Anda di halaman 1dari 34

SISTEM SYARAF PUSAT

1. Otak
 Prosenchephalon :
- Cerebrum
- Diencephalon

 Mesencephalon
 Rhombencephalon :
- Medulla oblongata
- Pons
- Cerebellum
2. medulla spinalis
 pars cervicalis
 pars thoracica
 pars lumbalis
 pars sacralis
 pars coccygea
Meningens
Merupakan selaput atau membrane yang membungkus SSP.
Ada 3 lapisan yang melapisinya :
1. Duramater Encephali
Terdapat 2 lapisan :

 Lapisan endosteal : hamper mirip dengan periosteum yang berfungsi


untuk membungkus organ atau tulang
 Lapisan meningeal : merupakan durameter yang sebanarnya dan terdiri
atas fibrosa padat dan kuat yang berfungsi untuk melindungi otak dan
medulla spinalis serta menghambat pergeseran otak.
2. Arachnoideamater Encephali
Merupakan membrane impermeabel halus yang meliputi otak, terletak
diantara piamater denagn duramater dan menyerupai sarang laba-laba.
3. Piamater :
Merupakan lapisan terdalam yang halus dan mengandung banyak
pembuluh darah

1
Likuor Serebro Spinal
Ciri-cirinya :

 Cairannya jernih dan tidak berwarna


 Tidak berbau
 Mengisi ruang Subarachnoid dan system ventrikel

Fungsi :

 Bantalan penahan trauma mekanik


 Fungsi nutrisi bagi neuron
 Pengangkut sampah metabolisme dari SSP

2
Komposisi normal :

 Volume cairan pada dewasa :


- 70-190 cc ; rata-rata 140 cc
- 55 cc pad ruang subarachnoid
- 85 cc pada sitem ventrikel
 Berat jenis : 1003 - 1008
 Ph 7,35
 Sel 0-5 /mm3
 Glukosa 65 mg/l
Macam-macam ventrikel :

 2 ventriculus lateralis ( I & II ) di dalam hemispherri telencephalon


 Vebtriculus tertius pd diencephalons
 Ventrikulus quartus pada rhombencephalus
LSS dibentuk oleh pleksus choroideus di ventrikel lateral, ventrikel III dan IV (70%) yang
30% merupakan hasil ekskresi air di kapiler serebral dan proses metabolisme. Regulasi
tekanan LSS terutama diatur dengan absorbsi di villi arachnoid. Dalam jumlah kecil LSS juga
diabsorbsi secara langsung melalui vena pada permukaan otak.
Aliran LLS
Ventrikel lateralis  ventrikel tertius  ventrikel quartus  ventrikel III  ventrikel IV 
subarachnoid  aliran darah.

Otak
1. Cerebrumi
Merupakan bagian terbesar dari otak yang mempunyai 2 bagian yaitu
hemisperium serebri kiri dan kanan. Setiap hemisperium dipisahkan oleh fisura
longitudinalis cerebri. Lapisan permukaan hemisperium serebri disebut juga kortek
serebri. Korteks serebri yang berlipat-lipat disebut gyri. Setap gyri dipisahkan oleh
sulcu atau fisura.
Fisura dan sulcus yang penting

 F. cerebri lateralis sylvii : celah di facies lateralis memisahkan lobus frontalis dengan
temporalis
 F. parietooccipitalis : celah di facies medialis
 S. centralis Ronaldi : mulai dari facies medialis ke lateralis
 S. cinguli : terdapat pada facies medialis menuju titik pertemuan dengan sulcus
centralis
Beberapa lobus di cerebrum :
1. L. frontalis
2. L. Parietalis
3. L. occipitalis
4. L. temporalis
Macam-macam gyrus :

 Gyrus presentralis
 Gyrus postsentralis

3
 Gyrus temporalis superior
 Gyrus temporalis inferior
Fungsi dari cerebrum :
1. Persepsi sensorik
2. control gerakan volunteer
3. kemampuan bahasa
4. sifat pribai
5. proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, kreativitas, kesadaran diri

4
5
6
2. Diencephalon
Hamper seluruh bagiannya tertutup dari permukaan otak dan terdiri atas thalamus dan
hypothalamus.
Fungsinya :

 thalamus : sebagai statsiun perantara besar untuk jaras sensoris aferen yang menuju
korteks serebri

 hypothalamus sebagai mengontrol suhu tubuh, rasa haus, eksresi urin, sekresi hormone
hipofisis, kontraksi uterus, dsb.

3. mesencephalon
Menghubungkan otak depan dengan otak belakang. Terdiri dari pedenculus serebri
pars anterior ( crus serebri) dan pars posterior ( tegementum). Otak tengah terletak di depan
otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis
yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan
lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.

7
4. Medulla oblongata
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti
detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.

