Anda di halaman 1dari 221

PDF by Soma Original Story : kepada.

dirinya
KKN [Kuliah Kerja Nyata]
Berhantu [Desa Terpencil]
Sebelum ane ke cerita, disini ane sampaikan ada cerita 17++ di
beberapa part. Jadi untuk yang dibawah umur bisa mundur dulu dari
thread ini, yang udah dewasa monggo dilanjutkan baca, tapi sikapi
dengan bijak. Yang masih dibawah umur dan nekad baca, ane saranin
ente berpikir dewasa. Ini cerita bukan untuk dicontoh, kalau bisa,
ente ambil hikmah dari ini cerita.

Apakah cerita ini real story ?. Ane nggak akan bilang ini real apa fiksi.
Silahkan beranggapan sendiri, jika kalian menganggap ini true story,
ane cuma bilang kalau tokoh, tempat, nama desa disamarkan semua.
Jika kalian menganggap ini fiksi, ane cuma bilang selamat membaca.
Dan mohon untuk yang tidak senang dengan cerita ini untuk diam,
menghormati tulisan orang,

DI ENDING, Tidak ada yang mati dan tidak ada yang gila dalam cerita
ini, seperti film-film horor yang telah kita sering nonton

Thread starter : Alvin ( @kepada.dirinya )


PDF : Soma Anggoro ( @somazing )
Status: BELUM TAMAT

Untuk sementara thread dilock ( sejak 2015) oleh momod. Bahkan


setelah 2 tahun pun tidak ada perubahan.

// Anyway, enjoy this series

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Prologue
Nama gw Alvin, gw kuliah disalah satu Universitas yang ada di
indonesia. Gw termasuk semester tua diuniversitas tersebut, kalau
pakai angka, gw semester 12. Gw sudah diwanti-wanti oleh pihak
kampus untuk segera menyelesaikan kuliah gw, atau gw akan di DO
dari kampus.

Berat bagi gw jalanin perkuliahan lagi, sedangkan gw belum


menjalankan salah satu program kuliah gw yaitu KKN [Kuliah Kerja
Nyata]. Dikampus gw, KKN dilaksanakan selama 1 semester, atau
tepatnya 6 bulan, dimana aktif KKN harus 3 bulan, dan 3 bulannya
untuk persiapan dan penulisan atau laporan hasil program KKN,
dimana laporan ini tebalnya minta ampun.

Dikampus gw, kita berhak memilih tempat untuk melaksanakan KKN,


bahkan diluar pulau. Semakin kita bisa memajukan desa dengan
program kerja yang sudah kita buat, semakin bagus nilai yang kita
dapat, juga disertakan bukti document seperti foto / video. Semakin
jauh tempat kita menjalan KKN, semakin bagus nilai yang kita dapat.
Inti dari KKN sendiri adalah pengabdian kepada masyarakat, dimana
kita dituntut untuk bisa memajukan atau mensejahterakan tempat
tersebut.

Untuk lebih lengkapnya bagi yang belum tahu, bisa nyari di google
tentang KKN (Kuliah Kerja Nyata). Enaknya dikampus gw, kita bisa
milih kelompok KKN sendiri agar KKN berjalan dengan baik. Jika kita
kesulitan, kita bisa melapor ke panitia KKN untuk dibantu dicarikan
kelompok.

Bicara tentang gw. Gw orangnya kalau dikampus pendiam, meskipun


gw pendiam, gw termasuk orang yang pinter bergaul, kalau gw
anggap mereka asik. Saat pertama berkenalan dengan orang, gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


lebih memilih jadi pendiam dulu, untuk mengetahui sifat dan
karakter orang tersebut, jika sekiranya gw sudah paham tentang
orang itu, gw langsung terbuka dan bahkan gw berani langsung
becanda.

Bicara tentang wanita, temen cowok gw sering bilang, kalau banyak


cewek yang bilang gw cool, karena katanya gw pendiam. Padahal
kalau mereka kenal gw dengan baik, pemikiran mereka bakal
berubah 180 derajat tentang gw. Gw hidup sederhana, kedua orang
tua gw bekerja sebagai PNS ditempat gw tinggal.

Gw juga punya seorang adik perempuan yang bisa dibilang nakal,


tiap hari senangnya keluar main dan pulang malam, orang tua gw
sampai capek memarahi dan memberi nasehat. Gw nggak sungkan
maen tangan ke adik gw kalau memang keterlaluan.

Kuliah gw nggak lulus-lulus karena gw lebih senang nyari duit di


internet, kadang gw berprofesi sebagai trader forex, sebagai pemain
HYIP, maen blog adsense dan bahkan main judi online. Dan untung-
nya sampai sekarang gw nggak pernah rugi sampai ke modal maen
seperti itu, karena ada komunitasnya sendiri yang terdiri dari
beberapa teman gw.

Karena sudah dapat peringatan dari kampus, gw pergi ke akademik


untuk minta kompensasi 1 semester, dimana gw akan menjalankan
KKN selama 1 semester dan mengerjakan skripsi 2 semester. Tapi itu
semua ditolak oleh kampus, mau nggak mau gw harus
menyelesaikan skripsi dalam waktu 1 semester dan menjalani KKN 1
semester.

Tanpa pikir panjang gw segera mencari kelompok KKN. Gw keliling


bertanya kepada adik kelas gw. Dan sampailah gw disalah satu
mading dikampus gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


[Mencari Kelompok KKN untuk daerah *******. Tempat terpencil
dan banyak program kerja yang bisa dilaksanakan. Iuran kelompok 3
juta (sementara). Dijamin nilai A++ Menanti] Melihat tulisan
dimading, gw langsung menghubungi nomer yang tertera. Dan
dimulai lah kisah itu.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Pertemuan
Siang hari, gw kelelahan karena harus keliling kampus untuk
mendapatkan kompensasi 1 semester. Gw disuruh muter-muter oleh
bagian akedemik

“Coba mas tanya ke bagian fakultas dulu”

“Coba ke bagian akedemik mas”

“Coba ke dikonsultasikan oleh dekan dulu”

Dan akhirnya ditolak permintaan kompensasi gw. Dekan memberi


saran untuk segera menyelesaikan skripsi dalam 1 semester, gw
disuruh nemui pembimbing 1 & 2 gw, untuk minta dibantu atau diberi
kemudahan dalam meyelesaikan skripsi. Dan akhirnya gw pergi
menemui semua pembimbing gw.

Setelah lumayan lama pembicaraan, akhirnya dosen membantu gw.


Gw disaranin memilih judul yang sudah disarankan oleh mereka dan
tata cara yang harus gw lakuin. Setelah selesai semua urusan tentang
skripsi, gw langsung mencari info tentang kelompok KKN. Gw
keliling kampus untuk menanyakan tentang KKN ke adik kelas gw,
tapi rata-rata sudah penuh atau memenuhi jumlah maksimal
kelompok. Dan akhirnya gw sampai di salah satu mading di kampus
gw. Dan langsung gw hubungi nomer tersebut, dan ternyata yang
angkat cewek

“Dek, maaf menggangu, saya mau ikut kelompok KKN kalian bisa?”
Kata gw ditelfon

“Oh bisa, atas nama siapa dan semester berapa ya?” Tanya orang
ditelfon

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Saya alvin, semester 12” Kata gw tanpa malu mengatakan semester
gw

“Oh iya kak bisa, nanti tanggal 11 bisa ngumpul dulu di kampus,
bisa ?” Tanya wanita tersebut

“Iya bisa dek” Kata gw menjawab pertanyaan

“Ya sudah ya kak, sampai ketemu tanggal 11” Kata wanita itu dengan
sopan

Dan akhirnya beres masalah judul skripsi dan KKN gw. Setelah hati
terasa lega, gw nongkrong ketempat teman gw, yang sama-sama
merintis didunia online. Disana udah pada ngumpul, mereka sibuk
dengan laptop mereka sendiri=sendiri, ada yang nonton bokep, ada
yang maen game, ada yang lagi maen forex dll

“Dari mana aja loe ?” Sapa teman gw irfan

“Ngurus skripsi ama KKN, stress gw” Kata gw sambil ambil minum
dikulkas

“Eh fan, kita satu angkatan kan ?” Kata gw ke irfan sambil gw duduk
disampingnya

“iya, nape ?” Jawab irvan songong

“Udah skripsi loe ?” Tanya gw sambil merangkul irfan

“Udah proposal malah gw, malas lanjutin” Jawab irfan

“KKN udah juga ?” Tanya gw lagi

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Udah, tapi nilai gw nggak keluar, kampret banget” Kata irfan masih
songong sambil rebut minum gw

“Loe urus aja ke Panitia KKN gih” Suruh gw

“Udah tai, tapi katanya nggak masuk nilai gw” Jawab irfan

“Gimana kalau loe ulang aja KKN bareng gw ?” Ajak gw ke irfan


sambil cubit pipinya

“Najis vin !!, sia-sia hidup gw 1 semester gara-gara KKN” Kata irfan
sambil melepas cubitan gw

“Ayo donk vin, biar ada temen nih gw” Rayu gw ke irfan

“Loe aja sana, gw udah nggak peduli masalah kuliah” Kata irfan
menepis rayuan gw

Berbagai rayuan gw sodorkan ke irfan, tapi dia tetap kukuh. Gw


minta bantuan teman-teman gw yang lain untuk tetap merayu irfan,
bahkan ceweknya irfan gw suruh ngerayu. Dan dengan bertubi-tubi
rayuan yang datang, irfan setuju dengan 1 syarat, gw yang biayain
semua administrasi KKN dan juga iuran KKN.

Sesaat gw berpikir sebentar, dan akhirnya gw minta iuran ke teman-


teman gw. Per-orang gw minta 200ribu, dan mereka memberikan ke
gw. Setelah deal irfan mau, dia langsung menelfon orang tuanya ijin
pamit pergi KKN, sekalian minta uang buat bayar KKN dan sangu
untuk KKN yang jelas-jelas untuk dia sendiri, bukan untuk KKN.
Orang tua irfan peduli banget sama dia. Malamnya orang tua irfan
langsung mengirim duitnya. Semua persiapan gw anggap beres. Gw
telfon nomer cewek KKN tadi

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Halo kak, gimana?” Tanya perempuan ditelfon

“Dek, bisa nambah 1 orang lagi nggak ?” Kata gw dengan sopan

“Bisa kak bisa, lagian kelompok kita juga belum memenuhi standar
minimal kelompok” Kata perempuan tersebut

“Ya sudah dek, makasih ya, nanti perkenalannya sekalian tanggal 11


aja ya” Kata gw

“Iya iya kak, sama-sama” Kata perempuan tersebut dan menutup


telfonnya

Dan tibalah tanggal 11 tersebut, kita semua janjian didekat mushola


kampus jam 3 sore, karena ada pohon beringinnya, jadi mudah untuk
bertemu mereka. Gw berangkat bareng irfan ke kampus. Disana
kelompok KKN udah pada ngumpul.

“Halo, saya alvin dan ini irfan” Kata gw sambil bersalaman dengan
mereka

“Saya Selvi, mereka Anton, Putra, Vina, Siska, Eni, dan Giska” Kata
Selvi

Dan kita pun berkenalan, dan ngobrol tentang diri kita masing-
masing untuk lebih akrab

“Kita cuma bersembilan, 4 cowok, 5 cewek jadinya ?” Kata irfan


motong pembicaraan

“Ada 1 lagi kak, anak cowok juga, tapi masih pulang kampung” Kata
Eni menjelaskan.

“Total 10 orang ya ?” Tanya gw


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Iya kak, pas dengan standar pengajuan kelompok KKN” Kata Giska

“Terus untuk masalah daerah itu gimana dek?. Gw sama irfan ikut
kalian aja deh” Tanya gw

“Daerah ******* kak, didesa, jadi banyak potensi proker disana”


Jawab Selvi

“Keluar pulau ya kita ?” Tanya irfan dengan cepat

“Iya kak” Kata Selvi sambil tersenyum

“Terus, sudah observasi tempat belum, apa mereka setuju kita KKN
disana?” Tanya gw

“Semua sudah diurus kak, kakak tinggal kumpul uang dan bawa
badan aja” Kata Selvi

“Oh iya mas, nanti tanggal 18 kita pembekalan KKN 4 hari ya” Kata
Anton ke gw

“Sekarang kita ngumpul untuk data diri dan uang administrasi KKN
500 ribu” Lanjut Anton

“Soalnya besok kita mau mengajukan pembuatan kelompok,


pokoknya kita yang ngurus semua deh mas” Lanjut Anton sambil
senyum ke gw

“Wah oke deh kalau gitu, senang malah gw” Kata gw membalas
senyuman Anton

Pengumpulan Data diri dan administrasi KKN langsung dilakukan hari


itu. untuk uang kelompok masih bisa nyusul. Setelah beberapa
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
obrolan untuk menggakrabkan diri, kita berpamitan dengan mereka.
gw sudah memiliki semua nomer telfon mereka, jadi gampang untuk
berkomunikasi dengan mereka.

Gw jalanin hidup gw seperti biasa, tapi ada yang beda sedikit, gw lagi
sibuk membuat proposal skripsi, kertas yang diberikan pembimbing
gw, menjadi acuan gw dalam membuat proposal. Tanpa gw sadari
ternyata gw cepat dalam membuat proposal, hanya butuh 5 hari
lembur gw selesai membuat proposal skripsi.

Tak pikir panjang, gw segera menghubungi dosen-dosen pembim-


bing gw. Dan alhamdulilah proposal gw berhasil di ACC. Setelah pro-
posal selesai, gw pamit ke dosen-dosen untuk menjalankan KKN
dulu, sambil mengerjakan BAB 4 & 5. Dan dosen pun memberi ijin,
serta memberi gw saran dalam membuat BAB 4 & 5. Hidup gw serasa
lega banget saat itu.

Tanggal 18 datang. Semua peserta KKN berkumpul di Aula, dari yang


Reg dan non Reg. Pambekalan cukup membosankan, dari jam 8
sampai dengan jam 2 siang yang isinya hanya saran-saran saat
melakukan KKN, kita disuruh untuk tidak berbuat senonoh atau
melakukan hal yang dapat menjelekkan kampus. Jika sampai ada
laporan jelek, bakal ditindak lanjuti oleh pihak kampus, dan jika
ternyata terbukti, tanpa sungkan-sungkan kampus akan memberi
sanksi bahkan sampai men-DO peserta KKN tersebut.

Kampus juga menjelaskan, bahwa tahun lalu mereka telah menarik


lebih dari 13 mahasiswa karena perbuatan mereka, hanya karena
perbuatan yang menurut gw sepele, pihak kampus sampai menarik
peserta KKN tersebut. Mata kuliah KKN termasuk mengerikan,
karena itu menjadi salah 1 syarat untuk dapat melakukan ujian skripsi.
Selain itu, dihari ke 4 kita akan melakukan ujian KKN, untuk
mengetahui apakah peserta KKN memahami apa yang disampaikan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


panitia KKN.

Tiba dimana saat panitia menyebutkan nama ketua kelompok dan


lokasi KKN mereka. Saat mereka membacakan nama & lokasi
kelompok, ternyata cuma sedikit yang sampai keluar pulau, dan
banyak yang milih didalam pulau dan dekat dari kota gw tinggal.

“Tolol loe vin, ngapain loe nyari yang luar pulau” Kata irfan berbisik
mencubit pinggang gw

“Itu ada yang dalam pulau” Lanjut irfan

“Mana gw tahu fan, gw kira semua juga luar pulau” Kata gw melepas
cubitan irfan

“Gw kemaren keliling, dan rata-rata kelompok mereka penuh” lanjut


gw

“arrrgghhh tai lah” Kata irfan sambil menggaruk kepalanya keras

Hari ujian KKN dimulai, gw nggak ngerti dan nggak paham tentang
apa yang disampaikan panitia KKN, dan gw milih nyontek, irfan
nyontek ke depan dan sampingnya, gw pun sama kayak irfan. Dan
akhirnya kita lolos dalam test dan bisa ikut KKN. Setelah ujian selesai
kita semua berkumpul dan berbicara masalah tempat kita ngumpul
sebelum berangkat. Setelah diskusi, akhirnya sepakat dikampus, dan
nanti sama-sama pesan taxi untuk kebandara.

Dan langsung saja kita kehari H, dimana kita semua sudah berada
dibandara untuk berangkat ke lokasi KKN, gw sama irfan bawa 3
koper, dimana barang-barang kita berdua dijadiin satu agar gampang
membawa dan mengingatnya, kita yang berangkat cuma 9 orang,
anak cowok yang 1 lagi katanya nyusul karena masih dikampungnya.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Pesawat pun berangkat, perjalanan memakan waktu kira-kira 2-3
jam.

Sampailah kita dikota tempat kita akan melepas lelah sebelum


melanjutkan ke lokasi. Kota itu nggak terlalu ramai, bandara juga
nggak terlalu banyak pengunjung. Bahkan pesawat yang menuju ke
kota gw tinggal, nggak setiap hari ada, cuma hari kamis pesawat
akan menuju ke kota gw.

“SAMPAAII !!!” Teriak bahagia Anton diluar bandara

“YEEEEEE !!!” Teriak bahagia Selvi dan Vina sambil memeluk anton

Gw dan irfan kaget dan heran melihat mereka teriak seperti itu.
kelakuan mereka terbuka semua, gelagat mereka terlihat bahagia
seolah damai itu datang bersama mereka, mereka tertawa, lompat-
lompat dll, yang menunjukkan ekspresi bahagia. Hanya 1 orang yang
diam kayak gw dan irfan, yaitu Eni, dia anaknya berjilbab sendirian
dikelompok ini.

“Tuh, mampus kan kita, ababil semua noh” Bisik irfan ke gw sambil
megang koper

“Bau-baunya kita nggak bakal lulus KKN nih, atau bahkan kita bakal
ke DO” Lanjut irfan berbisik

“Jalanin aja dulu fan, kita nggak tahu kedepannya” Kata gw balik
berbisik ke irfan

“Terserah loe aja deh, lagian gratisan kan gw ikut KKN” Kata Irfan
pergi ninggalin gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Melihat mereka selesai bersenang-senang, gw hampiri mereka yang
sedang dalam kondisi masih tersenyum dan seperti merencanakan
sesuatu.

“Ini terus gimana dek?” Tanya gw ke mereka

“Kita makan dulu didaerah bandara, sambil nunggu mobil carteran


kak” Kata Giska ke gw

Kita semua pergi ke rumah makan yang berada dikawasan bandara.


Disana mereka ngobrol tentang hal yang nggak penting, seperti
tentang film, artis dll.
Karena sudah hampir 1 jam kita dirumah makan tersebut, dan mobil
carteran tak kunjung datang, akhirnya gw bertanya ke mereka

“Mana nih dek mobilnya, lama banget ?” Tanya gw ke mereka

“Tadi sudah SMS mereka masih dijalan kak” Jawab Selvi sambil
mengaduk es jeruknya

“Eh iya kak, mungkin kakak mau beli rokok atau apa buat persediaan
disana” Kata Vina

“Lha kenapa emang dek? Didesa nggak ada yang jual ?” Kata gw
bertanya ke Vina

“Kayaknya nggak ada deh kak” Kata Vina

“Kenapa nggak dari dulu ngasih tahu dek?” Kata gw udah merasa
nggak nyaman bersama mereka

“hehe maap kak, saya kira kakak sudah paham, kan daerah terpencil
kak” Kata Vina sambil senyum

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Setelah diberitahu Vina, gw dan irfan buru-buru ke pusat perbelan-
jaan yang ada dekat itu, gw sama irfan ambil rokok hingga 20 slop
rokok, dan juga makanan ringan serta mie instan 2 kardus, buat jaga-
jaga kalau malam hari lapar. Kita membawa barang-barang belanjaan
ke arah mereka, tapi tak ada 1 orang pun yang datang membantu kita
berdua. Dengan hati agak kesel, gw duduk lagi bersama mereka. Eni
langsung berkata ke gw

“Maaf kak, saya nggak bisa bantu tadi” Kata Eni sambil tersenyum

“Iya gpp kok dek” Kata gw sambil tersenyum

2 mobil carteran jeep datang, dengan berdempet-dempetan kita


melakukan perjalanan ke lokasi, irfan kelihatan banget nggak
nyaman dalam mobil, gw pun juga ngerasain hal yang sama seperti
irfan.

Kita berdua nggak nyangka kalau tempat KKN kita sangat jauh, beda
dengan yang gw pikirkan sama irfan. Bahkan mobil menuju ke arah
gunung yang jalannya bergeronjal atau bisa dibilang jalannya jelek,
karena masih berupa tanah. Hampir 3 jam kita di perjalanan tapi
belum kunjung sampai. Irfan menulis di Hpnya

“Perasaan gw nggak enak vin” tulis irfan di HP nya

Gw ambil HP nya dan membalas tulisan irfan

“Sama fan” Balas gw di HP nya irfan

Irfan mengambil HP nya dari tangan gw dengan kasar dan


memandang gw dengan tatapan benci. Lalu irfan mengetik di HP nya
dan diserahkan ke gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“NYESEEL GW TOD”

Gw hanya bisa senyum ke irfan. 1 jam perjalanan masih kita lalui


setelah pembicaraan lewat HP itu, dan akhirnya kita sampai. Jam
saat itu menunjukan jam setengah 4, kita menurunkan barang-
barang yang ada dimobil. Melihat suasana lokasi KKN, jantung
berdetak dengan kencang, disana hanya ada sekitar 40-50 rumah,
dimana lebih banyak rumah panggung daripada rumah yang terbuat
dari bata. Anak-anak kecil berkumpul seolah-olah kita ini tontonan
menarik.

Warga disana memang ramah ke kita semua, dengan menghampiri


kita dan mengantar ke rumah tempat kita semua akan menginap.
Saat itu kita dapat rumah yang terbuat dari batu bata dengan 4
kamar dan tidak ada kamar mandinya hal terburuknya rumah itu
agak jauh dari desa, kira-kira 100-150 meteran baru ada rumah
tetangga. Gw sempatkan ngobrol dengan warga yang mengantar
kita ke lokasi tempat tinggal kita

“Permisi pak, kamar mandinya dimana ?” Kata gw dengan sopan


kepada seorang warga

“Tidak ada, mau mandi harus ke kali” Kata bapak tersebut

“Kalau masalah listrik gimana pak?” Tanya gw lagi

“Disini belum ada listrik, pakenya lampu petromax” Jawab bapak itu
lagi

Setelah beberapa obrolan, gw langsung terbakar emosi karena


tempat lokasi KKN kita, gw coba menahan amarah gw, irfan hanya
duduk diteras dan ngerokok, karena dia tahu obrolan gw sama
warga tersebut.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Tak lama pimpinan desa itu datang ke tempat tinggal kita. Beliau
menyapa kita dan mengajak kita keliling desa untuk observasi
tempat. Suasana desa memang benar-benar indah, hanya ada
beberapa puluh petak sawah disana, ladang sayuran juga banyak di
daerah itu, air masih benar-benar jernih, dan cuacanya agak dingin,
karena memang daerah seperti pegunungan, masih ada hutan yang
lebat disekitar desa, dan yang paling parahnya, rumah tempat tinggal
kita dekat dengan hutan, tapi dekat dengan sungai.

Tempat buang hajat sudah tersedia hanya dengan ditutupi oleh


lembaran bambu yang sudah dianyam dan tanpa atap, sama dengan
halnya tempat untuk mandi, hanya terututup oleh lembaran bambu
juga tanpa atap. Ada 1 tempat yang menurut gw mengerikan, karena
disana ada “sendang” (cari digoogle yang belum tahu) yang cukup
lama terbengkalai.

Saat melakukan observasi tempat, gw hanya diam. Anton sebagai


ketua yang terus berbicara oleh pimpinan desa tersebut. Tak terasa
hari mulai agak gelap, suasana desa menjadi lebih mengerikan
daripada siang hari. Dalam suasana seperti itu, sempat-sempatnya
Selvi bertanya kepada pimpinan desa

“Pak, disini banyak makhluk halusnya ?” Kata Selvi dengan ekspresi


ketakutan

Melihat hal itu, pimpinan desa hanya tersenyum ke arah Selvi

“Ya dimana-mana, namanya mahluk halus pasti ada mbak”

“Tuh, lihat rumah yang itu, katanya sih, ini katanya lho ya, tempat itu
sering muncul” Kata pimpinan desa

Pimpinan desa nunjuk rumah panggung yang agak terbengkalai

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Rumah itu penghuninya sepertinya bunuh diri, anak sama bapaknya
wafat bersama, mungkin karena ditinggal pergi oleh istrinya” Lanjut
bapak pimpinan desa

Mendengar hal itu gw sama irfan cuma senyum-senyum, beda


dengan yang lain, mereka menunjukan ekspresi ketakutan.

“ini orang baru pertama ketemu udah bikin senyum-senyum” celetuk


gw pelan banget sambil senyum

“Galau tuh bapak yang punya rumah, terus memodarkan diri” bisik
irfan ke gw sambil nahan ketawa

“Mungkin cewek disini sepi fan” bisik gw sambil nahan ketawa


seperti irfan

“Tinggal onani aja kok sulit, atau selingkuh ama tetangga” Lanjut
irfan bisik ke gw sambil tetap nahan tawa

“Sarap mungkin nih bapak, dikira kita lagi maen sinetron horor fan”
Kata gw berbisik ke irfan dan hampir tertawa terbahak-bahak

“Jangan salah loe vin, kita bisa bikin film nanti nih” Kata berbisik
irfan hampir tertawa lepas

Pimpinan desa pun melanjutkan cerita tentang rumah itu, semakin


bercerita, semakin gw sama irfan pingin ketawa, dimana katanya
langsung dimakamkan tanpa tau sebab kematian sebenarnya,
katanya mungkin kelaparan atau minum racun, tak ada yang tahu.
Suara irfan nahan ketawa terdengar dari mulut irfan, gw pun
beraniin diri ngomong ke pimpinan desa.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Dibunuh setan pak ?” Tanya gw tanpa menunjukan ekspresi gw
pingin ketawa

“Ya nggak mungkin dek, baru tau bapak kalau setan bisa membunuh
manusia, kalau mengganggu iya” Kata bapak tersebut

“Pak, saya nggak percaya orang mati terus jadi setan pak” Kata gw
lanjut ke bapak itu dan langsung menatap irfan untuk senyum.

“Kebetulan saya muslim, jadi cerita kayak manusia wafat terus


berubah jadi setan, nggak mungkin pak” Lanjut gw ke bapak
tersebut.

“______“ bapak tersebut hanya tersenyum melihat gw

“Saya nggak pernah bilang orang wafat terus jadi hantu lho dek”
Kata bapak itu sambil senyum

“Bagaimana kalau itu jin yang berwujud menyerupai orang yang


telah wafat, sebagai pengganti penghuni rumah?” Lanjut bapak
tersebut dan tetap senyum ke gw

Kata-kata tersebut membuat senyuman dari bibir gw menghilang,


tiba-tiba bulu kuduk berdiri semua. Gw tatap wajah irfan masih
berusaha nahan ketawa seperti nggak takut dengan apa yang
dikatakan bapak tersebut, apalagi ditambah suasana agak gelap
yang mencekam dan suasana rumah yang dimaksud terhampar
didepan muka kita semua.

Setelah beberapa obrolan dan telah mengetahui situasi desa, kita ijin
pamit balik ke rumah, petromax sudah dinyalakan oleh warga untuk
kita, mereka menaruh diteras rumah. Total ada 6 buah, kita sepakat
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
tiap kamar diberi 1 lampu petromax, sisanya ditaruh di ruang tengah
yaitu 2 buah.

Dimalam pertama gw belum mikir apa-apa, bagaimana kita


makannya, bagaimana masalah cas HP dll, karena masih menikmati
suasana mencekam.

Mereka berkumpul di ruang tengah, meyalakan musik menggunakan


HP untuk hiburan, karena gw tahu mereka lagi ngomong yang nggak
penting, gw milih duduk lesehan diteras depan rumah, gw lihat
suasananya sepi banget, desa masih kelihatan dari rumah tempat
tinggal kita, karena posisi rumah tersebut terletak didaerah lebih
tinggi dari desa.

Tak ada kegiatan berarti didesa tersebut, hanya terlihat beberapa


manusia lalu lalang, beda jauh dengan dikota. Tak lama irfan datang
sambil bawa 2 minuman kaleng dan bantal lalu membagi ke gw.

“Fan, nggak nyaman gw sumpah” Kata gw

“Sama aja vin” Jawab alvin

“Tahun dulu, loe ikut KKN kayak gini juga?” Tanya gw sambil
menghisap rokok

“Nggak tahu gw, nggak pernah datang, hanya setor uang” Jawab
irfan dengan santai

“Ya pantes tai, nilai nggak keluar” Kata gw dengan nada agak tinggi

“Ya paling nggak nilai E atau D nggak masalah, ini malah nggak ada
sama sekali” Kata irfan sewot

“Dah lah fan, diem aja deh loe” Kata gw dengan malas
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Irfan menaruh bantal dan tiduran, lalu membakar rokok, dia
memperhatikan sekeliling, sambil ngerokok. Suara jangkrik dengan
jelas terdengar, suara burung hantu pun juga sama, ditambah
dengan suara pohon yang tertiup angin, sudah cukup untuk
membuat nyali gw ciut. Akhirnya gw lanjutkan ngobrol dengan irfan.

“Udah kepikiran proker fan ?, banyak potensi nih” Kata gw membuka


obrolan

“belum” Kata irfan singkat

“Terus loe mau ngapain besok?” tanya sambil nendang kaki irfan
pelan

“Ngintip mereka mandi” Jawab irfan dengan PD-nya

“haa ?” ucap gw heran

“______”

“Caranya ?” Kata gw penasaran

“Tuh tempat kamar mandi bambu, ada dibelakang rumah” Kata irfan
masih posisi santai

“Dari dapur kelihatan tuh, ada lobang kecil, udah gw perbesar


lobangnya biar teleskop muat” Lanjut irfan

“Rumah ini lebih tinggi dari tempat mandi, lagian penutup bambu
cuma sedada kita” lanjut irfan lagi sambil menghisap rokok

“Gila!!, loe cepat ya kalau observasi macam gituan” Kata gw sambil


senyum ke irfan”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“So ?” kata irfan menatap gw sambil megangkat tangannya untuk
"tos"

“Oke gw ikut” jawab gw dengan senyuman sambil membalas "tos"


dari irfan

Obrolan dengan irfan cukup membuat gw lupa tentang suasana


disana, yang ada gw lagi membayangin body mereka, karena cukup
cantik-cantik yang ikut KKN.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 1
Obrolan dengan irfan gw lanjut, sekaligus untuk menangkan hati gw.
Disiang hari kita masih bisa tertawa, dimalam hari semua terasa
sunyi, untuk ngobrol pun kita harus ngomong pelan-pelan. Seakan
takut menggangu makhluk halus disekitar situ. Gw melihat kearah
mereka yang lagi asik ngobrol dengan suara pelan, Eni hanya diam
sambil maen HP yang ada ditangannya.

“Kalau dipikir mereka ini aneh vin” Kata irfan sambil masih tiduran

“Napa emang ?” Tanya gw

“Loe liat aja lokasi KKN sama jumlah kita, apalagi sekarang malah
banyak ceweknya” Jelas irfan

“Bayangin aja, bisa apa mereka ditempat kayak gini ?, malah


nyusahin kayaknya”

“Kalau jumlah cowok lebih banyak, mungkin gampang jalaninnya”

“Sekarang loe bayangin, bagaimana cara kita makan, terus masalah


cas HP ?

“Masalah sinyal HP juga, provider gw nggak ada sinyal sama sekali”

“Terus kendaraan untuk ke kota beli barang mana?”

“Sekarang coba deh loe tanyain ke mereka”

“Jangan loe ngomong tinggal numpang badan doank” Jelas irfan


menggakhiri omongannya

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Mendengar penjelasan dari irfan, gw berpikir ada benarnya, selama
ini gw hanya berpikir untuk terima jadi dan ngikutin kemauan
mereka, tapi melihat kondisi dan lokasi KKN seperti ini, mau nggak
mau gw harus ikut campur.

Setelah cukup lama gw berpikir, gw pergi ke tempat mereka asik


ngobrol. Gw bener-bener makan hati saat ada bir kaleng diatas meja,
seolah-olah mereka pergi KKN untuk refreshing dan party. Mungkin
rencana mereka mau ngadain pesta disini untuk perayaan hari
pertama KKN, tapi gagal karena kondisi yang seperti ini. Dengan gw
pasang muka nggak suka, gw duduk ditengah-tengah mereka, irfan
ikut ngumpul tapi posisi berdiri didepan pintu sambil minum
minuman kalengnya.

“Coba sekarang semua diam ya, gw mau ngomong” Kata gw dengan


Nada agak tinggi

“Pertama gw mau bahas masalah kita makan ini gimana, jelaskan


salah satu dari kalian” lanjut gw

“Untuk masalah makan, kita beli dari masyarakat sini kak, mereka
terima rupiah kok” Kata Selvi

“Bumbu pun mereka juga ada yang jual, meskipun nggak tiap hari”
Lanjut Selvi

“Iya kak, seminggu sekali juga ada mobil jualan bahan pokok dari
kota datang kemari” Kata Giska

“Terus nanti yang masak serahin sama ahlinya kak” Kata Siska
dengan PD sambil nunjuk dirinya

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Dek, disini nggak ada kulkas dan listrik ya, terus makan kita sayur
tok, daging ?” Kata gw agak sinis

“Kalau daging disini mereka keringkan kan, rasanya lumayan enak


kok” Jawab Selvi

“_____”

“Oke deh, masalah makan bisa maklum gw” Kata gw sambil natap
mereka satu persatu

“Sekarang kita bahas listrik gimana, mau ngecas HP, Laptop


gimana ?” lanjut gw

Mereka hanya saling tengok setelah mendengar ucapan gw, seperti


mereka juga nggak tahu kalau disini belum ada listrik masuk, gw
alihkan pandangan gw ke irfan, dan irfan hanya mengangkat kedua
pundaknya sambil tersenyum.

