Anda di halaman 1dari 295

Tropical Medicine

DAFTAR ISI
Diagnosis Komunitas dan Interfensi ………..……....………. 1
Dr. dr. Titiek Hidayati, M.Kes

Pengantar Epidemiologi ................……………………... 32


Dr. dr. Titiek Hidayati, M.Kes

Sumber Data dan Penemuan Masalah Kesehatan …….. 56


Dr. dr. Kusbaryanto, M.Kes

Morbiditas dan Mortalitas ………………………………... 62


Dr. dr. Titiek Hidayati, M.Kes

Pusat Kesehatan Masyarakat ………………………………... 79


dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc

Menetapkan Prioritas Masalah dan Jalan Keluar ……..……... 108


Dr. dr. Kusbaryanto, M.Kes

POSYANDU ……………………………………...…………………... 121


dr. Merita Arini, MMR

Disaster Management ………………………….…………….. 140


dr. Bella Dona

Ukuran Kejadian Sakit ………………………………...……..……... 161


Trisno Agung Wibowo, S.KM., M.Kes

Screening ……………………………………...…………………... 187


Trisno Agung Wibowo, S.KM., M.Kes

Tata Laksana Disaster ………………………….…………….. 199


Dr. dr. Titiek Hidayati, M.Kes
Tropical Medicine

DAFTAR ISI
Metode dan Media Promosi Kesehatan …..……....………. 220
dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc

Sistem Rujukan ………………………................……………………... 242


dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc

Theory Blum ..………………………………………………………… 263


dr. Muhammad Khotibudin, MPH

Social Determinant of Health ………………..…………………... 280


dr. Ekorini Listiowati, MMR
Kesehatan

Komunitas

Diagnosis Komunitas

Indikator

POSITIVE HEALTH
A person who is healthy physically, mentally and socially (and spiritually) is
said to be in a state of “Positive Health”, i.e. Highest standard of health.

Definisi sehat adalah seorang yang sehat secara Fisik, Mental dan Sosial
(termasuk Spiritual) sehingga kita bisa menggunakan diagnosis
BIOPSIKOSOSIAL.

1
Sehat didefinisikan oleh WHO sebagai “A state of complete physical, mental and social
well-being of an individual and not merely an absence of disease or infirmity.” (infirmity =
weakness, feebleness, opposite of firmness). Yang di Indonesia-in “Suatu keadaan
lengkap fisik, mental dan sosial yang sehat pada seorang Individu dan tidak
adanya penyakit dan kelemahan”.

Sehat tidak hanya sebuah tujuan itu sendiri tapi sarana untuk mencapai tujuan lain
yaitu kehidupan produktif secara sosial dan ekonomi. Kalo orang sakit kan gak
bisa kerja, bisa pun gak maksimal gitu, tapi tenang kalo aku cinta ke kamu bisa
maksimal kok :*

Kesehatan adalah tiga dimensi (fisik, mental dan sosial). Yang termasuk dimensi
Non-medis adalah dimensi spiritual, emosional, kejuruan dan politik.

Seseorang dikatakan sehat secara fisik, ketika semua organ dan sistem
dalam tubuh yang berfungsi sempurna pada kapasitas optimal.

Tanda-tanda sehat secara fisik : kulit yang baik, kulit yang bersih, mata
cerah (kayak mata kamu), rambut berkilau, postur yang baik, badan yang
kokoh, napas nyaman, nafsu makan yang baik, tidur nyenyak, lancar kegiatan
rutin usus – kandung kemih dan gerakan tubuh terkoordinasi.

Semua sistem berfungsi normal, semua indera khusus utuh, suhu istirahat,
denyut nadi, laju pernapasan dan tekanan darah dalam kisaran normal untuk
usia dan jenis kelamin individu.

Kesehatan fisik seseorang dapat dinilai pada riwayat setelah mengambil


pengobatan atau rawat inap untuk penyakit apapun, melalui pemeriksaan
klinis menyeluruh, pengukuran antropometri, pemeriksaan biokimia dan
laboratorium.

2
Seseorang dikatakan sehat secara mental, ketika dia sedang mengalami
keadaan seimbang yang sempurna dengan dunia sekitarnya, memiliki
hubungan yang harmonis dengan orang lain, kecerdasan, memori, kapasitas
belajar, penilaian yang normal, tidak memiliki konflik internal apapun,
sportif menerima suatu kritik, dapat mengkontrol diri yang baik secara
emosional, memecahkan masalah secara cerdas, memiliki percaya diri, dapat
menyesuaikan diri dengan orang lain, dan merasa puas dengan apa yang dia
miliki (bersyukur atas kekurangan dan kelebihannya).

Pribadi yang ceria (kayak film india susah seneng joget-joget) dan tenang.
Kesehatan mental individu dapat dinilai dari perilaku, dan sikap.

Seorang individu dikatakan sehat secara sosial, ketika ia diterima, dihormati


dan dicintai oleh semua anggota dalam keluarga, teman, kerabat, tetangga,
kolega dan lain-lain.

Dimensi holistik, seseorang dikatakan sehat secara rohani, ketika ia memiliki


"Pikiran yang Sehat dalam Tubuh yang Sehat", dengan pengetahuan
filsafat, menjalani kehidupan sederhana dengan level pemikiran yang tinggi.
Jadi spiritual adalah "sesuatu" yang melampaui fisiologi dan psikologi.

Dalam hal emosional agak sulit untuk membedakannya dengan kesehatan


mental. Meskipun begitu seseorang dikatakan sehat secara emosional, ketika
dia tidak marah atau tidak menimbulkan ketegangan dan memiliki kontrol
diri.

Seorang individu dikatakan sehat secara vocational (kejuruan, anehkan


artinya), ketika ia mampu mendapat kecukupan untuk sukses memimpin
kehidupannya.

3
Community Medicine adalah cabang ilmu kedokteran, yang berkaitan dengan
studi tentang preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif dan layanan evaluatif untuk
masyarakat luas, melalui sistem pelayanan kesehatan yang terorganisir yang
komprehensif.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah definisi kesehatan dan


kebutuhan penduduk (diagnosis masyarakat) dan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif jasa)
secara terorganisir diikuti dengan evaluasi layanan.

The Community Medicine istilah: istilah Hyangiene, Preventive Medicine,


Pengobatan Sosial dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Social medicine (Kedokteran sosial) didefinisikan sebagai, "studi tentang


manusia sebagai makhluk sosial di seluruh lingkungannya" (fisik, biologis dan
lingkungan sosial). Jadi kedokteran sosial menjadi perpanjangan dari preventive
medicine atau pencegahan. Kedokteran sosial mendapat kehormatan akademis di
Inggris, ketika John Ryle diangkat sebagai Profesor pertama dari Social Medicine
di Universitas Oxford pada tahun 1943, dan anggota Profesor di Edinburgh.
Mata kuliah ini terdiri dari komponen-komponen: anatomi sosial, fisiologi sosial,
patologi sosial dan terapi sosial.

Sama seperti ilmu anatomi manusia dengan struktur tubuh. Demikian juga
ilmu anatomi sosial dengan struktur masyarakat. Terdiri dari total penduduk,
usia mereka dan kebijaksanaan distribusi gender (sex wise distribution),
klasifikasi sosial-ekonomi, jenis perumahan, pekerjaan, industri, tempat
ibadah, sekolah, dll. Studi tentang anatomi sosial memberikan latar belakang
informasi dalam memahami fenomena kesehatan dan penyakit di masyarakat.

4
Sama seperti ilmu fisiologi manusia dengan fungsi tubuh. Demikian juga ilmu
fisiologi sosial dengan fungsi masyarakat. Berbagai aspek fisiologi manusia
dan aspek-aspek terkait fisiologi sosial yang mengikuti.

Sama seperti ilmu patologi manusia dengan studi struktur abnormal dari
organ tubuh. Ilmu patologi sosial juga merupakan studi kecacatan atau
kerusakan di masyarakat seperti pemogokan, lock-out, pencurian,
pembunuhan, perampokan, pelecehan seksual, kenakalan remaja, dll. Sama
seperti sejauh mana ilmu patologi mempelajari post-mortem, Patologi sosial
juga mempelajari sejauh mana postmortem sosial di masyarakat dipelajari,
yang terdiri dari morbiditas dan mortalitas (penyakit dan kematian) survei.
Survei tersebut juga membantu kita untuk memahami faktor-faktor sosial
yang bertanggung jawab atas prevalensi penyakit di masyarakat (penjelasan
dibawah ilmu Sosiologi)

Sama seperti terapi medis (pengobatan) terdiri dari pemberian obat, demikian
juga terapi sosial terdiri dari adopsi tindakan sosial dan politik di masyarakat.

Aksi sosial terdiri dari memberikan pendidikan kesehatan kepada


masyarakat, meluncurkan program imunisasi, perbaikan sanitasi, dll sehingga
orang menjadi sadar kesehatan, pencegahan dengan vaksin, sadar air, dll

Aksi politik terdiri dari pelaksanaan langkah-langkah hukum tertentu untuk


kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan rakyat. Contoh untuk perundang-
undangan kesehatan yang Medical Termination of Pregnancy-Act (UU
Pengguguran Kehamilan dalam Medis) / MTP-Act; Prevention of food
Adulteration Act (UU Pencegahan Pemalsuan makanan) / PFA-Act ;
Employees’ State Insurance Act (Undang-Undang Asuransi Karyawan
Negara) / ESI-Act; ); Indian Factories Act (UU Pabrik India) / WA, dll.

5
Fisiologi Manusia Fisiologi Sosial
Pernafasan / Udara, ventilasi, rumah
Respiration
Pencernaan / Nutrisi dan Kesehatan
Digestion
Pembuangan / Pembuangan sampah, Limbah kotoran,
Excretion mayat/ bangkai dll.
Perkembang-biakan Family Planning Service / KB
/ Reproduction
Pertumbuhan / Demografi dan dinamika populasi
Growth
Fungsi Koordinasi Adat, kebiasaan, tradisi, kepercayaan, kultural,
dll.

Ada dua area pekerjaan untuk dokter, yaitu kedokteran Komunitas (CM) dan
kedokteran rumah sakit. Dengan munculnya penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes, kanker, kecelakaan, dll. Dikarenakan etiologi yang
multifaktorial. Jadi langkah-langkah seperti diagnosis dini, identifikasi faktor
risiko, membatasi pengembangan kecacatan dan rehabilitasi orang cacat
dimasukkan ke subjek. Dengan demikian ruang lingkup diperluas dari
Hyangiene untuk pencegahan dan social medicine, menjadi Kedokteran
Masyarakat (CM).

Jadi konsep CM datang menjadi mode. Apapun mungkin terminologi, tujuan


utamanya adalah untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan
memperpanjang hidup orang. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa
"Pencegahan lebih baik daripada mengobati". Tidak hanya mencegah lebih
baik daripada mengobati, tetapi juga merupakan Sederhana daripada
mengobati, tetapi juga jauh lebih aman, murah dan mudah daripada
mengobati.

6
Community and hospital medicine
Features Community Medicine Hospital Medicine
1. Service Area Menyediakan layanan Menggambarkan pasien
kesehatan untuk masyarakat dari sakit berdasaran area
berdasar area geografis tangkapan (catchment
area).
2. Operational Aktif dan Pasif (seperti: Hanya Pasif (seperti:
Strategy antara penyedia layanan dan tanggung jawab RS pada
konsumen sama-sama pasien yang datang untuk
bergerak) berobat)
3. Organizationa Terdiri dari Community Terdiri dari (loose
l frame work health Centers, Primary conglomeration) primary,
Health Centers dan Sub- secondary, dan tertiary
Centers care hospital
4. Nature of Comprehensive (preventive, Curative care untuk
Care promorive, curative dan membebaskan pasien dari
rehabilitatif) suatu penyakit (mengobati)
5. Intersectoral Diluar dari departemen Secara virtual tidak ada
coordinator kesehatan dan departemen koordinasi intersektoral
lain yang terkait kesehatan
6. Program Promosi dan berpartisipasi Memiliki keterbatasan
participation aktif pada pelaksanaan cakupan pada partisipasi
program kesehatan nasional pelaksanaan program
kesehatan nasional
7. Cost-benefits Tinggi cost-benefit ratios Rendah cost-benefit ratios
analysis dengan cara melibatkan dengan cara melibatkan
minimal pengeluaran dan maksimal pengeluaran dan
mendapatkan hasil yang mendapatkan hasil yang
maksimal minimal

7
1. Adanya keterbatasan sumber daya untuk pelayanan kesehatan di negara
berkembang
2. Masih banyak masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani
3. Pengelola kesehatan harus lebih memfokuskan pada masalah kesehatan yang
prioritas serta mengidentifikasi kelompok masyarakat yang sangat
membutuhkan pelayanan kesehatan
4. Untuk memaksimalkan sumber daya yang terbatas agar mendapatkan hasil
yang diharapkan, perlu dilakukan diagnosis komunitas

Komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki paling tidak satu kesamaan
sifat (misal wilayah, pekerjaan, suku, kondisi perumahan, dll). Sebagian dari
anggota masyarakat yang memiliki kesamaan sifat atau kesamaan minat.

Suatu komunitas adalah satu satuan kelompok orang yang dapat berfungsi baik
karena adanya keterkaitan di antara bagian atau subsistemnya. Terdapat delapan
subsistem serta sejumlah sifat inti dari suatu komunitas.

Sejarah komunitas tersebut, Karakteristik sosio-demografik, Kondisi kesehatan


(statistik kesehatan), dan Adat kebiasaan /agama.

Delapan subsistem
a. Lingkungan fisik e. Pelayanan kesehatan dan sosial
b. Tingkat pendidikan f. Sarana komunikasi
c. Sarana transportasi g. Sosial ekonomi
d. Situasi politik h. Rekreasi

Diagnosis komunitas merupakan langkah identifikasi dan pengukuran masalah


kesehatan di suatu masyarakat tertentu secara menyeluruh dalam upaya
mengidentifikasi kelompok yang rentan dan membutuhkan pelayanan kesehatan.
Upaya yang sistematis yang meliputi upaya pemecahan masalah kesehatan
keluarga sebagai unit primer komunitas adalah masyarakat sebagai fokus
penegakkan diagnosis komunitas

8
Diagnosis Klinis Diagnosis Komunitas
1. Dibuat oleh Dokter (Physician) 1. Dibuat berdasar Epidemiologis
2. Terfokus pada kasus individu 2. Terfokus mendefinisikan populasi
3. Terfokus hanya pada orang sakit 3. Fokus pada orang sakit dan sehat
4. Dokter memeriksa pasien 4. Epidemiologist melakukan survei
5. Diagnosis datang berdasarkan 5. Diagnosis datang berdasarkan riwayat
tanda-tanda dan gejala alami penyakit
6. Melibatkan pemeriksaan 6. Melibatkan penyelidikan epidemiologi
laboratorium 7. Epidemiologist memutuskan rencana
7. Dokter menentukan pengobatan aksi
8. Pengobatan adalah tujuan utama 8. Prevensi dan promosi merupakan tujuan
9. Melibatkan Follow-up kasus utama.
10. Dokter menggunakan 9. Melibatkan evaluasi program
kemajuan teknologi 10. Epidemiologist menggunaan nilai
statistik

“Langkah pengkajian data statistik kesehatan sebagai upaya


pengenalan situasi kesehatan setempat guna menetapkan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan”
Pertanyaan : Saat Ini  Caranya??  Target
- Bagaimana kondisi kesehatan saat ini? (grafiknya naik)
- Ingin ditingkatkan sampai seperti apa?
- Bagaimana caranya?

Kegiatan dimulai dengan pengumpulan data melalui wawancara atau


anamnesis mengenai symptom dan sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang sederhana sampai pemeriksaan penunjang lanjutan, diagnosis banding,
diagnosis sementara dan akhirnya penetapan diagnosis tetap seorang pasien.

a. Pendekatan problem solving


b. Mengalisis situasi dan data sekunder
c. Pengumpulan data sekunder dan primer
d. Identifikasi masalah
e. Penetapan prioritas masalah dan penyebab masalah
f. pemilihan alternatif pemecahan masalah, lalu penyusunan program kerja
kemudian pelaksanaan, lalu pengawasan dan monitoring serta evaluasi

9
Tujuan Umum: Mampu memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep
epidemiologi terapan untuk melakukan diagnosis komunitas di suatu wilayah
kerja tertentu, sehingga teridentifikasi permasalahan yang mendasar dan solusi
pemecahan permasalahan disusun secara sistematis dan terstruktur secara utuh
dan benar
Tujuan Khusus :
1. Komunikasi dengan stake holder 7. Mendapatkan informasi
dan community members untuk epidemiologik untuk berbagai kejadian
kerjasama dan partisipasi dalam yang ada di komunitas, termasuk
mengatasi permasalahan kesehatan masalah gizi dan gangguan yang
keluarga sebagai unit terkecil dan berkaitan dengan kesehatan
masyarakat atau komunitas sebagai 8. Menganalisis data yang dihasilkan
sasaran dari survey komunitas
2. Menyusun format yang sesuai untuk 9. Membicarakan hasil interpretasi data
pengumpulan data komunitas dengan penduduk dan menyusun upaya
3. Menseleksi tes-tes penyaringan yang pemecahan masalah yang sesuai
valid dan acceptable dan applicable 10. Menilai hasil pemecahan masalah
4. Mengetahui kebutuhan dan masalah kesehatan di komunitas
yang dirasakan masyarakat mengenai 11. Menyusun laporan diagnosis
kesehatan komunitas disajikan dalam forum
5. Menseleksi sampel yang dapat terbuka
mewakili komunitas dalam wilayahnya
6. Menyelenggarakan pengumpulan
data di komunitas untuk mendapatkan
berbagai informasi yang relevan dengan
pembuatan diagnosis komunitas

10
No Parameter Individu Komunitas
1. Informasi Bagaimana riwayat alamiah Bagaimana proses perjlnan
yang penyakit yang lebih spesifik, penyakit dan peran faktor
penting perkembangan, prognosis, risiko status gizi, lingkungan,
terapi, status gizi, individu perilaku dimana keluarga,
yang menjadi komunitas dan masyarakat
perhatian/sasarannya yang menjadi
perhatian/sasarannya
2. Langkah- Anamnesa, pemeriksaan Analisis situasi, identifikasi
langkah fisik, pemeriksaan masalah, penyebab masalah,
kegiatan penunjang, pemeriksaan prioritas masalah, alternatif
diagnostik, pengobatan, pemecahan masalah,
perawatan dan monitoring penyusunan program kerja,
serta follow up, problem pelaksanaan, pengawasan
solving yang bersifat dan monitoring, serta
individual evaluasi. Problem solving
yang bersifat komunitas
3. Sasaran Individual Keluarga unit terkecil,
kegiatan komunitas dan masyarakat

1. Demografi dan angka statistik vital 8. Kesehatan mental dan sebab


penduduk yang penting utama gangguan stres
2. Berbagai sebab morbiditas dan 9. Bagaimana fasilitas hyangiene
mortalitas, berdasarkan spesifik lingkungan pada komunitas
umur, seks, dsb tersebut
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan 10. KAP penduduk kaitan dengan
setempat kesehatan
4. Tahapan pemecahan masalah 11. Masalah yang terkait dengan
5. Pola gizi, pemberian makanan dan epidemiologi deskriptif
penyapihan anak 12. Derajat keterlibatan penduduk
6. Keadaan sosio-kultural dan sosio- yang terkait dengan kesehatan
ekonomi komunitas 13. Sebab-sebab kegagalan program
7. Pola kepemimpinan dan kesehatan di komunitas
komunikasi dalam komunitas

11
1. Data primer, data sekunder
2. Teridentifikasinya masalah kesehatan
3. Penentuan prioritas masalah
4. Kerangka akar penyebab masalah dan instrumentasi (identifikasi
penyebab)
5. Survei ke masyarakat (identifikasi FR, dan prioritas)
6. Penentuan prioritas penyebab masalah
7. Penentuan alternatif pemecahan masalah
8. Penyusunan POA

a. Analisis Komunitas adalah suatu proses pengkajian data untuk


menetapkan kebutuhan, kekuatan, hambatan, kesempatan, kesiapan, dan
tersedianya sarana. Hasil dari analisa komunitas adalah “profil
komunitas”.
b. Perlu dilakukan klasifikasi data menurut kelompok:
- Demografik - Sumber daya dan pelayanan kesehatan
- Lingkungan - Kebijakan kesehatan
- Sosio-ekonomi - Sifat khusus dari komunitas target
c. Pelaksanaan diagnosis komunitas menggunakan Indikator
kesehatan adalah variabel yang dipergunakan untuk menilai tingkat
kesehatan masyarakat

12
SIFAT INDIKATOR :
- Absah  Variabel tersebut mampu mengukur kondisi yang memang ingin
diukur
- Terpercaya dan Obyektif  Hasil yang diperoleh harus sama jika dilakukan
orang lain pada situasi yang sama
- Sensitif  Variabel tersebut harus peka terhadap perubahan dari situasi yang
dinilai
- Spesifik  Variabel tersebut hanya menggambarkan perubahan dari situasi yang
dinilai saja
- Mampu laksana  Data yang diperlukan untuk menilai variabel tersebut harus
mampu diperoleh
- Relevan  Variabel tersebut harus dapat memberikan sumbangan pemahaman
dari situasi yang dipelajari
KLASIFIKASI INDIKATOR :
- Indikator kematian - Indikator kesehatan mental dan
- Indikator kesakitan sosial
- Indikator kecacatan - Indikator lingkungan
- Indikator nutrisi - Indikator sosio-ekonomi
- Indikator pelayanan kesehatan - Indikator kebijakan kesehatan
- Angka pemanfaatan layanan kesehatan - Indikator kualitas hidup
- Indikator lain
INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
KEMATIAN KESAKITAN KECACATAN
- Angka kematian - Angka kesakitan - Angka kecacatan
* Merupakan ukuran (Data kesakitan sangat - Jumlah hari harus
tradisional untuk menilai dibutuhkan, namun sering tinggal di rumah
status kesehatan sulit untuk diperoleh) - Jumlah hari tinggal
* Digunakan secara luas - Angka insidens dan di tempat tidur
karena tersedia datanya prevalens - Angka absensi
- Angka kematian kasar - Angka kesakitan sekolah/kerja
- Angka kematian berdasar pelaporan - Angka harapan
spesifik: umur / jenis - Angka kunjungan: hidup bebas dari
penyakit rawat jalan klinik atau kecacatan
- Angka harapan hidup puskesmas
- Angka kematian bayi - Angka rawat inap
- Angka kematian ibu - Lama rawat di rumah
- Angka kematian sakit
proporsional
- Case Fatality rate

13
Merupakan contoh indikator kesehatan positif, aspeknya adalah:
✓ Ukuran antropometris
✓ Tinggi badan anak kelas 1 SD
✓ Prevalensi berat badan lahir rendah
✓ Hasil survei klinis: Anemia, Hipotiroid, kekurangan Vit A

Menggambarkan penyebaran atau ketersediaan sarana kesehatan


✓ Rasio dokter atau penduduk
✓ Rasio dokter atau perawat
✓ Rasio penduduk atau tempat tidur RS
✓ Jumlah penduduk atau per Puskesmas

Angka pemanfaatan sarana kesehatan


1. Pemanfaatan sarana kesehatan
2. Proporsi penduduk yang membutuhkan dan yang benar benar
menerima layanan dalam satu periode waktu tertentu
✓ Proporsi kelengkapan imunisasi dasar
✓ Proporsi ibu hamil yang mendapat pemeriksaan ANC
✓ Angka pemakaian tempat tidur RS
✓ Angka rujukan rumah sakit

Indikator kesehatan sosial dan mental, data yang valid jarang tersedia. Pada
umumnya dipakai ukuran tidak langsung. Macam macamnya adalah:
 Angka bunuh diri
 Angka kecelakaan lalu lintas
 Penyalah gunaan alkohol dan obat-obatan

14
Menggambarkan kualitas lingkungan
✓ Tingkat pencemaran
✓ Proporsi keluarga yang mendapatkan akses air bersih
✓ Kepadatan vector

Bukan merupakan ukuran status kesehatan yang langsung, dipergunakan untuk


membantu interpretasi indikator yang lain
✓ Laju pertambahan penduduk
✓ Angka pendapatan kasar
✓ Tingkat pengangguran
✓ Angka buta huruf
✓ Ukuran besar keluarga
✓ Kondisi perumahan

Alokasi dana kesehatan


✓ Proporsi dana kesehatan yang dianggarkan
✓ Proporsi dana untuk program terkait dengan kesehatan masyarakat
✓ Proporsi sumber daya untuk pelayanan kesehatan primer

✓ Indikator kualitas hidup


✓ Indikator kebutuhan kesehatan dasar
✓ Indikator “pelayanan kesehatan untuk semua”

15
Gambar diaatas adalah skema diagnosis komunitas

Identifikasi permasalahan dengan metode ini menggunakan pendekatan


epidemiologi yaitu mempelajari dan distribusi orang, waktu dan tempat yang
disajikan dalam bentuk grafik, tabel.

16
Merupakan metode yang paling efektif untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah serta mengajukan solusi sebagai alternatif pemecahan masalah.
Ketentuan pelaksanaan Brainstorming:
a. Pelaksanaannya tidak ada kritikan
b. Bebas berpendapat, merupakan upaya kebebasan mengeluarkan ide tanpa
proses editing terlebih dahulu, sehingga kadang kala keluar ide yang tidak
logis, dan kurang berbobot
c. Dapatkan mutu
d. Menemukan ide yang cemerlang, dengan adanya berbagai ide yang
dilontarkan, maka tim peneliti atau analisis dapat menseleksi untuk
dikembangkan atau dilaksanakan
e. Menyatukan ide silang, yaitu menggunakan ide orang lain dalam rangka
membangun gagasan ide baru, sehingga tercipta ide yang terbaik

Beberapa cara melakukan Brainstorming dengan baik, yaitu:


a. Tentukan topik yang akan di brainstorming
b. Tentukan peraturan brainstorming sehingga semua memahami prosedur
yang akan dilaksanakan
c. Pemanasan dalam rangka pencairan suasana dengan beberapa contoh
yang sederhana misalnya brainstorming kemacetan beberapa lalu lintas,
dan lain sebagainya
d. Pilih sukarelawan untuk menulis semua ide pada flipchart atau white
board yang telah ditentukan
e. Penampilan ide dimulai
f. Pertahankan momentum untuk mengeluarkan berbagai ide yang bebas
dan bertanggung jawab
g. Cairkan suasana, sehingga kreativitas berkembang
h. Apabila suasana memanas, coba bangunkan ide yang terseleksi sehingga
diperoleh ide diatasnya
i. Rumuskan berbagai ide yang baik

Merupakan kumpulan dari beberapa permasalahan yang saling ada keterkaitan,


saling mempengaruhi dan saling berinteraksi antara permasalahan yang satu
dengan permasalahan yang lain. Sehingga dalam satu pokok permasalahan perlu
dicerna dan diamati hubungan antara permasalahan yang satu dengan yang lain
dalam satu kesatuan sistem yang utuh.

17
Adalah metode yang menggambarkan alur tahapan dalam suatu proses dengan
menggunakan beberapa simbol sederhana dan logis yang mencerminkan berbagai
kegiatan dan keputusan sehingga menentukan bagaimana proses itu terjadi.
Beberapa langkah dalam menyusun flow chart ini adalah sebagai berikut:
a. Tentukan topik gambar
b. Daftar berbagai langkah yang terlibat dalam proses kegiatan, dengan
menggunakan metode pengamatan, brainstorming atau diskusi dengan
yang memahami tahapan kegiatan tersebut, sehingga diperoleh informasi
sarana input, proses dan output. Prinsip dalam penyusunan flow chart
adalah memahami aspek 4W + 1H

✓ Adalah suatu format untuk menandai atau mencatat data yang diamati
secara langsung atau kegiatan yang diinginkan
✓ Biasanya daftar tilik berupa tabel atau daftar isian
✓ Berguna untuk format diskusi, penelitian penyebab utama, mengukur
hasil dan sebagai alat monitoring secara periodik atau terus menerus

• MCUA (multiple criteria utility assesment)


• Metode delphi
• Metode Delbecq
• Metode Hanlon

Menentukan prioritas masalah yang didasarkan dengan pemberian skor dan


bobot pada masalah yang teridentifikasi

18
Mempertimbangkan keputusan untuk estimasi dampak dan konsekuen dari
pilihan kebijakan yang diambil atau sesuai dengan kebutuhan yang akan datang
atau meramal masalah sosial dan masa depan organisasi.
Empat langkah untuk menerapkan metode Delphi :
• Issue dan pertanyaan yang diajukan kepada para ahli untuk diformulasi
• Pertanyaan atas issue ini disampaikan kepada partisipasi yang
memberikan respon tanpa diketahui namanya
• Memungkinkan respon berasal dari opini para ahli atau gabungan
• Respon mendeteksi suatu konsensus atau tetap kalau opini yang
divergent

• Metode ini dirumuskan dalam kelompok diskusi terarah atau FGD


(focus group discussion) membahas dan merumuskan kriteria prioritas.

Langkah-langkah dalam membahas dan merumuskan kriteria prioritas adalah:


✓ Identifikasi dan inventarisasi kriteria
✓ Mengkaji dan mengevaluasi kriteria

Tujuan (Wijono 1999, buku manajemen mutu pelayanan kesehatan vol I) :


• Untuk mengidentifikasi berbagai faktor luas yang mempengaruhi
masalah yang ada yang diperlukan dalam proses penentuan prioritas
masalah
• Mengiventarisasi berbagai faktor tersebut dan memberikan bobot
terhadap kelompok faktor
• Memungkinkan terjadi perubahan faktor dan nilai sesuai dengan
keperluan

• Kriteria dalam metode hanlon :


• Kriteria I : Besarnya Masalah (magnitude)
• Kriteria II : Tingkat kegawatan masalah (emergency atau seriousness)
• Kriteria III : Kemudahan penanggulangan masalah (causability)
• Kriteria IV : berbagai faktor yang menentukan dapat tidaknya program
tersebut dilaksanakan PEARL faktor

19
Faktor-faktor pearl adalah salah satu faktor-faktor penentu prioritas
P : Kesesuaian (appropriateenes)
E : Secara ekonomis murah ( economic feasibility)
A : Dapat diterima (Acceptability)
R : Tersedianya sumber ( Resources availability)
L : Legalitas terjamin : Legality
Teknik Penentuan Penyebab Masalah
• FGD
• Indepht Interview
• Fishbone Diagram
• Statistik

SWOT : suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor kunci yang digunakan
dalam memecahkan permasalahan terhadap kelemahan atau hambatan yang
ditemukan.etod
• Desain Studi
• Populasi dan Sampel
• Pengumpulan Data, data sekunder, data primer
• Identifikasi Masalah
• Penentuan Prioritas
• Alternatif Pemecahan Masalah
• Prioritas Pemecahan Masalah
• Aksi Pemecahan Masalah
• Jadwal Kegiatan (POA)
PENDEKATAN LINGKUNGAN

20
• Dinding rumah berasal dari bambu permanen merupakan faktor risiko
memburuknya status kesehatan keluarga.
• Faktor kesehatan lingkungan lain: DAM dan pengairan persawahan
penduduk
• Faktor perilaku punya korelasi dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan keluarga
• Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung, yaitu data kuantitatif
dan observasi
• Data observasi ditemukan:
kandang ternak pada sisi atau belakang rumah

21
Tabel ini memaparkan: penduduk Desa Campurejo berpendidikan rendah. Hal ini merupakan
faktor predisposisi terhadap perilaku hidup tak sehat, sehingga mempengaruhi kesehatan

22
Berdasarkan tabel di atas, dari 20 sampel yang diwawancara, hanya 1 sampel yang hilang
(isian kuesioner sebagian tak lengkap). Jadi sampel studi ini ada 19 .

23
• Wawancara mendalam yang didapatkan dari wawancar Kepala desa,
Bidan desa, Ketua PKK, SKD, Kader
• Observasi Lapangan

Proses analisis dengan menggunakan pendekatan melihat, mengamati, memotret,


dan mendengar. Maka permasalahan yang didapat:
• Banyak ditemukan balita dengan pilek dan keluar cairan dari hidung
• Adanya bayi yang diberi susu formula pada usia <6 bulan
• Lingkungan rumah kotor dan becek, walaupun lantai rumah umumnya
terbuat dari keramik
• Rumah penduduk umumnya bergandengan dengan kandang ternak
sehingga terlihat kumuh dan kotor

Anggaran Dana Desa


Anggaran dana desa digunakan untuk kegiatan fisik seperti pembuatan jalan,
renovasi ruang kantor, posyandu.

• Sarana pelayanan kesehatan di desa Campurejo berupa POLINDES yang


dikembangkan menjadi POSKESDES.
• Jarak puskesmas sekitar 5 km sehingga masyarakat dapat mengakses
pelayanan kesehatan dengan mudah.
• Sistem ambulans berjalan baik yaitu masyarakat yang memiliki kendaraan
pribadi bersedia menjadikan kendaraannya sebahai ambulans desa
BAGIAN KEEMPAT I

DENTIFIKASI MASALAH

24
Berdasarkan Analisis Situasi maka teridentifikasi permasalahannya :
1. Analisis Epidemiologi
2. Analisis Lingkungan
3. Analisis Perilaku
4. Analisis Content
5. Pendekatan Statistik

Faktor risiko tingginya ISPA di desa campurejo:

- Jenis kelamin balita dengan p-value 0.024


- Pemberian ASI eksklusif dengan p-value 0.018
- Kebiasaan merokok dalam rumah dengan p-value 0.005

Dengan panduan MCUA maka diterapkan kriteria prioritas dan penilaiannya


yaitu:

• Amat sangat besar masalah diberi nilai 5


• Sangat besar masalah diberi nilai 4
• Cukup besar masalah diberi nilai 3
• Sedikit kecil masalah diberi nilai 2
• Sangat kecil masalah diberi nilai 1

• Amat sangat besar masalah diberi nilai 5


• Sangat besar masalah diberi nilai 4
• Cukup besar masalah diberi nilai 3
• Sedikit kecil masalah diberi nilai 2
• Sangat kecil masalah diberi nilai 1

25
• Amat sangat mudah menyelesaikannya diberi nilai 5
• Sangat mudah menyelesaikannya diberi nilai 4
• Cukup mudah menyelesaikannya diberi nilai 3
• Sangat sulit menyelesaikannya diberi nilai 2
• Amat sangat sulit menyelesaikannya diberi nilai 1

• Amat sangat tersediadiberi nilai 5


• Sangat tersediadiberi nilai 4
• Cukup tersedia diberi nilai 3
• Agak tersedia diberi nilai 2
• Tidak tersedia diberi nilai 1

Dengan menggunakan panduan SWOT didapatkan:

• Memberi peningkatan daya tahan tubuh balita


• Menimbulkan rasa kasih sayang ibu
• Mencegah penyakit infeksi
• Penghematan, berhubungan dengan daya beli dan pengeluaran
• Kepedulian lebih pada anak laki-laki

• Bekerja sebagai karyawan pabrik


• Pola asuh: anak dijaga nenek
• Pendidikan ibu rendah
• Pemberian susu formula berisiko terjadi diare

26
• Adanya kegiatan posyandu
• Adanya kegiatan pengajian para ibu
• Merupakan program prioritas pemerintah

• Adanya pengaturan pekerjaan tidak diperboleh membawa anak dalam


bekerja
• Tidak ada tempat pemberian ASI dilingkungan/tempat umum
• Harga susu formula mahal
Prioritas Pemecahan Masalah Kejadian Di Desa Campurejo

27
Berdasarkan SWOT dan MCUA alternatif pemecahan masalah didapatkan:
1. Peningkatan pelayanan berbasis keluarga termasuk motivator keluarga
adalah prioritas pertama
2. Penciptaan lingkungan yang aseptif adalah prioritas kedua
3. Peningkatan edukasi keluarga adalah prioritas ketiga

Ketiga prioritas tersebut diupayakan melalui kegiatan yang bertujuan merubah


mind set keluarga dengan cara program edukasi yang berkesinambunagn dan
terstruktur berupa:
• Persiapan
• Pelaksanaan
• Evaluasi

Aksi pemecahan masalah yang dilaksanakan pada tahapan Praktikum Lapangan


Magister Epidemiologi tahun 2010, mencakup tahapan persiapan yaitu sosialisasi
dan kampanye ASI dan Bebas Asap Rokok dalam rumah tangga yang dikemas
dalam satuan kegiatan yaitu pembentukan konseling keluarga, dengan cara :
• Kampanye pembentukan konseling keluarga
• Pembentukan konseling keluarga
• Sumber dana yang dilakukan mandiri
• EvaluasiELIMA

Kegiatan diagnosis komunitas di desa Campurejo puskesmas Boja telah dilakukan


beberapa tahapan yaitu:
• Tahapan persiapan, dengan pembekalan materi diagnosis komunitas dan
diskusi
• Tahapan menganalisis data sekunder
• Tahapan pelaksanaan praktikum diagnosis komunitas diawali dengan
pengumpulan data primer terhadap masyarakat di desa Campurejo

28
Secara umum pelaksanaan tahapan pertama, kedua, ketiga tidak menemui
hambatan atau permasalahan.

• Masyarakat dan pemerintah wajib memelihara dan bertanggung jawab atas


status kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan secara
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Namun sasaran pembangunan
mewujudkan keluarga berperilaku hidup sehat (PHBS) masih rendah.
• Beberapa program pemerintah yang dikembangkan dalam rangka
meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui Desa Siaga, Posyandu,
Poskesdes telah tersebar di pelosok nusantara dan kegiatan ini memerlukan
peran serta masyarakat agar dapat terlaksana.
BAGIAN KEENAM SIMPULAN SARAN

• Penyakit yang dominan di Campurejo adalah ISPA pada balita


• Faktor yang signifikan sebagai penyebab secara Sufficient Cause dan
Necessary cause adalah rendahnya pemberian ASI eksklusif, kebiasaan
merokok, dalam rumah dan jenis kelamin balita
• Alternatif intervensi yang diperlukan untuk mengeliminasi faktor penyebab
diatas adalah perlunya pelayanan berbasis keluarga dan motivator keluarga
yang dikemas dalam kegiatan Pembentukan Konsultasi keluarga

1. Perlunya pembentukan kelompok konseling keluarga minimal 1 kelompok


per RT
2. Diharapkan pemerintah desa melibatkan BPD, PKK, Karang Taruna
Campurejo untuk mengembangkan pembentukan kelompok konseling
keluarga dengan meneruskan tahapan :

29
o Mengembangkan cakupan kampanye pembentukan konseling keluarga
o Pelatihan motivator keluarga
o Pembentukan kelompok konseling keluarga tiap rujukan tetangga
o Penerbitan regulasi
o Evaluasi dengan pendekatan system

Alhamdulillah.

