Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Tentang Tekla Structures


Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel yang berfokus
hanya pada perencanaan bangunan baja. Pada saat itu program ini sudah bisa
digunakan untuk pemodelan, analisa, desain dan pendetailan struktur baja. Versi
ini berkembang sampai versi 9. Untuk versi selanjutnya Tekla Corporation sebagai
pengembang program ini memperluas kemampuan Tekla Structures dengan
menambah fitur untuk pemodelan, analisis, desain dan detailing struktur beton
bertulang. Saat ini Tekla Corporation sudah merilis Tekla Structures 20. Dalam
versi yang terbaru ini sudah ditambahkan fitur atau modul untuk keperluan
manajemen konstruksi.

2. 2 BIM (Building Information Modeling)


Dengan BIM (Building Information Modeling) teknologi, model virtual
yang lebih akurat dari sebuah bangunan yang dibangun secara digital. BIM
mendukung desain melalui tahap yang memungkinkan analisis yang lebih baik dan
kontrol daripada proses manual. Model yang dihasilkan dalam software ini
mengandung geometri yang tepat dan data yang diperlukan untuk mendukung
pembangunan, fabrikasi, dan kegiatan pengadaan dimana bangunan tersebut
direalisasikan. Definisi Building Information Modeling dalam Handbook of BIM
(Eastman, Teicholz, Sacks & Liston 2011) meliputi mulai dari teknologi untuk
merangkul proses konstruksi secara keseluruhan.

2. 3 Kelebihan Tekla Structures


Dibandingkan dengan software lain yang sejenis, Tekla Structures memiliki
kemampuan yang lebih lengkap. Software ini sudah menggabungkan kemampuan
modeling, detailing, engineering, drawing, reporting, dan manajemen konstruksi
menjadi satu kesatuan yang powerful dan canggih. Lachmi Khemlani pendiri dan
editor AECbytes yang ahli dalam pemodelan bangunan cerdas dalam websitenya

4
AECbytes.com mereview beberapa keunggulan dari Tekla Structures, beberapa
diantanya adalah :
a) Modeling : Tekla structures adalah sebuah software modeling dengan konsep
BIM 3 dimensi dimana seluruh obyek struktur direpresentasikan lengkap dengan
segala informasinya. Modeling dengan banyak jenis profil, bentuk dan sambungan
dapat dilakukan dengan sangat mudah dan cepat, menggurangi error.
Icon bar pada Tekla Structures dalam pemodelan struktur baja sebagai berikut:

Gambar 2.1 Icon Bar Modeling Tekla Structures

Gambar 2.2 Modeling dengan Tekla Structures

b) Detailing : Dengan database yang lengkap, sistem interaksi yang muktahir dan
user friendly, Tekla Structures merupakan pemimpin di bidang detailing baja dan
beton. Sambungan dan profil yang paling rumit dapat dibuat dengan mudah dan
cepat sehingga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membuat model.

Gambar 2.3 Icon Bar Detailing Tekla Structures

5
Gambar 2.4 Detailing dengan Tekla Structures

c) Engineering : Dengan tampilan yang user friendly, engineer dapat dengan


mudah memanipulasi model. Tekla structures juga memiliki link ke software
analisis struktur seperti SAP2000, STAAD, S-Frame, GTStrudl, Robot. Engineer
dapat merasakan lingkungan kerja yang tidak terputus antara model, gambar dan
analisis sehingga mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas.

Gambar 2.5 Engineering dengan Tekla Structures

d) Drawing : Gambar-gambar 2D dan 3D dengan kualitas terbaik dapat dengan


cepat secara otomatis dibuat dan diedit dengan mudah. Gambar-gambar tersebut
interaktif dan sangat fleksibel sesuai kebutuhan pemakai software. Tekla kemudian
dapat meng-export-nya ke DWG atau PDF. Waktu penggambaran dapat dipotong
secara drastis.

6
Gambar 2.6 Drawing dengan Tekla Structures

e) Reporting : Setiap model dalam Tekla Structures merupakan sebuah obyek


yang penuh dengan data sehingga software dapat dengan mudah membuat laporan
mengenai kuantitas material yang dibutuhkan, jenis material, pengiriman, vendor,
luas area cat, dan masih banyak lagi. Pemilik pekerjaan dan engineer bisa dengan
sangat cepat mengetahui anggaran biaya sehingga efisiensi dapat dikejar secara
real-time.