5. Pons
Terletak di permukaan anterior cerebellum, inferior dari mesencephalon dan superior dari
medulla oblongata.

8
Fungsi medulla oblongata dan pon memiliki kesinambungan yaitu sebagian besar dari 12
saraf cranial berasal dari batang otak, memodulasi sensasi nyeri dan mengatur refleks otot
yang terlibat dalam keseimbangan

6. Cerebbellum
Terletak pada dasar fossa cranii posterior, beratnya mencapai 140-150 gram pada orang
dewasa. Terbagi menjadi 2 bagian yaitu vermis dan hemisphere.
Berfungsi sebagai : pengatur tonus otot, koordinasi gerakan volunteer, pusat keseimbangan,
control gerakan mata.

9
ANATOMI CRANIAL & VERTEBRAE

a. Cranial

Bagian Anterior

Bagian lateral

10
Bagian posterior

Bagian superior

11
Aspek dalam tengkorak tebagi dua aspek, yaitu :
 bagian atas yang disebut calvaria
 bagian dasar yang disebut cranium

Calvaria

12
Aspek inferior (dasar) cranium

Aspek internal dasar cranium

13
B Vertebrae

Tulang-tulang columna vertebralis teriri atas 33 ruas tulang vertebrae yang terbagi
dalam 5 daerah, yaitu :
 7 ruas vertebrae cervicalis
 12 ruas vertebrae toracica
 5 ruas vertebrae lumbalis
 5 ruas vertebrae sacralis melebur menjadi os sacrum
 4 ruas vertebrae coccygea melebur menjadi os coccygeus

14
Vertebrae cervicalis Vertebrae toracolumbal

Os sacrum

15
Os cocygeus

Perbedaan tulang-tulang vertebra

Corpus Foramen Processus Processus Processus


vertebrae vertebrale tranversus articularis spinosum

Vertebra Kecil, ukuran Besar, segitiga kecil Fac.kranial : Pendek,


cervicalis bilateral > dorsokranial terbelah dua
ukuran Fac. Kaudal : ujungnya
dorsosentral ventrokaudal
Vertebra Berbentuk Sirkuler, < Panjang dan Fac. Superior Panjang,
thoracica jantung dairpada kuat, ke arah : dorsal menuruk ke
servikal & dorsolateral Fac. Inferior : arah
lumbal ventral dorsokaudal
Vertebra Berbentuk Segitiga, > Panjang dan Fac. Superior Pendek dan
lumbalis pejal / ginjal torakal, < ramping : dorsomedial kokoh
servikal Fac. Inferior :
ventrolateral

Os Sacrum & Os sacrum berbentuk baji, terdiri dari 5 v. Sacralis yang bersatu. Pada
Os Coccygis fac.pelvica dan dorsalis terdapat 4 pasang foramen sacralis guna jalan keluar
nervi sacralis

Os coccygis merupakan sisa keranga embriologis yang bentuknya kecil dan


bersendi dengan os sacrum. Terdiri dari 4 v. cocccygea

Vaskularisasi Otak

16
Arteri Otak

Otak disuplai oleh 2 arteri carotis interna dan 2 a. vertebralis. Keempat arteri ini membentuk
circulus Willisi (circulus arteriosus)

Arteria Carotis Interna

Arteria Carotis Interna keluar dari sinus cavernosus sisi medial processus clinoideus anterior
dg menembus duramater. Kemudian membelok ke belakang menuju sulcus cerebri lateralis.
Bercabang menjadi 2 : a. cerebri anterior dan a. cerebri media.

Cabang Cerebral A. Carotis Interna

 A. opthalmica dipercabangkan arteri carotis interna keluar dr sinus cavernosuis,


masuk orbita melalui canalis opticus, di bawah dan lateral terhadap n. opticus.
 A. communicans posterior adalah pembuluh kecil yg berjalan kebelakang untuk
bergabung dgn a. cerebri posterior.
 A. choroidea cabang kecil, berjalan ke belakang, masuk ke dalam cornu inferior
ventriculus lateralis dan berakhir di plexus choroideus.
 A. cerebri anterior berjalan ke depan dan medial, masuk kedalam fisura
longitudinalis cerebri, bergabung dengan arteri lain melalui a. communicans
anterior.
 a. cerebri media cabang terbesar a. carotis interna, berjalan ke lateral dlm sulcus
lateralis. Cabang cortical manyuplai seluruh pemukaan lateral hemisfer. Cabang
centralis masuk ke substansia perforate anterior dan menyuplai massa substansia
grisea di bagian dalam hemisferium cerebri.

Arteria Vertebralis

Arteri vertebralis, cabang pertama dari a. subclavia berjalan ke atas melalui foramen
proceccus transverses vertebra, masuk ke tengkorak melalui foramen magnum dan berjalan
ke atas, depan dan medial medulla oblongata pinggir bawah a. ini bergabung dgn a lain
membentuk a. basilaris.

Cabang-cabang Cranial

1) Aa. Meningeae
2) A. spinalis anterior dan posterior
3) A. cerebella posteroinferior
4) Aa. Medullares

Arteri Basilaris

17
Dibentuk dari gabungan kedua a. vertebralis, berjalan naik did lm alur permukaan anterior
pons. Pinggir atas pons bercabang menjadi a. cerebri osterior.

