Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Laporan Kasus.


Laporan kasus ini berisi rangkaian Asuhan Keperawatan Keluarga
Tn. A pada Lansia Tn. A dengan Risiko Trauma terhadap penyakit Diabetes
Millitus di Kelurahan Arcawinangun RT 02 RW 03 Kecamatan Purwokerto
Timur Kabupaten Banyumas. Asuhan Keperawatan dilakukan selama lima
kali kunjungan dari tanggal 25 April 2017 - 30 April 2017. Komponen
Asuhan Keperawatan Risiko Trauma menggunakan proses keperawatan
keluarga yang meliputi, yaitu: pengkajian, perumusan masalah melalui
tipologi masalah keperawatan keluarga, perumusan diagnosa, menentukan
prioritas masalah, perencanaan keperawatan, impementasi atau pelaksanaan
dan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.

1. Biodata Klien (Biographic Information)


Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Risiko Trauma dilakukan
pada Tn. A usia 60 tahun menderita penyakit Diabetes Millitus, jenis
kelamin laki - laki, seorang kepala rumah tangga yang hidup bersama
istri dan anak keduanya beserta di Kelurahan Arcawinangun RT 2 RW 3
Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Suku bangsa Jawa,
dan beragama Islam Tn. A mempunyai 2 anak, anak yang pertama sudah
berkeluarga yaitu Ny. S dan anak yang kedua baru lulus SMA.
Kebutuhan hidup sehari - hari Tn. A dari jualan ronde, istrinya Ny. H
juga ikut membantu mencukupi kebutuhan sehari - hari dengan menjadi
loper koran dan terkadang di bantu oleh anak pertamanya yang berjualan
yakult keliling.

17
18

2. Pengkajian (Assement).
Pengkajian laporan kasus dilakukan secara langsung dengan
metode wawancara pada tanggal 25 April 2017 di rumah Tn. A. Dalam
pengkajian Tn. A mengatakan beberapa hari ini mengalami keluhan
seperti padangan mata kabur, lemas, kaki kesemutan, kencing pada
malam hari sampai 3 - 4 kali, keluhan ini sudah terjadi sekitar 3 bulan
yang lalu sampai berat badan Tn. A dari 75kg berkurang menjadi 63kg,
tetapi Tn. A baru mengetahui jika ini tanda - tanda penyakit DM baru
sebulan yang lalu lewat Puskesmas Purwokerto Timur, tapi frekuensi
keluhannya sekarang tidak separah 3 bulan yang lalu awal - awal terkena
penyakit DM. Tn. A tidak memiliki riwayat DM dari keluarganya. Tn. A
diberitahu oleh pihak puskesmas bahwa dirinya terkena penyakit DM
ketika di cek Gula Darah Sewaktu nilainya: 244 (mg/dL).
Riwayat dan tahapan keluarga Tn. A sebagai kepala keluarga,
kebutuhan sehari - hari keluarga dipenuhi oleh Tn. A bersama istri dan
anak ke duanya. Penghasilan keluarga kurang lebih Rp.1.500.000,- per
bulan yang diperoleh dari hasil kerja Tn. A sebagai pedagang ronde
keliling, istrinya Ny. H sebagai loper Koran, dan anaknya yang kedua
sebagai pedagang. Menurut pengakuan keluarga, penghasilan yang ada
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Seluruh kebutuhan
rumah tangga ditanggung bersama - sama. Tahapan perkembangan
keluarga saat ini berada pada tahapan VI, yaitu keluarga usia dewasa,
tidak ada tahap perkembangan keluarga yang sampai saat ini belum
terpenuhi namun ada tugas keluarga yang belum dapat dicapai saat ini
yaitu keluarga belum mampu menangani maupun merawat penyakit DM
yang diderita Tn. A. Pada pengkajian lingkungan rumah didapatkan data
rumah Tn. A tipe permanen dengan luas 6,5x14 m2, kepemilikan rumah
pribadi, terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1
dapur, 1 kamar mandi dan wc, 1 sumur yang berada di dalam belakang
rumah. Keadaan lantai terbuat keramik. Penerangan sudah menggunakan
listrik sendiri, dan menggunakan listrik pada malam hari, pada siang hari
19