Gambar 2.7 Reporting dengan Tekla Structures

f) Scheduling : Tekla memberikan fitur berlimpah pada project manager untuk


dapat secara visual melihat perkembangan proyeknya, dengan data tersebut dapat
kemudian mengatur datangnya material dan sumber daya. Selain itu Tekla mampu
melakukan clash detection dengan model lain sehingga sangat mengurangi rework.

7
Gambar 2.8 Scheduling dengan Tekla Structures

2. 4 Referensi Dari Pengguna


Kemampuannya yang lengkap dalam menyelesaikan permasalahan
rekayasa dan perencanaan struktur membuat Tekla Structures dipercaya dan
digunakan di proyek – proyek besar di dunia. Tekla telah banyak digunakan oleh
berbagai perusahaan di dunia untuk mendesain proyek – proyek seperti Wembley
Stadium di Inggris, Shanghai Financial Centre di China, Menara Telekom di
Malaysia, Hearst Tower di Amerika Serikat dan gedung –gedung fenomenal
lainnya.

Gambar 2.9 Singapore Science Museum dan Wembley Stadium (Tekla.com)


Varghese A. Johns, Engineering Manager dari Tiger Steel Engineering
LLC mengatakan bahwa tanpa menggunakan Tekla Structures, mereka akan
membutuhkan lima kali dari jumlah drafter yang ada dan fase detailing akan
memakan waktu dua bulan lebih lama. Perusahaan tersebut merupakan fabrikator
baja terkemuka yang terlibat pada proyek Ski Dubai, sebuah wahana ski buatan
yang merupakan gedung dengan struktur atap transparan yang berdiri bebas tanpa
kolom pendukung di antaranya.
Selain Johns, ada juga komentar dari Joseph G. Burns - P.E., S.E., AIA
Managing Principal dari Thornton Tomasetti, sebuah perusahaan rekayasa struktur

8
yang terlibat di proyek infrastruktur utama di seluruh dunia. Burns mengatakan
bahwa Tekla Structures menyediakan para Structure Engineer kemampuan untuk
menghasilkan model 3D dengan analisa properties yang komprehensif. Kualitas
pendokumentasiannya pun handal dan mempuyai grade yang tinggi. Penggunaan
data untuk keperluan lebih lanjut mempermudah pembuatan estimasi biaya dan
memfasilitasi scheduling tahapan konstruksi. Manajemen informasi 3D
meningkatkan komunikasi bagi keseluruan tim. Tekla Structures mempercepat
pembuatan shop drawing, meningkatkan ketelitian dalam pengecekan
ketidakserasian dan hasil pada struktur yang lebih solid atau kompleks dengan
permasalahan di lapangan yang lebih sedikit.

2. 5 Pembebanan
Dalam perancangan suatu bangunan tentunya ada umur rencana bangunan,
dimana selama umur rencananya struktur harus dapat menerima berbagai macam
kondisi pembebanan yang mungkin terjadi.
Kesalahan dalam mengaplikasikan dan menganalisi beban menggunakan
software analisa struktur merupakan salat satu penyebab utama kegagalan struktur.
Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan desain struktur perlu
adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada
struktur beserta karakteristiknya.
Beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa
kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan
bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka
pada proses perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi
pembebanan yang mungkin terjadi.

9
2. 5. 1 Beban Statik
Jenis-jenis beban statis menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung 1983 adalah sebagai berikut :
a) Beban Mati (Dead Load / D)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap.
Tabel 2.1 Beban mati pada struktur

Beban Mati Berat


Beton Bertulang 2400 kg/m3
Dinsing pasangan 1/2 bata 250 kg/m2
Langit-langit + penggantung 18 kg/m2
Keramik 24 kg/m2
Spesi per cm tebal 21 kg/m2
Baja WF 7850 kg/m3
Penutup atap seng 10 kg/m2
Sumber : PPIUG 1983
b) Beban Hidup (Live Load / L)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung.
Tabel 2.2 Beban hidup pada struktur