30
LATIHAN SOAL
1. Manakah yang bukan teknik menentukan prioritas …
a. MCUA (multiple criteria utility assesment)
b. Metode delphi
c. Metode Delbecq
d. Metode Hanlon
e. Metode CEA

2. Yang merupakan diagnosis komunitas adalah, kecuali …


a. Terfokus mendefinisikan populasi
b. 3. Fokus pada orang sakit dan sehat
c. 4. Epidemiologist melakukan survei
d. 5. Diagnosis datang berdasarkan riwayat alami penyakit
e. Diagnosis oleh dokter

Jawaban e semua

31
Pengantar Epidemiologi
Titiek Hidayati Dr. dr. M. Kes.

Sejarah Epidemiologi

Definisi Epidemiologi

Ahli Epidemiologi

Tujuan Epidemiologi

Pembagian
Epidemiologi
Assalamu’alaikum teman-teman! Alhamdulillah ga kerasa udah sampe di blok 23
aja ni. Udah pada move on dari blok kemarin kan? Hari ini kita sambut blok 23
ditemani gerimis dan kuliah pengantar dari PJ blok kita tentang per-Epidemiology
ni. Bismillah dulu yuk sebelum mulai baca materi 
A. Sejarah Epidemiologi
 Hippocrates (2000 th lalu) : Faktor lingkungan dapat mempengaruhi
kejadian penyakit.
 John Snow ( 1848-1849 dan 1853-1854) : Mencatat adanya asosiasi
sumber air minum dan kematian karena kholera.
Dokter Titiek cerita kalau eyang John Snow ini menganalisis masalah
penyakit kolera dengan mempergunakan pendekatan epidemiologi
dengan menganalisis faktor tempat, orang, dan waktu. Eyang John Snow
dianggap sebagai The Father of Epidemiology. Ia mengemukakan
hipotesis bahwa penyebab yang sesungguhnya dari banyaknya kasus
cholera dan kematian yang menimpa warga itu adalah karena air minum
yang terkontaminasi tinja (feses). Eyang Snow mempublikasikan teorinya
untuk pertama kali dalam sebuah esai On the Mode of Communication of
Cholera pada tahun 1849.
 Abad 19/20 : pendekatan epidemiologi untuk membuktikan hub kausal
antara penyakit dengan faktor-faktor penyebabnya.

B. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari 3 kata :
Epi = upon (pada)
Demos = people (masyarakat)
Ology = science (ilmu)
Epidemiology = Ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi dan
faktor penyebab (determinan) suatu masalah kesehatan (penyakit)
yang menimpa sekelompok penduduk/masyarakat. Epidemiologi
adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan
keadaan kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk
pengendalian masalah-masalah kesehatan (CDC, 2002; Last 2001, Gordis
2000).

1) Simple Old Definitions


 Oxford English Dictionary = Cabang studi ilmu yang mengobati
epidemi.
 Kuller LH: American J of Epidemiology 1991;134:1051 = Adalah studi
mengenai epidemi dan pencegahannya.
 Anderson G. In: Rothman KJ: Modern Epidemiology = Studi tentang
kejadian penyakit.
2) A Modern Definition
Ilmu yang mempelajari tentang kejadian dan penyebaran
penyakit-penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan
kesehatan pada populasi tertentu, termasuk ilmu tentang faktor yang
mempengaruhi (determinan) suatu negara dan penerapan ilmu
epidemiologi untuk mengontrol masalah kesehatan. (Porta M, Last J,
Greenland S. A Dictionary of Epidemiology, 2008).
Ada 2 poin nih yang membedakan old definition sama modern
definition. Pertama ada di kata “sekelompok penduduk” pada old
definition, yang diganti dengan kata “populasi” pada modern definition.
Mengapa diganti? Karena kata populasi memiliki arti lebih luas
dibandingkan dengan sekelompok penduduk. Yang kedua yaitu kata-kata
“hubungan/kausa” pada old definition diganti menjadi “determinan” di
modern definition karena kata tersebut memiliki arti yang lebih luas.
Determinan artinya hal tersebut belum menjadi faktor risiko, namun dia
merupakan suatu bahaya yang berpotensi menjadi faktor risiko nantinya.
Tujuanya adalah untuk mengetahui lebih awal faktor risiko sehingga kita
bisa mengendalikannya.

C. Ahli Epidemiologi
Adalah seorang profesional yang berusaha untuk mempelajari dan
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu penyakit
atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan pada populasi tertentu,
memiliki pengalaman dalam hal populasi dan metode epidemiologi dan
memiliki pengetahuan tentang kesehatan masyarakat dan inferensi kausal
dalam kesehatan (Porta M, Last J, Greenland S. A Dictionary of
Epidemiology, 2008).
Seorang ahli epidemiologi harus menguasai banyak ilmu, antara lain:
1) Kesehatan masyarakat (Public health)
Menekankan pada pencegahan penyakit
2) Kedokteran klinis (Clinical medicine)
M enekankan pada klasifikasi penyakit dan
3) Diagnosis (pembilang/numerator)
4) Patofisiologi (Pathophysiology)
Untuk memahami mekanisme biologis dasar dalam penyakit (riwayat
penyakit alami, PAP/Perjalanan Alamiah Penyakit)
5) Biostatistika (Biostatistics)
Untuk mengukur frekuensi penyakit dan hubungan dengan sebelumnya/
nenek moyangnya (penyebut/ denuminator, pengujian hipotesis).
6) Ilmu sosial (Social sciences)
Untuk memahami konteks sosial pada penyakit yang terjadi dan
menyajikan hal tersebut (faktor penentu sosial dari fenomena kesehatan).

D. Tujuan Epidemiologi
Ada beberapa tujuan dari mempelajari ilmu epidemiologi ini, diantaranya :
1) Untuk meneliti sifat/ sejauh mana fenomena kesehatan di masyarakat/
mengidentifikasi prioritas.
2) Untuk mempelajari riwayat alamiah dan prognosis dalam masalah
kesehatan.
3) Untuk mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko.
4) Untuk merekomendasikan/ membantu dalam penerapan/ mengevaluasi
intervensi terbaik (tindakan pencegahan dan terapeutik).
5) Untuk memberikan landasan bagi kebijakan publik.

Arah tujuan epidemiologi adalah untuk:


1) Untuk menggambarkan status kesehatan (distribusi penyakit) populasi
yang mempengaruhi kebijakan publik.
2) Untuk menjelaskan etiologi suatu penyakit.
3) Untuk memperkirakan kejadian suatu penyakit atau dampaknya.
4) Untuk mengontrol penyakit. Hal ini berkaitan dengan strategi
pencegahan (kayak di blok 22 kemarin), yaitu:
a. Pencegahan primer dengan menguragi kejadian suatu penykit
(pencegahan sebelum si penyakit muncul).
b. Pencegahan sekunder dengan mencegah penyakit bertambah
parah (penyakit udah muncul, segera lakukan pengobatan yang
adekuat untuk mencegah komplikasi).
c. Pencegahan tersier, dengan mengurangi kecacatan/ meningkatkan
kualitas hidup (dampak suatu penyakit sudah mencapai komplikasi,
kemudian dilakukan upaya untuk mencegah timbulnya kecacatan
maka harus dilakukan upaya meningkatkan kualitas hidup).
5) Untuk menerapkan metode epidemiologi pada ruang lingkup lainya.

Epidemiologi dapat diaplikasikan secara :


 Klasik: dekskriptif, observasional, field, analisis, eksperimental,
penerapan, pelayanan kesehatan, pelayanan primer, rumah sakit, CD
(Communical Disease-penyakit menular), NCD (Non Communical Disease -
penyakit tidak menular), lingkungan, pekerjaan, psikososial, dll.
 Modern : faktor risiko, molekuler, genetik, perjalanan hidup, CVD
(cardiovascular disease), nutrisi, bencana, dll.
E. Pembagian Epidemiologi

 Menurut Jenisnya.
1) Epidemiologi diskriptif : identifikasi hubungan-hubungan suatu
penyakit kaitannya dengan :
a. Waktu
Kapan kasus tersebut terjadi? Kapan terjadi penurunan dan
peningkatan?
b. Tempat
Dimana terjadinya? Mengapa pravelensi terbesar ada di daerah
A?
c. Orang
Siapa yang terjangkit atau terinfeksi? Mengapa hasil terapinya
berbeda antar individu?

Epidemiologi deksriptif bertujuan untuk :


 Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang penting dalam
suatu populasi dan membantu langkah awal untuk mengontrol
penyakit.
 Untuk memperbaharui hipotesis etiologi suatu penyakit agar bisa
dilakukan studi analitik epidemiologi.

2) Epidemiologi analitik :
Bertujuan untuk:
 Identifikasi hubungan-hubungan antara suatu penyakit dengan
kemungkinan faktor-faktor etiologis, genetis dan lingkungan.
 Menguji lebih lanjut hipotesis tentang etiologi suatu penyakit

3) Epidemiologi eksperimen :
Bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas suatu intervensi kesehatan
dan atau program-program pencegahan dan pengobatan.

 Menurut Studinya (Metodologi)


1) Studi eksperimental :
Dengan cara memanipulasi paparan pada sampel penelitian.
Secara garis besar, desain eksperimental dalam epidemiologi, dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu Penelitian
Eksperimen/randomised controlled trial (RCT) dan Penelitian
Eksperimen Klaster/cluster randomised controlled trial (Cluster RCT).
Eksperimen dengan desain RCT umumnya dilakukan untuk
intervensi secara individu seperti percobaan obat baru, efektivitas
vaksin, sedangkan kluster RCT dilakukan untuk intervensi secara
kelompok (cluster) seperti untuk melihat efektivitas promosi dan
pelayanan kesehatan.

2) Studi observasional :
Terdiri dari berbagai studi diantaranya,
a. Studi ekologi
b. Studi cross-sectional
c. Studi case control
d. Studi cohort

Gambar ini merupakan alur


metode RCT nih tems. Masih
inget pemilihan kriteria inklusi-
eksklusi kan? Nah sampel yang
sudah masuk dalam kriterian
inklusi akan dipilih secara acak
untuk dibedakan menjadi
kelompok kontrol atau kelompok
perlakuan. Selama proses
tersebut akan terus dilakukan
follow up untuk melihat hasil
akhir atau outcome-nya.
Bagan diatas merupakan perjalanan mulai dari terjadinya penyakit sampai
menimbulkan dampaknya, yang dikaitkan dengan upaya-upaya pencegahan sesuai
dengan fase penyakit. Kalau mau, bisa dibuka-buka file ingatannya pas blok 22
kemarin, bisa dibuka lagi buku-bukunya. Tapi kalau males ya udah gapapa deh,
sini mimin jelasin yah.
Jadi, kalau seseorang yang sehat kena induksi penyakit maka pada tahap
ini diperlukan upaya pencegahan primer untuk mencegah inisiasi proses
patologis (agar tetap terjadinya homeostasis tubuh secara normal. Kalau penyakit
tersebut sudah berkembang menjadi patologis dan mengganggu homeostasis pada
tubuh, perjalanan penyakit akan terus berkembang walaupun mungkin tidak
menimbulkan gejala/asimptomatik). Pada tahap ini sangat mungkin untuk
dilakukan upaya pencegahan sekunder dengan melakukan deteksi dini penyakit.
Sampai pada tahap ini disebut dengan masa laten. Ketika fase ini tidak dapat
dicegah dengan baik, maka akan meningkat ke fase selanjutnya ketika penyakit
tersebut sudah bisa menimbulkan gejala dan tanda. Pada keadaan ini, pasien
sudah sakit dan sangat mungkin datang ke dokter untuk melakukan upaya
pengobatan. Dokter pada tahap ini bukan hanya melakukan upaya kuratif tetapi
juga melakukan upaya pencegahan tersier untuk mencegah
komplikasi/mengurangi kecacatan bahkan kematian. Begitu… paham???
Nih kita ingetin lagi,
Five levels of Prevention (Rao, 2005)
 Primary Prevention (true prevention)
1. Health promotion : Good nutrition, safe water supply
2. Specific protection : Immunization, mask, glove
 Secondary Prevention
3. Early detection & prompt treatment : screening, oral dehydration
therapy, physiotherapy
 Tertiary Prevention (morbidity reduction, to minimize
complications)
4. Disability limitation : bed rest, chemotherapy
5. Rehabilitation : wearing spectacles, leg prosthesis

 Menurut Isinya
 Clinical epidemiology
 Pharmaco-epidemiology
 Molecular epidemiology
 Environmental epidemiology
 Occupational epidemiology
 Nutrition epidemiology
 Genetic epidemiology
 dll
F. Molecular Cancer Epidemiology
Konsep Molecular Cancer Epidemiology menurut Weinstein & Perera,
1982 : “Metode laboratorium yang canggih digunakan sebagai kombinasi
dengan epidemiologi analitik untuk identifikasi biokimia atau level molekuler
dari suatu spesifik eksogen, dan atau host yang berperan sebagai penyebab
kanker pada manusia.” (Advanced laboratory methods are used in combination with
analytic epidemiology to identify at the biochemical or molecular level specific exogenous
and/or host factors that play a role in human cancer causation).

Dengan dilakukanya studi epidemiologi genetik diharapkan dapat


memperkenalkan biomarker atau penanda ke dalam epidemiologi, sehingga
peneliti dapat memprediksi faktor risiko pada individu lebih dini lagi jauh
sebelum penyakit tersebut muncul.

Kontribusi dari epidemiologi molekuler:


 Telah lama dikenal berdasarkan penelitian eksperimental, bahwa yang
banyak mengandung karsinogen, termasuk polisiklik aromatik
hidrokarbon (PAH), mengeluarkankan efek dengan mengikat DNA dan
membentuk “adduct” yang dapat menyebabkan mutasi dan akhirnya
berkembang menjadi sel kanker.
 Dengan demikian, menggunakan “adduct” sebagai biomarker memiliki
keuntungan teoritis bahwa mereka mencerminkan kerusakan genetik
yang secara mekanik dengan karsinogenesik.
Bagan diatas (Figure 1.2) menunjukkan peran epidemiologi molekuler
dibandingkan dengan epidemiologi tradisional. Pada epidemiologi tradisional,
proses terjadinya penyakit dimulai dari paparan penyebab penyakit yang akan
menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mempengaruhi
berkembangnya penyakit tersebut dapat digali dengan epidemiologi molekuler.
Berdasarkan yang dipelajari di epidemiologi molekuler bahwa paparan penyebab
penyakit yang bisa berkembang menjadi penyakit harus dengan dosis yang cukup
untuk menjadi patologis, dosis yang efektif secara biologis sehingga mampu
memberikan efek biologis secara dini, mampu mengubah struktur dan fungsinya,
sehingga akan terliht secara klinis menjadi suatu penyakit.

Table. Typology of Molecular Epidemiology Studies


Transitional Studies
Biomarker Biomarker characterization Disease etiology and
development studies studies intervention studies
Reliability studies Observational Observaional
Cross-secional Descriptive
Longitudinal Analytic
Sample collection Cross-sectional
and processing studies Case control
Longitudinal
Hybrid studies
Intervention Intervention
Risk factor modification
Screening
Therapeutic
Tujuan dari epidemiologi molekuler sangat luas dan mencakup:
o Deskriptif dan kajian analitis untuk mengevaluasi host / penyakit
interaksi lingkungan.
o Pengembangan strategi pencegahan untuk mengendalikan bakteri, parasit
dan virus gangguan melalui diagnosiis molekuler.
o Pencegahan non-penyakit menular dan gangguan genetik dengan menilai
resiko dan mengidentifikasi individu rentan melalui genetika.

Pencapaian sasaran-sasaran ini tergantung pada ketersediaan:


o Bidang bioteknologi canggih peralatan, reagen dan perlengkapan untuk
analisis potensi genetik dan faktor-faktor risiko lingkungan
o Epidemiologi molekuler yang terlatih mampu mengintegrasikan biologi
molekular ke dalam penelitian epidemiologi dan kesehatan masyarakat
praktis.

G. Epidemiologi Dalam Pelayanan Kebidanan

1. Pengertian
Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan yaitu epidemiologi yang
mengkaji distribusi serta determinan peristiwa morbiditas (kesakitan)
dan mortalitas (kematian) yang terjadi dalam pelayanan kebidanan.

2. Tujuan
Tujuan epidemiologi kebidanan adalah untuk mengenal faktor risiko
terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas (42
hari setelah berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan
mempelajari cara penanggulangan nya.

3. Manfaat
a. Untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyakit dalam
pelayanan kebidanan.
b. Untuk pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan
sumber daya kesehatan (tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan)
khususnya yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan.

4. Terjadinya Masalah Kesehatan


Merujuk kepada paradigma epidemiologi klasikal yang berasumsi bahwa
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan sebagai hasil akhir (output)
interaksi antara penjamu (Host), Agent dan lingkungan (environmen), maka
dalam pelayanan kebidanan dapat diuraikan bahwa:
 Host (penjamu) adalah ibu hamil
 Agent adalah hasil konsepsi yaitu janin/fetus yang ada dalam
kandungan ibu hamil
 Environment adalah lingkungan sosial budaya serta pelayanan
kesehatan yang diterima oleh ibu hamil
Perbedaan epidemiologi pelayanan kebidanan dengan
epidemiologi penyakit infeksi, adalah:
◦ Pada penyakit infeksi agent merupakan faktor yang harus dieleminasi,
akan tetapi pada epidemiologi kebidanan agent adalah hasil
konsepsi/janin yang harus dilindungi, yang pada kelanjutannya akan
menimbulkan masalah kesehatan sendiri.

Dalam proses studi epidemiologi, pada tahap sebelum munculnya gejala,


peneliti bisa mendapatkan data mengenai etiologi suatu penyakit, disamping
melakukan upaya pencegahan primer. Semenjak ditemukan adanya gejala sampai
muncul outcome (sembuh atau meninggal) bisa dilakukan riset untuk menentukan
prognosis suatu penyakit.
5. Faktor-faktor Risiko Dalam Pelayanan Kebidanan
Faktor risiko bagi kematian ibu (mortalitas) dapat dibedakan, seperti:
- Faktor-faktor reproduksi
Usia, Paritas, Kehamilan tak diinginkan
- Faktor-faktor komplikasi kehamilan
◦ Perdarahan pada abortus spontan/alamiah
◦ Kehamilan ektopik/diluar cavum endometrium
◦ Perdarahan pada trimester III kehamilan
◦ Perdarahan postpartum
◦ Infeksi nifas
◦ Gestosis/keracunan kehamilan
◦ Distosia/kesulitan persalinan
◦ Abortus provokatus
- Faktor-faktor pelayanan kesehatan
◦ Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan
◦ Asuhan medis yang kurang baik
◦ Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial
- Faktor-faktor sosial budaya
◦ Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
◦ Ketidaktahuan dan kebodohan
◦ Kesulitan transportasi
◦ Status wanita yang rendah
◦ Pantangan makanan tertentu pada wanita hamil
 Untuk menangani angka kematian ibu (AKI) Depkes bersama dengan
WHO, UNICEF dan UNDP sejak tahun 1990-1991 telah melaksanakan
programSafe Motherhood.
 Upaya intervensi dalam program tersebut yang dinamakan sebagai
Empat Pilar Safe Motherhood:
◦ KB
◦ Pelayanan ante natal
◦ Persalinan yang aman
◦ Pelayanan kebidanan esensial
H. Epidemiologi penyakit menular
Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Komponen proses penyakit menular
◦ Faktor Penyebab Penyakit Menular
◦ Interaksi Penyebab dengan Pejamu
◦ Mekanisme Patogenesis
◦ Sumber penularan

Gambar sapi-sapi diatas adalah konsep sederhana herd immunity. Populasi


sapi diatas diibaratkan populasi manusia. Sapi yang warna kaki dan badannya
hitam putih adalah sapi sehat, sapi yang warna kakinya pudar adalah sapi yang
rentan sakit, dan sapi yang badannya bewarna pudar berarti sapi yang sakit.
LIHAT DI SOFT FILE ya guyss…
Pada populasi tersebut dilakukan imunisasi pada sebagian individu
(bukan pada semua populasi) ini bisa melindungi individu yang tidak
mendapatkan imunisasi.Konsep inilah yang disebut dengan kekebalan kelompok
(herd immunity).Kekebalan kelompok bisa terjadi jikacakupan minimal kelompok
telah terpenuhi. Namun, jika cakupan minimal tersebut tidak terpenuhi maka
kekebalan yang diharapkan tidak akan terbentuk, individu yang rentan bisa
dengan mudah terkena penyakit, bahkan yang sehatpun juga bisa terdengar
penyakit tersebut.
I. MULTIPLE CAUSATION OF DISEASE (Konsep Penyebab Ganda
Penyakit)
- Teori Hippocratic and Miasmatic (Theory of Disease Causation)
1. Hippocrates – Epidemiologis
◦ Mengamati penyebab dan penyebaran penyakit
◦ Menggunakan pendekatan rasional
◦ Mengamati pengaruh faktor lingkungan dan penjamu pada penyakit
2. Galen – Teori Miasmatic
◦ malaria = udara yang buruk

- Penelitian Epidemiologis Klasik


Pengamatan pada penyakit menular dan defisiensi zat gizi

- Contagion and Germ Theory of Disease


◦ Fracastorius : disease spread by contagion
◦ Edward Jenner : smallpox vaccine
◦ John Snow : father of epidemiology
◦ Louis Pasteur : vaccination for rabies & anthrax
◦ Robert Koch : identify Bacillus anthracus

- Postulat Koch
Suatu agen :
◦ Harus dijumpai pada setiap kasus penyakit
◦ Dapat diisolasi dan ditanam dalam media
◦ Menyebabkan penyakit pada orang sehat
◦ Dapat diisolasi dan ditanam lagi
◦ Tidak dijumpai pada penyakit lain

- Defisiensi Zat Gizi


◦ James Lind (mid 1700) : citrus protect from scurvy (vitamin C
deficiency)
◦ Casal (1762) – pellagra (niacin deficiency)
◦ Joseph Goldberger (1920) – pellagra induced and cured by diet
Konsep Penyebab Ganda (Multiple Causation) Penyakit Pada
Manusia
- Proses terjadinya penyakit pada manusia terjadi pada sistem ekologi
manusia.
- Penyakit tidak disebabkan oleh faktor tunggal.
- Penyakit pada manusia terjadi sebagai akibat interaksi berbagai faktor.
- Faktor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya penyakit :
1. Faktor penyebab penyakit (agent);
2. Faktor inang atau penjamu (host); dan
3. Faktor lingkungan (environment).

MODEL EKOLOGI

1. Model Segitiga Epidemiologi

- FAKTOR PENJAMU (HOST)


◦ Keturunan atau genetic
◦ Umur
◦ Jenis kelamin
◦ Ras/Etnis
◦ Ukuran keluarga
◦ Agama
◦ Status perkawinan
◦ Pekerjaan
◦ Status gizi dan konstitusi tubuh
◦ Perilaku hidup
◦ Daya tahan tubuh
- PENYEBAB PENYAKIT (AGENT)
◦ Penyebab penyakit adalah suatu faktor yang harus ada (a sine
qua non) pada proses terjadinya penyakit.
◦ Agent merupakan benda hidup atau benda mati (unsur, zat, atau
kekuatan) yang oleh karena adanya kontak yang efektif dengan
penjamu yang rentan (suspectible) pada kondisi lingkungan yang
tepat akan berlaku sebagai rangsang (stimulus) proses terjadinya
penyakit.

KLASIFIKASI PENYEBAB PENYAKIT :


1. Penyebab biologis : virus, ricketsia, bakteri, jamur (fungi),
protozoa (misalnya cacing, plasmodium).
2. Penyebab nutrisi : dapat karena kelebihan, misalnya
hiperkolesterolemia, atau karena kekurangan, misalnya Kekurangan
yodium, zat besi.
3. Penyebab kimiawi : merupakan bahan kimia yang bersifat racun
(gas, uap, larutan).
4. Penyebab fisik : merupakan zat fisik yang dapat menimbukan
gangguan pada manusia, misalnya tekanan atmosfir, kelembaban,
bising, vibrasi, panas, cahaya dan radiasi.
5. Penyebab mekanik : merupakan kekuatan yang dapat menimbulkan
sobekan, tembus, kehancuran dan dislokasi.

- FAKTOR LINGKUNGAN
Lingkungan : keseluruhan kondisi luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan organisme penyebab penyakit dan penyebab penyakit
yang lain.
Komponen lingkungan terdiri atas :
1. Lingkungan fisik terdiri atas semua benda mati dan semua sifat yang
dimiliki.
2. Lingkungan biologis tersusun atas benda-benda hidup atau
organisme, yaitu:
a. Flora : sebagai sumber makanan dan penyebab penyakit.
b. Fauna: sebagai sumber makanan, penampung (reservoir) dan
perantara(vektor) penyebab penyakit.
3. Lingkungan sosial-ekonomi
a. Wilayah pemukiman
b. Pembangunan ekonomi
c. Gangguan sosial

1. Model Roda
Model roda ini
menjelaskan faktor-faktor
penyakit yang diturunkan atau
penyakit yang tidak menular
atau penyakit kongenital.
Faktor yang paling utama
adalah faktor genetik yang
ada dalam diri setiap manusia.
Selama dia hidup, dia akan
berinteraksi dengan
lingkungan, ada lingkungan
biologis, sosial dan fisik.
Jadi jika dia memiliki resiko penyakit tetapi tidak didukung oleh
lingkungannya, misalnya lingkungan sehat dan gaya hidupnya sehat, maka dia
akan tetap sehat dan begitupun sebaliknya.

2. Model jaring-jaring

Terjadinya penularan penyakit karena manusia kontak dengan penyebab


sakit, diantara penyebab sakitpun berinteraksi untuk memperkuat atau
melemahkan terjadinya sakit. Model jaring-jaring ini biasanya menjelaskan
mengenai penyakit yang tidak menular dengan berbagai komplikasinya.
Misalnya seseorang yang mengalami Diabetes Millitus, memiliki banyak
komplikasi ke sistem organ lainnya, seperti nefropati diabetikum, retinopati
diabetikum dan lain-lain. Munculnya komplikasi ini karena adanya gaya hidup
yang tidak sehat dan menyebabkan memperparahnya DM ini.

J. KAUSALITAS
Kausalitas adalah sesuatu yang konstan, unik dan memiliki kemampuan
menduga secarasempurna. Contoh : Dalam sistem yang stabil sepenuhnya,
XY, memanipulasi atau merubah X akan menimbulkan akibat perubahan Y.

a. Sifat hubungan kausal


- Hubungan: Kekuatan hubungan dinyatakan dengan Odss Ratio
(OR) >1 danRelative Risk (RR)
- Urutan waktu: Rancangan penelitian yang sesuai
- Arah hubungan
◦ Asimetris
◦ Perubahan sebagai konsekuensi

Gambar diatas menunjukkan 4 dimensi yang terarah dalam penelitian bidang


kesehatan.Keempat dimensi tersebut antara lain:
a. Discovery and Basic Research
b. Biology and Individual
c. Aplications, Action and Mission Oriented Research
d. Sosial System and Population
Keempat dimensi ini harus didukung juga dengan penguasaan dibidang ilmu
dasar dan biomedis,aplikasi dalam klinis, kesehatan masyarakat, budaya dan
populasi, dan sistem serta pelayanankesehatan.
Desain Penelitian

Seperti pada bagan di atas, studi epidemiologi itu ada 2 bagian utama
sesuai dengan carastudinya, yaitu epidemiologi deskriptif dan studi analitik.
Epidemiologi deskriptif mempelajari pada populasi dan individunya langsung dan
tidak melakukan perbandingan antar kelompok, tentunya cara studinya akan
berbeda dengan studi analitik yang melakukan studi dengan metode
membandingkan.
Epidemiologi deskriptif dengan subjek suatu populasi, dapat
menggunakan penelitian dengan studi korelasi untuk melihat hubungan dan
keeratannya. Sementara pada subjek penelitian individu, dapat menggunakan
desain penelitian case report, case series, dan cross-sectional. Pada studi analitik,
melakukan penelitian dengan membandingkan dan bahkan perlakuan pada
subyek penelitian, ada 2 macam yaitu studi observasional dan eksperimental.
Untuk studi observasional, desain penelitiannya sama dengan individu
ditambah dengan desain penelitian case control dan cohort. Sementara pada
penelitian eksperimental bisa menggunakan desain penelitian RCT (Randomized
Clinical Trial) sebagai level penelitian tertinggidan eksperimental semu.
Nah algortima disamping sesuai yang udah editor jelasin tadi, kita lihat
apakah peneliti memberikan perlakuan untuk subjeknya ? ada paparan nggak ?
kalo ada berarti menggunakan penelitian eksperimental yang nanti subjeknya
harus dibagikan dalam kelompok yang dipilih secara random (acak), jika tidak
maka penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif, dan jika ya, maka inilah yang
dinamakan RCT, tapi kalau tidak secara random pembagiannya, maka
penelitiannya eksperimental non RCT. Terus kalau penelitiannya tidak diberikan
perlakuan, maka masuk didalam penelitian observasional yang membandingkan
antar kelompok. Jika ya, maka termasuk kedalam penelitian analitik yang desain
penelitiannya bisa dipilih antara cohort, case-control atau cross sectional sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan.

Gambar diatas adalah membedakan cohort, case-control dan cross sectional.


Penelitian diatas dapat dibedakan dari waktunya.Pada penelitian cohort
membutuhkan waktu penelitian yang lama, dimulai dari paparan sampai
munculnya dampak dan sebaliknya pada case-control penelitian dimulai saat sudah
ada outcome kemudian dilacak exposurenya.Sementara pada cross sectional penelitian
dilakukan dalam satu waktu, sehingga jika ingin mengetahui dampak (outcome)
maka pemberian paparan dan dinilai dampaknya pun dalam satu waktu.
Rasio  pembilang (numerator) tidak termasuk dalam penyebut (denominator),
contohnya perhitungan AKI? Angka kematian ibu ( jumlah ibu meninggal akibat
melahirkan/ jumlah ibu melahirkan dengan selamat)
Proporsi  pembilang termasuk dalam penyebut, tetapi waktu tidak termasuk,
contohnya perhitungan prevalensi (Jumlah seluruh kasus baik baru maupun
lama/ Jumlah populasi berisiko)
Rate  pembilang termasuk dalam penyebut, dan waktu juga termasuk,
contohnya perhitungan insidensi (Jumlah kasus baru/ Jumlah populasi beresiko)

Soal
1. Seorang profesional yang berusaha untuk mempelajari dan mengendalikan
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau kejadian
yang berhubungan dengan kesehatan pada populasi tertentu, memiliki
pengalaman dalam hal populasi dan metode epidemiologi dan memiliki
pengetahuan tentang kesehatan masyarakat dan inferensi kausal dalam
kesehatan, disebut apakah orang tersebut?
b. ahli epidemologi.
c. Ahli studi
d. Ahli bidang sains
e. Ahli kedokteran
f. Ahli etiologi
2. Model ini biasanya menjelaskan mengenai penyakit yang tidak menular
dengan berbagai komplikasinya. Contoh kasusnya adalah seseorang yang
mengalami Diabetes Millitus, memiliki banyak komplikasi ke sistem organ
lainnya, seperti nefropati diabetikum, retinopati diabetikum dan lain-lain.
Munculnya komplikasi ini karena adanya gaya hidup yang tidak sehat dan
menyebabkan memperparahnya DM ini. Model apakah yang dimaksud?
a. Model lingkaran
b. Model segitiga
c. Model jaring-jaring.
d. Model persegi
e. Model heksagonal
Jangan lupa berdoa dulu ya guys, biar ilmunya berkah..

Masalah kesehatan di Indonesia ini masih sangat kompleks. Bisa dilihat dari
data Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih
tinggi, njuk dari data usia harapan hidup yang rendah. Nah makanya penting
banget untuk mengumpulkan berbagai data buat mencerminkan apa aja sih
masalah kesehatan yang harus kita koreksi.

Pentingnya sumber data dalam rangka dapat dilakukannya upaya


pengumpulan data yang selengkap-lengkapnya. Jika sumber data tidak lengkap,
hasil yang diperoleh tidak akan sempurna sehingga gambaran frekuensi maupun
penyebaran tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

56
1) Catatan dan laporan peristiwa kehidupan (vital record)
Kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, adopsi dan legitimasi,
*pokmen semua peristiwa kehidupan. Nah di negara maju sumber data ini
uda biasa digunakan.
2) Catatan dan laporan penyakit
Laporan penyakit hanya diwajibkan pada pelayanan kesehatan yang
berbentuk institusi seperti Rumah Sakit dan Puskesmas, bidan dan dokter
praktek sama sekali belum melaporkan penyakit yang dilayani.
3) Catatan dan laporan instansi khusus
Perusahaan asuransi, TNI, Kepolisian.
4) Hasil survei khusus
Survei kesehatan rumah tangga (SKRT).
5) Hasil sensus penduduk
Dulu nyebutnya bukan sensus penduduk tapi cacah jiwa. Lebih banyak
pengumpulan data kependudukan, data masalah kesehatan kurang banyak
ditemukan.

Sensus khusus masalah kesehatan tidak pernah dilakukan, karena


terbatasnya dana dan tenaga.

Disebut survei penyakit yang ingin diketahui masalah kesehatan berupa


penyakit.
a) Survei insiden penyakit
 Data penyakit yang baru/kasus baru.
 Lebih dapat dipercaya, karena pertanyaan.
 Yang diajukan masih dalam batas-batas yang diingat.
 Tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan kesehatan suatu
masyarakat karena kasus lama tidak tercatat.

57
b) Survei prevalen penyakit
 Data yang dikumpulkan semua peristiwa penyakit, baik kasus baru
maupun lama.
 Lebih lengkap dan dapat menggambarkan keadaan kesehatan
masyarakat.
 Kebenaran data yang diperoleh diragukan, apalagi penyakit yang sudah
lama.

I. Tahap pengumpulan data


Perlu ditetapkan:
1) Sumber data: primer, sekunder, tersier.
2) Jumlah sampel.
3) Cara pengambilan sampel.
4) Cara pengumpulan data: wawancara, pemeriksaan, observasi atau
dengan cara peran serta, cara apapun validitas harus baik.

 Sensitifitas: menunjuk pada kemampuan jenis pemeriksaan


dalam menemukan anggota masyarakat yang menderita sakit.
 Spesifisitas: menunjuk pada kemampuan jenis pemeriksaan
menemukan anggota masyarakat yang tidak menderita sakit.
II. Tahap pengolahan data
Menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-
sifat yang dimilikinya. Ada 3 cara: manual, mekanikal dan elektrikal.
III. Tahap penyajian data
Tekstular, tabular dan grafikal.

58
Screening dilakukan karena sering yang dibutuhkan hanya data masalah
tertentu saja. Ada 5 tahap:
a) Tahap menetapkan macam masalah kesehatan yang ingin diketahui.
b) Tahap menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam
menemukan masalah kesehatan (jenis pemeriksaan=test)
c) Tahap menetapkan kelompok masyarakat yang akan dikumpulkan datanya.
d) Tahap melakukan penyaringan.
e) Tahap mempertajam penyaringan.
f) Tahap penyusunan laporan dan tindak lanjut.

1. Penyaringan Massal (Mass Screening)


Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan. Contoh:
screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita
2. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji
penyaringan pada saat yang sama. Contoh: skrining pada penyakit AIDS
3. Penyaringan yang Ditargetkan
Penyaringan yang dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena
paparan yang spesifik. Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar
dengan bahan Timbal.
4. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan. Contoh: screening pada klien yang
berkonsultasi kepada seorang dokter.

• jika ditinjau dari pemanfaatannya case finding merupakan salah satu


langkah penanggulangan wabah
• Tujuan dari case finding untuk menemukan sumber penularan dan/atau
mencari ada atau tidaknya penderita baru di masyarakat
• Ada 2 macam:
a. Pencarian kasus aktif(active case finding)
kelompok masyarakat yang dituju ialah mereka yang dicurigai terkena
penyakit dan petugas kesehatan mendatangi daerah yang terkena wabah.

59
Pencarian kasus secara aktif ini ada 2 macam:
(1) Cara telusur ke belakang(backward tracing)
▪ Tujuanya untuk mencari sumber penularan.
▪ Dengan cara dikumpulkan orang-orang yang pernah
berhubungan dengan penderita sebelum penderita jatuh
sakit, memanfaatkan pengetahuan tentang reservoir
penyakit, masa inkubasi penyakit, cara penularan penyakit,
riwayat alamiah penyakit.

