Oleh:
Preseptor :
dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL, FICS
2. Definisi
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi mebran timpani dan
Tuba eustachius terdiri dari 2/3 tulang rawan ke sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
arah nasofaring dan 1/3 tulang kearah telinga tengah. atau hilang timbul.9
Pada orang dewasa ukuran tuba 3.75 cm, sedangkan
pada anak-anak 1,75 cm. Tuba normal dalam keadaan 3. Epidemiologi
tertutup namun terbuka jika mengunyah,menelan, dan Otitis media supuratif kronik dianggap sebagai
menguap. Otot tensor palatine membuka apabila salah satu penyebab tuli yang terbanyak, terutama di
tekanan berbeda antara luar dan telinga tengah 20-40 negara-negara berkembang, dengan prevalensi
mmhg.8 antara 1-46%. Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea
3,33% dan Madras India 2,25%. Prevalensi tertinggi
a. Kongenital
Kolesteatoma kongenital adalah kista yang
timbul di dalam salah satu tulang kepala daerah
temporal tanpa kontak dengan telinga luar. Dapat 6. Patofisiologi
tumbuh di tulang temporal bagian dalam atau OMSK merupakan penyakit dengan multifaktorial
skuama. Kongenital kolesteatom lebih sering yang merupakan interaksi antara mikroorganisme
ditemukan pada telinga tengah atau tulang (bakteri), lingkungan, dan faktor tubuh. OMSK secara
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat umum berawal dari Otitis media akut yang tidak
menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat terdiagnosa secara tepat dan tidak mendapatkan
unilateral, dan gangguan keseimbangan dan pengobatan yang adekuat. Dapat juga merupakan
perkembangan. komplikasi dari Otitis media efusi kronis. Secara umum
OMSK dicetuskan oleh gangguan mekanisme ventilasi kerusakan pada tulang pendengaran maupun struktur
dan inflamasi pada mukosa telinga tengah. Gangguan lain disekitarnya hingga infeksi intra-kranial.8
ventilasi hampir selalu disebabkan oleh adanya P aeruginosa merupakan organisme yang sering
gangguan fungsi tuba eustachius. Gangguan ventilasi ditemukan pada kultur sekret yang keluar dari telinga
akan menyebabkan terbentuknya tekanan negatif tengah oleh karena perforasi. P.aeurinosa
yang akan menyebabkan terjadinya transudasi cairan menggunakan vili sebagai mediator untuk memulai
dan edema pada mukosa telinga tengah. Beberapa proses nekrosis dan gangguan epitel. Sekali
hal yang memicu hal tersebut adalah :8 menempel pada vili, organisme ini memproduksi
a. Stenosis dari lumen tuba karena inflamasi protease , lipopolisakarida dan enzim lainnya untuk
(misal karena ISPA). Udara pada telinga mencegah sel-sel kekebalan tubuh menyerang. Oleh
tengah akan terabsorbsi dan menciptakan sebab itu, terjadi proses perusakan oleh bakteri
tekanan negatif yang akan menganggu fungsi maupun enzimnya menimbulkan kerusakan berlanjut,
tuba nekrosis, bahkan hingga erosi dari tulang yang
b. Tekanan negatif yang dicetus oleh perbedaan menimbulkan komplikasi pada OMSK. Pada orang
tekanan udara mendadak seperti saat take yang imunokompeten akan jarang menimbulkan
off atau landing pesawat. komplikasi pada OMSK. S aureus merupakan kedua
c. Obstruksi secara langsung misal karena tersering organisme yang terisolasi pada kasus OMSK
tumor dan biasanya lebih sering didapati kolesteatoma pada
infeksi dengan hasil kultur S aureus dibandingkan
Infeksi dan inflamasi memegang peranan penting dengan P aeruginosa.8
dalam memicu terjadinya OMSK. Inflamasi dapat
disebabkan oleh faktor infeksi maupun non infeksi. 7. Gejala Klinis
Beberapa penyebab inflamasi adalah :8 Telinga berair
a. Adenoiditis : Adenoid (tonsil pharyngeal) Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
memiliki peranan penting, bukan karena (seperti air dan encer) tergantung stadium
jarang menyebabkan obstruksi mekanik pada peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
tuba namun yang menjadi masalah adalah aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan
apabila terjadi adenoiditis kronik karena dapat mastoid. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.