Beban Hidup Berat


Lantai kantor, toko 250 kg/m2
Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2
Lantai ruang pertemuan 400 kg/m2
Balkon bebas menjorok keluar 300 kg/m2
Tangga dan bordes untuk kantor,
300 kg/m2
took
Sumber : PPIUG 1983
c) Beban Hidup Atap (La)
1. Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta pada bagian tudung
(canopy) yang dapat dicapai atau dibebani oleh orang harus diambil
minimum sebesar 100 kg/m2
2. Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan
dibebani harus diambil diantara dua beban yang menentukan dibawah ini:

10
 Beban terbagi rata per m2 bidang datar yang berasal dari beban air hujan
sebesar (40 – 0,8α) kg/m2 α sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan
ketentuan bahwa beban tidak perlu diambil lebih besar dari 20kg/m2, dan
tidak perlu ditinjau jika kemiringan atapnya lebih dari 50°
 Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg

d) Beban Angin (W)


Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang
ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2
dengan mengalikan tekanan tiup yang ditentukan pada:
1. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 Kg/m2
2. Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 Km dari pantai harus
diambil sebesar 40 Kg/m2
Dengan koefisien angin tekan sebesar (-0.02 α – 0,4) 25 kg/ m2

2. 5. 2 Beban Dinamik
a) Beban Gempa (Earthquake Load / E)
Beban Gempa adalah beban dinamik dengan arah bolak – balik yang tidak
bersifat terus – menerus bekerja pada struktur bangunan atau dapat dikatakan
merupakan beban sementara yang bekerja pada struktur bangunan. Dalam Tugas
Akhir ini beban gempa akan dianalisis menggunakan analisis respon spektrum
yang datanya terdapat dalam situs puskim.pu.go.id seperti pada Gambar 2. 10 dan
Tabel 2. 3 berikut:

Sumber: Puskim.pu.go.id
Gambar 2.10 Spektra percepatan

11
Tabel 2.3 Desain Spektra Denpasar kelas situs tanah (D)

Variabel Nilai T TS+2.1 0.146


SA (g)
PGA (g) 0.443 (detik) TS+2.2 0.141
SS (g) 0.978 0 0.289 TS+2.3 0.136
S1 (g) 0.358 T0 0.723 TS+2.4 0.132
CRS 1.053 TS 0.723 TS+2.5 0.127
CR1 0.951 TS+0 0.613
TS+2.6 0.123
FPGA 1.057 TS+0.1 0.532
TS+0.2 0.469 TS+2.7 0.12
FA 1.109
TS+0.3 0.42 TS+2.8 0.116
FV 1.684
TS+0.4 0.381 TS+2.9 0.113
PSA (g) 0.468
SMS (g) 1.084 TS+0.5 0.348 TS+3 0.11
SM1 (g) 0.603 TS+0.6 0.32 TS+3.1 0.107
SDS (g) 0.723 TS+0.7 0.296 TS+3.2 0.104
SD1 (g) 0.402 TS+0.8 0.276 TS+3.3 0.102
T0 (detik) 0.111 TS+0.9 0.258 4 0.1
TS (detik) 0.556 TS+1 0.243
TS+1.1 0.229
TS+1.2 0.217
TS+1.3 0.205
TS+1.4 0.195
TS+1.5 0.186
TS+1.6 0.178
TS+1.7 0.171
TS+1.8 0.164
TS+1.9 0.157
TS+2 0.151

Sumber: Puskim.pu.go.id

2. 5. 3 Faktor Beban Dan Kombinasi Pembebanan


Untuk keperluan desain, analisis dan sistem struktur perlu diperhitungkan
terhadap kemungkinan terjadinya kombinasi pembebanan (Load Combination) dan
beberapa kasus beban yang dapat bekerja secara bersamaan selama umur rencana.
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Tahun 1983, ada dua kombinasi
pembebanan yang perlu ditinjau pada struktur yaitu kombinasi pembebanan tetap
dan kombinasi pembebanan sementara. Disebut pembebanan tetap karena beban
dianggap bekerja terus – menerus pada struktur selama umur rencana. Kombinasi
pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati (Dead Load) dan beban
hidup (Live Load).
Kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja secara terus – menerus