(2) Cara telusurkedepan(forward tracing)


▪ Tujuannya untuk mencari kasus baru.
▪ Dengancara dikumpulkan data tentang orang-orang yang
pernah berhubungan dengan penderita setelah penderita
tersebut terserang sakit.

b. Pencarian kasus pasif(pasive case finding)


Pengumpulan data tidak dilakukan secara aktif, menunggu pasien
yang berobat ke fasilitas kesehatan (sejenis data sekunder).

Suatu pengamatan terhadap suatu masalah kesehatan yang dilakukan secara


terus-menerus. Dengan tujuan untuk menganalisis keadaan wabah yang
dihadapi. Jika dalam pangamatan tersebut masih ditemukan kasus-kasus
baru, berarti keadaan wabah belum berhasil diatasi, surveilen biasanya
dihentikan bila dalam waktu 2 kali masa tunas tidak ditemukan kasus baru.

Ada 2 macam dari surveilen, yaitu :


a. Surveile aktif(active surveillance)
pengamatan kasus dilakukan secara langsung ke lapangan dan perlu dana
dan tenaga lebih besar.
b. Surveilen pasif(pasive survaillance)
tidak langsung dengan melalui laporan.

60
Soal
1. Laporan penyakit hanya diwajibkan pada pelayanan kesehatan yang
berbentuk institusi seperti Rumah Sakit dan Puskesmas, bidan dan dokter
praktek sama sekali belum melaporkan penyakit yang dilayani. Merupakan
salah satu macam sumber data...
a. Sumber data
b. Catatan dan laporan penyakit.
c. Catatan dan laporan instansi
d. Peristiwa kehidupan
e. Hasil sensus penduduk

2. Penyaringan yang dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena


paparan yang spesifik, disebut dengan
a. Penyaringan oportunistik
b. Penyaringan massal
c. Penyaringan multiple
d. Penyaringan yang ditargetkan.
e. Penyaringan single

61
DR. dr. Titiek Hidayati, M.Kes

Baiklah, kali ini kita bakal belajar tentang gimana sih ngitung
insidensi,prevalensi apa bedanya dan sebangsanya, tenangno pikirmu, iki gampang
hyuk ncus~

Gambar diatas nerangin kita bagaimana penyakit itu bisa terjadi, menurut teori
blum ada 4 yaitu genetic, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Selain itu orang sehat menjadi sakit juga bisa dikarenakan :
➢ Agen: virulensi
➢ Host: perilaku (seperti cara berpakaian dan pola makan), pelayanan
kesehatan yang didapat.
➢ Lingkungan: tingkat lingkungan, faktor vektor
➢ Genetik

Pengukuran kejadian penyakit itu bisa menggunakan 2 metode, deskriptif dan


analitik, kalo deskriptif biasanya buat ngukur angka kematian (mortalitas) dan
angka kesakitan (morbiditas), kalo analitik mengukur risiko relatif , risiko relatif,
risiko atribut dan rasio perkiraan (risk ratio).

Ukuran-ukuran dalam epidemiologi


Masih inget kuliahnya pak yang kata beliau mirip tukul? Aku lupa nama
dokternya siapa, jadi ukurannya ada Ratio,Rate,Proporsi, Nah biar lebih gampang
pahamnya ni tak kasih contoh kasus ya, “ Kecamatan X memiliki jumlah warga 400
orang, 200 laki-laki dan 200 perempuan, pada bulan Januari kemarin 80 warga nya
mengalami kanker servix , yang meninggal 40 orang”

Ratio adalah perbandingan antara 2 variabel yang benar-benar berbeda :


Jadi kalo pria dan wanita kan beda tu, satunya punya tatat satunya gapunya, jadi
200
kalo di atas rationya adalah 200.

Nah kalo proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut, proporsi juga digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam
200
populasi ni kalo contoh di atas adalah adalah proporsi laki-laki di populasi jadi .
400

Kalo Rate itu adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut misal rate kanker servix di kecamatannya maka
80
ratenya adalah 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 ,konstantanya tergantung populasi dan
200
penyebaran penyakitnya lebih jelasnya baca materi beliau yak.
Selain rate ,proporsi dan ratio ada juga yang namanya frekuensi atau jumlah
kejadian penyakit pada populasi beresiko dan pola (pattern) atau angka kejadian yang
dihubungkan dengan waktu,tempat dan karakteristik.

Decubitus
• % pasien yang dirawat inap > 2 minggu
• % pasien rawat inap > 2 minggu yang mengalami dekubitus
• % pasien rawat inap > 2 minggu yang mengalami dekubitus di ICU/ICCU
• % pasien rawat inap > 2 minggu yang mengalami dekubitus di Bagian
Penyakit Dalam
• % pasien rawat inap > 2 minggu yang mengalami dekubitus di Bagian
Bedah
Pengukuran Morbiditas

Skema di atas menjelaskan hubungan antara prevalensi dan insidensi, tak terangin
satu-satu dulu hyak
➢ Angka Insidensi yaitu jumlah kasus baru pada suatu periode waktu
tertentu. Jadi misal nih ada kasus diare di kampung A, yang diitung tu yang
kasus baru aja, yang dulu-dulu pernah diare ngga diperhitungkan, iya yang
dulu-dulu, iyo mantanmu kui rasah digubris men keno diare.
Nah insidensi ada dua yaitu cumulative insidensi (kasus baru
diakumulasikan pada waktu tertentu) dan insidensi density (dimana kasus
baru yang muncul pada populasi yang berubah terus menerus.
Dirumuskan kasus baru per jumlah populasi yang berisiko.
➢ Angka prevalensi yaitu jumlah kasus baru dan lama dari suatu penyakit
pada periode waktu tertentu. Ada dua macam angka prevalensi yaitu point
prevalence (Prevalensi yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada
Juli 2000)) dan periode prevalence (Prevalensi yang ditentukan pada
periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000)).

Baik coba liat kolamnya lagi hyuk, jadi tak misalin air hujan adalah kasus penyakit
ya, jadi insidensi merupakan rintik hujan yang baru masuk ke kolam, sedangkan
prevalensi adalah air hujan yang tertampung baik dari hujan yang telah lalu maupun
hujan yang baru saja terjadi. Nah di kolam tersebut ada air yang menguap ke atas
dan mengurangi jumlah air yang ada di kolam itu adalah pasien-pasien yang
recovery atau sembuh, ada juga yang meninggal gitu.
Rumus insidensi

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 (𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟)


𝑥 10n
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑎(𝑑𝑒𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟)

Jadi Insidensi ini sangat penting dalam menilik kejadian penyakit, tadi udah aku
jelasin ya bahwa insidensi merupakan kemunculan kasus baru, nah perubahan pada
insidensi berarti terjadi perubahan pula pada faktor penyebabnya atau etiologinya,
gini gini, jadi perubahan etiologi tu bisa karena memang secara alamiah atau ada
intervensi dari eksternal, misal ya insidensi DBD di Bantul itu mengalami
penurunan setelah diberikan fogging atau PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),
jadi karena ada intervensi insidensinya menurun, jadi insidensi berhubungan banget
dengan etiology. Makin besar angka insidensi berarti makin besar masalah penyakit
tsb. Oiya numerator dan denumerator tu cuma nama lain pembilang dan penyebut
dalam study epidemiologi.

Manfaat Insidensi
1. Gambaran masalah penyakit tertentu.
2. Angka beberapa periode dapat digunakan untuk memperkirakan
kecenderungan dan fluktuasi penyakit.
3. Pemantauan evaluasi upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit.
4. Perbandingan angka insidensi antar wilayah dan antar waktu

Rumus Prevalensi

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 (𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟)


x 10n
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑎 (𝑑𝑒𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟)

Prevalensi ini diperngaruhi oleh insidensi dan durasi waktu, kalo ada
perubahan di prevalensi ini juga bakal mempengaruhi insidensi dan outcomenya.
Prevalensi ini akan bertambah apabila insidensi bertambah dan akan berkurang
apabila ada kasus kematian atau penyembuhan (liat kolam tadi ya). Manfaat dari
prevalensi sendiri adalah untuk mengetahui tingkat keganasan penyakitnya dan
durasi penyakit.
Definisi ganas di sini tu apakah penyakit itu bikin cepet mati apa nggak.
Semakin tinggi prevalensi suatu penyakit, berarti penyakitnya nggak ganas. Masih
inget kolam tadi? Nah kalo misal penyakitnya ganas, pasiennya banyak yang mati,
maka angka prevalensinya bakal berkurang gampangannya gitu. Semakin rendah
durasi penyakit semakin rendah angka prevalensi.
Perbandingan antara Insidensi dengan Prevalensi
Coba perhatiin gambar di atas deh, jadi kalo ditanya insidensi penyakit di tabel
tahun 1992 ada berapa? Inget definisi insidensi kan? Nah tinggal liat aja onsetnya ,
pengertian onsetkan waktu dimulainya berkembangnya penyakit berarti kalo tahun
1992 ada 5 kejadian penyakit yang muncul.

Attack Rate (A R)
• Pembilang (X) = Jumlah kasus penyakit sejak ditemukannya kasus
penyakit pertama sampai dengan berakhirnya masa inkubasi kasus terakhir
penyakit tersebut dalam kelompok masyarakat terancam di wilayah tertentu.
• Penyebut (Y) = Jumlah penduduk yang terancam di wilayah dan pada
periode waktu yang sama.
• Konstanta (K) = 10, 100, 1000, 100.000
• Manfaat:
1. Untuk mengetahui kecepatan dan jangkauan penyebaran suatu
penyakit di suatu wilayah pada suatu wabah.
2. Untuk mengetahui keberhasilan upaya pencegahan dan
penanggulangan wabah.
• Interpretasi: Bila Attack Rate suatu penyakit tinggi, berarti kecepatan dan
jangkauan penyebaran penyakit tinggi.
• Annual insidensi: (x: baru / terdiagnosis saja), dan Y hanya kasus
yang terjadi tahun 2008 saja. *fyi annual itu artinya tahunan ya, jadi kalo ada
pertanyaan annual insidensi sama aja kayak insidensi selama tahun tersebut.
8
• Pada skema di atas didapatkan annual insidensi = , nah x atau angka 8
196
nya ini didapetin dari jumlah yang baru terdiagnosis pada tahun 2008 karena
insidensi itu hanya kasus baru/yang baru terdiagnosis (yang ada lambang D) aja
yang dihitung, yaitu baris 2,5,6,8,9,10,11,12. Sedangkan Y hanya kasus yang
terjadi di tahun 2008 maka angka 196 didapetin dari jumlah populasi yaitu 200
dikurangin kasus lama (yang gakada lambang D) yaitu baris 1,3,4,7.
• Prevalensi : contoh untuk prevalensi bulan Juli, maka x: kasus lama dan
baru tetapi yang sudah sembuh/ tidak sakit tidak dihitung. Dan Y : jumlah
populasi yang ada di bulan Juli (yang mati sebelum Juli tidak dihitung)
• Masih mengacu pada skema yang diatas lagi ya. Jadi untuk prevalensi bulan
7
Juli=198 , nah nilai x didapatkan dari kasus lama+baru, yaitu baris 2,3,4,6,8,9,11.
Tapi yang udah sembuh dan meninggal tidak dihitung. Sedangkan nilai Y
didapatkan dari jumlah populasi yaitu 200 dikurangin yang meninggal sebelum
bulan Juli, yaitu baris 1,12.
Insidensi dan Prevalensi

• Liat skema yang kejadian malaria lagi ya guys. Jadi period prevalence bulan
7
Januari-Maret= , nah nilai x ini didapat dari semua kasus baik yang baru
200
ataupun lama yang terjadi pada bulan Januari-Maret, walaupun yang
dilurusan angka 7 pas bulan Maret udah sembuh tapi itu tetep dihitung ya.
Sedangkan nilai Y didapetin dari jumlah populasinya yaitu 200
12
• Untuk annual prevalensi= 200 , ini didapetin dari jumlah kasus yang terjadi
selama tahun 2008 yaitu 12 dibagi jumlah populasinya yaitu 200
• Hayo pada tau gak jawaban dari soal di atas? jadi cara ngitung attack rate
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡
kayak yang di gambar itu rumusnya tapi simpelnya 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
52
maka tinggal masukin aja deh angkanya jadi attack rate=200=0,26

Risiko Relatif (RR=Relative Risk)

AR= Absolute Risk


Risiko Odds (OR=Odds Ratio)

Studi Prevalence vs Incidence

Numerator-=Pembilang (X)
Denominator= Penyebut (Y)

MORTALITAS
Angka mortalitas menunjukkan insidensi kematian dalam suatu populasi
selama periode waktu tertentu. Empat macam pengukuran kematian:
1. Angka kematian kasar (Crude Mortality Rate) paling sering
digunakan tetapi sangat kurang kegunaannya karena kurang lengkap
datanya, kita tidak tau meninggalnya disebabkan karena apa, umur yang
paling banyak meninggal berapa, jenis kelamin apa dll jadinya gak spesifik.
2. Angka kematian sebab spesifik
3. Angka kematian umur spesifik
4. Angka kematian proporsi

Indikator Lain:
• Kematian pasien di RS, 30 hari pasca bedah emergency (semua usia)
• Kematian pasien di RS, 30 hari pasca bedah elektif (semua usia)
• Kematian di RS, 30 hari pasca bedah emergency pada pasien dengan hip
fracture (usia 65+)
• Kematian pasien di RS, 30 hari setelah masuk akibat heart attack (usia+50)

Angka Kematian pada Tindakan Bedah Congenital Heart Defect berdasarkan Jenis
Prosedur & Kelompok Umur

Case Fatality Rate (CFR)


• Pembilang (X): Jumlah kematian karena penyakit tertentu di suatu
wilayah pada periode waktu tertentu.
• Penyebut (Y): Jumlah kasus penyakit yang sama pada wilayah dan
periode waktu yang sama atau simpelnya jumlah yang sakit karena
kasus tersebut.
• Konstanta (K): SDA.
• Misal CFR DBD adalah jumlah kematian karena DBD dibagi jumlah
penderita DBD x 100%
• Manfaat:
1. Untuk mengetahui tingkat keganasan suatu penyakit.
2. Untuk mengetahui efektifitas upaya-upaya penaggulangan suatu
penyakit tertentu.
• Interpretasi : CFR Suatu penyakit tinggi menunjukkan bahwa penyakit
tersebut ganas dan atau upaya penanggulangan kurang efektif.
Angka Kematian Kasar (Crude Mortality Rate)
• Pembilang (X) = Jumlah kematian penduduk pada suatu wilayah dalam
waktu satu tahun.
• Penyebut (Y) = Jumlah seluruh penduduk pada pertengahan tahun
dalam tahun yang sama.
• Konstanta (K) = SDA.
• Manfaat:
1. Petunjuk umum status kesehatan masyarakat.
2. Menggambarkan kondisi/tingkat permsalahan penyakit dalam
masyarakat.
3. Menggambarkan kondisi lingkungan fisik dan biologik.
4. Berguna untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk.
• Interpretasi : Angka CDR yang tinggi di suatu wilayah menunjukkan
bahwa keadaan status kesehatan, ekonomi, lingkungan fisik dan biologik
masyarakat di wilayah tersebut masih rendah.
Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR)
• Pembilang (X) : Jumlah kematian bayi di bawah usia 1 tahun di wilayah
tertentu selama 1 tahun.
• Penyebut (Y) : Jumlah lahir hidup di wilayah dan periode waktu yang
sama.
• Konstanta (K) : SDA
• Manfaat :
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan
masyarakat berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi.
2. Tingkat pelayanan ante-natal.
3. Status gizi ibu hamil.
4. Tingkat keberhasilan program KIA & KB.
5. Kondisi lingkungan & Sosek.
• Interpretasi : Bila IMR di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di
wilayah tersebut rendah.
Angka Kematian Ibu ( Maternal Mortality Rate = MMR)
• Pembilang (X) = Jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan,
masa nifas dalam suatu wilayah dan waktu tertentu.
• Penyebut (Y) = Jumlah lahir hidup dalam wilayah dan waktu yang sama.
• Konstanta = SDA.
• Manfaat :
1. Angka kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu
selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh :
a. Keadaan sosial ekonomi-keadaan kesehatan yang kurang baik
menjelang kehamilan.
b. Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
c. Tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan prenatal dan obstetri.
• Interpretasi : Tingginya angka kematian ibu menunjukkan : keadaan
Sosek rendah, Fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal
dan obstetri rendah.
Angka Kematian Khusus Menurut Kelompok Umur Dan Penyebab
Penyakit ( Age And Cause Specifik Death Rate / ASDR dan CSDR)
• Pembilang ( X) = Jumlah kematian karena suatu penyakit pada
penduduk golongan umur tertentu di suatu wilayah pada periode waktu
tertentu.
• Penyebut (Y) = Jumlah penduduk golongan umur yang sama di wilayah
dan periode waktu yang sama.
• Konstanta (K) = SDA
• Manfaat : Untuk mengetahui tingkat dan pola kematian menurut
golongan umur dan menurut penyebabnya.
• Interpretasi: Tingginya Angka ASDR dan CSDR menggambarkan bahwa
pola kematian suatu penyakit menurut golongan umur meningkat.
Pengukuran Analitik Kejadian Penyakit
• Digunakan untuk mengukur faktor risiko, dengan cara
membandingkannya dengan faktor risiko yang lain atau kontrol
1. Di sebuah desa selama setaun ini terjadi 32 kasus digigit monyet liar.
Terdapat 5 orang yang demam, namun 1 orang dari 5 orang tersebut
kemudian mengalami kejang-kejang dan setelah dirawat 3 hari di RSUD
lalu meninggal.
Berapa case fatality rate kasus ini?
a. 1/32
b. 1/5
c. 1/27
d. 5/32
e. 5/27
2. Penyakit menular menjangkiti keluarga yang isinya 10 orang pada satu
rumah, 4 dewasa dan 6 anak. 1 anak terkena penyakit, 3 anak lain ikut
terkena. Attack rate berapa?
a. 4/10
b. 3/10
c. 4/6
d. 3/6
e. 3/6

PEMBAHASAN
1. CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
= ------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
1
= ----
32

2. Attack Rate (AR):


Jumlah penyakit baru
= --------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
4
= ---
10
Referensi: Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan

UKP
Jenis
UKM
Puskesmas

Persyaratan Puskesmas Manajemen

Alhamdulillah sudah masuk ke blok Komunitas nih Medallioners ! kali ini


materinya tidak jauh beda dengan materi perKlinikan di blok sebelumnya, karena
sama sama membahas FKTP, yaitu Puskesmas.
Selamat membaca yaa semoga ndak galau~
LATAR BELAKANG

Pada pelayanan kesehatan, 80% dari jumlah total masyarakat membutuhkan


pelayanan kesehatan primer, sedangkan sekunder dan tersier hanya akan
mencakup sekitar 20%, itu sebabnya penguatan layanan kesehatan primer adalah
penting dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional.
MENGAPA PELAYANAN KESEHATAN PRIMER?
1. Pelayanan Kesehatan Primer merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan, yang terdiri dari UKM dan UKP
2. Titik Berat Pelayanan Kesehatan Primer adalah Promosi dan Prevensi
yang mendorong meningkatnya peran serta dan kemandirian masyarat
dalam mengatasi berbagai faktor risiko kesehatan
3. Keberhasilan Pelayanan Kesehatan Primer akan mendukung
pelaksanaanJaminan Kesehatan Nasional, dimana akan mengurangi
jumlah pasien yang di rujuk.
4. Mengurangi biaya pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
5. Pelaksanana pelayanan kesehatan primer di daerah yang baik akan
mendukung Pembangunan kesehatan Nasional

Pelaksanaan Pelayanan kesehatan primer akan berbeda antar wilayah karena :


1. Kondisi geografis dan demografis
2. Kemampuan fiskal daerah dan individu
3. Status kesehatan masyarakat
4. Perhatian pemda pada pembangunan kesehatan di wilayahnya

Nah diatas kan sudah disebutkan mengapa primer, nah peran nya pelayanan
kesehatan primer apa aja sih ? ini nih….
JENIS FASKES TINGKAT PERTAMA
- Puskesmas
- Praktik dokter
- Praktik dokter gigi
- Klinik pratama
- RS Tipe D Pratama

Faskes tingkat pertama seperti yang disebutkan diatas. Namun karena masalah
distribusi faskes dan tenaga kesehatan yang tidak merata, maka untuk
meningkatkan akses pelayanan, bagi Bidan dan Perawat dimungkinkan jadi
jejaring pelayanan kesehatan TINGKAT PERTAMA namun TIDAK menjadi
PPK I. Pelayanan yang diberikan mengacu pada kompetensi dan kewenangan
sesuai ketentuan.

STRATEGI PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


1. Peningkatan Akses
2. Peningkatan Mutu
3. Regionalisasi Rujukan

MENGAPA PERMENKES NO. 75 TAHUN 2014 TENTANG


PUSKESMAS MENJADI SANGAT PENTING?
Pasal 17

(1) Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk


menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.

(2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), wajib berpedoman pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

(3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka


penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah tidak mempedomani norma, standar,
prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5) Pemerintah Pusat belum
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587)
POKOK YANG DIATUR DALAM PERMENKES NO.75 TAHUN 2014
TENTANG PUSKESMAS

PUSKESMAS

DEFINISI PUSKESMAS
Fasyankes yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
TUJUAN PUSKESMAS
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu;
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat;
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas mendukung


terwujudnya Kecamatan sehat.

PRINSIP PENYELENGGARAAN
1. Paradigma sehat
2. Pertanggungjawaban wilayah
3. Kemandirian masyarakat
4. Pemerataan
5. Teknologi tepat guna
6. Keterpaduan dan kesinambungan
TUGAS PUSKESMAS
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.

FUNGSI PUSKESMAS
1. Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di
wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di
wilayah kerjanya

Selain menyediakan fungsi tersebut, Puskesmas bisa berfungsi sebagai wahana


pendidikan tenaga kesehatan. Ingat, tenaga kesehatan merupakan petugas
kesehatan selain dokter dan dokter gigi yesss.

KEWENANGAN PUSKESMAS TERKAIT FUNGSI


PENYELENGGARAAN UKM TINGKAT PERTAMA
 Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
 Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
 Melaksanakan KIE dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
 Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait
 Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan UKBM
 Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
 Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
 Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayanan kesehatan
 Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
KEWENANGAN PUSKESMAS TERKAIT FUNGSI
PENYELENGGARAAN UKP TINGKAT PERTAMA
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerjasama inter dan antar profesi
 Melaksanakan rekam medis
 Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
yankes
 Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
 Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fktp di wilayah kerjanya
 Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.

PERSYARATAN PENDIRIAN PUSKESMAS


• Lokasi
• Bangunan
• Prasarana
• Peralatan
• Ketenagaan
• Kefarmasian
• Laboratorium
RUANG PELAYANAN DAN ALKES DI PUSKESMAS NON RAWAT
INAP
RUANG PELAYANAN DAN ALKES DI PUSKESMAS RAWAT INAP
KATEGORI PUSKESMAS
Menurut Karakteristik Wilayah Kerja:
1. Kawasan perkotaan
2. Kawasan pedesaan
3. Kawasan Tertinggal/Sangat tertinggal (T/ST)

Menurut Kemampuan Penyelenggaraan


1. Puskesmas Rawat Inap
2. Puskesmas Rawat Non Inap (Rawat Jalan)
KATEGORI PUSKESMAS BERDASARKAN WILAYAH KERJA
Puskesmas perkotaan Puskesmas pedesaan Puskesmas T/ST
Puskesmas yang wilayah Puskesmas yang wilayah Puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kerjanya meliputi kerjanya meliputi
kawasan yang kawasan yang kawasan dengan
memenuhi paling sedikit memenuhi paling sedikit karakteristik berikut:
3 dari 4 kriteria kawasan 3 dari 4 kriteria berikut:
perkotaan berikut: • Berada di wilayah
• Aktivitas penduduk • Aktivitas penduduk yang sulit dijangkau
>50% non agraris >50 % agraris. atau rawan bencana,
(terutama industri, • Memiliki fasilitas a.l: pulau kecil, gugus
perdagangan dan jasa) sekolah radius > 2,5 pulau atau pesisir
• Memiliki fasilitas km, pasar dan • Akses transportasi
perkotaan antara lain perkotaan (radius > 2 umum rutin 1 kali
sekolah radius 2,5 km, km), RS (radius > 5 dalam 1
pasar radius 2 km, RS km), tidakmemiliki minggu,waktu tempuh
radius < 5 km, fasilitas bioskop/hotel PP dari ibukota Kab.
bioskop atau hotel. . memerlukan ≥ 6 jam,
• Rumah tangga dengan • Rumah tangga dengan trasportasi yang ada
listrik ≥ 90 % listrik < 90 % sewaktu-waktu
• Terdapat akses jalan • Terdapat akses jalan terhalang iklim/cuaca.
raya dan transportasi dan transportasi • Kesulitan pemenuhan
menuju fasilitas menuju fasilitas bahan pokok dan
tersebut. tersebut. kondisi keamanan

TUJUAN PEMBAGIAN PUSKESMAS ATAS KATEGORI


KARAKTERISTIK WILAYAH KERJA
- Pendekatan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai karakteristik pola
kehidupan masyarakat setempat.
- Pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
- Pelayanan yang diberikan mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan
yang biasanya dihadapi pada kawasan tersebut.
- Kebijakan dan dukungan pemerintah fokus berdasarkan priority setting.
IZIN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS
• Diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
• Berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi persyaratan.

ALUR IZIN PENYELENGGARAN PUSKESMAS

REGISTRASI PUSKESMAS
• Setiap Puskesmas yang telah memiliki izin wajib melakukan registrasi.
• Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Menteri setelah memperoleh
rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi.
• Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu
paling lambat 6 (enam) bulan setelah izin Puskesmas ditetapkan.
ALUR REGISTRASI

ORGANISASI PUSKESMAS
• Puskesmas merupakan UPT Dinkes Kab/Kota
• Organisasi Puskesmas disusun oleh Dinkes Kab/Kota, berdasarkan kategori,
upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas.
• Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
1. Kepala Puskesmas
2. Kasubag TU
3. Penanggungjawab UKM dan Perkesmas
4. Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan laboratorium
5. Penanggungjawab jaringan pelayanan dan jejaring fasyankes

KRITERIA KEPALA PUSKESMAS


Kepala Puskesmas merupakan seorang tenaga kesehatan dengan kriteria:
a. Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan punya kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat
b. Masa kerja di Puskesmas minimal 2 tahun;
c. Telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas
Dalam hal di Puskesmas kawasan T dan ST tidak tersedia seorang nakes
dengan tingkat pendidikan paling rendah sarjana, maka Kepala Puskesmas
merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah Diploma
Tiga.

UPAYA PUSKESMAS
- UKM Tingkat Pertama
• UKM Essensial
• UKM Pengembangan
- UKP Tingkat Pertama

Untuk melaksanakan UKM dan UKP tingkat pertama, Puskesmas harus


menyelenggarakan:
1. Manajemen (sumber daya, operasional, dan mutu)
2. Pelayanan kefarmasian
3. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
4. Pelayanan laboratorium.

UKM TINGKAT PERTAMA DI PUSKESMAS


A. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensialmeliputi:
• Pelayanan Promosi Kesehatan;
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan;
• Pelayanan KIA-KB;
• Pelayanan Gizi; dan
• Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
 Upaya Kesehatan Masyarakat esensial harus diselenggarakan
oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian SPM
kabupaten/kota bidang kesehatan.

B. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan
upaya yang sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas
Dilaksanakan dalam bentuk:
 rawat jalan;
 pelayanan gawat darurat;
 pelayanan satu hari (one day care);
 home care; dan atau
 rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan
UKP TINGKAT PERTAMA DI PUSKESMAS
UKP ini dilaksanakan dalam bentuk:
 rawat jalan;
 pelayanan gawat darurat;
 pelayanan satu hari (one day care);
 home care; dan atau
 rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

PUSKESMAS RAWAT INAP


• Terletak strategis terhadap Puskesmas non rawat inap dan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama disekitarnya
• Menangani kasus-kasus yang lama rawatnya paling lama 5 hari.
• Kawasan perkotaan jumlah tempat tidur paling banyak 5 (lima) tempat
tidur.
• Kawasan perdesaan, terpencil, dan sangat terpencil jumlah tempat tidur
paling banyak 10 (sepuluh) tempat tidur.

Dalam kondisi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah


penduduk dan aksesibilitas, jumlah tempat tidur di Puskesmas di kawasan
perdesaan, terpencil dan sangat terpencil dapat ditambah, dengan tetap
mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang ada.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PENGADAAN


PUSKESMAS RAWAT INAP
a) Lokasi/distribusi Puskesmas yang akan dikembangkan menjadi Puskesmas
rawat inap mempertimbangkan area cakupannya dengan memperhatikan:
• Penyebaran penduduk
• Akses penduduk terhadap Puskesmas
• Sumber daya Puskesmas yang ada
b) Jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di sekitarnya dan
fasilitas kesehatan rujukan.
• Menyusun kebijakan di tingkat kabupaten/kota:
• Sistem rujukan di daerah (regionalisasi pelayanan kesehatan)
• Regulasi penempatan tenaga
• Perlindungan hukum

PASAL 39 PERMENKES NO 75/ 2014 TENTANG PUSKESMAS


1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi
secara berkala paling sedikit 3 tahun sekali.
2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan Menteri.

DASAR AKREDITASI PUSKESMAS


Permenkes 71/2013
Pasal 6 (2)
Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama juga harus telah terakreditasi
.
Pasal 41
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan dikecualikan dari kewajiban terakreditasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2); dan
b. seluruh rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
dikecualikan dari persyaratan sertifikat akreditasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b angka 6.
(2) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri
ini mulai berlaku.
(3) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.
DESKRIPSI LAMBANG PUSKESMAS

Bentuk Hexagonal (segi enam), melambangkan: (1).


keterpaduan & kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip
Puskesmas; (2). pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di
akses masyarakat; (3). pergerakan & pertanggung jawaban
Puskesmas di wilayah kerjanya.

Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur


upaya kesehatan, UKM dan UKP.

Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas


sebagai tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan
upaya dalam proses penyelenggaraan kesehatan

Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status


derajat kesehatan masyarakat (genetik, lingkungan, perilaku).
Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.

Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan


yang diselenggarakan Puskesmas.
Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.
AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS
1. Azas Pertanggungjawaban wilayah
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
3. Azas Keterpaduan :
- Lintas program
- Lintas sektoral
4. Azas Rujukan :
- Rujukan medis
- Rujukan kesehatan masyarakat

AZAS PERTANGGUNGJAWABAN WILAYAH


1. Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesejahteraan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
2. Dilakukan kegiatan dalam dan luar gedung
3. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, bidan di desa, puskesmas
keliling

AZAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


1. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat
agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas
2. Potensi masyarakat perlu dihimpun ----UKBM

AZAS KETERPADUAN
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
- Keterpaduan lintas program - Lokakarya minibulanan
- Keterpaduan lintas sectoral - Lokakarya mini tribulanan

AZAS RUJUKAN
- Rujukan medis/upaya kesehatan perseorangan
Rujukan kasus, bahan pemeriksaan, ilmu pengetahuan
- Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Rujukan sarana dan logistik, rujukan tenaga, rujukan operasional
MANAJEMEN PUSKESMAS
• Pedoman manajemen Puskesmas diatur dalam Permenkes nomor 44 tahun
2016
• Agar puskesmas mampu menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal
• Agar puskesmas mampu melaksanakan upaya kesehatan UKM dan UKP
tingkat pertama secara terpadu dan berkesinambungan yang efektif dan
efisien.
• Menyusun rencana kegiatan 5 tahunan, dirinci ke dalam rencana tahunan
• Rencana mengacu kepada kebijakan pembangunan kesehatan
kabupaten/kota, disusun berdasarkan hasil analisis situasi (evidence based)
• Melakukan penggerakan dan pelaksanaan kegiatan
• Melakukan pengawasan dan pengendalian diikuti upaya perbaikan dan
peningkatan (corrective action)
UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS
A. Upaya Kesehatan Wajib (program basic six): program minimal yang wajib
dilaksanakan tiap puskesmas
1. Upaya Promosi Kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan.
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan, Pemberantasan penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan.

B. Upaya Kesehatan Pengembangan


Sesuai dengan situasi, kondisi, masalah dan kemampuan puskesmas/dinkes
setempat.
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya pembinaan pengobatan Tradisional.

OPTIMALISASI PERMENKES NO. 75 TAHUN 2014 TENTANG


PUSKESMAS
PERATURAN PENDUKUNG
 UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2014
tentang Perubahan Atas UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
 Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Kedokteran.
 Permenkes No. 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif Yankes Dalam
Penyelenggaraan Program JKN
 Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
 Permenkes No. 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Puskesmas.

BEBERAPA MASALAH TERKAIT PUSKESMAS


1. Antri Lama

2. Ketidak percayaan
3. Petugas datang terlambat
Menkes: Tenaga Medis di Indonesia Tak Merata
Rasio dokter dengan pasien di Indonesia, satu berbanding 2.538
penduduk. (website : sinarharapan.co)
Menurut Nafsiah, dari data Kementerian Kesehatan sampai 20 Maret 2014,
terdapat 95.976 dokter yang teregistrasi dan bekerja pada sektor kesehatan di
Indonesia, baik pemerintah maupun swasta.

"Dengan demikian rasio jumlah dokter terhadap penduduk di Indonesia yang sampai saat ini
berjumlah 243,6 juta adalah satu dokter untuk 2.538 penduduk. Rasio ini lebih tinggi dari
dari rasio dokter ideal menurut WHO, yaitu satu dokter untuk 2.500 penduduk,"ujarnya.

Dari jumlah tersebut, 17.507 dokter bekerja di Puskesmas, sehingga diperkirakan


setiap Puskesmas rata-rata memiliki sekitar 1,8 dokter. Namun data Kemenkes
menunjukkan, 938 Puskesmas atau 9,896 dari 9.599 (kok bisa ya 9.896 dari 9.599,
hmm) Puskesmas masih kekurangan atau bahkan tidak memiliki dokter yang
diakibatkan oleh distribusi tenaga tenaga dokter yang belum merata.

Nahh sebanyak ini teori mulu nih, kapan realisasinya kak ? kapan kamu realisasikan
hubungan kita ? kapan kapan aja ya daripada realisasinya kayak film Logan dibawah ini
Kita akan kasih kamu kamu penyegaran dengan gambar nih.

Puskesmas alakadarnya

Gak layak banget ya puskesmasnya, antrian bejubel tapi kipas anginnya cuma 1~
PUSKESMAS MODERN

Puskesmas Pembantu

Puskesmas Keliling
Pengobatan

Posyandu

Posbindu
LATIHAN SOAL

1. Berikut ini merupakan basic six dari Puskesmas, kecuali …


a. Upaya Promosi Kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan.
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB.
d. Upaya Pengobatan
e. Upaya Perbaikan Gizi Mahasiswa

2. Kadinkes Kabupaten/Kota mengajukan surat permohonan registrasi


Puskesmas dengan melampirkan dokumen …
a. FC izin mendirikan bangunan
b. Laporan kegiatan 1 tahun terakhir
c. SK Camat terkait dengan Puskesmas
d. Studi Kelayakan
e. Profil Puskesmas

3. Apa yang termasuk paradigm sehat?


a. Masyarakat datang ke Puskesmas untuk mengisi waktu luang
b. Puskesmas dibangun untuk mengupayakan kesehatan warga sekitar
c. Puskesmas mempunyai saingan bebuyutan dengan Klinik Pratama
d. Masyarakat datang ke Puskesmas untuk meringankan penyakit yang
dideritanya
e. Puskesmas mempunyai program mengupayakan promotive dan preventif

4. Berapa lama masa berlaku izin operasional Puskesmas?


a. 10 tahun
b. Selamanya
c. 1 tahun
d. Izin hilang ketika berganti kepala Puskesmas
e. 5 tahun

5. Berikut ini prinsip penyelenggaraan Puskesmas, kecuali …


a. Kemandirian masyarakat
b. Pemerataan
c. Teknologi tepat guna
d. Keterpaduan dan kesinambungan
e. Kesejahteraan masyarakat
Jawaban e semua lho
MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH
DAN MENETAPKAN JALAN KELUAR
Dr. dr. Kusbaryanto, M. Kes

MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH

Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di


masyarakat merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan
masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan

108
sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas
merupakan perangkat manajemen yang penting.
Proses manajemen dan perencanaan ialah langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menyusun suatu rencana. Untuk bidang kesehatan langkah-
langkah yang sering dipergunakan yaitu mengikuti prinsip lingkaran
pemecahan masalah (problem solving cycle).
Sebagai langkah pertama menetapkan prioritas masalah (problem
priority), kita harus menemukan masalah yakni kesenjangan antara apa yang
ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya dilakukan (what should be).
Intinya masalah itu kenyataan tidak sejalan dengan harapan :”

MENGAPA URGENSI PENETAPAN PRIORITAS SANGAT


PENTING?
1. Terbatasnya sumber daya yang tersedia, sehingga tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah dalam satu waktu dengan cepat.
2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya,
sehingga tidak perlu semua masalah diselesaikan.

CARA MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH


Ada berbagai karakter pemikiran seseorang dalam menetapkan prioritas masalah,
diantaranya:
1. Sebagian mengutamakan intuisi (berdasarkan pandangan sekilas)
*innnntuuisiiiiikuuuu*. Tapi intuisi ini sangat subjektif.
2. Sebagian mengandalkan ilham atau petunjuk atasan (berkonsultasi)
Kedua hal diatas mungkin tepat, tetapi tidak dianjurkan, yang dianjurkan ialah
memakai teknik kajian data.

