Anda di halaman 1dari 5

NY. H.

FATIMAH SITI HARTINAH

IBU NEGARA SANG MELATI BANGSA

Oleh : Nurmala Mulyadi

Hari libur telah usai, Nahda dan Nanda menyibukkan diri mereka dengan
persiapan untuk masuk sekolah esok hari. Nahda merapikan buku-buku pelajaran yang
akan dipelajari esok, dan Nanda mempersiapkan pakaian sekolah yang akan di setrika
ibu mala mini.

Hari masih sangat pagi, akan tetapi Nahda dan Nanda sudah rapi dan sudah siap
untuk berangkat sekolah. setelah sarapan dan pamit ke ibu, ayah mengantarkan mereka
kesekolah sekalian berangkat kekantor.

Hari pertama sekolah sangat membuat keduanya bersemangat bertemu guru dan
teman-teman sekelas, dan yang sangat mereka tunggu dihari pertama sekolah adalah
mereka akan diminta bu guru untuk bercerita pengalaman selama liburan.

Satu, persatu teman-teman sekelas Nahda dan Nanda maju kedepan


menceritakan pengalaman mereka selama liburan. Dan tibalah giliran Nanda dan Nahda
untuk berbagi cerita mereka. Singkat cerita, Nahda bercerita tentang bagaimana
keduanya dibawa paman mereka berkeliling ke Taman Mini Indonesia Indah.
Keduanya sangat takjub dengan keindahan dan keunikan TMII di Jakarta.

Setelah selesai bercerita bu guru menerangkan tentang siapa pelopor dibalik


kemegahan TMII itu. Beliau adalah seorang wanita tangguh dan hebat yang pernah
menjadi wanita terkenal se- Indonesia yaitu istri presiden kedua Indonesia ibu tien.

1
Siapa ibu tien?

Raden Ayu Siti Hartinah (lahir di Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah, 23 Agustus
1923 – meninggal di Jakarta, 28 April 1996 pada umur 72 tahun) adalah istri Presiden
Indonesia kedua, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto. Siti Hartinah, yang sehari-
hari dipanggil Ibu Tien Soeharto merupakan anak kedua pasangan KPH Soemoharjomo
dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo. Ia merupakan canggah Mangkunagara III dari
garis ibu. Tien menikah dengan Soeharto pada tanggal 26 Desember 1947 di Surakarta.

dalam 72 tahun hidupnya yang panjang dan penuh dengan peristiwa, ia lebih
dikenal sebagai istri seorang penguasa di Indonesia.

Tak hanya mendampingi sang suami, ia dikenal kerap turut menentukan


keputusan-keputusan yang diambil lelakinya itu. Keputusan yang, mau-tak mau,
menentukan jalan hidup republik ini.

Meski begitu, awal perjalanan hidupnya tak “semegah” yang orang-orang kira.
Memang betul bahwa ia punya gelar bangsawan “Raden Ayu” karena masih keturunan
Mangkunegara III dari garis silsilah ibunya. Tapi selain itu, kehidupan masa kecilnya
mencerminkan kondisi Indonesia pra-kemerdekaan yang masih serbaterbatas.

Menjadi perempuan dengan kondisi bangsa yang tengah berada di bawah


penjajahan tak memberikan Tien kecil banyak kesempatan untuk mengenyam
pendidikan.

Beberapa kali, di kemudian hari, ia mengaku hanya menempuh bangku


pendidikan hingga Sekolah Dasar Ongko Loro.

“Saya hanya bersekolah Ongko Loro. Karena orang tua saya kurang mampu,
saya harus memberi kesempatan bersekolah kepada adik saya laki-laki,” kata Tien
suatu masa.