12
pada struktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam analisa. Kombinasi
pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup dan beban
gempa. Nilai – nilai beban tersebut diatas dikalikan dengan suatu faktor
magnifikasi yang disebut faktor beban, tujuannya agar struktur dan komponennya
memenuhi syarat kekuatan dan layak dipakai terhadap berbagai kombinasi beban.
Faktor beban memberikan nilai kuat perlu bagi perencanaan pembebanan
pada struktur. Nilai faktor beban yang akan digunakan dalam Tugas Akhir
mengacu pada SNI 03 – 1729 – 2002 ( Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung) seperti berikut:
1) 1,4D (2-1)
2) 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) (2-2)
3) 1,2D + 1,6 (La atau H) + ( L γ L atau 0,8W) (2-3)
4) 1,2D + 1,3 W + L γ L + 0,5 (La atau H) (2-4)
5) 1,2D ± 1,0E + L γ L (2-5)
6) 0,9D ± (1,3W atau 1,0E) (2-6)

2. 5. 4 Faktor Reduksi Kekuatan


Faktor reduksi kekuatan merupakan suatu bilangan yang bersifat mereduksi
kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling buruk jika pada
saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang ditetapkan dalam
perencanaan sebelumnya. Berbagai nilai reduksi kekuatan batas (Ø) untuk berbagai
jenis besaran gaya yang didapat dari perhitungan struktur mengacu pada SNI 03 –
1729 – 2002 seperti Tabel 2.4 berikut ini:

13
Tabel 2.4 Faktor reduksi kekuatan

Sumber: SNI 03 – 1729 – 2002

2. 6 Analisis Struktur
Analisis struktur yang dimaksud adalah mencari respons struktur terhadap
pembebanan yang diberikan, yaitu berupa momen, gaya geser, gaya aksial atau
gaya-gaya reaksi perletakan, maupun deformasi (lendutan) struktur itu sendiri.
2. 7 Desain Struktur
Desain struktur adalah opsi tambahan (bisa dipakai, bisa juga tidak) yang
dikembangkan untuk mengevaluasi penampang struktur apakah telah memenuhi
syarat-syarat perencanaan terhadap respons struktur tersebut. Opsi tersebut
sebenarnya adalah tambahan saja, bisa juga disebut sebagai post-processing dari
bagian analisis. Karena syarat-syarat perencanaan ditetapkan berdasarkan standar
yang mungkin pada tiap-tiap negara bisa berbeda maka hasilnya tidak universal
seperti halnya analisis struktur. Jadi ketika memakainya perlu dilihat dulu apakah

14
standar yang digunakan pada program tersebut sesuai dengan standar lokal yang
berlaku.

2. 7. 1 Desain Elemen Struktur Akibat Momen Lentur (SNI 03 – 1729 – 2002)


A. Berdasarkan Kelangsingan Penampang
1. Penampang Kompak
Untuk penampang-penampang yang memenuhi λ ≤ λp , kuat lentur nominal
penampang adalah,
(2-7)
2. Penampang Tak-Kompak
Untuk penampang yang memenuhi λp < λ ≤ λr , kuat lentur nominal
penampang ditentukan sebagai berikut:

(2-8)

(2-8a)
Keterangan :
Fr = 70 – 100 mPa

3. Penampang Langsing
Untuk pelat sayap yang memenuhi λr ≤ λ, kuat lentur nominal penampang
adalah,

(2-9)

B. Berdasarkan Pengaruh Tekuk Lateral


1. Bentang Pendek
Untuk komponen struktur yang memenuhi L ≤ Lp kuat nominal komponen
struktur terhadap momen lentur adalah
(2-10)
2. Bentang Menengah
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lp ≤ L ≤ Lr , kuat nominal
komponen struktur terhadap momen lentur adalah

(2-11)

,
2,3 (2-11a)
,

15
3. Bentang Panjang
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr ≤ L , kuat nominal komponen
struktur terhadap lentur adalah
(2-12)

. (2-12a)

2. 7. 2 Desain Elemen Struktur Akibat Gaya Geser (SNI 03 – 1729 – 2002)


1. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel h/tw memenuhi;
.
/ 1,10 (2-13)

dengan,
5 (2-13a)

Kuat Geser Nominal,


0,6. . (2-13b)

2. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel h/tw memenuhi;

. .
1,10 / 1,37 (2-14)