Cabang-cabang

1. Cabang untuk pons, cerebellum, dan telinga dalam


2. A. cerebri posterior

Arteri Cerebri posterior masing_masing sisi melengkung ke lateral dan belakang di


sekeliling mesencephalon. Cabang-cabang cortical menyuplai inferolateral lobus temporalis
dan lateral medial lobus occipitalis.

Circullus Willisi

Circulus Willisi terletak dalam fossa interpeduncularis pd dasar otak. Dibentuk oleh
anastomosis antara kedua arteri carotis interna dan a vertebralis.

Vena Otak

Vena otak tidak mempunyai jaringan otot di dalam dindingnya yg tipis dan tidak mempunyai
katup. Vena tersebut keluar dr otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis. Terdapat
vena cerebri, cerebella, dan batang otak. Vena magna cerebri dibentuk dr gabungan kedua
v. interna cerebri bermuara ke sinus rectus

18
Meningitis

Meningitis adalah infeksi selaput otak tepatnya infeksi cairan serebrispinal (CSS) disertai
radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superfisial otak dan medula
spinalis. Bakteri maupun virus dengan cepat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan
dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medula spinalis terkena.

Etiologi

1) Bakteri: meningokok, pneumokok, hemofilus, streptokokus, micobakterium


tuberkulosa, E. Coli, dll. Biasanya apabila disebabkan oleh bakteri disebut meningitis
bakterial.
2) Virus: enterovirus, hepatitis, herpes, dll. Bila disebabkan oleh virus maka disebut
meningitis viral.

Meningitis bakterial maupun viral dapat menyebabkan ensefalitis juga. Apabila meningitis
didapati tanda ensefalitis juga maka disebut meningoensefalitis.

Faktor resiko

1) Infeksi sistemik atau fokal (otitis, demam tifoid, tuberkulosis paru, hepatitis, herpes
zoster).
2) Trauma (fraktur basis kranii, pungsi lumbal, tindakan bedah saraf).
3) Pemakaian bahan- bahan yang menghambat pembentukan antibody.

Gambaran klinis

1) Noenatus: panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, diare, konstipasi, sampai menyebabkan gangguan kesadaran. Meningeal
sign (+)
2) Orang dewasa: panas tinggi, nyeri kepala yang hebat, kelemahan pada otot, nyeri otot,
nyeri punggung, lateragi sampai koma dijumpai, nyeri kepala bila digerakan.
Meningeal sign (+).

Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh dara meningeal, tetapi
disebabkan juga oleh peningkatan tekanan intrakranial yang disertai fotofobia.

Diagnosis

19
 Gejala panas mendadak, lateragi, muntah, kejang. Diagnosis pasti dengan melakukan
pemeriksaan CSS melalui pungsi lumbal.
 TIK > 200 mmH2O, CSS tampak kabur, keruh dan purulen. Leukosit PMN 1000 –
10.000, bisa terdapat sedikit eritrosit. Kadar protein meningkat (pada meningitis
bakterial) dan normal (pada meningtis viral). Kadar glukosa rendah (pada meningitis
bakterial) dan normal (pada meningitis viral).
 Foto polos tengkorak menentukan apakah ada fraktur penyebab infeksi.
 Foto polos thorak menentukan adanya pneumonia, infeksi TBC, abses paru akibat
bakteri, masa tumor yang metastasis.
 Pemeriksaan EEG ditemui gelombang lambat yang difus dikedua hemisfer, penurunan
voltase.
 CT-Scan & MRI dapat menetukan adanya edema otak, ventrikulitis, hidrosefalus, dan
masa tumor.

Patofisiologi

Infeksi kuman pada organ dalam tubuh dapat menyebar secara hematogen menuju selaput
otak. Di selaput otak agen infeksius tersebut menyebabkan peradangan pada pia dan araknoid
tepatnya. Perdangan tersebut dapat menimbulkan banyak respon diantaranya demam dan
gangguan homeostasis laina pada tubuh. Peradangan tersebut dapat menyababkan
peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan penderita merasa sakit pada kepalanya.
Kemudian dari peradangan tersebut bila agen infeksius menyebar lebih dalam lagi dapat
menyebabkan ensefalitis yang berupa perdangan pada parenkim otak yang bemanifestasi lain
di tubuh dan lebih membahayakan karena dapat menyebabkan kejang dan menimbulkan
kahilangan kesadaran.

Penatalaksanaan

1) Perawatan umum: kontrol fungsi respirasi dengan pemasangan pipa endotrakeal,


pemberian cairan parenteral untuk memperbaiki degidrasi.
2) Pemberian antibiotik:
Harus sesuai bakteri penyebabnya. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya
diberikan antibiotik spekrum luas yang diberikan 10- 14 hari sebaiknya diberikan
secara parenteral.

