Anda di halaman 1dari 3

Laporan Pendampingan

Nama: Sofiyanti N. Banoet


NIM: 131823143013

1. Terapi okupasi menari

Aga Burzynska, asisten profesor untuk Pengembangan Manusia di Universitas Negeri Colorado melakukan penelitian dengan Sejumlah 174
sukarelawan berusia 60 sampai 70 tahun pun berkumpul menjadi tiga kelas, masing-masing diarahkan untuk melakukan jalan cepat, latihan
peregangan dan keseimbangan, serta kelas tari selama tiga kali seminggu dalam kurun waktu enam bulan.

Pada akhir penelitian, proses pemindaian otak dilakukan pada semua peserta. Hasilnya, dibandingkan dengan pemindaian yang dilakukan
sebelum aktivitas dimulai maka para sukarelawan yang melakukan aktivitas tari hanya mengalami sedikit kemerosotan fungsi otak mereka
daripada kelompok lainnya.
Penelitian sebelumnya menemukan, aktivitas fisik memang dapat mengurangi penurunan fungsi otak. Sebuah studi yang dilaporkan Medical
News Today tahun lalu, misalnya, menghubungkan latihan fisik dengan peningkatan memori.
Menurut Dr. Clinton B. Wright dari Universitas Miami di Florida, "Penelitian kami menunjukkan bahwa untuk orang tua, olahraga teratur
mungkin bersifat melindungi serta dapat membantu mereka menjaga kemampuan otak mereka lebih lama."

Menari memang lekat dengan aktivitas fisik yang ringan. Tak terlihat seperti olahraga, namun gerakan tari terbukti bisa membuat bugar
pelakunya. Salah satunya adalah menari Latin salsa. Dalam studi yang dipublikasikan, diungkap bahwa para lanjut usia atau lansia yang tidak
olahraga namun aktif di kelas menari ternyata lebih bugar.

Ada ragam jenis tari yang cocok dilakukan oleh kaum lansia, seperti tari salsa, jaz, balet, dan tango. Selain melatih fisik dengan gerakan-gerakan
ringan, menari bagi mereka yang berusia lanjut juga memiliki beberapa manfaat lainnya seperti di bawah ini.

Berlatih menari secara rutin akan mampu membuat penari menekan sinyal dari organ keseimbangan yang berada di telinga bagian dalam dan
terhubung dengan otak kecil yang sering menangkap keluhan pusing. Dengan rutin menari maka otak akan beradaptasi untuk mengacuhkan
sinyal persepsi pusing itu.

Menari juga berhubungan dengan kecerdasan. Hal kecerdasan yang secara sederhana diartikan sebagai kemampuan pengambilan keputusan ini,
menuntut waktu yang amat cepat. Untuk mengasah kecerdasan, aktivitas serba cepat adalah jawabannya, dan menari termasuk kegiatan yang
tepat.

The American Heart Association merekomendasikan melakukan kegiatan menari selama 20 menit, sebanyak tiga kali dalam seminggu akan
menjaga kesehatan jantung pada lansia. The National Osteoporosis Foundation merekomendasikan menari sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kesehatan tulang pada lansia.
Peneliti percaya, menar i dapat menyehatkan otak dan baik dilakukan hingga usia lanjut.
Jadi, tunggu apalagi? Mari menari.
2. Terapi main puzzle

PENGARUH TERAPI PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI WILAYAH KRAPAKAN CATURHARJO PANDAK
BANTUL Dyah Nastiti Nawangsasi
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat
progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Demensia ini bila tidak ditangani bisa
menimbulkan dampak bagi penderita diantaranya terjadi perubahan perilaku pada lansia tersebut seperti melupakan dirinya sendiri, memusuhi
orang-orang disekitarnya, dan sering berkeluyuran pada malam hari sehingga mudah hilang. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat
dilakukan untuk memperlambat onset terjadinya demensia adalah dengan terapi puzzle.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
kenaikan skor MMSE lansia pada kelompok intervensi. skor MMSE lansia yang mendapatkan terapi puzzle mengalami kenaikan secara
bermakna daripada lansia yang tidak mendapatkan terapi puzzle.

Anda mungkin juga menyukai