“Tadi barusan kita bahas kak, besok atau lusa kita akan kekota beli
genset” Kata Siska baru ngomong

“Pakai uang kas ?, harga genset nggak murah lho dek” Kata gw
dengan hati sedikit emosi

“Iya kak, nanti kalau emang kurang duit KKN, bisa kita diskusikan
lagi” Kata Selvi

Disitulah gw udah gondok banget, tapi gw tetap nahan emosi, harga


genset dikota gw aja yang standar sampai 4-5 juta, nggak kebayang
kalau dikota kecil kayak gini. Baru pertama KKN udah keluar uang
yang nggak sedikit, padahal proker belum berjalan satu pun.
Akhirnya gw iya-in aja masalah listrik, gw nggak mau cari ribut dihari
pertama.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Sekalian beli stavolt ya, tekanan daya listrik genset kalau langsung
ke HP bisa rusak” Kata gw

“Jadi perlu stavolt untuk menstabilkan listrik” lanjut gw lagi

“_____” Mereka hanya mengangguk-angguk

“Nah sekarang kita bahas masalah transportasi untuk ke kota,


gimana?” Tanya gw

“Untuk transportasi sudah mas, saudara saya bisa minjamin mobil ke


kita” Kata Anton

“Jadi nanti waktu beli genset, kita sekalian ambil mobil” Lanjut
Anton

“Untuk awal kekotanya nanti kita bisa pinjam motor warga mas”
Lanjut Anton lagi

“Oh ada saudara dikota tadi?” Tanya gw udah sedikit agak lega

“Ada mas, mereka juga yang bantu nyari desa yang kira-kira bisa buat
KKN” Jelas Anton

“Ya tapi mobil tua mas, nggak bagus-bagus amat” Lanjut Anton lagi

“Oke fix ya masalah kendaraan” Kata gw

“Sekarang gw mau bahas masalah sinyal nih, sama sekali nggak ada
kalau gw” Lanjut gw

“Sama kak semua juga nggak ada kok” Kata Selvi

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Eh kak, tadi saya ada sinyal tapi cuma 1, itu pun tadi waktu pergi
kedaerah yang tinggi” Kata Eni si jilbab membawa angin surga ke gw

“Saya pakai Tel***sel kak, ya tapi sinyalnya sekarang ilang lagi” Kata
Eni senyum ke gw

“Oh oke sip kalau gitu, yang penting ada meskipun 1” Kata gw
senyum ke Eni

Mood gw langsung berubah saat ada nyeletuk pelan tentang gw,


sepelan2nya nyeletuk kalau suasang sepi pasti bakal kedengaran

“Kayak artis aja, banyak panggilan, jadi sibuk” Celetuk Vina tentang
gw sambil melipat tangannya

“Dah, biarin aja” Omong Putra pelan ke telingan Vina sambil senyum

Kaki Anton menyenggol kaki Putra untuk memberi kode kalau harus
diam. Gw saat itu emosi banget, gw tatap mereka tajam, semakin gw
tatap, semakin menjadi senyuman meremehkan gw. Hampir gw
banting lampu petromax yang ada didepan gw, tapi irfan datang
memegang dua pundak gw dengan kedua tangannya sambil
memijat. Sedikit meredam emosi gw saat itu.

Dihari pertama gw sudah mem-blacklist dua orang, gw berkata


dalam hati nggak akan membantu mereka kalau ada apa-apa, dan gw
nggak akan minta bantuan mereka kalau gw butuh sesuatu. Gw bisa
maklum kalau mereka nggak suka sama gw karena gw sok
pemimpin, alasan gw jelas untuk nyari tahu semua tentang KKN,
karena ini program dikerjakan bersama, bukan individu. Meskipun
ada sendiri program kerja individu, tapi kita tetap butuh bantuan
yang lain untuk mengerjakan.

“gw kepikiran omongan pimpinan desa masalah rumah tadi” Kata


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Selvi membuka topik baru

“Iya apalagi suasananya ngeri kayak gini” Kata Siska dengan wajah
takut

“Bener, dari tadi bulu kuduk gw naik terus, bikin merinding” Kata
Vina lagi

Semua wajah berubah menjadi ekspresi ketakutan dan ngeri, seolah-


olah sudah tahu mereka akan dihantui. Gw lihat wajah irfan senyum
melihat mereka ketakutan, tapi gw malah ngeri lihat irfan yang lagi
senyum.

“Ya mudah-mudahan mereka nggak ganggu kita” Kata Eni berusaha


menangkan mereka

“Kalau kita nggak ganggu, mereka juga nggak ganggu kok” Lanjut
Eni tersenyum

Melihat Eni mencoba menenangkan mereka, gw jadi juga agak


tenang, tapi tak sampai disitu, nggak lama setelah omongan Eni,
terdengar suara kaki diseret, suasana menjadi hening, senyuman
yang terbuat dari kata-kata Eni menghilang gara-gara suara tersebut

“SREEEK” Suara kaki diseret terdengar

“SREEEK” Suara kaki mendekat

“SREEEK” Suara kaki terdengar sangat jelas didepan rumah

Gw melihat kearah mereka yang sudah merapatkan badan satu sama


lainnya, gw menatap heran irfan karena masih bisa senyum melihat
muka mereka dan muka gw kecut. Gw melihat kearah jendela yang

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


tidak ada kacanya, karena memang terbuat dari kayu. Tanpa rasa
takut irfan malah berjalan kedepan pintu.

Dan disaat itu juga ada seorang bapak-bapak yang sedang megang
clurit / arit lewat depan rumah. Kaki sebelah kanannya nggak bisa
digerakkan, seperti kaku, jadi jalannya diseret. Rupa bapak tersebut
nggak mengerikan, hanya berkumis dan berjenggot putih panjang.

“Malam pak” Kata irfan seperti menyapa seseorang

“_____” Bapak itu hanya tersenyum ke irfan

Melihat kejadian itu gw hampirin irfan yang sudah ada diteras rumah

“Dari mana pak ?” Tanya irfan lagi

“_____” Bapak tersebut menunjuk arah hutan sambil tersenyum

Setelah bapak tersebut menunjuk arah hutan, irfan membalas


tersenyum. Tanpa berkata apa-apa bapak tersebut pergi
meninggalkan kita.

Saat itu gw nggak tahan dengan kaki diseretnya, karena menambah


ngeri suasana malam itu. melihat bapak itu pergi, mereka yang
didalam berubah ekspresi menjadi lega. Selvi & Siska menghampiri
gw yang lagi ada diteras. Yang lain pamit untuk tidur duluan. Diluar
kita lanjut ngobrol sambil duduk lesehan, lampu pertomax yang
diruangan tadi gw bawa keluar

“Gila loe fan, sok berani loe” Kata gw mukul bahu irfan

“Iya nih kak irfan” Kata Selvi melanjutkan kata-kata gw

“Sok berani apaan maksud loe ?” Tanya irfan ke gw sambil ngelus-


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
ngelus bahunya

“Itu tadi kak irfan langsung nyamperin suaranya” Jawab Selvi

“Eh dek, mana ada setan yang nyeret kakinya” Kata Irfan sambil
cubit pipi Selvi dengan nada gemes

“Kebanyakan nonton film horor loe dek” Lanjut irfan

Obrolan berlanjut disana, siska hanya diam karena posisinya ngantuk,


kayaknya dia mau tidur sendiri tapi takut, jadi lebih baik nunggu Selvi
yang 1 kamar dengan siska. Diwaktu itu kita menjadi lebih akrab, kita
ngobrol-ngobrol lebih banyak, saat itu gw tahu kalau Selvi, Anton,
Putra, Vina, Siska, dan Giska satu fakultas dan juga 1 kelas, gw nggak
heran kalau dari awal mereka sudah akrab.

Saat itu juga gw tahu kalau Eni beda fakultas, dan Eni semester lebih
tua dari mereka, kalau diangka, Eni semester 8, dan ada tapinya,
umur Eni sama dengan mereka. sudah jelas juga kalau umur gw sama
irfan terpaut 3 tahun dari mereka.

Jam menujukan 11 malam, kita akhirnya pamit berpisah ke kamar


masing-masing untuk tidur. Kamar gw dan irfan hanya berisi 2 kasur
kapuk lesehan dan juga dua buah bantal kapuk. kasur dan bantal juga
nggak ada spreinya, jadi bener-bener polos. Dikamar itu juga
disediain oleh warga dua selimut bergaris hitam putih, selimut itu
eksis dirumah sakit jaman gw kecil. lemari nggak ada dikamar, jadi
kalau mau naruh baju atau barang pribadi harus ke tas lagi.

Didalam kamar gw nggak bisa tidur, irfan pun sama, karena kita
berdua sering begadang. Dan akhirnya gw buka obrolan dengan irfan

“Fan, suasana desa ini gimana menurut loe?” Tanya gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Gw nggak suka suasananya” Kata irfan dengan posisi kedua
tangannya menopang kepalanya

“Jadi loe ngeri ya sama suasananya kayak gw?” tanya gw

“Gw nggak ngeri atau takut, cuma nggak suka aja” Kata irfan
menjawab pertanyaan gw

“Ini loe lagi sok berani ?” Tanya gw menyindir irfan

“Ngapain gw sok berani vin ?” Kata irfan sambil senyum ke gw

“______”

“Kalau misal nih ya fan, ini misal” Kata gw ke irfan yang lagi ngupil

“Kalau ketemu setan atau jin gimana?” Lanjut gw lagi

“Kalau loe sendiri gimana ?” Tanya irfan balik

“Wah nggak tahu deh fan, mungkin gw bakal lari deh” Jawab gw

“Ya sama, gw juga lari” Kata irfan tanpa ada malunya

“Tai loe !!, gw pikir loe berani” Kata gw sambil menendang irfan yang
sedang tiduran

“Lha terus harus gimana tod ?!, baca doa ?!, apa sujud syukur dulu ?!”
Kata irfan dengan nada tinggi

“Mana mungkin loe bakal kayak gitu, udah reflek alami orang lihat
setan langsung lari!!” Lanjut irfan masih dengan nada tinggi

“Loe pikir lihat setan kayak lihat tante-tante bugil?!, langsung loe
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
deketin terus loe sikat?!” lanjut irfan lagi

“_____”

“Udah deh fan, makan hati gw dengar omongan loe” Kata gw sambil
balik badan membelakangi irfan

“_____”

Karena terlalu sepi, gw buka obrolan lagi

“Fan, lagi mikirin apa loe ?” Tanya gw pelan

“Body Selvi sama Vina” jawab Irfan PD

“Nggak sabar gw” Lanjut irfan lagi

“Sama, gw nggak sabar, mending kita sama-sama diam biar cepat


ketiduran” Ajak gw ke irfan

“Oke” Jawab Irfan simpel

Malam pertama didesa tersebut berjalan tanpa ada gangguan sama


sekali, gw akhirnya ketiduran karena terlalu sunyi dikamar, suara
jangkrik juga membuat gw dan irfan ketiduran

[NB: Untuk wanita, Pelajarilah tiap langkah-langkah gw dan irfan


dicerita ini tentang bagaimana cari kesempatan ke wanita, untuk jadi
acuan lebih berhati-hati jika akan KKN didesa yang masih belum
maju]

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 2
Gw terbangun, gw lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 9 pagi

“Fan, bangun fan” Kata gw membangunkan irfan

“Haa? Apa apa ?” Kata irfan kaget karena gw bangunin

“Jadi nggak ?” Kata gw, tangan gw membentuk teleskop agar irfan


mengerti maksud gw

“Eh, iya iya ayo” Kata irfan bangun dari tidurnya dengan semangat

Kita keluar kamar, ternyata mereka sudah berkumpul diruang tengah


sedang sarapan. Dengan sedikit rasa kecewa kita menghampiri
mereka

“Ayo kak sarapan dulu, itu tehnya” kata Selvi nunjuk teh kita

“Makasih ya dek” ucap irfan ke Selvi

“Lho mana yang cowok-cowok, kok nggak ada?” Tanya gw

“Mereka lagi ke tempat pimpinan desa, nyoba minjem kendaraan


kak” Kata giska menjawab

“Oh, jadi mau hari ini beli gensetnya ?” Tanya gw lagi

“Nggak kak, besok, sekarang cuma mau nyari kendaraan dulu”


Lanjut giska menjawab

Gw dan irfan pun sarapan, sarapan saat itu nasi goreng & teh,
rasanya lumayan daripada nggak ada.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Vina hanya diam saat itu, mungkin karena nggak nyaman ada gw
disitu, dia sibuk dengan HP nya yang belum habis baterainya. Gw
pasti tahu, kalau mereka bakal membicarakan gw, kalau gw dan irfan
lagi nggak ada. Tapi gw mah bodo amat, yang penting gw konsen
sama KKN, karena kuliah gw sama irfan udah diujung tombak.

“Wah kalian udah seger-seger semua ya” Kata irfan sambil senyum

“Udah pada mandi ?” Tanya irfan ke mereka sambil makan


sarapannya

“Udah kak, tadi subuh kita mandinya” Jawab siska

“Airnya gimana dek ?, gw mau mandi, tapi nggak suka kalau airnya
dingin” Tanya irfan lagi

“Kalau subuh dingin emang kak, nggak tahu kalau sekarang” Jawab
siska lagi

“Oh ya masalah proker gimana dek?, sudah ada rencana?” Tanya gw


mumbuka topik baru

“Nanti gini kak, nanti sore / malam kita akan bahas semua” Kata Selvi

“Besoknya, barang yang berhubungan dengan proker sekalian beli


dikota” Lanjut Selvi

“Makanya pagi dan siang ini, coba kak alvin sama kak irfan keliling
desa lagi” Kata Giska

“Sapa tahu ada masukan proker, soalnya kita mau konsen ke proker
kelompok” Lanjut giska

“Oke, sip banget dek, habis ini gw sama irfan keliling” Kata gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Berlanjut ke obrolan ringan. Setelah selesai sarapan, kita ngerokok
sambil nurunin makanan diperut dulu, setelah agak enakan, kita
pamit ke mereka untuk survey tempat. Waktu kita berpamitan, selvi
nyuruh Vina untuk ikut gw dan irfan, vina hanya geleng-geleng
kepala.

“Ikut aja sana vina” Suruh giska ke vina

“Iya, daripada loe bengong nggak ada kerjaan” Kata Siska ikut maksa
vina

“_____” Vina hanya diam maen HP

“Ntar kita aja yang bersih-bersih rumah” Lanjut giska

“Sekalian tuh nyari-nyari proker individu, biar enak” Paksa Selvi

Dengan berbagai paksaan akhirnya Vina ikut kita, HP nya tetap ada
ditangannya nggak pernah lepas, dan juga dia jaga jarak kira-kira
semeter.

“Fan, kemana nih ?” Tanya gw

“Coba ke hutan sana deh vin” ajak irfan ke gw

“Boleh deh” Kata gw setuju sama irfan

“Jangan jauh-jauh dek, sini samping gw, nanti kalau ada ular
gimana?” Kata irfan ke vina

Tanpa bicara vina langsung kearah samping irfan, diperjalanan dia


hanya diam, pipinya digelumbungkan terus seolah-olah pipinya itu
mainan. Irfan mengambil ranting, panjangnya seperti pedang.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Kira-kira 200-300 meter kita berjalan, gw lihat ada kandang sapi &
sebuah gubuk kecil dihutan itu, bau sapi juga sudah tercium.

“Ini kandang sapi bapak kemaren malam mungkin fan” kata gw

“Iya, tapi jauh juga tuh bapak jalan kakinya” kata irfan

“ya mungkin tuh gubuk rumahnya” katak sambil nunjuk ke gubuk

“Lha terus ke desa malam-malam ngapain?" Tanya irfan penasaran

“Mana gw tahu, lanjut perjanan dah” Kata gw

Kita pun akhirnya melewati kandang sapi tersebut, kita berjalan lurus
semakin jauh, irfan nyaranin jangan jalan lurus terus, kita disuruh
muterin ni hutan, dan gw setuju. Kita berjalan tanpa arah seperti
sedang berpetualang. Dan sampailah kita dilokasi kuburan desa,
meskipun rumah didesa hanya 40-50 rumah, tapi kuburan disana
cukup banyak, terbukti dengan adanya puluhan bahkan ratusan batu
nisan.

Didekat kuburan ada lokasi mata air yang indah banget, juga ada
sebuah batu yang meyerupai orang sedang menyembah, itu bukan
ukiran batu, tapi memang bentuk batu yang mirip orang sedang
meyembah. Kalau dilihat memang hanya bongkahan batu, tapi jika
dilihat baik-baik, atau dilihat dari agak dekat, seperti orang
menyembah.

“Gila fan, indah bangeet” Kata gw sambil menaruh tangan gw dipipi


dan tersenyum

“Pingin gw mandi disitu” Kata gw lagi sambil senyum ke irfan

“_____”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Loe sih lagi ngapain vin ?” Kata irfan tanpa ekspresi

“Loe nggak lihat apa, keren ni tempat” Kata gw

“Nanti malam kita kesini lagi ya” kata irfan

“Gw pingin ngelihat loe bilang, Gila fan, indah bangeet” Kata irfan
menirukan gaya gw megang pipi

Melihat kejadian itu vina hanya tersenyum tanpa lihat ke gw. Irfan
berjalan mendekati mata air tersebut, dia bermain air menggunakan
tongkat rantingnya sambil melihat-lihat sekitar. Nggak lama irfan
deketin gw dan vina.

“Eh, ayo cabut dari sini” Ajak irfan

“Kenapa emang, masih siang nih?” tanya gw

“Gw lihat dekat mata air, ada sesajen sama selendang kuning
lusuh”Kata irfan

“Fan jangan gitu fan, gw jadi ngerasa kayak lagi difilm-film horor”
Kata gw memandang irfan

“Ya terserah loe vin, loe jagain aja ni tempat, gw balik aja” Kata irfan
berjanan ninggalin gw

Irfan melangkahkan kaki pergi dari daerah situ, gw dan vina langsung
ngikutin irfan dari belakang dengan langkah kaki agak cepat. Saat
berjalan entah kemana, kita ketemu lagi tempat yang bikin hati
nggak enak, ada sebuah rumah dari bata ukuran kira-kira type 36
yang benar-benar terbengkalai, lebih tepatnya “mungkin” karena
bekas kebakaran atau dibakar, karena ada bekas hitam-hitam
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
ditembok seperti terbakar. Pikiran gw saat itu kemana-mana, sampai
bahkan berpikir kalau gw bakal dihantui dll.

“Fan, nanti coba kita tanya ke pimpinan desa masalah hutan ini ya”
Kata gw ke irfan

“masalahnya, rumah yang kita tempati dekat sama hutan ini” lanjut
gw sambil menatap rumah tersebut

“Kalau ada apa-apa gimana coba?”lanjut gw lagi

“Terus yang mau loe tanyain apa?” Tanya irfan sambil maenin
tongkatnya

“Ya pokoknya minta konfirmasi aja tentang lokasi-lokasi ini” jawab


gw

“Kalau memang nggak layak, kita harus dekat hutan ini” kata gw

“Kita bisa minta lokasi rumah lainnya” lanjut gw lagi

“Loe kira mau kepala desa nyiapin rumah lagi?” Tanya irfan ke gw

“Udah sukur kita dibolehin KKN disini” jelas irfan sambil tetap
bermain tongkatnya

“Nanti aja loe tanyain, waktu ngajukan proker ke pimpinan desa”


Saran irfan

“Ini baru hari pertama lho vin didesa ini, masa kita udah banyak
maunya, jalanin aja” kata irfan

Penjelasan irfan cukup membungkam mulut gw, irfan ada benarnya,


baru hari pertama gw udah banyak maunya, lagian hal yang tidak
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
diinginkan belum terjadi. Gw bisa tenang sedikit saat itu, mungkin
pikiran gw aja yang lagi mikir aneh-aneh karena kebanyakan nonton
film horor.

Hanya sebentar gw bisa tenang, diperjalanan, kita melihat lagi ada


tempat yang benar-benar bikin resah, ada sebuah pohon tua besar,
dibawahnya juga ada sesajen yang isinya hanya pisang, jantung
berdetak kencang banget, ditambah lagi irfan mengucapkan kata

“Permisi numpang lewat” Kata irfan sambil lihat pohon tersebut

“_____”

“ngapain loe fan?”

“Ada sesajen, ada penunggu” Kata irfan simpel tanpa ada ekspresi
takut dimukanya

Vina kelihatan udah nggak nyaman, terlihat jelas dari ekspresinya

“Kak, balik aja yuk” Kata vina dengan ekspresi ketakutan

“Iya fan balik aja” kata gw

“Iya, ni juga mau balik, gw juga udah nggak betah disini” Kata irfan
dengan santainya

“Kita nggak tersesat kan fan ?” Tanya gw

“Tenang aja, gw tahu kok” Jawab irfan

Perjalanan pulang berhasil, sebenarnya gw nggak nyangka kalau bisa


nemuin jalan pulang, padahal gw berpikir kalau kita tersesat.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Dirumah, vina nyeritain kejadian dihutan, tapi ekspresi yang
mendengarkan cerita terlihat biasa aja. Gw bisa maklum karena
mereka nggak ngalami, dan juga cerita disiang hari nggak
menakutkan seperti cerita dimalam hari.

Hari sudah hampir malam, semua sudah berkumpul diruang tengah,


dari kegiatan mereka masing-masing, seperti observasi proker KKN.
Disana dibahas mengenai proker utama, dan dapatlah ide untuk
proker utama yaitu pembuatan sumur dan pembuatan kamar mandi
umum, semua udah masuk rencana, tukang akan diambil dari desa
sini, ada orang yang bisa mengerjakan.

Gw berpikir, sebenarnya sia-sia melakukan proker tersebut, jika ada


orang desa situ yang bisa membuat sumur, kenapa mereka nggak
melakukan sendiri, buktinya mereka lebih milih mandi disungai yang
airnya benar-benar bersih karena dekat mata air. Tapi gw setuju-
setuju aja kalau memang bisa masuk dalam proker kelompok.
Apalagi kita dituntut membuat proker utama berupa fisik minimal 5
proker.

Dan untuk proker pembuatan kamar mandi umum, gw sama irfan


dengan berat hati nggak setuju, untuk alasannya pasti sudah pada
mengerti. Tapi saat itu gw dan irfan ngomong dengan alasan terlalu
membuang uang, batu bata yang dibeli dikota, lebih mahal ongkos
kirim kesini, daripada harga batu-batanya. Tapi lagi-lagi karena
mengambil suara terbanyak, akhirnya jadilah proker pembuatan
kamar mandi. Diperkirakan akan memakan waktu 1 bulan lebih untuk
jadi kamar mandinya, karena mereka menyarankan pembuatan
sumur dahulu. Setelah selesai, dan membuat pengajuan secara
tertulis karena nggak ada printer, kita akan pergi ke kepala desa.

“siapa yang pergi ke kepala desa sama gw?” Kata Selvi sebagai
sekertaris

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“gw dek, sama irfan” Kata gw mengajukan diri sambil nunjuk irfan

“Oke kak alvin sama, kak irfan ya” kata Selvi

Mereka pun menyetujuinya, kita bertiga pergi kerumah kepala desa,


melewati rumah yang pernah ditunjuk kepala desa waktu itu, agak
merinding sebenarnya, karena kondisi gelap dan rumah yang hampir
rubuh karena lapuk, setelah lewat sana, gw baru sadar kalau rumah
itu miring dan benar-benar hampir rubuh. Tak lama kita sampai
rumah kepala desa, rumahnya paling bagus sendiri dan terbuat dari
bata, kanan kirinya rumah panggung.

Dirumah pak kepala desa, kita membahas masalah proker tersebut,


pak kepala setuju, dan yang nentukan lokasi adalah pak kepala.
Selain itu pak kepala menyarankan untuk melakukan pemberantasan
buta huruf, hampir semua anak-anak disini nggak bisa membaca
karena memang nggak sekolah. Kita pun menyetujuinya dan akan
dibahas dulu oleh kelompok. Disela-sela obrolan ringan gw
sempatkan bertanya, walaupun irfan nyenggol kaki gw untuk jangan
dilanjutkan

“Pak, hutan didekat kami itu bagaimana pak?”

“Bagaimana apanya dek?”

“Ya, apa aman atau gimana pak” Kata gw sambil ngelus-ngelus


kepala dan senyum salting

Gw sendiri nggak tahu harus ngomong apa, rencana yang pingin gw


omongin tiba-tiba langsung ilang, mungkin karena gugup dan
ngerasa nggak enak jika harus diomongkan. Padahal gw pingin tanya
agama karena ada sesajen, masalah lokasi-lokasi yang tadi siang gw
lihat dll.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Lha tadi malam aman ndak dek?”

“oh aman pak hehe” kata gw senyum

“Nah itu aman” kata pak kepala membalas senyum gw

“kalau untuk masalah rumah, cuma ada itu ya pak?” Pertanyaan aneh
gw keluar karena masih terpikir lokasi-lokasi tadi siang

“Iya dek, kalau nggak ada kalian, rumah itu juga kosong” Jawab
kepala desa

“Saya nggak mau ikut campur kok, kalian mau ngapain saja dirumah
itu” kata pak kepala desa

“Kalian sudah dewasa, pasti pikiran kalian juga dewasa, yang penting
tetap ramah sama warga sekitar ya” Kata pak kepala tersenyum
Gw salting dan seperti nggak tahu mau ngapain lagi karena udah
nggak enak, pertanyaan gw bisa menjadi aneh karena belum ada hal
ganjil yang gw alami selama disini, jadi dalam hati gw agak ngerasa
bersalah dan malu bertanya seperti itu tadi.

“Pak, tadi saya kan ke hutan nih” kata irfan dengan senyum malu-
malu

“terus ngelihat ada mata air dan batu seperti menyembah, tempat
apa ya itu pak?” Lanjut irfan

“Itu dulu tempat mandi untuk leluhur dek” kata bapak tersenyum

“Jadi disini kepercayaannya masih kepada leluhur ya pak?” Kata irfan


bertanya lagi

“Banyak yang masih seperti itu dek, tapi ada juga yang sudah
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
beragama” Jawab bapak tersebut

“Yang penting hidup damai berdampingan kan dek? Lanjut bapak


tersenyum

“Hehe iya pak” Kata irfan sambil ngelus-ngelus kepala

Setelah obrolan ringan kita akhirnya pamit untuk pulang, lagian


tanpa sadar sudah jam setengah delapan, pak kepala menemani
sampai depan pintu rumahnya

“Malam-malam jangan pergi kehutan lho dek” kata pak kepala

“Kenapa ya pak ?” Tanya gw reflek karena berpikir macam-macam

“Takutnya kan nanti ada hewan liar kayak ular atau apa” Kata pak
kepala

“Oh iya pak, makasih” kata gw sambil tersenyum

Peringatan pak kepala nggak gw anggap sebagai peringatan adanya


binatang liar, maklum gw orangnya agak parno kalau masalah yang
diluar logika, diperjalanan pulang sudah pasti kita melewati “rumah
hantu” tadi. Sampai dirumah kita berkumpul lagi untuk bahas apa
yang dikatakan pak kepala desa. Mereka kelihatan tenang, gw sendiri
mungkin yang kebanyakan pikiran, film horor yang sering gw tonton
menjadi acuan gw untuk berpikir macam-macam.

Setelah selesai pertemuan / rapat, kita semua mengambil keputusan


jika anton sebagai ketua dan putra sebagai wakil, besok akan ke kota
untuk mengurus semua bahan-bahan yang digunakan proker.
Otomatis sisa bertujuh anak KKN yang ada disitu. Dan yang lebih
menyakitkan, anak perempuan lebih memilih cuci muka daripada
mandi. Seperti biasa setelah makan malam, gw dan irfan nongkrong
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
diteras rumah, saat itu selvi dan siska ikut nongkrong lagi, sedangkan
yang lainnya membentuk kelompok sendiri-sendiri untuk mengobrol.
Melihat keadaan gw yang masih agak ketakutan irfan berusaha
menenangkan

“Eh vin, biasa aja kali, loe nggak sendirian disini” Kata irfan

“Kalau ada apa-apa kan banyak yang bantu” Lanjut irfan berusaha
menangkan gw

“iya iya fan, gw ngerti, tenang aja, gw masih dalam proses


membiasakan diri” kata gw senyum

“Maklumlah fan, baru pertama kali ngalami seperti ini” Lanjut gw

“Siap, nah gitu ganteng temen gw” Kata irfan ngerayu gw

“Kamu cowok lho kak, harusnya bisa ngelindungi yang cewek


donk”sindir selvi berusaha akrab

“Iya iya dek” kata gw senyum ke selvi

“loe belum kejadian aja udah ketakutan, apalagi kalau kejadian” kata
irfan

“Eh udah diem loe, tenang aja, nggak bakal gw ketakutan, udah
dibilang lagi membiasakan diri malah nyindir loe” kata gw sambil
mukul irfan pelan

“Oke sip” kata irfan sambil ngangkat tangan buat tos

“Eh kak, kita masih 88 hari lho disini” Kata siska mulai ngomong

“Ayo kak semangat” kata siska lanjut sambil bergaya memberi


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
semangat dengan kepalan tangannya

Mendengar omongan mereka sudah lumayan membuat gw berani,


ada komitmen baru dihati gw kalau gw harus ngelindungi mereka.
dimalam ini obrolan lebih condong untuk memberi semangat gw.
Setelah agak lama obrolan, kita pun kembali kekamar masing-
masing. Pintu kamar sengaja gw buka, karena belum tidur, dengan
modal petromax gw bermain kartu remi yang sudah dibawa irfan
terlebih dahulu.

Ditengah-tengah acara bermain remi, sesosok bayang merah lewat


dengan cepat didepan pintu kamar gw. Tapi saat itu gw diam aja, gw
berpikir kalau itu hanya perasaan gw doank

“Eh vin” Kata irfan yang lagi ngatur kartu

“Apa cuma gw doank yang lihat bayangan merah lewat?” lanjut irfan

“Gw juga lihat” kata gw sambil menata kartu

“Gimana menurut loe?, takut loe ?” tanya irfan menatap gw

“Kagak” Jawab gw simpel

“Serius?” tanya irfan

“Dari tadi gw mikir, percuma gw takut disini, lagian nggak bisa


berbuat apa-apa” Kata gw dengan tenang

“Mantep nih temen gw” Kata irfan senyum

“Gw hari pertama datang juga mikir gitu, jadi gw beraniin diri” Kata
irfan ke gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Coba sekarang loe cek deh kedapur” Kata irfan mencoba nyali gw

Tanpa pikir panjang gw ke dapur, gw bawa petromax kedapur tapi


nggak ada apa-apa

“Gimana?” Kata irfan dari depan pintu kamar

“Nggak ada apa-apa fan” kata gw sambil berjalan balik ke kamar

“Ya udah tidur aja dah, besok kita harus bangun subuh-subuh vin”
Kata irfan senyum ke gw

“____” gw hanya tersenyum saat irfan berkata seperti itu, karena gw


ngerti apa yang dimaksud

Cuplikan :
Eni menutup mulutnya dan berlari kearah rumah, dengan curiga gw
lihat kearah sekitar, sosok bayangan putih diatas pohon terlihat
nampak jelas dikegelapan, dan dengan cepat gw alihkan pandangan
gw dari sosok tersebut, gw ambil rokok yang ada dikantung dengan
tangan yang tak berhenti gemetar, gw ingin berlari sejauh mungkin
tapi masih ada Vina didalam toilet.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 3
“Vin, vin dah subuh, ayo cepat” Kata irfan berbisik membangunkan
gw

“_____”

“Vin, cepet, jadi nggak ? “ Kata irfan masih berbisik

“Apaan sih fan, gw masih ngantuk banget” Kata gw menepis tangan


irfan yang membangunkan gw

“Jadi nggak nih liat body selvi” Kata irfan berbisik langsung ke topic

“Nggak ahk fan, males gw” kata gw Karena masih ngantuk

“Jangan nyesel loe ye” Kata irfan nendang gw langsung pergi

Posisi gw saat itu ada dalam keadaan proses kembali tidur,


kesadaran gw masih ada. Gw dengar Irfan keluar kamar, tak lama
terdengar langkah irfan masuk lagi. Gw pun bangun, dari posisi tidur,
ke posisi duduk.

Melihat gw bangun, irfan memberi isyarat untuk diem, setelah


isyarat, terdengar suara obrolan yang terdengar pelan, setelah suara
menghilang, irfan langsung keluar kamar lagi. Saat irfan keluar
kamar, gw mencoba tidur, tapi kalau membayangkan body selvi,
susah bagi gw untuk tidur lagi. Dengan cepat, gw jalan kearah irfan,
kamar para cowok masih tertutup rapat, irfan sudah berdiri diatas
kursi memegang teropong. Teropong irfan itu teropong seperti
teropong bajak laut, dimana hanya menggunakan 1 mata untuk
melihat.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Gimana ?” kata gw deg-degan

“Sabar” kata irfan masih sambil mengintip

“Eh cepet gantian” kata gw maksa

“Sial, mereka pinter vin”

“Apaan, cepet”

“Mereka naruh petromaxnya diluar kamar mandi”

“Lha emang napa?”

“Ya nggak kelihatan tolol, loe liat jam berapa ini”

Saat itu gw langsung lihat jam, dan saat itu jam menunjukkan jam 4
lebih. Dimana matahari belum muncul dan masih menunjukkan
sedikir sinar merahnya dibalik gunung.

“Coba sini gantian” kata gw nggak percaya

“Nih” Kata irfan menyerahkan teropong

Gw perhatikan dengan seksama ternyata teropong ini rusak, karena


ada bekas patah ditengah, tapi gw nggak permasalahin itu. Gw
langsung menancapkan teropong ke lubang yang sudah diperlebar.
Dan ternyata benar apa yang dikatakan irfan, yang Nampak hanya
bayangan mereka mandi karena cahaya yang dihasilkan lampu
petromax, tapi melihat gerakan mereka mandi sudah bisa membuat
nafsu timbul, gerakan mereka membersihkan dada dan bagian intim
sudah cukup bagi gw saat itu, tapi kadang gw membayangkan
bagaimana kalau bisa melihat badan mereka secara langsung.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Gimana nih fan ?” Kata gw memanas

“Pura-pura tidur” kata irfan santai

“Terus nggak ada jalan lain?” Kata gw

“Banyak jalan menuju roma” Kata irfan

“Terus hari ini gimana?”

“Ya udah pasrah aja, terus mau gimana?, gw aja nggak nyangka bakal
gini” kata irfan agak kesel

“Gw kira tuh petromax mau ditaruh didalam kamar mandi, ini malah
digantung” lanjut irfan

Dengan berat hati gw ninggalin dapur, gw kira ngintip mandi bakal


segampang balik telapak tangan, tapi bener, manusia itu berakal.
Dan kita balik kekamar dan tiduran, entah kenapa gw ngerasa nggak
nyaman. Tapi saat itu gw berpikir

“Eh fan” kata gw memanggil irfan yang juga lagi tiduran

“Hmm…” ucap irfan terasa malas

“Kalau mereka pakai baju atau ambil baju, mereka butuh lampu
kan?”

“_____” irfan terlihat seperti berpikir

Setelah itu irfan langsung berlari kearah dapur, dengan cepat gw


juga ikut berlari. Tanpa lama-lama irfan naik kursi.

“Fan, fan cepat gantian”Kata gw maksa


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Telat vin, cepat balik!!”