20
Pensilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok, dan
meningokok dengan dosis 1-2 juta unit tiap 2 jam.
Kloramfenikol diberikan untuk hemofilus dengan dosis 4 x 1 gram / 24 jam.
Gentamisin untuk E.coli, proteus dan kuman bakteri gram negatif lainnya. Pada
neonatus 7,5 mg/ kg BB/ hari dalam 3x pemberian. Pada bayi, anak, dewasa 5 mg/ kg
BB/ hari dalam 3 kali pemberian.
3) Pemberian antivirus bila teridentifikasi meningitis viral:
Acyclovir 10 mg / kg BB tiap 8 jam selama 10 hari.
Bergantung pada jenis virus yang ditemukan.

Prognosis

Bergantung pada beberapa keadaan, antara lain jenis kuman, hebatnya penyakit pada
permulaan, umur penderita, lama gejala, antibiotik atau anvirus yang digunakan, kondisi
patologik yang menyertainya.

Meningitis tuberkulosa

Meningitis tuberkulosa adalah radang selaput otak akibat komplikasi tuberkulosis primer
secara histologik meningitis tuberkulosa adalah meningoensefalitis tuberkulosa dimana
terdapat invasi ke jaringan susunan saraf pusat.

Klasifikasi patologik

1) Tuberkulosa miliaris yang menyebar: biasanya dari paru- paru yang menyebar
langsung secara hematogen dan biasanya terjadi pada anak. Selaput otak ditemui
teuberkel- tuberkel yang kemudian pecah sehinggan terjadi peradangan difus dalam
ruang subaraknoid.
2) Bercak pengijuan fokal: bercak yang berupa pengijuan pada sulkus dan terdiri dari
pengijuan yang dikelilingi sel raksasa dan epitel.
3) Peradangan akut meningitis pengijuan: paling sering dijumpai pada 78 % penderita.
Terbentuk tuberkel- tuberkel yang pecah sehingga terjadi penyebaran kuman ke dalam
ruang subaraknoid dan ventrikulus.

21
4) Meningitis ploriferatif: gangguan pada pembuluh darah selaput otak yang mengalami
peradangan. Peradangan tersebut dapat menyebabkan penyempitan arteri dan dapat
menyebabkan infark otak.

Penyebab

Mikobakterium tuberkulosa jenis homonis

Faktor resiko

Biasanya terdapat pada penduduk dengan keadaan sosio ekonomi rendah, perumahan tidak
memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup dan tinggal di daerah yang berdesakan, higenis
yang kurang, tidak mendapat imunisasi ( BCG untuk perlindungan terhadap TBC).

Gambaran klinis

1) Stadium 1: sering tanpa panas/ panas ringan, muntah, nyeri kepala, gangguan tidur,
nyeri punggung.
2) Stadium 2: meningeal sign (+), tanda TIK meningkat: muntah, mual, edema palpebra,
gangguan nervus kranialis 3, 4, 6, 7, 8, hemiparesis, hemiplegia.
3) Stadium 3: suhu sangat tinggi, pernafasan dan nadi tidak teratur, gangguan kesadaran
sampai koma.

Diagnosis

1) Anamnesa: riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis, keadaan sosio ekonomi,


riwayat imunisasi, mual, muntah, nyeri kepala.
2) Pemeriksaan fisik: pembesaran KGB regional, palsi nervus kranialis 7 maupun 12,
meningeal sign (+), paresis atau plegia kontralateral, adanya refleks patologis.
3) Pemeriksaan lab: lukosit meningkat, diff count bergeser ke kiri aatau ke kanan.
4) Pemeriksaan penunjang: CT-Scan ditemui hidrosefalus ringan, nodul, tuberkuloma.
Rontgen thorax ditemui TB paru, pungsi lumbal biasanya jernih, glukosa < 50, protein
> 450, CSF 200- 500 mmH2O

Penatalaksanaan

1) Antibiotik untuk meningitis tuberkulosa: INH, streptomisin, rifampisin, etambutol.


2) Kortikosteroid: dextametason 10 mg i.v tiap 4- 6 jam tapering off.

22
Pengenalan meningitis

Latar belakang
Meningitis adalah peradangan pada leptomeninges dan mendasari subarachnoid cerebrospinal fluid
(CSF). Hal ini dapat berguna untuk membagi gejala awal ke dalam kategori akut, subakut, dan
kronis.Tidak seperti subakut (1-7 d) atau kronis (> 7 d) meningitis, yang memiliki etiologi menular dan
noninfeksius segudang, meningitis akut (<1 d) hampir selalu merupakan infeksi bakteri yang
disebabkan oleh salah satu dari beberapa organisme. Tergantung pada umur dan kondisi umum,
pasien tersebut sakit parah sekarang akut dengan tanda dan gejala inflamasi meningeal dan infeksi
sistemik dari durasi kurang dari 24 jam ', dan biasanya kurang dari 12 jam durasi. Pasien dengan
meningitis bakteri akut bisa decompensate sangat cepat dan begitu mereka memerlukan perawatan
darurat, termasuk terapi antimikroba, idealnya dalam waktu 30 menit dari departemen darurat (ED)
presentasi.