KEGIATAN UNTUK MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH


1. MELAKUKAN PENGUMPULAN DATA.
Data adalah hasil dari suatu pengukuran atau pengamatan. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

a. Jenis data
Pada teori Blum terdapat 4 jenis data :

109
- Perilaku (behaviour)
Perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain
yang melekat pada dirinya.

- Lingkungan (environment)
Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik, bio, dan sosial.

- Pelayanan kesehatan (health services)


Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat
untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

- Keturunan (heredity)
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

b. Pengumpulan data lengkap


- Keadaan geografis :
Yang terpenting dari keadaan geografis yaitu tentang luas dan batas-
batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan flora
dan fauna. Peranan data geografis amat besar dalam memberikan
arahan tentang ada tidaknya suatu masalah kesehatan, misalnya: jika
wilayah tersebut banyak ditemukan rawa, penyakit malaria akan
banyak ditemukan.
Data geografis juga bermanfaat untuk menetapkan prioritas jalan
keluar, misal: jika tidak ada sarana transportasi, perlu dipertimbangkan
pelayanan kesehatan yang bersifat mobil.

110
- Pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan antara lain: bentuk pemerintahan,
peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran pendapatan
dan belanja kesehatan serta mekanisme dan proses pengambilan
keputusan, semua penting terutama untuk menentukan prioritas jalan
keluar

- Kependudukan
Yang diperlukan diantaranya jumlah, penyebaran, angka pertambahan
serta angka kelahiran penduduk.

- Pendidikan
Pendidikan serta fasilitas pendidikan yang tersedia.
 Pekerjaan dan mata pencaharian
 Keadaan sosial budaya
 Kesehatan
 Angka kematian, usia harapan hidup, angka kesakitan

c. Sumber data
Ada 3 jenis data:
 Sumber data primer: hasil pemeriksaan atau wawancara langsung
dengan masyarakat.
 Sumber data sekunder: laporan bulanan Puskesmas dan kantor
kecamatan. Biasanya yang paling tinggi adalah ISPA dan hipertensi.
Data sekunder merupakan data yang paling akurat ya.
 Sumber data tersier: hasil publikasi badan-badan resmi seperti kantor
dinas statistik, dinas kesehatan.
Contoh: jika kita ingin mengumpulkan data tentang 10 besar penyakit di
Puskesmas terkait tingkat kematian (mortalitas) dan tingkat kesakitan
(morbiditas). Cara pengumpulan datanya kalai primer misalnya
menggunakan kuesioner yang diberikan langsung ke masyarakat. Kalau
yang sekunder misalnya mengambil laporan dari Puskesmas, berupa
laporan bulanan, mingguan, atau dalam 24 jam tapi biasanya adanya
hanya laporan tahunan. Kalau penyakit campak (morbili) biasanya akan
dilaporkam dalam 24 jam.

111
d. Jumlah responden
Jika mungkin mencakup seluruh penduduk, jika tidak mungkin gunakan
sampel. Sampel yang dipilih pun harus ditentukan jumlahnya supaya bisa
representatif.

e. Cara mengambil sampel


 Simple random sampling
Peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang
sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel. Dengan teknik semacam itu maka terpilihnya
individu menjadi anggota sampel benar-benar atas dasar faktor
kesempatan (chance), dalam arti setiap orang memiliki kesempatan
yang sama, bukan karena adanya pertimbangan subjektif dari peneliti.
Contoh : Arisan
Kelebihan: dari pengambilan acak sederhana ini adalah mengatasi bias
yang muncul dalam pemilihan anggota sampel, dan kemampuan
menghitung standard error.
Kekurangannya: tidak adanya jaminan bahwa setiap sampel yang
diambil secara acak akan merepresentasikan populasi secara tepat.

 Sistematic random sampling


Merupakan sistem pengambilan sampel yang dilakukan dengan
menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Contoh : anak
amphi berhitung 1- 10, yang habis dibagi 3 nyanyi dan joget di depan.
Kelebihan: dari pengambilan acak secara sistematis ini adalah lebih
praktis dan hemat dibanding dengan pengambilan acak sederhana.
Kekurangannya: adalah tidak bisa digunakan pada penelitian yang

heterogen karena tidak mampunya menangkap keragaman populasi


heterogen.

 Stratified random sampling


Merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi menurut lapisan-
lapisan tertentu (strata) dan masing-masing lapisan memiliki jumlah
sampel yang sama. Misal kelompok IPK 3,0-3,5; 3,5-4,0; 4,0-4,5; >5,0
lalu tiap kelompok diambil 5 responden.
Kelebihan: dari pengambilan acak berdasar lapisan ini adalah lebih
tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat
terwakili oleh sampel.

112
Kekurangannya: adalah harus memiliki informasi dan data yang cukup
tentang variasi populasi penelitian. Selain itu, kadang-kadang ada
perbedaan jumlah yang besar antar masing-masing strata.

 Cluster random sampling


Merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi berdasarkan
areanya. Setiap area memiliki jatah terambil yang sama.
Kelebihan: dari pengambilan acak berdasar area ini adalah lebih tepat
menduga populasi karena variasi dalam populasi dapat terwakili dalam
sampel.
Kekurangannya: adalah memerlukan waktu yang lama karena harus
membaginya dalam area-area tertentu.

 Accidental sampling
Pengambilan dan pemilihin sampel berdasarkan “kebetulan”. Misal
kita meneliti tentang ulkus diabetik, maka kita langsung mengambil
pasien-pasien yang datang ke kita yang juga menderita ulkus diabetik.

 Purposive sampling
Pengambilan dan pemilihin sampel berdasarkan tujuan. Misal bila kita
meneliti tentang infeksi nosocomial maka kita memilih kelompok
yang angka kejadian nosokomialnya tinggi.

 Total sampling
Pengambilan seluruh populasi sebagai sampel. Ini yang paling bagos.
Kalo masih belum jelas lihat amygdala blok metopen yaa

f. Cara pengumpulan data


Pengambilan sampel dapat dengan cara wawancara, pemeriksaan,
pengamatan (observasi) serta peran serta (partisipasi).

2. MELAKUKAN PENGOLAHAN DATA


Menyusun data sedemikian rupa sehinga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Ada
3 cara: manual, mekanikal dan elektrikal

3. MELAKUKAN PENYAJIAN DATA


Ada 3 macam cara: tekstular, tabular dan grafikal

113
4. MEMILIH PRIORITAS MASALAH
Hasil penyajian data akan menampilkan berbagai masalah, tidak mesti
diselesaikan semua karena:
a. antar masalah mungkin ada keterkaitan---yang perlu diselesaikan adalah
masalah pokok
b. karena kemampuan yang dimiliki oleh organisasi semua bersifat terbatas
---kondisi ini perlu memilih prioritas masalah.

TEKNIK KRITERIA MATRIK (CRITERIA MATRIX TECNIQUE)


Salah satu cara memilih prioritas masalah dengan memakai kriteria yang
dituangkan dalam bentuk matriks. Kriteria yang digunakan banyak macamnya:

Ada 3 kriteria matriks


1. Pentingnya masalah(Importancy)--I
makin penting makin diprioritaskan. Ukuran pentingnya masalah adalah:
a) besarnya masalah (prevalence)—P
b) akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)—S
c) kenaikan besarnya masalah (rate of increase)—RI
d) derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet
need)—DU
e) keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)—SB
f) rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)—PB
g) suasana politik (political climate)—PC

2. Kelayakan teknologi technology –T


Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility) makin diprioritaskan masalah tersebut, kelayakan
teknologi ini menunjuk pada penguasaan teknologi yang sesuai

3. Sumber daya yang tersedia resource—R


Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resources
availability) makin diprioritaskan masalah tersebut, sumber daya yang dimaksud
ialah tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). beri nilai dengan skala 1
sampai 5, dengan
1 = tidak penting, sampai
5 = sangat penting

114
Contoh Kasus:
Kamu nih tetiba diangkat jadi kepala Puskesmas kecamatan Sukahitut. Kamu
dengan sangat percaya diri ingin sekali meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di kecamatan Sukahitut. Nah, kamu lalu menganalisis data untuk
memprioritaskan masalah yang ingin kamu tuntaskan di kecamatan tersebut
dengan data sebagai berikut:

Penyakit Banyak kejadian


Hipertensi 300
ISPA 350
DBD 50
Gizi buruk 13

Teknik kriteria matriks pemilihan prioritas masalah


Daftar I T R IxTxR
masalah P! S! RI !DU! SB!
PB ! PC

115
Berikut ini adalah contoh pemakaian tabelnya ya..

Lalu seluruhnya dijumlahkan di tabel paling ujung kanan, dan masalah dengan
total terbesar kita jadikan prioritas masalah.
Nah, kita dah dapet nih prioritas masalahnya, terus ngapain?

116
MENETAPKAN PRIORITAS JALAN KELUAR
(SOLUTION PRIORITY)

Kegiatan pokok yang harus dilakukan:

1. MENYUSUN ALTERNATIF JALAN KELUAR


Penting karena terkait dengan upaya memperluas wawasan, yang apabila
berhasil diwujudkan akan besar peranannya dalam membantu kelancaran
pelaksanaan jalan keluar. Dalam menyusun solusi alternative kita perlu
berfikir kreatif (creative thinking). Teknik berfikir kreatif banyak
macamnya, diantaranya ialah teknik analogi disebut juga synectic technique.
Berikut ini Langkah-langkah selain berfikir kreatif
A. MENENTUKAN BERBAGAI PENYEBAB MASALAH
 Lakukan curah pendapat (brain storming) dengan membahas data
yang telah dikumpulkan
 Gunakan alat bantu diagram hubungan sebab akibat (cause-effect
diagram) atau populer dengan sebutan diagram tulang ikan (fish
bone diagram), dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman
yang ada, serta dibantu oleh data yang tersedia dapat disusun berbagai
penyebab masalah secara teoritis

B. MEMERIKSA KEBENARAN PENYEBAB MASALAH


 Karena daftar penyebab masalah yang telah disusun baru bersifat
teoritis, perlu dilakukan pemeriksaan tentang kebenaran penyebab
masalah(confirmation)
 Bisa dilakukan uji statistik untuk mengidentifikasi penyebab masalah
yang sebenarnya, sisihkan daftar penyebab masalah yang hasil uji
statistiknya tidak bermakna

C. MENGUBAH PENYEBAB MASALAH KE DALAM BENTUK KEGIATAN


 Bila daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya telah berhasil
disusun, lanjutkan dengan mengubah daftar penyebab masalah
tersebut ke dalam bentuk kegiatan

117
 Usahakan untuk satu penyebab masalah tersusun satu kegiatan
penyelesaian masalah—hasilnya adalah tersusunnya alternatif cara
penyelesaian masalah

Alternatif jalan keluar


Masalah Penyebab Alternatif

Tingginya angka 1. Persalinan ditolong dukun 1. Kursus dukun bayi


kematian bayi bayi belum terlatih 2. Meningkatkan
karena tetanus 2. Cakupan imunisasi ibu hamil cakupan ibu hamil
terbatas 3. Penyuluhan
3. Pengetahuan ibu tentang kesehatan
tetanus rendah

2. MEMILIH PRIORITAS JALAN KELUAR


 Apakah semua alternatif jalan keluar yang telah disusun tersebut perlu
dilaksanakan? Jika kemampuan dimiliki, kenapa tidak?
 Karena kemampuan terbatas, pilih salah satu dari alternatif jalan keluar
yang paling menjanjikan---memilih prioritas jalan keluar
 Cara yang dianjurkan ialah memakai teknik kriteria matriks
Ada 2 kriteria teknik kriteria matriks
1. Efektifitas jalan keluar
 Tetapkan nilai efektifitas:
Angka 1 = paling tidak efektif
Angka 5 = paling efektif
 Kriteria tambahan:
- Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude)—M—makin
besar masalah dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluat
tersebut
- Pentingnya jalan keluar (Importancy)—I—dikaitkan dengan
kelanggengan selesainya masalah, makin langgeng selesainya
masalah, makin penting jalan keluar tersebut *masalah selesai aja bisa
langgeng, masa hubunganmu sama doi engga*
- Sensitivitas jalan keluar (Vunerability)—V—yang dimaksud
sensitifitas ialah dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi

118
masalah, makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar
tersebut
2. Efisiensi jalan keluar
 Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar
 Angka 1 paling tidak efisien, angka 5 paling efisien
 Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya/cost yang diperlukan utk
melaksanakan jalan keluar, makin besar biaya makin tdk efisien
 Hitung P utk tiap alternatif jalan keluar

Contoh penggunaan rumus di atas:


No Daftar Efektifitas Efisiensi Jumlah
Alternatif jalan M ! I ! V MxIxV
keluar C

1 A 432 3 8
2 B 324 4 6
3 C 545 2 50

3. MELAKUKAN UJI LAPANGAN


Sering ditemukan di atas kertas baik ternyata sulit dilaksanakan 

4. MEMPERBAIKI PRIORITAS JALAN KELUAR

5. MENYUSUN URAIAN RENCANA PRIORITAS JALAN


KELUAR

Alhamdulillah. Semoga bermanfaat 

119
MARI MENDEKATI YUDIS IUM

1. Mengapa kita harus melakukan penetapan prioritas masalah?


a. Keterbatasan diri
b. Keterbatasan manusia
c. Keterbatasan alam
d. Keterbatasan sumber daya
2. Cara terbaik menetapkan prioritas masalah?
a. Naluri
b. Intuisi
c. Ilham
d. Teknik kajian data
3. Berikut adalah komponen teknik kriteria matriks dalam prioritas masalah,
kecuali…
a. Technology
b. Resources
c. Importancy
d. Relationship

120
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Oke guys, kali ini kita akan belajar tentang Posyandu. Posyandu itu salah satu
UKBM dari Puskesmas guys, jadi tiap kecamatan itu harus ada Posyandu. Kenapa
sih harus ada posyandu? Yuk, kita baca materi ini dengan serius! Baca do’a dulu
ya guys..

Sasaran Pembelajaran
Posyandu
1. Jenis
2. Klasifikasi
3. Tujuan
4. Sasaran
5. Pelayanan
6. Revitalisasi
APA ITU POSYANDU???
Definisi Posyandu
Sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program
lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti
halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).

Menurut DEPKES, definisi Posyandu itu seperti yang disebutkan di atas.


Ada tiga poin pokok, yaitu: UKBM, masyarakat, serta ibu, bayi, dan balita. Awalnya
posyandu itu hanya untuk ibu, bayi, dan anak balita, nah kalo ada posyandu remaja
atau lansia itu merupakan pengembangan dari posyandu. Nah Posyandu itu adalah
salah satu bentuk dari UKBM, karena namanya bersumber daya masyarakat berarti
asalnya dari masyarakat, sedangkan dokter, puskesmas, camat, dll itu hanya sebagai
penggerak, fasilitator, supporter atau sponsor aja, tapi intinya kekuatannya ada di
masyarakat. Jadi kalo masyarakatnya tidak mau bergerak, mau dikasih dana
berapapun juga ya tidak akan efektif (Dilaksanakan oleh, dari, dan bersama
masyarakat). Tidak ada posyandu yang petugasnya tenaga kesehatan semua, pasti
ada dari masyarakatnya juga.
Tujuan dari posyandu kan untuk memberdayakan, maksudnya adalah
membuat masyarakat sadar, mau, dan mampu (keterampilan, keuangan, sarana
& prasarana) tapi yang lebih diperhatikan yaitu di keterampilannya. Kalau untuk
keuangan biasanya dari iuran masyarakat aja udah tercukupi. Kader akan diberikan
pelatihan-pelatihan dasar terlebih dahulu untuk posyandu baru, kalau posyandu
yang sudah lama terbentuk, biasanya akan ada revitalisasi. Supaya keterampilan
kader-kadernya semakin bertambah. Isi dari pelatihannya adalah: simulasi dari
pelayanan sebelum hari H, hari H, dan setelah hari H. contohnya diajarin tentang
proses berjalannya posyandu, apa aja yang harus dilakukan di setiap meja, dan lain
sebagainya.

UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)


UKBM ini merupakan wujud nyata Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam
pembangunan kesehatan. Dari kalimat tersebutlah maka kesehatan bukan semata-
mata tanggung jawab pemerintah atau lembaga kesehatan lainnya tetapi juga
merupakan tanggung jawab masyarakat bahkan tanggung jawab setiap orang, maka
dari itu pembentukan UKBM ini diharapkan agar masyarakat mampu mengatasi
sendiri masalah kesehatan mereka secara mandiri dan juga didapatkan kesehatan
yang lebih berkembang kearah bentuk yang ideal, yakni: bentuk yang lestari dan
mandiri, ditopang oleh kemampuan pengorganisasian, serta pendanaan oleh
masyarakat.
Jenis-jenis UKBM
• Posyandu
• Polindes : Merupakan salah satu PSM (Peran Serta Masyarakat) dalam
menyediakan tempat bersalin, pelayanan KIA & KB di desa, dikelola oleh
pamong setempat, hanya dapat dirintis di desa yang telah mempunyai
bidan yang tinggal di desa tersebut.
• Pos Obat Desa (POD) : wahana dufan edukasi dalam rangka alih
pengetahuan dan keterampilan tentang obat dan pengobatan sederhana
dari petugas kepada kader dan dari kader kepada masyarakat guna
memberikan kemudahan dalam memperoleh obat yang bermutu dan
terjangkau
• Pos Gizi : Untuk mempertahankan status gizi yang baik, melalui PMT
khusus kepada keluarga miskin rawan gizi.
• Pos Penyuluhan KB : untuk menjamin kelancaran program, berupa
peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa.
Biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB dari tingkat
kecamatan.
• Saka Bakti husada : wadah pengembang minat, pengetahuan dan
keterampilan di bidang kesehatan bagi generasi muda. Khususnya anggota
Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat sekitar.
• Pos Kesehatan Pesantren : sama seperti Pos Obat Desa, namun pos ini
khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat di sekitar pesantren.

Tingkat Perkembangan UKBM


1. Pratama : yaitu strata bagi UKBM yang baru dibentuk/ kurang aktif
2. Madya : yaitu UKBM yang telah berjalan teratur tapi masih rendah tingkat
cakupannya.
3. Purnama : yaitu UKBM sudah berjalan teratur serta dengan tingkat
cakupan yang tinggi.
4. Mandiri : yaitu telah berjalan teratur, cakupannya tinggi, dan lebih dari 50
% masyarakatnya telah menjadi anggota Dana Sehat atau JPKM (paling
bagus).

PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)
Pemberdayaan secara umum merupakan suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan masyarakat dalam rangka
mengenal, mengatasi, memelihara, melindungi, serta meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan diharapkan
masayarakat mampu mengatasi sendiri masalah kesehatan mereka secara mandiri
juga mencakup kemampuan untuk memelihara dan melindungi diri baik individual,
kelompok atau masyarakat dari ancaman kesehatan.
Mengatasi sendiri masalah kesehatan di sini termasuk supaya masyarakat
tau kapan mengenali penyakit yang bisa mereka atasi sendiri dengan home
treatment dan mana yang harus dibawa ke dokter, contohnya seperti penyakit
ringan (flu, diare pada anak). Lalu diharapkan juga masyarakat mampu mengenali
dan tau apa yang harus dilakukan dengan keadaan sekitarnya, misal kalo di desa
mereka terjadi wabah demam berdarah, nah mereka tau apa yang harus mereka
lakukan.
KEGIATAN WAJIB POSYANDU
1. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
2. KB (Keluarga berencana)
Salah satu tujuannya untuk menurunkan AKI (Angka kematian Ibu)
dan AKB (Angka Kematian Bayi).
3. Imunisasi
KB ini yang berwenang bukan kader,
tapi Puskesmas. Jadi Posyandu pasti
selalu berkolaborasi dengan
Puskesmas untuk imunisasi ini.
4. Gizi
Di Indonesia masih banyak kasus
KEK (kurang energy kronis), kurang
gizi, dll, sehingga sampai sekarang gizi
masih menjadi isu yang harus
diselesaikan. Ibu-ibu jaman sekarang mah hampir tiap hari ngasih
makanannya makanan instan kaya pro**ina contohnya. So, ini jadi
tugas kita untuk memberikan edukasi yang benar ke ibu-ibu dan
bapak-bapaknya juga, biar kalo ibunya lupa bapaknya ngingetin gitu
haha.
5. Pencegahan dan penanggulangan diare

KEGIATAN PENGEMBANGAN/ PILIHAN


1. BKB (Bina Keluarga Balita)
2. TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
3. BKL (Bina Keluarga Lansia)
4. PAUD
- Terintegrasi dengan posyandu, karena anak-anaknya kan masih balita
yang dimana balita adalah sasarannya posyandu. Jadi sambil sekolah,
sambil dipantau juga.

Tujuan penyelenggaraan Posyandu menurut Dekes RI adalah:


1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka
kelahiran.
2. Mempercepaat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera).
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-
kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
FUNGSI POSYANDU
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB. Alih informasi
maksudnya ilmu tentang kesehatan yang basic dari tenaga kesehatan dan
juga keterampilannya ditularkan kepada masyarakat, jadi harapannya AKI,
AKB, kematian neonatus bisa berkurang.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan yankes dasar terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.

SASARAN
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang
ada di Posyandu, terutama:
1. Bayi dan anak balita
2. Bumil, bufas, busui
3. Pasangan usia subur
4. Pengasuh anak
5. Lansia
6. Dll

TUJUAN POSYANDU BALITA


- Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
- Tujuan Khusus
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB.
b. Meningkatnya peran lintas sektor (camat, tentara, polisi, PKK,
BKKBN, dll) dalam penyelenggaraan posyandu, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
- Meja 1: Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui
- Meja 2: Penimbangan balita
- Meja 3: Pencatatan hasil penimbangan
- Meja 4: Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu
menyusui
- Meja 5: Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit
Jadi urutannya:
Pendaftaran  Penimbangan balita  Pengisian KMS  Penyuluhan 
Pelayanan oleh petugas
Pelayanan Posyandu

Alhamdulillah posyandu semakin banyak yaa :” semoga kesejahteraan


rakyat Indonesia juga semakin baik. Tetapi walaupun posyandu ini semakin
meningkat jumlahnya, ternyata peran dan fungsinya masih dipertanyakan kembali.
Memang perlu penelitian lebih lanjut sih kalo katanya dr. Merita, meskipun begitu
posyandu masih terbilang efektif hingga sekarang, gimana enggak, dengan
posyandu ini pemerintah sangat terbantu sekali untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Maka dari itu posyandu butuh di revitalisasi (menghidupkan kembali
posyandu).
Revitalisasi itu awal mulanya dari tahun 1998 pas krismon gaes. Kita
emang masih kecil sih jadi gak kerasa. Nah karena krisis ekonomi ini masyarakat
jadi acuh dengan kegiatan bersama atau gotong-royong, dsb karena kan gak ada
dananya :” nah jadi pemerintah ingin supaya masyarakat bisa kembali berdaya
dengan posyandu itu, dengan cara meningkatkan kemampuan kader (skill dalam
mendeteksi dini anak-anak yang ada gangguan, faktor-faktor risiko ibu hamil, dll),
nah masyarakat diberi bekal untuk mengenali dan juga menangani masalah-masalah
kesehatan seperti itu.

REVITALISASI POSYANDU
1. Merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak
dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan
anak.
2. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen, dan fungsi posyandu (Depdagri,
1999).
Sasaran Revitalisasi Posyandu
1. Seluruh posyandu, tapi biasanya karena revitalisasi ini yang melakukan
adalah puskesmas atau kecamatan so dananya terbatas, sumber daya
terbatas. Akhirnya dipilih yang lebih prioritas.
2. Perhatian utamanya pada:
a. Posyandu yang sudah tidak aktif/ rendah stratanya (pratama dan
madya) sesuai kebutuhan,
b. Posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar penduduknya
tergolong miskin, serta
c. Adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh masyarakat
setempat dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu.
(Depkes RI, 1999).
Program Posyandu

Gambar diatas merupakan pelayanan di masyarakat dalam memajukan


program posyandu yang dimulai inisiator kesehatan yaitu dari puskesmas yang
memetakan proyek kesehatan di suatu masyarakat dengan prioritas kesehatan yang
dimulai dengan pendekatan awal dari masyarakat adalah pak camat sebagai
pemimpin lalu ke ibu-ibu pkk yang mempunyai semangat dalam melaksanakan
kegiatan the power of emak-emak tanpa wacana! hingga lintas sektor ke pemasok atau
dukungan sumber daya seperti LSM.
Tingkat perkembangan Posyandu

PMKD : = Pembangunan Kesehatan Masyarakat


Pada posyandu pratama dan madya masih merupakan posyandu yang
masih tahap pembangunan posyandunya dimulai dari segi kadernya dan
kegiatannya yang masih kurang.
Pada posyandu madya ini terfokus ke toma (tokoh masyarakat) sebagai
motivator karna biasanya di pedesaan itu sangat menjunjung sekali peran tokoh
masyaraktnya. Maka dari itu program yang dilakukan atau intervensi yang diberikan
adalah mengikutsertakan toma sebagai motivator. Nah toma ini juga ada
pelatihannya yaitu dengan modul ekskalasi posyandu dengan metode simulasi.
Posyandu purnama dan posyandu mandiri ini sudah tinggal tahap
pengembangan dengan penambahan orang, program, kegiatan, dan aktivitasnya.
Biasanya untuk posyandu mandiri ini dia sudah memiliki banyak kegiatan
pengembangan lainnya yaitu seperti paud, posyandu lansia, dll.

Gambar diatas merupakan buku atau modul yang digunakan untuk kader
kesehatan dari puskesmas untuk mengembangkan posyandunya, jadi ga hanya
memperbanyak kader tapi perlu juga pelatihan dasar untuk kadernya.

Tugas Kader Posyandu


1. Sebelum hari buka posyandu (H-1)
2. Hari buka posyandu (H)
3. Setelah hari buka posyandu (H+1)
➢ Sebelum hari buka posyandu (H-1)
Persiapan untuk melaksanakan posyandu sudah mulai disiapkan jauh-jauh hari
sebelumnya. Hal yang penting dalam tahap ini ialah memiliki data yang update.

➢ Hari buka posyandu (H)

Nah dari gambar diatas menjelaskan bahwa peran kader dalam posyandu
sangat penting dimulai dari pendaftaran, melakukan pengukuran, pencatatan hasil
pengukuran, pemberian penyuluhan dan konseling serta pemberian terapi yang
sesuai seperti pemberian makanan tambahan pada balita.
Dengan segitu banyaknya tugas kader, kader tuh kadang ga diberi gaji, ya
kalo diberi gaji juga paling berapa puluh ribu gitu, tapi di sini kadernya pada ga
ngeluh karna emang mereka ingin berjuang supaya masyarakatnya sehat.
➢ Setelah hari buka Posyandu (H+1)
Pada tahap ini ialah pembuatan laporan, di sini puskesmas melakukan
intervensi untuk pembuatan diagram dari hasil yang sudah didapatkan. Hasilnya
dilaporkan di pertemuan oleh masyarakat dengan bidang kesehatan dan hasil yang
didapat serta hasil yang direkomendasikan disosialisasikan ke masyarakat. Jika
terdapat balita atau ibu yang bermasalah maka dikunjungi oleh pihak puskesmas
beserta kadernya.

Nah untuk wilayah yang isinya hoorang kayahh agak susah untuk didirikan
posyandu yang metodenya klasik seperti di atas itu, nah puskesmas perlu membuat
strategi untuk pembuatan posyandu yang sesuai oleh masyarakat tersebut, maka
dari itu perlu banget dari kepala puskesmas membuat posyandu yang lebih kreatif.
Kapan kader melakukan penilaian masalah ?
 Kegiatan buka posyandu atau pelayanan 5 langkah kegiatan karena pada
saat itu biasanya ditemukan sejumlah masalah posyandu.
 Kegiatan evaluasi bulanan bersama petugas sektor atau puskesmas untuk
merencanakan kegiatan posyandu berikutnya.
 Bahan-bahan yang bisa dipergunakan untuk melihat masalah yaitu :
- Data KMS / SIP dan catatan kegiatan posyandu lainnya
- SKDN
- SIP / buku catatan lain
- Buku bantu kader
Gambar diatas untuk merupakan peningkatan tekonologi untuk memudahkan
para kader untuk memasukan data yang diambil diposyandu dan juga untuk
memantau perkembangannya lebih gampang, namun disini para kader kan ibu-
ibu jadi belum tentu para kader mengerti, nah di sini perlu banget peningkatan
kemampuan kader.
Program pengembangan posyandu
1. PAUD

Paud merupakan perkembangan dari posyandu agar anak-anak mainnya lebih


terarah yaa belajar sambil bermain lah di paud ini, di sini anak balita pun sudah
diajarkan menulis tapi metode belajarnya dengan permainan tidak seperti anak kecil
di sd dengan kertas gitu~

POSYANDU LANSIA
Pengertian
 Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan
oleh masyarakat di mana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan
 Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk
pelayanan UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif
dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut.
 Usia lanjut > 60 tahun
Tujuan Posyandu Lansia
 Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
 a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan lansia
 b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan di samping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran Posyandu Lansia
1. Sasaran langsung
 Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
 Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
 Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
2. Sasaran tidak langsung
 Keluarga di mana usia lanjut berada
 Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
 Masyarakat luas
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu
Lansia
 Pemeriksaan ADL
 Pemeriksaan status mental.
 Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik IMT
 Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
 Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
 Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal DM
 Pemeriksaan adanya proteinuria sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
 Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7
 Penyuluhan Kesehatan.
Media/alat yang digunakan
 Buku registrasi 1 buah
 Kartu status kesehatan lansia
 Lembar indeks katz tingkat kemandirian lansia
 Kartu menuju sehat lansia
 Spignomanometer 3 buah
 Stetoskop 3 buah
 Alat timbang badan 1 buah
 Alat pengukur tinggi badan 1 buah
 Senter 1 buah

FYI : biasanya nih di posyandu lansia inikan banyak lansia yang membutuhkan
obat yang dikonsumsi setiap hari gitu nah tapi di posyandu ini lansia hanya
diberikan obat nya itu untuk 3 hari aja dan kalo mau pengobatan lanjutan bisa
diobati ke puskesmas gitu, karna di posyandu ini yang memberikan obat ini
bukan dokter melainkan bidan, padahal kan bidan ga tau patofisiologi
penyakitnya seperti apa…. Yaa itulah Indonesia ☺
Pada gambar disamping ini merupakan salah satu
kegiatan lansia dengan membuat suatu keterampilan,
nah dengan kegiatan tersebut maka dapat Membuat
lansia bahagia, jika lansia bahagia maka dapat
meningkatkan quality of lifenya.

Pendekatannya lebih ke bagaimana lansia itu terhindar dari penyakit-


penyakit tidak menular seperti DM, hipertensi, dll. Intinya di-maintain
kesehatannya. Selain itu juga ada konseling lansia agar hidupnya lebih bahagia.
Referensi
 Kementerian Kesehatan RI, 2012, Buku Saku Posyandu. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-
kesehatan/buku-saku-posyandu.pdf
 Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu, Diakses dari
http://posyandu.org/posyandu/156-pedoman-umum-revitalisasi-
posyandu.html

1. Berikut adalah salah satu jenis UKBM, kecuali...


A. Poned
B. Polindes
C. Pos Obat Desa
D. Pos Gizi
E. Pos Penyuluhan KB
2. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang telah berjalan teratur
tapi masih rendah tingkat cakupannya berada pada tingkat
perkembangan...
A. Madya
B. Pratama
C. Purnama
D. Mandiri
E. Paripurna
3. Kegiatan Posyandu ini sedang melakukan penyuluan dan pelayanan gizi
bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Pokok kegiatan berapakah
posyandu tersebut?
A. Meja 4
B. Meja 1
C. Meja 3
D. Meja 2
E. Meja kursi
4. Pemeriksaan apakah yang diperlukan untuk mendeteksi awal penyakit
ginjal pada posyandu lansia?
A. Proteinuria
B. Kreatinin
C. Glukosuria
D. Purinaria
E. Hematuria AAAA
dr. Bella Dona

What is disaster? Apa sih sebenarnya disaster atau bencana? Apa yang
kalian bayangkan ketika mendengar kata disaster? Lari, panik, massive,
korban, musibah, dan sebagainya. Definisi disaster masing-masing agensi
memiliki definisi sendiri-sendiri.

What cause of disaster in Indonesia? Mengapa di Indonesia terjadi


disaster? Setiap provinsi atau wilayah di Indonesia selalu ada bencana. Di Aceh
ada Tsunami, Jogja ada Gempa, Kalimantan ada kebakaran dan banjir. Salah satu
masalah Indonesia adalah perbedaan suku agama yang dapat menimbulkan
bencana sosial. Selain karena sosial, penyebab bencana di Indonesia juga karena
alam, yaitu:

140
1. Indonesia terletak di antara 4 lempeng tektonik (lempeng Eurasia,
Philipina, Pasifik, IndoAustralia) yang berpotensi menimbulkan 5 gempa
bumi setiap harinya dan berkekuatan lebih dari 5 SR.

4 moving tectonic plate

2. Indonesia terletak di lingkaran api pasifik (ring of fire) dengan jumlah


lebih dari 100 gunung apiaktif.

Ring of fire

Setelah mengetahui penyebab bencana di Indonesia, kita memahami


bahwa setiap wilayah Indonesia pasti akan terjadi bencana. Bagaimana yang harus
kita lakukan? Yaudah pasrah aja, kita pergi kemanapun tetep bakal menemukan
bencana. Jadi yang kita lakukan satu-satunya cara adalah persiapan.

141
fenomena alam yang dapat berpotensi menyebabkan korban jiwa atau
kerusakan benda / lingkungan. Contoh: gunung sebagai hazard karena dapat
membahayakan binatang tersebut

142
Suatu kejadian yang memiliki potensi untuk mempengaruhi makhluk hidup
atau lingkungan mereka. Merupakan aktualisasi dari bahaya. Contoh: gempa
bumi di Jogja.
Terdapat dua macam event:
• Event primer  kita langsung merasakan dampaknya
Contoh: letusan gunung Merapi
• Event sekunder  walaupun daerah kejadian jau, tapi kita tetap
merasakan dampaknya.
Contoh: letusan gunung Kelud, di Jogja terkena dampak hujan abu.

143
Mengapa kita perlu mempelajari berbagai macam event yang terjadi ?
Yang perlu dipahami adalah jenis-jenis bencana dan akibatnya. Misal
apabila terjadi bencana gempa bumi, karena kita kedokteran kita harus tahu
penyakit apa aja yang bakal terjadi. Jadi suatu saat bila kita diminta sebagai tim
bencana, kita harus mengetahui seberapa besar bencananya, bencananya apa, dan
kita bisa memperkirakan penyakit yang terjadi kira-kira apa, sehingga kita bisa
paham perlengkapan apa yang harus dibawa.
Kalau di UGM ada praktikum logistik atau bencana, mahasiswa diberi tugas
membuat perencanaan bila pergi ke daerah bencana, tujuannya agar mengetahui
apa saja yang harus dibawa. Setiap jenis bencana memiliki jenis penyakit yang
berbeda.

Berikut contohnya:

• Jumlah korban: cenderung banyak, khususnya dekat episenter atau


wilayah dengan tingkat populasi tinggi, atau bangunan yang rapuh.
• Masalah yang sering muncul: Persediaan air, masalah yang sering
muncul biasanya karena rusaknya sistem air, polusi sumur yang terbuka,
dan perubahan air.
• Dampak yang khas Korban: kasus luka / fraktur merupakan
permasalahan utama. Ancaman lainnya biasanya terkait dengan
persediaan air bersih atau rusaknya sistem sanitasi.

144
• Karakteristik umum :Hujan abu, arus pyroclastic, aliran lumpur atau
puing. Lahar, gas, dan tsunami
• Dampak yang khas Korban: luka bakar, asfiksia, keracunan gas,
conjuntivitis, air terkontaminasi bahan kimia

• Dampak yang khas Kerusakan fisik: semua yang berada diatas atau sekitar
jalur longsor akan mengalami kerusakan. Pecahan batu akan menghalangi
jalan, jalur komunikasi atau aliran air. Dampak tidak langsung yang muncul
mungkin rusaknya hasil pertanian, hutan, banjir, dan berkurangnya nilai
property.
Korban: kefatalan terjadi karena longsornya lereng, runtuhan puing
atau banjir lumpur dapat menyebabkan ribuan korban meninggal

145
Dampak yang khas
• Kerusakan fisik: rusak atau hancurnya struktur dan infrastruktur,
kebakaran, rusaknya bendungan, tanah longsor, dan banjir mungkin saja
terjadi.
• Persediaan air: masalah yang sering muncul biasanya karena rusaknya
sistem air, polusi sumur yang terbuka, dan perubahan air.
• Jumlah korban: cenderung banyak, khususnya dekat episenter atau wilayah
dengan tingkat populasi tinggi, atau bangunan yang rapuh.
• Korban: meninggal, wabah penyakit menular, penyakit akibat persediaan air
bersih atau rusaknya sistem sanitasi, penyakit yang berhubungan dengan
banyaknya mayat, penyakit yang berhubungan dengan paparan dengan
insekta, kesehatan jiwa.

Dampak yang khas


• Kerusakan fisik – Struktur menjadi rusak atau hanyut, hancur. Tanah
longsor karena tanah menjadi basah. Kerusakan dilembah lebih besar
daripada di wilayah terbuka
• Korban – meninggal karena tenggelam, atau luka serius
• Persediaan air – air tanah dan air sumur yang terkontaminasi. Air bersih
mungkin tidak tersedia
• Kesehatan – penyakit yang ditemukan berhubungan dengan lingkungan
yang terganggu, seperti diare, leptospirosis, malaria, DBD.