“Sini!!” gw rebut dan langsung ambil posisi,

Terlambatlah gw, mereka sudah berjalan kembali ke rumah

“Coba tadi loe mikirnya cepat vin” kata irfan sambil jalan kekamar

“Kenapa nggak loe yang kepikiran, biasanya loe hebat macam gini”
kata gw sambil menendang pantat irfan dari belakang

Sesampai dikamar kita pura-pura tidur, beruntung kita pura-pura


tidur, karena saat itu ada seseorang yang membuka pintu kamar gw
dan menutupnya lagi. Mungkin mereka lagi ngecek kita apa masih
tidur apa sudah bangun.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, gw yang tadi pura-pura tidur menjadi


ketiduran. Gw lihat ke irfan ternyata dia sudah ada di ruang tengah
ketawa-ketawa bareng mereka. Gw menghampiri mereka masih
dalam keadaan ngantuk, anton dan putra belum berangkat ke kota.

“Belum berangkat dek?” kata gw dengan suara orang bangun tidur

“Belum mas, sebentar lagi” jawab anton senyum ke gw

“Sarapan dulu kak” kata siska yang baru selesai masak

Sarapan lagi-lagi nasi goreng, ya mungkin karena simpel, cuma butuh


nasi, telor dan bumbu-bumbu. Gw habisin nasi goreng yang sudah
disiapkan, anton dan putra bersiap berangkat ke rumah kepala desa
untuk meminjam motor. Vina menghampiri putra, memeluk dan
mencium bibir putra. Saat itu juga gw tahu mereka pacaran. Wajar

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


bagi gw kalau iri melihat momen itu, gw hanya bisa duduk sambil
ngerokok bareng irfan.
Akhirnya anton dan putra berangkat, tak ada yang menemani
mereka ke tempat pak kepala desa.

“Kegiatan sekarang apa dek ?” kata gw ke mereka yang lagi beres-


beres

“Kita mau nemui masyarakat kak, sekalian silahturahmi” kata selvi


yang menjawab

“Ayo kak ikut” ajak siska ke gw

“nggak dek, kalian aja” kata gw menolak ajakan siska

Gw dan irfan males kalau setiap jalan kita harus nebar senyum, baru
jalan sebentar senyum ke orang, jalan lagi harus senyum lagi ke
orang. Akhirnya gw dan irfan milih di rumah dan diam dan Cuma
ngerokok, nggak terasa waktu sudah siang, mereka juga belum
kembali ke rumah, akhirnya irfan dan gw nyusul ke desa, dengan
komit, kalau ketemu orang desa pura-pura nggak lihat dan tetap
ngobrol. Sampai didesa kita sudah melewati beberapa orang dengan
pura-pura nggak melihat. Gw melihat kearah sungai, disana banyak
anak kecil lagi mandi telanjang disungai, gw bertanya ke irfan

“fan, menurut loe mereka tuh umur berapa?” Tanya gw irfan

“paling umuran SMP vin, soalnya ada yang dadanya sudah tumbuh”
kata irfan sambil membakar rokok

“kok pada nggak malu ya?” Tanya gw

“Samperin aja vin” kata irfan sudah jalan duluan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Disungai, anak laki-laki perempuan lagi asik bermain air, tanpa ada
rasa nafsu sama sekali, dengan bertelanjang dada dan bermodal
celana dalam, mereka saling menyiram air sambil tertawa, coba
dikota, langsung pada disikat sama temannya sendiri. Gw coba
bertanya ke salah satu anak disitu

“Umur berapa dek?” Tanya gw

“13” kata dia sambil langsung melanjutkan bermain air

“Gila, 13 tahun fan, berani maen air bugil gini” kata gw pelan

“Ya namanya desa vin, kayak gini mungkin wajar bagi mereka” kata
irfan santai

“Ya udah vin lanjutin aja nyari mereka” lanjut irfan lagi

Dalam hati, gw jadi langsung setuju dengan adanya proker


pembuatan kamar mandi umum. Gw bayangin bagaimana kalau
lansia mandi disungai dengan kamar mandi yang bermodalkan
bambu, agak berbahaya juga karena banyaknya batu-batuan disana
untuk dilewati.

Saat melanjutkan perjalanan, akhirnya kita bertemu mereka, disana


ternyata mereka lagi ngobrol dengan beberapa warga sana. Saat gw
deketin, ternyata mereka lagi membahas tentang pemberantasan
buta huruf, mereka lagi mengatur jadwal untuk kegiatan yang akan
diadakan disana. Melihat mereka lagi asik, gw sama irfan milih pamit
duluan karena kita cuma jadi obat nyamuk disitu. Saat itu kita lewat
lagi di”rumah hantu”

“Vin, masuk yuk” kata irfan sambil melihat ke gw

“Ngapain fan ?. nggak ada kerjaan ?” kata gw menolak


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Masih siang nih, gw Cuma pingin lihat dalamnya aja” kata irfan
sudah berlajan duluan kearah rumah itu

Gw ikutin irfan dari belakang, mungkin siang nggak terlalu seram


daripada malam, nggak ada salahnya kalau cuma ngecek dalam
rumah mumpung ada keberanian karena didukung siang hari

Sama halnya dengan film-film horror saat ini, dimana jaring laba-laba
sudah jadi ciri khas rumah berhantu. Ruang tamunya cukup besar,
kursi dari kayu masih ada diposisinya dan dipenuhi debu, ada sebuah
lukisan keluarga disana, Irfan berjalan menuju kamar, kasurpun
masih ada ditempatnya. Jika dilihat baik-baik, rumah ini nggak
menakutkan, sama kayak rumah warga lain, cuma karena nggak
terawat, jadi terlihat mengerikan. Nggak lama gw ngajak irfan balik,
dan irfan setuju. Saat perjalanan kerumah, ada 2 warga yang lagi
bawa sesuatu ke dalam hutan

“Vin vin, ikut mereka yuk” ajak irfan ke gw

“Kehutan lagi ?” Tanya gw dengan agak malas

“Iya, petualangan lagi” Kata irfan tersenyum ke gw

“Ngikut aja deh gw, lagian nggak ada kerjaan” kata gw menerima
ajakan irfan

Tak lama kita nyusul, terdengar mereka sedang berbicara bahasa


daerah situ yang sudah pasti gw nggak ngerti.

“mau kemana pak?” sapa irfan

“mau naruh ini” kata bapak tersebut sambi tersenyum ke irfan


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Apa ya itu pak?” Tanya irfan lagi

“ini barang untuk leluhur sini, menghormati” kata bapak itu

“Saya ikut ya pak, sekalian jalan-jalan” kata irfan

“_____” bapak tersebut hanya mengangguk dan tersenyum

Diperjalanan kita nggak berbicara dengan mereka, kita berdua jalan


dibelakang mereka, dan sampailah dikuburan desa, bapak tersebut
menaruh sesajen di 2 kubur, yang lainnya seperti nggak penting,
terlihat mereka seperti sedang berdoa, setelah itu perjalanan
dilanjutkan ke arah mata air, disana seperti sedang ritual, selendang
kuning disana dicelupkan diair dan ditaruh lagi didekat situ, diatas
selendang ditaruh sesajen dan ditindas batu kecil agar tidak tertiup
angin.

“Fan, cabut yuk” kata gw ke irfan

“Ikut aja mereka vin” kata irfan tanpa lihat gw

“Bosen gw” kata gw

“Ya udah loe balik aja sono” suruh irfan

Karena gw malas balik sendiri dan bakal bengong dirumah, gw


akhirnya lanjut ikut mereka. Gw saat itu mengira kalau perjalanan
mereka bakal ke rumah yang terbakar atau ke pohon tua yang gede
waktu itu.

Tapi perkiraan gw salah, ternyata mereka pergi kesamping untuk


melanjutkan perjalanan ke belakang mata air. Disana ada sebuah
kursi tua, dimana diatasnya ditaruh sesajen. Gw lama-lama jadi agak
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
malas saat itu, karena lama-lama makin agak mengerikan, bahkan
kursi yang kalau diduduki udah pasti patah malah ditaruh sesajen.
Dari jumlah sesajen yang dibawa, gw ngerasa kalau masih ada
beberapa tempat dihutan ini yang akan ditaruh sesajen. Gw lagi
ngebayangin saat itu

“Ni kursi aja ditaruh sesajen, bentar lagi mobil tua bakal ditaruh
sesajen” kata gw dalam hati

“Fan, gw balik duluan ya” kata gw

“Yo” kata irfan singkat

Dengan rasa kecewa ke irfan gw pergi pulang, kalau cuma pulang ke


rumah, gw masih hapal jalan. Dirumah gw bengong sendirian, gw
pingin buat minuman anget, saat gw kedapur, gw lupa kalau masih
pake kayu bakar, kadang masih terasa kalau lagi dirumah. Tak lama si
siska balik bareng Eni duluan, gw minta tolong sama siska untuk
dibuatin air panas dan siska mau. gw bilang kalau akan nunggu
diteras, tapi saat gw lewat ruang tengah, ada Eni lagi disitu. Akhirnya
gw milih duduk bareng Eni

“Gimana dek tadi ngobrol sama warganya”

“Berjalan baik kak, besok kita mulai ngajari anak-anak membaca”


kata Eni senyum ke gw

“Katanya kamu semester 8 ya dek ?” Tanya gw

“Iya kak, kemaren mau nyelesaiin skripsi dulu, tapi waktu ujian skripsi
nggak bisa ikut, karena nggak ada nilai KKN” kata Eni

“Jadi ngejar wisuda donk nih” kata gw senyum

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Iya kak, rasanya pingin cepat selesai KKN” Kata Eni

“Ortu dirumah sudah nyuruh-nyuruh cepat lulus, maklum anak


pertama kak” Lanjut Eni

“Dimaklum aja dek, anak pertama itu kebanggan keluarga” kata gw

Tak lama minuman gw datang, gw minta air panas, tapi dibuatkan


teh anget, padahal ditas gw ada kopi instan, tapi gw tetap terima.
Siska melanjutkan memasak, setelah selesai, dia bergabung bersama
kita.

Dan akhirnya kita ngobrol bertiga disitu, disela-sela obrolan siska


ngajak Eni ke hutan dekat situ, gw sudah nyaranin jangan, tapi
mereka malah pergi, karena penasaran sama keadaan hutan, mereka
mengira kalau hutan bakal indah kayak situasi pegunungan didesa.

Kenyataannya memang indah, tapi “ada apanya” yang nggak indah.


Gw saat itu diajak tapi gw menolak.

Berselang kira-kira 1 jam, Irfan datang bersama sahabat sejatinya


kalau dihutan, yaitu ranting. Dengan santainya dia bermain-main
rating memukul daun-daun disekitar, gw pikir kalau dia lagi hilangin
kebosanan dengan maen ranting. Dirumah, irfan ngajak gw mandi,
karena sudah 2 hari kita belum mandi.

Dengan keadaan terbuka, gw mandi dengan cara jongkok, dengan


was-was gw sabunan takut ada yang ngintip, kalau cewek yang
ngintip gw masih bisa terima, nggak kebayang kalau cowok yang
ngintip. Disitulah gw mengerti posisi wanita kalau sedang mandi
dalam keadaan terbuka, yang hanya bermodalkan anyaman bambu,
gw mengerti kenapa mereka lebih waspada.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Malam pun tiba, mereka lagi membuat rencana proker ditemani
lampu petromax, gw dan irfan milih duduk diteras seperti biasa
merokok, dengan ditemani kopi instan

“Vin, gw saranin kita jangan kehutan lagi deh”

“Kenapa mangnya fan?”tanya gw penasaran

“Ya jangan pokoknya vin” kata irfan sambil menghisap rokok

“Makanya cerita” kata gw

“Gini intinya vin, ada beberapa tempat yang harus diwaspadai”

“Kalau didesa sih, tuh “sendang” doank” lanjut irfan

“Rumah hantu itu gimana fan ?” Tanya gw

“Itu cuma rumah bobrok, ngapain loe takut, kita masuk juga nggak
ada apa-apa”

Kita terdiam kira-kira 2 menit, karena gw cuekin omongan irfan, dan


akhirnya gw membuka topik lagi

“Jujur gw nggak nyaman fan kalau kayak gini, inti semua loe bilang
gitu apa sih fan?” kata gw dengan agak emosi

“Eh vin, kita tuh salah tujuan KKN vin, tempatnya loe liat sendiri
kayak gimana” kata irfan

“Gw bilang kayak gitu buat hati-hati aja vin, bukan buat cari sensasi”
lanjut irfan

“KKN lancar kan enak vin, nggak perlu ada masalah” lanjut irfan lagi
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Setelah penutup omongan irfan dan kira-kira saat itu jam 8 malam,
Selvi minta dianter ke rumah pak kepala desa untuk minta persetujun
dan tanda tangan masalah proker pemberantasan buta huruf, dan
akhirnya gw yang nemenin selvi. Sampai dirumah pak kepala, selvi
berbicara banyak membahas rencana pemberantasan buta huruf, gw
diam aja karena nggak tahu bahan tentang proker mereka.

Setelah selesai, gw dan selvi pamit untuk balik ke rumah, saat


perjalanan, gw lewat depan “rumah hantu”, gw lama memandang
rumah tersebut saat lewat didepannya. Dan tiba-tiba dengan mata
kepala, gw lihat pintu terbuka dan tertutup kencang, seperti ada
yang membuka dan menutupnya dengan cara dibanting. Selvi kaget
dan baru melihat kearah suara, yaitu rumah tersebut.

“Sapa yang banting pintu itu kak” Tanya Selvi

“Nggak tahu dek, mungkin tetangga sekitar sini, ayo balik aja dek”
kata gw

Dan akhirnya sampailah dirumah, mereka pada sibuk sendiri-sendiri,


gw kekamar, disana irfan sedang tiduran, dan gw ikut tiduran

“tuh yang cowok-cowok belum pada balik ?” Tanya gw

“katanya 2-3 hari, sekalian ngawal truck bawa bata sama semen
kesini” kata irfan mulai nguap

“eh fan, tadi pas gw lewat “rumah hantu”, pintunya kebuka terus
banting sendiri” kata gw

“angin kali vin, kita masuk tadi siang aja nggak ada apa-apa” kata
irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Iya kali fan, gw juga males harus mikir macem-macem” kata gw

Setelah obrolan tersebut, gw sama irfan hanya diam, karena


mungkin irfan udah ngantuk, diruang tengah suara obrolan wanita
terdengar, gw mau ikut nimbrung tapi agak malas, jadi gw milih
untuk tidur.

Malam harinya kira-kira jam 2, gw dan irfan dibangunin oleh vina,


sebenarnya cuma irfan yang dibangunin, tapi irfan ikut
membangunkan gw.

“Kak, Eni lagi nangis dikamar” kata vina

“Saya tanya kenapa, tapi dia hanya geleng-geleng kepala” lanjut vina

Gw dan akhirnya pergi ke kamar vina & Eni, disana Eni tidur
menyamping dan terisak, irfan pergi kesampingnya

“Kenapa dek ?” Tanya irfan

“_____” Eni hanya geleng-geleng kepala sambil mengusap air


matanya

“Kangen rumah ?” Tanya irfan lagi

“_____” Eni tetap menggelengkan kepalanya

Gw dan irfan diam sebentar disana, Eni tetap terisak, Vina tidur
disamping Eni sambil mengelus-elus lengan Eni. Entah kenapa gw
tetap agak merasa jijik mendengar suara Eni menarik ulur ingusnya,
meskipun momennya lagi sedih

“Dek, nanti kalau ada apa-apa panggil gw lagi ya” kata irfan yang
masih disamping Eni
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Atau teriak juga gpp, nanti gw langsung terbang kesini” kata irfan
sambil senyum berusaha bercanda

“______” Eni mengangguk sambil tersenyum kecil.

Gw dan irfan kembali ke kamar lagi dan melanjutkan tidur, tanpa


membahas apa yang dialami Eni

Next Part (Bukan Cuplikan)


Sosok berbadan tinggi muncul didekat pintu kamar Eni, tingginya
melebihi plafon rumah yang terbuat dari anyaman bambu, hingga
hanya kaki sampai mulutnya yang terlihat. Ternyata inilah sosok
penunggu dari rumah “terbakar” yang dikunjungi Eni dan siska. Dia
menunjukkan dirinya seakan nggak suka gw dan irfan berada
bersama Eni.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 4
Hari itu gw kesiangan lagi, gw lihat jam sudah menunjukkan pukul 7,
gw lihat irfan masih tidur disamping gw, “paling mereka sudah
mandi” itu lah pikir gw saat itu, jadi gw milih untuk melanjutkan
tidur, karena memang masih ngantuk.

Agak susah bagi gw untuk tidak terpancing nafsu ditempat seperti


ini, dimana pria dan wanita berkumpul dalam 1 rumah dan melakukan
aktivitas bersama-sama, belum lagi melihat mereka berpakaian
minim saat disiang hari kecuali Eni, seperti tanktop dan hotpants.
Jika beda rumah dan 1 lokasi KKN, masih bisa wajar jika hal seperti itu
tidak terjadi.

Siang hari, gw terbangun karena cahaya dari jendela yang terbuka,


gw melihat jam sudah hampir jam 11 siang. Gw keluar kamar dan
memanggil-manggil irfan, tapi tak ada orang dirumah, tapi yang
penting sarapan sudah ada tersedia untuk gw.

Setelah selesai sarapan, gw pergi ke teras untuk merokok. Saat itu


gw berpikir untuk cepat-cepat membuat proker individu gw, karena
yang lain sudah mulai jalan, selama ini, pikiran gw malah focus ke
hantu dan “Ada apa” disini. Kalau kayak gini terus, bisa nggak lulus
KKN gw.

Beberapa batang rokok habis, gw pergi kekamar mengambil kertas


HVS bergaris untuk membuat rencana proker. Setengah jam berlalu,
gw merasa nggak ada yang cocok dengan proker yang tertulis
dibuku panduan KKN. Akhirnya gw milih tiduran santai diteras sambil
ngemut bolpoin. Tak lama irfan datang bareng Eni

“Ngapain loe vin?” Tanya irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Mikirin proker fan” jawab gw

“Loe sendiri dari mana?” Tanya gw balik ke irfan

“Habis ciuman sama Eni” Kata Irfan nyengir ke gw

Udah pasti 100% gw nggak bakal percaya kalau Eni mau dicium sama
Irfan,

“Nggak kak, bohong dia kak” Kata Eni sambil nyubit pinggang irfan

“Tenang aja dek, dari awal gw dah tau” Kata gw masih sambil
tiduran

Irfan hanya tersenyum melihat Eni agak sedikit panik karena digoda
Irfan

“Ya udah kak, saya lanjutin dulu kegiatan didesa” Kata Eni pamit ke
gw

“Iya dek” Kata gw

Dan tinggalah berdua gw sama irfan, dia ikut tiduran disamping gw

“Vin” kata irfan manggil gw

“Hmmm” Kata gw

“Loe tau nggak Eni tadi malam nangis kenapa ?” Tanya irfan

“Ya paling kangen rumah vin, loe liat disini bosenin banget” Kata gw
masih tiduran

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Nggak Vin, tadi dia nemui gw waktu keliling nyari cewek didesa”
Kata Irfan

Gw bangun dari posisi gw tidur karena tertarik omongan Irfan

“Gimana ??, ada yang cantik ??” Tanya gw sambil senyum ke Irfan

“Woy Krupuk!!, gw lagi cerita tentang Eni!!” Kata Irfan sambil


nendang gw

Gw balik tiduran karena Irfan nggak mau jawab pertanyaan gw

“Kenapa emangnya dia ?” Kata gw agak bete

“Dia bilang tadi malam liat setan, katanya tinggi banget” Kata Irfan

Irfan sebenarnya berusaha menjelaskan kalau Eni diganggu makhluk


halus, tapi saat itu gw bukannya takut, malah bête & bosen. Karena
seseram-seramnya cerita hantu, nggak akan mengerikan kalau
diceritakan disiang hari, beda kalau malam hari

“Fan, biar gw tenang dulu, jangan bahas setan mulu, 3 hari gw


kepikiran terus” Kata gw tanpa menatap irfan

“Kalau gitu, tadi ada cewek montok banget vin, lumayan orangnya”
Kata irfan menggoda gw

Dengan digoda irfan gw pun tersenyum

“Tuh kan !!, Otak Bengkel loe !!” Kata Irfan nendang gw sambil
ketawa

“Udah diem loe” Kata gw balas nendang irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Eh fan, ayo ke desa liat proker mereka, sapa tau ada yang bisa
ditiru” Lanjut gw ke Irfan

“Ayo dah, sekalian cuci mata lagi” Kata irfan

Gw pergi ke desa bareng irfan, seperti baiasa, teknik pura-pura


nggak lihat masih gw terapkan, dengan alas an yang sama, males
nebar senyum. Dijalan kita mengomentari body & dada cewek,
mungkin karena udah kebiasaan, saat gw nongkrong sama teman-
teman gw, kalau ada cewek, yang pertama dilihat adalah body &
dada, untuk face masih bisa nyusul.

Tak lama kita jalan, ada seseorang manggil gw, dia belum terlalu tua,
kalau maen tebak umur, mungkin dia sekitar 30an, dan untuk
berbahasa Indonesia, beliau cukup lancar

“Adek, sini sebentar” Kata Bapak tersebut

Saat itu gw sama Irfan pura-pura nggak denger dan melanjutkan


mengobrol

“Adek, sini sebentar” Bapak tersebut memanggil kita sambil


menepuk tangannya

Dan dengan agak terpaksa kita menghampiri bapak tersebut dengan


tersenyum

“Oh iya pak” Kata Irfan sambil bersalaman dan tersenyum

“Ada yang bisa dibantu pak” Tanya gw sambil tersenyum

“Tidak dek, saya Cuma mau kasih tahu. Itu yang pakai jilbab teman
kalian kan?” Kata Bapak itu

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Bener pak, kita 1 kelompok KKN” Kata Irfan

“Temannya diawasi ya, ada yang mengikuti” Kata Bapak tersebut

“Maksudnya apa ya pak ?” Tanya Irfan dengan sedikit ekspresi was-


was

Mungkin melihat ekspresi kita berubah, bapak tersebut tidak


melanjutkan ceritanya

“Sudah tidak apa-apa, tapi nanti kalau ada apa-apa kalian cari saya ya
dirumah itu” Kata bapak tersebut sambil nunjuk rumahnya

“Oh iya pak, terima kasih, kami permisi ya pak” Kata Irfan sambil
bersalaman ke bapak itu

Kita pun meninggalkan bapak tersebut, hati gw agak nggak enak,


tiba-tiba gw menghubungkan dengan cerita Irfan tentang Eni yang
gw anggap membosankan.

“Fan, apa Eni diikutin setan ?” Tanya gw ke irfan

“Maybe” Kata irfan singkat karena sibuk memandang dada para


penduduk situ

“Kenapa loe kayak biasa aja tai!” Kata gw sambil mukul lengan irfan

“Eh kampret, loe sendiri tadi gw certain malah biasa aja” Kata Irfan
sambil mengelus-elus lengannya

“Terus gimana nih fan?” Tanya gw

“Ya nggak gimana-gimana, emang mau ngapain?” Kata Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Tak lama berjalan, kita sampai ditempat mereka lagi melakukan
proker pemberantasan buta huruf, gw samperin siska yang lagi
nggak ngajarin.

“Gimana dek?” Tanya gw

“Wah berat kak, anak sini rata-rata nggak bisa bahasa Indonesia”
Kata Siska

“Terus?” Kata gw

“Kita manggil yang bisa bahasa daerah sini buat bantu” Kata Siska

“Sama sekali nggak ada yang bisa bahasa Indonesia?” Tanya gw

“Ada kak, paling yang agak gede, itu pun nggak lancar” Jawab siska

Gw istirahat ditempat itu sebentar, sekalian melepas lelah, karena


jalan juga agak jauh. Peminatnya lumayan banyak, meski belajar
diruang terbuka, antusias mereka tinggi banget, selain bahasa,
mereka diajari berhitung.

Karena udah lumayan bosen, gw balik kerumah bareng Irfan. Sampai


dirumah Irfan bikin air panas untuk buat kopi instan, memang agak
susah buat nyalakan “kompor” kayu, tapi tetap berhasil, meskipun
hampir membakar rumah. Tak lama jadilah kopi instan, gw duduk
sambil ngerokok menikmati udara siang hari.

Eni dan Siska datang kembali kerumah untuk memasak makan siang,
saat mereka menyapa kita dan melewati kita, gw sempatkan melihat
belakang Eni.

“Loe liat ada sesuatu belakang Eni nggak fan ?” Tanya gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Nggak ada tuh vin” Kata Irfan sambil memandang belakang Eni

“Tapi katanya Eni diikuti?” Tanya gw ke Irfan

“Tuyul kali vin, kan kecil, jadi nggak kelihatan” Kata Irfan sambil
senyum ke gw

“Kata loe, Eni liat setan tinggi?” Tanya gw

“Ya mungkin tuyulnya lagi meninggikan badan” Jawab Irfan masih


senyum

“Halaah, serah loe deh” Kata gw agak bête

“Eh Vin, kehutan nyok, petualang” Ajak Irfan sambil senyum ke gw

“Laut sono” Kata gw dengan artian menolak

Dalam keadaan gw dan Irfan ngobrol, Eni manggil gw dan Irfan


untuk makan siang, makanan saat itu lumayan enak, karena makan
daging kering ditumis. Setelah selesai makan dan ngerokok, gw dan
irfan milih tidur siang karena bosan.

Sore pun datang, gw dibangunin oleh Irfan untuk mandi, dengan


agak sedikit malas gw bersiap untuk pergi mandi, didepan rumah,
Siska menghampiri kita

“Kenapa dek?” Tanya gw

“Mau ikut mandi dek?, yuk” Kata Irfan menggoda Irfan

“Yeee, nggak kali kak” Kata Siska

“Gini kak, tadi ada yang bilang ke saya untuk ngawasi Eni” Kata Eni
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Iya tadi ada yang bilang gitu ke gw” Kata Irfan

“Eh dek, kenapa kok malah ngomong ke kita??” Tanya gw dengan


sedikit emosi karena malas omongin hantu, apalagi waktu udah sore.

“Tadi Selvi juga dikasih tahu gitu kak, dia nyuruh saya untuk kasih
tahu kalian berdua” Kata Siska

“Emang kalau cerita, kita bisa ngapain dek??” Tanya gw masih tetap
agak emosi

“Udah, udah” Kata Irfan berusaha nyairin suasana

“Lebih baik mandi sama gw yuk dek” Kata Irfan menggoda Siska

“Nggak ah kak, sama kak Alvin baru mau” Kata Siska yang lagi
berusaha menggoda gw karena melihat gw sedikit emosi

“Wah, kalau gitu gw harus ngerayu untuk ngajak mandi dong” Kata
Irfan menggoda Siska

“Semangat kak” Kata Siska tersenyum karena digoda Irfan sambil


meninggalkan kita.

“JANGAN NGINTIP KITA MANDI YA DEK” Teriak Irfan agar Siska


denger karena sudah agak jauh

“TENANG AJA KAK, KITA BUKAN KAYAK KALIAN” Teriak Siska


sambil terdengar suara tawanya

Mendengar siska berkata dan tertawa seperti itu, hilang senyuman


Irfan dari mulutnya, seakan-akan rencana kita sudah diketahui

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Apa mereka sudah tahu ya vin?” Kata Irfan sambil melihat Siska
jalan kerumah

“Nggak lah, Kita kan cowok, biasanya kalau yang sering ngintip kan
cowok” Kata gw

“Jadi dia asal ngomong aja” Lanjut gw

“Hati gw jadi tergerak untuk semangat waktu Siska bilang gitu” Kata
Irfan

“Semangat apaan?” Kata gw

“Semangat ngintip” Kata irfan

“Oke Semangat” Kata gw sambil menepuk-nepuk punggung Irfan

Kita pun melanjutkan pergi ke kamar mandi bambu, masih dengan


perasaan was-was kita mandi. Setelah mandi, gw mencoba ngobrol
dengan Selvi dan Giska masalah proker, gw dikasih beberapa saran
pilihan proker yang sudah tersedia di buku panduan, tapi saat itu gw
nggak minat atas saran-saran mereka, karena lebih condong ke
penyuluhan, bicara didepan umum bukan type gw, mau manggil nara
sumber, tapi darimana nara sumbernya.

Dan tak terasa kita ngobrol sampai malam, dimana mereka


menjelaskan proker tentang penyuluhan dengan rinci, bahkan
sampai disandingkan dengan jurusan kuliah gw, kalau proker
penyuluhan sangat cocok dengan jurusan yang gw ambil. Gw pura-
pura aja mengiya-kan, sambil memandang wajah Selvi buat hiburan.

Jam menunjukan pukul 10 malam, irfan ngajak tidur setelah selesai


ngobrol dengan Siska, Eni dan Vina, saat ngobrol, mereka kelihatan
senang, becanda, bahkan sampai ejek-ejekan.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dikamar, gw dan irfan ngobrol tentang teman-teman dikota gw,
mengingat cerita-cerita lucu bareng mereka. Kita pun sepakat tidur
setelah agak bosan

Jam 1-an kita dibangunkan lagi oleh Vina, seperti biasa, irfan yang
dibangunkan, dan irfan yang membangunkan gw

“Kak, Eni nangis lagi” Kata Vina

“Kenapa lagi dia dek?” Kata Irfan dengan suara orang mengantuk

“Kamu nyuruh kita kesana buat ngapain?” Nenangin? Apa kalian


nggak bisa?” Kata gw agak sewot karena 2 kali gw dibangunin hanya
untuk masalah kayak anak kecil

“Semua pada ngumpul dikamar Eni kak” Kata Vina ke Irfan dan
mengacuhkan omongan gw

“Ya bentar dek, nanti gw kesana” Kata Irfan sambil bersiap-siap


bangun

Dengan agak emosi, gw pun berbaring untuk melanjutkan tidur gw

“Ngapain loe?” Tanya Irfan

“Tidurlah, apalagi?” Kata gw sewot ke Irfan

“Terus gw kesana sendirian?” Kata Irfan

“Kan tadi dibilang, kalau semua ada dikamar Eni” Jawab gw

“Temen macam apa loe, ayo bangun, temenin gw” Kata Irfan sambil
nendang kaki gw pelan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Irfan menendang-nendang kaki gw pelan. Dan dengan berat hati gw
bangun untuk nemenin Irfan kekamar Eni, disana semua sudah
berkumpul buat nenangin Eni. Irfan langsung duduk disamping Eni

“Kenapa lagi dek?” Tanya Irfan

Eni tetap diam dan melanjutkan terisak

“Kamu tuh gitu dek, ditanyain diem aja, kakak balik kamar aja ya”
Kata Irfan sedikit mengancam

Melihat Irfan bangun dari duduknya, tangan Eni langsung meraih


baju Irfan, dengan erat Eni memegang baju Irfan. Adanya adegan
tersebut, Irfan langsung paham, Irfan menyuruh anak yang lain
untuk pergi dulu.

“Dek, biar Eni sama gw dan Alvin dulu” Kata Irfan

“Kalian tidur 1 kamar dulu ya, desak-desakan sebentar nggak papa


kan?” Lanjut Irfan

“Iya kak nggak papa, tapi nanti kalau sudah, bangunin saya nggak
papa” Kata Vina yang sekamar dengan Eni

“Iya dek” Kata Irfan

Mereka pun pergi ke kamar Selvi, dikamar itu tinggal gw, Irfan dan
Eni. Kita pun terdiam agak lama, Eni masih dalam posisi tidur, tangan
Eni tetap memegang baju Irfan. Karena merasa udah tenang, Eni pun
bercerita ke kita tentang jin yang dia lihat dikamar. Setelah itu, irfan
bercerita kalau ada orang yang berkata kalau kita harus ngawasi Eni
karena dia sedang diikuti. Dan akhirnya gantian Irfan yang bertanya

“Emang kamu ngelakuin apa dek sampai diikuti gitu?” Tanya Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Aku nggak tahu kak” Kata Eni terlihat ingin menangis lagi

“Kalau kayak gini terus aku nggak kuat kak” Kata Eni mulai
menitikkan air matanya

“Apa mau mengundurkan diri dari KKN?” Tanya Irfan

“Terus saya harus bilang apa sama orang tua?” Kata Eni

Irfan pun terdiam, nggak bisa bicara apa-apa, mau nasehatin juga dia
termasuk cowok yang terus-terusan mengecewakan orang tua. Dan
akhirnya gw angkat bicara

“Inget dek, kamu kemaren ke hutan” Kata gw

Eni mulai menatap gw, dengan tangan masih memegang baju Irfan.

“Emang kenapa kak kalau ke hutan?” Tanya Eni

“Apa mungkin disana mengganggu tempat-tempat angker, apa


ngambil sesuatu disana” Jawab gw

“Nggak kak” Kata Eni

Gw pergi kedekat Eni dan duduk disampingnya

“Kemaren dihutan ngapain aja?” Tanya gw

“Lihat kandang sapi terus, ada rumah yang kayak kebakar” Kata Eni

“Terus disana ngapain?” Tanya gw lagi

“Cuma benerin sesajen yang hampir jatuh di rumah yang kayak


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
kebakar, selain itu cuma keliling” Kata Eni

“Besok kita ke kepala desa buat konsultasi masalah ini” Potong Irfan

Gw pun tersenyum ke Eni dan terdiam, Eni nggak menanyakan


pertanyaan lagi, jadi gw juga milih diam, gw masih bisa maklum kalau
Eni polos kayak gitu.

“Ya udah dek, sekarang tidur, kakak disini jaga sebentar, kalau aman
nanti kakak panggil Vina” Kata Irfan berusaha nenangin Eni

Eni hanya mengangguk dan berusaha tidur, dengan tetep


memegang baju Irfan. Tak lama, Eni tertidur, mungkin karena
kelelahan

“Mampus kan” Kata gw berbisik

Irfan memberi kode untuk diam dengan cara menaruh jari dibibirnya.
Gw pun terdiam sambil bermain membuat bayangan dari hasil
cahaya lampu petromax, irfan pun ikut-ikutan membuat bayangan.

Karena mulai bosan, gw milih diam dan menopang kepala gw. Saat
itu posisi gw dan irfan duduk bersila, Eni tidur diantara kita berdua,
jarak gw agak jauh dari Eni, posisi irfan sudah pasti dekat dengan Eni,
karena baju irfan dipegang Eni.

Tiba-tiba Tas milik Vina terlempar sendiri seperti ada yang


menendang, tapi gw dan irfan nggak bergeming, kita cuma saling
pandang satu sama lain tanpa berkata apa-apa, Eni masih lelap dalam
tidurnya karena merasa telah dijaga oleh kita berdua.

Kita berdua tetap duduk menyilangkan kaki kita tanpa bersandar ke


tembok agar tidak ngantuk, tiba-tiba sosok berbadan tinggi muncul
dari arah kanan Irfan, lebih tepatnya dekat pintu masuk kamar.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Tingginya melebihi plafon rumah yang terbuat dari bambu, hingga
kaki dan mulutnya yang terlihat, kakinya seperti mengambang tidak
menyentuh lantai. Lampu petromax tidak menghasilkan bayangan
dari sosok tersebut, yang ada hanya bayangan kita bertiga

Tak ada gw berpikir untuk menutup mata, karena shock yang gw


alami, karena jarak sosok tersebut kira-kira hanya 2 meter dari posisi
gw. Pikiran gw hanya terpikir keadaan sekitar, kaki terasa lemas, gw
alihkan pandangan gw ke irfan, dia tetap diam tak bergeming tanpa
menatap sosok tersebut, tangannya memegang HP Eni yang dari
awal sudah tergeletak disitu.