Kuat Geser Nominal,


.
0,6. . 1,10 (2-14a)

atau,

0,6. . (2-14b)
,

dengan,

.
1,10 (2-14c)

3. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel h/tw memenuhi;


.
1,37 (2-15)

16
Kuat Geser Nominal,
, . . .
(2-15a)

atau,

0,6. . (2-15b)
,

dengan,
.
1,5 (2-15c)

2. 7. 3 Desain Elemen Struktur Akibat Gaya Tekan (SNI 03 – 1729 – 2002)

. (2-16)

Untuk λc ≤ 0,25 maka ω = 1 (2-16a)


Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka 1,43/ 1,6 0,67. λc (2-16b)
untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25λc2 (2-16c)
dengan,

(2-17)

Kc adalah faktor panjang tekuk yang besarnya tercantum pada SNI 03-
1729-2002

Sumber: SNI 03-1729-2002

Gambar 2.11 Nomogram Kc

17
2. 7. 4 Desain Elemen Struktur Dengan Kombinasi Geser Dan Lentur
0,625 1,375 (2-18)
Ø Ø

2. 7. 5 Desain Elemen Struktur Dengan Kombinasi Aksial dan Lentur


Untuk 0,2
Ø

1 (2-19)
Ø Ø Ø

Untuk 0,2
Ø

1 (2-20)
Ø Ø Ø

2. 8 Sambungan
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul,
pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).
Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan
menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang
dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang
kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-
bagian yang disambungkan.
Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan
menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan
baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser
rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan
yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak. Sambungan berdasarkan
komponen penyambungnya dapat diklasifikasikan sebagai sambungan momen,
sambungan geser sederhan, dan sambungan pelat tumpu (base plate)

2. 8. 1 Sambungan Momen
Sambungan momen memindahkan momen yang dibawa oleh sayap-sayap
balok yang didukung kepada komponen struktur pendukung. Sambungan momen
diasumsikan menjadi gaya tarik dan gaya geser sedikit. Berikut jenis sambungan
momen:

18
1. End Plate
Sambungan momen plat ujung (End Plate) terdiri dari plat yang di las pada
ujung balok dan di baut pada saat pengerjaan di lapangan ke kolom. Sambungan
momen plat ujung dapat dikelompokkan berdasarkan keadaan ujung luarnya yaitu
rata (flush), atau diperluas (extended).
a) Flush End Plate

(b) four-bolt unstiffened

(c) four-bolt stiffened (d) four-bolt stiffened


Gambar 2.12 Sambungan momen flush end plate
Pada sambungan momen flush end plate dimensi pelat ujungnya memiliki
tinggi yang sama besar dengan profil yang akan disambung. Posisi ini baut hanya
bisa dipasang dalam posisi yang lebih rendah dari sayap profil yang disambung
sehingga, lengan gaya dari momen tahanan yang ada selalu lebih kecil dari lengan
momen beban pada sayap profil.
b) Extended End Plate

Gambar 2.13 Sambungan momen extended end plate


Sedangkan pada sambungan momen extended end plate dimensi pelat
ujungnya memiliki dimensi lebih tinggi yang lebih besar jika dibandingkan dengan

19
profil yang disambung, baik pada posisi atas, bawah maupun kedua-duanya. Posisi
ini memungkinkan pemasangan baut pada elevasi yang lebih tinggi dari sayap
profil, sehingga lengan gaya dari momen tahanan yang ada bisa lebih besar dari
lengan momen beban pada pelat sayap profil.
Berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya menunjukan sambungan
momen extended end plate mempunyai kinerja yang lebih baik jika dibandingkan
dengan sambungan momen flush end plate, akibatnya secara dimensi dan nilai
ekonomis biasanya sambungan momen extended end plate akan menghasilkan
dimensi dan formasi baut yang lebih ekonomis serta ketebalan pelat ujung yang
dibutuhkan juga lebih tipis jika dibandingkan sambungan momen flush end plate.
Sambungan momen flush end plate juga tidak jarang digunakan jika keadaan
geometri sambungan momen extended end plate menggangu elemen yang lain.