lampu di matikan. Pencahayaan dari sinar matahari baik, karena jendela


dan pintu dibuka saat pagi hari. Ventilasi untuk sirkulasi udara cukup,
jumlah jendela ada 6 buah dengan ukuran 0,5m x 1,5m. Sumber air untuk
minum, mandi maupun mencuci yang digunakan berasal dari sumur gali
yang terletak di dalam belakang rumah. Kamar mandi dan WC lantainya
kotor dan licin, serta septic tank berada di belakang rumah. Terdapat
barang - barang yang bisa menciderai Tn. A seperti kursi keropos, lemari
keropos, jarum, dan gunting yang diletakkan di sembarang tempat.
Kebiasaan memasak menggunakan kompor gas. Keluarga Tn. A
membuang sampah di tempat pembuangan sampah tepatnya di luar rumah kira
- kira di sebrang jalan yang harus keluar gang rumah Tn. A, karena rumah Tn.
A tidak mempunyai pekarangan dan gang jalan yang sempit, tepatnya di
lubang pembuangan sampah. Jika lubang ini sudah penuh, biasanya
sampah akan diangkut oleh petugas sampah keliling setiap seminggu
sekali. Keluarga Tn. A merupakan keluarga yang sibuk dilihat dari waktu
luang yang ada untuk saya kunjungan hanya jam 1 siang sampai jam 4
sore karena kesibukannya untuk berdagang, jadi lingkungan rumah Tn.
A kurang terawat.
Interaksi dengan lingkungan rumah atau tetangga sekitarnya tidak
ada masalah. Tetangga banyak yang mengunjungi rumah Tn. A untuk
sekedar berkumpul atau membeli dagangannya. Hubungan silaturahmi
berjalan baik, dibuktikan dengan adanya kegiatan atau perkumpulan
antar warga seperti, Tn. A selalu mengikuti arisan RT jika sempat dan
ada waktu senggang setiap sebulan sekali.
Pola komunikasi dalam keluarga, Tn. A mengatakan bahwa
komunikasi pada keluarga menekankan keterbukaan dan jujur. Setiap
anggota keluarga bebas menyampaikan keluhan atau tanggapan. Bila ada
masalah dalam keluarga, Tn. A mendiskusikan dengan istri Ny. H serta
anaknya. Saat berkunjung keluarga sedang berbincang-bincang dan
tampak keakraban dalam keluarga tersebut.
20

Keluarga sejauh ini sudah dapat menempatkan peran formal


sebagai kepala rumah tangga, istri, anak, dan informal saling menyayangi
antar anggota keluarga, serta seluruh kebutuhan rumah tangga
ditanggung bersama - sama. Nilai dan norma keluarga Tn. A yang dianut
yaitu saling menghormati antar anggota keluarga yang satu dengan lain.
Nilai yang dianut yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai - nilai
agama Islam. Mengharapkan keluarganya taat dalam menjalankan
agama. Keluarga meyakini hal - hal yang diperbolehkan dan dilarang
agama, misalnya harus makan - makanan yang baik dan halal.
Dalam melaksanakan fungsi afektif, Tn. A dan Ny. H mampu
mendidik anak dan cucunya bagaimana cara berperilaku yang baik dalam
keluarga maupun masyarakat seperti menghormati antar anggota
keluarga dan tetangga. Fungsi sosial yang tercermin dalam perilaku yang
aktif dalam mengikuti kegiatan rutin masyarakat seperti arisan RT dan
kerja bakti setiap sebulan sekali. Berdasarkan hasil pengkajian fungsi
pemenuhan pemeliharaan kesehatan, dalam melaksanakan tugas
keperawatan keluarga, keluarga belum mengenal sepenuhnya masalah
kesehatan tentang Risiko trauma seperti, pengertian, faktor penyebab,
faktor yang mempengaruhi, serta pengelolaan lingkungan yang aman.
sebatas keluhan Tn. A mengenai kaki kesemutan, lemas, pandangan mata
kabur, sering kencing dimalam hari. Keluarga Tn. A belum mengetahui
sifat dan luas masalah yang dialami Tn. A, belum memperoleh informasi
tentang tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
kesehatan Tn. A, seperti program diit, dan pengelolaan lingkungan aman,
sehingga Tn. A sebagai kepala keluarga serta pasien belum bisa
mengambil keputusan dengan tepat. Keluarga Tn. A belum mengetahui
tentang perawatan dan pengelolaan apa saja yang dilakukan pada
penyakit Tn. A, yang dilakukan Tn. A hanya istirahat untuk
menghilangkan atau mengurangi sakitnya. Pemeliharaan lingkungan
rumah keluarga Tn. A masih kurang terbukti dengan dilihat dari
banyaknya benda atau barang yang tidak tertata rapi, lantai WC yang
21

kotor, lantai ruang tamu yang banyak bekas ban sepeda karena minim
ruang garasi atau tempat. Untuk fungsi pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan, keluarga Tn. A sudah mengetahui keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan, misalnya setiap ada anggota keluarga
yang sakit setelah minum obat di warung tidak kunjung sembuh lalu di
pergi ke puskesmas untuk mendapatkan obat yang spesifik terhadap
penyakitnya..
Stres dan koping keluarga yang saat ini dirasakan adalah keluhan
yang terjadi seperti kaki kesemutan, dan penglihatan mata yang kabur
karena mengganggu aktivitas sehari - hari. namun respon yang dihasilkan
terhadap stressor tidak membuat panik karena keluhan yang terjadi pada
Tn. A biasa terjadi dan akan menghilang jika dibawa istirahat.
Harapan keluarga dengan datangnya mahasiswa praktek
keperawatan dapat menambah wawasan dan informasi tentang risiko
trauma akibat dari penyakit DM yang dialami Tn. A. Keluarga juga
berharap Tn. A cepat sembuh dari penyakit yang dideritanya dan
terhindar dari trauma.