146
Kerusakan fisik oleh struktur yang dihasilkan dari energi yang dilepaskan
selama peristiwa, seperti oleh manusia, bangunan, lingkungan.

Gambar puting beliung ini akan menyebabkan kerusakan structural,


berupa rumah-rumahpada hancur

147
Hilangnya fungsi makhluk hidup dan system penting untuk fungsi sosial.
Contoh:
• Jembatan yana rusak menyebabkan gangguan pada alat
transportasi
• Rumah sakit collapsed menyebabkan terganggunya pelayanan
• Terkontaminasinya sumur menyebabkan kerusakan air minum

148
NEEDS
Dalam satu kejadian pasti ada
kebutuhan. Kerusakan srtuktural
memerlukan kebutuhan untuk
pembangunan kembali. Fungsional
damage memerlukan kebutuhan untuk
mengembalikan fungsinya lagi.

Sebelum mengirimkan bantuan ke lokasi dilakukan assessment terlebih


dahulu untuk mengetahui apa saja kebutuhannya dan sumber daya apa saja
yangs udah tersedia, sehingga bisa efektif dan efisien. Adanya NEEDS ini
akan menimbulkan LOCAL RESPONSE.
Ada perbedaan antara kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, sebagai
akibat darikerusakan fungsional. Oleh karena itu, Rumah Sakit sebelum
terjadi funsional damage harus siap dulu, artinya pembangunan, sistem dan
petugasnya harus siap.
dr. Belladonna sedang melakukan penelitian di salah satu RS Indonesia,
beliau berencana membuat Hospital Disaster Plan, yaitu berharap kalau
terjadi bencana tiba-tiba, pintu RS harus bisa mengeluarkan tempat tidur.
Namun di Kobe Jepang, RS untuk disabilitas pintunya biasa saja, tidak lebar,
tapi memiliki petugas yang siap, jadi bila terjadi bencana, petugas mengangkat
pasien keluar, atau setiap pasien memiliki kursi roda lalu dibawa keluar. Di
lantai dua pun tidak perlu
berlarian turun ke bawah, cukup
tenang sampai gempa berhenti
baru turun keluar.
Perbedaan dengan Indonesia,
Jepang memiliki bangunan yang
siap. Bangunan RS dan sekolah
sudah dijamin semenjak bencana
besar 1995 di Kobe, setelah itu
gedung-gedung yanghancur
diganti baru dengan bangunan
tahan gempa. Jadi mereka
berpikirnya bila terjadibencana,
tidak perlu berlarian keluar karena
bangunannya dijamin aman.

149
wilayah setempat segera
melakukan respon terhadap
peristiwa yang terjadi. Ini dia
contoh dari respon local:

Respon yang diberikan oleh wilayah setempat dengan segera melakukan


tindakan terhadap peristiwa yang terjadi. Misalnya saat terjadi kecelakaan di jalan
raya timbul respon lokal dari masyarakat berupa terjadinya kemacetan dan
mendatangkan tenaga medis.

Kejadian atau serangkaian keadaan yang menuntut tindakan segera.


“Keadaan darurat terjadi ketika seorang individu atau masyarakat harus
menggunakan kapasitas respon lokal untuk memenuhi kebutuhannya yang
diakibatkan oleh perubahan atau hilangnya fungsi“.
Contoh : puskesmas sehari-hari biasanya pasiennya 100an, tiba-tiba ada KLB 200
orang, mungkin puskesmas itu masih bisa menangani dengan menggunakan
kapasitas respon lokalnya untuk membantu walaupun keadaan darurat. Jadi saat
emergency kapasitas respon local masih oke.

150
Kejadian atau serangkaian keadaan yang menganggu masyarakat,
melebihi kemampuan untuk mengatasinya tanpa bantuan dari luar.
Contoh : puskesmas di atas tadi kan biasanya 100 orang/ hari. Terus ada KLB
jadi 1000 orang, dan mungkin puskesmas tidak sanggup menanganinya. Sehingga
ini disebut bencana. Sehingga butuh bantuan dari luar. Karena respon lokalnya
tidak memadai.
Bencana menurut UU 24/2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia,
yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Selain itu DISASTER juga
mengakibatkan death, injured, kerusakan infrastruktur, dan IDPs (pengungsi).

Apabila terjadi bencana di suatu daerah, langkah pertama yang perlu kita
lakukan adalah menghubungi pihak yang ada di lokasi bencana, apakah masih
diperlukan tenaga kesehatan dan bantuan medis di sana? Kalau sudah cukup ya
gak perlu kesana, lagian Kepmenkes juga sudah membagi Indonesia menjadi 9
regional untuk mempermudah penanganan bencana. Jadi apabila terjadi bencana
yang dilakukan pertama adalah assessment dulu, bila di sana butuh bantuan
barulah kita tenaga medis berangkat ke lokasi.

Bencana berdasarkan sebab terjadinya dibagi menjadi 2 :


1. Bencana alam, contoh: gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir,
gelombang pasang, tanah longsor, dan angin badai.
2. Bencana karena ulah manusia, contoh: kecelakaan pesawat, kapal,
kereta api, bencana industri atau kimia, kebakaran, ledakan bom,
kerusuhan, bencana komplex/sosial, wabah, dan bioterorism.

151
152
Jadi, dulu Indonesia disebut sebagai Indonesia Supermarket Bencana, saking
banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia. Tapi sekarang disebutnya
Emergency Lab, karna kalau supermarket kan kita hanya menjual bencana dan
silahkan orang luar buat meneliti, nah kalo Laboratorium, kita juga meneliti
bencana yang terjadi di negara kita, dan orang luar juga dipersilahkan buat
mengamatinya, jadi kitanya juga pinter.

1) Ancaman (Hazard)
2) Kapasitas (Capacity)
3) Kerentanan (Vulnerability)
4) Risiko (Risk)

Dari empat komponen di atas, yang berperan paling penting dalam menyebabkan
bencana adalah ancaman dan kerentanan. Kok bisa? Misalnya ni kayak gambar
di awal tadi, ada gunung yang berperan sebagai hazard/ancaman, dan ada
lingkungan sekitar dan binatang sebagai kerentanan/vulnerability. Nah kalau
binatang ini tidak tau kalau ada ancaman yang membahayakan dirinya dan dia gak
lari, pasti dia akan kena dampak bahaya. Saya jelasin satu-satu deh…

Yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.


Sebuah kondisi yang berbahaya atau peristiwa yang mengancam atau
memiliki potensi untuk menyebabkan cedera untuk hidup atau
kerusakan/kerugian.

Merupakan kondisi atau area geografis yang akan terganggu oleh


dampak bahaya tertentu. Berada dekat dengan daerah rawan bencana.

153
Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap siaga,
menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan
bencana.

Besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia,


kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya teretentu
disuatu daerah pada suatu waktu tertentu.

Dari ilustrasi di atas bisa kita definisikan begini, jadi si Tikus akan mengambil
keju, namun ada bahaya di tempat keju tersebut. Bila tikus melewati daerah
kerentanan, maka akan terkena dampak bahaya. Untuk mengurangi dampak
bahaya, tikus itu meningkatkan kapasitasnya dengan memakai helm. Nah, jadi
kalau ingin risikonya rendah, maka kapasitasnya harus tinggi, dan
sebaliknya.

154
Gambar di bawah ini adalah siklus bencana. Bencana dibagi menjadi tiga, yaitu
pra bencana, bencana, dan pasca bencana. Ada 4 fase dalam penanganan
bencana, pertama mitigasi, kedua kesiapan, yaitu dengan memberikan
peringatan dini dan penilaian risiko terhadap bencana. Ketiga tanggap darurat,
yang dilakukan adalah pengaplikasian pengalaman yang sudah dipelajari (rencana
operasional dan rencana pemulihan). Keempat setelah bencana selesai (post
bencana) itu atau disebut pemulihan.

Apabila pergi ke suatu daerah bencana yang kita pikirkan selama ini adalah medical
support, karena sebagai tenaga medis kita ingin memberikan pertolongan ke
korban. Padahal ada satu yang penting, yaitu manajemen. Nah manajemen
bencana itu apa sih? Nih mimin jelasin ya…

155
Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan
yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi (UU 24/2007).
Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana diantaranya :
1) Pencegahan (prevention)
2) Mitigasi (mitigation)
3) Kesiapan (preparedness)
4) Peringatan Dini (early warning)
5) Tanggap Darurat (response)
6) Bantuan Darurat (relief)
7) Pemulihan (recovery)
8) Rehablitasi (rehabilitation)
9) Rekonstruksi (reconstruction)

Kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi kerugian harta dan korban


manusia yang disebabkan oleh bahaya dan memastikan bahwa kerugian yang ada
juga minimal ketika terjadi bencana. Pre disaster ini meliputi : pencegahan,
mitigasi, kesiapan, dan peringatan dini.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin


dengan meniadakan bahaya). Contoh: mencegah kebakaran daerah
perladangan di Riau, dan mencegah pengerukan batu bara daerah curam.

156
Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan
akan segera terjadi. Hal penting dalam pemberian peringatan dini adalah:
harus segera, tegas, tidak membingungkan, bersifat resmi, dan
menjangkau masyarakat.

Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui


pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam
menghadapi ancaman bencana.
a) Non struktural
• Pembuatan peraturan perundangan
• Pelatihan
b) Struktural
• Pembuatan Dam, bendungan, tanggul
• Pembuatan rumah tahan gempa

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana. Di


BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) kesiapsiagaan dimasukan
dalam upaya tanggap darurat.
Contoh: Pembuatan perundangan, rumah tahan gempa, dan bendungan
merupakan mitigasi. Namun pelaksanaan peraturan tersebut adalah
preparedness. RS tahan gempa itu mitigasi, namun kejadian di dalamnya saat
melakukan pertolongan itu merupakan preparedness. Yang diperlukan dalam
upaya kesiapsiagaan dianataranya :
a) Tempat evakuasi
b) Sosialisasi peraturan
c) Ruang komando
d) Sarana komunikasi

157
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
a) Pengiriman Tim Reaksi Cepat : Tim SAR, Tim Pelayanan Medis
b) Pemberian Bantuan Darurat : Pangan, Sandang dan Tempat
penampungan air bersih
c) Dukungan Peralatan dan Logistik : Alat transportasi (udara, laut dan
darat), Alat-alat
d) Obat-obatan

2.
Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan


lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki rekonstruksi sarana prasarana dan
pelayanan konseling.
a) Rehablitasi (rehabilitation)
Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
b) Rekonstruksi (reconstruction)
c) Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat degaan sasaran utama tumbuh dan berkembananya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran-serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
158
Kita sebagai mahasiswa juga punya peran penting nih dalam
penanggulangan bencana. Kita bisa melakukan penanggulangan Pra bencana
dengan memberikan penyuluhan tanggap bencana buat masyarakat. Saat tanggap
darurat kita bisa ikut membantu proses evakuasi di lokasi bencana, dan pasca
bencana kita bisa turut terlibat dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi loh
gaes.

159
B

A
Hilangnya fungsi makhluk hidup dan system penting untuk fungsi social, contoh
Jembatan yana rusak menyebabkan gangguan pada alat transportasi. Merupakan
suatu hal yang dibutuhkan bencana, disebut juga dengan...
a. Hazard
b. Event
c. Structural Damage
d. Fungtional Damage.
e. Emergency

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan


dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia, yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Kamilat diatas merupakan definisi bencana menurut....
a. WHO
b. UU 24/2007.
c. UU 24/2008
d. KEMENKES
e. IDI

160
Secara bahasa, epidemiologi berasal dari kata epi-demos-logos. Epi berarti
pada, demos berarti masyarakat, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi, dan faktor penyebab
(determinan) suatu masalah kesehatan (penyakit) yang menimpa sekelompok
penduduk/masyarakat.
Nah, jika angka epidemik dapat dihitung maka angka resiko (efek terhadap
kesehatan karena paparan) dapat dihitung pula. Inilah mengapa ilmu epidemiologi
dapat berguna atau bertujuan untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan.
Konsep dari epidemiologi penyebaran penyakit adalah adanya berbagai faktor
yang dapat menimbulkan suatu penyakit (multiple causation of disease). Suatu

161
penyakit tidak timbul hanya karena satu sebab, melainkan sebagai akibat dari
serangkaian proses yang ditimbulkan oleh berbagai faktor baik faktor genetik
maupun faktor lingkungan (host dan agent).

Ukuran dampak secara epidemiologi dapat digunakan untuk menghitung:


- Kesakitan
- Kematian
- Kualitas hidup (keterpaparan resiko)

Berikut merupakan ukuran-ukuran morbiditas dan mortalitas yang umum


dipakai:
Ukuran Morbiditas Ukuran Mortalitas
• Insidens Rate (IR) • Case Fatality Rate (CFR)
• Prevalens Rate (PR) • Crude Death Rate (CDR)
• Attack Rate (AR) • Age Spesific Death Rate
(ASDR)
• Infant Mortality Rate (IMR)
• Child Mortality Rate (CMR)
• Maternal Mortality Rate
(MMR)
• Neonatal Death Rate (NDR)

Pengukuran kejadian penyakit di masyarakat (status kesehatan) merupakan


bagian awal dari proses kajian epidemiologi yang selanjutnya membandingkan
kejadian (insidensi) pada dua kelompok atau lebih dengan paparan yang berbeda.
Pada dasarnya menghitung risiko (efek terhadap kesehatan karena paparan)
adalah dengan cara membandingkan angka epidemiologi.

Ukuran untuk frekuensi masalah kesehatan menggunakan:


- Rate
- Proporsi
- Rasio

162
PENGGUNAAN
1. Ratio 𝑥
Rumus umum: 𝑦
- x dan y saling berbeda (pembilang tidak
merupakan bagian dari penyebut)
- Contoh: sex ratio
- Ket: x adalah kelompok laki-laki dan y adalah
kelompok perempuan
- Kelompok laki-laki digunakan sebagai
pembilang karena jumlahnya lebih sedikit di
dunia (yang lebih beresiko menjadi pembilang)
2. Proporsi - x merupakan bagian dari y
- Contoh: proporsi penduduk berusia produktif
di Kab. Gunung Kidul
- Apabila ada 100 orang yang terdiri dari 80 laki-
laki dan 20 perempuan, maka proporsi laki laki
adalah 80/100 dan proporsi perempuan adalah
20/100
3. Rate - x menyatakan kejadian suatu peristiwa pada
suatu periode waktu
- y populasi yang beresiko untuk terkena suatu
peristiwa pada suatu periode waktu
- Contoh: Incidence rate, Prevalens rate, CFR, CDR
- Apabila ada 100 orang yang terdiri dari 80 laki-
laki dan 20 perempuan, dimana 30 diantaranya
menderita ca mammae dan 10 menderita ca
prostat maka angka insidensi ca mammae
adalah 30/100 (100 adalah jumlah yang
beresiko terkena ca mammae) dan angka
insidensi ca prostat adalah 10/80 (yang
beresiko terkena ca prostat hanya laki laki)
Rumus umum:
𝒙
xk
𝒚

163
164
Pembilang (x) = jumlah kasus baru penyakit tertentu di suatu
wilayah dalam periode waktu tertentu.
Penyebut (y) = populasi yang beresiko terkena penyakit pada
wilayah dan periode waktu yang sama
Konstanta (k) = 10, 100, 1000, 100.000

Manfaat:
- Untuk mengetahui potret masalah penyakit tertentu
- Angka beberapa periode dapat digunakan untuk memperkirakan
kecenderungan dan fluktuasi penyakit
- Untuk pemantauan evaluasi upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit
- Untuk perbandingan angka insidensi antar wilayah dan antar
waktu

Interprestasi:
Makin besar angka insidensi berarti makin besar masalah penyakit
tersebut

165
ANGKA PREVALENSI (PREVALEN RATE/PR)
Pembilang (x) = jumlah kasus
lama dan baru penyakit tertentu
di wilayah tertentu pada periode
tertentu.

Penyebut (y) =jumlah


penduduk beresiko di wilayah
tertentu pada periode tertentu

Konstanta (k) = 10, 100, 1000,


100.000

Manfaat:
Untuk mengetahui tingkat keganasan dan durasi penyakit

Interprestasi:
- Semakin tinggi prevalensi suatu penyakit, berarti penyakit tidak ganas
- Semakin rendah durasi penyakit semakin rendah angka prevalensi

HUBUNGAN ANTARA IR DAN PR

166
Hubungan IR dan PR dimisalkan seperti sebuah tangki air. Jika banyak
air yang masuk ke tangki (banyak kasus baru suatu penyakit/IR) sementara
lubang air pada tangki tersebut kecil (durasi penyakit lama, yang meninggal atau
yang sembuh sedikit) maka jumlah air dalam tangki (kasus lama dan baru/PR)
akan terus bertambah. Hal seperti ini terjadi seperti pada kasus seperti DM yang
merupakan penyakit kronis. Sementara jika air yang masuk ke tangki sedikit, dan
lubang pada tangki besar, maka jumlah air dalam tangki akan cepat berkurang.
Hal ini terjadi pada kasus keganasan misalnya. Oleh karena itu dapat dirumuskan
bahwa:

PR = IR x D

Pembilang (x) = jumlah kasus penyakit sejak ditemukannya kasus


penyakit pertama sampai dengan berakhirnya masa inkubasi kasus terakhir
penyakit tersebut dalam kelompok masyarakat terancam di wilayah
tertentu
Penyebut (y) = jumlah penduduk yang terancam di wilayah dan pada
periode waktu yang sama.
Konstanta (k) = 10, 100, 1000, 100.000

Manfaat:
- Untuk mengetahui kecepatan dan jangkauan penyebaran suatu penyakit di
suatu wilayah pada suatu wabah
- Untuk mengetahui keberhasilan upaya pencegahan dan penanggulangan
wabah

167
Interprestasi:
Bila Attack Rate suatu penyakit tinggi, berarti kecepatan dan jangkauan
penyebaran penyakit tinggi

168
Pembilang (x) = jumlah kematian karena penyakit tertentu di suatu
wilayah pada periode waktu tertentu
Penyebut (y) = jumlah kasus penyakit yang sama pada wilayah dan
periode waktu yang sama.
Konstanta (k) =10, 100, 1000, 100.000

Manfaat:
- Untuk mengetahui tingkat keganasan suatu penyakit
- Untuk mengetahui efektifitas upaya-upaya penaggulangan suatu penyakit
tertentu

Interprestasi:
CFR suatu penyakit tinggi menunjukkan bahwa penyakit
tersebut ganas dan atau upaya penanggulangan kurang efektif

169
Pembilang (x) = jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun di wilayah
tertentu selama 1 tahun
Penyebut (y) = jumlah lahir hidup di wilayah dan periode waktu
yang sama
Konstanta (k) = 10, 100, 1000, 100.000

Manfaat:
- Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi
- Tingkat pelayanan ante-natal
- Status gizi ibu hamil
- Tingkat keberhasilan program KIA & KB
- Kondisi lingkungan & sosial ekonomi

Interprestasi:
Bila IMR di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah
tersebut rendah

170
Pembilang (x) = jumlah kematian penduduk pada suatu wilayah
dalam waktu satu tahun
Penyebut (y) = jumlah seluruh penduduk pada pertengahan tahun
dalam tahun yang sama
Konstanta (k) = 10, 100, 1000, 100.000

Manfaat:
- Petunjuk umum status kesehatan masyarakat.
- Menggambarkan kondisi/tingkat permsalahan penyakit dalam masyarakat.
- Menggambarkan kondisi lingkungan fisik dan biologik.
- Berguna untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk.

Interprestasi:
Angka CDR yang tinggi disuatu wilayah menunjukkan bahwa keadaan
status kesehatan, ekonomi, lingkungan fisik dan biologik masyarakat di
wilayah tersebut masih rendah.

Pembilang (x) = jumlah kematian anak balita (1-4 tahun) pada suatu
wilayah dan periode waktu tertentu
Penyebut (y) = jumlah penduduk usia 1-4 tahun pada pertengahan
tahun pada tahun yang sama
Konstanta (k) = 10, 100, 1000, 100.000

Manfaat:
- Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita
- Untuk mengetahui tingkat pelayanan KIA/Posyandu
- Untuk Mengetahui Keberhasilan Program KIA/Posyandu
- Untuk menilai kondisi sanitasi lingkunganPetunjuk umum status
kesehatan masyarakat.

171
Interprestasi:
Angka kematian anak balita tinggi mencerminkan kondisi perinatal yang
tidak sehat dialami oleh para ibu atau merupakan akibat dari faktor
lingkungan yang buruk pada awal usia anak.

Pembilang (X) = Jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan,


masa nifas dalam suatu wilayh dan waktu tertentu.
Penyebut (Y) = Jumlah lahir hidup dalam wilayah dan waktu yang
sama.
Konstanta = SDA.

172
Manfaat :
- Angka kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama
kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh :
- Keadan sosial ekonomi-keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang
kehamilan.
- Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
- Tersedianya dan penggunan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri.

Interpretasi : tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan social


ekonomi rendah, fasilitas pelayanan kesehatan termsuk pelayanan prenatal
dan obstetri rendah.

• Pembilang (X) : Jumlah kematian bayi umur kurang dari 28 hari selama
satu tahun dalam wilayah dan tahun tertentu.
• Penyebut (Y) : Jumlah kelahirah hidup dalam wilayah dan tahun yang
sama.
• Konstanta (K) : SDA.
• Manfaat : Untuk mengetahui tingkat pelayanan kesehatan ibu,
anak termsuk antenatal care, Imunisasi TT, Pertolongan persalinan, Post
natal ibu hamil.
• Interpretasi : Semakin tinggi angka kematian nonatal, berarti semakin
rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu anak.

173
• Pembilang ( X) : Jumlah kematian karena sutu penyakit pada penduduk
golongan umur tertentu di suatu wilayah pada periode waktu tertentu.
• Penyebut (Y) : Jumlah penduduk golongan umur yang sama di
wilayah dan periode waktu yang sama
• Konstanta (K) : SDA
• Manfaat : Untuk mengetahui tingkat dan pola kematian menurut
golongan umur dan menurut penyebabnya.
• Interpretasi : Tingginya Angka ASDRdan CSDR menggambarkan
bahwa pola kematian suatu penyakit menurut golongan umur meningkat.

Risiko adalah efek kesehatan karena paparan. Untuk mengetahui risiko,


pada prinsipnya yaitu membandingkan dua keadaan, sakit karena terpapar
disbanding sakit karena tidak terpapar.

174
1. Menggambarkan besar permasalahan kesehatan yang disebabkan
paparan
Risiko yang semakin besar semakin menggambarkan adanya hubungan
kausalitas. Sebagai contoh risiko terkena hipertensi pada orang yang
merokok 4x, riwayat keturunan 3x, pada orang yang olahraga 2x. Maka,
yang paling berisiko untuk terkena hipertensi adalah orang yang
merokok, yang artinya orang yang merokok mempunyai risiko 4x lebih
besar terkena hipertensi daripada orang yang tidak merokok.
2. Menentukan prioritas tindakan
Seperti contoh sebelumnya, risiko terkena hipertensi pada orang yang
merokok 4x, riwayat keturunan 3x, pada orang yang olahraga 2x. Maka
yang perlu diprioritaskan untuk menanggulangi hipertensi adalah
merokok. Semoga yang merokok segera berhenti merokok, aamiin.
3. Memperkirakan sejauh mana sebuah asosiasi mencerminkan
hubungan sebab akibat
Risiko yang semakin besar semakin menggambarkan adanya hubungan
sebab akibat

Hasil Penelitian Faktor Risiko Hepatitis A


Di SMU N I Temon Kabupaten Kulonprogo, 2002

Cara baca : pada poin 3 menunjukkan bahwa risiko terkena hepatitis A


pada orang yang mempunyai kebiasaan jajan di kantin bu Mr 27x lebih besar
dibandingkan pada orang yang tidak mempunyai kebiasaan jajan di kantin bu Mr
dan hasil tersebut bermakna secara statistik (p<0,05)

175
1. Kohort
2. Case Control
3. Cross Sectional

Ketiga desain penelitian diatas merupakan desain penelitian observasional


analitik. Observasional analitik adalah penelitian yang bertujuan untuk
membuktikan sebab akibat namun peneliti hanya sebatas mengamati dan tidak
diijinkan memberikan intervensi apapun.

Desain penelitian ini digunakan untuk membuktikan sebab akibat dimana


peneliti memulai dari menemukan paparan dan akibat terjadi dimasa yang
akan datang. Sehingga, kohort merupakan desain penelitian yang paling tinggi
derajatnya pada kelompok observasional analitik. Untuk menghitung risiko,
diperlukan data dengan skala nominal.

176
Jika ingin menghitung risiko sakit dengan menggunakan desain kohort,
maka mulailah dari orang yang sehat, dan penyakit akan dilihat dimasa yang akan
datang. Sebagai contoh: menghitung risiko hipertensi karena konsumsi garam
berlebih. Maka pertama yang harus dilakukan adalah menemukan orang yang
tidak hipertensi, kemudian diukur tekanan darahnya. Selanjutnya pisahkan orang
yang mengkonsumsi garam berlebih (terpapar) dengan orang yang tidak
mengkonsumsi garam berlebih (tidak terpapar). Ikuti sepanjang waktu sesuai
teori. Amati apakah sakit atau tidak.

Pertanyaan untuk Devi : Jika diakhir penelitian terdapat orang yang sakit, maka orang
yang sakit tersebut tergolong baru atau lama?
Jawaban : Penyakit tersebut tergolong penyakit baru. Karena
pada penelitian diawali dari orang yang sehat. Sehingga sinonim dari desain
kohort adalah desain insidensi/ desain longitudinal (membutuhkan waktu
yang lama) / desain prospektif (berpikir kedepan).

Untuk menghitung risiko pada desain kohort digunakan relative risk.


Relative risk adalah perbandingan insiden terpapar dengan insiden tidak terpapar.

Misalkan ditemukan relative risk 5, maka artinya orang yang terpapar


memiliki risiko 5x disbanding orang yang tidak terpapar.

177
Case control merupakan desain penelitian observasional analitik yang
membuktikan sebab akibat dimana peneliti memulai dari menemukan
akibatnya, sedangkan penyebabnya dicari dimasa lampau. Sinonim dari desain ini
adalah desain retrospektif (berpikir kebelakang), desain insidensi (kasus baru).
Kasus pada case control harus menggunakan kasus baru, karena harus
mengingat kejadian dimasa lalu :”

Didalam case control risiko yang dihitung disebut odds ratio. Odds ratio
adala probabilitas terjadinya suatu peristiwa dibandingkan dengan probabilitas
tidak terjadinya suatu peristiwa.

178
Cross sectional adalah desain analitik observasional dimana dalam
pembuktian sebab akibat dilihat dalam waktu yang bersamaan. Desain ini
disebut juga desain prevalensi (kasus baru dan lama) / desain potong
lintang/ desain lintas bagian. Pada umumnya digunakan pada penyakit-
penyakit yang kronis atau penelitian yang ada hubungannya dengan
karakteristik atau ciri individu, seperti umur, jenis kelamin, dll. Desain ini
merupakan desain yang paling rendah derajatnya karena tidak dapat menjawab
mana yang mendahului. Risiko yang dihitung harus disamakan dengan desain
kohort, karena tidak akan mungkin paparan dengan penyakit terjadi diwaktu yang
bersamaan, didunia ini pasti berlaku sebab mendahului akibat. Penghitungan
risiko pada desain cross sectional menggunakan ratio prevalens.

179
Ratio prevalens adalah prevalensi terpapar dibandingkan dengan
prevalensi tidak terpapar. Rumusnya sama dengan relative ratio.

Materi dibawah ini tidak begitu dijelaskan oleh Pak Agung, editor mencoba
jelaskan semoga mengeti.

Dalam menghitung risiko apapun, kita hanya sebatas membanding-


bandingkan insidensi.

Selisih = insidensi terpapar – insidensi tidak terpapar

180
Absolut risk dari table diatas = insiden pada perokok - insiden tidak perokok

181
Atribut risk karena paparan rokok dengan kejadian stroke 64%, yang
berarti bila tidak merokok risiko stroke dapat diturunkan 64%  dapat
digunakan untuk menentukan prioritas tindakan.

182
183
Risk ratio rokok terhadap stroke 41,4%, berarti bila paparan rokok dihilangkan
maka insidensi stroke dalam populasi akan berkurang 41,4%

Ayam atau telur, mana yang duluan ada? Ayam berasal dari telur, tapi
telur juga berasal dari ayam. Jadi muter-muter gini. Kalau boleh bercanda,
jawabannya adalah tergantung yang mana disebut duluan. Tapi, para ilmuwan
sudah berhasil mengungkap teka-teki ini.

Menurut hasil riset tim ilmuwan dari Sheffield dan Warwick University di
Inggris, ayam lebih duluan ada daripada telur.

184
Penjelasan singkatnya begini, bahan pembentuk cangkang telur adalah
protein yang hanya dapat ditemukan di indung telur ayam. Jadi, telur ada hanya
jika diproses di dalam tubuh ayam. Pasti pada penasaran gimana para ilmuwan
tersebut berhasil mengungkap teka-teki ini.

Tim ilmuwan tersebut menggunakan sebuah super komputer untuk


memperbesar proses pembentukan sebuah telur. Mereka menemukan bahwa
protein yang bernama ovocledidin-17 atau OC-17 bertindak sebagai katalis untuk
mempercepat pembentukan cangkang telur.

Dengan super komputer bernama HECToR yang berada di Edinburg,


Skotlandia, tim ilmuwan mengungkapkan bahwa OC-17 sangat penting dalam
kristalisasi yang merupakan tahap awal pembentukan cangkang. Protein tersebut
mengubah kalsium karbonat menjadi kristal keras yang menjadi bahan pembuat
cangkang.

OC-17 mempercepat produksi cangkang telur dalam tubuh ayam


sehingga dalam waktu 24 jam sebuah telur siap untuk dikeluarkan.

Yang perlu digarisbawahi dalam penemuan ini adalah bahwa telur tidak
dapat diproduksi tanpa OC-17 yang terdapat dalam indung telur ayam. Jadi, ini
berarti bahwa ayam pastilah lebih dulu dibandingkan telur. Teka-teki ayam dan
telur pun terpecahkan. – SainsMe

The truth about your heart. Your heart will fix itself. It’s your mind you need to
worry about. Your mind where you locked the memories, your mind where you
have kept pieces of the ones that hurt you, that still cut through you like shards
of glass. Your mind will keep you up at night, make you cry, destroy you over
and over again. You need to convince your mind that it has to let go because
your heart already knows how to heal. — Nikita Gill :”

185
SOAL LATIHAN
1. Menyajikan angka kejadian penyakit pada saat terjadi wabah paling tepat
menggunakan apa?
a. Crude Death Rate
b. Attack Rate
c. Prevalence Rate
d. Incidence Rate
e. Case Fatality Rate
2. Dalam pelayanan kesehatan, angka kejadian HIV paling tepat disajikan
menggunakan apa?
a. Crude Death Rate
b. Attack Rate
c. Prevalence Rate
d. Incidence Rate
e. Case Fatality Rate
3. Ukuran frekuensi penyakit akan lebih memberikan informasi apabila disajikan
menggunakan apa?
a. Rate, Ratio, Proporsi d. Narasi
b. Tabel e. Semi Tabuler
c. Grafik
4. Untuk mengetahui jumlah kasus baru dan kasus lama suatu penyait di suatu
wilayah, apa angka yang paling tepat digunakan?
a. Prevalence Rate
b. Incidence Rate
c. Attack Rate
d. Infant Mortality Rate
e. Bukan salah satu di atas
5. Perbandingan insidensi penyakit pada kelompok terpapar dan insidensi
penyakit pada kelompok tidak terpapar disebut apa?
a. Relative Risk atau Rasio Relatif (RR)
b. Odds Ratio (OR)
c. Prevalence Rate
d. Attack Rate
e. Case Fatality Rate
bcaaa

186
Trisno Agung Wibowo, SKM. M. Kes

Assalamu’alaikum Amygdalaers. Balik lagi dengan materi yang disampaikan salah


satu dosen yang merangkap standup comedian Sebelum mulai, jangan lupa
berdoa dulu ya…

Pokok Bahasan :
Jadi ini beberapa poin utama yang akan kita bahas di materi ini:
a. Pengertian Skrining.
b. Tujuan skrining.
c. Manfaat skrining dalam kesehatan masyarakat.
d. Macam-macam skrining di dalam kesehatan masyarakat.
e. Kriteria skrining di masyarakat.
f. Tes skrining :
• Sensitivisitas
• Spesivisitas
• positive predictive value
• negative predictive value
• efisiensi
Pengertian Screening

Menduga Orang berpenyakit


(menggunakan gejala klinis)
Bukan mendiagnosis penyakit

Gold Standart ?
Daerah
Indemis

Kecepatan
Kewaspadaan Dini

Screening atau penapisan merupakan pendugaan terhadap orang berpenyakit


menggunakan gejala klinis. Jadi kita boleh menduga orang tersebut sakit di
masyarakat dengan menggunakan gejala klinis dengan catatan cara tersebut akan
cocok bila digunakan pada daerah yang endemis. Jangan lupa juga untuk alat
screening yang kita gunakan harus lulus dari uji validitas dan reliabilitas yaa.
Maksudnya adalah alat ukur yang digunakan dapat sesuai dengan apa yang ingin
kita ukur (valid) dan bisa digunakan di mana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja
asalkan sesuai dengan kriteria responden (reliabel).

Menurut Beaglehole. et.al (1997)


Skrining: Suatu upaya dalam menduga ciri- ciri suatu penyakit atau kelainan yang
belum diketahui dengan cara menguji, memeriksa atau prosedur lain yang dapat
dilakukan dengan cepat.
Menurut Sutrisno, B (1994)
Skrining: Upaya dalam penemuan penyakit secara aktif pada individu-individu
yang tanpa gejala dan nampaknya sehat dengan cara menguji, memeriksa atau
prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat.

Skrining tidak dimaksud sebagai upaya diagnosis, tetapi menduga


orang–orang dengan tanda-tanda positif atau kemungkinan
mengidap suatu penyakit tertentu, perlu dirujuk kembali untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Kenyataan di lapangan
Paling tidak, dalam mendiagnosis suatu penyakit kita memerlukan pemeriksaan
laboratorium baik di rumah sakit besar maupun puskesmas kecil. Namun pada
kenyataannya masih ada kekurangan terutama di pelayanan daerah terpencil
seperti:
a. Masih terdapat daerah yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan,
sehingga metode diagnosis melalui laboratorium tidak cukup cepat tersedia.
b. Masih sering ditemukan tenaga laboratorium di puskesmas berkualitas
rendah.
Tujuan Screening
a. Tujuan umum
• Mengetahui gejala klinis yang mendukung diagnosis pasti dalam penemuan
penyakit tertentu di masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan
pengobatan sedini mungkin. Gejala klinis menjadi salah satu pilihan.
• Masih banyak tenaga laboratorium di puskesmas yang kualitasnya masih
rendah dan tenaga laboran yang hanya sedikit bahkan hanya 1.
b. Tujuan Khusus
• Memperoleh gambaran tentang gejala klinis penyakit tertentu yang diyakini
dapat mengidentifikasi penyakit tertentu.
Misal di Kulon Progo 95 % penduduknya mengidap malaria dan menderita
demam. Maka kita nggak perlu semua orang di cek darah karena dari hasil
screening (gejala demam) menunjukkan bahwa 95% orang dengan gejala
demam merupakan ciri malaria, sehingga kita bisa sedini mungkin
memberikan obat anti malaria. Nggak usah repot repot gitu intinya. Kayak
kata alm. Gus Dur “gitu aja kok repot”
• Mengetahui sensitivisitas, spesivisitas, positive predictive value (PPV), negative
predictive value (NPV) dan efisiensi dalam menegakkan diagnosis penyakit
tertentu.

Manfaat Screening
a. Penemuan dini penderita agar segera memperoleh pengobatan (early detection
and prompt treatment
b. Mencegah meluasnya penyakit di masyarakat. Sehingga dapat memutuskan
mata rantai penyakit
c. Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin. Jika bergejala
segera mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
d. Menggiatkan kewaspadaan dini petugas kesehatan. Kalau d masyarakat banyak
orang bergejaa sakit yang sama, maka petugas kesehatan harus waspada.
Paham?
e. Mendapatkan keterangan-keterangan epidemiologi suatu penyakit atau
gangguan penyakit dalam masyarakat.