Kebanyakan meningitis bakteri tidak akut. Sekitar 75% dari pasien dengan meningitis bakteri ini
subacutely dengan gejala awal beberapa hari sebelumnya. Pasien-pasien sakit masih memerlukan
diagnosis ED mendesak dan perawatan untuk mencegah dekompensasi lebih lanjut.

Munculnya strain resisten telah mendorong perubahan dalam protokol antibiotik di beberapa negara,
termasuk Amerika Serikat. Selain dari dexamethasone, protectants sel saraf masih memegang janji
masa depan hanya sebagai terapi tambahan.

Tantangan bagi dokter darurat ketika meningitis mengobati adalah (1) identifikasi awal dan
pengobatan pasien dengan meningitis bakteri akut, (2) menilai apakah sistem saraf pusat dapat
diobati (SSP) infeksi hadir pada mereka dengan meningitis subakut atau kronis yang diduga, dan ( 3)
mengidentifikasi organisme penyebab.meningitis bakteri harus dikecualikan.

Patofisiologi
Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakteri meningitis akut dan subakut, termasuk
virulensi dari strain, pertahanan tuan rumah, dan interaksi bakteri-host.

penyemaian bakteri biasanya terjadi oleh penyebaran hematogenous. Pada mereka yang tidak dapat
diidentifikasi sumber infeksi, jaringan lokal dan invasi aliran darah oleh bakteri jajahan di nasofaring
dapat menjadi sumber yang sama. Jarang, struktur berdekatan yang terinfeksi menyerang melalui
thrombi septik atau erosi osteomyelitic; penyemaian meningeal juga dapat terjadi dengan menyuntik
bakteri langsung selama trauma, bedah saraf, atau instrumentasi. Meningitis pada bayi baru
lahir ditularkan secara vertikal dari terjajah patogen dalam saluran usus atau kelamin ibu maupun
horizontal dari personil pembibitan atau pengasuh di rumah.

Setelah di CSF, kekurangan antibodi, komplemen komponen, dan sel-sel darah putih (WBCs)
memungkinkan infeksi bakteri untuk berkembang. komponen dinding sel bakteri memulai kaskade
komplemen-dan acara-dimediasi sitokin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas sawar darah-
otak, edema otak, dan kehadiran mediator toksik dalam CSF. Replikasi bakteri, meningkatkan jumlah
sel-sel inflamasi, sitokin yang disebabkan gangguan dalam transportasi membran, dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah dan membran mengabadikan proses menular dan account untuk
perubahan karakteristik dalam jumlah sel CSF, pH, laktat, protein, dan glukosa. Eksudat
memperpanjang seluruh CSF, khususnya ke waduk basal, merusak saraf kranial (misalnya, saraf
kranial VIII, dengan kehilangan pendengaran yang dihasilkan), menghapuskan jalur CSF
(menyebabkan hidrosefalus obstruktif), dan vaskulitis inducing dan thrombophlebitis (menyebabkan
iskemia otak lokal).

23
Sebagai tekanan intrakranial (ICP) terus meningkat dan edema otak berlangsung, CNS proses
autoregulatory mulai gagal. Peristiwa penting dapat terjadi saat kenaikan tunak dalam aliran darah
serebral (CBF) membalikkan dan mulai menurun. pengurangan CBF berkorelasi dengan
kewaspadaan pasien menurun dan perubahan status mental.

Tanpa intervensi medis, siklus penurunan CBF, memburuk edema serebral, dan meningkatkan ICP
hasil dicentang. Berkelanjutan cedera endotel dapat menyebabkan vasospasm dan trombosis, lebih
lanjut kompromi CBF, dan bisa mengakibatkan stenosis kapal besar dan kecil. hipotensi sistemik
( syok septik ) juga dapat mengganggu CBF, dan pasien segera meninggal dari komplikasi sistemik
atau dari SSP baur cedera iskemik.

Darurat dokter harus menyadari bahwa terapi masa depan akan didasarkan pada pemahaman yang
lebih baik dari patogenesis meningitis bakteri akut dan mungkin termasuk caspase inhibitor,
antioksidan, poli (ADP-ribosa) inhibitor polimerase, inhibitor dari peroksidasi lipid, dan inhibitor
metaloproteinase, di samping antibiotik dan steroid.

The pathophysiologies patogen nonbacterial kurang dipahami dengan baik. Jamur meningitis diduga
terungkap dengan cara yang mirip dengan tetapi kurang akut dari meningitis bakteri.