menjadi sumber patogen yang dapat Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi
menyebar ke telinga tengah serta saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga
menyebabkan hiperplasia adenoid yang luar setelah mandi atau berenang. Sekret yang sangat
menganggu pernapasan dan fugnsi tuba bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
b. Infeksi Mukosa telinga tengah : ISPA kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat
terutama pada anak dapat dengan mudah terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
menyebar ke telinga tengah melalui tuba mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan
(tubogenic infection), dan apabila membran sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena
tympani perforasi maka bakteri gram negatif rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
yang terdapat di liang telinga luar dapat bercampur darah berhubungan dengan adanya
masuk ke telinga tengah, menyebabkan jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan
infeksi akut ataupun memperparah inflamasi tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.12
kronis yang sudah ada.
c. Inflamasi non infeksi : Allergi atau inflamasi Gangguan pendengaran
karena toxic atau refluk asam lambung dapat Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
menyebabkan adenoiditis yang akan pendengaran. Biasanya di jumpai tuli konduktif namun
menyebabkan obstruksi hidung. dapat pula bersifat campuran. Gangguan
Otitis media supuratif kronik pada tahap awalnya pendengaran mungkin ringan sekalipun proses
yaitu infeksi akut yang berulang pada telinga tengah. patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit
Berawal pada iritasi dan radang pada mukosa telinga ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
tengah. Respon peradangan membentuk suatu edema dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai
pada mukosa. Peradangan yang berulang atau kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini
berlanjut akan menimbulkan efek ulserasi pada ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.
mukosa ataupun hancurnya lapisan-lapisan epitel Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
setempat. Respon tubuh terhadap proses peradangan menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30
tersebut berupa jaringan granulasi untuk menahan db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak
proses infeksi. Jaringan granulasi tersebut yang dapat perforasi membran timpani serta keutuhan dan
membentuk suatu polip di telinga tengah. Proses mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
peradangan yang terjadi membentuk suatu siklus Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
seperti gambar dibawah ini, dimana proses yang konduktif berat karena putusnya rantai tulang
terus-menerus akan mengakibatkan komplikasi seperti pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
secara hati-hati.12 Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan memberikan obat tetes telinga yang
Otalgia (nyeri telinga) mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Antibiotik
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan oral yang diberikan dari golongan ampisilin atau
bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada eritromisin jika pasien alergi terhadap penisilin,
OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya sebelum hasil tes resistensi diterima.9
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman Prinsip tatalaksana OMSK tipe bahaya ialah
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi bila terdapat
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah
atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda medikamentosa hanyalah terapi sementara sebelum
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.12 subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
Vertigo mastoidektomi.9
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala
yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali 10. Komplikasi
merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat Otitis media supuratif baik yang akut maupun
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang kronis memiliki potensi unutk menimbulkan komplikasi.
timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang Umumnya komplikas ini ditemukan pada pasien yang
mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan didiagnosis dengan OMSK tipe bahaya. Komplikasi
vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar otitis media terjadi apabila barrier pertahan telinga
membran timpani yang akan menyebabkan labirin tengah terlewati sehingga memungkinkan infeksi
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. menjalar ke struktur disekitarnya.9
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan Shambough (2003) membagi komplikasi otitis
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi media menjadi komplikasi intratemporal,
akibat komplikasi serebelum.12 ekstratemporal maupun intrakarnial. Komplikasi
intratemporal meliputi perforasi membrane timpani
8. Diagnosis mastoiditis, petrositis, labirintitis, dan paresis nervus
Diagnosis OMSK ditegakkan berdasarkan fasialis. Komplikasi ekstratemporal meliputi abses
riwayat dan temuan pada pemeriksaan otoskopi. periosteal sedangkan komplikasi intrakranial meliputi
Umumnya keluhan utama yang membuat pasienk abses atau jaringan granulasi ekstradural,
berobat adalah otorea yang berbau busuk. Perforasi tromboflebitis sinus sigmoid, abses otak, hidrosefalus
pada penyakit ini biasanya mudah terlihat terutama otikus, meningitis dan abses subdural.9
pada telinga yang kering. 9,13 Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada
Pemeriksaan penala dapat juga digunakan untuk pasien OMSK yang dicurigai mengalami komplikasi.
mengevaluasi adanya gangguan pendengaran, Diantaranya pemeriksaan laboratorium darah dan
sedangkan untuk menilai jenis dan derajat gangguan tomografi komputer. Tomografi komputer dapat
pendengaran yang ada digunakan pemeriksaan dilakukan dengan cepat dan sangat terpercaya dalam
audiometri murni dan pemeriksaan BERA (brainsteam menilai telinga tengah, pneumatisasi air sel mastoid
evoked response audiometry) pada pasien yang tidak dan adanya komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan
kooperatif.9 penunjang lain yang biasa dilakukan adalah pungsi
Pemeriksaan lain yang dapat digunkan adalah lumbal, untuk menilai adanya meningitis. Pungsi
rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman lumbal biasanya dilakukan setelah pemeriksaan
dari sekret telinga.9 laboratorium darah dan tomografi komputer yang
menggambarkan adanya komplikasi ke intrakranial.
