Atau menyebutkan dan ICU untuk dirawat
lengkap (seperti pada skor bersama Spesialis:
3), tetapi hanya salah Saraf/Bedah
satu. Saraf/THT/Rehabilitasi
Medik/Penyakit dalam
Komunikasi dan edukasi Tidak mampu menjelaskan Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan kepada 2
pasien kepada keluarga pasien kepada keluarga pasien kepada keluarga pasien keluarga pasien perihal ketiga
perihal satu pun hal perihal salah satu dari hal perihal 2 dari 3 hal berikut: hal berikut:
berikut: berikut: 1) Kondisi yang dialami 1) Kondisi yang dialami
1) Kondisi yang dialami 1) Kondisi yang dialami pasien pasien (kegawatdaruratan)
pasien pasien (kegawatdaruratan) 2) Rencana tindak lanjut
(kegawatdaruratan) (kegawatdaruratan) 2) Rencana tindak lanjut (terapi awal dan rujukan)
2) Rencana tindak lanjut 2) Rencana tindak lanjut (terapi awal dan 3) Alasan dan tujuan dari
(terapi awal dan (terapi awal dan rujukan) rencana tindak lanjut
rujukan) rujukan) 3) Alasan dan tujuan dari
3) Alasan dan tujuan dari 3) Alasan dan tujuan dari rencana tindak lanjut
rencana tindak lanjut rencana tindak lanjut
Perilaku profesional Secara keseluruhan, Secara keseluruhan, Secara keseluruhan, Secara keseluruhan, performa 2
performa peserta performa peserta performa peserta peserta menunjukkan 6-7 hal
menunjukkan tidak satu menunjukkan 1-3 hal dari menunjukkan 4-5 hal dari dari karakteristik berikut:
pun dari karakteristik karakteristik berikut: karakteristik berikut: 1) Menunjukkan
berikut: 1) Menunjukkan 1) Menunjukkan ketenangan dalam
1) Menunjukkan ketenangan dalam ketenangan dalam menghadapi kasus gawat
ketenangan dalam menghadapi kasus menghadapi kasus darurat.
menghadapi kasus gawat darurat. gawat darurat. 2) Meminta izin secara lisan
gawat darurat. 2) Meminta izin secara 2) Meminta izin secara kepada keluarga pasien
2) Meminta izin secara lisan kepada keluarga lisan kepada keluarga untuk melakukan
lisan kepada keluarga pasien untuk pasien untuk beberapa pemeriksaan
pasien untuk melakukan beberapa melakukan beberapa yang diperlukan.
melakukan beberapa
Page 16 of 17

pemeriksaan yang pemeriksaan yang pemeriksaan yang 3) Melakukan tindakan


diperlukan. diperlukan. diperlukan. sesuai prioritas
3) Melakukan tindakan 3) Melakukan tindakan 3) Melakukan tindakan 4) Mencuci tangan sebelum
sesuai prioritas sesuai prioritas sesuai prioritas dan sesudah melakukan
4) Mencuci tangan 4) Mencuci tangan 4) Mencuci tangan tindakan.
sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah 5) Melakukan setiap
melakukan tindakan. melakukan tindakan. melakukan tindakan. tindakan dengan berhati-
5) Melakukan setiap 5) Melakukan setiap 5) Melakukan setiap hati dan teliti sehingga
tindakan dengan tindakan dengan tindakan dengan tidak membahayakan
berhati-hati dan teliti berhati-hati dan teliti berhati-hati dan teliti pasien dan diri sendiri
sehingga tidak sehingga tidak sehingga tidak 6) Menunjukan rasa hormat
membahayakan membahayakan membahayakan pasien kepada pasien
pasien dan diri sendiri pasien dan diri sendiri dan diri sendiri 7) Mengetahui keterbatasan
6) Menunjukan rasa 6) Menunjukan rasa 6) Menunjukan rasa dengan merujuk atau
hormat kepada pasien hormat kepada pasien hormat kepada pasien melakukan konsultasi bila
7) Mengetahui 7) Mengetahui 7) Mengetahui diperlukan
keterbatasan dengan keterbatasan dengan keterbatasan dengan
merujuk atau merujuk atau merujuk atau
melakukan konsultasi melakukan konsultasi melakukan konsultasi
bila diperlukan bila diperlukan bila diperlukan
Page 17 of 17

V. REFERENSI
1. Setyabudhy, Mangunatmadja I, Yuliarto S. Evaluasi diagnosis dan tata laksana penurunan
kesadaran pada anak. Dalam: Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku ajar pediatri gawat
darurat. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2011.h.18-28.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
3. Aprilia M, Wreksoatmodjo BR. Pemeriksaan neurologis pada kesadaran menurun. Cermin
Dunia Kedokteran.2015; 42 (10):780-6.

Anda mungkin juga menyukai