a. Riwayat Keperawatan.
Riwayat keperawatan Tn. A diawali dengan adanya keluhan
beberapa hari ini seperti kesemutan pada kaki, penglihatan kabur,
lemas, dan sehari sebelum kejadian Tn. A kemarin terjatuh karena
penglihatannya kabur, lingkungan dalam rumah Tn. A banyak benda
yang memang berisiko menciderainya (seperti bangku keropos, jarum
yang tergeletak sembarangan). Pertama kali terasa keluhan tersebut 3
bulan yang lalu Tn A merasakan kaki kesemutan, lemas, penglihatan
kabur, frekuensi kencing yang meningkat. Tn. A tidak memiliki
riwayat DM dari keluarganya. Tn. A baru mengetahuan kadar gula
darah dalam tubuhnya tinggi baru 1 bulan yang lalu di puskesmas
puwokerto timur 1 dengan hasil 244 (mg/dL). Tapi keluhan tersebut
22

frekuensinya menurun dari pada 3 bulan yang lalu, dan kadang


mengganggu aktivitas sehari - hari.

b. Pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan fisik pada Tn. A yang dilakukan dengan
pemeriksaan head to toe dan tanda - tanda vital diantaranya keadaan
umum baik, kesadaran composmenthis (E4V5M6), tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, Suhu
36,6 ‘C, berat badan 63 kg, tinggi badan 160 cm. Saat dilakukan
pengkajian fisik tidak ada bekas luka yg membengkak atau
membusuk.

c. Pemeriksaan Diagnostik atau penunjang.


Berdasarkan pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan gula
darah pada hari selasa tanggal 25 April 2017 nilai gula darah puasa
128 (mg/dl)

3. Perumusan Masalah (Nursing Problem)


Dari pengkajian keperawatan keluarga yang dilakukan penulis
pada keluarga Tn. A, maka didapatkan masalah pada anggota keluarga
yang sakit DM dengan gangguan sensasi (kaki kesemutan, penglihatan
kabur, frekuensi kencing yang tinggi). Penulis merumuskan masalah
keperawatan Risiko Trauma pada Tn. A di tandai dengan data subjektif
(DS), Tn. A mengatakan kakinya masih sering kesemutan, penglihatan
menurun, kemarin baru saja terjatuh karena penglihatan kabur, terdapat
luka di kaki tetapi sudah kering, dan penglihatannya kabur. Pertama kali
terasa keluhan tersebut sudah 3 bulan yang lalu, data objektif (DO), luka
Tn. A sudah kering dan tidak bengkak, tidak bisa membaca tulisan
dengan jarak 2m.
23

4. Perencanaan (Plan)
Perencanaan keperawatan untuk diagnosa risiko trauma
berhubungan dengan penyakit DM pada keluarga Tn. A khususnya pada
Tn. A menggunakan lima tugas kesehatan keluarga yang dipadukan
dengan NOC dari diagnosa risiko trauma: perilaku keselamatan: luka
fisik dan NIC yaitu: manajemen keamanan lingkungan, direncanakan
lima kali kunjungan mulai tanggal 25 April 2017 – 30 April 2017,
perencanaan tersebut meliputi :
a. Tujuan Umum (TUM):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima kali kunjungan
diharapkan risiko trauma pada Tn. A dapat berkurang atau hilang.
b. Tujuan Khusus (TUK) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 30 menit setiap
kali kunjungan, diharapkan :
1) Keluarga dan Tn. A mampu mengenal dan mengerti tentang risiko
trauma terhadap penyakit DM.
Untuk kriteria evaluasinya adalah berespon verbal, dengan standar
evaluasi: keluarga dan Tn. A mampu mengenali risiko trauma
karena penyakit DM, mampu menanggulangi terjadinya risiko
trauma, dan mampu terhindar dari trauma yang terjadi karena
penyakitnya maupun pengelolaan risiko trauma, dan melaporkan
bahwa risiko trauma berkurang atau hilang tidak terjadi trauma.
Intervensi :
a) Gali pengetahuan keluarga tentang apa itu risiko trauma.
b) Diskusikan tentang arti serta gejala yang berisiko menjadi
trauma karena penyakit DM.
c) Bimbing keluarga untuk menjelaskan kembali apa yang perlu
diketahui.
d) Bimbing keluarga untuk menjelaskan kembali apa yang telah
dijelaskan oleh petugas.
24