9. Tatalaksana Pungsi lumbal ini menjadi kontraindikasi pada pasien
Tatalaksana pada pasien OMSK biasanya dengan abses otak dan empiema subdural.14,15
berulang. Sekret yang keluar biasanya susah kering
dan dapat kambuh lagi. Hal ini dikarenakan oleh LAPORAN KASUS
beberapa keadaan yaitu (1) adanya perforasi Identitas Pasien
membran timpani yang permanen, (2) adanya infeksi Nama : Tn. SP
di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
Terbentuk jaringan patologik di rongga mastoid yang Usia : 27 tahun
reversible, (4) Gizi dan higine yang buruk.9 Alamat : Punto Ruyung Batu
Prinsip tatalaksana OMSK tipe aman ialah Kalang Padang Sago
konservatif dan medikamentosa. Bila sekret yang Padang-Pariaman
keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci Suku Bangsa : Minangkabau
Eksudat - -
Peritonsil Warna Tenang Tenang Palpasi
Edema - - 1) Bentuk : Tidak ada
Abses - - pembesaran KGB
Perlengketan - - 2) Ukuran : Tidak ada
pembesaran KGB
Tumor Lokasi 3) Konsistensi : Tidak ada
Bentuk pembesaran KGB
Tidak ada 4) Mobilitas : Tidak ada
Ukuran
Permukaan pembesaran KGB
Konsistensi
Gigi Karies/radiks + + Pemeriksaan 10 Otot Wajah
Pemeriksaan Patologi Anatomi 13. Rudolph AM Hoffman JIE, Rudolph CD. 2007.
Buku Ajar Pediatri Rudolph. dr.Natalia Susi dkk
Terapi : (editor). Vol.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
IVFD RL 8 jam/ kulit EGC.
Injeksi ceftriaxson 2x2 gr (IV) 14. Harker L. Cranial and Intracranial Complications
Injeksi dexametason 3x5 mg (IV) of Acute and Chronic Otitis Media. In: Snow JB,
Injeksi ranitidin 2x50 mg (IV) Ballenger JJ, editors. Ballenger’s
Paracetamol 3x100 mg (P.O) Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
sixteenth. Ontario: BC Decker Inc; 2013. p. 294–
Prognosis : 316.
- Quo ad vitam : Bonam 15. Arts A, Adam M. Intratemporal and intracranial
- Quo ad sanam : Dubia ad Bonam complication of otitis media. In: Jonas J, Rosen C,
editors. Bailey’s Head & Neck Surgery
DISKUSI Otolaryngology. fifth. Lippincott
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmed Z, Khan TZ, Rahim DU. Otogenic
complications of otitis media : experience at
tertiary care hospital. Pak J Surg. 2016;32(1):49–
53.
2. Baysal E, Erkutlu I, Mete A, Alptekin M, Oz
A.Complications and Treatment of Chronic
OtitisMedia. J Craniofac Surg. 2013;24(2):464–7.
3. Khan A, Khan MI, Khan DI. Intracranial
Complication of Chronic Suppurative Otitis
Media : Clinical Presentation and Outcome of
Surgical Procedure. Gomal J Med
Sci.2012;10(2):2–5.
4. Sun J, Sun J. Intracranial complications of
chronic otitis media. Eur Arch
Otorhinolaryngol.2013;271(11):2923–6.
5. Tyagi S, Srivastava M, Singh V, Kumar
L.Chronic Suppurative Otitis Media : Clinical
Presentation of Intracranial Complication in a
Rural Area. J Evidance Based Med
Healthc.2015;2(40):6639–44.
6. Sharma N, Ashok A. Complications of Chronic
Suppurative Otitis Media and Their
Management : A Single Institution 12 Years
Experience. Indian J Otolaryngol Head Neck
Surg. 2015;67(4):353–60.
7. Yorgancular E, Yildirim M, Gun R, Bakir S, Tekin
R. Complications of chronic suppurative
otitis media : a retrospective review. Eur Arch
Otorhinolaryngol. 2013;(270):69–76.
8. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otolaryngology
: A Step-By-Step Learning Guide. 1st Ed. Appl
Wemding : Germany ; 2000
9. Djaafar ZA, Helmi, Ratna D, Restuti. 2016.
“Kelainan telinga Tengah”. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
& Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta : FKUI
10. Yan Edward
11. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit
telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi H,
Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT.
Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118
12. Adams GL, Boies L, Highler P. Buku Ajar Ilmu
THT Boies. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 1997.