Macam-Macam Screening
Menurut Beaglehole dkk, 1997 dan Maunser dan Bahn, 1997 terdapat 4 macam
skining :
a. Mass Screening (skrining Masal)
Penyaringan yang dilakukan pada seluruh populasi. Biasanya dikerjakan saat
terjadi wabah (kasus penyakit yang banyak terjadi pada suatu daerah yang
membuat masyarakat resah dan menimbulkan banyak kematian.). Mass
screening tidak memandang usia.
b. Multiple Screening (Skrining Ganda)
Dilakukan dengan menggunakan berbagai alat uji skrining pada saat yang
bersamaan. Misal pemeriksaan Hb dengan cyanmet Hb dan Hb sahli atau
pemeriksaan kehamilan dengan menggunakan test pack dan USG. Tujuan agar
hasilnya lebih valid.
c. Prescripvite Screening (Skrining Preskriptif)
Dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi individu-individu sehat terhadap
suatu penyakit yang dapat dicegah lebih lanjut. Orang yang sehat tetap di
screening untuk lebih waspada. Misal: sadari, pemeriksaan IVA/papsmear
rutin
d. Oportunistik Screening
Skrining yang dilakukan terbatas pada penderita yang berkonsultasi kepada
seorang praktis kesehatan untuk berbagai tujuan. Skrinning ini dilakukan
untuk penderita yang memiliki gejala dan tujuannya untuk menegakkan
diagnosis. Misal papsmear pada pasien yang mengalami keputihan bewarna
kuning kehijauan dan berbau. Sehingga dokter harus melakukan pemeriksaan
papsmear untuk mengetahui apakah disebabkan karena keganasan atau
infeksi.
Kriteria Skrining?
Jadi, apa saja ya kriteria/syarat skrining? Menurut Maunser dan Bahn (1997),
terdapat 10 Kriteria yang harus dipenuhi dalam program skrining, yakni :
1. Penyakit atau keadaan yang dicari haruslah merupakan masalah
kesehatan yang penting.
Kalau kita nanti ingin mengadakan skrining maka kita harus memastikan kalau
keadaan/penyakit yang akan kita skrining ini penting untuk diteliti. Seumpama
kita mau buat skrining panu, apakah skrining ini penting? dibutuhkan?
Mamatikan? Nggak kan ya, yasudah ndak perlu dibuat skrining panunya. Akan
lebih baik kalau skrining Diabetes Melitus (DM), kenapa? Ya karena DM penyakit
kronis yang belum bisa disembuhkan, pengelolaan yang baik dan cepat maka
prognosis juga lebih baik.
2. Tersedia obat yang potensial dan disepakati untuk pengobatan
penderita yang ditemukan.
Jangan sampai ketika kita mengadakan skrining, kita tidak memiliki obatnya.
Kenapa? Karena itu sama aja kita membuat luka baru di luka lama #uhyeah.
#maribernyanyibersama. Bapak agung memiliki pengalaman di sebuah daerah,
ada yang meminta beliau (petinggi daerah) untuk membuat skrining kanker leher
rahim. Lalu beliau menannyakan mengapa skrining tersebut perlu dilakukan?
Jawabannya adalah karena tetangga yang meminta ini terkena kanker leher rahim
dan mengatakan bahwa terdapat banyak orang yang terkena juga di daerah tempat
tinggalnya (tanpa menyebut angka pasti yang bersumber valid). Lalu pak agung
pun bertanya kembali “kalau nanti kita laksanakan skrining, dan ditemukan yang
sakit, apa kita mau menyediakan obatnya? Mahal lho”. Lalu yang memintapun
menjawab “Wah nah itu pak, saya juga gak tahu”. Maka sebelum membuat
skrining pastikan kalau kita nanti memiliki dan mampu memberikan
pengobatannya.
3. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan.
4. Penyakit atau keadaan yang dideteksi harus mempunyai gejala dini.
Pak agung menceritakan kalau ada mahasiswa yang ingin melakukan skrining
HIV di Purwokerto. Padahal HIV ini tidak memiliki gejala dini, namun
mahasiswa tetap ingin melakukan skrining tersebut. Setelah dilakukan skrining
pada 177 wanita tanpa sandal, ternyata tidak ada satupun yang memiliki hasil
positif HIV, tapi yang darahnya positif (gold standar) HIV ada 11 orang. Dari
hasil tersebut hanya bisa didapatkan hitung prevalensi saja.
5. Tersedia alat uji skrining yang sesuai.
6. Uji skrining harus dapat diterima oleh populasi sasaran.
Contohnya skrining kanker leher rahim, pasti akan ada tahap dimana diambil
usapan vagina (pap smear). Nah, apakah semua orang mau dilihat vaginanya oleh
orang lain? Vagina? Apa? Saya lihat sendiri aja sulit, kok anda mau lihat-lihat, saya
lihat aja harus pake spion wkwk. Paling tidak ya kalau mau melakukan skrining
kanker leher rahim maka yang melakukan adalah tenaga kesehatan perempuan,
karena hal tersebut akan lebih nyaman untuk pasien. Di tempat yang nyaman
juga.
7. Perjalanan alamiah penyakit atau keadaan yang akan dideteksi harus
benar-benar diketahui.
8. Harus ada kebijakan yang sudah disepakati dari mereka yang diobati
sebagai penderita.
Jadi sebelum skrining harus dijelaskan dulu penyakitnya, katakana kalau
seumpama nanti positif, jangan sampai pasien lari. Buat kesepakatan dengan
pasien. Lalu baru lakukan skrining.
9. Biaya skrining secara ekonomis harus seimbang dengan risiko biaya
untuk perawatan medis secara keseluruhan.
Tujuan skrining ini kan mencegah, nah pastikan kalau biaya mencegah ini lebih
murah dibandingkan dengan mengobati.
10. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow up dan kemungkinan
untuk pencarian/penemuan penderita secara berkesinambungan.
Tes Skrining ?

Menurut Gordis (2000):


Sebelum suatu cara uji skrining direkomendasikan sebagai alat skrining/penapisan
untuk menjaring penderita, maka uji ini sebaiknya melalui suatu tes validitas dan
reliabilitas terlebih dahulu. Syarat ukur validitas adalah alat ukur benar-benar
harus tepat untuk mengukur apa yang akan diukur, sedangkan reliabilitas adalah
kemampuan alat ukur bila dipakai berkali-kali akan mendapatkan hasil yang sama.
Maka sebelum suatu gejala digunakan untuk skrining, gejala tersebut harus dites
dulu validitas dan reliabilitasnya.
• Mungkin= berdasarkan gejala
• Pasti/ benar-benar= berdasarkan gold standar
o Mana kelompok yang benar-benar sakit? A& C
o Mana kelompok yang benar-benar tidak sakit? B& D
o Siapa yang mungkin sakit berdasarkan gejala? A&B
o Siapa yang tidak mungkin sakit berdasarkan gejala? C&D
o Siapa yang bergejala sakit dan benar-benar sakit? A
o dst

Validitas alat ukur dengan indikator:


▪ Sensitivisitas :
Kemampuan suatu alat tes untuk mengidentifikasi secara benar orang-orang
yang berpenyakit (hasil test + dan benar-benar sakit). a/(a+c) x 100 %.
▪ Spesivisitas :
Kemampuan suatu alat tes untuk mengidentifikasi secara benar orang-orang
yang tidak berpenyakit (hasil test – dan benar benar tidak sakit). d/(b+d) x
100 %
▪ Positive predictive value (Nilai Duga Positif / PPV) :
Kemampuan untuk mendeteksi yang benar-benar sakit ( + ) dari semua hasil
skrining yang positif. a/(a+b) x 100%
▪ Negative predictive value (Nilai Duga Negatif / NPV) :
▪ Kemampuan untuk mendeteksi yang benar-benar tidak sakit (-) dari semua
hasil skrining yang dinyatakan negatif. d/(c+d) x 100 %.
▪ Efisiensi :
Kemampuan uji penapisan untuk memisahkan individu yang benar-benar
menderita dan benar-benar tidak menderita dari populasi sasaran penapisan.
(a+d)/(a+b+c+d).
Suatu alat yang dikatakan ideal adalah alat yang mempunnyai sensitivisitas
100% dan spesivisitas 100%, namun sayangnya hal tersebut tidak mungkin.
Karena teorinya sensitivisitas dan spesivisitas selalu berbanding terbalik. Jadi yang
baik adalah yang sensitivisitasnya minimal 95% sehingga kesalahannya hanya 5%
secara statistik karena di sini kita memfokuskan ke arah skrining ya tems.

Kasly et al, 1986


Bila suatu alat tes sensitifisitas meningkat maka spesifisitasnya akan menurun dan
sebaliknya.
Bagaimana Menghitung Sensitivisitas, Spesivisitas, Nilai Praduga
Positif maupun Negatif dan Efisiensi?
Contoh Menghitung Screening Malaria :
Gejala yang paling sering dialami di daerah tersebut :
- Demam.
- Menggigil
- Sakit kepala.
Kombinasi Gejala :
- Demam.
- Menggigil
- Sakit kepala.
- Demam + Menggigil.
- Demam + Sakit Kepala.
- Menggigil + Sakit kepala.
- Demam + Menggigil + Sakit kepala.
Sentivisitas = a/ a+c x 100%.
Spesivisitas = d/b+d x 100 %
PPV (Positive Predective Value / Nilai Duga Positif) = a / a+b x 100%
NPV (Negative Predective Value/Nilai duga Negatife) = d/c+d x 100 %
Efisiensi = (a+d)/ (a+b+c+d)

Sentivisitas = a/ a+c x 100%. = 50/75 x 100% = 66,66%


Spesivisitas = d/b+d x 100 % = 1090/1125 x 100% = 96,88 %
PPV (Positive Predective Value / Nilai Duga Positif) = a / a+b x 100%
= 50/85 x 100%
= 58,82%.
NPV (Negative Predective Value/Nilai duga Negatife) = d/c+d x 100 %
= 1090/1115 x 100%.
= 97,75 %.
Efisiensi = (a+d)/ (a+b+c+d) = (50+1090)/1200 x100% = 95 %.
Nah setelah dihitung nanti dimasukkan ke tabel-tabel ini. Sensitivisitas yang lebih
dari 95% yang bisa dipakai.

Yeay selesai~~ Alhamdulillah. Jelas atau tidak? Jelas tidak~ Paham? Hampa~~
☺ Semoga ilmunya bermanfaat ya ☺ kalau masih hampa bisa dibaca-baca lagi.
Kalau perlu surat rekomendasi untuk sekolah statistika/ epidemiologi bisa minta
ke bapak agung tercinta <3.
1. Berikut merupakan jenis-jenis skrining, kecuali?
a. Mass screening
b. Opportunistic screening
c. Descriptive screening
d. Multiple screening
e. Prescriptive screening
2. Kemampuan untuk mendeteksi yang benar-benar sakit ( + ) dari semua
hasil skrining yang positif, disebut?
a. Sensitivitas
b. Spesifisitas
c. PPV
d. NPV
e. Efisiensi
Jawaban: C-C
Dept. Epidemiologi, Kedokteran masyarakat dan Keluarga

Mitigasi Dampak

Upaya
Pencegahan
Pemerintah

Upaya
Intervensi Disaster Pre-Post
Bencana

Hewan apa yang sadar lingkungan? Gajalah Kebersihan! Nahhh... buat


Hamish Daud dan Raisa ampi. Karena kita hidup di Bumi Allah SWT, kita tidak
tau apa yang akan terjadi pada hidup kita 1 detik kedepan, apa yang terjadi pada
komunitas kita dan alam sekitar kita. Sebagai seorang dokter kita wajib tau
tentang apa saja yang harus kita lakukan dalaman tatalaksana bencana. Apa lagi
kita domisili di Indonesia yang kaya laut, gunung cincin api vulkanik yang aktif,
lempeng hindia-pasifik yang bisa aja geser-geser dan bisa jadi gempa tektonik
ataupun vulkanik. Gausah jauh-jauh nih di DIY aja ada Gunung Merapi di Utara
yang kapanpun kehendak Allah bisa erupsi & Laut Selatan juga.
Yuk Belajar Bareng Tsay... :*
A. DEFINISI
1. Kedaruratan
Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat
luas, sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons
intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian dan atau kecacatan
serta kerusakan lingkungan yang luas.
2. Kedaruratan kompleks
Biasanya ada motif politik, kekerasan sangat menonjol dan lumpuhnya
pelayanan pemerintahan.

3. Tanggap Darurat (Emergency Respons)


Reaksi manajemen pada tahap awal bencana atau tahap darurat berupa rescue,
evakuasi (SAR) dan Rapid Assessment.

4. Korban Massal
Korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak dengan penyebab yang
sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera dengan
menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia sehari-
hari.

5. Bencana
Suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terencana atau secara
perlahan, tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola
kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan
darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelarnatkan korban yaitu
manusia beserta lingkungannya.

6. Pengungsi (Refugees)
Setiap orang yang berada di luar negara tempatnya berasal dan yang diluar
kemauannya atau tidak mungkin kembali ke negaranya atau menggunakan
perlindungan bagi dirinya sendiri karena:

a. Ketakutan mendasar bahwa dia akan dituntut karena alasan ras, agama,
kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau pendapat
politik; Ancarnan terhadap nyawa atau keamanannya sebagai akibat
pertikaian bersenjata dan bentuk-bentuk lain dari kekerasan yang meluas
yang sangat mengganggu keamanan masyarakat umum (UNHCR, 1995)

b. Pengungsi dalam arti pengungsi setempat (Internaliy Displaced Persons -


IDPs) didefinisikan sebagai orang-orang yang dalam jumlah yang besar
telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka secara mendadak atau
tanpa diduga-duga sebagai akibat pertikaian bersenjata, perselisihan
internal, kekerasan-kekerasan sistemik terhadap hak-hak asasi manusia
atau bencana alam atau yang ditimbulkan oleh manusia dan yang berada
dalam wilayah kekuasaan negara mereka (UNHCR, 1995).
7. Disaster Medicine
Penelitian dan kolaborasi dari penerapan berbagai disiplin ilmu kesehatan
untuk pencegahan, kesiapsiagaan, respon dan pemulihan dari masalah
kesehatan yang timbul dari bencana

8. Disaster Management
Tubuh dari kebijakan dan keputusan administratif dan kegiatan operasional
yang berkaitan dengan berbagai tahap bencana di semua tingkatan

9. Mitigasi Bencana
Langkah-langkah yang diambil sebelum bencana bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.

10. Pencegahan Bencana


Tindakan Peraturan dan pengukuran fisik untuk memastikan bahwa keadaan
darurat dapat dicegah, atau bisa mengurangi efeknya.

11. Disease surveillance / Pengawasan Bencana


Sistem Kesehatan yang digunakan untuk mengamati, mengobservasi, &
evaluasi secara terus menerus secara basis proses dari bencana tersebut
dengan cara mencegah atau mengobati.

12. Hazards / Situasi Bahaya


Keadaan dengan potensi yang membahayakan hidup, kesehatan atau
properti, kerusakan lingkungan atau beberapa kombinasinya.

13. Hazard mitigation / Mitigasi situasi berbahaya


Langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi dampak bahaya pada
masyarakat.

14. Mitigation
Pengukuran diambil sebelum bencana bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
B. MACAM BENCANA
Bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa burni, letusan gunung
api, tsunami, banjir. Bencana karena ulah rnanusia seperti kerusuhan sosial
maupun politik, kecelakaan transportasi (pesawat terbang, kapal laut, kereta
api, mobil), kecelakaan industri kecelakaan akibat salah pengeboran minyak
dan kejadian luar biasa akibat wabah penyakit menular. Bencana yang
menurut waktu dapat tirnbul secara mendadak (akut) & timbul secara
pertahan-lahan (slow onset disaster atau creeping disaster)
1. Tirnbul Secara Mendadak (Akut) yang ditandai dengan jatuhnya
korban manusia, rusaknya rumah serta bangunan penting lainnya,
rusaknya saluran air bersih dan air kotor, terputusnya aliran listrik,
saluran telepon, jalan-jalan raya dan sistem saluran lingkungan
mengakibatkan ribuan orang harus mengungsi ke wilayah lain.
2. Timbul Secara Pertahan-Lahan (Slow Onset Disaster Atau
Creeping Disaster), misalnya perubahan kehidupan masyarakat akibat
menurunnya kemampuan memperoleh kebutuhan pangan atau
kebutuhan hidup pokok lainnya, atau akibat kekeringan yang
berkepanjangan, kebakaran hutan misalnya di Kalimantan dengan akibat
asap (Haze) yang menimbulkan masalah kesehatan dan lain-lain.
C. MASALAH KESEHATAN YANG UMUM TERJADI PADA SEMUA
KEJADIAN DISASTER
1. Adanya reaksi sosial
Pola perilaku ini memiliki dua implikasi besar bagi mereka membuat
keputusan tentang program bantuan. Pertama, pola perilaku dan tuntutan
untuk bantuan dapat dibatasi dan dimodifikasi dengan menjaga informasi
tentang populasi dan dengan mendapatkan informasi yang diperlukan
sebelum memulai program bantuan diperpanjang.
Kedua, populasi itu sendiri dapat memberikan sebagian
penyelamatan dan pertolongan pertama, mengantar yang terluka ke
rumah sakit jika mereka dapat diakses, membangun penampungan
sementara, dan melaksanakan tugas-tugas penting lainnya. Sumber daya
tambahan karena itu harus sejalan menuju titik temu sehingga dapat
memenuhi kebutuhan korban yang tidak terpenuhi.
2. Communicable Disease (Penyakit Menular)
Disaster tidak selalu menghasilkan outbreak penyakit infeksi,
meskipun kondisi bencana secara potensial dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya transmisi penyakit. Risiko terjadinya outbreak
dipengaruhi oleh banyak hal seperti kontaminasi feces pada makanan dan
air, densitas dan perpindahan populasi, terbatasnya makanan dan air,
tidak adanya pelayanan sanitasi dan program kesehatan masyarakat post
disaster, kurangnya upaya pengendalian vector dan upaya imunisasi
untuk penyakit menular.

3. Population Displacements
Adanya pengungsian penduduk menimbulkan kemungkinan peningkatan
morbiditas dan mortalitas.

4. Climatic Exposure
Bahaya kesehatan akibat paparan unsur-unsur kecil salju, bahkan setelah
bencana di negara-negara dingin. Selama populasinya kering, cukup baik
berpakaian, dan mampu untuk menemukan penahan angin, kematian
dari paparan tidak akan muncul untuk menjadi risiko utama. Kebutuhan
untuk menyediakan tempat penampungan darurat karena sangat
bervariasi dengan kondisi lokal, mungkin diperlukan karena alasan lain.

5. Makanan dan Nutrisi


Disaster mengakibatkan rusaknya stok makanan dan terhambatnya
distribusi makanan, kondisi ini mengakibatkan masalah nutrisi.

6. Kesehatan Mental
Di negara berkembang, problem kesehatan mental seperti anxietas,
neurosis dan depresi dilaporkan secara bermakna meningkat selama masa
rehabilitasi dan rekonstruksi sehingga membutuhkan penanganan serius.
D. KESEHATAN MENTAL
Pada korban bencana sangat sering ditemukan pasien dengan POST
TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) yang onset dan derajat
keparahan berbeda-beda (Tapi semenjak deket kamu derajat tubuh aku naik
#eh).

Bencana alam, teror dan kecelakaan merupakan salah bentuk stresor trauma
yang dapat memicu terjadinya gangguan psikiatri / mental di masyarakat.
Pada bencana alam, 30%-50% korbannya akan mengalami distress psikologis
ringan yang akan segera membaik sendiri, 20% akan mengalami gangguan
psikiatri sedang yang memerlukan penanganan dasar dan 4% mengalami
gangguan psikiatri berat yang memerlukan penanganan lebih intensif dan
terintegrasi dengan melibatkan tenaga ahli (WHO, 2005).
Peristiwa teror di gedung WTC ManggaDua 11 September 2001 di USA
mengakibatkan 17% penduduk kota New York mengalami gangguan stres
pasca trauma yang membutuhkan bantuan untuk penanganan pada 2 bulan
pertama setelah kejadian. Enam bulan setelah peristiwa 11 September 2001
kasus PTSD turun menjadi 5,8% (Silver et al, 2002). Tsunami yang terjadi di
beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan pada tahun 2004
menyebabkan timbulnya gangguan psikiatri antara lain Posttraumatic Stress
Disorder (PTSD), ansietas dan depresi. Dampak tsunami 2004 di Srilangka
menyebabkan kejadian PTSD pada anak sebesar 14-39%, sementara itu
penelitian pasca tsunami pada orang dewasa di Thailand mendapatkan
kejadian PTSD 7-12%, gejala ansietas 37% dan gejala depresi 30%

Tabel. Result of Bivariate Analysis of factors which deal with occurence of PTSD
at eartquack victim Bantul Regency, 2006.
Variable OR 95% CI P-Value
Male 0,134 0,041 – 0,435 <0,05
Age >60 years 5,19 1,67 – 16 <0,05
Marital 0,266 0,095 – 0,741 0,000
Patient personality 0,118 0,037 - 0,383 <0,05
Emotional Personality 6.667 2,775 – 19,536 <0,05
Tolerance Personality 0,368 0,118 – 1,144 <0,05
Severe House Damage 2,035 0,603 – 6,862 <0,05
Physical Handycap 0,643 0,064 – 6,468 <0,05

Karakteristik dampak masalah kesehatan sesuai tipe disaster


Tabel. Short Term effect of major natural disaster
Effect Earthquackes High Wind Tidal Waves Floods
Without / flash
Floodings Flood
Deaths Many Few Many Few
Severe Injuries Overhelming Moderate Few Few
Requiring extensive
care
Increase risk of Potential risk following all major disasters (probability
communicable Disease rising with overcrowding and deteriorating sanitation)
Food Scarcity Rare Rare Common Common
Major Population Rare Rare Common Common
Movement
E. KARAKTERISTIK DAMPAK MASALAH KESEHATAN SESUAI TIPE
DISASTER
1. Gempa Bumi
Akibat kerusakan tempat tinggal, gempa bumi akan mengakibatkan
banyak kematian (lebih dari 10% populasi) dan injury pada sebagian besar
penduduk. Ratio kematian dan injury adalah 1:3. Besar ratio tergantung
dengan letak tempat tinggal dengan episentrum gempa. Besarnya korban
sangat tergantung pada tipe bangunan, waktu atau saat terjadinya gempa
dan densitas populasi. Tipe injury sangat bervariasi mulai dari simple
fracture, fracture vertebra, luka robek, luka tusuk sampai dengan multiple
fracture dan internal injury yang membutuhkan terapi bedah segera.
Umumnya penderita dengan luka-luka akan banyak berdatangan ke
fasilitas kesehatan pada hari pertama sampai mengalami puncak pada hari
ke 5 kemudian jumlah tersebut akan menurun.

Secondary disaster mungkin saja terjadi setelah terjadi gempa bumi misalnya
terjadinya tsunami, kebakaran, gempa berulang dll. Permasalahan
kesehatan pasca gempa harus diwaspadai misalnya KLB atau outbreak
penyakit menular misal diare akibat makanan bantuan untuk pengungsi,
KLB campak ataupun penyakit tidak menular misal outbreak penyakit
tetanus seperti yang terjadi pasca tsunami Aceh dan gempa Yogya 2006.
Oleh karena itu program imunisasi masal juga perlu mendapat perhatian.
Ndak Cuma kamu yang butuh perhatian.

2. Angin Puyuh
Umumnya jenis bencana angin puyuh (bukan telur puyuh jajanan SD,
bukan) atau siklon bila tidak disertai secondary disaster hanya menimbulkan
jumlah korban kematian dan injury yang sedikit. Sistem peringatan dini
sebelum bencana akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

3. Banjir
Banjir bandang akan menimbulkan banyak korban kematian namun bagi
korban yang hidup hanya menimbulkan sedikit injury ditubuhnya.
Kematian umumnya akibat tenggelam terutama dialami oleh penduduk
yang lemah (Seperti aku yang lemah tanpa kamu... nasi) misalnya anak-
anak dan Lansia.

Banjir yang timbul perlahan tidak mengakibatkan mortalitas dan


morbiditas yang tinggi. Umumnya kematian disebabkan karena gigitan
ular dan traumatic injury yang kurang mendapatkan perawatan kesehatan
yang tidak optimal serta penanganan sanitasi pasca banjir yang kurang
sehingga terjadi penyakit misalnya diare dan leptospirosis.
Meskipun setiap jenis disaster menimbulkan efek yang unik namun
semua jenis disaster menimbulkan dampak social, medis dan ekonomi
yang membutuhkan managemen disaster yang optimal.

4. Nuclear (PR)

F. SYARAT MEMBENTUK SISTEM MANAJEMEN RECOVERY


DISASTER YANG EFEKTIF
Pemulihan bencana adalah yang paling efektif jika:
1. Ketika pengaturan & manajemen mengakui bahwa pemulihan dari
bencana adalah proses yang kompleks, dinamis dan berlarut-larut
2. Ketika menyetujui rencana dan pengaturan manajemen dipahami
dengan baik oleh masyarakat dan semua lembaga manajemen bencana
3. Ketika lembaga pemulihan dengan benar terintegrasi ke dalam
pengaturan manajemen bencana
4. Ketika pelayanan masyarakat dan lembaga rekonstruksi memiliki input
sebagai kunci untuk pengambilan keputusan / decision making
5. Ketika dilakukan dengan partisipasi aktif dari masyarakat yang terkena
dampak
6. Ketika manajer pemulihan terlibat dari briefing awal dan seterusnya
7. Ketika layanan pemulihan disediakan secara tepat waktu, adil, merata
dan fleksibel
8. Ketika didukung oleh program-program pelatihan dan latihan

G. PRIORITAS UTAMA INTERVENSI PADA FASE EMERGENSI


DISASTER DAN FASE POST EMERGENSI DISASTER
1. Fase Emergensi
Fase Emergensi ditandai dengan mortality rates yang tinggi, dimana crude
mortality rate (CMR) diatas 1 kematian per 10.000 per hari. Terdapat 10
prioritas intervensi pada fase ini yaitu:
a. Initial Assessment
Prioritas kesehatan diidentifikasi berdasarkan pengumpulan dan analisa
data yang dapat dilakukan dengan metode survey sampel, mapping,
interview dan obervasi.
b. Imunisasi Campak dan Tetanus
Campak (ketauan kan sekarang dicampakan? Dulu ga imunisasi sih)
merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang besar di dunia yang
membunuh 1 dari 10 anak-anak di negara berkembang. Sehingga
imunisasi masal pada minggu pertama perlu dilakukan, selain itu dapat
pula disertai pemberian vitamin A. (Hati-hati guys dicampakkan
membunuh harga dirimu, maka pakai minyak campak yang ada
badaknya).

c. Air dan Sanitasi


Suplay air minum (bukan Air Supply, itu band) merupakan prioritas yang
penting untuk mencegah transmisi penyakit gastrointestinal. Jumlah
ketersediaan air perlu dihitung. Hari pertama fase emergensi kebutuhan
air tiap orang per hari sebesar 5 liter, pada tahap berikutnya kebutuhan
air yang perlu disediakan sebesar 15-20 liter air tiap orang per hari.
Kualitas air dapat di pantau dengan alat atau kits sampel. Pengiriman air
dapat menggunakan tanker dan plastic tanks.

d. Makanan dan Nutrisi


Registrasi dan sensus pengungsi perlu dilakukan untuk dapat mengukur
jumlah kebutuhan makanan yang perlu disediakan untuk pengungsi.
Kecukupan makanan dan nutrisi yaitu minimum 2.100 kkal per orang per
hari akan mencegah malnutrisi, defisiensi vitamin, outbreak penyakit dan
kematian. Saran untuk temen-temen yang mau menikah mantannya di
sensus dulu untuk mengukur jumlah undangan dan kebutuhan nutrisi
saat pesta pernikahan.

e. Shelter and Site Planning


Shelter yang inadekuat dan overcrowding atau densitas pengungsi yang
tinggi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya transmisi penyakit
potensi epidemic dan outbreak penyakit. Kondisi tempat pengungsian harus
terlindung dari panas matahari, hujan, dingin dan angin.

f. Health Care
Penyakit ISPA, malaria, tiphus dan diare merupakan penyakit yang sering
terjadi, oleh karena itu kebutuhan medis (jenis obat dan material) perlu
dinilai secara cepat untuk antisipasi outbreak penyakit yang sering terjadi
didaerah bencana.
g. Control Of Communicable Diseases and Epidemics
Selama fase emergensi penyaki yang paling sering menyebabkan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi adalah campak, diare, ISPA,
malaria, kolera, shigellosis desentriae, meningitis dan thypoid

h. Public health surveillance


Survailans epidemiologi merupakan alat untuk mengukur dan monitor
status kesehatan populasi sehingga sebagai dasar bagi semua program
public health. Pengumpulan data pada fase emergensi dilakukan secara
harian. Data yang dikumpulkan lebih diprioritaskan tentang tentang
penyakit dan masalah kesehatan yang dapat dilakukan intervensi
preventif atau kuratif.

i. Human Resources and Training


Petugas yang yang dibutuhkan memiliki pembagian aktifitas kerja yang
berbeda-beda. Petugas tersebut adalah dokter public health committee,
petugas sanitasi, petugas nutrisi, petugas logistic, administrasi dll.
Manajemen petugas dan organisasi merupakan pekerjaan yang sangat
kompleks dan tidak boleh diabaikan.

j. Coordination
Koordinasi yang baik antar organisasi atau lembaga merupakan kunci
perencanaan penanganan disaster yang efektif. (Jangan kayak ustad X
yang digugat cerai karena ketauan poligami 7tn... koordinasinya kurang
sip makanya ketauan..).
2. Fase Post Emergensi
Fase post emergensi atau fase konsolidasi dimulai ketika angka kematian
kasar (crude mortality rate (CMR) menurun yaitu dibawah 1 per 10.000 per
hari atau mendekati CMR saat populasi stabil (sekitar 0,5 kematian per
10.000/ hari).

Bila pada fase emergensi bertujuan utama menurunkan angka


kematian. Namun pada fase post emergensi lebih bertujuan untuk
konsolidasi untuk meningkatkan kondisi status kesehatan dan nutrisi
yang baik, mempersiapkan dan mencegah terjadinya kemungkinan
emergensi baru seperti outbreak.

Pada tataran operasionalnya 10 prioritas penting pada fase emergensi


sebelumnya masih relevan digunakan, namun sumberdaya manusia untuk
pelaksana lebih banyak menggunakan SDM lokal.
H. PRIORITAS INTERVENSI PADA FASE POST EMERGENCY
Ada beberapa prioritas intervensi yang harus dilakukan pada fase post
emergency, yaitu:

1. Skrining Kesehatan

2. Program Pelayanan Kesehatan


Seperti curative health care, program kesehatan reproduksi, kesehatan anak,
HIV, AIDS dan program STD, program TBC, kesehatan mental dan
psikososial.

3. Surveillance
Pada fase ini, pengumpulan data tidak lagi dilakukan harian, namun
sudah dilakukan mingguan atau harian.

4. Makanan dan nutrisi


Pada fase ini status gizi harus selalu dimonitor. Defisiensi mikronutrien
harus dapat di deteksi sedini mungkin. Apabila kondisi tanahnya
memungkinkan, bantuan pertanian seperti benih dan peralatan dapat
diberikan.

5. Air dan sanitasi


Pengadaan air dengan mengambil sumber air lokal misalnya bantuan
pompa air atau pompa tangan. Selain itu kegiatan lainnya seperti
pengadaan kamar mandi dan pendidikan kesehatan.

6. Sumber Daya Manusia


Pelatihan untuk petugas lokal perlu dilaksanakan dan meningkatkan
jumlah tugas yang didelegasikan kepada mereka atau petugas local
tersebut.

7. Koordinasi
Standarisasi program dan protokol yang sudah terlaksana saat fase
emergensi tetap perlu dilanjutkan pada fase post emergensi dengan
dilakukan revisi bila diperlukan. Badan koordinasi harus melakukan
supervisi saat pergantian program oleh antar agensi atau lembaga donor.
I. SISTEM ORGANISASI MANAJEMEN DISASTER DI INDONESIA
Ada beberapa tingkat pengorganisasian manajemen disaster di Indonesia
diantaranya :
1. Tingkat Pusat
a) Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di
tingkat pusat adalah Menteri Kesehatan dibantu oleh seluruh
Pejabat Eselon I di bawah koordinasi Ketua Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS PB) yaitu
Wakil Presiden.
b) Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Depkes
dikoordinir oleh sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK).

2. Tingkat Propinsi
a) Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di
Provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Bila diperlukan
dapat meminta bantuan kepada Depkes. Dalam melaksanakan tugas
di bawah koordinasi Satuan Koordinasi Pelaksanaan
Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PB) yang diketuai
Gubemur.
b) Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Dinkes
Provinsi dikoordinir oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan dengan Surat Keputusan.

3. Tingkat Kabupaten/Kota
a) Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di
Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Bila diperlukan dapat meminta bantuan kepada
Propinsi dalam melaksanakan tugas di bawah koordinasi Satuan
Pelaksana Penanggulangan Bencana (SATLAK PB) yang
diketuai Bupati/Walikota.
b) Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Dinkes
Kabupaten/Kota dikoordinir oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala
Dinas Kesehatan dengan Surat Keputusan.

4. Di lokasi kejadian
a) Penanggung jawab pelayanan kesehatan penanggulangan bencana di
lokasi kejadian adalah Kadinkes Kabupaten/Kota.
b) Pelaksanan tugas pelayanan kesehatan dalam penanggulangan
bencana di lokasi kejadian adalah Kepala Puskesmas.
J. KEBIJAKAN PEMERINTAH RI MENGENAI PENANGGULANGAN
BENCANA BIDANG KESEHATAN
Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahan RI dalam penanggulangan
bencana bidang kesehatan di Indonesia sesuai Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 145/MENKES/SK/I/2007 tentang pedoman
penanggulangan bencana bidang kesehatan. Kebijakan tersebut adalah :
✓ Dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan, pada prinsipnya tidak
dibentuk sarana prasarana secara khusus, tetapi menggunakan sarana dan
prasarana yang telah ada, hanya intensitas kerjanya ditingkatkan dengan
memberdayakan semua sumber daya Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Provinsi serta masyarakat dan unsur swasta sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.

✓ Dalam hal terjadinya bencana, pelayanan kesehatan dan pemenuhan


kebutuhan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan yang tidak dapat diatasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
terdekat harus memberi bantuan, selanjutnya secara berjenjang
merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat.

✓ Setiap Kabupaten/Kota dan Provinsi berkewajiban membentuk satuan


tugas kesehatan yang mampu mengatasi masalah kesehatan pada
penanggulangan bencana di wilayahnya secara terpadu berkoordinasi
dengan Satlak PB dan Satkorlak PB.

✓ Dalam penanggulangan bencana agar mengupayakan mobilisasi sumber


daya dari instansi terkait, sektor swasta, LSM, dan masyarakat setempat.

✓ Membentuk regionalisasi pusat bantuan penanggulangan krisis kesehatan


akibat bencana dalam 9 (sembilan) regional, yaitu : Regional Sumatera
Utara berkedudukan di Medan, regional Sumatera Selatan berkedudukan
di Palembang, regional DKI Jakarta kedudukan di Jakarta, regional Jawa
Tengah di Semarang. dengan wilayah pelayanan Provinsi Yogyakarta dan
Provinsi Jawa Tengah, regional Jawa Timur di Surabaya, regional
Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Regional Bali di Denpasar dengan
wilayah pelayanan Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan
Provinsi NusaTenggara Timur, Regional Sulawesi Utara di Manado,
regional Sulawesi Selatan di Makasar, dengan wilayah pelayanan Provinsi
Sulawesi Selatan, Provinsi. Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Provinsi Maluku dan Sub Regional Papua di jayapura, dengan
wiIayah pelayanan Provinsi Papua dan propinsi Irian Jaya Barat.
✓ Negara lain, organisasi internasional, lembaga sosial. internasional dan
masyarakat internasional dapat memberikan bantuan kepada para korban
bencana, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku, tidak mengikat dan dilakukan tanpa syarat.

✓ Segala bantuan yang berbentuk bahan makanan harus disertai


label/petunjuk komposisi kandungan, cara pemakaian, halal dan tanggal
kadaluwarsa. Khusus bantuan obat dan perbekalan kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan, memenuhi standard mutu dan batas
kadaluwarsa serta petunjuk yang jelas.

✓ Bantuan-bantuan tersebut, dapat berupa bantuan teknis (peralatan


maupun tenaga ahli yang diperlukan) dan bantuan program (keuangan
untuk pembiayaan program) pada tahap penyelamatan, tanggap darurat,
rehabilitasi, rekonstruksi dan repatriasi.

✓ Institusi dan masyarakat dapat menolak bantuan yang sekiranya bisa


membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa korban bencana.

✓ Apabila bencana yang terjadi disertai gangguan keamanan dan


keselamatan petugas kesehatan, maka dimintakan bantuan TNI dan
POLRI.

✓ Bila diperlukan angkutan udara, laut dan darat sesuai keperluan,


dikoordinasikan dengan Departemen Perhubungan, Departemen
Pertahanan, TNI, Polri dan instansi terkait lainnya termasuk BUMN.

✓ Pada masa tanggap darurat, pelayanan kesehatan dijamin oleh


pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku. Pelayanan kesehatan pasca
tanggap darurat disesuaikan dengan kebijakan Menteri Kesehatan dan
Pemda setempat.
K. PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJEMEN TINGKAT
KABUPATEN DAN KECAMATAN DI INDONESIA
Pelaksanaan kegiatan manajemen bencana tingkat kabupaten dan kecamatan
di Indonesia sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.145/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan. Manajemen kegiatan bencana tingkat
kabupaten dan kecamatan dibagi menjadi 3 tahap yaitu: sebelum bencana,
disaat bencana dan pasca bencana.