e) Beri reinforcement positif terhadap apa yang telah dijelaskan


oleh keluarga.
2) Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat untuk mencegah dan mengurangi risiko
trauma terhadap penyakit DM.
Untuk kriteria evaluasinya adalah berespon verbal, dengan standar
evaluasi: - Menyebutkan tindakan apa yang akan diambil oleh
keluarga untuk mengelola lingkungan supaya tidak terjadi trauma.
Intervensi :
a) Berikan informasi kepada keluarga tentang pengelolaan
lingkungan yang aman untuk mengurangi risiko trauma.
b) Jelaskan kepada keluarga akibat jika tidak dilakukan
pengelolaan keamanan lingkungan dengan benar.
c) Beri reinforcement atas tindakan yang diambil oleh keluarga.
3) Keluarga dan Tn. A mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Untuk kriteria evaluasinya adalah berespon psikomotor, dengan
standar evaluasi: keluarga dapat melakukan perawatan terhadap
Tn. A dengan risiko trauma, membereskan barang yang berisiko
mencederai pasien yang dapat mengurangi risiko trauma.
Intervensi :
a) Libatkan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
seperti bersama - sama menata barang yang berisiko
mencederai pasien di dalam lingkungan rumah.
b) Beri reinforcement positif atas tindakan yang telah dilakukan
oleh keluarga.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
Untuk kriteria evaluasinya adalah berespon psikomotor, dengan
standar evaluasi: keluarga mau membersihkan lingkungan untuk
meningkatkan kesehatan dan keamanan lingkungan terhadap
risiko terjadinya trauma dan memberikan rasa nyaman.
25

Intervensi :
a) Libatkan keluarga agar lingkungan aman dari bahaya benda
tajam maupun tumpul yang berisiko terhadap gangguan
sensasi yang dimiliki pasien.
b) Motivasi keluarga supaya memberi pegangan membersihkan
lantai kamar mandi agar terhindar dari resiko jatuh.
c) Beri reinforcement positif atas kesediaan keluarga.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Untuk kriteria evaluasinya adalah berespon psikomotor, dengan
standar evaluasi: Tn. A dan keluarga mampu menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan misalnya puskesmas untuk mengontrol
penyakit DM dan keluarga memilih salah satu tempat pelayanan
kesehatan untuk mengontrol penyakit DM.
Intervensi :
a) Jelaskan tempat - tempat pelayanan kesehatan untuk
mengatasi kesehatan.
b) Bimbing Tn. A dan keluarga dalam memilih tempat pelayanan
kesehatan.
c) Beri reinforcement positif atas pilihan keluarga.

5. Pelaksanaan.
Pelaksanaan keperawatan dalam Asuhan keperawatan keluarga
risiko trauma pada lansia Tn. A dilakukan mulai kunjungan pertama, hari
selasa 25 April 2017 pukul 10.00 WIB dengan memperkenalkan diri,
menerangkan tujuan petugas datang ke tempat Tn. A untuk apa,
menciptakan hubungan saling percaya, melakukan pengkajian terhadap
keluarga Tn. A, melakukan kontrak waktu sekarang dan selanjutnya,
mengecek tekanan darah, dan mengecek gula darah puasa.
Kunjungan kedua, hari kamis, 27 April 2017 pukul 14.00 WIB
dengan menciptakan hubungan saling percaya, melakukan kontrak
waktu, mengecek tekanan darah, menggali pengetahuan Tn. A dan
26

keluarga tentang Diit DM dan pengelolaan keamanan lingkungan,


memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan) dengan metode
ceramah tentang pengelolaan keamanan lingkungan terhadap gangguang
sensasi pada penyakit DM, dan Diit DM dengan media leaflet.
Menganjurkan Tn. A dan keluarga melakukan pengelolaan keamanan
lingkungan dengan menyingkirkan benda tajam atau benda yang
mungkin berbahaya bagi kesehatan Tn. A. Menganjurkan Tn. A untuk
memprogram makanan apa yang harus dimakan setiap harinya, Beri
kesempatan Tn. A dan keluarga untuk mengulangi apa yang telah
diajarkan padanya. Beri reinforcement positif terhadap apa yang telah
dilakukan oleh Tn. A dan keluarga. Tn. A sudah mengerti seputar diit
DM, dan pengelolaan keamanan lingkungan bagi kesehatannya.
Kunjungan ketiga, hari Jumat, 28 April 2017 pukul 14.00 WIB
dengan menciptakan hubungan saling percaya, melakukan kontrak
waktu, mengecek tekanan darah, mendiskusikan bersama keluarga
tentang pengelolaan keamanan lingkungan yang sudah dilakukan Tn. A,
memotivasi Tn. A dan keluarga untuk mengelola lingkungan yang aman
untuk Tn. A, Beri reinforcement positif terhadap apa yang telah
dijelaskan oleh Tn. A dan keluarga. Terlihat barang atau perabotan yang
kerpos sudah di pindahkan tapi masih ada beberapa barang yang tajam
masih berserakan (gunting ada di kursi), WC sudah dibersihkan dan tidak
licin.
Kunjungan keempat, hari Sabtu, 29 April 2017 pukul 15.00 WIB
dengan menciptakan hubungan saling percaya, melakukan kontrak
waktu, mengecek tekanan darah, menanyakan kembali apa yang harus di
lakukan untuk mengurangi resiko terjadinya trauma dan risiko cedera
dengan cara pengelolaan keamanan lingkungan. Menanyakan kembali
pengertian, penyebab, tanda gejala, dan pengelolaan diit DM.
Mendemonstrasikan senam kaki DM untuk mengurangi keluhan kaki
kesemutan. Beri reinforcement terhadap apa yang sudah Tn. A lakukan.
Tn. A dan keluarga mendemonstrasikan senam kaki dengan baik.
27