Tak lama, sosok tersebut membungkukkan badan sedikit agar


wajahnya terlihat, badan gw yang terasa lemas, dengan sendirinya
tersender ketembok, gw lihat tangan irfan tiba-tiba meremas HP saat
sosok tersebut terlihat wajahnya, melihat wajah sosok tersebut,
dimana mata kanannya lebih besar dari mata kirinya, cukup
membuat gw tambah shock. Gw sudah merasa pasrah.

Irfan menatap gw, melihat gw tidak menutup mata karena shock,


Irfan melototkan matanya, memberi isyarat untuk memandang
matanya, dan tidak memandang sosok tersebut, gw lakuin hal
tersebut, meski begitu, sudut pandang mata gw tetap terlihat sosok
badannya. tak lama Irfan pun mengalihkan pandangannya ke sosok
tersebut.

“Pergi!, kita disini nggak ada maksud mengganggu” Kata Irfan sambil
menatap sosok tersebut dengan nada agak tinggi

Mendengar ucapan Irfan, sosok tersebut tak langsung pergi, tapi


selang beberapa detik, menghilangnya pun tak langsung
menghilang, tapi lebih secara menghilang perlahan.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Itulah pertama kalinya gw melihat setan / hantu didesa tersebut, Gw
menjatuhkan badan gw ke lantai karena sudah terasa lemas. Dan
terbangun dipagi hari dan tetap dikamar Eni sudah dengan selimut
diiatas badan gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 5
Gw bangun pagi hari dengan kepala agak berat, mungkin karena
shock yang gw terima tadi malam, gw duduk sebentar sambil
berselanjar kaki, meskipun ada celana dalam Vina disana, gw nggak
ada nafsu sama sekali, gw malah lebih kepikiran masalah tadi malam.
Setelah agak enakan, gw bangun, disana mereka sudah berkumpul
diruang tengah untuk sarapan.

“Kak, ayo sarapan dulu” Kata Selvi

Gw hanya tersenyum, gw memanggil irfan yang lagi asik ketawa-


ketawa bareng mereka, gw nggak nyangka irfan masih bisa santai
setelah kejadian tadi malam, Irfan pun samperin gw kekamar, gw
tutup pintu kamar agar mereka nggak dengar.

“Fan, cabut aja dari sini yuk, hampir depresi gw, untung gw masih
bisa pake logika” Kata gw

“Terus gimana KKN ?”Tanya Irfan

“Nggak peduli lagi gw fan, kalau loe nggak mau, gw sendiri cabut
gpp” Kata gw

“Terus mereka ditinggal?” Tanya Irfan lagi

“Ya ajak aja yang mau ikut, kalau nggak mau ya tinggal” kata gw

“Loe kenapa sih?” Tanya Irfan santai

“Kok loe pake Tanya sih tai, loe nggak lihat tadi malam, 2 meter
didepan mata gw” Kata gw agak tinggi

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Loe bayangin aja vin, 4 hari kita disini udah kayak gini, gimana kalau
3 bulan?” Lanjut gw

“Loe mau dihantui sama semua dedemit di hutan itu?. Yang realistis
aja fan” Lanjut gw lagi

“Gini-gini vin, lebih baik kita cepat selesaikan proker, terus cabut gpp
deh” Kata Irfan

“Yang penting ni KKN lolos dulu, gw dah bilang Vin, loe nggak
sendirian” Lanjut Irfan

“Tuh diluar ada 5 cewek yang lebih lemah dari loe buat KKN” Lanjut
Irfan

“Kalau kita dihantui, kita pasti dihantui bareng, kalau melarikan diri,
loe kan cowok, udah pasti loe selamat ketimbang cewek-cewek itu”
Lanjut Irfan

“Mungkin kemaren salah Eni karena mindahin sesajen” Lanjut Irfan

“Coba dia nggak lakuin, gw yakin kita nggak bakal diganggu” Lanjut
Irfan lagi

Gw berpikir agak lama kalau Irfan ada benarnya juga, tapi gw sebagai
cowok juga nggak mungkin mau ninggalin mereka, tapi yang penting
gw nggak sendirian disini, dan ada benarnya kalau kemaren mungkin
kesalahan Eni karena masalah sesajen, mungkin juga kita nggak
diganggu kalau nggak macam-macam

“Ya udah fan, kalau gitu ntar ke pimpinan desa konsultasi masalah
Eni” Kata gw

“Iya Vin, loe tenang aja deh, masih ada gw buat ngelindungi loe”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Kata Irfan

“Iya fan, tapi gw nggak nyangka loe berani banget tadi malam” Kata
gw

“Sebenarnya gw pingin lari tapi kaki gw nggak bisa gerak, padahal


udah ada rencana buat lari kejendela, mending beraniin diri aja, mati-
mati aja, hidup-hidup aja” Kata Irfan dengan santainya

“ANJ*NG NIH ANAK LAMA-LAMA YA” Bentak gw

Irfan ketawa dan lari keluar karena hampir gw pukul. Mereka diluar
heran sambil tersenyum melihat kita berdua, entah kenapa mood gw
jadi agak enak saat Irfan mensugesti gw seperti itu. Gw sarapan dan
melanjutkan merokok diluar. Bersama Irfan. Gw lihat mereka lagi asik
membuat rencana proker lagi dan mengisi agenda KKN. Tak lama Eni
dan Vina nyamperin gw. Vina ternyata tahu tentang kejadian yang
dialami Eni, karena waktu gw tidur Eni cerita ke Vina, tapi Selvi, Siska
dan Giska belum tahu apa-apa, mereka punya cerita sendiri nantinya.

“Kak, makasih ya tadi malam” Kata Eni senyum ke gw

“Sama-sama” Kata gw tersenyum

Padahal dalam hati gw nggak suka banget, hati bicara “loe yang
berbuat, gw yang bertanggung jawab”. Tapi yang sudah biarlah
berlalu, gw saat itu mandang Vina terus

“Tenang aja, Vina udah tahu kok, tadi pagi saya cerita ke dia” Kata
Eni

“Tadi juga kak Irfan cerita ke saya tadi malam” Lanjut Eni

“Kalau inget tadi malam, masih merinding gw” Kata gw


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Makanya dibanyakin baca ayat-ayat suci” Kata Eni

Hati gw bicara “loe yang agamanya kuat aja masih bisa diikutin,
apalagi kita”

“Ini lagi suruh baca ayat-ayat, gw aja masih iqra malah disuruh baca”
Kata gw

“Terus nanti kalau lihat setan, gw baca iqra didepan setannya gitu?”
Lanjut gw

Mereka langsung ketawa disana, apalagi Irfan langsung ngejek gw

“Nanti pas Alvin ketemu setan terus baca alif, ba, ta, sa, ja, kha, kho”
Kata Irfan

“Terus nanti setannya bilang”Misi mas, masih lama nggak?, saya


sudah bosen””Lanjut Irfan

“Nanti alvinnya jawab”Bentar mas pocong, bentar lagi iqra 2””


Lanjut Irfan lagi sambil ketawa nggakak

“Habis itu setannya garuk-garuk kepala sambil bilang ”oh ya sudah


mas, saya tunggu ya”” Lanjut Irfan sambil lanjut ketawa-ketawa
nggakak

Pecah ketawa diteras, Eni yang gw kira pendiam kalau ketawa agak
serem juga, apalagi Vina, kayaknya seneng banget kalau gw jadi
bahan ejekan. Gw saat itu Cuma diem nggak ikut ketawa, apalagi
ditambah kejadian tadi malam, pertama kali gw lihat setan langsung
shock, tapi untung gw nggak gila, dan masih berpikir jernih. Gw pergi
ngumpul ke Selvi karena malas buat jadi bahan ejekan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Nggak ke desa dek?” Tanya gw ke Selvi

“Nggak kak, hari ini kosong, lagi nyari-nyari potensi proker aja,
sekalian isi agenda” Jawab Selvi

“Kemaren proker buta huruf punyanya sapa?” Tanya gw

“Punya saya kak, proker individu” Jawab Selvi

“Lho emang boleh dibantu proker individu?” Tanya gw

“Boleh lah kak, kemaren kan saya udah bilang ke kakak, masa cepat
lupa?”Jawab Selvi

“Wajahmu terlalu cantik dek, makanya lupa” Kata gw senyum ke


Selvi

“Apaan sih kak” Kata Selvi malu-malu senyum

Udah hal alami orang berkata “Ciiieeeeeeee” kalau ada orang digoda
yang menjurus kehubungan antara cowok dan cewek, dan itulah
yang dikatakan Siska dan Giska saat gw goda Selvi

Setelah obrolan dengan Selvi, Siska dan Giska, gw pergi nemui Irfan
yang masih ngobrol dengan Eni dan Vina. Gw duduk menghadap
hutan, entah kenapa hutan jadi lebih agak mengerikan disiang hari
setelah kejadian yang gw alami tadi malam.

Tak lama, disela-sela obrolan Irfan ngajak nemui pimpinan desa


untuk konsultasi masalah yang dialami. Dan kita pun pergi nemui
pimpinan desa. Sampai dirumah kepala desa, kita langsung
dipersilakan duduk oleh istri pak kades sambil menunggu beliau, tak
lama pak kades pun datang dan kita pun menceritakan semua yang
dialami Eni serta kejadian yang dialami gw dan Irfan.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Kita itu nggak bisa mungkiri kalau jin itu ada dek” Kata pak kades

“Disemua tempat pasti ada jin, kita sama mereka cuma beda dunia
tapi 1 tempat yaitu bumi”

“Jin juga sama, ada jin baik, ada jin jahat, kalau namanya jin jahat /
kafir biasanya kita sebut setan, hantu”

“Sama aja manusia, ada yang jahat ada yang baik, kalau yang jahat
namanya penjahat, pemerkosa, pembunuh dll.”

“Jadi intinya, ada jin bersifat setan, dan ada juga manusia bersifat
setan”

Pak kades melanjutkan ceritanya masalah jin, Eni hanya


mengangguk-angguk karena mengerti apa yang dikatakan pak
kades, dan seolah-olah Eni membenarkan kata-kata pak kades.

Dan pada akhirnya pak kades menceritakan tentang tempat ini,


ternyata tempat ini adalah……...

Gw dan Irfan hanya bengong mendengar cerita pak kades, gw nggak


nyangka selama ini kalau tempat seperti itu ada, gw terlalu
disibukkan dengan kegiatan gw dikota sampai gw nggak nyangka
kalau tempat seperti itu ada, dimana banyaknya gedung tinggi, mall-
mall yang bertebaran dimana-mana, smartphone yang bisa dijadikan
bahan hiburan, menggoda cewek, nyari selingkuhan, nyari duit,
ngurus keluarga dll. Intinya, karena kesibukan dikota membuat gw
nggak tahu dan nggak peduli kalau tempat seperti itu ada, bahkan
nggak sedikir orang yang nggak peduli, dan berpikir "yang penting
nggak ganggu aja"

“Iya kak, tempat seperti itu ada, contohnya ………..” Kata Eni yang
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
sudah melihat gw bengong

“Pokoknya banyak deh kak tempat seperti itu, cuma kita nggak tahu
aja” Lanjut Eni lagi.

Badan gw jadi tambah merinding setelah Eni meng-iya-kan kalau


tempat seperti itu ada , gw dan irfan hanya saling tatap.

Pada akhirnya pak Kades menceritakan tentang tempat ini

“Berbicara tentang jin ya dek, desa ini masih termasuk kawasan


kerajaan jin” Kata Pak Kades

“Tapi bukan dipusatnya, tetapi bisa dikatakan pinggiran, kalau


pusatnya masih 8-9 km dari sini”

“Masih ada 2 desa lagi yang masih masuk kawasan kerajaan ini”

“Jadi hitungannya kita masih aman ya pak, kan masih pinggiran?”


Tanya gw dengan gugup

“Kalau namanya kawasan pasti akan dijaga kan dek” Kata Pak Kades

“Itu kata penduduk sini, mata air yang kalian tanyakan dulu, ada
salah satu “Jendralnya”

“Mungkin saja dia yang jaga kawasan sini”

Gw dan irfan hanya bengong saat mengetahui tempat ini

“Bapak sendiri percaya dengan hal seperti itu?” Tanya gw

Irfan menyenggol kaki gw karena pertanyaan gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Lho bukannya percaya dek, tapi memang tempat seperti itu ada,
yang penting tidak ikut men”tuhan”kan mereka”

“Sekarang saya kembalikan kepada kalian saja, gimana ?, masih mau


lanjut KKN nya ? Tanya pak Kades

“Ya coba nanti kami rembuk du……” Kata gw

Irfan motong pembicaraan gw

“Lanjut pak, kita akan coba lebih hati-hati” Kata Irfan

Gw hanya menatap irfan tajam dengan maksud gw nggak suka


dengan kata-katanya

“Oh iya, disini ada 9 titik dimana penduduk sini masih menaruh
sesajen” Kata pak Kades

“Tahu sendirikan, apa artinya kalau ada sesajen?, pasti ada


penunggunya”

“Itu biasanya jin yang kuat dan yang usil” Lanjut pak Kades

“Dimana saja ya pak, agar kita bisa hati-hati?” Tanya Irfan

“Kalau didesa ini, ada di rumah yang saya tunjukan saat pertama
kalian disini, yang ke 2 ada di sendang” Jawab Pak Kades

“Dihutan saya tahu beberapa, tapi saya rasa kalian nggak perlu untuk
ke hutan”

“Proker didesa saja kan cukup, jadi buat apa cari proker ke hutan,
dan yang penting kalian jangan kehutan lagi”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Buat apa sih harus ke hutan cari proker, didesa kan banyak” Lanjut
Pak Kades sambil tersenyum

Pak kades melanjutkan obrolan hingga gw potong pembicaraan pak


Kades, karena pertanyaan ini penting menurut gw

“Pak dulu yang observasi ke sini sapa ya, sebelum KKN dimulai?”
Tanya gw

“Dulu kan dek Anton sama Saudaranya” Kata Pak Kades

“Apa bapak juga menceritakan kalau disini ada kerajaan jin?” Tanya
gw

Lagi-lagi Irfan nyenggol kaki gw karena pertanyaan gw

“Saya cuma bilang, kalau daerah sini kepercayaan masih ke leluhur”


Kata Pak Kades

“Dimana sesajen masih digunakan sebagai bahan persembahan”

“Tapi mereka hanya bilang tidak apa-apa, yang penting bisa


membangun desa”

“Masa saya harus bilang disini ada kerajaan jin, kalau mereka nggak
percaya hal seperti itu”

“Gimana coba mereka akan memandang saya sebagai pimpinan


desa?” Lanjut Pak Kades

“Maafin teman saya pak, maklum pak masih agak trauma” Kata Irfan
sambil tersenyum

Gw hanya memandang Irfan dengan tatapan nggak suka


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Iya nggak papa dek” Kata Pak Kades sambil tersenyum ke Irfan

Setelah beberapa obrolan, kami bertiga ijin pamit untuk balik ke


rumah lagi, Eni disarankan untuk pergi ke rumah orang “pintar” itu
oleh pak Kades, dijalan Irfan mengingatkan gw kalau pertanyaan
seperti itu jangan diulangi, hal-hal gaib seperti ini masih bisa dibilang
tabu, karena masih ada orang yang tidak percaya dengan
keberadaan mereka, sama halnya dengan bertanya umur ke orang
lain, sebenarnya simpel jika bertanya umur, tapi masih banyak orang
nggak suka kalau ditanya tentang umur.

Di tengah perjalanan kita berpisah, Eni pamit pulang duluan karena


pingin minta antar Vina untuk ke rumah orang “pintar” yang kasih
tahu jika Eni diikutin makhluk halus. Dan gw ama Irfan nongkrong di
pinggir sungai

“Fan, maksudnya 9 titik itu kayak mata air ditaruh sesajen itu ya?”
Tanya gw

“Iya vin” Kata Irfan sambil membakar rokok

“Jadi ada “rumah hantu”, sendang, pohon, mata air, rumah kebakar,
terus kursi” Kata gw

“Terus tiga tempat lagi dimana ya?” Tanya gw

“Gw tahu vin, 3 tempat sisanya, lebih ngeri kalau menurut gw”
Jawab Irfan

“Ya udah fan, loe simpen dalam hati aja, yang penting loe tahu” Kata
gw

“Lagian kita nggak akan kehutan lagi, konsen KKN aja” Lanjut gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Loe tahu nggak vin kursi yang kemaren ditaruh sesajen?” Tanya
Irfan

“Napa?” Tanya gw sambil membakar rokok

“Itu penunggunya katanya usil vin, sering terbang keliling desa” Kata
Irfan

“Nah kan fan, gimana sekarang coba ??, tempat pertama didatangi
pasti rumah kita itu” Kata gw

“Loe tahu kan kita dekat dengan hutan??” Lanjut gw kebawa emosi
(ada dipart dimana dia muncul)”

“Ya udah vin, kita keliling desa aja, cari proker nggak usah bahas
kayak gitu lagi” Kata Irfan

“Kan yang penting kita nggak nyari masalah” Lanjut Irfan

Gw setuju dan keliling desa sekalian cuci mata, nggak terasa udah
hampir malam, gw dan irfan balik ke rumah, dimana sudah ada Eni
dan Vina nongkrong diteras, Eni nyapa kita berdua, dan Vina cuma
nyapa Irfan sambil senyum. Nggak sekali dua kali gw dibuat dongkol
dengan si Vina ini

“Kak, tadi saya udah kerumah orang itu” Kata Eni

“Katanya saya udah nggak papa” Lanjut Eni sambil senyum ke gw


dan Irfan

“Oh bagus donk dek” Kata Irfan

“Ini tehnya kak” Kata Vina nyodorin teh ke Irfan


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dan sudah pasti gw nggak dibawain, akhirnya gw masuk dan tiduran
dikamar. Tak lama Selvi masuk kamar gw dan ngajak gw untuk ke
rumah pak Kades nanti jam 7 malam, jadi gw disuruh siap-siap. Gw
agak malas kalau balik ke pak kades, tapi demi nyari perhatian ke
Selvi, jadi gw iyain aja, sapa tahu bisa dapat badannya.

Jam 7 datang, gw dan Selvi udah bersiap ke pak kades, Irfan ternyata
malah pingin ikut, agak kecewa juga, padahal ada rencana buat
ngerayu Selvi ditengah jalan. Dijalan kami bertiga ngobrol hal yang
terlalu penting, seperti rumah dimana, sering nongkrong dimana dll.
Dan sampailah kita dirumah pak kades, Selvi langsung konsultasi lagi
masalah proker yang akan diadakan mereka, dimana penyuluhan
tentang pertanian yang dipilih, dan sebagai pembicara adalah Giska,
Vina dan Siska, karena ternyata mereka sudah merencanakan proker
tersebut jauh sebelum KKN dimulai, jadi mereka sudah cari info dulu
tentang pertanian agar mudah saat penyuluhan. Lama banget kami
dirumah pak, tapi tak pernah sama sekali pak Kades ungkit masalah
kerajaan jin.

Dan sampailah saat kami pulang malam itu, dimana kita harus
melewati “Rumah Hantu” itu lagi. Saat itu irfan berhenti sejenak
didepan rumah itu…

“Vin masuk yuk” Ajak Irfan

“Ogah Fan, ayo cepat balik” Kata gw

“Ayo kak balik, mau ngapain sih ?” Tanya Selvi

“Bentar dek, penasaran gw” Kata Irfan

Irfan pun masuk ke rumah tersebut, hanya selang 5-10 detik setelah
dia masuk, dia keluar seperti orang terburu-buru dan loncat dari
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
rumah itu tanpa melewati tangganya. Setelah lompat dengan PD-nya
Irfan berdiri didepan sambil menaruh kedua tangannya dipinggang

“Loe napa sih fan?” Tanya gw

“Tadi gw ngerasa kayak gempa dalam rumah vin, gw kira bakal


rubuh nih rumah” Jawab Irfan

“Astaga, ternyata rumah ini agak miring, pantesan goyang-goyang”


Kata Irfan

Gw hanya diam saat itu, mungkin dia lupa kalau kita berdua pernah
masuk dan rumah itu nggak gempa walaupun agak miring, dan juga,
saat dia masuk, dari luar rumah tersebut tidak bergoyang sama
sekali. jika gw ngomong ke irfan, bahan obrolan akan menjurus ke
cerita mistis lagi, jadi lebih baik gw diam.

Dan sampailah kita dirumah, Ternyata mereka nggak ada yang lagi
nongkrong diluar. Irfan dan gw langsung kekamar, Selvi juga sama,
dia langsung ke kamar. Didalam kamar gw dan Irfan ngobrol tentang
kehidupan kita dikota lagi, sampai pada akhirnya gw ketiduran pada
posisi irfan lagi cerita.

Pagi harinya gw kesiangan, gw lihat irfan duduk diatas kasurnya


disamping gw

“Vin, loe nanti malam jangan tidur sama gw dulu ya” Kata Irfan
dengan mata sayup seperti orang nggak tidur.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 6
Hari ke 6, lagi-lagi gw bangun kesiangan, HP yang biasa gw pakai
buat alarm, sekarang sudah tewas karena baterainya habis, sayang
sekali jam tangan gw nggak ada alarmnya, genset yang gw tunggu
untuk cas HP malah belum datang. Setelah melihat jam ditangan, gw
lihat Irfan duduk diatas kasurnya sambil bersender ke tembok

“Vin, loe nanti malam jangan tidur bareng gw dulu ya” Kata Irfan
dengan mata sayup karena nggak tidur

“Ha ?, Napa ?” Tanya gw dengan kondisi masih ngantuk

“Ya pokoknya jangan tidur sama gw dulu” Kata Irfan

“Terus loe suruh gw tidur dimana?” Kata agak emosi

“Kamar Anton kan kosong tuh, loe pakek aja dulu” Kata Irfan masih
dengan mata sayupnya

Gw pergi keluar kamar untuk cuci muka tanpa menggubris omongan


Irfan. Setelah cuci muka, gw pergi lagi kekamar karena sedikit
khawatir dengan Irfan

“Loe napa sih fan ?” Tanya gw berdiri didepan pintu

“Nggak papa, dah gw mau tidur dulu” Kata Irfan

Gw pergi ke arah Irfan yang berusaha tidur sambil menendang-


nendang kakinya pelan, itung-itung gw balas dendam.

“Cerita nggak ?” Kata gw sambil menendang-nendang kakinya

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Halaaah, ntar gw cerita loe malah minta cabut dari sini lagi” Kata
Irfan dengan nada tinggi

“Ohh, masalah hantu lagi ?” Tanya gw

“IYA, dah sana pergi jalan-jalan” Kata Irfan

“Udan cerita aja, lagian udah terlanjur juga kita disini” Kata gw

“Serius loe mau dengar cerita gw?. Nggak minta cabut dari sini kan
loe?. Tanya Irfan

“Kagak, apaan ?” Tanya gw penasaran

Irfan bangun dari tidurnya, kita diam sebentar

“Itu setan yang ngikutin Eni, sekarang nemplok di gw” Kata Irfan

“Tadi malam gw mau tidur, dia muncul pas disamping gw, terus ilang
lagi”

“Tiap gw mau tidur, dia muncul lagi, terus kaki gw ditarik, tadi subuh
dia baru nggak muncul lagi” Lanjut Irfan

“Jam berapa emang munculnya?” Tanya gw

“Jam 2-an lah kira-kira” Jawab Irfan

“Hampir 3 jam jadi ?” Tanya gw

“Iya, terpaksa gw minum kopi sampe 4 gelas, karena percuma gw


tidur” Kata Irfan

“Gila, loe berani juga ya” Kata gw


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Ya gitu dah, cuma kaget dan hampir nangis aja pas dia muncul”
Kata Irfan

“Dah sana vin, loe kemana gitu kek, gw mau tidur neh” Lanjut Irfan

Gw berpikir sebentar dikamar, dan tiba-tiba gw inget orang yang


kasih tahu kalau Eni diikuti. Gw bangunin Irfan dan maksa agar ikut
gw. Dengan keadaan masih ngantuk Irfan mau untuk ikut gw pergi
ke tempat orang “pintar” itu. Sampai didepan rumahnya, gw ketuk
pintu dan disambut istrinya, istrinya bilang kalau suaminya lagi pergi
ke ladang sebentar, dan akhirnya gw nunggu didepan rumahnya, gw
lihat irfan sudah menguap terus, tapi terus gw ganggu biar nggak
tidur.

Tak lama bapak tersebut datang, dia mendekati gw dan irfan, tanpa
gw bicara bapak tersebut langsung paham

“Ayo sekarang ikut saya” Kata bapak tersebut ke Irfan

“Kemana pak ?” Tanya Irfan

“Rumah yang ada dihutan itu” Kata bapak tersebut sambil


tersenyum

“Emang mau ngapain disana pak?” Tanya Irfan lagi

“Mulangin yang ada dibelakang kamu” Jawab bapak tersebut

“Oh iya dek, kamu tunggu aja didesa ya” Kata bapak tersebut ke gw

“Kalau ikut gitu nggak boleh pak ?” Tanya gw

“Nanti kalau gantian dia ikut adek gimana ?” Kata bapak tersebut
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Kalau gitu saya didesa aja deh pak” Kata gw setuju dengan
omongan bapak tersebut

“Gw tunggu dirumah ya fan” Kata gw ke Irfan

“Yo” Kata Irfan

Akhirnya Irfan dan bapak tersebut pergi ke hutan untuk menuju


“rumah kebakar”. ( bedakan “rumah kebakar” dan “rumah hantu”,
“rumah kebakar” adalah rumah ditengah hutan, “rumah hantu”
rumah yang ada didesa yang katanya pemiliknya bunuh diri )
Gw pun jalan pulang kerumah, ditengah jalan gw milih cuci mata,
ternyata gadis local sini lumayan cantik-cantik, coba mereka bisa
dandan dan berpakaian kayak cewek dikota, nggak akan kalah cantik
mereka. Dan sampai lah gw dirumah, para wanita lagi sibuk untuk
persiapan pemberantasan buta huruf.

“Lagi ngapain nih semua?” Tanya gw

“Lagi persiapan untuk ngajar lagi kak” Kata Selvi

“Itu sarapannya tak taruh situ ya kak” Kata Siska

“Ya udah hati-hati ya” Kata gw meninggalkan mereka ke kamar

Dikamar gw nggak ada kerjaan, tidur bolak balik badan tetap


membosankan, mengingat banyaknya hantu disini, gw milih untuk
buat proposal proker untuk dibawa ke kepala desa, dan akhirnya gw
tetap milih proker penyuluhan. Setelah selesai, gw bawa tuh
proposal ke tempat kepala desa, dan akhirnya kepala desa
menyetujuinya dan menyuruh salah satu warga untuk
mengumpulkan / mengkoordinasi warga-warga disitu untuk datang
ke penyuluhan gw lusa siang, dan juga pak kepala desa siap untuk
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
membuatkan makanan untuk konsumsi warga disitu, jadi hari ini gw
ngomong ke Selvi untuk minta dana buat konsumsi warga saat
penyuluhan. Sebenarnya kalau desa situ bukan kerajaan jin, pasti
KKN akan lancar

Setelah selesai masalah urusan proker, gw balik ke rumah dan


menuju kamar untuk tiduran lagi, dan ternyata Irfan sudah ada
disana untuk tiduran. Melihat irfan tidur, gw nggak mau ganggu, jadi
gw milih untuk membuat proker untuk irfan, dimana dia gw pilihin
untuk membuat bak sampah, ntar tinggal gw koordinasi sama
warga, apa ada yang bisa membuat bak sampah meskipun dari kayu,
yang penting bisa masuk proker aja, nggak peduli tuh bak sampah
mau dibuat apa. Setelah proposal jadi, gw milih ajuin ke kepala desa
besok. Jam sudah menunjukan jam 1 siang, tak lama irfan bangun,
dan duduk disamping gw.

“Gimana tadi ?” Tanya gw

“Nggak tahu gimana dah tuh bapak ilanginnya” Jawab Irfan

“Tapi katanya udah nggak ikutin loe kan?” Tanya gw

“Katanya sih kagak, tapi nggak tahu ntar malam” Kata Irfan

“Ya pokoknya kalau loe masih diikutin jangan bangunin gw” Kata gw

“Tenang aja, eh ayo kemana gitu vin, gw bosen” Kata Irfan

“Tidur lagi aja sono” Kata gw

“Nggak usah vin, mending muter-muter yuk, cari seneng-seneng”


Ajak Irfan

Dan akhirnya kita berdua pun pergi keliling desa, dan sampailah kita
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
disungai tempat biasa anak-anak mandi, saat itu irfan ngajak gw buat
mandi dikali, pertama gw nolak, tapi melihat jernihnya air akhirnya
gw tertarik, bahkan pasir yang didalam air pun terlihat jelas banget.
Bermodal kolor kita berdua lompat ke air, meskipun cuacanya panas,
tapi air disungai ini tetap dingin, dan arusnya juga nggak deras.
Sedang asik-asiknya berenang anak-anak kecil yang dulu kita lihat
datang lagi maen air kesitu, dan dengan tanpa malu mereka maen air
dengan keadaan bugil, bukannya berenang malah lempar-lemparan
air dipinggir sungai, beberapa kali cipratan air kena gw, tapi gw
diemin aja, tapi lama-lama agak risih juga, dan akhirnya gw ajak irfan
balik ke rumah

Sampai dirumah sudah sore, rumah masih nggak ada orang, gw


kepikiran untuk merencanakan proker individu, dan akhirnya gw dan
irfan berdiskusi disitu, melihat matahari agak tenggelam, dan
suasana mencekam hampir datang, gw berkata ke Irfan

“Fan, menurut loe, mereka kita kasih tau nggak tentang kerajaan
jin?” Tanya gw

“Mending nggak usah deh vin, nanti mereka nggak konsen ngerjain
proker” Jawab Irfan

“Lagian kalau kita nggak macam-macam, kan nggak masalah” Lanjut


Irfan

“Loe sendiri kemaren nekad masuk “rumah hantu”, sama aja nyari
masalah” Kata gw

“Gw penasaran vin, rumah itu nggak ada sesajennya” Kata Irfan

“Gw pernah keliling rumah itu masalahnya” Lanjut Irfan

“Ya mungkin tempatnya tersembunyi lah vin, jangan mikir aneh-


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
aneh” Kata gw

“Iya juga ya vin” Kata Irfan

Akhirnya kita melanjutkan berdiskusi tentang proker individu kita,


ditengah diskusi irfan memotong pembicaraan

“Vin, gw mau cerita mumpung belum malam” Kata Irfan

“Cerita apaan ?” Tanya gw sambil menulis rencana proker

“Kemaren gw loncat dari ”rumah hantu” bukan Karena gempa” Kata


Irfan menatap gw

“Terus?” Kata gw penasaran sambil mulai memperhatikan omongan


Irfan

“Gw lihat penunggunya duduk diruang tamu vin, makanya gw kaget


dan langsung lompat” Kata Irfan

“Nah kan !!, loe itu gitu fan, sering nyari masalah!!” Kata gw emosi
sambil berdiri dan nunjuk irfan

“Sekarang mampus dah, ada cerita apalagi nih??!!, cerita loe bakal
diikuti lagi ??!!” Lanjut gw

“Eh vin, kalau gw diikutin, pasti bapak tadi pagi pasti langsung tahu”
Kata Irfan

“Buktinya yang ikutin gw cuma setan yang nemplok di Eni” Lanjut


Irfan

Gw mulai agak tenang, karena bener yang dikatakan Irfan, bapak tadi
pagi pasti tahu kalau Irfan bakal diikutin lagi, tak lama irfan membuka
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
omongan lagi

“Sebenarnya seru ya vin disini” Kata Irfan dengan santainya

“Maksud loe ?” Tanya gw

“Ya ada pengalaman lah vin, loe tahu hidup kita selama ini flat
banget” Kata Irfan

“Paling nongkrong, pantengin laptop, cari gebetan, nyari duit, nyari


selingkuhan dll”

“Tapi jujur aja gw seneng dapat pengalaman kayak gini vin” Lanjut
Irfan

“Ya tapi pengalaman kayak gini bukan buat diceritakan ke temen


fan” Kata gw

“Loe tahu pas budi cerita lihat setan pocong berdiri dijok motor?, kita
cuma ketawa nggakak” Kata gw

“Coba kita cerita ke mereka, kalau kita lagi dikerajaan jin, Pasti bakal
pada nggakak”

“Dari kemaren gw kepikiran kerajaan jin, sampai pingin nonjok anton


gw” Kata gw

“Diemin dulu vin, ntar kalau mereka gantian dihantui, baru kita hajar
si anton” Kata Irfan

“Jadi mending sekarang kita diem aja dulu” Lanjut Irfan

“Ini loe lagi berharap kita dihantui lagi fan ?” Tanya gw sambil terus
memandang Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Nggak lah vin, kan gw bilang “kalau”” Kata Irfan

“Ya udah, kita jangan bahas hantu-hantu lagi fan, konsen selesaiin
proker dan cabut” Kata gw sambil senyum ke irfan

Selang beberapa menit obrolan, para wanita datang, siska kekamar


untuk ganti baju dan langsung ke dapur untuk masak, dan sisanya
ikut nongkrong bareng gw dan irfan

“Dek, kalau bisa ayo selesaiin semua proker dengan cepat” Kata gw

“Emang napa kak?, baru aja beberapa hari kita disini” Tanya Giska

“Udah kangen rumah ya kak, hayoo” Kata Selvi menggoda gw

Dalam hati gw bicara”baru beberapa hari aja gw hampir depresi,


apalagi 3 bulan, mampus dah”

“Ya nggak papa dek, biar cepat lega tinggal maen-maen aja” Kata gw
sambil gw paksain senyum

“Oke Oke kak, tenang aja, kita juga berpikiran sama kok” Kata Giska
sambil senyum ke gw

“Oke mantap dek” Kata Irfan

Setelah beberapa obrolan, mereka pamit ke kamar masing. Karena


sudah hampir magrib, irfan ngajak gw mandi. Setelah selesai, gw
makan makanan yang udah disiapin Siska, habis makan gw
nongkrong diteras rumah sambil menanti cuaca mencekam datang,
Siska mengantar gorengan dan teh buat kita berdua, cocok banget
dah, apalagi ada rokok

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Dek, kamu jadi istri kakak aja sini” Goda irfan ke siska

“Enak aja, gw yang mau bilang gitu duluan” Kata gw

“Eh Eh, udah cepet dinikmati tuh makanan sama minumannya” Kata
Siska

“Lamar aja kerumah kalau pingin jadiin saya istri” Kata Siska gantian
menggoda gw dan irfan

“Serius nih dek?” Kata gw dan irfan bersamaan dengan serius

“Tak tunggu” Kata Siska pergi meninggalkan kita sambil tertawa

Setelah melihat Siska pergi, kita berdua malah ngegosip tentang


Siska

“Sebenarnya cantik tuh Siska, body juga jadi fan” Kata gw ke irfan
sambil menyeruput teh

“Iya vin, cuma dadanya nggak mendukung” Kata Irfan

“Emang loe udah pernah lihat dia telanjang?” Tanya gw

“Belum” Kata Irfan

“Terus kok loe tahu kalau kecil, Cuma nebak ?” Tanya gw

“Dari BH ditasnya” Jawab Irfan

“Halaaaah, sama kayak bohong tai” Kata gw

Dan berlanjutnya obrolan mesum sampai malam datang, ya lebih


baik obrolan mesum dari pada obrol tentang hantu. Gw dan irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
pergi menuju kamar, disana kita melanjutkan obrolan lagi, ditengah
oborlan gw mulai ngerasa ngantuk, mungkin karena keasikan
berenang dan jalan-jalan, melihat gw menguap terus, Irfan ngajak gw
bikin kopi & mie, diperjalanan ke dapur, Irfan berhenti dikamar Eni
dan berdiri didepan pintunya, dikamar Eni udah ada siska & giska

“Dek kamu sih sebenarnya tidur dimana ?” Kata gw ke Giska

“Aku fleksibel kak, kadang kamar sini, kalau nggak ya kamar bareng
Selvi” Jawab Giska

“Oh ya pantes, kamu kok sekarang disini dek ?” Tanya gw ke Siska

“Nyari suasana baru kak” Kata Siska tersenyum ke gw

“Oh gitu, Ayo fan, jadi bikin kopi sama mie nggak ?” Ajak gw ke Irfan

“Eh biar saya aja yang bikinin kak” Kata Siska sambil bangun dari
tidurnya

“Beneran nih dek?, kamu nggak ngantuk?” Tanya gw ke Siska

“Nggak kok, sini kopinya sama mienya, tak rebusin air panas dulu”
Kata Siska

“Besok pulang KKN langsung kakak lamar ya dek” Goda Irfan lagi ke
Siska

“Ditunggu lho kok” Kata Siska senyum ke irfan

Disaat Siska lagi masak mie, gw pergi nawari setiap kamar untuk
makan mie, tapi pada nolak semua, namanya cewek, mungkin
berusaha body mereka tetap bagus, dan akhirnya gw temenin siska
di dapur, Siska duduk dikursi kayu kecil pendek, kalau dijawa
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
namanya dingklik. Gw duduk disamping Siska dengan duduk di kursi
pendek juga.