L. PELAKSANAAN KEGIATAN SEBELUM BENCANA TINGKAT


KABUPATEN/KOTA
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan kegiatan seperti hal
berikut ini :
✓ Membuat rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana
✓ Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
✓ Membuat rencana kontinjensi ("Contingency Plan")
✓ Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan gladi
lapang dengan melibatkan semua unit terkait.
✓ Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat.
✓ Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana.
✓ lnventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin
terjadi:
• Jumlah dan lokasi Puskesmas
• Jumlah ambulans
• Jumlah tenaga kesehatan
• Jumlah RS termasuk fasilitas kesehatan lainnya.
• Obat dan perbekalan kesehatan
• Unit transfusi darah
✓ Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi
sinkronisasi kegiatan penanggulangan bencana dengan provinsi dan
kecamatan.
✓ Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanggulangan
kesiapsiagaan bencana.
M. PELAKSANAAN KEGIATAN SEBELUM BENCANA TINGKAT
KECAMATAN
Kepala Puskesmas melakukan kegiatan:
1. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
2. Membuat jalur evakuasi.
3. Mengadakan pelatihan.
4. lnventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin
terjadi.
5. Menerima dan menindak lanjuti informasi peringatan dini (Early Warning
System) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan.
6. Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam Satgas
7. Mengadakan koordinasi lintas sektor.
N. PELAKSANAAN KEGIATAN SAAT TERJADINYA BENCANA
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setelah menerima berita tentang
terjadinya bencana dari kecamatan melakukan kegiatan :
1. Berkoordinasi dengan anggota Satlak PB dalam penanggulangan
bencana. Mengaktifkan Pusdalops penanggulangan bencana tingkat
Kabupaten/Kota.
2. Berkoordinasi dengan RS Kabupaten/Kota termasuk RS Swasta, Rumah
sakit TNI dan POLRI untuk mempersiapkan penerimaan penderita yang
dirujuk darl lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi.
3. Menyiapkan dan mengirim tenaga kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan ke lokasi bencana.
4. Menghubungi puskesmas di sekitar lokasi bencana untuk mengirimkan
dokter, perawat dan peralatan yang diperIukan termasuk ambulans ke
lokasi beneana.
5. Melakukan penilaian kesehatan cepat terpadu (Integrated I Rapid Health
Assessment).
6. Melakukan penanggulangan gizi darurat.
7. Memberikan imunisasi campak di tempat pengungsian bagi anak-anak di
bawah usia 15 tahun.
8. Melakukan surveilans epidemiologi terhadap penyakit potensial wabah,
pengendalian vektor serta pengawasan kualitas air dan lingkungan.
9. Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah Kabupaten/Kota,
maka sebagai penanggungjawab adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota melakukan kegiatan:
✓ Menghubungi lokasi bencana untuk mempersiapkan instalasi gawat
darurat dan ruang perawatan untuk menerima rujukan penderita dari
lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi.
✓ Menyiapkan instalasi gawat darurat dan instalasi rawat inap untuk
menerima rujukan . penderita dari lokasi bencana atau tempat
penampungan pengungsi dan melakukan pengaturan jalur evakuasi.
✓ Menghubungi RS Provinsi tentang kemungkinan adanya penderita
yang akan dirujuk.
✓ Menyiapkan dan mengirimkan tenaga dan peralatan kesehatan ke
lokasi bencana bila diperlukan
O. PELAKSANAAN KEGIATAN SAAT TERJADINYA BENCANA
TINGKAT KECAMATAN
Kepala Puskesmas di lokasi bencana melakukan kegiatan :
1) Beserta staf menuju lokasi bencana dengan membawa peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan triase dan memberikan pertolongan
pertama.
2) Melaporkan kepada Kadinkes Kabupaten/Kota tentang terjadinya
bencana.
3) Melakukan Initial Rapid Health Assessment (penilaian cepat masalah
kesehatan awal).
4) Menyerahkan tanggung jawab pada Kadinkes Kabupaten/Kota apabila
telah tiba di lokasi.
5) Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kecamatan, maka
sebagai penanggung jawab adalah kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.

Kepala Puskesmas di sekitar lokasi bencana melakukan kegiatan:


a. Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta ambulans/alat
transportasi lainnya ke lokasi bencana dan tempat penampungan
pengungsi.
b. Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban serta pelayanan
kesehatan pengungsi.
P. PELAKSANAAN KEGIATAN PASCA TERJADINYA BENCANA
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1. Mendukung upaya pelayanan kesehatan dasar terutama pencegahan KLB,
pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi di tempat penampungan
pengungsi maupun lokasi sekitamya, kegiatan surveilans epidemiologi,
promosi kesehatan, penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
3. Melakukan evaluasi dan analisis dampak bencana terhadap kesehatan
lingkungan/KLB.
4. Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi setelah
rapid assessment dilakukan, merencanakan kebutuhan pangan untuk
suplemen gizi.
5. Menyediakan pelayanan kesehatan, pengawasan kualitas air bersih dan
sanitasi lingkungan bagi penduduk di penampungan sementara.
6. Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor.
7. Memulihkan kesehatan fisik, mental dan psiko-sosial korban berupa :
• Promosi kesehatan dalam bentuk konseling (bantuan psiko-sosial)
dan lain-lain kegiatan diperlukan agar para pengungsi dapat
mengatasi psiko-trauma yang dialami.
• Pencegahan masalah psiko-sosial untuk menghindari psikosomatis.
• Pencegahan berlanjutnya psiko-patologis pasca pengungsian.
Q. PELAKSANAAN KEGIATAN PASCA TERJADINYA BENCANA
TINGKAT KECAMATAN
Puskesmas kecamatan tempat terjadinya bencana akan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di penampungan dengan
mendirikan pos kesehatan lapangan
2. Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan pengawasan sanitasi
lingkungan
3. Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin
timbul
4. Segera melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila terjadi KLB
penyakit menular dan gizi buruk
5. Memfasilitasi relawan, kader
dan petugas pemerintah
tingkat kecamatan dalam
memberikan KIE kepada
masyarakat luas, bimbingan
pada kelompok yang
berpotensi mengalami
gangguan stress pasca trauma,
memberikan konseling pada
individu yang berpotensi
mengalami gangguan stress
pasca trauma
6. Merujuk penderita yang tidak
dapat ditangani dengan
konseling awal dan
membutuhkan konseling
lanjut, psikoterapi atau
penanggulangan lebih spesifik
R. CONTOH SUSUNAN ORGANISASI MANAJEMEN KESEHATAN
DISASTER

Alhamdulillah semoga bermanfaat yess~~

“Friends like underwear, who can make us comfort. Good friends is like
condom, who can protect us. And Best Friend is like Viagra, who can cheer up
us when we’re down.” – Lily, 2017
1. Apa saja yang masuk dalam kriteria Medical Attention?
a. Ambulatory
b. Supplies
c. Water
d. Transportation

2. Siapakah penanggung jawab penanggulangan bencana tingkat pusat?


a. Menteri Kesehatan
b. Wakil Presiden
c. Gubernur
d. Kosema

3. Prioritas kesehatan diidentifikasi berdasarkan pengumpulan dan analisa data


yang dapat dilakukan dengan metode survey sampel, mapping, interview dan
obervasi, termasuk dalam ...
a. Initial Assessment
b. Public Health Surveillance
c. Human Resources and Training
d. KTI anda

4. Manakah upaya penanggulangan pre bencana tingkat kecamatan?


a. Membuat survey rencana strategis
b. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
c. Membuat jalur evakuasi.
d. Mengadakan pelatihan.

5. Pengumpulan data tidak lagi dilakukan harian, namun sudah dilakukan


mingguan atau harian pada intervensi post bencana termasuk pada tahap ….
a. Surveillance
b. Koordinasi
c. Makanan dan nutrisi
d. Sumber Daya Manusia

Jawaban a semua
Family Medicine and Public Health Department
FKIK UMY
2017

Halo guys.. Meteri ini seperti lanjutan dari kuliah-kuliah sebelumnya


tentang promosi kesehatan. So, bagi yang memiliki rasa penasaran di blok
kemarin gimana sih promosi kesehatan itu, nah, materi ini pas banget.
Yang ga penasaran juga tetep baca ya wkwk

1. Mampu memahami definisi promosi kesehatan


2. Mampu menjelaskan metode promosi kesehatan
3. Mampu merancang media promosi kesehatan
4. Mengenal berbagai metode penyuluhan kesehatan
5. Meningkatnya kompetensi dalam komunikasi

220
• Peran “Five-star Doctor” (WHO, 2000) dalam suatu sistem kesehatan
yang merespon kebutuhan masyarakat:

-Health care provider: kita belajar menangani pasien, membuat


diagnosis, memberikan terapi, pengambilan keputusan baik masalah
klinis maupun yang lain.
-Decision maker
-Manager: mengelola baik pasien, keluarga, dan masyarakat
-Community leader: yang perlu kita pahami adalah bagaimana cara
mengelola kesehatan masyarakat, menentukan diagnosis komunitas dan
menemukan jalan keluar dari masalah
-Communicator: dapat berperan dalam komunikasi yang handal dengan
sasaran individu, keluarga dan masyarakat.
GOOD DOCTOR = GOOD COMMUNICATOR

Pasien Keluarga

221
Masyarakat

THE GOAL OF PUBLIC HEALTH/FAMILY MEDICINE IS


PREVENTION

Pencegahan merupakan tujuan yang utama. Masih pada inget kan pencegahan itu
ada primer (health promotion and specific protection), sekunder (early detection
and prompt treatment) sama tersier (rehabilitation dan disability limitation).
Pencegahan yang terbaik adalah pencegahan primer karena mencegah sebelum
terjadinya masalah kesehatan., yang salah satunya adalah dengan promosi
kesehatan.

222
Promosi kesehatan adalah upaya untuk membuat seseorang (individu, keluarga
atau masyarakat) dari tidak tahu menjadi tahu, kalo sudah tahu menjadi mau, dan
kalo sudah mau menjadi mampu.

✓ Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat


✓ Peningkatan perilaku masyarakat
✓ Peningkatan status kesehatan masyarakat

Ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, yaitu :


1. Lingkungan : faktor paling kuat
2. Perilaku
3. Pelayanan Kesehatan
4. Keturunan

223
Merupakan faktor terbesar ke-2 yang mempengaruhi derajat kesehatan setelah
lingkungan. Perilaku manusia terdiri dari 3 kawasan (domain) yaitu :
1. Pengetahuan (Cognitive)
2. Sikap (Affective)
3. Tindakan (Psychomotor)
Karena perilaku melekat pada setiap orang dan memiliki peranan yang begitu
penting dalam menciptakan derajat kesehatan MAKA mengubah perilaku hidup
yang tidak sehat menjadi sehat adalah pilihan yang harus diusahakan sepanjang
masa.

Mengubah Perilaku Manusia


Bukan suatu yang diturunkan begitu saja, melainkan harus dilakukan dengan:
❖ Pendidikan atau
❖ Promosi kesehatan/ Penyuluhan sepanjang masa

Usaha Perubahan Perilaku


Agar orang tersebut perilakunya berubah secara benar,
maka ia harus memiliki dulu suatu konsep yang dimengerti
secara benar.

Di sinilah Promosi kesehatan/penyuluhan berperan penting dalam memberi


pengetahuan atau menanamkan suatu konsep. Promosi kesehatan/Penyuluhan ini
mengubah domain pengetahuan dan sikap, sehingga pada akhirnya seseorang
dapat melakukan tindakan perubahan dengan benar. Contoh:
• Seorang ibu yang telah memperoleh penyuluhan dari Petugas Kesehatan
tentang manfaat kapsul vitamin A bagi kesehatan mata anaknya, maka :
✓ Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha agar
anaknya tidak menderita penyakit mata akibat kekurangan vitamin A.
✓ Dalam berfikir ini, komponen keyakinan, emosi mempengaruhi
kehendak ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu agar mendapat
kapsul vitamin A.

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat


1. Fasilitasi (terdapatnya sarana yang mempermudah masyarakat)
2. Pengertian (masuk akal dalam konteks pengetahuan lokal)
3. Persetujuan (tokoh panutan menyetujui perilaku yang dianjurkan)
4. Kesanggupan mengadakan perubahan secara fisik.

224
a. (tatap muka langsung, misal kunjungan
rumah, FGD, pertemuan balai desa/posyandu)
b. (dengan menggunakan media)

a. (misal edukasi individu, kunjungan rumah, via


telepon)
b. (misal pertemuan, diskusi, FGD)
c. (pertemuan umum, pertunjukkan kesenian, layar
tancap)

a. (misal penempelan poster, leaflet)


b. (misal penyuluhan lewat radio, ceramah)
c. (misal demontrasi cara)

225
G ambar diatas bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih metode saat
akan melakukan promosi kesehatan. Percent retention adalah
persenan/jumlah yang diterima, sedangkan level of involvement adalah
tingkat keterlibatan. Dapat diliat di atas semakin kita melibatkan sasaran di dalam
promosi kesehatan, maka jumlah yang diterima semakin banyak. Ini berarti
semakin kita melibatkan sasaran dalam promosi kesehatan maka pemahaman dari
sasaran akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang tidak melibatkan
sasaran. Misal metodenya hanya membaca, maka yang masuk hanya 10 % tanpa
banyak keterlibatan, tetapi misal kita melakukan simulasi/demonstrasi seperti
mengajarkan ibu-ibu bagaimana membuat larutan gula garam untuk pasien diare,
kalo kita hanya menyuruh membaca pasti nanti banyak persepsi yang salah tetapi
jika kita melakukan bersama-sama akan melibatkan sasaran secara langsung
sehingga pemahaman akan semakin besar dan meminimalisir persepsi yang salah.

226
Dalam komunikasi agar menjadikan sebuah komunikasi yang baik kita
membutuhkan media.

• MEDIA (LATIN)  Bentuk Jamak dari medium


• AECT (Association for Education and Communication Technology) 
Media segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran
informasi
• NEA (National Education Association)  Media sebagai segala benda
yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibincangkan
beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

• Semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang
ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, media
elektronika, atau media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilaku ke arah positif
dalam kesehatan (Soekidjo, 2005)

227
Pemilihan media juga penting dalam promosi kesehatan. Misal ingin melakukan
penyuluhan tentang DBD dan anda ingin mengenalkan tentang nyamuk aedes
aegypti. Yang satu cuma dijelasin pake kata-kata, nyamuk aedes agypty kecil,
warna hitam putih blablabla, yang satu lagi ngeliatin gambarnya aja, dan yang
lainnya lagi nunjukin nyamuknya langsung, kira-kira mana hayo yang lebih mudah
dipahami? tentunya yang bawa nyamuknya langsung dong ya. oleh sebab itu
penting untuk kita tahu tentang kerucut Edgar Dale ini. Jadi semakin
benda/sesuatu yang kita tunjukan itu mendekati aslinya maka semakin besar pula
penagkapan pemahaman dari sasaran kita☺

• Media dapat mempermudah penyampaian informasi


• Media dapat menghindari kesalahan persepsi
• Dapat memperjelas informasi
• Media dapat mempermudah pengertian
• Mengurangi komunikasi yang verbalistik
• Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap mata
• Memperlancar komunikasi

228
➢ : modul, buku bacaan/rujukan, leaflet, majalah,
buletin, tabloid
➢ : Poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi,
slide dan film, dll.

Yaitu suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.


Pada umumnya terdiri dari sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata
warna. Contohnya Poster, leaflet, Brosur, Majalah, Surat kabar, Lembar
balik, Stiker, Pamflet.
• Fungsi Utama : Memberi informasi dan menghibur
• Kelebihan : - Meningkatkan gairah belajar
- Tahan Lama
- Mencakup banyak orang • Kelemahan :
- Biaya tidak terlalu tinggi - Mudah terlipat
- Tidak perlu energi listrik - Tidak dapat menstimuli efek
- Dapat dibawa suara dan efek gerak
-Mempermudah pemahaman

• Media selembar kertas diberi


GAMBAR dan TULISAN
• Biasanya ukuran A4 dilipat tiga, ada
juga yang dilipat jadi empat
• Biasanya berisi gagasan ke pokok
permasalahannya, instruksional
(cara melakukan sesuatu)

229
• Media lipat dirancang agar sesuai dengan selembar kertas (misal A4)
• Bentuk serupa dengan leaflet (ada GAMBAR dan TULISAN)
• Jenis pesan : memperingatkan sesuatu (siaga flu burung), memberi
informasi (jenis layanan rumah rumah sakit), untuk melakukan
sesuatu : 3M)

• Media dengan bahan dasar


sehelai kertas/kain yang
digambari dan ditulisi sedikit
kata.
• Tugas utama : MENARIK
PERHATIAN ORANG
• Sifat : Ancaman, himbauan,
informasi

230
• Buku berukuran kecil (setengah kuarto) dan tipis, tidak lebih dari 30
halaman bolak-balik
• Pesan yang disampaikan lebih banyak
• Kebutuhan menyediakan referensi (bahan bacaan)

Yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar,
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contoh
televisi, radio, Film, Kaset, CD, VCD, DVD, Slide show, CD interactive,
dll

• Kelebihan : • Kelemahan :
-Sudah dikenal masyarakat -Biaya lebih tinggi
-Melibatkan semua panca indra -Sediki rumit
-Lebih mudah dipahami -Memerlukan energi listrik
-Lebih menarik karena ada gambar -Diperlukan alat canggih dalam
dan suara proses reproduksi
-Bertatap muka penyajian dapat -Perlu persiapan yang matang
dikendalikan -Peralatan yang selalu berkembang
-Jangkauan relatif lebar dan luas dan berubah
-Sebagai alat diskusi dapat diulang- -Perlu ketrampilan penyimpanan
ulang -Perlu ketrampilan dalam
pengoperasian

231
Yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara
umum melalui media cetak dan elektronika secara statis. Contoh papan
reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar.

• Kelebihan : • Kelemahan :
-Sebagai informasi umum dan -Biaya lebih tinggi
hiburan -Sedikit lebih rumit
-Melibatkan semua panca indra -Ada yang memrlukan listrik
-Lebih menarik karena ada dan alat canggih
suara dan gambar -Perlu persiapan yang matang
-Adanya tatap muka -Perlatan yang selalu
-Penyajian dapat dikendalikan berkembang dan berubah
-Jangkauan relatif lebih luas -Perlu ketrampilan
penyimpanan

• Langkah 1 (Menyusun Rencana Pembuatan Media)


o Agar jelas tujuan dan khalayak sasarannya
o Merumuskan cara mengkomunikasikan pesan
• Langkah 2 (Menulis Naskah Media)
o Menyusun teks sesederhana mungkin, jelas, lugas, dan langsung
ke persoalannya (to the point)
o Pada poster (butuh “ilham” atau inspirasi kreatif)
• Langkah 3 (Membuat Dummy/draft)
o Mendisain media (upaya kreatif menghasilkan karya yang baik)
meramu pesan dalam ruang terbatas, agar orang lain mau
tergugah, termotivasi
o Model tiruan dari media yang kita rencanakan baik secara
manual atau komputerisasi
• Langkah 4 Tata Letak (Layout)
o Melakukan penataan letak
o Pemilihan huruf yang sesuai
• Langkah 5 Mengembangkan gambar / ilustrasi
• Ada2 pendekatan :
o Ilustrasi dibuat setelah naskah setelah selesai di-layout
o Ilustrasi dibuat dahulu baru penataan letak

232
• Langkah 6 Uji Coba Media
o Selalu beranggapan bahwa khalayak sasaran belum tentu
menangkap pesan yang disampaiakan
o Mendapat masukan dan memperbaiki media sebelum diproduksi
• Langkah 7 Revisi & Produksi
o Setelah perbaikan kemudian diproduksi
o Bisa di fotocopy atau percetakan

➢ Didasarkan pada selera khalayak sasaran


➢ Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas
➢ Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda
➢ Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan,frekuensi, dan efektifitas pasien.

Hayoo pada bisa pake software yang mana? Minesweeper bukan termasuk
software buat bikin poster.

Dalam ilmu pendidikan, dikenal beberapa tipe belajar sebagai berikut :


1. Visual 2. Motoric
3. Audio 4. Campuran

Metode Penyuluhan yang sering digunakan di lapangan:


1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Demonstrasi

233
Yuw kita bahas satu satu~

Metode ceramah ialah cara penyuluhan dengan


penuturan atau penjelasan lisan penyuluh secara
langsung kepada peserta. Ceramah umumnya
dilakukan di suatu ruangan dengan peserta yang
terbatas, seperti kelas, ruang pertemuan atau
auditorium.

Kelebihan:
➢ Murah dan tidak memerlukan persiapan yang rumit.
➢ Ceramah sesuai waktu yang ada
➢ Waktu terbatas tonjolkan hal penting
➢ Pembicara mudah menguasai kelas (suasana kondusif)
➢ Kelas dapat diatur lebih sederhana

Kekurangan:
➢ Lupa hal – hal yang penting.
➢ Peserta memiliki daya tangkap yang sama
➢ Tidak mudah mengetahui apakah peserta memahami ceramah.
➢ Kurang melibatkan kreativitas dan partisipasi peserta.
➢ Menimbulkan verbalisme (komunikasi satu arah )
➢ Informasi usang, atau kurang pandai mengelola informasi.

➢ Kombinasikan ceramah dgn demonstrasi, tanya jawab, penugasan, dan


lain-lain.
➢ Gunakan media penyuluhan.
➢ Geoffrey Moss mengungkapkan 100 % pesan yang kita tangkap :
o 75 % dari mata,
o 13% dari telinga
o 12% dari indera lainnya.

Terapkan prinsip didaktik dalam ceramah


➢ Adakan persepsi dan pencarian
➢ Motivasi
➢ Kaitkan materi ceramah dengan kenyatan kehidupan sehari-hari.
➢ Manfaatkan berbagai jenis sumber belajar / media.

234
Pelaksanaan Ceramah:
➢ Membuka Ceramah
o Salam, perkenalan diri dll.
o Pencairan, jelaskan tujuan
o Jelaskan garis besar materi ceramah.
o Gunakan apersepsi (bila perlu), dengan memancing / bertanya
pengalaman masa,
o lalu peserta berkenaan dengan materi yang akan di sampaikan.

➢ Menyajikan Materi:
- Prinsip isi ceramah 5 W 1 H :
1. What (apa)
2. Who (siapa)
3. Where (dimana)
4. When (kapan)
5. Why (Mengapa)
6. How (bagaimana)
o Penyajian disampaikan secara sistematis agar mudah diikuti peserta
o Gunakan waktu tepat guna, jaga minat dan konsentrasi peserta,
selama penyajian berlangsung.
o Berikan kesempatan agar peserta terlibat untuk berfikir, bertanya,
menjawab,diskusi, mengamati peragaan/ media, kombinasikan
dengan metode lain.
o Berikan reiforcement verbal ataupun non-verbal (anggukan dan
senyuman) atas jawaban dari pertanyaan yang diberikan
o Usahakan suasana yang segar- menggairahkan, dengan humor
seperlunya.

➢ Menutup Ceramah
1. Kesimpulan
2. Salam perpisahan
➢ Catatan
o Penampilan : busana, aksesoris, dandanan yang sesuai.
o Gunakan Bahasa/kata–kata yang sederhana mudah difahami,
intonasi tidak monoton.

235
Metode tanya jawab ialah cara penyuluhan dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab terutama dari penyuluh kepada para peserta, walaupun dapat
sebaliknya.

Kelebihan
➢ Memusatkan perhatian peserta
➢ Merangsang peserta untuk melatih dan mengembangkan daya pikir
termasuk daya ingat.
➢ Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
➢ Metode ini dpt mengetahui kemampuan berfikir peserta dan ke
sistematisannya dalam mengemukakan pendapatnya
➢ Dapat digunakan untuk mengetahui penguasaan materi yang telah
dipelajari peserta,sehingga dapat dijadikan bahan introspeksi penyuluh.
➢ Sebagai pendorong dan pembuka jalan untuk mengadakan penelusuran
kepada berbagai sumber belajar.

Kekurangan
➢ Peserta sering merasa takut, apalagi kalau penyuluh tidak dapat
menciptakan suasana akrab.
➢ Tak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir
dan mudah dipahami peserta.
➢ Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila peserta tidak dapat
menjawab pertanyaan sampai beberapa orang.
➢ Penyuluh masih tetap mendominasi proses belajar mengajar. Ingin
jawaban peserta selalu sesuai dengan kemauannya.
➢ Bila jumlah peserta banyak, tidak cukup waktu untuk bertanya pada
tiap peserta. Sering sebagian kecil peserta yang menguasai / senang
berbicara memborong jawaban.

236
➢ Pertanyaan ingatan : apa, siapa, dimana, kapan dll
Misalnya: Sebutkan apa saja bahan makanan sumber vitamin A!
➢ Pertanyaan pemahaman : Uraikan, bandingkan, cari perbedaan dll
Misalnya: Dari kebersihannya, apa bedanya ASI dan susu botol?
➢ Peranyaan penerapan: terapkan, berapa banyak, gunakan,yang mana
Misalnya: Berdasarkan kadar kolesterolnya, bahan makanan apa saja
yangmenggandung kadar kolesterol rendah?
➢ Pertanyaan analisis : mengapa, berikan kesimpulan, apa motifnya dll
Misalnya: Mengapa kolesterol dalam darah dapat menjadi penyebab
timbulnya penyumbatan pembuluh darah?
➢ Pertanyaan sintesis : Perkirakan, kembangkan, rencanakan, apa yang
akan terjadi dll.
Misalnya: Apa yang akan terjadi terhadap anak yang dilahirkan bila ibu
kekurangan yodium selama kehamilannya?
➢ Pertanyaan evaluasi : apa pendapatmu, mana yang lebih baik , apakah
anda setuju.dll
Misalnya: Dari dua gambar penampang pembuluh darah ini, gambar
pembuluh darah mana yang mengalami penyempitan? Mengapa?

1. Pemberia acuan (structuring)


Contoh :
Kita telah tahu bahwa diare atau mencret mengakibatkan tubuh
kekurangan cairan. Coba jelaskan cairan apa yang dapat diminumkan
untuk mengganti cairan tersebut?.

2. Pemusatan (focusing)
Contoh :
Sayuran apa yang mengandung vitamin A? (bisa dijawab macam-
macam)Sebutkan yang paling tinggi kandungan vitamin A –nya? (satu
diantara berbagai jenis sayuran)

3. Memberikan tuntunan (promting)


Mengungkapkan kembali pertanyaan dengan ungkapan yang mudah
dipahami peserta. Misalnya :
Daun katuk dan hati ayam adalah sumber vitamin A, sumber mana
yang paling baik bagi tubuh manusia?

237
Sumber vitamin A yang paling baik bagi tubuh manusia adalah dari
hewani, mana yang lebih baik, daun katuk atau hati ayam?

4. Mengadakan Pelacakan
Klarifikasi:
o menjelaskan lebih lanjut.
o Meminta peserta tsb memberikan alasan
o Meminta pandangan dgn peserta lainnya.
o Meminta ketepatan jawaban dari para peserta.
o Meminta jawaban yang lebih relevan, spesifik.
o Meminta contoh dari jawaban yang spesifik tsb.
o Meminta jawaban yang lebih kompleks.

• Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


➢ Ciptakan suasana menyenangkan dan akrab
➢ Sampaikan pertanyan dengan suara jelas,tenang tapi bersemangat.
➢ Jangan sering menggulang pertanyaan agar peserta penuh
perhatian.
➢ Jelaskan istilah asing yang belum diketahui peserta (artinya) tapi
bukan penjelasan jawaban.
➢ Bagi pertanyan yang seimbang terhadap peserta.
➢ Bila peserta bertanya, berikan kesempatan peserta lainnya
menjawab.

• Bersikap Baik terhadap Jawaban Peserta


➢ Beri kesempatan memikirkan jawaban.
➢ Jangan memaksa peserta menjawab, agar tidak malu.
➢ Jawaban salah jangan ditertawakan atau dibesar-besarkan, dapat
mematahkan semangat.
➢ Hargai segi benarnya, minta yang lain melengkapi.Berikan
reinforcement/pujian
➢ Verbal : (Kata - kata) misal bagus ,tepat dan lain- lain
➢ Non verbal : Isyarat (acungan jempol)
➢ Gabungan : a+b

238
Metode demonstrasi ialah cara penyajian materi penyuluhan dengan
meragakan atau mempertunjukan kepada peserta suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari. Baik sebenarnya atau tiruan yang
sering disertai dengan penjelasan lisan.

Kelebihan:
➢ Membuat pelajaran atau informasi yang disampaikan lebih konkret
➢ proses pengajaran akan lebih menarik.
➢ Peserta di rangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dan kenyataandan mencoba melakukan sendiri.
➢ Dapat disajikan untuk materi pelajaran yang tidak mungkin atau kurang
sesuai denganmetode lain.

Kelemahan:
➢ Memerlukan keterampilan khusus.
➢ memerlukan fasilitas: peralatan, tempat, dan biaya yang memadai.
➢ Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang kadang perlu
waktu yang lama.
➢ Pertimbangkan jumlah peserta, agar tiap peserta dapat melihat dengan
jelas.
➢ Tuliskan pokok–pokok yang akan didemonstrasikan, yang dapat dibaca
peserta.
➢ Sebelumnya dicoba/dilatih lebih dahulu agar mahir, untuk mengetahui
kekurangannya.

239
➢ Periksa kesiapan peralatan, pengaturan tempat, garis besar langkah, dan
pokok –pokok yang akan didemonstrasikan.
➢ Siapkan peserta, barangkali ada yang akan mereka catat.
➢ Mulai demonstrasi dengan menarik perhatikan peserta.
➢ Ikuti prosedur yang telah ditetapkan.
➢ Sekali-kali perhatikan peserta peserta, apakah dapat mengikuti dengan
baik.
➢ Ciptakan suasana humoris, agar tidak tegang.
➢ Beri kesempatan peserta untuk bertanya, membandingkan dengan
pengalaman lainnya, atau mencoba dengan bimbingan fasilator.

240
Latihan Soal
1. Menurut teori Bloom, faktor terbesar kedua yang memengaruhi derajat
kesehatan adalah...
A. Perilaku
B. Lingkungan
C. Genetik
D. Pelayanan kesehatan
E. Keturunan

2. Berdasarkan penelitian penerimaan/pemahaman macam metode


promosi kesehatan, audiens dengan tingkat pemahaman 50% adalah
menggunakan metode...
A. Menonton demonstrasi suatu video atau peragaan di lokasi
B. Membaca
C. Ikut partisipasi dalam diskusi atau memberikan ceramah
D. Melihat foto, lukisan atau ilustrasi
E. Mendengarkan ceramah

3. Metode penyuluhan yang memberikan pertanyaan kepada para peserta


disebut juga dengan metode...
A. Tanya jawab
B. Ceramah
C. Demonstrasi
D. Kuliah
E. Ilustrasi

4. Pada saat tanya jawab, penyuluh selalu mengacungkan jempol kepada


peserta yang mampu menjawab pertanyaan. Apakah yang telah dilakukan
penyuluh tersebut?
A. Reinforcement
B. Empati
C. Simpati
D. Refleksi isi
E. Refleksi pengalaman
AAAA

241
HOME VISIT, HOME CARE &
SISTEM RUJUKAN DI INDONESIA
Dosen : dr. Denny Anggoro

Assalamuayakum Medallion, kembali lagi nih dengan materi home visit, home
care. Tapi disini kita juga akan belajar mengenai sistem rujukan loh. Semangat yah

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang dasar-dasar, tahapan dan prosedur Home
visit-Home Care dan Proses Rujukan

242
HOME VISIT/HOME CARE

 Home visit : kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih


mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan
kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien
Ruang lingkup :
Home visit : mengenal lebih dekat dan pertolongan kedokteran sebatas
rawat jalan (ambulatory service)

 Home care : pertolongan kedokteran dilakukan di rumah tersebut


Ruang lingkup :
Home care : pertolongan kedokteran yang bersifat rawat inap
(hospitalization)

243
ALASAN HOME VISIT/HOME CARE
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
- memperoleh data yang lengkap tentang pasien :
- kondisi rumah, kondisi keluarga, kondisi lingkungan, interaksi
sosial,dsb
2. Memberikan pertolongan
- keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan
- sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap yang dilakukan rumah
sakit

MANFAAT HOME VISIT - HOME CARE


1. Lebih meningkatkan hubungan dokter pasien
2. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter kepada pasien
3. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
4. Dapat lebih meningkatkan pemenuhan kebutuhan pasien

MASALAH HOME VISIT - HOME CARE


1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat diberikan
2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan
3. Ketergantungan pasien dan keluarga yang berlebihan

244
TATA CARA HOME VISIT – HOME CARE
Berdasarkan Pelaksana :
1. Dokter
2. Tenaga kesehatan lain yang terlatih
Berdasarkan Inisiatif
1. Dokter
2. Pasien/keluarga

KEGIATAN VISIT

A. UNTUK PENGUMPULAN DATA


1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
(terutama high risk family)
2. Mengatur jadwal kunjungan
3. Mempersiapkan data yang akan dikumpulkan
4. Melakukan pengumpulan dan pencatatan data
5. Menyampaikan nasihat/edukasi kesehatan

Data minimal :
a. Identitas pasien
b. Data rumah
c. Lingkungan
d. Pemukiman pasien
e. Struktur keluarga
f. Fungsi keluarga
g. Interaksi keluarga

245
B. ATAS INISIATIF DOKTER
1. Mempersiapkan jadwal kunjungan
2. Menyampaikan jadwal kunjungan kepada pasien
3. Mempersiapkan keperluan kunjungan
4. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
5. Mengisi rekam medis
6. Menyusun rencana tindak lanjut

C. ATAS INISIATIF PASIEN


1. Menanyakan keadaan selengkapnya mengenai kondisi pasien
2. Mempersiapkan keperluan kunjungan
3. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
4. Mengisi rekam medis
5. Menyusun rencana tindak lanjut
D. FAMILY FOLDER
 Berisi data pasien dan keluarga
 Butuh proses inovasi dan pengembangan

246
RUJUKAN (REFERRAL)

Dokter Memiliki Kompetensi Tetapi Akan Dibatasi oleh Kewenangan


Dokter kadang membutuhkan konsultasi/rujukan

ILUSTRASI KASUS
Dikelola sendiri atau Dirujuk/Dikonsultasi?

Kasus 1 :
Pasien laki-laki, 23 thn, kecelakaan lalu lintas, pasien sadar penuh,amnesia (-) ada
vulnus excoriasi di wajah, di kepala terdapat hematom frontal, mual/muntah (-),
dan gangguan saraf (-)

Jawab :
 Vulnus excoriasi  luka lecet
 Vulnus ekssoriasi atau luka lecet
 Vulnus scisum atau luka sayat
 Vulnus laseratum atau luka robek
 Vulnus punctum atau luka tusuk
 Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
 Vulnus combotio atau luka bakar
Maka kasus ini termasuk cedera kepala ringan  kompetensi dokter umum :
kelola sendiri jangan di rujuk (kompetensi 4 : Ditangani sampai tuntas)

247
Kasus 2 :
Pasien perempuan, 25 tahun, dengan nyeri perut kanan bawah, nyeri mendadak,
disertai mual, muntah, badan agak demam. Pasien pernah mengalami gejala usus
buntu sebelumnya, tetapi menolak untuk dioperasi.
Jawab :
Gejala curiga appendicitis kronis eksaserbasi akut (dulu perah di dx Appendicitis
lalu kambuh lagi, kronis eksaserbasi akut biasanya gejala dan sakitnya lebih parah
daripada gejala tempo dulu) --< tidak dapat dikelola sendiri  RUJUK 
appendectomi
Kasus 3 :
Pasien laki-laki, 15 tahun, datang dgn keluhan kuku jari kaki terkena “standar
motor”. Darah keluar, dan kuku sebagian mudah digoyangkan terlihat akan lepas.
Jawab :
Dikelola sendiri
Lakukan binail ekstraksi (dianatesi local dulu kemungkinan jaringan sekitar kuku,
kenapa lebih baik kukunya diambil? Karena kemungkinan jaringan sekitar kuku
sudah nekrosis, kuku sudah tidak akan tumbuh lagi alias mati, jutsru keberadaan
kuku ini menambah infeksi dan jika bergerak dapat menambah cidera.
Kasus 4 :
Terdapat 10 orang warga yang mengalami keracunan setelah makan jamur yang
didapat dari hajatan. Kondisi pasien sedang, CM, VS normal, tetapi masih mual
dan muntah.
Jawab :
Dikelola sendiri  karena level ini masih bisa dikelola sendiri
Kasus 5 :
Ada seorang bapak, 40 th, datang dengan perdarahan kedua tangan yang
memancar setelah kejatuhan kaca ketika sedang membersihkan rumahnya setelah
gempa?
Jawab :
Tangani kegawatdaruratan terlebih dahulu dengan klem arteri  Baru di rujuk

248
Jangan langsung dirujuk karena perdarahan arteri akan terus memancar dan
pasien bisa kehabisan darah saat diperjalanan.
Bagaimana cara klem arteri?
Padang manset pada bagian lengan (proksimal) dengan tekanan 160 mmHg,
fungsi anset ini untuk menghentikan penradarahan dari arah proksimal. Lalu cari
arterinya lalu diklem.
Menurut EBM tahun 2004 dari divisi emergency dan trauma, sudah tidak
diperbolehkan karena akan menyebabkan nekrosis jaringan. Namun, penggunaan
disini hanya sementara untuk menghentikan perdarahan agar mudah mencari
arteri yang menjadi sumber perdarahan.

DEFINISI
a. Konsultasi :
Upaya memintakan bantuan profesional penanganan kasus penyakit
yang sedang ditangani oleh seorang dokter ke dokter lain yang lebih ahli.
b. Rujukan :
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan suatu kasus
penyakit dan ataupun masalah kesehatan secara timbal balik, yang dapat
dilakukan secara vertikal (berbeda stratanya) atau secara horisontal(sama
stratanya).