Kunjungan kelima, hari Minggu, 30 April 2017 pukul 14.00 WIB


dengan menciptakan hubungan saling percaya, melakukan kontrak
waktu, mengecek tekanan darah, menanyakan kembali langkah - langkah
senam kaki DM. Mengevaluasi bersama Tn. A dan keluarga lingkungan
yang aman dari resiko terjadinya trauma dan terjadinya risiko cedera.
Melakukan program terhadap pasien dan keluarga untuk melakukan
senam kaki DM jika keluhan tersebut datang lagi. Memotivasi agar
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengontrol penyakitnya. Tn. A dan
keluarga telah melakukan pencegahan risiko trauma dan cedera dengan baik.

6. Evaluasi.
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama lima hari
kunjungan diperoleh data subjektif: Tn. A mengatakan sudah melayang
ditentukan pada keluarga Tn. A khususnya pada Tn. A untuk menilai
hasil serta menentukan rencana tindak lanjut perlu dilakukan tahap
evaluasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan khusus yang hendak
dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan disetiap
kunjungan dan diakhir sebagai penilaian secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosis
Tujuan Khusus I : setelah dilakukan intervensi selama 1 kali
pertemuan dengan keluarga dan Tn. A mampu menjawab pengertian
risiko trauma adalah: kondisi ketika individu berisiko mengalami cedera
jaringan yang tak disengaja (misal luka, terbakar, fraktur), keluarga dan
Tn. A mampu menyebutkan penyebab gangguan sensasi yang muncul
disebabkan oleh proses penyakit DM terjadi karena insulin hasil produksi
pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal
terhadap insulin. Sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel
tubuh. Tn. A dan keluarga paham dan mengerti tentang risiko trauma
yang disebabkan oleh penyakit DM seperti luka yang tidak kunjung
sembuh karena terkena benda tajam, terpeleset, dan jatuh. Tn. A dan
28

keluarga sangat antusias dan kooperatif saat diberikan penkes. Masalah


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah teratasi.
Tujuan Khusus II : setelah dilakukan intervensi selama 1 kali
pertemuan dengan Tn. A dan keluarga mengetahui tindakan yang tepat
untuk mencegah atau mengurangi risiko trauma karena
penyakit DM. Keluarga mengatakan akan melakukan tindakan
untuk mengurangi terjadinya risiko trauma dengan cara pengelolaan
keamanan lingkungan seperti memindahkan benda-benda yang berisiko
terjadinya luka, kebakaran, dan fraktur. Masalah ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan teratasi.
Tujuan Khusus III : setelah dilakukan intervensi selama 1 kali
pertemuan dengan Tn. A dan keluarga mengetahui cara perawatan pada
anggota keluarga yang sakit dengan keluhan penyakit DM dan berisiko
terjadinya trauma. Keluarga mampu melakukan cara perawatan terhadap
masalah risiko trauma. Keluarga dan Tn. A menata lingkungan rumahnya
dengan menyingkirkan benda - benda yang bisa membahayakan
kesehatannya karena penyakit DM. Masalah ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit teratasi.
Tujua Khusus IV : setelah dilakukan intervensi selama 1 kali
pertemuan dengan Tn. A dan keluarga mengetahui cara memodifikasi
lingkungan untuk mendukung kesehatannya. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan dengan cara pengelolaan terhadap benda -
benda yang membahayakan kesehatan Tn. A. keluarga sudah menata
benda - benda seperti pisau, jarum, lemari keropos, kursi keropos di
tempat yang aman, agar Tn. A terhindar dari cedera yang tidak disengaja.
keluarga membersihkan lantai kamar mandi agar terhindar dari resiko
cedera. Masalah ketidakamampuan keluarga memodifikasi lingkungan
teratasi.
Tujuan Khusus V : setelah dilakukan intervensi selama 1 kali
pertemuan keluarga mampu menyebutkan pelayanan kesehatan yang ada
yaitu puskesmas, mantri, dokter, klinik, rumah sakit serta Tn. A akan
29

berobat ke puskesmas apabila keluhannya kambuh. Masalah


ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan teratasi.
Evaluasi Akhir Tindakan Keperawatan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama lima kali kunjungan dengan subjektif: Tn.
A dan keluarga sudah mengerti cara pengendalian dan pengelolaan risiko
trauma terhadap penyakit DM, dan lingkungan sudah aman dari bahaya
terjadinya risiko trauma. Objektif: Tn. A dan keluarga mengaplikasikan
pengelolaan kemanan lingkungan dengan baik dilihat dari lingkungannya
yang sudah tertata. Pengelolaan keamanan lingkungan telah dilakukan,
nilai Gula Darah Sewaktu 233 (mg/dl), TD: 120/90 mmHg, N:
83x/menit, RR : 22x/menit S: 36,5 °C. Analisis: masalah keperawatan
risiko trauma pada Tn. A teratasi. Planning: dipertahankannya tindakan -
tindakan yang telah diajarkan secara rutin dan mau memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada dengan mengontrol penyakit DMnya ke
pelayanan kesehatan terdekat bila merasa keluhannya kambuh.