“Gimana dek menurutmu KKN disini ?” Tanya gw

“Ya dicoba betah-betahin aja kak, meski suasananya kayak gini” Kata
Siska

“Kamu hebat masak juga ya” Kata gw nyari perhatian

“Ah biasa aja kak, udah biasa dari kecil, maklum dari desa, cewek
harus bisa masak” Kata Siska

“Kalau boleh tahu bapak kerja dimana emang?, kok ngomong desa?”
Tanya gw

“Cuma petani kok mas, makanya harus cepat lulus nih, kasihan ortu
bayar SPP mahal” Jawab Siska

“kenapa malah minta KKN jauh gini, iuran aja mahal?” Tanya gw

“Ya sekali-sekali pingin nyari pengalaman kak, jarang-jarang bisa


keluar pulau” Jawab Siska sambil mengaduk-aduk mie

“Lagian dari hasil tabungan sendiri kok kak saya iurannya”

“Dikos saya masak sendiri lho kak, jadi bisa hemat deh” Lanjut Siska
sambil tersenyum ke gw

Obrolan pun berlanjut tentang Siska, gw agak salut sama dia, karena
perjuangan banget dia kuliah, tapi yang gw kasihan lagi-lagi tentang
tempat KKN ini, pingin nyari petualangan, tapi salah tempat. Tak
lama mie dan kopi pun jadi. Gw yang membawa makanan tersebut
keruang tengah, dimana Irfan lagi menunggu, Siska pun pamit untuk
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
istirahat. Gw pun makan mie bareng irfan, setelah selesai makan dan
merokok, gw yang naruh mangkok ke dapur, Irfan milih tiduran
dikamar sambil baca-baca proposal proker. Setelah menaruh
mangkok didapur, terdengar suara Selvi lagi ketawa-ketawa
dikamarnya, gw pun samperin mereka. Dan selvi nyuruh gw duduk
dikasurnya, dan akhirnya kita ngobrol disitu, sebenarnya ada vina
disitu, tapi gw hanya ngobrol ke Selvi, dan Vina juga hanya ngobrol
ke Selvi, setelah beberapa obrolan, gw milih tiduran dikasur,
kasurnya ada 3, karena Giska tidurnya fleksibel. Tak lama Selvi dan
Vina juga tiduran. Vina mengeluarkan HP yang belum mati sama
sekali dan bermain game, Selvi nonton ke layar HP vina.

“Lho, kok tuh HP belum mati ?, yang lain sudah” Kata gw

Vina hanya mengangkat power bank buat ditunjukin ke gw dan


tanpa melihat gw

“Pakai power bank dia kak” Kata Selvi seperti orang yang
menerjemahkan

Setelah omongan tersebut, gw diam sambil tiduran dikasur Selvi,


setelah agak lama, Selvi & Vina pun bersiap untuk tidur. Untuk
membuka topik, gw singgung masalah anton yang belum datang,
dan jawaban masih sama seperti Irfan, mereka nanti datang bersama
bahan bangunan untuk proker pembuatan kamar mandi. dan
akhirnya gw juga mancing-mancing

“Berat ya dek, kalau cewek sama cowok 1 rumah gini” Kata gw tanpa
melihat Selvi

Gw posisikan 2 lengan menopang kepala gw sambil tiduran

“Iya ya kak, apalagi kak Alvin sama kak Irfan sampai berusaha ngintip
ya kak” Kata Selvi tersenyum nahan tawa
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Gw pun melihat ke arah Vina yang juga lagi nahan ketawa

“Maksudnya apa nih dek?” Tanya gw pura-pura nggak tahu

“Itu lho kak lubang didapur yang kearah kamar mandi” Kata Selvi
tetap tersenyum

“Eni yang cerita kak, dia dengar obrolan kalian, kalau mau ngintip
mandi”

“Tiap pagi kita buka pintu kamar kakak buat ngecek kalian lho kak”
Lanjut Selvi dengan senyum melebar

Gw lihat Vina juga udah hampir ketawa, gw saat itu hanya diam,
karena lagi mikir buat nepis omongan mereka

“Tenang aja kak, kita bukan type orang yang langsung marah-
marah” Lanjut Selvi

“coba orang lain mungkin kakak udah digampar” Lanjut Selvi lagi

Gw hanya terdiam, badan rasanya beku, ada perasaan sungkan dan


perasaan malu saat itu

“Tenang aja kali kak, kita nggak marah” Kata Selvi sambil nyubit pipi
gw

“Inget lho, jangan ada perasaan sungkan, kita ni 1 kelompok KKN,


jadi harus kompak”

“Dan jangan diulangi lagi lho kak ngintip-ngintip kayak gitu” Kata
Selvi senyum dan masih mencubit pipi gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Karena salting, gw berusaha membelokkan obrolan ke topic lain, dan
berhasil gw alihkan ke topic KKN, sekalian gw bahas dana untuk
proker penyuluhan gw, dan Selvi setuju, setelah agak lama ngobrol,
dengan perasaan nggak enak, gw pamit untuk balik kekamar karena
udah malam, disaat gw mau berdiri dari posisi tidur gw…

“Kak Alvin mesum~” Kata Vina ke gw

“Eh diem loe!!, ngintip aja belum!!” Kata gw melempar bantal yang
ada disitu ke arah Vina

Pecah ketawa mereka dikamar, dan akhirnya gw tinggalin mereka.


Saat gw mau kekamar gw lihat Irfan diteras sedang berdiri seperti
memandang sesuatu..

“Lihat hantu lagi loe?” Kata gw dari dalam rumah

Irfan memberi isyarat gw diam dengan menaruh jari dibibirnya, dan


setelah itu menyuruh gw mendekat.

“Lagi ngapain loe?” Tanya gw berbisik

“Gw tadi lihat ada orang kayak naruh sesuatu dibatu itu Vin” Kata
Irfan sambil menunjuk batu

Gw melihat batu yang ditunjuk Irfan, ternyata jarak dari rumah ini
nggak jauh, mungkin sekitar 30-50 meter.

“Terus kenapa Fan ?” Tanya gw

“Menurut loe, kalau kita lihat kesana gimana ?,

“Ngapain ?” Tanya gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Ya lihat aja vin, Cuma lihat aja, nggak ngapa-ngapain” Jawab Irfan

“Kalau Cuma lihat sih nggak papa, yang penting nggak berulah lho
fan” Kata gw

“Biasanya loe tuh yang sering berulah” Lanjut gw

“Kagak Vin, ayo dah bareng, lagian nggak jauh dari sini” Ajak Irfan

Gw pun ikutin Irfan kearah batu yang dia maksud, sampai disana gw
bener-bener kaget, ada sesajen ditaruh dibatu tersebut, yang
jaraknya nggak jauh dari rumah yang kita tempati

“Fan, ini kenapa ada sesajen?” Kata gw dengan merinding

“Nggak tahu juga gw vin, kata pak kades kan cuma 2, disendang ama
“rumah hantu” Kata Irfan

“Nah terus sekarang gimana dah ?” Tanya gw

“Yang penting kita nggak ganggu vin” Jawab Irfan

“Bener fan bener Fan” Kata gw sambil melihat sekeliling

Saat gw mencoba melihat sekeliling, ada pakaian merah dibalik


pohon, gw ngerasa kalau ini adalah penunggu yang pernah lewat
didepan kamar gw dengan cepat, tak lama pakaian merah tersebut
hilang dan pindah ke balik pohon satunya yang berada disebelahnya,
gw nggak tahu sosok macam apa ini, karena hanya pakaian merah
yang gw lihat pindah-pindah. Gw mencoba natap Irfan, dan ternyata
Irfan juga melihat kejadian itu

“Vin, mundur vin, kita jangan ganggu disini” Kata Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Iya fan” Kata gw sambil pergi meninggalkan lokasi tersebut

Setelah sampai rumah, gw mencoba melihat lagi sosok pakaian


merah tersebut, tapi nggak ada. Hati gw sedikit tenang karena nggak
ganggu kita. Irfan ngajak gw tidur, daripada mikirin hal-hal mistis lagi,
gw dan irfan mencoba ngobrol, nggak lupa gw cerita kalau ternyata
kita ketahuan ngintip, dan posisi lubang dapur sudah diketahui, tak
lupa juga gw cerita bahwa yang menceritakan adalah Eni.

“Loe tenang aja deh vin” Kata Irfan senyum ke gw

Setelah beberapa obrolan, kita berdua tidur tanpa ada gangguan


sama sekali, beda dengan besoknya, dimana pakaian merah
menunjukan sosok sebenarnya.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 7
Hari ke 7, seperti biasa gw bangun kesiangan, niat untuk ngintip
musnah sudah. Gw lihat irfan juga masih tidur disamping gw, jadi gw
betah-betahin dikamar untuk tiduran, tak lama irfan bangun ngajak
gw mandi, tapi gw tolak, karena jam 8 air masih terlalu dingin. Jadi
lebih baik sarapan dulu terus santai-santai sambil mikirin proker agar
bisa cepat lepas dari desa ini.

Tak pernah sehari pun gw lupa kalau desa ini termasuk markasnya
jin, dimana mata air adalah tempat salah satu “jendralnya”. Setelah
bosan gw tiduran, gw ngajak irfan untuk sarapan tapi irfan menolak
dan milih untuk tidur lagi, suara-suara para wanita ngobrol / gossip
sudah terdengar. gw keluar kamar dan samperin mereka

“KaaaK ALviiiiiN, Selamat paaaagggiii” Sapa Selvi agak keras sambil


tersenyum ke gw

“Itu Sarapannya kak” Kata Siska sambil senyum ke gw

Gw lihat para wanita memandang gw sambil tersenyum dan ada


yang nahan tawa, gw yakin mereka lagi bahas tentang gw, saat selvi
mengungkit gw dan irfan ngintip mandi.

“Kita udah mandi lho” Kata Vina ke gw sambil tersenyum

“Tadi mereka sabunin badannya sip banget lho kak” Kata Giska
menggoda gw

Bener-bener risih gw saat itu, orang bangun tidur kalau diganggu


udah jelas emosi, karena belum bisa mikir jernih, “brengsek banget
mereka semua”, itu lah yang ada dipikiran gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Cuci muka dulu ya” Kata gw paksain senyum ke mereka

Gw pergi ke dapur dan cuci muka disana, setelah selesai gw balik ke


tempat mereka asik mengobrol, disana mereka tetap menggoda, gw
hanya tersenyum biar mereka sungkan untuk ngelanjutin godaan
mereka, gw duduk didekat Eni, gw pandang tajam banget, gara-gara
ni anak gw jadi bahan lelucon, selain itu, gara-gara ni anak gw gagal
ngintip. Eni sesekali melihat gw dan langsung nunduk lagi saat tahu
gw sedang menatap tajam dia.

“Yuk lanjutin proker buta hurufnya” Ajak Selvi ke yang lain

“Iya, sekalian konsultasi proker gw nih” Sahut Giska

Dan berangkatlah mereka ke desa, tapi saat itu Eni dan Siska belum
berangkat, mereka ke kamar Eni nggak tahu mau ngapain. Gw
lanjutin sarapan dan minum teh, Irfan pun bangun dari tidurnya dan
pergi cuci muka ke dapur. Tak lama Eni & Siska datang nyamperin
gw.

“Kak Alvin, maap ya” Kata Eni ke gw

“Maap buat apa ya dek ?” Kata gw tanpa memandang Eni

“Ya masalah ngintip ngintip itu lho kak” Kata Eni lagi

“Oh, iya iya nggak papa, lagian Cuma iseng kok dek” Kata gw

“Ya udah kak, kalau gitu saya berangkat dulu” Kata Eni pergi
ninggalin gw

“Iya dek hati-hati” Kata gw tanpa memandang mereka lagi

Mereka berdua bersiap didepan pintu memakai sepatu


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Kak Alviin” Panggil Siska ke gw

Gw melihat ke arah Siska yang manggil gw

“Bodynya selvi kaaaaak, bagusss abissssss” Kata Siska menggoda gw


lagi

“Bosen idup ya dek ?” Tanya gw tersenyum benci ke Siska

“Hahaha, aku pergi dulu ya kak” Kata Siska melambaikan tangan ke


gw sambil tertawa

Mereka berdua pun pergi menyusul yang lainnya ke desa, irfan


datang nyamperin gw habis cuci muka.

“Kenapa mereka tadi ?” Tanya Irfan

“Lagi sibuk goda gw gara-gara ngintip” Jawab gw apa adanya

“Lagian juga, kita kayak orang ngenes aja disini” Lanjut gw

“Nggak papa lah, itu kan hiburan, ngintip itu melatih jantung juga
karena deg-degan” Kata Irfan

“Ngelatih jantung apaan, kalau dah ketahuan terus digoda gini jadi
emosi gw” Kata gw mukul lengan irfan

“Dah, sekarang rencana hari ini apa ?” Tanya Irfan sambil ngelus
ngelus lengannya

“Ke Kades dulu, usulin proposal proker pembuatan bak sampah”


Jawab gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Ya udah brangkat sekarang aja” Kata Irfan

Gw dan Irfan pergi ke rumah pak kades, dijalan kita masih membahas
tentang pakaian merah yang gw dan irfan lihat tadi malam, selain itu
kita bahas juga tentang “rumah hantu”, tapi gw nggak nanya
tentang penunggunya seperti apa bentuknya.

Setelah sampai dirumah pak kades, Giska dan Vina sedang ada
dirumah beliau untuk konsultasi masalah proker giska, termasuk
lama mereka konsultasinya. Untuk semua proker yang berupa fisik,
tata letak ditentukan oleh pak kades, mungkin beliau mencari
tempat yang sekiranya makhluk halus didaerah situ tidak marah.

Setelah giliran kita untuk konsultasi, Giska dan Vina pamit duluan
untuk membantu proker pemberantasan buta huruf, dan tinggallah
kita bertiga, dirumah pak kades kita konsultasi masalah proker
pembuatan bak sampah, dan pak kades menyetujui, dan kita
diberitahu kalau bak sampah akan ditaruh didalam rumah, bukan
diluar rumah seperti dikota-kota.

Konsultasi pun selesai, pak kades memanggil salah seorang warga-


nya yang bisa membuat kerajinan, beliau minta tolong membuat bak
sampah sebanyak 40 biji untuk dibagikan kewarganya, untuk dana
kita yang tanggung.

Meskipun gw belum konsultasi ke Selvi masalah dana, tapi gw


percaya kalau mereka bakal setuju, total pembuatan bak sampah
saat itu total 1,2 juta, karena memang apa adanya, bukan full dari
kayu, karena ditambah papan bekas yang dicat. Setelah semua
urusan, gw nyinggung masalah konsumsi untuk proker penyuluhan
gw, pak kades sudah menyiapkan bahan-bahannya, jadi besok gw
tinggal bawa badan doank, dan mengganti uang pak kades. Semua
telah selesai, gw milih balik ke rumah bareng irfan, dan gw yakin
bakal bengong dirumah.Sampai dirumah kita berdua nyantai sambil
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
ngerokok.

“Vin, loe nggak penasaran sama batu tadi malam?”

“Penasaran lah, kenapa bisa ada sesajen diatas batu itu” Jawab gw

“Kan katanya Cuma ada 2 titik mistis didesa ini” Lanjut gw

“Apa mungkin pak kades salah ya?, dia kan nggak ikut nyembah
leluhur” Kata Irfan

“Mungkin fan” Kata gw

“Ya udah, gw lihat ke batu bentar ya, mungkin salah lihat kita tadi
malam karena gelap” Kata Irfan

“Gelap apaan fan, udah jelas-jelas cahaya bulan terang banget tadi
malam” Kata gw

“Ikut nggak loe, masih pagi nih, Cuma lihat doank” Ajak Irfan

Dan akhirnya gw dan irfan pergi ketempat batu yang tadi malam kita
datangi, jarak rumah dan batu nggak jauh sama sekali, kira 30-50
meter dari rumah. Sampai dibatu, sesajen yang tadi malam nggak
ada / hilang

“Ilang vin, nggak ada sesajen” Kata Irfan sambil tetap merokok

“Ya mungkin ketiup angin fan” Kata gw

“Kalau nggak, kita emang salah lihat tadi malam” Kata Irfan

“Iya juga palingan fan, dah lah, nggak usah mikir aneh-aneh fan”
Kata gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Yang penting kita nggak ganggu mereka aja fan” Lanjut gw

“Iya vin, loe bener, lanjutin bengong dirumah aja deh”

Gw dan irfan akhirnya melanjutkan bengong dirumah karena nggak


ada kerjaan, gw ngobrol bareng irfan tentang apa aja yang bisa
dijadikan bahan obrolan. Tak lama siang pun datang, terdengar suara
truk datang dari arah masuk desa, gw dan irfan datang menghampiri
suara tersebut, karena kita tahu kalau anton dan putra sudah datang
bersama bahan bangunan.

Sampai dilokasi, pak kades dan warga udah berkumpul untuk bersiap
menurunkan bahan bangunan dari truk, saat itu ada 2 truk yang
datang membawa bahan bangunan. anton dan putra masih kangen-
kangen sama para wanita, anton dipeluk sama selvi dan siska, vina
meluk putra karena memang pacaranya.

Kehadiran mereka kayak pahlawan yang datang karena kita butuh


pertolongan, baru pergi beberapa hari aja, kangen-kangenannya
kayak nggak ketemu 10 tahun. Truk lagi bersiap untuk ke lokasi yang
diarahkan pak kades.

“Selvi pacaran sama anton ya fan?” Tanya gw sambil berjalan ke arah


mereka

“Nggak tahu gw, tapi kok siska ikutan meluk-meluk gitu ?” Tanya
irfan ganti

“Dah lah, serah mereka aja, setelah digoda masalah ngintip, jadi
malas ngurusnya” Jawab gw

“Menurut loe, burungnya Anton berdiri nggak dipeluk 2 cewek ?”


Tanya Irfan ke gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Mana gw tau tai, buat apa ngurus kayak gitu” Jawab gw

“Coba sekarang loe plorotin celana anton deh vin, biar kita bisa
tahu” Kata Irfan

“Terus nanti kalau nggak berdiri loe sedot aja pakai mulut loe” Lanjut
irfan

“Kalau berdiri, jadi kita tahu kalau dia homo” Lanjut Irfan lagi

“Kenapa nggak loe aja njing?!, loe ni nggak ada kerjaan sampai
obrolin kayak gitu ya?!” Tanya gw ke irfan

“Untuk menghibur diri donk, tahu sendiri KKN tuh membosankan”


Jawab Irfan

Setelah beberapa obrolan kita sampai ditempat mereka, kita


bersalaman dengan mereka, dan membuka obrolan tentang keadaan
mereka. Mobil yang dibawa anton lumayan keren, yaitu mobil
panther, mungkin tahu karena ada di daerah pedalaman jadi paham.
Motor yang dipinjam dari warga digantung dibelakang mobil, mereka
memberi uang lebih kepada pemilik motor karena telah dipinjam
lama oleh mereka.

Tak lama supir truk datang menghampiri kita, dia berjalan kearah kita
dengan melihat keadaaan sekitar sambil tersenyum ( Diingat bagian
supir truk tersenyum melihat sekitar, karena ada hubungan dengan
ending )

“Mas, ini kurang biaya anternya” Kata Supir tersebut

“Kan dari toko sudah ditentuin harganya mas” Kata Anton

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Tapi ini jaraknya mas, jauh dari dealnya, katanya 4 jam perjalanan,
ini malah 7 jam lebih lho mas” Kata Supir truk

“Mas mungkin naik mobil Cuma 4 jam, tapi ini truk mas, nggak bisa
ngebut, makanya lain kali dilihat berapa kilometer jaraknya mas,
bukan waktu sampainya” Lanjut Supir tersebut

Dengan beberapa pedebatan, akhirnya anton ngalah dan ngasih


uang tambahan 100 ribu untuk supir tersebut, dan supir tersebut
juga menyetujuinya.

“Kalian lagi coba bangun desa ini?” Tanya Supir tersebut

“Iya mas, lagi KKN mas” Jawab Selvi

“Oh yang kayak di kuliah-kuliah gitu ya?” Tanya supir tersebut

“Oh ya sudah, sukses ya mbak dan mas nya” Kata supir tersebut
tersenyum sambil melihat sekelilingnya

Setelah semua bahan bangunan diturunkan, supir pun pamit pergi


dari desa ini. Anton dan yang lainnya pergi menemui pak kades
disitu, setelah beberapa obrolan, akhirnya proker pembuatan sumur
dan kamar mandi dimulai besok. Setelah itu anton membawa mobil
kesamping rumah.

Sampai dirumah, anton minta bantuan gw dan irfan untuk


membantu menurunkan genset dari mobil, setelah selesai menaruh
genset diteras, kita memasang semua perlengkapan agar ada listrik
yang mengaliri rumah, dan jadilah, ada lampu disetiap kamar dan
ruang tengah, hanya dapur yang nggak dikasih lampu, karena

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


perkiraan cahaya ruang tengah sudah cukup untuk menyinari ke arah
dapur.

Nggak terasa udah hampir magrib, anton dan putra ngobrol diruang
tengah, dan gw samperin

“Mana teman kalian yang 1 lagi?” Tanya gw

“Dia sebenarnya udah ada dikota kita mas, Cuma pesawatnya nggak
berangkat minggu ini” Kata Anton

“Jadi minggu depan kita pergi lagi ke kota untuk jemput anak itu,
janjian sama dia, kamis depan kita jemput dia di bandara” Lanjut
Anton

“Jadi kalian balik lagi ke kota minggu depan?” Tanya gw

“Iya mas” Jawab Anton

Setelah itu kita ngobrol tentang hal yang nggak penting. Tak lama
putra pergi dari tempat kita ngobrol, dan pergi ketempat vina yang
lagi ngobrol sama selvi, putra langsung mencium vina didepan selvi,
tangan putra masuk ke dalam baju vina, dan yang pasti meremas-
remas dada vina. Melihat hal itu gw dah illfeel dengan vina, karena
melakukan hal kayak gitu didepan teman-temannya.

Semesum-mesumnya otak gw, gw masih bisa berpikir kalau kelakuan


kayak gitu malah bikin malu diri sendiri. Tak lama setelah adegan
tersebut, putra menarik vina kedalam kamarnya putra, dimana putra
memang tidur bareng anton. Tanpa menebak pun gw tahu kalau
mereka bakal ML.

Malam pun datang, gw dan para lelaki milih cuci muka ketimbang
mandi, sama halnya dengan para wanita. Gw saat itu duduk diteras
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
bareng irfan bersama kopi instan dan rokok, dan yang lain ada yang
dikamar dan ada yang diruang tengah sambil bantu proker anton dan
putra. Lampu dirumah memberi gw sedikit keberanian menghadapi
malam yang mencekam, suara genset juga nggak keras, masih kalah
dengan suara jangkring dan suara pohon yang tertiup angin. Adanya
genset seperti ada surga, dimana semua batre HP terisi penuh
meskipun nggak ada sinyal sama sekali.

“Lumayan ya fan ada lampu gini” Kata gw

“Iya lah vin, jadi agak berani gw kalau ada hantu muncul” Kata Irfan
menggoda gw

“Nggak usah bicarain hantu deh fan, males gw, udah malem nih”
Kata gw

“Lha mau bahas apa?, masalah dadanya vina yang gede dipegang
putra?” Tanya Irfan ke gw

“Itu malah bikin nafsu kampret” Jawab gw

Tak lama irfan memandang arah hutan

“Vin coba loe lihat sana deh” Kata Irfan

Pandangan gw pun mengarah ke arah yang ditunjuk Irfan, dengan


deg-degan gw lihat pakaian merah kemaren masih sibuk berpindah-
pindah tempat. Melihat hal tersebut gw langsung masuk rumah
meninggalkan irfan yang masih diluar rumah. Saat itu masih ada selvi,
vina, anton dan putra diruang tengah, tapi gw pamit untuk tidur. Tak
lama irfan pun nyamperin gw

“Gila, apaan lagi nih fan?” Kata gw dalam posisi tiduran

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Ya namanya makhluk halus kan menggoda vin” Kata Irfan

“Lagian juga dari jauh kok, nggak deketin kita” Lanjut irfan sambil
tiduran disamping gw

“Ya udah fan, kita ngobrol masalah lain aja biar cepat ketiduran”
Kata gw

Gw dan irfan ngobrol dikamar membahas hal yang nggak terlalu


penting, seperti kenangan waktu maen dikota, butuh kira-kira 2 jam
sampai akhirnya gw ketiduran.

Tengah malam gw dan irfan dibangunkan Selvi sambil membawa


petromax, lampu yang bersinar terang dikamar gw sudah mati.

“Kak, gensetnya mati kak, tadi saya mau tidur tiba-tiba mati” Kata
Selvi ke gw dan irfan

“Anton sama putra kemana emang dek?” Tanya Irfan

“Kasihan mereka kak, kecapean, jadi udah tidur, maklum dari kota,
kan jauh” Kata Selvi

“Ya ditinggal aja kan bisa dek, lagian udah malam nggak perlu listrik”
Kata gw

“Masalahnya saya lagi ngecas kamera untuk document besok kak”


Kata Selvi

“Paling nggak 1 – 2 jam lagi penuh kak” Lanjut Selvi

“Ya udah, ayo vin, coba cek gensetnya” Ajak Irfan

Dengan malas gw pergi nemenin irfan untuk mengecek genset, selvi


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
pun pamit untuk tidur karena pagi-pagi dia persiapan untuk
prokernya. setelah dicek ternyata nggak ada masalah, karena genset
bisa dihidupin lagi, tahu tidak ada masalah, gw dan irfan pergi tidur,
gw mencoba untuk tidur lagi. Belum ada 15 menit ditinggal tiba-tiba
genset mati lagi, kita cek lagi dan ternyata masih bisa nyala.

“Vin, coba kita tungguin sebentar deh nih genset” Kata Irfan ke gw

“Kayaknya ada orang iseng yang lagi gangguin kita” Lanjut Irfan

“Apa bapak yang pincang itu lagi nggak ada kerjaan ya fan ?” Kata
gw udah nahan menguap

“Ya palingan vin” Kata Irfan senyum ke gw

Dan akhirnya gw dan irfan duduk diruang tengah sambil mengawasi


genset dari jendela, sapa tahu kita bisa mergoki orang yang mencoba
mengganggu kita. Tapi saat itu pikiran kita berdua salah, kita melihat
dari jendela dan dari kejauhan ada pakaian merah masih
bersembunyi dibelakang pohon, setengah badannya ada dibalik
pohon.

“Fan, fan, fan” Kata gw manggil irfan yang sudah ada disebelah gw

Irfan pun langsung melihat ke arah pakaian merah tersebut.

“Tuh hantu dari rumah hantu fan ?” Tanya gw dengan badan


merinding

“Bukan vin, gw yakin bukan”

“Serius loe ?”

“Iya, yang di rumah hantu bentuk manusia cuma nggak ada


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
kepalanya” Kata Irfan

Gw melihat pakaian merah pergi melayang ke arah gw dan irfan, saat


itu lah gw tahu rupa dari pakaian merah, mukanya hancur, matanya
hampir keluar, rambutnya seperti orang terbakar, dimana hanya sisa
beberapa rambut. Sampai ditengah jalan dan belum keteras, tiba-tiba
genset mati lagi.

“Fan, loe dimana ?” Kata gw sambil merinding

“Gw masih nyoba meraba-raba nyari petromax” Kata Irfan

“Nah dapat vin, bentar gw nyalain” Lanjut Irfan

“Jangan Fan jangan, serius mending jangan, ntar gw takutnya tiba-


tiba muncul didekat kita gimana” Kata gw panik

“Ya udah, kita jalan kekamar aja vin, loe masih bisa lihat jalan?, kan
ada cahaya bulan?”

“Bisa fan, dikit-dikit, lagian ikuti aja lampu kedip-kedip dari HP gw”
Kata gw masih merinding

Sampai dikamar gw meraba-raba kasur dan mencoba tidur,


terdengar suara irfan duduk didekat gw sambil mencoba menyalakan
lampu petromax, saat irfan menyalakan korek api, sudut pandang
mata gw melihat kain merah dengan kaki yang hampir membusuk
berada dipojok kamar gw, dengan reflek gw tendang korek gas yang
sudah menyala.

“Apaan sih vin, sakit nih!” Kata Irfan

“Dia ada dipojok kamar Fan, mending sekarang loe tidur aja fan”
Kata gw masih tetap merinding
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Oh….” Kata Irfan mengerti yang gw maksud

Tak ada sekata pun keluar dari mulut kita, setengah jam sudah
berlalu tanpa adanya cahaya, gw nggak merasa ngantuk sama sekali,
jantung gw berdetak sangat cepat, keringat dingin terasa terus
keluar.

“Loe dah tidur Vin ?” Tanya Irfan ke gw

“Belum fan, kira-kira masih ada nggak ya?” Tanya gw

“Gw nyalain korek buat ngelihat ya” Jawab Irfan

“Ya fan, boleh, buat mastiin aja, daripada nggak tenang gw tidur”
Kata gw

Irfan pun menyalakan korek, gw fan irfan melihat sekeliling tapi si


pakaian merah sudah tak terlihat, gw merasa lega, irfan mulai
menyalakan petromax, gw nggak peduli malam ini ada listrik atau
nggak. Irfan berdiri membuka jendela separuh, karena suasana agak
panas setelah sipakaian merah pergi, mungkin karena keringat gw
yang keluar.

Tak lama jendela dibuka, Irfan terjatuh karena kaget sambil melihat
kearah jendela. Melihat Irfan kaget, mata gw langsung menuju
tempat irfan memandang. Jantung gw kembali berdetak sangat
kencang, si pakaian merah ada diluar sisi jendela, matanya melihat ke
arah gw, lalu melihat ke arah irfan, dan kembali melihat kearah gw,
terus seperti itu beberapa kali, lalu si pakaian merah membuka
mulutnya, rahangnya hampir jatuh, terdengar suara tawa
“hi..hi..hi..hi..”pelan seperti mendesah, beda dengan kuntilanak yang
sering ada di film-film horror.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Melihat hal itu irfan melempar rokok 1 slop kearah si pakaian merah,
dengan cepat si pakaian merah pergi kearah samping menghindar.
Setelah kepergian si merah, gw baringkan badan dan menutup mata
gw menggunakan bantal

“Salah apalagi kita fan?” Kata masih dengan keadaan mata tertutup
bantal

“Nggak tahu gw vin” Kata Irfan

“Besok gw ketempat bapak “pintar” itu, buat nanya-nanya tentang


pakaian merah” Kata gw

“Mungkin kita ada salah lagi, tapi kalau dipikir-pikir serba salah disini
fan” Lanjut gw

“Vin, loe lanjutin tidur ya, jangan buka bantal loe” potong irfan

Mendengar irfan berbicara seperti itu, gw melepas bantal dari mata


gw. Ternyata dipojok kamar ada si pakaian merah sedang berdiri
menatap gw dan irfan.

Gw lihat irfan sudah menutup wajahnya dengan bantal, melihat hal


itu, gw langsung tidur tengkurap menutupi wajah gw, selang kira-
kira 15 menit gw coba melihat keadaan sekitar, karena lampu
petromax masih menyala, dan ternyata pakaian merah masih ada
dipojok kamar tanpa pergi selangkah pun dari posisinya.

Dengan cepat gw kembali memposisikan kepala gw kebantal lagi,


dengan cemas, gw berusaha tidur agar pagi cepat datang, dengan
was was akhirnya gw bisa tertidur dimalam itu walau butuh waktu
yang cukup lama, tanpa tahu kapan si pakaian merah pergi dari
kamar gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 8
Pagi hari gw dibangunkan oleh suara anton dan yang lain tertawa
kencang diruang tengah, saat itu gw emosi mendengar suara ketawa
dari mereka, tanpa pikir panjang gw lempar HP ke arah pintu
sehingga menimbulkan suara yang membuat mereka diam sejenak.

Gw sempat melihat ke sebelah dimana irfan masih tidur, gw yakin dia


sama kayak gw, susah buat tidur karena sipakaian merah muncul
dikamar dan dijendela kamar gw. Tak lama setelah gw melempar HP,
mereka kembali tertawa dengan suara yang cukup kencang, dan saat
itu lah gw nggak bisa lagi naham emosi gw

“WOY BERISIK !!!” Teriak gw dari dalam kamar

Mendengar gw teriak, mereka diam lagi, gw nggak peduli mereka


mau ngomong apa dibelakang gw, yang penting gw bisa tenang
sedikit.