2. 8. 2. Sambungan Geser Sederhana


Sambungan geser sederhana diasumsikan untuk memiliki tahanan rotasi
yang kecil atau tidak sama sekali. Sambungan geser tersebut diasumsikan untuk
membawa hanya komponen geser dari beban yang diidealisasikan sebagai pin atau
roll dalam desain. Oleh karena itu, tanpa gaya-gaya momen diasumsikan
disalurkan oleh sambungan dari komponen yang didukung ke komponen
pendukung. Jenis-jenis sambungan geser sederhana sebagai berikut:
1. Sambungan Siku Ganda
Sambungan siku ganda (double angle) dibuat dengan memasang pada
bidang sepasang siku (dengan baut atau las) kepada badan balok yang
didukung dan diluar bidang sepasang siku (dengan baut atau las) kepada badan
dari balok penunjang.

Gambar 2.14 Sambungan siku ganda

20
2. End Plate

Gambar 2.15 Sambungan end plate


2. 8. 3 Sambungan Base Plate
Sambungan base plate (pelat dasar) digunakan untuk menyediakan suatu
daerah tumpuan yang cukup pada bahan di bawah agar gaya-gaya disuatu kolom
disalurkan dengan baik ke pondasi. Base plate biasanya menjangkarkan kolom ke
pondasi beton oleh baut angkur dan pelat dasar dari kolom dilas.

Gambar 2.16 Sambungan base plate


2. 8. 4 Baut
Berdasarkan klasifikasi dari ASTM ada dua jenis baut yang biasa
digunakan yaitu baut mutu biasa (ordinary bolt) dan baut mutu tinggi (high tension
bolt). Baut biasa diklasifikasikan sebagai baut tipe A307 yang terbuat dari baja
karbon kadar rendah dan sering dan sering digunakan untuk struktur-struktur
ringan dan sekunder. Sedangkan baut mutu tinggi tipe A325 terbuat dari medium
carbon steel dengan metode pembuatan melalui pemanasan dan quenching-
tempering. Tipe berikutnya adalah A490, baut ini terbuat dari alloy carbon steel

21
juga dengan metode pembuatan quenching-tempering. Baut A325 dan A490 biasa
digunakan untuk semua jenis struktur. Berikut adalah kekuatan baut dari berbagai
gaya yang bekerja pada sambungan:
1. Kuat Tarik Satu Baut
∅ ∅ 0,75 (2-21)
keterangan:
Øf = 0,75
fub : tegangan tarik putus baut
Ab : luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

2. Kuat Geser Satu Baut


∅ ∅ 1 (2-22)
Keterangan:
r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1 = 0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser

3. Kombinasi Geser Dan Tarik


1 ∅ (2-23)

∅ (2-24)

1 2 2 (2-25)
Keterangan:
n adalah jumlah baut
m adalah jumlah bidang geser
 untuk baut mutu tinggi:
f1 = 807 MPa, f2 = 621 MPa,
r2 =1,9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
r2 =1,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

22
4. Jarak Tepi Minimum
Menurut SNI 03 – 1729 – 2002, jarak tepi minimum sebagai berikut:

Tepi dipotong Tepi dipotong Tepi profil bukan


dengan tangan dengan mesin hasil potongan

1,75 db 1,50 db 1,25 db


Dengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir.
Tabel 2.5 Jarak tepi minimum

5. Jarak Tepi Maksimum


Jarak antara pusat pengencang tidak boleh melebihi 15 t p (dengan tp
adalah tebal pelat lapis tertipis didalam sambungan), atau 200 mm. Pada
pengencang yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalam daerah yang tidak
mudah berkarat, jaraknya tidak boleh melebihi 32tp atau 300 mm. Pada baris luar
pengencang dalam arah gaya rencana, jaraknya tidak boleh melebihi (4 t p + 100
mm) atau 200 mm.
6. Sambungan Las Sudut
Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk
memperkuat las tumpul, ditetapkan sesuai dengan Tabel 2.4 kecuali bila ukuran las
tidak boleh melebihi tebal bagian yang tertipis dalam sambungan. Menurut SNI 03
– 1729 – 2002, tebal las sudut sebagai berikut:
Tebal bagian paling tebal, t Tebal minimum las sudut, tw
(mm) (mm)
t<7 3
7 < t < 10 4
10 < t < 15 5
15 < t 6
Tabel 2.6 Tebal minimum las sudut

23

Anda mungkin juga menyukai