B. Pembahasan.
Dalam sub bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan
antara teori dengan praktek selama melakukan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada keluarga Tn. A terutama pada lansia Tn. A pada risiko
trauma terhadap penyakit DM, telah penulis laksanakan dari tanggal 25
April 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017 di Desa Arcawinangun
RT 02 RW 03 Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Tujuan pembahasan adalah untuk menjawab tujuan penulisan
atau bagaimana tujuan penulisan tersebut tercapai, termasuk kesenjangan
- kesenjangan yang ditemukan selama melakukan asuhan keperawatan
pada keluarga Tn. A pada lansia Tn. A dengan risiko trauma terhadap
penyakit diabetes millitus di Desa Arcawinangun RT 03 RW 02
Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Pembahasan
difokuskan pada aspek riwayat keperawatan, masalah keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
30

1. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 25 April 2017. Pada
pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan karena seluruh anggota
keluarga Tn. A dapat bekerjasama dan memberikan informasi mengenai
masalah kesehatan dalam keluarga dengan jelas. Penulis melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik.
Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. A
dengan teknik wawancara langsung dengan Tn. A beberapa hari ini
mengalami keluhan seperti padangan mata kabur, lemas, kaki kesemutan,
keluhan ini sudah terjadi sekitar 3 bulan yang lalu sampai berat badan
Tn. A dari 75 kg berkurang menjadi 63 kg, tetapi Tn. A baru mengetahui
jika ini tanda - tanda penyakit DM baru sebulan yang lalu lewat
Puskesmas Purwokerto Timur, tapi frekuensi keluhannya sekarang tidak
separah 3 bulan yang lalu awal - awal terkena penyakit DM. Tn. A tidak
memiliki riwayat DM dari keluarganya. Tn. A diberitahu oleh pihak
puskesmas bahwa dirinya terkena penyakit DM ketika di cek Gula Darah
Sewaktu nilainya: 244 (mg/dL), saat dicek lagi oleh saya nilai Gula
Darah Puasanya 128 (mg/dL) hal ini sudah sesuai dengan teori menurut
(Williams & Wilkins, 2012, dalam Rakhmawati, 2016) yaitu
pemeriksaan penunjang ditemukannya gula darah puasa diatas 126
(mg/dL). Tn. A mengatakan tidak pikun atau sering lupa ingatan. Tn. A
mengatakan sebelum terkena penyakit DM dirinya mengatakan
makannya sembarangan yang mengandung gula tinggi. Lingkungan
rumah Tn. A masih banyak benda yang membahayakan kesehatannya
contoh kursi, lemari keropos, benda tajam seperti jarum yang tergeletak
disembarang tempat, lantai WC yang kotor dan licin. Hal tersebut sesuai
dengan teori menurut (Herdman & Kamitsuru, 2015, p. 433). yaitu
pengkajian risiko trauma dapat dilihat dari faktor internal maupun
eksternal, meliputi: Penglihatan, keseimbangan, suhu atau sensasi taktil,
kordinasi otot kecil dan besar, kordinasi tangan-mata, kurang
31

pencahayaan, kurang peralatan antislip di kamar mandi, lantai licin,


penggunaan kursi tidak stabil.
Menurut (Muwarni & Setyowati, 2008) pengkajian mengenai
lima tugas kesehatan keluarga, penulis mendapatkan data, keluarga
mengatakan belum mengerti tentang penyakit DM yang diderita oleh Tn.
A, serta Tn. A juga tidak mengetahui kadar gula darah di dalam tubuhnya
tinggi. Tn. A mengatakan beberapa hari ini mengalami keluhan seperti
padangan mata kabur, lemas, kaki kesemutan. Tn. A mengatakan belum
tahu apa itu DM, penyebab, tanda dan gejala, pantangan serta
pengelolaan keamanan lingkungan di rumah. Tn. A tidak tahu mengenai
makanan yang dilarang untuk dikonsumsi pada penderita DM. Tn. A
tidak tahu tentang penatalaksanaan penderita DM. Tn. A mengatakan
tidak tahu jika gangguan sensasinya bisa menyebabkan risiko terjadinya
trauma yang disebabkan oleh luka karena benda tajam. Selama ini
keluarga belum bisa mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah keluhan yang dialami Tn. A. Keluarga mengatakan tidak tahu
bagaimana cara merawat Tn. A, keluarga mengira masalah tersebut wajar
yang dialami oleh orang tua dan penanganannya dengan istirahat saja
Kekuatan pengkajian yang dilakukan penulis adalah data yang
didapat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan karena penulis
medapatkan data tersebut langsung dari Tn. A dan keluarga. Sedangkan
kelemahan penulis dalam melakukan pengkajian adalah tidak terkajinya
An. R secara fisik karena saat kunjungan An. R selalu tidak ada dirumah.