“Apaan sih Vin teriak-teriak, gw ngantuk banget sumpah, nggak bisa


tidur gw semalem” Kata Irfan dengan keadaan masih ngantuk

“Mereka lho fan, enteng banget bisa ketawa-ketawa” Kata gw ke


Irfan

“Ya udah sih Vin, cuekin aja, tidur lagi sono” Kata Irfan masih dalam
keadaan mengantuk

Mendengat omongan Irfan, gw mencoba tidur lagi, tapi tak lama gw


mencoba tidur, ada yang membuka pintu kamar gw

“Kak, hari ini penyuluhan kakak” Kata Selvi sambil menggoyang-


goyangkan kaki gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Dengan kaget gw bangun dari tidur, karena gw lupa kalau hari ini
adalah proker penyuluhan gw

“Jam berapa sekarang ?!” Tanya gw dengan agak panik

“Masih pagi kok kak, Cuma ingetin aja kalau hari ini proker kakak”
Kata Selvi

“Nih duitnya buat ganti uang pak kades untuk konsumsi” Lanjut Selvi

Gw ambil duit yang disodorkan Selvi dan kembali berbaring, Selvi


pamit keluar kamar tapi gw cuekin karena gw nggak bisa mikir jernih,
diotak gw hanya ada sipakaian merah dan rencana untuk proker gw

“Fan bangun, temenin gw penyuluhan” Kata gw

“Gw bantu doa aja Vin, sukses ya” Kata Irfan

“Eh tai!!, giliran gw minta tolong loe gini ye ?” Kata gw sedikit emosi

“Ayo cepat bangun, kita mandi biar nggak ngantuk” Kata sambil
menendan-nendang Irfan

Dengan berat hati irfan bangun dari tidurnya dan bersiap pergi
mandi, saat keluar kamar gw sama irfan melewati anton dan kawan-
kawan, mereka menyapa gw dan irfan, hanya irfan yang membalas
sapaan mereka dengan senyuman kecil, kalau gw tetap fokus lihat
depan.

Entah kenapa gw benar-benar nggak suka melihat mereka tertawa


seperti itu, dimana tadi malam gw harus bertahan dari gangguan si
merah. Dikamar mandi gw dan irfan membahas tentang kejadian tadi
malam
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Menurutmu salah apa lagi kita fan ?” Tanya gw dengan keadaan
ngantuk

“Mana gw tahu Vin, nanti abis proker kita ketempat bapak “pintar”
itu aja” Kata Irfan

“Kita harus bertahan paling nggak sampai proker individu kita


selesai” Lanjut Irfan

“Setelah itu kita ke kota, sambil selesai nunggu KKN mereka selesai”
Lanjut Irfan lagi

“Loe bawa duit berapa fan ?” Tanya gw

“Cash gw ada 7 jutaan lah, duit gw di ATM dan dari bokap total 40
jutaan, kalau loe ?” Tanya Irfan balik

“cash gw ada 10 juta Fan, sertifikasi nyokap dikasih ke gw semua, di


ATM 13 jutaan” Jawab gw

“Nanti masalah lo*te sama nyewa mobil biar gw aja pas dikota” Kata
Irfan

“Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” Kata Irfan


nyengir ke gw

“Terus mereka perlu dikasih tahu tentang desa ini?” Tanya gw

“Jangan, ntar aja waktu kita say goodbye ke mereka” Jawb Irfan
masih nyengir ke gw

“Palingan Vina sama Eni udah cerita ke mereka” Kata gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Ya itu urusan mereka aja Vin” Kata Irfan sambil mengguyur
badannya

“Eh Fan, gw ada pertanyaan nih” Kata gw

“Apaan ?” Tanya Irfan

“Kenapa hanya gw, loe sama Eni yang diganggu makhluk halus,
kenapa yang lain masih damai tentram ?

“Gw juga nggak ngerti, tapi hebat loe nggak teriak tadi malam”

“Gw sama sekali nggak ada kepikiran buat teriak fan”

“Kalau gw sih kepikiran, tapi kalau gw teriak, nanti malah jadi heboh
yang lain” Kata Irfan

“Gw malah kepikiran kabur, tapi kalau dipikir lagi, mau kabur
kemana ?”

“Ke Desa ?, Desanya aja kalau malam kayak kota mati, lagian jarak
antara rumah juga agak jauh”

“Gw nggak yakin ada yang mau keluar buat bantu kita” Lanjut Irfan

Setelah beberapa obrolan, kita lanjutkan mandi, bedanya hari itu


nggak ada perasaan was was sama sekali. Setelah selesai, gw dan
irfan berjalan menuju rumah, gw bisa melihat batu yang ditaruh
sesajen, batu itu nggak ada uniknya sama sekali, hanya bongkahan
batu sama seperti batu-batu yang lain.

Sampai dirumah, anton dan kawan-kawan masih becanda dan


tertawa, gw pun akhirnya menyindir

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Wah enak ya, masih bisa ketawa-ketawa” Sindir gw sambil
tersenyum ke mereka

Mereka diam sejenak, Irfan menyubit pinggang gw karena gw


menyindir mereka, tapi gw cuekin aja

“Kak, itu sarapannya disana” Kata Siska menunjuk 2 piring dan 2 teh
di gelas

“Waduh, makasih ya adekku Siska, dah silahkan dilanjutin


ketawanya” Sindir gw lagi dengan tersenyum

Gw berjalan menuju kamar gw untuk ganti baju, gw sempat


mendengar mereka tertawa pelan, gw yakin kalau mereka lagi
membicarakan gw, tapi mah bodo amat, udah nggak ada niat gw
buat ngelindungi si cewek-cewek, gw lebih mentingin diri gw sendiri
dan Irfan.

Setelah selesai ganti baju yang lumayan rapi, gw pergi sarapan


dengan Irfan diteras, karena malas ikut menggosip bareng mereka.
Hari itu gw bener-bener sensi banget. Tak lama setelah selesai
sarapan, irfan pamit untuk membantu proker gw

“Gw sama Alvin pergi ke penyuluhannya Alvin dulu ya” Pamit Irfan ke
mereka

“Saya ikut kak, saya bantu” Kata Eni menawarkan diri

“Saya juga ikut kak” Kata Siska ikut menawarkan diri

Selama KKN ini, gw memang lebih sedikit mengenal mereka, tapi


yang “Cukup” akrab hanya dengan Siska dan Eni, kalau untuk Selvi
sebenarnya biasa aja, karena memang dia perhatian sama siapa aja,
kalau untuk Vina, dari awal memang gw blacklist, dan untuk Giska,
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
ngobrol pun jarang. KKN memang seperti itu, dimana beberapa
orang dikumpulkan menjadi 1 untuk memecahkan masalah bersama,
dimana terdapat banyak karakter, ada yang sok pemimpin, ada yang
sok pintar kasih pendapat, ada yang marah kalau pendapatnya nggak
terima, ada juga yang menurut apa aja, yang penting KKN selesai dan
lulus dll.

Jangan heran kalau KKN bisa menimbulkan kesenjangan sosial


diantara peserta KKN. Tapi yang pasti, kalian akan mendengar teman
kelompok KKN kalian, saling menjelek-jelekan dibelakang mereka,
atau bahkan kalian sendiri yang dijelek-jelekan dibelakang kalian.

Kita berempat pun berangkat ke tempat penyuluhan gw, dimana


penyuluhan akan dilakukan ditempat yang sama dimana
pemberantasan buta huruf dilakukan. Penyuluhan gw hanya modal
badan dan ilmu gw yang nggak seberapa, sisanya gw menjelaskan
melalui papan tulis hitam yang ditemani kapur.

Sampai disana, penyuluhan gw dilakukan secara lesehan, Siska & Eni


membantu beres-beres tempat tersebut, dan setelah itu kita
bengong sambil menunggu pak kades dan masyarakat datang.

Penyuluhan pun dimulai, gw melakukan penyuluhan apa adanya,


mereka ngerti nggak ngerti yang penting proker gw jalan, lagian gw
nggak terbiasa berbicara didepan umum, tapi untuk menggombali
cewek, gw juaranya. Ditengah-tengah penyuluhan, istri pak kades
datang dengan makanan ringan sejenis jajanan pasar seadanya yang
ditaruh dipiring dan daun pisang agar bisa dinikmati bersama, tak
lupa teh yang jadi teman makan makanan ringan. Eni dan Siska ikut
membantu bu kades membagi makanan ringan tersebut.

Penyuluhan gw pun selesai, ternyata banyak juga yang mengerti apa


yang gw sampaikan, terbukti dari pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan ke gw.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Setelah selesai penyuluhan, para masyarakat sana milih duduk-duduk
santai sambil menikmati rokok linting yang diracik sendiri, rasanya
keras banget tuh rokok. Dipenyuluhan gw, bapak “pintar” tersebut
pun datang ke penyuluhan gw. Gw dan irfan pun mendekati bapak
tersebut dan menggiring ketempat yang agak jauh dari lokasi
penyuluhan

“Pak, kita mau ngomong, tadi malam kita diganggu makhluk halus”
Kata Irfan

“Dia berpakaian merah pak, malah diam dikamar saya tadi malam”
Lanjut Irfan

“Oh…. Mungkin dia hanya ingin berteman” Kata Bapak tersebut


sambil tersenyum

Gw dengar omongan bapak tersebut, malah menambah sensi gw,


rasanya emosi udah ada nyampek ke kepala

“Waduh, maksudnya apa ya ini pak?!” Kata gw agak tinggi

“Itu si merah tinggal di batu dekat rumah yang kalian tempati,


biasanya juga nggak ganggu” Kata Bapak tersebut senyum ke gw

“Mungkin gara-gara ada lampu dirumah kalian itu, sama kayak anak
kecil, kalau ada sesuatu yang menarik pasti akan didekati” Lanjut
bapak tersebut

“Masalahnya, genset itu malah mati hidup mati hidup terus pak”
Kata Irfan

“Kalau gitu, si merah nggak suka ada lampu atau listrik disitu” Kata
Bapak tersebut

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Jadi intinya jangan ada lampu kalau malam pak?” Tanya Irfan

“Sebaiknya begitu, untuk menghindari hal-hal yang kita tidak mau”


Jawab Bapak tersebut

“Pak, kita ini baru seminggu disini, hal-hal kayak gini udah terjadi,
malah jadi serba salah!”

“Masa iya, jin pake nunda waktu buat ganggu seseorang?, kalian
pingin diganggunya pertengahan KKN kalian ?” Kata bapak tersebut
tersenyum lebar

“Lagian kalian kan tamu disini, kalau kalian nggak ganggu mereka,
mereka juga nggak mengganggu”

“Memang disini itu ada kerajaan jin, tapi daerah sini masih dibilang
agak damai, ketimbang dipusatnya” Lnjut bapak tersebut

“Gini aja pak, bisa bapak yang ngomong ke teman-teman saya agar
genset nggak dihidupin malam hari” Kata Irfan

“Agak sungkan kalau saya yang bilang, lagian saya kurang akrab
sama mereka”

“Tapi jangan bawa-bawa makhluk halus ya pak, takut jadi heboh


nanti”

“Oh boleh, ayo kita kesana sekarang aja, 2 orang temannya ditinggal
dulu gpp” Kata Bapak tersebut

Akhirnya gw dan irfan pamit untuk pulang duluan, sampai dirumah,


bapak tersebut ngomong ke anton dan kawan-kawan kalau genset
jangan dihidupkan dimalam hari, dengan alasan menghormati warga
sekitar, jadi kalau mau menghidupkan genset disiang hari nggak
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
masalah. Setelah diomongin bapak tersebut, anton dan kawan-
kawan setuju. Tapi namanya anak muda pasti susah untuk nurut,
nanti ada part dimana genset kebanting dan terlempar jauh banget
karena dihidupkan malam-malam selama 2 hari. Dan bayangan hitam
gede sepohon jati tua datang nyamperin kita serumah.

Setelaj obrolan ringan, bapak tersebut ijin pamit untuk pulang,


diperjalanan sebelum ke rumah, gw samperin bapak tersebut, dan
minta tolong untuk menjamin kalau si merah nggak mengganggu
kamar gw dan irfan lagi.

Bapak tersebut bilang, kalau si merah udah nggak ganggu lagi,


karena dia udah balik ke tempatnya, tapi gw kepikiran, memang balik
ke tempatnya, tapi tempatnya itu hanya 30-50 meter dari rumah,
dimana mata masih bisa memandang batu tersebut. Dan akhirnya gw
utarakan apa yang gw pikirkan, akhirnya bapak tersebut pergi ke
batu itu sendirian.

Selang beberapa menit bapak itu balik lagi ke gw, dan berkata kalau
si merah nggak ganggu kita lagi. Setelah itu beliau pun pamit ke gw.
Melihat bapak tersebut pergi, gw dan irfan nongkrong di depan
rumah sambil ngerokok. Anton dan putra pamit ke gw dan irfan
untuk memulai dan ikut mengawasi proker pembuatan sumur.

Tinggal gw, irfan, selvi, vina dan giska dirumah. Gw dan irfan hanya
bengong dengan keadaan ngantuk didepan rumah, pikiran gw kayak
kosong dengan mata yang berat karena ngantuk

“Loe nggak tidur fan ?” Tanya gw

“Nggak Vin, gw takut nggak bisa tidur malam kalau gw tidur siang”
Jawab Irfan

“Sama, buat kopi sana fan” Suruh gw ke Irfan


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Bareng lah tai, loe suruh terus yang bikin kopi”

Dan akhirnya gw dan irfan memutuskan membuat kopi bersama,


saat gw berjalan untuk ke dapur membuat kopi, gw lihat Selvi sudah
dengan rambut terikat, bibirnya merah banget tanpa lisptik bikin
pingin buat nyium, pahanya yang putih terlihat karena pake
hotpants, dan baju lengan pendek ketat yang membuat bodynya
terlihat terbentuk sempurna. Ideal banget buat gw, dimana juga
tinggi sehidung gw, benar-benar terlihat sempurna dihari itu, gw pun
pergi ke depan selvi

“Eh dek, gw pingin banget tidur sama loe” Kata gw tanpa berpikir
dan mulai meninggalkan Selvi

Sebelum gw pergi meninggalkan Selvi, dia hanya diam dan mencoba


senyum salting ke teman-temannya, mungkin dia nggak nyangka gw
ngomong gitu ke dia. Tak ada suara sama sekali hingga akhirnya Selvi
membuka obrolan masalah proker.

Tak lama kopi pun jadi, gw dan irfan pingin menikmati cuaca siang
sambil menunggu malam datang. Saat gw melewati Selvi dan kawan-
kawan, Selvi sama sekali nggak memandang gw, hanya Vina dan
Giska yang memandang gw dengan tatapan heran.

Malam pun datang, hampir kira-kira 6 jam gw habiskan diteras hanya


mengobrol hal yang nggak penting, gw takutnya kalau diam nanti
malah ketiduran, setelah makan malam yang disiapkan Siska, gw
lanjutin ngobrol sambil merokok didepan teras rumah.

Sambil menunggu paling enggak jam 9 untuk tidur, saat itu Eni dan
Siska menghampiri kita, sekarang Eni jarang sama Vina, karena udah
ada putra, jadi sekarang lebih sering sama Siska.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Dek, selama disini kamu nggak pernah lihat hantu ?” Tanya gw

“Ahh kak, udah malam, jangan bicarain kayak gitu ah” Jawab Siska

“Oh belum kalau gitu” Kata gw

“KaaaaK, Setoooooop ngomong hal-hal mistis!” Kata Siska agak


tinggi

“Kamu nggak pernah begadang malam dek disini ?” Tanya gw

“Nggak kak, jam 10 udah pules saya kak” Jawab Siska

“Owalah, pantesan, meskipun didatangi juga bakal nggak nyadar


karena tidur” Kata gw dalam keadaan ngantuk

“Ah, udah ah, saya nongkrong sama yang lain aja” Kata Siska agak
jengkel ke gw

Siska pun pergi meninggalkan kita bertiga hanya karena obrolan


masalah hantu, memang malam itu agak mengerikan, karena genset
nggak dinyalakan dan menyisakan petromax lagi.

Tak lama gw ijin pamit ke kamar untuk mengambil HP yang gw


banting, sekalian ngecek rusak apa nggak, ditengah perjalanan ke
kamar, lagi-lagi gw lihat Vina dan Putra buat ulah, mereka berciuman
didepan teman-temannya yang lain, gw saat itu agak emosi tapi gw
tahan, dan entah kenapa melihat momen itu, gw arahkan pandangan
gw ke Selvi, melihat gw memandang dia, Selvi langsung nunduk
untuk melihat HP nya yang sudah penuh baterai karena dicas siang
hari.

Setelah ambil HP, gw kembali ke tempat irfan dan Eni nongkrong,


Ditengah perjalanan kembali ke tempat Irfan, gw masih lihat Vina
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
dan Putra masih ciuman. Gw sensi banget saat itu, bener-bener
nggak risih sama teman-temannya,

“Eh, sekalian ngent*d disitu aja, gw pantengin!” Kata gw agak tinggi

Mendengar hal itu Putra berdiri dan teriak ke gw

“JAGA TUH MULUT YA!!” Teriak putra ke gw

“LOE KALAU MAU MESUM DIKAMAR SONO, JANGAN DISINI” Balas


teriak gw

Setelah gw balas teriak, putra mengambil buku yang tebalnya minta


ampun dan melempar ke arah gw, saat itu kena tangan gw karena
reflek buat nangkis. Melihat gw dilempar, Irfan langsung lari kearah
putra dan menendang Putra sampai terjatuh, melihat putra jatuh,
Irfan tak segan-segan menendang-nendang Putra. Seluruh ruangan
panik saat itu, Selvi sampai nutup mulut dengan tangannya melihat
kejadian itu, Vina kaget dan hampir nangis, gw lihat anton mendekati
Irfan, gw pikir dia mau balas dendam karena putra ditendang, tapi
ternyata anton datang melerai.

“AYO NJING, LANJUT DILUAR” Teriak Irfan sambil nunjuk-nunjuk


Putra

“DISINDIR DENGAN MAKSUD BAIK MALAH NGELONJAK” Teriak


Irfan Lagi

Putra sama sekali nggak membalas teriakan Irfan, dia hanya sibuk
memegangi bagian yang sakit karena ditendang Irfan, dan sudah
pasti itu kepala, Irfan kalau berantem pasti incer kepala, dari dulu
kalau gw berantem sama Irfan, tak pernah sekalipun gw menang,
tapi meskipun gw kalah, gw nggak pernah nunjukin kalau gw takut
sama Irfan.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Udah kak udah” Kata Vina ke Irfan

Selvi datang menghampiri Irfan, tak lama putra bangun dari posisi
jatuhnya, melihat hal itu Irfan berjalan ke putra sambil menggeng-
gam tangannya dan ekpresi marahnya. Melihat hal itu juga, Selvi
langsung memeluk erat Irfan dari depan

“Kak, sabar kak Irfan, jangan gitu” Kata Selvi

“Minggir dek!” Kata Irfan agak tinggi ke Selvi

Irfan berusaha berjalan meskipun dipeluk Selvi, dan semakin erat


pula pelukan Selvi ke Irfan, karena takut Irfan menghajar putra lagi.

“Kak kak, ayo udah kak, jangan dilanjutin” Kata Selvi khawatir

Mendengar omongan Selvi, Irfan berhenti sebentar, melihat Irfan


agak tenang, Selvi melepas pelukannya ke Irfan, Setelah itu Irfan
berjalan kearah gw sambil tersenyum. WTF..!!, ternyata itu akal-
akalan irfan biar dipeluk Selvi.

Gw lupa kalau irfan bisa ngontrol emosi, dimana dia harus emosi,
kapan dia harus berhenti emosi. Irfan mengajak gw nongkrong diluar
buat merokok, putra diajak anton kekamar yang ditemani oleh Vina,
dan sisanya pergi ikut nongkrong didepan teras bareng gw dan irfan.
Untuk mengganti suasana, gw yang buka topic

“Fan, kalau gw yang mesum sama Selvi didepan loe gimana?” Tanya
gw

“Gw langsung teriak”Ikut dong viiiiiiinn”” Kata Irfan sambil


menirukan gaya waria berlari

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Langsung pecah ketawa diteras saat itu, Selvi hanya tersenyum
sambil geleng-geleng kepala. Ekspresi mereka yang ketakutan
melihat Irfan marah, berubah mejadi senyum yang hangat.

Tak lama Putra keluar kamar dan meminta maaf ke gw dan Irfan, dan
kita berdua pun memaafkan meskipun hati kurang berkenan. Setelah
maaf-maafan, kita semua pamit tidur semua, lagian jam juga
menunjukan waktu untuk tidur. Dikamar saat gw pingin nutup
jendela, tak ada si merah berkeliaran lagi, gw berpikir bapak “pintar”
tersebut hebat banget. Irfan juga mengecek ruangan lain seperti
dapur, dan juga ke teras untuk melihat batu, tapi sama sekali tak ada
si merah.

Dan malam itu kita bisa tidur agak nyenyak karena sebelum tidur kita
membicarakan Selvi dan juga dadanya yang telah menempel didada
irfan, dan 1 kata yang terucap dari mulut gw, “gw iri”. Meskipun
malam itu gw agak nyenyak, tapi besoknya penghuni “rumah hantu”
menunjukan sosoknya ke gw, irfan dan Siska.. hanya "menunjukkan",
bukan mengganggu, dan emang 100% itu kesalahan kita bertiga
sampe "rumah hantu" menunjukkan sosoknya

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 9
Hari ke 9, gw terbangun agak pagi kira-kira jam 7an, mungkin karena
semalam gw tidur agak nyenyak. Gw lihat ke arah samping, dan irfan
sudah nggak ada disamping gw, gw keluar kamar untuk cuci muka,
diruang tengah Irfan sudah sedang mengobrol dan bercanda dengan
para wanita kecuali Vina, anton dan putra nggak ada bareng yang
lain diruang tengah, gw berpikir mungkin mereka masih tidur.

“Baru bangun loe Vin ?” Sapa Irfan tersenyum ke gw

“Halah, gayamu Fan, biasanya juga jam segini loe masih tidur” Kata
gw sambil pergi ke dapur

Irfan tak membalas omongan gw, setelah cuci muka, gw pergi ambil
teh dan sarapan yang sudah disiapkan Siska diruang tengah, setelah
itu gw pergi ke teras untuk makan dan dilanjutkan dengan merokok
setelah membalas sapaan dari mereka. Rokok 1 slop yang dilempar
ke arah si merah nggak pernah kita ambil lagi, dan masih dibiarkan
tergeletak di tanah disamping kamar gw, lagipula rokok yang
dilempar bukan rokok punya gw.

Waktu pertama ke kota, gw dan irfan beli rokok 20 slop, dimana 10


slop rokok marlboro kesukaan irfan, dan rokok sampurna kesukaan
gw. Memang sayang rokok 1 slop dibuang begitu saja, tapi mungkin
irfan nggak niat ambil, kalau gw terlalu parno untuk ambil rokok
tersebut, takutnya nanti jadi rasa tanah, atau jadi rasa lumpur, nanti
kalau ngerokok itu malah kesurupan dll.

Tak lama Irfan nyamperin gw

“Rencana loe apa hari ini Vin?” Tanya Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Bertahan hidup” Kata gw simpel

Entah kenapa mood gw hari itu jelek banget, di desa ini, mood gw
gampang banget barubah-ubah, kadang pun komitmen juga
berubah, seperti bakal ngelindungi para wanita. kalau udah ketemu
dedemit, gw nggak pernah mikir buat selametin yang lain, yang
penting gw selamat. Tapi kalau disiang hari dan melihat mereka,
kadang ada rasa untuk melindungi mereka.

“Ya udah kalau gitu gw nemui yang mau buatin bak sampah sama
yang lain ya ?” Kata Irfan

“Ya dah sana Fan, gw mau nyantai sambil mikir proker individu gw
yang ke 2”

“Habis itu gw mau cabut dari sini, sekalian loe pikir proker individu
loe” Lanjut gw sambil menghisap rokok

“Santai aja Vin, rencana gw juga mau buat penyuluhan juga, jadi
setelah bak selesai, gw cari tema penyuluhan gw” Kata Irfan

“Nah bagus tuh, biar nggak lama-lama kita disini, paling nggak
seminggu lagi kita udah cabut dari sini” Kata gw

Kita berdua pun melanjutkan obrolan sambil menunggu agak siang


untuk Irfan pergi ketempat orang yang akan membuatkan bak
sampah. Tak lama waktu yang ditunggu datang, irfan pergi masuk
kerumah untuk mengajak salah satu wanita buat nemenin dia, dan
akhirnya terpilihlah Siska. Mereka berdua pamit ke gw untuk pergi ke
desa.

Saat itu gw bener-bener nggak tahu mau ngapain, karena memang


KKN membosankan, kadang gw membayangkan KKN tanpa para
wanita itu dan hanya ada laki-laki, wah benar-benar darurat, dimana
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
gw harus deg-degan di malam hari dan bertemu pria disiang hari,
lengkap sudah derita. Tak lama setelah itu gw bakar rokok lagi dan
bersiap berkeliling desa sendiri, terbesit dipikiran gw untuk mencari
lokasi-lokasi sesajen didesa ini, lagian ini desa, bukan hutan, sebelum
pulang ke rumah gw bakal nemui si bapak pintar tersebut untuk
ngecek apakah gw sedang diikuti apa tidak, dan itu lah yang ada
dipikiran gw. Setelah berpikir lama, akhirnya gw mutusin untuk nyari
tempat-tempat sesajen didesa, lagian nggak ada irfan, jadi gw bisa
lebih hati-hati dan nggak berulah kayak irfan.

Hampir kira-kira 1 jam gw keliling desa buat nyari lokasi, sebenarnya


nggak full 1 jam, karena gw banyak istirahatnya daripada nyarinya,
tapi nihil, nggak ada 1 tempat pun yang ada sesajen, bisa dikatakan
hari itu gw juga nggak teliti nyarinya, karena memang agak ragu
untuk teliti mencari sesajen. Dan sampai lah dimana gw ketemu irfan
dan Siska dipinggir sungai, jelas banget seperti orang lagi lagi
pacaran dan mojok sambil menikmati keindahan sungai.

Gw samperin mereka

“Malah mojok disini ya” Kata gw menyindir

“Orang yang mau kita temui lagi pergi ke kota, disuruh balik nanti
sore” Kata Irfan menepis sindiran gw

“Terus mojok ?” Kata melanjutkan sindiran

“Enggak kak, lagian nggak ada kerjaan juga kan” Jawab Siska

“Ngomong-ngomong kamu nggak ngerjain proker dek?” Tanya gw


ke Siska

“Baru buat proposalnya kak, nanti konsultasi ke pak kades” Jawab


Siska
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Oh, bagus deh, biar cepat selesai terus tinggal main-main” Kata gw

“Contoh kak Alvin tuh, rajin orangnya kalau masalah proker” Kata
Irfan senyum ke gw

Gw tahu banget maksud dari kata-kata Irfan, dimana dia menyindir


gw karena gw cepat-cepat mikirin proker untuk cepat pergi dari sini.

“Bener dek, contoh gw” Kata gw agak emosi sambil nendang


punggung Irfan pelan

Setelah beberapa obrolan gw nongkrong bareng mereka dipinggir


sungai, selama disana, mata gw tertuju ke arah sendang, dimana
sendang tersebut menurut gw cukup indah dan menarik, tapi yang
gw heran, kenapa mesti sendang yang jadi tempat tinggal jin. Tak
terasa waktu hampir siang, Siska mengajak kita berdua balik ke
rumah, karena katanya dia mau siap-siap masak, saat itu Irfan
menolak dan milih keliling desa, sedangkan gw milih ikut Siska untuk
pulang. Diperjalanan gw bahas tentang putra dan Vina

“Kamu nggak risih lihat putra sama Vina mesum dek?” Tanya gw

“Bisa dibilang udah biasa kak, kalau dulu emang risih banget” Jawab
Siska

“Emang mereka sering mesum didepan kalian?” Tanya gw dengan


penasaran

“Sering tuh dirumahnya putra, putra kan tajir tuh kak, jadi punya
rumah sendiri tanpa orang tua” Jawab Sika

“Wah murahan emang ya si Vina” Kata gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Hussh, jangan ngomong gitu tentang cewek kak” Kata Siska
mencubit pelan pinggang gw

Sampailah kita dirumah setelah beberapa obrolan tentang Vina dan


putra, Anton dan kawan-kawan sedang asik ngobrol diruang tengah
sambil bahas proker, gw milih masuk kamar dan bersiap untuk tidur
siang, baru aja gw hampir tidur tapi irfan masuk kamar gw

“Nggak jadi keliling desa loe?” Tanya gw

“Udah nggak mood Vin, mending istirahat” Jawab Irfan

“Eh Vin, mending kita diluar aja deh dari pada tiduran” Lanjut Irfan

“Emang napa?” Tanya gw

“Ntar kalau kita nggak bisa tidur malam gimana?” Tanya Irfan

Mendengar Irfan ngomong seperti itu , gw bangun dari posisi tidur


gw dan pergi ke dapur untuk minta dibuatkan kopi oleh Siska,
Setelah itu kita ngobrol diteras sambil menunggu kopi datang,
banyak obrolan nggak penting yang kita lakukan diteras. Tak lama
Anton dan putra pamit pergi membantu proker pembuatan
sumurnya

Sore pun datang, Irfan ngajak gw dan Siska untuk nemui orang yang
bisa membuat bak sampah, sampai dirumah si orang itu, ternyata
beliau belum balik, jadi kita mutusin untuk pergi ketempak pak kades
untuk bahas masalah proker Siska.

Saat itu hanya Siska yang masuk, gw dan Irfan milih nunggu diluar
sambil ngerokok, konsultasi masalah proker ke pak kades termasuk
cukup lama, kenapa?, karena banyak basa basinya untuk ngobrol,
pernah gw sampai mengira kalau pak kades benar-benar kesepian.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dan benar, lebih dari 1 jam hanya untuk konsultasi masalah proker.
Tak lama setelah selesai konsultasi, kita pergi ke tempat orang yang
bisa membuat bak sampah, dan ternyata belum pulang juga, mau
nggak mau kita harus nunggu, sebenarnya irfan ngajak untuk pulang
dan didiskusikan besok, tapi gw menolak, gw pingin semua proses
proker berjalan dengan cepat, menunda satu hari, sama aja
menambah waktu gw didesa ini.

Dan akhirnya datang juga orang dimaksud walau jam 7 malam sudah
datang menyapa. Irfan berkonsultasi mengenai bak sampah yang
akan dibuat untuk warga sini, bapak tersebut menjelaskan dan
menunjukan dengan rinci mengenai bahan untuk membuat bak
sampah tersebut, serta biaya yang harus dikeluarin masih sama 1,2
juta dengan total jumlah 40 bak sampah.

Data dari pak kades ada 52 rumah didesa, tapi kenapa hanya
membuat 40 bak sampah?. Kenapa? Ada apa ?. Apa karena mereka
yang 12 sudah punya bak sampah?. Tidak, Apa mereka menolak kita
memberi bak sampah?, Tidak, Apa rumah tersebut kosong, Tidak.
Semua akan terkuak dipart-part selanjutnya

Kita pun ijin pamit untuk pulang kerumah, ditengah jalan Siska
bernyanyi untuk menghibur diri, mungkin karena dia takut, Irfan pun
ikut bernyanyi, waktu didepan rumah hantu, Siska agak ketakutan,
melihat hal itu, Irfan menggoda Siska sambil menarik-narik badan
Siska menuju rumah hantu, mungkin kesal karena digoda Irfan, Siska
masuk ke pekarangan rumah dan berdiri ditangga menuju pintu
rumah

“Apa-apaan sih loe dek?!, jangan sok berani” Kata gw agak tinggi tapi
berbisik

“Habis kak Irfan narik-narik kak, bikin jengkel aja” Kata Siska sambil
berjalan ke arah gw dan Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Loe juga fan, pake acara godain Siska, udah tahu desa ini kayak
gimana” Kata gw masih agak tinggi

“Emang kenapa sama desa ini kak?” Tanya Siska dengan penasaran

Gw maklum kalau dia bertanya seperti itu, karena belum tahu apa-
apa, karena gw agak emosi, gw pingin jelasin tentang desa ini, tapi
telat. Ada orang menunjukkan dirinya dari jendela rumah hantu,
terlihat jelas dari pantulan cahaya bulan, melihat hal itu, gw langsung
berpikir itu jin yang nunggu situ.

Dan dugaan gw benar saat orang tersebut tersenyum ke arah gw,


setelah tersenyum tiba-tiba kepalanya terjatuh dengan sendirinya.
Sontak dengan cepat gw lari meninggalkan mereka, gw udah malas
mikir buat nunggu mereka. Dengan nafas berat akhirnya gw sampai
dirumah, Irfan dan Siska belum muncul sama sekali, sambil nunggu
mereka, gw memandang ke arah batu apakah ada si merah, dan
ternyata tidak ada.

Mereka yang pada asik diruang tengah hanya heran melihat gw


seperti orang yang khawatir mondar mandir. Tak lama Irfan datang
sambil menggendong Siska yang pingsan, melihat hal itu mereka
keluar untuk melihat keadaan Siska. Irfan pun mengantar Siska ke
kamarnya yang ditemani oleh para wanita lainnya, saat itu gw pergi
ngajak Irfan ke halaman rumah untuk ngobrol

“Nah!! lihat sendirikan loe ?!” Kata gw dengan tinggi

“Omongan loe yang bilang jangan macam-macam disini, mana??!!”