Frekuensi
Amerika Serikat

Kejadian meningitis bakteri menurun 1,9-1,5 kasus per 100.000 dari 1998 sampai 2003, di bagian,
karena pengenalan dari Haemophilus influenzae tipe b conjugate dan vaksin pneumococcal
conjugate. Ada terus menjadi peningkatan kejadian meningitis bakteri antara orang-orang berusia 60
tahun dan lebih tua, faktor lain yang independen. 1

Internasional

Meningitis meningokokus adalah endemik di Afrika, India, dan negara-negara berkembang


lainnya. epidemi periodik terjadi di sabuk sub-Sahara yang disebut "meningitis" maupun di antara
peziarah agama bepergian ke Arab Saudi untuk haji. Sebuah peningkatan yang signifikan dalam
insiden tahan S pneumoniae-meningitis penisilin telah terjadi di seluruh dunia. Kejadian infeksi HIV di
seluruh dunia telah mengakibatkan peningkatan frekuensi sesuai meningitis disebabkan oleh
organisme dienkapsulasi (terutama S pneumoniae), bersama dengan organisme-oportunistik terkait
AIDS dan TBC. 2

Mortalitas / Morbiditas
Morbiditas dan kematian tergantung pada patogen, yang usia dan kondisi pasien, dan tingkat
keparahan penyakit akut. 3

 Di antara patogen bakteri, meningitis pneumokokus menyebabkan tingkat kematian tertinggi


(21%) dan morbiditas (15%).
 Tingkat kematian adalah 50-90% dan morbiditas bahkan lebih tinggi jika gangguan neurologis
parah terbukti pada saat presentasi (atau dengan sangat cepat onset penyakit), bahkan
dengan perawatan medis segera.

Ras
Secara statistik, orang kulit hitam memiliki resiko lebih besar dari ras lain, meskipun mungkin tidak ras
merupakan faktor risiko yang independen.

Seks

24
Pada neonatus, rasio pria-wanita adalah 3:1. Tidak ada preferensi seks antara orang dewasa.

Usia
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan (CDC), 4 usia rata-rata adalah 39
tahun. Pada tahun 1986, itu 15 bulan.

 Tidak termasuk meningitis meningokokus, pasien yang lebih muda dari 5 tahun dan lebih tua
dari 60 tahun akan meningkatkan risiko.
 Bayinya resiko tertinggi untuk meningitis bakteri akut . Setelah bulan pertama kehidupan,
insiden puncak adalah pada bayi usia 3-8 bulan.

Klinis

Sejarah
Membedakan akut, subakut, dan kronis meningitis membantu mengidentifikasi patogen. Sekitar 25%
dari pasien dengan meningitis bakteri ini benar-benar, baik dalam waktu 24 jam onset gejala. Lain
pasien dengan meningitis bakteri subakut dan kebanyakan pasien dengan meningitis viral gejala
hadir dengan neurologis berkembang selama 1-7 hari. gejala kronis berlangsung lebih lama dari 1
minggu menyarankan meningitis disebabkan oleh beberapa virus serta tuberkulosis, sifilis, jamur
(terutama cryptococci), dan meningitis carcinomatous.

 gejala Classic (tidak terlihat pada bayi atau terlihat sering pada orang tua) adalah sebagai
berikut:
o Sakit kepala
o Nuchae kekakuan (umumnya tidak hadir pada anak <1 y atau pada pasien dengan
status mental berubah)
o Demam dan menggigil
o Ketakutan dipotret
o Muntah
o Infeksi pernafasan prodromal atas (URI) gejala (virus dan bakteri)
o Kejang (30-40% pada anak-anak, 20-30% pada orang dewasa)
o Focal gejala neurologis (termasuk kejang fokus)
o Diubah sensorium (mungkin kebingungan tunggal penyajian keluhan, terutama pada
lansia)
 Gejala pada bayi
o Demam
o Kelesuan dan / atau perubahan tingkat kewaspadaan
o Miskin makan dan / atau muntah
o Distress pernafasan, apnea, sianosis
 Sebagian dirawat meningitis: Sebanyak 40% dari pasien dengan meningitis bakteri akut atau
subakut diobati dengan antibiotik oral sebelumnya (mungkin karena mendiagnosis pada saat
presentasi awal).Dalam sebagian diperlakukan meningitis, kejang mungkin gejala tunggal,
demam dan perubahan tingkat kewaspadaan atau status mental terjadi kurang umum
daripada yang tidak diobati meningitis.
 ventriculitis kelas rendah terkait dengan shunt ventriculoperitoneal: Pasien mungkin memiliki
presentasi kurang dramatis dibandingkan dengan meningitis bakteri akut, dengan sakit
kepala, mual, demam minimal, dan malaise.
 Jamur meningitis: Sakit kepala, demam ringan, dan kelesuan adalah gejala utama; kursus
dapat berfluktuasi ringan dengan gejala, terutama pada pasien immunocompromised.

25
 TB meningitis: Demam, penurunan berat badan, berkeringat di malam hari, dan malaise,
dengan atau tanpa sakit kepala dan meningismus adalah gejala umum; infeksi ini dapat
mengikuti kursus berlarut-larut dengan samar-samar, presentasi spesifik.

Fisik
Jika tidak sehat pasien dalam ekstrem zaman sekarang dengan jelas klinis meningitis bakteri
akut. Sebaliknya, kebanyakan pasien dengan meningitis bakteri subakut merupakan tantangan
diagnostik. pemeriksaan sistemik kadang-kadang menunjukkan media paru atau otitis co-infeksi.