ALASAN DIPERLUKANNYA KONSULTASI DAN RUJUKAN


a. Karena pesatnya perkembangan ilmu dan pengetahuan ~tidak mungkin
dikuasai oleh seorang dokter
b. Karena makin bervariasinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga
~perlu kerjasama antar dokter
c. Karena keterbatasan kemampuan dokter,ketrampilan, keterbatasan
waktu/kesempatan

MANFAAT KONSULTASI DAN RUJUKAN


a. Mampu meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga,dan
masyarakat
b. Pengetahuan dan ketrampilan dokter akan meningkat
c. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien secara komprehensif akan
lebih terpenuhi

249
JENIS RUJUKAN
A. Rujukan Medis
B. Rujukan Kesehatan

1. RUJUKAN MEDIS
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan medis adalah
masalah kedokteran. Tujuan  untuk menyembuhkan penyakit dan atau
memulihkan status kesehatan pasien
Rujukan Medis terbagi menjadi :
1. Rujukan pasien(transfer of patient)
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penatalaksanaan pasien dari
satu strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya, untuk pelayanan tindak
lanjut yang diperlukan
2. Rujukan ilmu pengetahuan(transfer of knowledge)
Pengiriman dokter atau tenaga kesehatan lain yang lebih ahli dari satu
strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu untuk pelaksanaan bimbingan dan diskusi
atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan latihan. Misal
penanganan Kejang demam
2. RUJUKAN KESEHATAN
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab adalah untuk masalah kesehatan
masyarakat. Rujukan kesehatan terdiri atas :
1. Rujukan tenaga
Pengiriman dokter atau tenaga kesehatan dari satu strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat yang
ditemukan, atau sebaliknya, untuk memperoleh pendidikan dan latihan.
Misal Pelatihan penanganan dan pelaporan KLB Diare/Demam
Berdarah
2. Rujukan sarana
Pengiriman pelbagai peralatan medis dan ataupun non medis dari satu
strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan

250
kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat yang ditemukan, atau sebaliknya, untuk pelayanan tindak
lanjut yang diperlukan. Misal pengiriman Alat Deteksi Dini Leptospirosis
(Leptotec)
3. Rujukan operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat dari satu strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya,
untuk pelayanan tindak lanjut yang diperlukan. Misal Tim
Penanggulangan Bencana.

3. RUJUKAN BAHAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM(TRANSFER OF


SPECIMEN)
Pengiriman bahan-bahan pemeriksaan lab dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata kesehatan yang lebih mampu untuk pemeriksaan
bahan-bahan laboratorium. Misal pengiriman jaringan hasil biopsi.

KARAKTERISTIK KONSULTASI DAN RUJUKAN


1. DITINJAU DARI RUANG LINGKUP KEGIATAN
 Konsultasi : memintakan bantuan profesional pihak ketiga yang lebih
ahli.
 Rujukan : melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang dihadapi pada pihak ketiga.
2. DITINJAU DARI KEMAMPUAN DOKTER
 Konsultasi : pada dokter yang lebih pengalaman atau lebih ahli
 Rujukan : kelebihan pengalaman atau keahlian tidak mutlak, dapat
melimpahkan wewenang dan tanggung jawabnya meskipun
kemampuannya setingkat
3. DITINJAU DARI WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
 Konsultasi : wewenang dan tanggung jawab pada dokter yang
melakukan konsultasi
 Rujukan : wewenang dan tanggung jawab pada dokter yang diberi
rujukan.
251
MASALAH KONSULTASI DAN RUJUKAN
1. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas inisiatif
dokter serta penjelasan yang dilakukan tidak dapat meyakinkan pasien,
dapat menimbulkan rasa kurang percaya pasien pada dokter.
2. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan
pasien, dapat menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter
3. Apabila dokter tempat dimintakan konsultasi tidak memberikan jawaban,
melainkan mengambil alih wewenang dan dan tanggung jawab
pananganan pasien atau dokter tempat rujukan tidak merujuk kembali
pasien tersebut setelah tindakan kedokteran selesai dilakukan
4. Apabila dokter yang melakukan konsultasi dan atau rujukan tidak
sependapat dengan saran atau tindakan dokter konsultan(second opinion)
5. Apabila ada pembatas dalam melakukan konsultasi dan rujukan, misal :
sikap dan perilaku dokter, pasien tidak cukup biaya, transportasi,
birokrasi dari pihak asuransi
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan atau dirujuk

TATA CARA KONSULTASI


Ada 2 jenis konsultasi :
1. Konsultasi formal (formal consultation)
2. Konsultasi informal (informal consultation)
melakukan konsultasi informal, misal : diskusi/percakapan di kantor, di
ruang istirahat atau melalui telepon.

Tata cara atau langkah-langkah konsultasi formal


1. Alasan dilakukannya konsultasi harus dijelaskan selengkap-lengkapnya
pada pasien
2. Dokter yang melakukan konsultasi harus berkomunikasi secara langsung
dengan dokter tempat konsultasi
3. Keterangan tentang pasien yang disampaikan pada waktu konsultasi
harus lengkap tapi tidak berlebihan

252
4. Sesuai dengan ketentuan kode etik profesi, seyogyanya dokter yang
dimintakan konsultasi bersedia memberikan bantuan profesional yang
sesuai.

4 MACAM RUJUKAN (REFERRAL)


1. INTERVAL REFERRAL
Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab
sepenuhnya dalam jangka waktu tertentu, misal : cuti, keluar kota.

2. COLLATERAL REFERRAL
Menyerahkan wewenang & tanggung jawab untuk satu masalah
kedokteran khusus, misal : penyakit glaukoma kronik pada dokter
spesialis mata, penanganan masalah lain masih tetap oleh dokter yang
merujuk, misal ISPA masih dengan dokter yang merujuk
3. CROSS REFERRAL
Menyerahkan wewenang & tanggung jawab penanganan penderita
selamanya, misal : pindah ke daerah lain, pasca PTT.
4. SPLIT REFERRAL
Menyerahkan wewenang & tanggung jawab sepenuhnya, selama
pelimpahan tersebut dokter yang merujuk tidak ikut campur (rujukan
terpecah). Misal Kasus Usus buntu dengan Diabetes. Yaitu rujukan ke
Bedah dan ke Penyakit Dalam.

SISTEM RUJUKAN DI INDONESIA


Permenkes No. 01 tahun 2012

253
Sistem Rujukan Jenjang Pelayanan Kesehatan Indonesia

254
Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Indonesia

ARAH RUJUKAN
a. Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
yang berbeda tingkatan.
 Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan.
b. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan.
 perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap

255
PEMBINAAN SISTEM RUJUKAN
1. Regionalisasi : pembagian wilayah pelaksanaan system rujukan.
2. Screening : penyaringan terhadap penderita yang akan disalurkan dalam
system rujukan.
3. Kemampuan unit kesehatan dan petugas : peningkatan keterampilan

IMPLEMENTASI SISTIM RUJUKAN


Mencakup semua bidang kesehatan
Contoh Sistim rujukan neonatus, sistim rujukan kebidanan.

TEKNIS PERSIAPAN RUJUKAN (PASIEN)


1. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
2. Melakukan komunikasi dengan tempat rujukan
3. Mengisi blangko/form rujukan
4. Mempersiapkan alat transportasi
5. Mempersiapkan penderita
6. Pemantauan hal-hal penting dalam perjalanan rujukan
7. Membina komunikasi dengan tempat rujukan

Akibat Proses Salah Rujukan

DAMPAK SISTIM RUJUKAN TIDAK BERJALAN BAIK


1. Pusat pelayanan vertikal mendapatkan beban yang berlebihan
2. Pelayanan menjadi tidak efektif
3. Pembiayaan kesehatan menjadi tidak efisien

256
4. Alur rujukan menjadi terbalik.

DUKUNGAN SISTIM RUJUKAN


1. Kesiapan Sumber daya manusia
2. Sistim rujukan yang sudah mantap
3. Komunikasi yang baik
4. Tersedianya Sarana rujukan (misal form rujukan, alat komunikasi, alat
transportasi)

TRANSPORTASI RUJUKAN
Sarana untuk memindahkan/mentransfer pasien dari satu pusat pelayanan ke
pusat pelayanan lain
Ada 3 macam sarana :
1. Darat
2. Udara
3. Laut

Bentuk Transportasi Rujukan


Darat (Tradisional)

257
Darat (Modern)

Remote Area

258
Air Ambulance

259
FENOMENA DALAM RUJUKAN

Ada udang di balik bakwan. Mungkin itu sebuah kalimat yang tepat
untuk menungkapkan realita di balik sistem rujukan yang ada. Berbagai fasilitas
kesehatan berlomba menggemukkan aset dengan mencari pasien sebanyak
banyaknya. Tak ayal, fasilitas fasilitas kesehatan primer yang sebenarnya mampu
menangani pasien dengan senang hati merujuk kepada fasilitas kesehatan
sekunder karena ada udang di balik bakwan. Simbiosis mutualisme.
Namun, realita dari sudut pandang pasien pun banyak terjadi. Pasien
dengan memohon mohon datang ke fasilitas kesehatan primer hanya untuk
memperoleh surat rujukan supaya ia dapat bertemu dengan dokter favoritnya di
fasilitas kesehatan sekunder.
Terus aku kudu piye?

260
SOAL LATIHAN

1. Seorang dokter PTT yang menjalankan praktek umum berencana akan


mengakhiri masa PTT nya dan akan kembali ke daerah asalnya. Dokter
kemudian menyerahkan tanggng jawab pelayanan tempat prakteknya kepada
dokter lain dari daerah terebut untuk melayani pasien seterusnya. Termasuk
jenis rujukan apakah di atas?
a. Split referral
b. Interval referral
c. Cross referal
d. Collateral referral
e. Based time referral
2. Seorang dokter umum yang menangani pasien dengan LBP merujuk pasien
ke dokter syaraf hanya untuk menangani epilepsi yang diderita pasien. Dokter
umum tersebut masih bertaggungjawab menangani masalah lain pada pasien
tersebut. Termasuk jenis apakah rujukan di atas?
a. Split referral
b. Interval referral
c. Cross referal
d. Collateral referral
e. Based time referral
3. Seorang dokter umum merujuk pasien dengan kecurigaan appendicitis acute
kepada dokter spesialis bedah. Dokter umum tersebut tidak ikut dalam
penanganan kasus tersebut dan akan melayani pasien kembali jika
kesembuhan sudah didapatkan. Termasuk jenis rujukan apakah di atas?
a. Split referral
b. Interval referral
c. Cross referal
d. Collateral referral
e. Based time referral
4. Seorang dokter laki laki yang praktek swasta menangani kasus pasien wanita
dengan keluhan keputihan dan gatal di bagian kelaminya. Pasien merasa
keberatan/ malu diperiksa oleh dokternya. Karena dokter harus
mendapatkan informasi pemriksaan fisik, dokter kemudian meminta bantuan
teman sejawatnya seorang bidan yang praktek tak jauh dari tempatnya untuk
membantu memeriksa pasien. Termasuk kegiatan apakah yang dilakukan oleh
dokter?
a. Konsultasi vertikal
b. Konsultasi horizontal

261
c. Rujukan vertikal
d. Rujukan horizontal
e. Rujukan balik
5. Seorang dokter wanita yang praktek swasta menerima pasien anak 10 tahun
yang dibawa oleh kedua orang tuanya untuk sirkumsisi. Karena dokter
tersebut merasa tidak mampu kemudian mengirim pasien tersebut ke dokter
bedah umum yang tidak jauh dari tempatnya. Termasuk kegiatan mankah
yang sudah dilakukan dokter tersebut?
a. Konsultasi vertikal
b. Konsultasi horizontal
c. Rujukan vertikal
d. Rujukan horizontal
e. Rujukan balik

262
BLUM’S THEORY AND HEALTH
DETERMINANT
dr. Muhammad Khotibuddin, MPH

ASAL-USUL TEORI BLUM

Pencetus teori blum adalah Dr. Hendrick L.


Blum. Beliau merupakan profesor Emeritus Ahli
Perencanaan dan Administrasi Kesehatan dari
University of California, Berkeley, USA yang
lahir pada tanggal 11 November 1915 di San
Fransisco. Blum wafat pada tanggal 3 Januari

263
2006 di Oakland, California karena cardiac arrhythmia di usia 90 tahun.
Blum mendapatkan gelar sarjana dalam bidang ilmu kimia dari Berkeley pada
tahun 1937 dan mendapatkan gelar dokter dari University of California, San
Francisco, pada 1942. Gelar masternya dalam bidang kesehatan masyarakat
(public health) dari Harvard University, Boston, pada 1948. Pada tahun 1944-
1945, Blum menjadi assistant physician di Johns Hopkins University, kemudian
pada tahun 1946-1947 mendapat beasiswa di Stanford University. Blum menjadi
pekerja kesehatan untuk Contra Costa County sejak 1950 sampai 1966, ketika dia
bergabung dengan Berkeley full-time faculty.

PEMIKIRAN HENDRICK L. BLUM


Beberapa pemikiran Blum antara lain:
- Health planning tidak bisa lepas dari konteks politik, pemerintahan, dan
ekonomi.
- Health planning membutuhkan semua pengetahuan tentang lingkungan,
sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan yang membentuk suatu
komunitas.
- Partisipasi masyarakat sangat esensial dalam menyelesaikan masalah
kesehatan.
- Pelayanan kesehatan sebaiknya didirikan di lokasi yang paling
membutuhkan sebagai salah satu sumber daya yang paling mendukung
komunitas tersebut.
- Health planning wajib menyesuaikan kebutuhan masyarakat, struktur
masyarakat dan komunitasnya.

KARYA-KARYA HENDRICK L. BLUM


Blum sebenarnya tidak menghasilkan terlalu banyak karya, namun karyanya
banyak dipakai di berbagai pemerintahan, misalnya oleh Amerika, Inggris, dll.
Karya-karya Blum antara lain:
- Health Systems Agency for Orange County, Calif. Dibuat pada tahun 1974.
- Blum merupakan salah satu pendiri Western Center for Health Planning di San
Francisco.
- Blum juga merupakan penulis dari 3 landmark of community health and health
planning, yaitu:
1. Public Administration: A Public Health Viewpoint (1963)
2. Health Planning; Notes on Comprehensive Planning for Health (1968)
3. Planning for Health: Development and Application of Social Change Theory
(1974)
264
SEJARAH KESEHATAN MA SYARAKAT ABAD-20

- Periode perkembangan sumber daya kesehatan (1900-1960):


 Fase reformasi (1900-1920)
 Fase pendidikan kesehatan (sesudah 1920)
 Fase depresi berat (1929-1935) dan Perang Dunia II (1945)
 Fase pasca perang dunia (1946-1960)
- Periode rekayasa sosial (1960-1973)
 Medicare dan medicaid  medicare merupakan suatu asuransi
sosial bagi usia lanjut dan dijalankan oleh pemerintah federal,
sedangkan medicaid merupakan suatu sistem asuransi bagi
masyarakat miskin yang dijalankan oleh pemerintah federal dan
negara bagian
- Periode promosi kesehatan (1974-sekarang)

KONSEP HENDRICK L . BLUM

Berdasarkan bagan di atas, status kesehatan dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu:


1. Genetik  gender, ras, suku
2. Pelayanan kesehatan
3. Lingkungan  fisik, biologis, sosial, politik, ekonomi
4. Perilaku

265
ANALISA DERAJAT STAT US KESEHATAN

- Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang


dihadapi
- Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara
kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk,
menurut tempat dan waktu
- Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis
- Ukuran yang digunakan adalah angka kematian (mortalitas) dan angka
kesakitan (morbiditas)

MORTALITAS

- Angka kematian bayi (IMR)


Kematian balita sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga
dan keadaan gizi anak.  Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat
kaitannya dengan kualitas lingkungan hidup, gizi masyarakat, dan keadaan
sosial ekonomi. Tingginya IMR menunjukkan bobot masalah mengenai
perinatal, komplikasi kehamilan, perawatan kehamilan, komplikasi
persalinan dan perawatan bayi.

266
- Angka kematian menurut penyebab (CSDR)
CSDR berguna untuk melihat penyebab-penyebab atau penyakit apa yang
menjadi penyebab utama angka kematian.

MORBIDITAS
- Incidence rate
IR merupakan jumlah kasus baru suatu penyakit tertentu yang terjadi
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, dalam masa waktu tertentu
pula. Untuk penyakit akut maka indikator yang baik digunakan adalah
angka incidence.
- Prevalence rate
PR merupakan jumlah orang yang menderita sakit pada umumnya atau
mmenderita penyakit tertentu dalam suatu kelompok penduduk tertentu
dalam suatu masa tertentu. Untuk penyakit kronis, penggunaan angka
incidence maupun prevalence penting utk mengambarkan keadaan
penyakit.
- Case fatality rate

267
STATUS KESEHATAN INDONESIA (2007)

Pada grafik yang ditunjukkan sebelumnya tentang angka kematian bayi dan
angka kematian ibu, dapat dilihat adanya penurunan angka kematian bayi dan ibu
(lihat di halaman sebelumnya ya). Penurunan angka kematian bayi dan ibu ini
ternyata berhubungan dengan beberapa aspek dari Teori Blum.
Dari bagan diatas diketahui bahwa aspek genetik belum menunjukkan ada
hubungan, namun dari segi pelayanan kesehatan, lingkungan dan perilaku ada
hubungannya.

ANALISIS PELAYANAN K ESEHATAN

- Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif,


kuratif maupun rehabilitatif
- Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang input, proses,
output dan dampak dari pelayanan kesehatan
 Input: aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan prasarana
kesehatan
 Proses pelayanan: pengorganisasian, koordinasi, supervisi
 Output pelayanan: cakupan pelayanan, pemanfaatan pelayanan

Di bawah ini akan kita temui beberapa grafik. Yang kita perhatikan sebagai
tolak ukur adalah DKI Jakarta sebagai ibukota karena menjadi gambaran umum
Indonesia, kemudian daerah timur Indonesia yaitu NTT dan Papua Barat, serta
DIY yang merupakan kota pendidikan.

268
Grafik di atas menunjukkan angka kematian bayi per 1000 kelahiran di
Indonesia adalah sebesar 34 bayi. DIY merupakan provinsi dengan angka
kematian bayi terendah di Indonesia karena hanya sebesar 19 bayi. DKI Jakarta
masih ada di bawah angka kematian bayi Indonesia. Sedangkan di daerah timur,
yaitu NTT dan Papua Barat memiliki nilai angka kematian bayi di atas rata – rata.

269
Grafik tersebut menunjukkan cakupan K1 atau kunjungan pertama ibu hamil
di Indonesia adalah 95,26%. DIY dan DKI Jakarta cakupan K1 nya melebihi
tingkat rata – rata. Sedangkan NTT dan PapuaBarat cakupan pelayanan ibu hamil
pada kunjungan pertamanya di bawah rata – rata.

Hasil berbeda ditunjukkan di grafik di atas. Cakupan pelayanan kesehatan K4


ibu hamil di DIY justru berada di bawah nilai rata – rata Indonesia. DKI memiliki
nilai cakupan tertinggi di Indonesia. NTT dan Papua Barat tetap memiliki nilai
yang rendah di bawah nilai rata – rata.

270
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan di DIY dan DKI memiliki nilai diatas rata-rata. Sementara, di
NTT dan Papua Barat memiliki nilai yang rendah di bawah nilai rata – rata.

Kesimpulan dari 4 grafik diatas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel diatas menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di daerah timur


Indonesia yang diwakili oleh propinsi NTT dan Papua Barat masih buruk.

ANALISIS PERILAKU KE SEHATAN

- Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan


perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya
kesehatan
- Dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief
model atau teori lainnya

ASPEK PERILAKU
- PSP masyarakat tentang pelayanan kesehatan
- PSP tentang pola pencarian pelayanan kesehatan
- PSP tentang penanganan penyakit
- Peran serta masyarakat atau ukbm
- PSP masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak

271
ANALISIS LINGKUNGAN

- Analisis lingkungan sosial


- Analisis lingkungan biologis
- Analisis lingkungan fisik:
 Mengambarkan masalah air bersih
 Keadaan rumah dan pekaranagan (ventilasi, lantai, pencahayaan
maupun kebisingan)
 Limbah rumah tangga (SPAL)
 Limbah industri
 dll
Contoh: Lingkungan rumah sehat

272
273
BIOLOGI, SOSIAL, BUDAYA, DLL
- Analisis lingkungan biologi mengambarkan vektor penyakit, ternak
dan sebagainya
- Gotong royong
- Arisan
- Dsb dengan bidang kesehatan

274
Sedih nggak sih lihat gambar di atas? Tugas kita banyak guys. Mari ciptakan
lapangan kerja yang baik untuk membantu meningkatkan harkat dan martabat
masyarakat Indonesia.

Mana daerah asalmu? Sembari memperdalam khazanah keilmuan, mari bekerja


keras untuk memajukan daerah yang tertinggal. Kalau bukan kita, siapa lagi?

275
Provinsi AKB (34) Pelayanan Kesehatan

Cakupan K1 Cakupan K2 Salin Nakes


DIY 19 Baik Buruk Baik
DKI 28 Baik Baik Baik
NTT 57 Buruk Buruk Buruk
Papua Barat 41 Buruk Buruk Buruk

Provinsi AKB (34) Lingkungan

Rumah WC Air Tertinggal Miskin

DIY 19 Sehat Baik Baik <25 10-20%


DKI 28 Sehat Baik Baik <25 10-20%
NTT 57 Tidak Tidak Tidak >75 20-30%
Papua Barat 41 Tidak Tidak Tidak >75 >30%

276
Grafik tersebut menunjukkan peningkatan usia harapan hidup sebanding dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat tanggung jawab pemerintah dalam


menjalani aturan hukum berkaitan dengan angka kematian bayi.

277
Grafik di atas menunjukkan peningkatan angka korupsi berbanding lurus dengan
peningkatan angka kematian anak.

HEALTH 2010

- Manusia sehat dalam masyarakat sehat.

278
Status kesehatan seseorang atau sebuah komunitas ditentukan oleh berbagai hal.
Status kesehatan juga menjadi awal disusunnya berbagai tujuan dan target
program kesehatan. Silakan pelajari diagram di atas dengan baik! 

Dengan pengendalian pengaruh/ determinan kesehatan (lingkungan fisik, lingkungan


sosial, perilaku individu, biologis dan genetik serta pelayanan kesehatan), tahun 2020
tingkat kesehatan individu ditargetkan meraih tujuan berikut;
- Meraih usia harapan hidup yang lebih panjang dan bebas dari penyakit yang
dapat dicegah, disabilitas, trauma dan kematian prematur.
- Meraih kesamaan hak dalam kesehatan, menghilangkan disparitas, dan
meningkatkan kesehatan dalam semua tingkatan masyarakat.
- Menciptakan lingkungan sosial dan fisik yang mempromosikan kesehatan untuk
semua.
- Mempromosikan kualitas hidup, perkembangan yang sehat, dan perilaku sehat
pada semua tingkatan kehidupan.

“Money is my mother. Power is my father” Young God-Total Ape


(lagu yg dinyanyiin dr. Kobu pas ngisi kuliah, sabi guys kalo mau didengerin wkwk)

279
Kuliah ini diawali dengan pertanyaan dari dr. Ekorini, kira kira apa saja yang
menentukan kesehatan seseorang?
Dan kita pun menjawab macem-macem… diantaranya…
- Lingkungan - Social
- Perilaku - Ekonomi
- Fasilitas pelayanan kesehatan - Politik
- Genetik - Dsb……
Ternyata ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Tapi
intinya adalah ada di diagram dibawah ini:

280
Berbagai faktor tersebut dapat pula dilihar dari gambar diatas, memang ada
banyak ya tems… Menurut Dalgreen dan Whitehead (1991) sedikitnya ada 4
faktor terbesar yakni pertama dari dalamdiri seseorang sebagai individu,
kesehatan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin (penyakit diantara laki dan
perempuan beda ya). Lalu ada faktor gaya hidup dan perilaku individu
contohnya merokok, konsumsi alcohol dan napza, kebiasaan cuci tangan. Lebih
besar lagi ada faktor komunitas dan sosial, contohnya merokok, membuang
sampah, penggunaan jamban, penggunaan pestisida. Hal ini sangat berpengaruh
misal ketika kita sudah sering bersih-bersih rumah tapi ternyata tetangga kita
punya banyak genangan air tempat sarang nyamuk. Kan sama aja  Dan terakhir
adalah faktor kondisi sosioekonomi, kultural, dan lingkungan.

Dalam hal ini mencakup:


• Produksi agrikultural dan sandang.
Misalkan di suatu daerah sangat kesulitan untuk produksi dan mendapatkan
sayur, jadinya akan mempengaruhi kesehatannya, bisa jadi BAB-nya pada
mampet. Hiw

281
• Pendidikan.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki predisposisi
lebih besar untuk mengalami penyakit.
• Lingkungan pekerjaan.
Misalkan pada lingkungan dengan stress tinggi, atau rekan kerja yang pada
merokok semua, maka kerentanan akan penyakit tertentu akan meningkat.
• Pengangguran.
• Air dan sanitasi
• Pelayanan kesehatan. Contoh: cara mencapai tempat fasilitas pelayanan
kesehatan, pembiayaan kesehatan.
• Kondisi rumah.

Namun diantara sekian banyak faktor tersebut, pada materi kali ini kita akan
fokus dari faktor sosialnya aja ya sesuai judul.

282
Dari bagan di atas dijabarkan beberapa determinan atau faktor-faktor yang bisa
mempengaruhi kesehatan, mulai dari yang paling kecil dari individunya sendiri
ada faktor biologis dan perilaku. kemudian dari lingkungan disekitar ia tinggal
yang bisa mempengaruhi adalah lingkungan fisik (rumahnya, kebersihannya,
tempat ia kerja, dan lain lain yang fisik), dan lingkungan sosial ekonominya
(ketika sebelum era JKN banyak sekali motto yang mengatakan kalau orang
miskin ga boleh sakit. Namun semenjak 1 Januari 2014 dengan konsep Universal
Coverage sekarang siapapun boleh sakit termasuk orang menengah kebawah
karena sudah dijamin pemerintah dalam JKN dengan PBI), dan ada lagi faktor
kebijakan pemerintah (pemerataan JKN), dan bagaimana akses ke pelayanan
kesehatan. Semua faktor ini harus saling terpadu dengan baik sehingga dapat
menghasilkan individu-individu sehat secara harmonis.

Determinan sosial dari kesehatan adalah keadaan saat seseorang lahir, tumbuh
besar, hidup, bekerja dan menua dan juga sistem yang diberlakukan untuk
menangani penyakit orang tersebut. Determinan di atas sebenarnya dibentuk oleh
faktor lain yang lebih luas yaitu
• kebijakan sosial: contohnya dengan pengadaan JKN
• ekonomi: sistem pembiayaan JKN yakni dengan pembagian 4 kategori yakni
kelompok migrasi dari ASKES atau kata lainnya PNS dimana pembiayaan
dilakukan dengan persentase sebanyak 2% dari gaji+3% dari pemerintah
dengan coverage suami, istri, dan tiga orang anak. Kelompok 2 yakni
kelompok swasta dimana pembiayaan dilakukan dengan 1% dari gaji+4% dari
instansi tempat bekerja dengan coverage suami, istri, dan tiga orang anak.
Kelompok 3 yakni pekerja mandiri dengan coveragenya perjiwa. Kelompok
terakhir adalah PBI yang full dibayar pemerintah.
• politik.

283
• Karena kondisi sosial di mana orang hidup,memiliki dampak yang
dramatis pada kesehatan mereka.
• Untuk memperbaiki kondisi kesehatan penduduk dunia dan
meningkatkan ekuitas (persamaan, keseimbangan) dalam kesehatan, strategi
tindakan baru yang mengatasi faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
kesehatan diperlukan.

• Di mana perbedaan kesehatan antara kelompok-kelompok sosial berasal, jika


kita melacak mereka kembali ke akar terdalam mereka?Sumber masalahnya
dimana?
• Jalur apa yang membuat akar penyebab adanya perbedaan mencolok dalam
status kesehatan yang diamati pada tingkat populasi?Apa sebabnya ada
perbedaan kesehatan? Di level populasi yang mana?
• Dalam jawaban yang jelas atas dua pertanyaan pertama, di mana dan
bagaimana kita harus campur tangan untuk mengurangi kesenjangan
kesehatan?Bagaimana cara intervensinya?

• Apa dan bagaimana insidensi kemiskinan pada bidang kesehatan pada penduduk
wilayah Anda atau negara anda
• Sampai sejauh mana kejadian tersebut berubah dari waktu ke waktu?
• Apa kelompok penduduk yang paling rentan? Terhadap faktor-faktor apa mereka lebih
rentan?
• Mengingat semua gradien/perbedaan sosial dan tidak hanya kesenjangan antara mereka
yang di atas dan orang-orang di bawah dalam skala distribusi, faktor apa yang
berpengaruh pada kelompok sosial yang berbeda?

284
• Apakah Anda melihat perbedaan di negara atau daerahAnda sendiri, ketika
mempertimbangkan geografis daerah, kondisi tenaga kerja, usia, jenis kelamin atau etnis
kelompok yang berbeda, tingkat pendidikan, dll?
• Bagaimana kesenjangan ini berdampak pada cara untuk mengatasi kebijakan kesehatan
masyarakat?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa dilakukan untuk merefleksikan penyebab


masalah kesehatan itu sebenarnya ada dimana dengan siapa semalam berbuat
apaaa*gausah sambil joget gitu.

Ketidakadilan kesehatan adalah ketidaksetaraan yang bisa dihindari dalam


kesehatan antara kelompok orang dalam negara dan antar negara. Ketidakadilan
ini timbul dari ketidaksetaraan di dalam dan di antara masyarakat. Kondisi sosial
dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat menentukan
risiko penyakit dan tindakan yang diambil untuk mencegah mereka menjadi sakit
atau mengobati penyakit ketika itu terjadi.
Seharusnya nilai-nilai inti dalam kesehatan adalah : kesetaraan, keadilan
sosial dan kesehatan sebagai hak asasi manusia(sesuai Pancasila sila ke-5,
apa hayo?)

285
Seharusnya sehat adalah hak asasi manusia, semua orang mendapatkan hak yang
sama untuk sehat, tidak ada perbedaan perlakuan dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diterima seseorang.

Setiap aspek pemerintahan dan ekonomi


memiliki potensi untuk mempengaruhi
kesehatan dan kesetaraandalam
kesehatan.Oleh karena itu harus dibentuk
pemerintahan dan kebijakan yang bisa
menjamin kesetaraan kesehatan
masyarakatnya. Kalau engga, bisa terjadi
kesimpangan atau kesenjangan seperti contoh-
contoh dibawah ini:

286
Angka kematian bayi (risiko bayi meninggal antara kelahiran dan usia satu
tahun) adalah 2 per 1000 kelahiran hidup di Islandia dan >120 per 1000
kelahiran hidup di Mozambik;
Risiko seumur hidup dari kematian ibu selama atau segera setelah kehamilan
hanya 1 di 17.400 di Swedia tetapi 1 di 8 di Afghanistan.

Di Bolivia, bayi yang dilahirkan dari ibu tanpa memiliki pendidikan yang
mumpuni mempunyai angka kematian bayi >100 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan ibu dengan pendidikan minimal sekunder (SMP kali ya) memiliki
angka kematian bayi <40 per 1000
Di Australia, angka harapan hidup cenderung lebih rendah pada masyrakat
indigenous/pribumi (59,4 untuk laki-laki dan 64,8 untuk perempuan)
dibandingkan kelompok non-pribumi atau pendatang (76,6 untuk laki-laki dan
82,0 untuk perempuan)
Di Calton tetangganya Glasgow, angka harapan hidup saat lahir pada laki-laki
yakni 54 tahun, 28 tahun lebih rendah dibandingkan angka harapan hidup laki-
laki di Lenzie yang jaraknya hanya terpaut beberapa kilometre aja.
Prevalensi disabilitas (cacat) jangka panjang yang diderita oleh laki-laki eropa
berusia >80 tahun pada orang berpendidikan rendah terdapat 58% sedangkan
pada orang yang berpendidikan tinggi 40,2%.

Faktanya : Banyak daerah urban (perkotaan) sebagai penentu kesehatan


sosial

287
Dari tiga miliar orang yang hidup di daerah perkotaan, diperkirakan satu
miliar hidup di daerah kumuh.
Bisa dilihat disamping ya, air dan
sanitasi yang tidak memadai di
perkampungan kumuh dapat
berdampak pada kesehatan.

Diperkirakan 130.000 kematian


prematur dan 50 - 70.000.000 insiden
penyakit pernafasan terjadi setiap
tahun karena polusi udara
perkotaan negara-negara
berkembang, setengah dari kejadian
tersebut berada di Asia Timur.
Di Nairobi, 60% populasi penduduk
kota tinggal di daerah kumuh, dan
angka kematian anak di daerah
kumuh yaitu 2,5 kali lebih besar
dibanding di daerah lain yang
bukan berada di kota.

Penggunaan kendaraan bermotor di


kota-kota perkembangannya sangat
melonjak. Pada tahun 1980, dunia
ketiga hanya menyumbang 18% dari
kepemilikan kendaraan global; pada
tahun 2020 sekitar setengah dari dunia
diproyeksikan 1,3 miliar mobil, truk
dan bus akan menyumbat atau
memenuhi jalan-jalan dan gang-gang
dari negara-negara miskin.

288
WHO menganggap lalu lintas menjadi salah satu bahaya kesehatan
terburuk yang dihadapi kota miskin, dan memprediksi bahwa kecelakaan
di jalan pada tahun 2020 akan menjadi penyebab utama kematian ketiga.
Dokter Ekorini cerita pengalaman beliau dimana saat berjaga di IGD
RSUD Muntilan dimana beliau mendapat seorang pasien death of
accident. Kejadiannya karena naik seperti dibawah ini dan paling
belakang dengan hanya pegangan satu tangan di mobil. Pasien
menggunakan topi saat itu dan ketika terhempas angin, refleks tangan
pasien mengambil topinya. Bisa dibayangkan, pasien langsung terjatuh
terlempar dari mobil. Alhasil, akhirnya pasien dibawa ke RS namun naas
di perjalanan pasien menghembuskan napas terakhir. Intinya, kalau naik
kendaraan hati-hati ya tems, jangan lupa safety-nya seperti helm, safety
belt, dsb karena namanya siapa yang tau meskipun cuma pergi ke
indongampr*t depan, kecelakaan selalu mengintai kita. Waspadalah
waspadalah waspadalah…

Menghirup udara Mumbai, setara


dengan merokok dua dan satu
setengah bungkus rokok per hari.
Jika 1 bungkus 12 rokok maka...
hitung sendiri ya.

Di Kumasi, Ghana, negara yang


mempunyai toilet umum private pada
1990-an, penggunaan toilet pribadi
bisa dipakai sekali sehari untuk
keluarga dengan biaya 10% dari upah
dasar.

289
Di Quito, Ekuador, angka kematian
bayi 30 kali lebih tinggi di daerah
kumuh dari pada di lingkungan kaya
(berkecukupan).

Di daerah kumuh Kenya seperti


Mathare biaya untuk setiap kunjungan
ke toilet pribadi: ini terlalu mahal bagi
kebanyakan orang miskin, sehingga
mereka lebih memilih buang air besar
di tempat terbuka dan menghabiskan
uang mereka untuk membeli air atau
makanan.
Kemiskinan, pengucilan sosial,
perumahan yang buruk dan sistem
kesehatan yang buruk adalah salah
satu penyebab utama kesehatan
sosial yang buruk. (Comission on
Social Determinants of Health)

Perbedaan kualitas hidup di antara negara-negara, mempengaruhi berapa


lama seseorang dapat bertahan hidup. Seorang anak yang lahir di Jepang
memiliki kesempatan hidup 43 tahun lebih lama dari pada anak yang lahir
di Sierra Leone. Sumber: Laporan kesehatan dunia 2006.

Bayi lahir di Jepang vs. di Sierra Leone

290
Pada tahun 2002, hampir 11 juta Ketidakseimbangan pendapatan
anak meninggal sebelum meningkat di negara-negara yang
mencapai ulang tahun kelima - menyumbang >80% populasi dunia.
98% dari kematian ini berada di
negara-negara berkembang.

291
Gambar diatas menjelaskan tentang kerangka analisis penentu sosial dalam
kesehatan. Faktor yang berpengaruh yaitu Globalisasi dan Sistem Kesehatan yang
yang dapat mempengaruhi hal-hal meliputi:
1. Sosioekonomi dan konteks politik: budaya, agama, sistem sosial, hak
asasi manusia, sistem edukasi dan tenaga kerja.
2. Faktor struktural: masukan, edukasi, gender, etik dan penuaan.
3. Faktor perantara (intermediet): kehidupan, kondisi pekerjaan dan
kesehatan yang berhubungan dengan perilaku.
4. Proses biologi: kesehatan fisik dan mental.

Alhamdulillah…

292
SELANGKAH LEBIH MAJU MENUJU YUDISIUM SATU AAMIIN
1. Berikut merupakan faktor sosioekonomi, kultural, dan lingkungan dalam
kesehatan kecuali…
a. Produksi agricultural dan sandang
b. Pendidikan
c. Pengangguran
d. Air dan sanitasi
e. Produksi agribisnis

2. Berikut tiga masalah fundamental, yakni…


a. Siapa biang keroknya
b. Apa kata dunia
c. Mengapa harus aku yang mengalah 
d. Dimana harus memulai
e. Bagaimana intervensinya

3. Contoh kesenjangan kesehatan antarnegara yang benar adalah kecuali…


a. Risiko seumur hidup dari kematian ibu selama atau segera
setelah kehamilan 1 di 8 di Afghanistan
b. Risiko seumur hidup dari kematian ibu selama atau segera
setelah kehamilan 1 di 17.400 di Swedia
c. Angka kematian bayi (risiko bayi meninggal antara kelahiran dan
usia satu tahun) adalah 2 per 1000 kelahiran hidup di Islandia
dan >120 per 1000 kelahiran hidup di Mozambik;
d. Angka kematian bayi (risiko bayi meninggal antara kelahiran dan
usia satu tahun) adalah >120 per 1000 kelahiran hidup di
Mozambik;
e. Angka kematian bayi (risiko bayi meninggal antara kelahiran dan
usia satu tahun) di Afghanistan adalah 8 per 1000 kelahiran
hidup.

Jawaban: E-E-E

293

Anda mungkin juga menyukai