Lanjut gw

“Gw juga nggak nyangka bakal kayak gini” Kata Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Mereka disini terlalu sensitif njing, Jadi jangan terlalu berulah”

“Nggak tahu dah apa sekarang dia lagi dibelakang loe, buat
ngikutin!!” Kata gw

“Kagak Vin, dia masih didalam rumah waktu gw ama siska pergi”
Kata Irfan

“Terserah loe deh Fan, malas lama-lama kalau kayak gini gw” Kata
gw pergi meninggalkan Irfan ke kamar

Diperjalan ke kamar, Selvi bertanya ke gw

“Ada apa kak sama Siska?” Tanya Selvi panik

“Besok loe tanya Siska aja” Kata gw dengan sinis ke Selvi

Tangan gw dipegang Selvi

“Cerita aja kak, jangan pake emosi gini” Kata Selvi

“Gw males cerita, besok aja loe tanya si Siska ada apa” Kata gw
sambil melepas tangan Selvi

Gw masuk kamar dan membanting pintu kamar agar tertutup, gw


berusaha dengan tenang tanpa mikir kejadian tadi, Irfan nyusul ke
kamar, tapi nggak ada sepatah katapun keluar dari mulut kita
berdua, hingga akhirnya hari itu gw benar-benar ketiduran. Siska
sama sekali nggak terbangun dimalam hari, karena nggak ada suara
tangisan atau teriakan dari kamar sebelah yang bisa membuat gw
terbangun dimalam hari.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 10
Hari ke 10, jam udah menunjukkan pukul 7, disamping gw udah nggak
ada Irfan, tapi saat itu gw nggak peduli, karena memang gw dibuat
emosi sama dia. Gw berpikir kalau Siska hebat juga, awalnya gw kira
dia bakal nangis tengah malam saat terbangun dari pingsannya dan
ditambah teriak-teriakan karena shock habis melihat si kepala. Tapi
ternyata tidak, gw juga bakal mengira kalau rumah ini bakal heboh
karena Siska melihat si kepala, tapi ternyata juga tidak

Gw bangun dari posisi tidur gw. Saat gw keluar kamar untuk cuci
muka, ruang tengah sama sekali nggak ada orangnya, padahal
biasanya mereka lagi sibuk-sibuknya ngobrol. Tanpa pikir panjang,
gw pergi kedapur, saat perjalanan ke dapur, ternyata dikamar Selvi
sudah ada mereka berkumpul, yaitu Selvi, Irfan, Vina , Eni, dan peran
utamanya yaitu Siska. Gw lihat saat itu Siska tiduran dengan mata
sembab habis menangis, gw maklumi emang saat itu

“Kak sarapannya sama tehnya ditempat biasa, apa adanya ya” Kata
Selvi tersenyum ke gw

Gw hanya tersenyum dan melanjutkan ke dapur, setelah itu gw pergi


keruang tengah untuk sarapan, sarapan hari itu adalah nasi goreng,
tapi pas gw rasain, asinnya minta ampun, gw yakin ini bukan
masakan Siska, dan terlebih lagi gw yakin ini masakan Selvi, dan
memang benar ni masakan apa adanya.

Setelah sarapan, gw lanjutin merokok diteras rumah, tak lama, irfan


nyamperin gw buat ngerokok, dan entah kenapa Siska & Eni jadi ikut-
ikutan nongkrong diteras, Selvi & Vina pamit pergi untuk ketempat
anton. Siska duduk disamping Irfan. Dia duduk memeluk kakinya.
Saat itu Irfan mecoba berdamai dengan gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Baru bangun loe Vin?” Sapa Irfan tersenyum ke gw sambil mukul
lengan gw

Gw memandang Irfan sejenak, dan menjawab sapaannya

“Loe nggak lihat gw pergi ke dapur cuci muka, terus sarapan dan
ngerokok disini?” Kata gw

“Kalau nyari topik buat damai, cari yang masuk akal dikit lah” Lanjut
gw memandang Irfan

“Udah sunat belum loe Vin ?” Kata Irfan reflek tersenyum ke gw dan
ngulangi mukul lengan gw

Mendengar hal itu, gw melihat Eni tersenyum, terlebih lagi Siska


tersenyum sambil memeluk kakinya. Gw berpikir kalau Irfan
berusaha nyairin suasana, paling nggak bisa membuat Siska senyum
lagi

“Kalau mau menghibur Siska, jangan jadiin gw bahan lelucon deh”


Kata gw agak sinis

Dan berhentilah senyuman senyuman mereka saat itu, Siska kembali


murung setelah gw berucap seperti itu. Gw mah bodo amat, salah
sendiri nyari masalah, udah tahu jelas-jelas pak kades ngasih tahu
kalau tempat itu sering muncul penampakan tapi malah nyari
masalah

“Loe nggak cerita ke yang lain, kalau loe lihat setan ?” Kata gw
memandang ke Siska

“Kok kayaknya masih damai-damai aja nih rumah?” Lanjut gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Siska mungkin nggak nyadar kalau gw ngomong ke dia, karena dia
memang lagi nunduk, mungkin dia berpikir kalau gw lagi ngomong
sama Irfan

“Woy Siska!” Kata gw dengan agak tinggi

Siska melihat kearah gw sejenak dengan mata hampir menangis dan


melanjutkan menunduk karena murung. Gw saat itu agak emosi,
karena gw ngerasa kayak ngomong ke tembok

“Ya terserah loe deh, loe sendiri yang nyari masalah!” Kata gw

“Jangan gitu Vin, dia masih nggak nyangka bakal kayak gitu” Kata
Irfan

Gw bangun dari posisi duduk gw dan bersiap pergi

“Udah dikasih tahu pak kades dulu, kalau tuh rumah ada
penghuninya” Kata gw agak tinggi

“Tapi masih aja nekat, dikira kita lagi maen uji nyali ??” Kata gw masih
dengan Nada tinggi

“Penakut tapi malah sok berani!” Lanjut gw

Siska memandang tajam gw dengan matanya yang hampir nangis,


setelah itu dia berdiri dan kembali masuk kedalam rumah. Melihat hal
itu Eni langsung menyusul Siska. Saat Siska masuk ke rumah, gw juga
bersiap melangkahkan kaki gw pergi dari situ.

“Gila, tega banget loe vin” Kata Irfan menatap gw

“Biar ngerti dia, kalau jangan macam-macam disini, sama kayak loe
tuh dia” Kata gw sinis
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Tapi cara ngasih tahunya nggak gitu Vin” Kata Irfan

“Jangan sok jadi pahlawan Fan, loe kira mereka bakal salut sama
loe ?” Tanya

“Waaah, bang Irfan kereen” Lanjut gw menirukan gaya artis manja

“Kebanyakan nonton sinetron loe kampret” Kata gw sambil


menunjuk-nunjuk Irfan

“Mau loe apa sih Vin?” Tanya Irfan

“Dari dulu udah gw kasih tahu, yang realistis aja Fan, disini banyak
jin, ya udah jangan ganggu” Kata gw

“Ini malah mancing-mancing setan buat muncul” Lanjut gw dengan


nada agak tinggi

“Udah gw sabar-sabarin disini buat bertahan sementara, biar KKN


selesai”

“Tapi ada aja yang bikin ulah, makanya nih proker gw mau cepat
selesaiin terus ke kota”

“Loe mau bertahan hidup disini ?, silahkan!!” Lanjut gw

“Dah ya gw cabut dulu” Kata gw mencoba menutup pembicaraan

“Halah, padahal loe sendiri penakut, tapi bilang orang penakut” Kata
Irfan nyindir gw

“Sok loe Vin” Lanjut Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Gw penakut ada untungnya, jadi gw lebih hati-hati, gw mah mikir
pake otak” Kata gw

“Kalau loe ?, penakut tapi nyari masalah, mikir pake dengkul”

“Ooohhh….., kalau gitu gw pergi tendang batu simerah ya ?”

“Kan gw mikir pake dengkul, lumayan ntar malam ada yang nina
boboin kita” Kata Irfan nyengir ke gw

Gw nggak nyangka Irfan bakal ngancem gw kayak gitu, disisi lain gw


yakin kalau gw iya-in untuk ngancam balik, pasti bakal beneran dia
tendang. Sifat Irfan memang susah ditebak, kadang penakut, kadang
berani. Dan itu lah salah satu sifat manusia

“Nggak usah macam-macam loe!!, dah !!, gw cabut dulu” Kata gw


dan mulai pergi meninggalkan Irfan

“Kemana loe ?” Tanya Irfan

“Nemui bapak “pintar” itu, parno gw tiap liat setan, takutnya


nemplok di gw, atau malah ntar malam mampir ke kamar kita”

“Gw ikut kalau gitu”

Akhirnya kita berdua pergi ketempat bapak tersebut, ditengah jalan,


Irfan banyak omongnya, tapi gw cuekin aja, karena memang bener-
bener kesal sama dia, tapi untungnya dia bisa nerima kemarahan gw.

Setiap ke desa, mau nggak mau kita harus melewati rumah hantu
tersebut,. Sampai dirumah sibapak “pintar”, ternyata beliau nggak
ada, karena masih ke ladang sebentar, sambil nunggu beliau pulang,
gw milih pergi ketempat Anton yang lagi ngawasi dan membantu
proker pembuatan sumur.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Disana sudah ada Giska, Vina, Selvi, Anton & Putra, para cowok ikut
membantu menggali tanah bareng beberapa warga, dan cewek
Cuma lihat-lihat sambil gosip.

Untuk warga, meskipun sumur ini untuk mereka, kita memberi upah
30 ribu / orang / hari, saat itu ada 6 warga yang membantu, otomatis
180 ribu uang keluar perhari, oleh karena itu putra dan anton
membantu agar cepat selesai. Gw yakin putra & anton pingin nyuruh
gw dan irfan membantu tapi sungkan, dan itu lah keuntungannya.
Akhirnya gw dan Irfan nyamperin mereka

“Dek, pulang sana, temanin Siska, kayaknya nangis lagi” Kata Irfan
ke Selvi

“Kok nangis lagi kak ?”, bukannya tadi udah tenang ya dia?” Tanya
Selvi ke Irfan

Mendengar hal itu gw diam aja, gw nyadar kalau Siska nangis gara-
gara omongan gw, tapi bodo amat, biar jadi pelajaran berharga buat
dia, meskipun salah cara gw ngasih tahunya karena terlanjur emosi

“Udah dek pulang aja, temenin Siska” Kata Irfan

Selvi pulang kerumah ditemani Giska, sedangkan Vina lagi asik


nonton cowoknya nyangkul tanah dan menjauhi kita berdua.

“Vin, di HP putra ada foto dia sama Vina bugil” Bisik Irfan ke gw

“Terus ?” Kata gw tanpa menatap Irfan

“Kita bluetooth semua fotonya ke HP kita, syukur-syukur ada


videonya” Bisik Irfan

“Emang loe tahu dari mana kalau ada foto mereka bugil?” Tanya gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Tadi pagi pas gw lewat belakang putra, dia lagi buka galeri foto”
Bisik Irfan

“Kalau ada kesempatan kita Bluetooth tuh, makanya siap-siap bawa


HP kayak gw” Bisik Irfan sambil menunjukkan HP nya

“Dadanya Vina mantap, gw yakin bakal sehat anaknya besok minum


asi” Lanjut Irfan

“Nanti kalau dah dapat fotonya, gw yang memandang Vina bugil, loe
yang memandang putra bugil” Bisik Irfan dengan santainya

“Loe beneran brengsek ya fan, nggak marahan nggak temanan, loe


sama aja sifatnya!!” Kata gw sambil mukul lengan Irfan dengan keras

“Emang kita lagi marahan ?” Kata Irfan nyengir

“Diam aja deh loe” Kata gw sinis

Tak lama Anton ngomong ke kita dari jauh agak keras agar kita
dengar

“Mas lagi senggang nggak ?” Tanya Anton agak tinggi biar kita
dengar

Gw tahu maksud pertanyaan Anton untuk minta tolong bantu


nyangkul tanah

“Loe senggang nggak vin ?” Kata Irfan ke gw agak tinggi agar anton
dengar

Gw hanya menatap Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Kalau gw enggak, masalahnya mau nyari potensi proker” Kata Irfan
masih agak tinggi

“Sama gw juga” Kata gw agak tinggi

“Ya sudah mas nggak papa” Kata Anton

Kita berdua pun meninggalkan lokasi untuk menghindar, gw paham


pasti perasaan Anton, yang tahu kita Cuma alasan tapi nggak berani
ngomong. Dan akhirnya kita milih jalan-jalan sambil nunggu bapak
tersebut pulang, gw saat itu bisa nerima irfan, dan menjawab
obrolan irfan apa adanya. Tak lama siang pun datang, gw dan irfan
ketemu beliau dirumah warga lain yang kebetulan lokasinya dekat
dengan “rumah hantu”, nggak terlalu dekat juga sebenarnya, Cuma
masih kelihatan “rumah hantu”nya, saat itu gw dan irfan nyamperin

“Wah, kalian lagi ya, ada apa sekarang?” Tanya bapak tersebut

Gw nggak tahu, bapak itu nyindir atau gimana, tapi gw cuek aja,
kalau lihat hantu, gw bakal lari ke orang ini lagi tanpa sungkan

“Kemaren penghuni “rumah hantu” menampakkan diri pak” Kata


gw

“Takutnya nanti diikuti atau gimana, jd lebih baik nanya aja”

Bapak tersebut melihat kearah rumah hantu tersebut

“Tidak, dia masih ada ditempatnya” Kata bapak tersebut tersenyum

“Sedang lihat kearah kalian dari jendela” Kata bapak tersebut


dengan santainya

Gw yakin ni bapak cuma pingin nambah-nambah suasana dengan


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
alasan melihat dari jendela

“Beneran pak ?, nanti malah datang ke rumah kami”Tanya Irfan

“Kalau penghuni yang itu nggak mungkin ke rumah kalian, disini itu
mereka punya kawasan sendiri-sendiri” Kata Bapak tersebut

“Tapi waktu itu jin yang ikutin teman saya bisa ke rumah pak,
padahal kawasannya di hutan” Tanya gw

“Artinya jin itu lebih kuat daripada jin yang memiliki kawasan di
sekitar rumah kalian

“Oh jadi hantu yang ada dirumah itu yang lemah pak? Kata Irfan
sambil nunjuk rumah hantu

“Sebenarnya begini, jin yang tinggal didaerah yang sama dengan


manusia itu rata-rata nggak mengganggu” Kata bapak tersebut

“Contohnya dirumah kalian saja, kalian mau teriak panggil setan,


mau buang hajat dikamar, mau kencing ditaman apa mereka marah
dan menghantui ?” Tanya bapak tersebut

“Jarang kalian dengar ada yang menghantui, padahal mereka tinggal


bersama kalian”

“Tapi ada juga memang yang mengganggu si pemilik rumah, dan itu
pun sedikit dan lebih ke minoritas”

“Beda dengan disini, diganggu sedikit saja langsung mengikuti kan ?,


padahal ini baru daerah pinggirnya”

“Gimana kalau dipusatnya yang jaraknya hanya beberapa kilo dari


sini ?, tidak bisa bayangin saya”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Makanya orang kalau pergi naik gunung, kadang ada yang disuruh
untuk nggak macam-macam”

“Tapi jin itu mengganggu pak, padahal banyak warga disini” Kata gw
reflek

“Dia dikawasan manusia, tapi tidak tinggal dengan manusia, gini aja
dek”

“Kalian jangan takut penghuni rumah itu bakal kerumah kalian,


karena dia termasuk yang lemah”

“Gimana penjelasan saya?, bisa mengerti kan?”

Dan obrolan tentang jin pun berlanjut, memang asik kadang-kadang


bicarain tentang jin, tapi lama-lama membosankan juga. Waktu pun
hampir sore, kita ijin pamit pulang kerumah, lagian perut juga udah
lapar, gw kepikiran mau bikin mie terus selama KKN, karena siska si
tukang masak lagi marah sama gw. Diperjalanan sebelum ke rumah,
irfan berhenti sebentar didepan “rumah hantu”

“Ngapain loe Fan ?!” Tanya gw agak tinggi

“Kalau dipikir-pikir setan dirumah ini ngenes ya Vin, mampir kerumah


aja nggak bisa” Kata Irfan nyengir ke gw

Entah kenapa gw tersenyum mendengar Irfan berucap seperti itu,


meskipun kemaren gw dibikin senam jantung sama ni setan

“Palingan disini dia dibully sama setan lain, sama kayak kita bully si
doni (nama tmn dikota)”

“Dah Vin, balik yuk, ntar sensi lagi dia dengar kita gosipin dia” Lanjut
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Irfan kembali berjalan

Sampai rumah, hanya sisa Eni & Siska yang lagi duduk diruang
tengah, gw nggak tahu yang lain kemana, sampai akhirnya Irfan yang
bertanya

“Yang lain kemana dek ?” Tanya Irfan

“Selvi sama Giska ke rumah pak kades untuk konsultasi proker Anton
sama putra kak” Kata Eni

Diruang tengah ternyata udah dibuatin makanan buat gw sama Irfan


yaitu sayur bayam dan nasi. Siska hanya duduk dan terus melihat
kearah gw sambil makan snack, jelas banget tatapan dendamnya ke
gw, tapi gw mah biasa aja, yang penting perut kenyang

“Kak Irfan yang itu dan itu punya Alvin” Kata Siska menunjuk
makanan seolah udah dipilihin tanpa manggil gw “kak”

Gw curiga pasti ada apa-apanya sama makanan ini, tapi karena perut
lapar, gw makan aja, nggak mungkin dia sampai racuni gw hanya
gara-gara masalah itu. Dan ternyata benar, rasa sayur bayam nya asin
banget, nasi goreng asin tadi pagi kalah sama asinnya masakan ini.
Gw rasain nasinya nggak kalah asin sama bayam. Tp gw nggak
berpikir dulu, mungkin dia galau jadi naruh garam dimakanan

“Punya loe asin fan ?” Bisik gw pelan ke Irfan

“Kagak, cobain aja” Kata Irfan nyodorin sayur bayamnya

Saat itu gw nyobain sayur bayam dan nasi putih Irfan, dan benar-
benar nggak asin. Gw simpulkan si Siska lagi balas dendam ke gw.
Saat itu juga gw paham kalau siska adalah cewek yang mengerikan,
dimana balas dendamnya lebih nonjok ke batin daripada ke fisik. Gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
lihat ke arah Siska, dia masih menatap gw dengan tatapan tajamnya
sambil ngemil snack yang dia beli dikota. Seolah-olah berkata
“Jangan macam-macam sama gw, kalau masih mau makan!!”

Dengan emosi gw taruh makanannya lagi, gw pergi kekamar


mengambil mie instan gw dan melanjutkan ke dapur. Saat gw lagi
berusaha hidupkan kompor kayu, Siska datang menghampiri gw dan
memberi sepiring nasi ke gw juga sayur bayamnya dan ditaruh
disamping gw, lalu pergi meninggalkan gw.

Tanpa tahu malu gw makan makanan yang ada disamping gw.


Setelah itu gw pergi keteras, dan seperti biasa merokok sambil
menikmati suasana mencekam datang. Sore hari, genset memang
sudah kita matikan, alasan gw dan irfan takut undang si merah, dan
alasan anak yang lain adalah menghormati warga

Entah kenapa gw dan Irfan bisa akrab lagi tanpa ada kata maaf sama
sekali, ya mungkin itu namanya teman baik / sahabat. Sedang enak-
enaknya ngobrol dan ngerokok, Anton, Vina & Putra datang, gw
melihat putra jalannya agak pincang, tapi gw nggak nanya kenapa,
terserah mereka aja

“Mas, bisa minta tolong awasi kerja warganya mas ?” Tanya Anton

“Sekalian dibantu sih kalau mas Irfan sama mas Alvin mau” Lanjut
Anton tersenyum ke gw dan Irfan

“Takutnya kalau nggak diawasi nanti malah jadi lama proker


sumurnya” Kata Anton

“Iya dek gampang, habisin rokok dulu ya” Kata Irfan sambil nunjukin
rokok ke Anton

“Makasih ya mas, saya obati luka Putra, nginjek kerikil tajam,


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
takutnya infeksi nanti” Kata Anton sambil pergi ninggalin gw dan
Irfan

Dan akhirnya Anton pergi masuk ke dalam rumah

“Ngerokok sambil jalan kan bisa” Kata gw

“Alesan aja, biar ngulur waktu, ngapain disana?, bengong?, masa kita
berdua nyangkul sih Vin?” Kata Irfan nyengir ke gw

Tak lama, kita berdua pun ketempat proker pembuatan sumur, dan
sudah pasti melewati rumah hantu.. Disana warga masih bekerja,
beda dengan yang gw pikirkan, dimana mereka bakal santai-santai
karena nggak ada anak KKN yang ngawasi. Gw dan Irfan nggak ikut
nyangkul tanah dan hanya tebar senyum saat ada yang melihat ke
arah kita berdua

Waktu magrib pun hampir tiba, 6 warga yang bekerja pamit pulang
ke gw dan Irfan, dan kita berdua masih tetap disitu lihat-lihat dari
dekat hasil kerja beberapa hari ini

“Dah ah balik yuk Fan, udah hampir magrib nih” Ajak gw ke Irfan

“Nggak nyamperin Selvi sama Giska dirumah pak kades ?, sekalian


bareng”

“Paling udah balik fan”

“Kayak nggak tahu pak kades aja, basa basinya ngeri”

“Ya terserah deh, gw ikut aja”

Dan akhirnya gw dan Irfan pergi ketempat pak kades, sampai disana
ternyata mereka sudah pulang.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Pak Kades menyuruh kita mampir, mau nggak mau kita terima,
karena dia adalah kunci disetujuinya proposal proker KKN kita.
Akhirnya kita saling share cerita-cerita, tapi ada 1 point penting yang
gw tahu, dia itu bergelar sarjana, dan berakhir tinggal didesa ini. Title
sarjana kalau ujung-ujungnya tinggal didesa ini sama aja bohong, gw
mau nyinggung kenapa nggak pergi dari desa ini, tapi nanti malah
dikira nyindir / nyinggung, ada momen yang membuat gw betah
waktu itu, dimana pak kades mengusulkan proker-proker yang bisa
dijadikan potensi, dimana secepatnya proker terlaksana, semakin
lega hati gw. Tak terasa malam datang, kira-kira jam 8 lebih, dengan
berusaha memotong pembicaraan akhirnya kita bisa pulang

Perlu diketahui, cahaya bulan disini memantul terang banget, dimana


kita masih bisa melihat jalan, ditambah penerangan dari dalam-dalam
rumah bisa menjadi tambahan penerangan. Saat itu kita berdua
memang tidak membawa lampu petromax, dan Cuma HP Irfan yang
bisa menjadi senter buat menambah terang jalan. Ditengah jalan kita
berdua berusaha menghilangkan ketakutan kita dengan ngobrol hal-
hal mesum, seperti rencana buat cari kesempatan, bayangin posisi
waktu berhasil tidurin para wanita dll

Tak lama kita sampai didaerah rumah hantu, gw benar-benar was-


was saat itu, gw jalan lewat depan “rumah hantu” tanpa melihat
kearah rumah hantu. Setelah berhasil melewati rumah hantu, entah
kenapa rasanya hati agak lega. Tapi perasaan itu hanya sementara.
Suara pintu dibanting terdengar dari arah belakang, tanpa pikir
panjang gw dan irfan melihat kearah suara tersebut, dan ada orang
yang keluar dari rumah hantu tersebut

“Bikin kaget aja tuh orang” Kata Irfan

Gw pun berjalan mundur perlahan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Dengan perlahan Orang tersebut terlihat seperti menurunin tangga
dan pergi kedepan rumah hantu, setelah sampai didepan rumah, dia
pun terlihat seperti jalan menuju arah gw dan Irfan, jantung gw
berdetak kencang, tangan gw udah gemetar. karena gw yakin itu
penunggu rumah tersebut, Irfan pun menyenter kearah orang
tersebut. Dan ternyata benar, itu rupa orang yang menjatuhkan
kepalanya didepan mata gw.

“LARI FAN!!” Teriak gw dengan cepat

Sampai didepan rumah gw mencoba melihat arah belakang, gw


takutnya dia ikut masuk kedalam rumah, gw rebut HP Irfan untuk
bisa menyinari jalan. Dan orang tersebut diam berdiri tak bergerak,
jaraknya kira-kira 50-100 meter dari rumah yang kita tempati, gw bisa
melihat orang tersebut bukan karena senter, tapi cahaya bulan.

“Ngapain loe lari ?” Kata Irfan dengan nafas berat karena habis lari

“Itu Penunggu rumah hantu Fan” Kata gw juga dengan nafas berat

“Dari mana loe tahu itu penunggunya ?” Tanya Irfan

“Gimana sih loe fan ?, bukannya loe juga udah lihat ?” Tanya gw

“2 kali gw lihat, dan gw lihat cuma nggak ada kepalanya” Kata Irfan

“Kalau loe pingin lihat yang ada kepalanya, perhatiin tuh hantu” Kata
gw dengan nafas berat

Akhirnya gw dan Irfan masuk ke dalam rumah, diruang tengah masih


ada anak-anak yang lain lagi sibuk gossip dan mengerjakan proposal
yang entah itu milik siapa, setelah membalas senyuman dari mereka.
Gw dan irfan pergi ke kamar

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Mampus, gw yakin nih gara-gara omonganmu tadi sore, pake
begaya sih loe” Kata gw berbisik dengan nada marah

“Halah, lagi-lagi loe nyalahin gw terus, emang pendengaran setan


bisa jelas gitu ?” Kata Irfan.

“Dah mending loe tenang aja deh, lagian nggak bisa tuh dia kerumah
ini”

“Gw yakin yang punya kawasan ini si merah, loe liat kan si merah
nggak ganggu” Lanjut Irfan

“Besok kita ke bapak pintar itu lagi ?” Tanya gw

“Iya lah, masa Tanya si merah”

Dan dihari itu gw menjalani malam tanpa ada gangguan sama


sesekali, Irfan gw suruh ngecek jalan untuk mencari tahu apa
sikepala masih ada dijalan, dan ternyata dia sudah tidak ada dijalan,
gw dengan sangat yakin kalau dia sudah balik kerumahnya, karena ini
kawasan simerah. Besoknya kita lagi-lagi pergi ke tempat orang
pintar tersebut, untuk menanyakan tentang kejadian ini. Setelah
orang pintar tersebut mengeceknya, tertanya bukan dari omongan
Irfan, tapi lebih ke Siska. Jangan bosen untuk mendengar cerita dari
si bapak pintar, karena kita selalu kesana jika mengalami kejadian
nggak wajar.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 11
Hari ke 11, Tak ada yang spesial dihari itu. hari itu gw terbangun
karena suara piring pecah dari ruang tengah. Irfan pun sama, dia
terbangun karena suara tersebut, saat itu langsung parno, gw
berpikir apa ada yang berantem atau ada yang melihat setan, tapi
saat gw lihat jam, ternyata jam menunjukan pukul 06.30, nggak
mungkin ada aktivitas makhluk halus saat itu, itu lah yang gw
pikirkan.

“Fan, coba cek sana” Kata gw dalam keadaan masih mengantuk

“Loe aja sana, masih ngantuk gw” Kata Irfan menjawab dalam
keadaan mengantuk juga

Dengan berat hati gw bangun dari posisi tidur gw, gw berjalan


kearah pintu untuk melihat keadaan yang terjadi, saat gw melihat
keruang tengah, Siska sedang membersihkan pecahan piring dibantu
Selvi. Saat itu hanya mereka berdua diruang tengah

“Maap ya kak, jadi buat kakak bangun” Kata Selvi menyapa gw

“Oh iya nggak papa” Kata gw tanpa menanyakan apa yang terjadi

Gw pun masuk kamar lagi, Irfan sudah dalam posisi duduknya

“Kenapa?” Tanya Irfan ke gw

“Piring pecah” Kata gw bersiap tidur lagi

Setelah itu gw tidur lagi, karena nggak ada kegiatan sama sekali. Jam
8 gw dibangunin Irfan, untuk pergi ke tempat bapak pintar tersebut.
Gw saat itu menolak karena masih pagi, takutnya sampai sana bapak

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


tersebut pergi keladang. Tapi saat itu Irfan terus mengganggu tidur
gw, dengan sedikit emosi gw bangun dari posisi tidur gw, gw
mengambil sebungkus mie instan untuk sarapan gw. Saat itu gw
ngerasa kalau Siska nggak akan buatin gw sarapan. Tapi dugaan gw
salah, di ruang tengah sudah tersedia sarapan buat gw, dan memang
sepertinya cuma gw yang belum sarapan.

Sebelum sarapan, gw pergi cuci muka untuk menghilangkan rasa


kantuk gw dan berlanjut untuk sarapan. Setelah sarapan, seperti
biasa gw merokok ditemani Irfan. Kita mengobrol membahas si
Kepala, entah kenapa obrolan tersebut lumayan menghibur gw,
karena Irfan melucu tentang si kepala karena dia termasuk jin yang
lemah, untuk mampir ke rumah pun dia nggak berani sama si Merah.
Tak lama setelah obrolan, Siska keluar menemui gw dan Irfan, dan
saat itu hanya Irfan yang diajak ngomong

“Jadi nggak kak ?” Kata Siska

“Jadi dek, bentar ya, habisin teh dulu” Jawab Irfan

“Kalau gitu saya ganti baju dulu ya, keringetan abis bersih-bersih
dapur” Kata Siska

“Iya dek, kakak tunggu” Kata Irfan

Siska pun masuk kedalam rumah lagi, gw Cuma memandang Irfan,


dan mulai bertanya

“Mau kemana loe sama Siska?, kita nggak jadi ke rumah si bapak
pintar?” Tanya gw sambil menatap Irfan

“Jadi lah, dia gw ajak ke rumah bapak pintar” Kata Irfan

“Kenapa loe ajak gw kalau udah ada yang nemenin ?” Kata gw sudah
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
mulai malas

“Bosen gw Vin kalau nggak ada loe” Kata Irfan nyengir ke gw

Beberapa obrolan gw menolak kalau Siska harus pergi bareng kita


berdua, disisi lain Irfan terus merayu gw agar Siska bisa ikut bareng
kita berdua, dan dengan terpaksa gw turuti apa kemauan Irfan.
Hampir 15 menit Siska tak kunjung keluar, teh sudah habis dibarengi
rokok, gw sudah mulai suntuk. Tak lama Siska keluar, dia
menggunakan baju ketat dan celana panjang, kelihatan banget dia
bukan selera gw karena dengan jelas terlihat dadanya yang rata.
Siska juga membawa botol aqua yang diisi dengan air minum hasil
merebus sendiri.

“Kak maap lama ya, sekalian rapiin barang-barang tadi” Kata Siska
tersenyum ke Irfan

“Iya dek nggak papa, lagian juga baru habis kok teh nya” Kata Irfan
berbohong

Gw saat itu nggak suka lihat momen kayak gitu, dimana salah
seorang harus berbohong agar tidak membuat orang lain merasa
nggak enak dengan kita. Setelah obrolan itu, kita pergi bertiga
kedesa, Siska berada disamping Irfan, dan Irfan saat itu memang
berada diposisi tengah. Diperjalanan kita masih membahas si Kepala,
dan tiba-tiba Siska nyeletuk

“Cowok apaan yang lari ninggalin cewek dibelakang” Kata Siska


menyindir gw

Saat itu gw benar merasa tersindir, tapi gw berusaha tenang

“Gw mah nyari aman aja, ngapain gw ngurus orang yang nyari
masalah” Kata gw gantian menyindir Siska
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Mendengar sindiran gw, Siska membuka botol aqua dan
menyiramkannya ke gw dan terkena baju gw

“Apa-apaan sih loe!” Kata gw emosi dan mendorong siska

Siska pun jatuh dalam posisi duduk dan terlihat seperti kaget, telapak
tangannya sedikit berdarah terkena kerikil, dia merintih kesakitan
hampir menangis sambil membersihkan dan meniup-niup tangannya.
Gw mengecek bagian baju gw yang basah terkena air, dan mulai
emosi

“Keterlaluan banget sih loe!” Kata gw emosi

Siska hanya merintih sambil membersihkan telapak tangannya, Irfan


datang seolah pingin melerai dan menenangkan gw, Irfan merangkul
gw dan membawa gw agak menjauh dari Siska

“Udah-udah Vin, nggak usah gitu” Kata Irfan berrusaha


menenangkan gw

“Loe pergi ama Siska aja deh, gw udah malas!” Kata gw dengan nada
agak tinggi

Irfan datang ketempat Siska dan membantu dia berdiri, melihat hal
itu, gw pergi meninggalkan mereka menuju rumah. Sampai dirumah
gw pergi kekamar, rumah memang dalam keadaan sepi saat itu, gw
nggak tahu mereka kemana.

2 jam sudah gw sendirian dirumah, gw ngerasa bosan banget, sudah


habis berapa batang rokok yang gw habisin diteras. Entah kenapa
saat itu gw tertarik melihat batu si merah, gw bertanya-tanya kenapa
si merah mau tinggal dibatu, kenapa nggak dirumah kosong, atau
paling nggak ditempat rumah yang kita tempati. Gw saat itu
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
mencoba mendekat kearah batu si merah, apa ada sesajen atau
tidak, lagian kalau gw nggak macam-macam, tak akan terjadi apa-apa
dengan gw. Saat berada didekat batu simerah, gw mencoba
memutari batu tersebut, mencoba mencari uniknya batu ini sampai si
merah mau tinggal ditempat seperti ini.

“hi..hi..hi..hi..” Terdengar suara tawa pelan mendesah simerah dari


atas batu

Dengan cepat gw menjauh dari batu tersebut, gw saat itu langsung


parno, apa gw diikuti, apa nanti simerah bakal datangi gw. Tanpa
mikir panjang gw berjalan cepat kearah rumah si bapak pintar, tapi
saat itu gw ketemu dijalan dengan beliau, gw langsung bertanya

“Pak, pak, pak, apa saya diikuti si merah ??” Tanya gw panik

Bapak tersebut memandang gw

“Tidak kok, kenapa ?”Tanya bapak tersebut

“Tadi saya ketempat batu simerah, langsung denger suara


ketawanya” Kata gw mulai lega

“Apa nanti dia bakal datangi rumah yang kita tempati ya pak?” Tanya
gw

“Tenang saja, simerah nggak akan mendatangi hanya karena hal itu”
Kata bapak tersebut

Akhirnya gw lega banget saat itu, gw coba bertanya lagi

“Kenapa pagi-pagi setan udah aktivitas ya pak?” Tanya gw

“Emang harus malam ya ?” Kata bapak tersebut tersenyum ke gw


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Tak lama bapak tersebut pamit untuk pergi, tak lupa gw ucapin
terima kasih dan maaf karena udah ngerepotin beliau terus. Karena
nggak ada kerjaan, gw mencoba pergi nemui Irfan, paling nggak
kalau sudah selesai ada teman ngobrol buat gw. Tapi saat itu gw lupa
bertanya apakah bapak tersebut melihat Irfan, maklum saat itu gw
paniknya bukan maen, apalagi ditambah keparnoan gw. Gw berpikir
lebih baik gw pergi kerumah bapak tersebut, mungkin aja Irfan lagi
nunggu.