2. Perumusan masalah.
Berdasarkan data - data yang diperoleh dari pengkajian kemudian
dilakukan analisa data, masalah keperawatan yang muncul pada keluarga
Tn. A terutama pada lansia Tn. A adalah risiko trauma. Masalah
keperawatan risiko trauma diartikan kondisi ketika individu berisiko
mengalami cedera jaringan yang tak disengaja (misal luka, terbakar,
fraktur) (Herdman & Kamitsuru, 2015, p. 433).
32

Menurut (Herdman & Kamitsuru, 2015, p. 433). diagnosa


keperawatan resiko trauma dapat ditegakan jika ditemukan beberapa data
dari faktor yang mendukung terjadinya risiko trauma, internal meliputi:
Kelemahan penglihatan yang buruk, gangguan keseimbangan, gangguan
suhu atau sensasi taktil, penurunan kordinasi otot kecil dan besar,
penurunan kordinasi tangan - mata, kurang penyuluhan keselamatan,
kurang kewaspadaan keamanan, ketidakmampuan finansial untuk
membeli alat keselamatan, atau efek perbaikan, gangguan kognitif dan
emosional, riwayat trauma sebelumnya. Dari teori tersebut membuktikan
bahwa keluarga Tn. A terutama pada lansia Tn. A memenuhi faktor yang
mendukung terjadinya risiko trauma dari diagnosa risiko trauma.
Berdasarkan hasil pengkajian keluarga Tn. A terutama pada
lansia Tn. A data yang ditemukan, sesuai dengan batasan karakteristik
yang disebutkan seperti Tn. A penglihatan menurun, lemas, kaki
kesemutan, lingkungan yang berisiko terjadinya cedera, Gula Darah
Sewaktu 244 (mg/dL), umur 60 tahun atau sudah lansia.
Etiologi atau penyebabnya yaitu ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit DM. Penulis menggunakan etiologi
tersebut karena dalam pengkajian lima fungsi keperawatan keluarga
didapatkan data bahwa keluarga Tn. A belum sepenuhnya mampu
menjalankan fungsi keperawatan keluarga tersebut.
3. Perencanaan (plan).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015, p. 343), perencanaan
keperawatan untuk diagnosa Risiko trauma dengan pada keluarga Tn. S
khususnya pada Tn. A menggunakan lima tugas kesehatan keluarga yang
dipadukan dengan NOC dari diagnosa risiko trauma : safety behaviour
(perilaku keselamatan: physical injury (cedera fisik) dan NIC yaitu:
Environmental management safety (management keamanan lingkungan),
bertujuan menghilangkan atau menurunkan risiko trauma yang belum
terjadi, dengan intervensi: berikan informasi dasar tentang DM dan
gangguan sensasi yang berisiko terjadinya trauma, seperti penyebab,
33

tanda dan gejala, komplikasi, penanganan, diit makanan, lingkungan


aman, ajarkan keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat, ajarkan
penggunaan teknik nonfarmakologis seperti, senam kaki DM, motivasi
pasien untuk membersihkan lingkungan rumahnya, bantu pasien untuk
lebih berfokus pada keamanan lingkungannya, kendalikan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi ketidaknyamanan dan keamanan,
kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain bila tindakan tidak
berhasil. Penulis melakukan perencanaan tersebut meliputi: Tujuan
Umum (TUM): Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima kali
kunjungan diharapkan risiko trauma pada Tn. A dapat berkurang atau
hilang. Tujuan Khusus (TUK): Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5 x 30 menit setiap kali kunjungan, diharapkan keluarga mampu
:

a. Mengenal masalah, intervensinya: Jelaskan tentang pengertian Risiko


Trauma terhadap pada penyakit DM, penyebab, tanda, gejala,
pencegahan serta penatalaksanan diit, dan lingkungannya.
b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, intervensinya:
Diskusikan kepada keluarga apa yang akan dilakukan keluarga setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang Risiko Trauma terhadap
penyakit DM, berikan informasi kepada keluarga tentang pelaksanaan
Risiko Trauma terhadap penyakit DM, jelaskan kepada keluarga
akibat pengelolaan lingkungan yang tidak dilakukan dengan benar,
beri reinforcement atas tindakan yang diambil oleh keluarga.
c. Merawat anggota keluarga yang menderita Risiko Trauma terhadap
penyakit DM, intervensinya: Jelaskan cara merawat anggota keluarga
yang menderita Risiko Trauma terhadap penyakit DM dengan cara
pengelolaan keamanan lingkungan, libatkan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit dengan diit DM, dan keamanan
lingkungan, beri reinforcement positif atas tindakan yang telah
dilakukan oleh keluarga.
34

d. Memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan kesehatan keluarga


dan memberikan rasa nyaman, intervensinya: Libatkan keluarga agar
lingkungan tidak berisiko membahayakan pasien Risiko Trauma
terhadap penyakit DM, motivasi untuk istirahat yang cukup, motivasi
keluarga supaya membersihkan lantai kamar mandi agar terhindar dari
resiko cedera, beri reinforcement positif atas kesediaan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, intervensinya: Jelaskan
tempat - tempat pelayanan kesehatan untuk mengatasi kesehatan,
bimbing Tn. A dan keluarga dalam memilih tempat pelayanan
kesehatan, anjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan Tn. A ke
fasilitas kesehatan jika mengalami keluhannya kambuh, beri
reinforcement positif atas pilihan keluarga.
Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A pada lansia
Tn. A dengan risiko trauma terhadap penyakit diabetes millitus, tidak ada
kesenjangan dan sudah sesuai dengan teori yang ada. Harapan penulis
setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi Risiko
Trauma dapat berkurang atau hilang.