 Tanda-tanda iritasi meningeal


o kekakuan nuchae atau ketidaknyamanan pada leher fleksi
o Kernig tanda: Pasif dalam memunculkan ekstensi lutut pasien telentang sakit leher
dan ketahanan hamstring.
o Brudzinski tanda: Pasif leher atau fleksi hip tunggal disertai dengan fleksi paksa dari
kedua pinggul.
 Papilledema hadir dalam satu sepertiga pasien meningitis dengan ICP meningkat, yang
diperlukan setidaknya beberapa jam untuk dikembangkan.
 Focal tanda neurologis
o Isolated kelainan saraf kranial (terutama III, IV, VI, VII) pada 10-20% pasien
o Dikaitkan dengan peningkatan dramatis dalam komplikasi dari tusukan lumbal (LP)
dan portends hasil yang buruk
 Sistemik temuan
o Ekstrakranial infeksi (misalnya sinusitis, otitis media, mastoiditis, pneumonia, infeksi
saluran kemih) dapat dicatat.
o Arthritis terlihat dengan N meningitidis, kurang umum dengan bakteri lainnya.
o Nonblanching petechiae dan perdarahan kulit terlihat klasik dengan N
meningitidis, namun, ini juga dapat terjadi dengan infeksi bakteri dan virus lainnya.
o shock Endotoxic dengan runtuhnya vaskular adalah karakteristik infeksi berat N
meningitidis.
 Diubah status mental, dari sifat tidur lekas marah ke, delirium, dan koma
 Bayi
o Melotot ubun (jika euvolemic)
o lekas marah Paradoxic (yaitu, tenang ketika stasioner, menangis ketika diadakan)
o Nyaring menangis
o Hypotonia
o Periksa seluruh kulit di atas tulang belakang untuk lesung pipi, sinus, Nevi, atau
jumbai rambut, yang dapat menunjukkan sebuah anomali bawaan berkomunikasi
dengan ruang subarachnoid.

Penyebab
Meningitis disebabkan oleh patogen berikut di setiap kelompok umur:

 Neonatus - Grup B atau D streptokokus, nongroup streptokokus B, Escherichia


coli, dan monocytogenes L
 Bayi dan anak-anak - H influenzae (48%), S pneumoniae (13%), dan N meningitidis
 Dewasa - pneumoniae S, (30-50%), H influenzae (1-3%), N meningitidis (10-35%), bakteri
gram-negatif (1-10%), staphylococci (5-15%), streptokokus (5%), dan spesies Listeria (5%)
 Faktor risiko
o Berusia 60 tahun atau lebih tua

26
o Usia 5 tahun atau lebih muda, terutama anak-anak dengan diabetes mellitus , atau
adrenal insufisiensi ginjal, hypoparathyroidism , atau cystic fibrosis
o pasien imunosupresi akan meningkatkan risiko infeksi oportunistik dan meningitis
bakteri akut.pasien imunosupresif mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda dramatis
demam atau peradangan meningeal.
o infeksi HIV, khususnya, predisposes meningitis bakteri disebabkan oleh organisme
encapsulated, terutama S pneumoniae.
o Berkerumun (misalnya, merekrut militer dan warga asrama perguruan tinggi)
meningkatkan risiko wabah meningitis meningokokus .
o Splenektomi dan penyakit sel sabit meningkatkan risiko meningitis sekunder untuk
organisme encapsulated.
o Alkohol dan sirosis: Beberapa etiologi demam dan kejang pada pasien ini membuat
menantang untuk mendiagnosis meningitis.
o Diabetes
o Recent paparan kepada orang lain dengan meningitis, dengan atau tanpa profilaksis
o Contiguous infeksi (misalnya, sinusitis)
o Dural cacat (misalnya, trauma, bedah, bawaan)
o Talasemia mayor
o Intravena (IV) penyalahgunaan obat
o Bakteri endokarditis
o Ventriculoperitoneal shunt
o Keganasan (peningkatan risiko infeksi Listeria spesies)
o Beberapa kelainan bawaan tengkorak

Penyakit Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu


membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun
jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam
cairan otak.

Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu


pemeriksaan yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun
jamur. Hal ini diperlukan untuk spesifikasi pengobatannya, karena
masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai penyebabnya.

 Penyebab Penyakit Meningitis


Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan
pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis
disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya
kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar,
bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan
oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang
mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada
penderita AIDS.

27
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun
anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi
pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).

2. Neisseria meningitidis (meningococcus).


Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus
pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas
bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.

3. Haemophilus influenzae (haemophilus).


Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat
menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi
pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian
vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan
pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.

4. Listeria monocytogenes (listeria).


Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan
meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan
dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis
keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari
hewan lokal (peliharaan).

5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah


Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.

 Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis


Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis
diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher
yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan
gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya
terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual,
muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur,
bahkan tak sadarkan diri.

Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit
diketahui, namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak
aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui.

 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis


Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya
penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan

28
yang intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi
test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan
pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam
mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting
apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar
puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).

Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,


maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah
yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau
menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada
penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.

Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada


kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae
dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin(ceftriaxone atau
cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria
monocytogenes akan diberikanAmpicillin,
Vancomycin dan Carbapenem (meropenem),Chloramphenicol atau Ceftria
xone.

Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala


yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan
kejang (diazepam) dan lain sebagainya.

 Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis


Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk,
bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama
dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang
mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis
ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina
(daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur
adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.

Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan


yang tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah
meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan
terhadap meningitis diantaranya adalah ;
- Haemophilus influenzae type b (Hib)
- Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
- Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
- Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)

29
Ensefalitis
Ensefalitis berasal dari kata ensephalon yang berarti otak, berarti ensefalitis adalah
reaksi radang atau inflamasi yang terjadi di otak. Reaksi peradangan ini menyerang jaringan
parenkim yang ada pada otak dan biasanya disebabkan oleh mikroorganisme.
Prevalensi dari penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh mikroorganisme virus
daripada jenis lainya seperti bakteri ataupun jamur dan yang paling sering adalah kelompok
herpes simplek virus karena mungkin tempat penyebaranya yang dermatomal atau sesuai
jalur saraf. Dan insidens dari ensefalitis lebih banyak terjadi pada anak-anak (lebih dari 50
%).

Klasifikasi
Ensefalitis dibagi berdasarkan etiologinya, yaitu :

 Ensefalitis viral, yang dibagi menjadi :


 Ensefalitis primer
 Ensefalitis parainfeksiosa (didahului infeksi lain, contohnya rabies)
 Ensefalitis bakterial

Etiologi dari ensefalitis yaitu :

 Virus RNA : enterovirus,arbhovirus (endemik biasanya melalui vektor nyamuk),


rhabdovirus dll
 Virus DNA : Herpes Simpleks Virus , retrovirus, dll
 Bakteri : staphylicoccus, streptococcus, pnemoucoccus, eschericia

Gejala klinis
Biasanya ada tnda khusus trias kelainan ensefalitis, yaitu : demam, kejang dan penurunan
kesadaran.

 Diawali demam
 Nyeri kepala, leher sampai ke punggung

30
 Gangguan gastrointestinal, mual dan muntah
 Photofobia
 Kejang fokal maupun general
 Lemah otot
 Gangguan mental
 Kesadaran menurun bahkan bisa sampai koma

Diagnosa

 anamnesa yang cermat, menanyakan gejala-gejala khas yang muncul


 pemeriksan punsi lumbal : ditemukan hasil protein tinggi
 isolasi virus dari darah, cairan serebrospinal, ataupun spesimen otak
 tes serologi, untuk identifikasi serum antibodi
 CT scan dan MRI, untuk melihat:
o Melihat perubakan jaringan parenkimal otak
o Melihat adanya abnormalitas struktur kepala
o Melihat adanya jejas / cedera, edema otak maupun perdarahan otak
o Menilai peningkatan tekanan intrakranial otak

Diagnosa banding

 Meningitis bakterial
 Tumor otak
 Abses subdural
 Infiltrasi neoplasma
 Ensefalopati

Komplikasi

 Kecerdasan menurun
 Kemampuan motoris menurun
 Kemampuan neurologis menurun sampai gangguan mental
 Pada neonatus dapat terjadihidrosefalus, retardasi mental dan kelainan neurologis lainnya

Patofisiologi ensefalitis viral


Virus masuk ke dalam tubuh
(secara aerogen, tertelan, melalui kulit, inokulasi

31
Maupun cara lainnya)

Replikasi lokal
(di sistem limfatik)

Hematogen (viremia)

Sistemik menuju organ


(otak, SSP)

Invasi lanngsung ke jaringan respon hospes terhadap virus


Saraf yang ada di otak (reaksi antigen-antibodi,
menyebabkan
(replikasi virus di otak) demielinisasi, destruksi
vaskular)

Kerusakan neurologis inflamasi di otak


gangguan neurologis
edema otak

tekanan intrakranial
otak meningkat

membahayakan hidup
pasien

Penatalaksanaan
Antiviral : acyclovir intravena 10-30 mg/kg BB selama 10 hari
Untuk mengatasi kejang : fenobarbital 5-8 mg /kg BB
Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB
Mengatasi inflamasi yang terjadi : deksametason intravena 0,15-1,0 mg/kg BB dalam 3
dosis

32
Menurunkan tekanan intrakranial : manitol intravena 1,5-2,0 g/kg BB selama 30-80 menit,
diulang 8-12 jam

Prognosis
Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pemeriksa dalam mendiagnosa
penyakit ini, bisa segera tertolong jika pemeriksa cermat. Dan perlu diperhatikan adanya
edema otak dapat membahayakan kehidupan karena bisa menyebabkan infark pada jarngan
otak.

33
Daftar Pustaka

Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik edisi 5.EGC. jakarta:2007

Ginsberg, Lionel.Lectures Note Neurologi edisi 8.EMS.jakarta:2007

Putz & Pabst.Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 22.EGC

Sidharta, Priguna.Neurologi Klinis Dasar.Dian Rakyat.jakarta:2006

www.medicastore.com

34

Anda mungkin juga menyukai