Peran dan Perjalanan Karir Raden Ayu Siti Hartinah

1. Ketika tentara Jepang datang ke Indonesia, Siti Hartinah ikut serta dalam
Barisan Pemuda Putri di bawah Fujinkai.
2. Perannya terhadap kebijakan pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia
yang kemudian ditegaskan dalam peraturan pemerintah. keluar dalam bentuk PP

2
Nomor 10 tahun 1983 yang secara tegas melarang PNS berpoligami dan UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. Semasa menemani Presiden Soeharto memimpin Indonesia, Ibu Tien dikenal
sebagai pribadi yang menyukai ketertiban dan kerapihan.
4. Pengaruhnya terhadap keputusan Suharto untuk berhenti dari tentara dan
menjadi supir taksi, namun karna kuatnya peran ibu tien, keputusan itu
dibatalkan
5. Ibu Tien terinspirasi untuk membangun sebuah taman yang menyajikan
keindahan budaya dan lingkungan alam Indonesia, Proyek Miniatur Indonesia
Indah terwujud ketika hasilnya berupa sebuah Taman Mini Indonesia Indah
yang diresmikan pada tanggal 20 April 1975.
6. menggagas untuk membangun perpustakaan nasional, agar orang mudah
mendapatkan informasi. Tanggal 8 Desember 1985 pembangunan gedung
Perpustakaan Nasional dimulai dalam dua tahap. Tahap pertama selesai
Desember 1986 dan tahap kedua selesai Oktober 1988.
7. Mendampingi Soeharto, Ibu Tien mengubah hiasan bangunan istana yang
merupakan peninggalan zaman Belanda kemudian diisi dengan berbagai
perangkat yang menonjolkan keindonesiaan
8. Pada tahun 1974 dimulailah pembangunan Rumah Sakit Anak dan Bersalin atas
keprihatinan ibu tien terhadap angka kematian anak dan ibu ketika persalinan.
yang terletak di Jalan S Parman Jakarta. Peresmian RSAB dilaksanakan
bertepatan dengan Hari Ibu tahun 1979.
9. Taman Koleksi Buah yang terletak di Jalan Raya Jonggol, Cileungsi diprakarsai
oleh Ibu Tien Soeharto sebagai tempat pengembangan agrohortikultura dan
pariwisata. dibangun sejak tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober
1995. Sehari sebelum meninggalnya Ibu Tientanggal 28 April 1996
10. Lewat piagam penghargaan bernomor 001/XV/1996, Soeharto menetapkan Bu
Tien sebagai seorang pahlawan nasional. Di situ, tertulis bahwa perempuan
yang menemani hidupnya selama 49 tahun itu pantas menjadi pahlawan atas
“Jasa-jasanya yang sangat luar biasa dan tindak kepahlawannya dalam
perjuangan melawan penjajah pemerintah kolonial Belanda pada umumnya.”

Ibu Tien meninggal dunia pada Minggu, 28 April 1996, jam 05.10 WIB pada
usia 72 tahun. Soeharto sangat merasa terpukul atas kematian Ibu Tien.

3
Ibu Tien dimakamkan di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah, pada 29 April 1996
sekitar pukul 14.30 WIB. Upacara pemakaman tersebut dipimpin oleh inspektur
upacara yaitu Ketua DPR/MPR saat itu, Wahono dan Komandan upacara Kolonel Inf
G. Manurung, Komandan Brigif 6 Kostrad saat itu.

Nahda, Nanda dan teman-temannya merasa puas dan senang mendengar


penjelasan bu guru tentang pahlawan wanita Indonesia satu ini. Dan bertekad dalam
hati untuk belajar bersungguh-sungguh dan menjadi generasi yang bermanfaat untuk
masyarakat dan bangsa.

Sumber refrensi

1. https://kumparan.com
2. https://www.kaskus.co.id
3. Grid.id
4. http://id.wikipedia
5. https://news.okezone.com

Biodata Penulis

Penulis bernama Nurmala Mulyadi, berasal dari pulau Rupat, kab. Bengkalis, prov.
Riau. telah menyelesaikan studi S1 di jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Internasional
Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA RIAU tahun 2018, saat ini sedang melanjutkan
perjalanan studi S2 di UIN SUSKA RIAU. Berprofesi sebagai guru tahfidz di Yayasan
Ashabul Quran Al-Haramain Pekanbaru. Punya hobi membaca dan juga menulis,
bercita-cita ingin menjadi penulis inspirasi dan mendirikan Rumah Qur’an yang disertai
Taman Baca. Hingga saat ini belum menemukan wadah untuk menuangkan inspirasi.

Penulis bisa dihubungi via WA: 082385977541

Instagram : nurmala_mlyd

Email : nurmalala26@gmail.com

4
5

Anda mungkin juga menyukai