4. Pelaksanaan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan dalam Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. A pada lansia Tn. A dengan Risiko Trauma terhadap
penyakit Diabetes Millitus di Kelurahan Arcawinangun RT 02 RW 03
Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas selama lima kali
kunjungan mulai tanggal 25 April 2017 – 30 April 2017. Tindakan
keperawatan ini sesuai dengan rencana tindakan berdasarkan NOC:
safety behaviour (perilaku keselamatan): physical injury (cedera fisik)
dan NIC yaitu: Environmental management safety (management
keamanan lingkungan), yang didasarkan pada lima tugas perawatan
keluarga.
Untuk diagnosa Risiko Trauma implementasi yang sudah
dilakukan penulis antara lain: mendiskusikan tentang Risiko Trauma
35

terhadap penyakit DM yang dialami, mendiskusikan tentang pengelolaan


lingkungan aman dari risiko trauma dengan cara menyingkiran benda -
benda tajam yang dapat menyebabkan luka yang tidak disengaja,
mendemonstrasikan senam kaki DM dengan benar, melibatkan keluarga
agar lingkungan aman dan nyaman dari benda yang berisiko
membahayakan kesehatan pasien, serta menganjurkan memeriksakan
kembali keadaannya bila keluhannya kambuh ke pelayanan kesehatan
terdekat, dan melakukan evaluasi pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Beri reinforcement terhadap apa yang sudah dilakukan pasien dan
keluarga.
Kelebihan penulis dalam melakukan pelaksanaan tindakan yang
telah direncanakan adalah penulis tidak hanya melakukan diskusi, namun
dalam tindakan diselingi dengan demonstrasi sehingga keluarga tidak
hanya memahami materi diskusi dan ceramah namun dalam tindakan
penulis memberikan selingan demonstrasi yang diharapkan keluarga
tidak hanya memahami materi diskusi dan ceramah, tetapi keluarga dapat
terlibat langsung dalam kegiatan pengelolaan keamanan lingkungan, dan
keluarga dapat melakukan perawatan secara mandiri pada anggota
keluarga yang sakit. Sedangkan kekurangannya ketika dilakukan
tindakan keperawatan anggota keluarga tidak semuanya hadir
dikarenakan kesibukan masing - masing, tetapi tidak menghalangi
penulis untuk melakukan tindakan keperawatan, setelah melakukan
tindakan keperawatan, keluarga di beri materi berupa leaflet sehingga
anggota keluarga yang tidak mengikuti dapat mengetahui dengan cara
membaca materi tersebut di leaflet yang telah dibagikan .
Adapun faktor pendukungnya adalah keluarga sangat kooperatif,
serta tidak adanya kebiasaan - kebiasaan yang melekat yang dapat
membatasi hubungan penulis dengan keluarga binaan sehingga
pelaksanaan kegiatan untuk mengatasi masalah Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. A pada Lansia Tn. A dengan Risiko Trauma terhadap
penyakit Diabetes Millitus dapat penulis lakukan.
36

5. Evaluasi.
Pada asuhan keperawatan, evaluasi didasarkan pada kriteria hasil
yang ingin dicapai. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari evaluasi
sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima kali
kunjungan dengan data subjektif: Tn. A dan keluarga sudah mengerti
cara pengelolaan keamanan lingkungan risiko trauma terhadap penyakit
DM, Tn. A mengatakan sudah mengetahui lingkungan yang seperti apa
yang bisa menyebabkan cedera yang tidak disengaja. Objektif: Tn. A dan
keluarga mengaplikasikan pengelolaan keamanan lingkungan terhadap
risiko trauma terhadap penyakit DM yang telah diajarkan, lingkungan
terlihat tertata dilihat dari penataan benda-benda yang rapuh dan tajam
tidak berserakan, terlihat lantai WC bersih dan tidak licin. Penerangan
lampu sudah digunakan dengan baik, Hal tersebut sesuai dengan teori
(Moorhead, dkk. 2016, p. 111). Analisis: masalah keperawatan risiko
trauma pada Tn. A teratasi. Planning: dipertahankannya tindakan -
tindakan yang telah diajarkan secara rutin, memotivasi untuk selalu
menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan untuk kenyaman pasien,
dan mau memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan kontrol ke
pelayanan kesehatan terdekat bila keluhan kambuh, serta untuk tujuan
umum sudah tercapai karena waktu evaluasi akhir Tn. A tidak mengalami
trauma karena penyakit DM.

Anda mungkin juga menyukai