Tak lama gw sampai dirumah bapak tersebut, dan benar ternyata


Irfan ada dirumah tersebut, tapi nggak ada Siska. Gw pun samperin
Irfan yang lagi ngerokok didepan rumah bapak tersebut

“Sendirian loe ?” Tanya gw

“Siska pingsan, lagi tidur di rumah ini” Kata Irfan

“Kenapa ?, shock karena gw dorong ?” Tanya gw

“Kagak, ternyata anaknya si Kepala ngikutin Siska, katanya seneng


sama Siska” Kata Irfan

“Lho??, kok bisa?, bukannya kalau lebih lemah nggak bisa masuk
kawasan simerah?” Tanya gw deg-degan

“Mana gw tahu, ada kompensasi buat anak kecil kali, namanya juga
anak-anak” Kata Irfan nyengir ke gw

“Terus Siska pingsan karena diceritain gitu?, norak banget” Tanya gw

“Kata si bapak, dia pingsan karena lihat anak kecil itu dikakinya
waktu mau dipulangin” Kata Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Oh terus, kemaren malam bapaknya ngikutin kita buat nyari
anaknya?” Tanya gw

“Gw udah cerita ke sibapak, katanya “mungkin” dia berusaha masuk


/ nempel di tubuh kita” Kata Irfan

“Biar gampang masuk kawasan si merah”

“Tapi tolol ya, kenapa dia harus nunjukin rupanya kalau mau masuk
ke tubuh kita?” Tanya gw

“Ya mana gw tahu, namanya juga setan apa adanya, kayaknya


beneran dibully dia disini” Kata Irfan nyengir ke gw

Gw pun tersenyum mendengar celotehan Irfan, gw sebenarnya


benar-benar takut saat itu, tapi gw berusaha melucu, mencoba agar
ketakutan gw bisa hilang dengan candaan kita berdua. Dan juga,
sebenarnya dengan cerita tersebut, membuat gw tambah nggak
betah didesa ini, dimana, ternyata siang dan malam kita harus tetap
waspada. Setelah obrolan tersebut, gw keinget masalah proker ke 2
gw yang belum ada rencana sama sekali.

Setelah selesai irfan merokok, dia mengajak gw masuk kedalam


untuk mengecek kondisi siska, sampai dikamar, gw lihat tangannya
yang terluka akibat gw dorong, entah kenapa ada perasaan
menyesal udah ngelakuin hal itu.

“Fan, anaknya udah dipulangin kan?” Tanya gw

“Udah, nggak lama sebelum loe dateng, bapak itu pergi” Jawab Irfan

“Tadi gw ketemu bapak itu dijalan, paling dia balikin anak itu” Kata
gw agak merinding

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Gw nggak nyangka ketemu bapak itu sambil membawa setan dari
rumah hantu. Tapi gw tetap tenang, toh lagian udah nggak ada anak
itu.

“Loe nggak nyoba grepe-grepe badan siska ?” Tanya Irfan nyengir ke


gw

“Yaelah, apa sebegitu ngenesnya kita ?, sampai orang pingsan


digrepe-grepe, jangan-jangan loe ya yang grepe-grepe?

“Kagak, sama kita 1 pikiran, nggak ada tantangannya” Kata Irfan


nyengir ke gw

Hampir 3 jam gw dan Irfan dikamar itu, tapi siska belum bangun juga.
Obrolan nggak penting terus keluar dari mulut kita berdua. Setelah
bosan menunggu, akhirnya bapak tersebut pulang, siska disuruh
tiduran dirumah itu, gw ajak irfan jalan-jalan, tapi irfan menolak dan
lebih milih dikamar menjaga Siska.

Tengah hari, Siska baru sadar dari pingsannya, dia langsung


menangis dan pergi kesamping irfan. Dia cerita jika memang dia
melihat anak kecil disamping kakinya, dan saat itu juga dia cerita
kalau nggak memberi tahu anak KKN yang lain, kalau dia lihat hantu,
dan jawabannya sama dengan gw dan irfan, nggak mau bikin heboh
rumah, lagian siska mau tetap bertahan di KKN ini, dan lulus kuliah,
dia beranggapan, semakin lama lulus, semakin berat beban orang
tuanya untuk membayar kuliah Siska.

Dia sebenarnya berpikir untuk meninggalkan KKN, tapi apa alasan


yang harus dikatakan ke orang tuanya, alasan kalau melihat hantu?.
Hal itu bukan jawaban yang bisa diterima banyak orang.

Terlihat siska udah agak tenang, dia mengajak irfan untuk pulang,
dan irfan yang ngajak gw pulang, bukan siska, kita pun ijin pamit ke
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
bapak pintar tersebut, sekalian gw bertanya, apa ada kemungkinan
jika Siska atau yang lain bakal diikuti lagi, tapi bapak tersebut hanya
bilang “jangan khawatir”, kata-kata tersebut cukup membuat gw
lega.

Saat itu Siska nggak pernah jauh dari irfan, bahkan dia merangkul
tangan Irfan saat perjalanan pulang, dan terkadang irfan tersenyum
nyengir ke gw, karena dadanya nempel ditangannya. Gw saat itu
nggak merasa iri, lagian siska bukan tipe gw, beda jika posisi siska
diganti Selvi, 100% gw bakal iri.

Sampailah dirumah, siska langsung memasak untuk makan siang, tak


lupa dia membuat makanan istimewa buat irfan karena udah
merhatiin dia, dan sudah pasti nggak ada makanan istimewa untuk
gw, setelah makan makanan yang apa adanya, gw pergi merokok
duluan, irfan nawari gw makanan istimewanya tapi gw menolak, tak
lama anak-anak yang lain datang juga untuk makan siang.

Setelah itu kita berpisah lagi, gw nggak tahu apa yang mereka
lakukan, karena saat ditanya, mereka hanya menjawab mengurus
proker, tanpa memberi tahu proker apa yang dilakukan.

Setelah selesai merokok, berlanjut gw untuk memikirkan proker gw,


saat baca-baca buku pedoman, entah kenapa gw berpikir untuk
proker santunan fakir miskin, dimana memang keluar uang, tapi gw
cepat lolos dari desa ini.

Tanpa pikir panjang, gw bikin proposal yang akan ditunjukan ke pak


kades. Irfan pun gw suruh buat proposal penyuluhan yang dia mau.
Setelah proposal gw dan irfan jadi, kita berdua pergi kerumah pak
kades, tapi beliau lagi pergi kekota, dan mau nggak mau kita harus
nunggu. Untuk menghilangkan kebosanan, kita pergi jalan-jalan
keliling desa. Tak lama gw bertemu Selvi dan Eni dijalan.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Mau kemana dek?” Tanya gw ke Selvi

“Ni mau konsultasi proposal kak” Kata Selvi

“Pak kades lagi pergi ke kota” Kata gw

“Ohh…. Kakak dari sana ya ?, ya udah kalau gitu kita balik aja dulu
deh” Kata Selvi

Disaat obrolan itu, gw lihat hari Eni pendiam banget, lebih kelihatan
lesu, beda dengan hari-hari biasa, tapi gw berpikir mungkin lagi
kecapaian atau lagi bosan. Tetapi tidak, Eni lah yang melihat salah
satu sesajen didesa dan juga penunggunya dihari itu, dan akan
diceritakan dihari ke 12. Eni tidak diganggu, tetapi hanya
diperlihatkan sosoknya.

Setelah mereka pergi, gw dan irfan melanjutkan kebosanan dengan


jalan-jalan, hingga akhirnya sore hari datang. Meski sore hari datang,
pak kades juga belum pulang dari kota, dan saat itu juga gw mutusin
untuk pulang kerumah dan akan konsultasi besok, gw malas kalau
kayak kejadian tadi malam, dimana kita pulang malam dan bertemu
si kepala. Sampailah kita dirumah, Dirumah tersebut sudah ada para
wanita, hanya Anton dan Putra yang nggak kelihatan saat itu.

Malam pun datang, Anton dan putra kembali dari tugasnya


mengawasi proker utama. Setelah makan bersama, seperti biasa
mereka membentuk kelompok sendiri-sendiri, gw dan Irfan seperti
biasa diteras sambil merokok, yang lain pada sibuk-sibuk sendiri. Tak
terasa sudah hampir jam 9, dimana gw juga udah mulai ngantuk, tapi
ngantuk gw hilang saat melihat kearah batu si merah, dimana terlihat
samar simerah sedang berdiri diatas batu tersebut, dan si merah
pergi kearah lain, dan bukan ke arah rumah. Dengan cepat gw berdiri
dan bersiap untuk masuk

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Mau kemana?” Tanya Irfan

“Loe nggak lihat batu si merah Fan ?” Tanya gw

“Kagak, napa emang ?” Tanya Irfan

“Gw lihat dia barusan, terus pergi dari batunya” Kata gw

“Kesini ?” Tanya Irfan

“Kagak, kearah hutan”

“Mau ngapain kearah hutan?, rapat hantu ?” Kata Irfan masih


bercanda

Gw bisa maklumi irfan becanda tentang hantu, tapi saat itu gw nggak
bisa diajak becanda. Gw ajak Irfan untuk tidur, lagian ruang tengah
juga terlihat sudah sepi, tanpa banyak Tanya Irfan setuju untuk ikut
gw tidur. Tapi saat itu gw benar-benar nggak bisa tenang setelah
melihat simerah walaupun samar, gw suruh Irfan untuk mengecek
jendela. Dan benar, Irfan kaget saat itu, dia melihat si merah diatas
batunya, ternyata simerah sudah kembali ke rumahnya, yaitu batu

“Vin, ada vin simerah dibatunya” Kata Irfan

“Nah kan, apa yang gw bilang” Kata gw dengan perasaan nggak


enak

“Fan, coba loe panggil sapa aja buat kesini” Kata gw

“Apa mereka juga bisa lihat simerah?? Lanjut gw dalam posisi duduk

“Malah heboh nanti Vin” Kata Irfan dengan santainya

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Masalahnya cuma kita yang ketemu si merah” Kata gw

“Lagian dia nggak kesini, udah tidur aja sono” Kata Irfan

Sebelum gw tidur, gw memastikan dulu apa benar simerah hanya


dibatunya dan nggak akan menuju kamar. Saat itu simerah memang
ada dibatunya dan diem, gw benar-benar kepikiran simerah lagi.
masalahnya gw berpikir, untuk apa simerah nunjukin rupanya
meskipun samar kalau cuma buat berdiri dibatu. Dan terjawab semua
di hari ke 12, beserta sesajen ke 4 didesa ini, besoknya juga, bapak
pintar itu memberitahu, kalau desa ini ternyata sama mengerikannya
seperti dihutan, dimana kita selama ini hanya fokus kehutan.

Bapak tersebut mungkin menjelaskan semuanya agar kita benar-


benar hati-hati, mungkin karena lelah, dimana kita harus
menemuinya terus, selain itu bapak tersebut memberi tahu tempat-
tempat sesajen didesa ini, yang sekiranya jangan kita datangi.
Ternyata sendang merupakan jin terkuat didesa tersebut, dimana
katanya “jendralnya”pun segan terhadap penunggu sendang.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


NB: Untuk yang berharap cerita ini klimax, silahkan kecewa, karena
memang nggak ada adegan klimaxnya seperti film-film dan lebih ke
cerita datar sampai dimana proker pembuatan kamar mandi selesai.
Disini gw hanya menjelaskan tentang kejadian mistis yang dialami
perharinya, bukan tentang kisah yang akan berujung ke klimax.
Kenapa hanya gw dan Irfan yang diganggu ?. sebenarnya semua
dapat cerita masing-masing, dah bahkan meneror 1 rumah, dimana
simerah tak berkutik kawasannya dimasuki jin lain, Karena kalah oleh
hantu yang meneror. Dari manakah hantu yang meneror?. Akan ada
diceritakan dipart-part 20 keatas. Dan untuk yang menebak-nebak
supir yang tersenyum, si supir sama sekali tidak punya indra keenam
dimana dia bisa melihat hantu.

Dan untuk part BB, akan ada dibeberapa part, tidak semua part ada
BBnya, sudah dijelaskan dipage one, untuk yang tidak suka ada
bagian BBnya, mohon dibaca dengan sabar, karena gw cerita apa
adanya.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 12
Hari ke 12, hari ini gw terbangun jam 6 pagi, disamping gw irfan
masih terlelap, dengan keadaan masih ngantuk, gw pergi keluar
kamar untuk cuci muka seperti biasa, saat gw keluar kamar, ruang
tengah dalam keadaan kosong, tanpa berpikir kemanakah mereka
semua, gw pergi ke dapur untuk cuci muka.

Tak lama, para wanita kembali kerumah, mereka hanya tersenyum ke


gw tanpa menyapa gw, dan gw pun balas tersenyum, gw yakin kalau
Siska sudah cerita ke anak-anak yang lain kalau gw berbuat kasar ke
dia kemaren. Tapi memang pada dasarnya gw orangnya masa bodoh
menyangkut hal sosial, apalagi kepada orang yang baru gw kenal,
jadi masalah seperti itu nggak jadi beban pikiran buat gw.

Setelah membalas senyuman dari mereka, gw pergi ke teras rumah


untuk merokok, tak lama Siska menghampiri gw bersama teh buat
gw. gw liat telapak tangan Siska sudah ditempeli penutup luka.
Entah kenapa gw sedikit merasa bersalah

“Dek maaf ya” Kata gw tanpa menatap Siska

“Iya kak gpp” Kata Siska pergi meninggalkan gw

Belum lama dia meninggalkan gw, Siska menghampiri gw lagi

“Kalau kejadian waktu itu terjadi lagi, kakak bakal lari ninggalin saya
lagi?” Tanya Siska

“Kalau itu jangan ditanya dek, udah pasti gw pergi duluan” Jawab
gw tanpa menatap Siska lagi

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Terserah deh, dasarnya kakak penakut, jadi bisa maklum” Kata
Siska dan pergi meninggalkan gw

Mendengar omongan Siska, gw nggak merasa tersindir sama sekali,


gw hanya diam dan melanjutkan merokok, saat itu gw benar-benar
berfikir, kenapa gw harus mengalami hal seperti ini, kenapa hanya
gw sama Irfan yang melihat beberapa sosok jin didesa ini.

Gw masih bisa maklum kalau jam 9 malam mereka sudah tidur, jadi
nggak mengalami melihat simerah, beda dengan gw dan Irfan.
Hampir 2 jam gw betah didepan teras merokok sendirian sambil
berpikir, sarapan pun dianter Siska keteras untuk gw, tanpa pikir
panjang gw habisin sarapan gw dan melanjutkan merokok, tak lama
Irfan pun terbangun dan menghampiri gw.

“Udah bangun loe Vin ?” Tanya Irfan

“Dari tadi gw disini, ntar jadi ke bapak pintar tanya tentang


simerah ?” Tanya gw

“Emang nggak sungkan loe nemui bapak pintar itu tiap hari?” Tanya
Irfan balik

“Kenapa harus sungkan, toh disini gw Cuma nyari aman” Kata gw

“Besok-besok aja deh Vin, sungkan gw, lagian si merah juga nggak
ganggu kita” Kata Irfan mencoba meyakinkan gw

Gw saat itu berpikir sebentar, entah kenapa gw bisa setuju dengan


omongan Irfan, setelah itu Irfan pun menghabiskan sarapannya dan
mengajak gw untuk mandi. Setelah selesai mandi, gw dan Irfan
kembali bengong diteras dan melanjutkan mengobrol. Tak lama para
wanita, anton dan putra pamit ke kita untuk melanjutkan proker
mereka masing-masing.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Gw saat itu nggak tahu proker apa saja yang mereka kerjaan.
Sedang asik-asiknya mengobrol, Eni kembali ke rumah dan meng-
hampiri kita berdua, dan duduk berhadapan

“Kak......” Kata Eni tak melanjutkan omongannya

“Kenapa dek ?” Tanya Irfan ke Eni

“Kemaren waktu ke tempat proker pembuatan sumur....” Kata Eni


ragu sambil memperbaiki jilbabnya

Mendengar hal itu gw sedikit emosi, kalau gw mending nggak usah


ngomong daripada buat penasaran

“Langsung aja ngomong, jangan bertele-tele gitu!” Kata gw dengan


nada agak tinggi

Eni menatap gw sejenak dan nunduk lagi, Irfan menyenggol kaki gw,
memberi insyarat untuk sabar

“Kemaren saya lihat ada sesajen dipatung kecil kak” Kata Eni sambil
nunduk dan bermain jari karena merasa nggak enak untuk cerita

“Terus ??” Tanya gw lagi dengan agak tinggi

“Aku lihat jin lagi kak ditempat itu” Kata Eni terlihat murung setelah
mengatakan hal itu

Dan saat itu lah gw benar-benar emosi, kenapa harus gw irfan gw


irfan yang harus mendengar hal kayak gini, kenapa dia nggak simpan
aja dalam hati kalau lihat jin. Paling nggak dia nggak membuat gw
tambah kepikiran tentang tempat ini, gw juga nggak nyangka siang-
siang jin juga bisa muncul. Gw pun berbisik ke Irfan :

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Nah loe urus dah ya, sukses buat loe” Kata gw berbisik ke telinga
Irfan dan pergi meninggalkan mereka

Gw nggak peduli Eni dengar apa nggak bisikan gw ke Irfan, yang


penting gw nggak mau tahu lagi, sudah cukup gw melihat si hitam, si
merah dan si kepala, harus jin apalagi yang harus gw lihat?, 3 jin
sudah membuat jantung berdetak keras.

Gw pun pergi ke kamar, gw mencoba berpikir yang lain agar tidak


terfokus ke omongan Eni barusan. Tapi gagal, omongan Eni malah
terus masuk kedalam pikiran gw. Dan sudah pasti gw berpikir aneh-
aneh, kalau Eni diikutin, sudah pasti dia manggil Irfan, dan Irfan bakal
nyuruh gw nemenin lagi.

Ada 1 pertanyaan yang mengganjal dipikiran gw saat itu, jika tempat


sesajen itu ada didekat proker sumur, kenapa anton dan putra nggak
melihat sosok itu sama sekali, pernah anton dan putra pulang magrib
dari proker tersebut, tapi tak pernah ketakutan dan cerita kalau
mereka melihat jin. Gw pun bangun dari posisi tidur gw, gw pergi
kearah Irfan dan Eni diteras.

“Cuma kamu yang lihat dek?” Tanya gw sambil berdiri

“Iya kak, saya mau bilang kalau lihat jin, tapi nggak enak kak” Jawab
Eni

“Lagian saya lihatnya nggak lama, karena langsung menoleh kearah


lain” Lanjut Eni lagi

“Kalau gitu ke bapak pintar aja deh” Ajak gw

Setelah beberapa obrolan, gw, Irfan dan Eni pergi untuk menemui
bapak pintar itu lagi, sampai didepan rumah bapak pintar, istri beliau
memberi tahu jika beliau masih pergi ke lading.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Saat itu gw bertanya dimana letak ladangnya, dan gw pun diberi
arahan untuk bisa pergi keladang tempat bapak pintar tersebut.
Sampai diladang, gw langsung menghampiri beliau tanpa rasa
sungkan

“Ada apalagi sekarang ?” Tanya bapak tersebut sambil mengelap


keringat

“Ini pak, Eni lihat jin lagi dekat proker sumur kita” Kata gw

“Oh sudah lihat “si bayangan” ya ?” Kata bapak tersebut sambil


tersenyum

“Kamu dulu yang diikuti jin hitam ya ?” Kata bapak tersebut ke Eni
sambil tetap tersenyum

Dengan gampangnya bapak tersebut bicara seperti itu, gw ngerasa


ditarik ulur tentang didesa ini, kenapa dari dulu dia nggak
menyebutkan jin jin yang ada didesa ini, paling nggak gw bisa
tambah was-was dan nggak pergi ke lokasi tersebut, selama ini gw
hanya fokus ke merah, hitam dan kepala.

“Pak sebenarnya ada berapa jin lagi didesa ini, kenapa nggak cerita
dari dulu pak” Kata gw

“Kita kan jadi bisa lebih waspada lagi dan nggak nyari masalah”
Lanjut gw lagi

“Ya sudah saya yang salah” Kata bapak tersebut tersenyum

Lagi-lagi Irfan menyenggol kaki gw, karena omongan gw.

“Didesa ini total ada 7 tempat yang biasa ditaruh sesajen, tahu
sendiri kan maksudnya?”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Itu artinya ada penunggunya, kalian selama ini hanya fokus ke jin
dihutan kan ?”

“Sampai lupa kalau didesa juga ada penunggunya, ada juga yang
kuat disini”

“yaitu yang menunggu “sendang”, dia itu jin yang disegani oleh
“jendral” mata air”

“Kalian jangan bertanya saya tahu darimana ya” Lanjut bapak


tersebut sambil tersenyum

Dan setelah bapak tersebut menjelaskan tempat-tempat yang ada


sesajennya di part 12.2

(gw paham kenapa jin sendang disegani oleh “jendralnya” saat


dipart 37, jin sendang terornya memang mengerikan dibanding jin
lain, tapi dia termasuk jin yang baik, kenapa ?, tunggu Ending di part
37, yang lebih mengerikan, teror jin sendang bisa membuat gw dan
Irfan menangis, Anton dan yang lainnya sampai lari keluar rumah
menuju desa dan kehutan. Waktu itu Selvi dan Giska sempat hilang
dan ditemukan pingsan disiang harinya, ditempat yang sudah kita
pernah cari. Kapan teror sendang dimulai ?, itu ada di part 34-35,
kenapa bisa diteror?, anak ke 10 itu lah yang berulah, sampai
membuat jin sendang beraksi. Anak ke 10 dia tipe orang yang sok
pemimpin)

“Sesajen yang kalian tahu pasti di “rumah hantu, batu, sendang”


Kata bapak tersebut

“Dan yang baru kalian tahu tempat sibayangin di patung kecil”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Sudah 4 tempat yang kalian tahu, sekarang masih ada 3 tempat
yang belum kalian tahu”

“Yaitu disebuah pohon dekat jalan masuk desa, itu tempat si tangan”

“Dilubang seperti gua dekat rumah pak kades, ada si pendek tinggal”

“Disebuah tanah kosong dekat sendang, ada si gondrong tinggal”

“Nah, sudah saya jelaskan semua kan?” Kata bapak sambil


tersenyum kita bertiga

Saat itu perasaan gw campur aduk, antara merasa lega karena tahu
tempat yang harus diwaspadai, dan merasa takut dan khawatir
karena ada 7 jin didesa ini.

“Astaga!!, kenapa banyak banget” Kata gw dengan agak tinggi


sambil menggaruk-garuk kepala gw karena sedikit depresi

“Kalian saja ada 10 dalam 1 rumah, kenapa jin nggak boleh ada
banyak dalam 1 desa?” Kata bapak tersebut tersenyum ke gw

“Oh ya pak, tadi malam saya lihat si merah ada diatas batunya, tapi
samar-samar” Kata Irfan

“Oh itu aura simerah, karena sedang mempertahankan wilayahnya”


Kata bapak tersebut

“Itu biasa jin dari hutan yang kuat-kuat berusaha masuk ke wilayah
simerah”

“Kalian beruntung ada simerah didekat kalian, coba nggak ada


gimana ?”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Jin dari hutan yang nggak suka kalian bakal mendatangi kalian
semua” Lanjut bapak tersebut

Kita bertiga Cuma bisa terdiam mendengar kata-kata dari bapak


pintar tersebut, Eni mengeluarkan ekspresi sedikit ketakutan, irfan
tetap santai dan malah membakar rokok. Setelah obrolan tersebut
Eni bertanya ke bapak pintar tersebut

“Simerah jin yang dimana pak?” Tanya Eni dengan polosnya

“Adek tanya saja sama mas-mas disamping saja” Kata bapak


tersebut

“Mereka sudah lihat tuh jin merahnya” Lanjut bapak tersebut sambil
tersenyum memandang gw

Eni hanya menatap irfan dan tak melanjutkan obrolannya lagi. Gw


diem sejenak dan mulai pergi tanpa pamit ke bapak tersebut, gw
benar-benar sakit hati sama bapak tersebut, kenapa beliau tidak
memberitahu kita dari dulu, kenapa harus sampai kita melihat jin-jin
tersebut baru memberi tahu semuanya tentang jin jin didesa ini.
Melihat gw pergi, irfan dan eni pamit ke bapak pintar tersebut.
Setelah pamit bapak pintar tersebut memanggil kami lagi,
mendengar panggilan tersebut, gw balik badan dan mulai
memperhatikan apa yang akan dibicarakan bapak tersebut

“Saya lupa kasih tahu sesuatu” Kata bapak tersebut

“Si merah, si gondrong dan jin sendang, mereka bisa memilih kepada
siapa dia ingin menunjukan dirinya”

“Maksudnya gimana ya pak?”Tanya Irfan yang memang masih ada


didekat si bapak pintar tersebut

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Kalau Alvin dan Irfan bisa melihat simerah, belum tentu adek ini bisa
melihat simerah” Kata bapak tersebut sambil nunjuk Eni

“Makanya saya bilang, kalau mereka bisa memilih kepada siapa dia
ingin menunjukan dirinya”

Medengar hal itu, gw pergi meninggalkan ladang bapak pintar


tersebut, Irfan dan Eni menyusul gw. Kami bertiga Cuma bisa diam,
sampai pada akhirnya Irfan membuka topic

“Kemana sekarang Vin ?” Tanya Irfan sambil menghisap rokoknya

“Kerumah ambil proposal buat dikonsultasikan, biar cepat pergi gw


dari desa ini” Kata gw sinis

“Jangan gitu donk kak, gimana sama yang lain?” Tanya Eni

Gw hanya diam tak membalas omongan Eni, seolah-olah gw nggak


mendengar omongan Eni. Dan akhirnya Irfan yang ngajak ngomong
Eni ditengah perjalanan ke rumah. Sampai dirumah, keadaan masih
dalam keadaan kosong, karena pada sibuk proker masing. Gw ambil
proposal gw dan Irfan untuk dibawa ke rumah pak kades, setelah itu
gw langsung keluar kamar dan bersiap pergi

“Kak, tunggu aku juga mau konsultasi” Kata Eni sambil segera
berjalan kekamarnya

“Iya dek, kakak tunggu” Kata Irfan menunggu diruang tengah

“Udah tinggal aja” Kata gw ke Irfan

“Tunggu sebentar kenapa sih vin ?” Kata Irfan

Tak lama Eni keluar dari kamarnya sambil membawa proposalnya.


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dan akhirnya kami bertiga pergi kerumah pak kades, ditengah jalan
Eni menanyakan tentang simerah, irfan pun menjelaskan semua
tentang simerah, selain itu irfan juga menjelaskan tentang si kepala
penghuni rumah hantu yang akan kita lewati.

Saat lewat rumah si kepala, tak ada reaksi apapun, mungkin dia
sudah nggak marah. Eni selalu mencoba mengajak gw ngobrol, tapi
gw tetap kukuh diam tak menjawab omongannya, entah kenapa Eni
jadi korban sensi gw.

Kita pun sampai dirumah pak kades, ternyata pak kades sedang pergi
kekota lagi, karena ada urusan mendadak, dan sore hari baru kembali
lagi. Mau nggak mau akhirnya kami bertiga harus menunggu

“Bentar Vin, tunggu disini” Kata Irfan pergi meninggalkan gw dan Eni

“Mau kemana loe ?. jangan macam-macam, loe mau lihat tempat


sipendek kan ??!” Kata gw agak tinggi

Tanpa membalas omongan gw, irfan pergi meninggalkan gw. Karena


gw takut irfan bakal macam-macam, akhirnya gw pergi menyusul
irfan agar tak melanjutkan investigasinya mencari tempat si pendek
berada. Tapi gw telat, lubang tempat sipendek sudah terlihat,
lubangnya cukup besar, cukup dimasuki gallon air mineral dan juga
sedikit tertutup rumput , saat diperhatikan dengan baik, didalam
lubang ada sesajen, kalau orang biasa, pasti akan berpikir kalau itu
adalah tempat tinggal ular. Gw langsung pegang pundak irfan agar
tak melanjutkan berjalan kearah lubang tersebut. Gw kaget melihat
Eni sudah ada disamping gw,

“Eh dek !!, jangan ikut kesini, balik sana!!” Bentak gw

Eni hanya diam dan menatap gw dengan ekspresi kaget karena gw


bentak.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Apaan sih loe vin, pake marah-marah ke Eni!!” Bentak Irfan ke gw

“Loe nggak sadar, berapa kali jin nongol didepan Eni??!” Kata gw
dengan nada tinggi

“Mereka kayaknya tertarik sama Eni, makanya sampai nunjukin diri


ke Eni!!”

“Loe nggak sadar hanya Eni, Siska, Loe dan gw yang ditunjukin
jin??!!”

“Bayangin aja 5 orang dalam 1 rumah nggak lihat jin sama sekali!!”

“2 jin tertarik sama Eni dan Siska, pasti suatu saat bakal muncul lagi!!

“Makanya gw nggak mau macam-macam dekat mereka!!”

Mendengar gw emosi dan membentak, Irfan menarik tangan Eni an


pergi meninggalkan gw

“Halah!!, lagi maen sinetron loe nih??!!, pake tarik-tarik tangan


segala??!!” Kata gw menggakhiri bentakan gw

Gw mencoba menenangkan diri karena habis emosi, setelah agak


tenang, gw melihat kearah lubang si pendek dan mulai pergi dari
daerah situ.

Gw saat itu menunggu didepan rumah pak kades sendirian sambil


merokok, sambil berpikir mengerikannya desa ini, ada 7 jin desa,
belum lagi yang dihutan. Gw yakin pak kades nggak tahu jin apa saja
yang ada dihutan, pak kades aja salah tentang sesajen didesa ini,
yang katanya ada 2, ternyata ada 7 tempat. Gw benar-benar betah
menunggu pak kades hingga siang hari.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dan ahkirnya siang hari pun datang, tapi pak kades belum juga
datang, irfan dan Eni datang kerumah pak kades, kami bertiga Cuma
diam karena nggak ada yang membuka topik, lagian gw gengsi mau
membuka obrolan karena saling emosi tadi. Sampai pada akhirnya
irfan yang mulai berbicara

“Loe keterlaluan vin, dari dulu gw dah sabar ya sama loe” Kata Irfan
sambil membakar rokok

“kalau takut ya takut aja, nggak usah lampiasin ke orang lain, loe
pikir gw juga nggak takut”

“Udah gw bilang kalau gw juga takut, tapi gw paksain buat berani”

“Karena memang kita nggak bisa berbuat apa-apa disini”

Irfan pun melanjutkan omongannya seakan-akan membela para


wanita dan membahas tentang sifat gw, saat itu gw hanya diam tak
menggubris omongan Irfan.

Tak lama pak kades pun datang. Kami bertiga dipersilahkan masuk
untuk membahas proposal kami. Eni yang pertama berkonsultasi
mengenai prokernya dan di ACC. Saat gw konsultasi tentang proker
gw tentang sumbangan fakir miskin, pak kades minta bukan berupa
uang, tapi berupa bahan-bahan pokok.

Mendengar hal itu lagi-lagi gw sedikit naik darah, semakin lama disini,
semakin jin jin disini nunjukin dirinya ke gw, akhirnya mulailah
perdebatan dengan sopan menurut gw masalah proker yang gw
jalanin. Tapi tetap saja, pak kades minta berupa bahan pokok, dan
harus dibeli dari kota.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Dan saat proker irfan akan dikonsultasikan, pak kades juga menolak
untuk penyuluhan lagi, karena jarak penyuluhan yang terlalu dekat,
vina belum lama melakukan penyuluhan disalah satu rumah warga ,
dan akhirnya pak kades memberi saran untuk melakukan penyuluhan
lagi minggu depan. Ditengah obrolan mengenai proker, gw sempatin
bahas lokasi-lokasi jin didesa ini.

“Pak, katanya sesajen didesa ini Cuma 2, tapi ternyata ada 7?” Tanya
gw

“Untuk masalah sesajen saya memang Cuma tahu 2 lokasi didesa ini,
lagian saya tidak terlalu peduli masalah seperti itu”

“Nggak bisa kita pungkiri kalau kita hidup bersama jin tapi beda
dunia”

“Ya tapi tetap pak, kita ni udah beberapa kali diganggu, bikin pingin
kabur terus dari desa ini”Kata gw dengan nada malas

Gw berpikir, percuma dia jadi kades disitu, lokasi tempat sesajen aja
nggak paham, bahkan lokasi sesajen didekat rumahnya pun nggak
tahu, ngapain aja ??.

“Semakin manusia menyembah jin, maka semakin kuat jin tersebut,


karena merasa derajatnya lebih tinggi dari manusia, makanya jangan
kaget jika jin mengganggu kalian”

“Sama saja, semakin banyak yang menyembah maka semakin kuat”

“Sama kayak maen bola, semakin banyak supporter, makan semakin


semangat para pemain karena banyak yang dukung”

“Lagian kalian sendiri kan yang milih lokasi KKN lewat perantara
teman kalian anton”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Mendengar pak kades ngomong dengan enteng seperti itu, emosi
gw naik lagi, pingin juga rasanya injak-injak anton karena udah milih
desa kayak gini.

“Kalau ketemu jin, kalian harus berani, jangan malah takut, semakin
takut, malah semakin senang jin tersebut mengganggu kalian”
Lanjut pak kades lagi

“Ngomong memang enak pak, prakteknya yang nggak enak”


Celetuk gw

“Iya saya paham, yang penting kalian tenang aja menjalani KKN &
jangan macam-macam”

“Pasti tidak akan terjadi apa-apa”

Tak terasa magrib hampir tiba, kami bertiga pamit pulang, karena
malas berurusan dengan jin kalau pulang malam-malam, karena
memang gw nyari aman aja. diperjalanan kembali kerumah gw tetap
diam, Irfan dan Eni sibuk ngobrol sendiri, terlalu gengsi bagi gw mau
ikut obrolan lagi, sampai pada akhirnya irfan lagi yang membuka
topic untuk mengajak gw ngobrol

“Vin, Gw nggak paham maksud pak kades, tentang jin dan maen
bola” Kata Irfan ke gw

Gw tetap diam dan tak menjawab obrolan Irfan

“Woy!!” Teriak Irfan gw sambil mukul lengan gw

“Ahh bego loe, jin itu, semakin banyak yang nyembah, semakin kuat
ilmunya” Kata gw sambil mengelus-elus lengan gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Kalau sedikit yang nyembah, ya sudah pasti ilmunya juga dikit”
Lanjut gw

“Oh ya ya, coba loe sekarang lawan si merah Vin, ntar gw sama yang
lain jadi pendukung” Kata Irfan nyengir gw

“Ayo Alvin!, Ayo Alvin!, Hajar Si Merah!!!” Canda Irfan sambil


menirukan supporter bola

Gw hanya diam aja dijadikan bahan candaan Irfan, Eni tersenyum


lihat gw digoda Irfan, hingga akhirnya senyuman Eni menghilanh.
ditengah perjalanan pulang…

“Kak, jang…an la...ri” Kata Eni terbata-bata sambil memegang


lengan baju Irfan

“Kamu kenapa dek ?” Tanya Irfan

Eni hanya diam dan terus mengusap air matanya. Melihat hal itu,
dengan detak jantung kencang, gw langsung waspada lihat kanan,
kiri, belakang, gw balik badan kebelakang untuk melihat sekitar, gw
yakin Eni sedang melihat jin, apalagi matahari benar-benar hampir
tenggelam. Gw langsung berpikir aneh-aneh, dimana Eni pasti
sedang diikutin jin. Gw berjalan mundur sambil mewaspadai bagian
belakang kanan dan kiri. Karena yang namanya diikuti pasti dari
belakang, nggak mungkin dari depan

“Vin!!, belakang loe” Kata Irfan sambil mulai berjalan mundur


memegang Eni

Dengan cepat gw balik badan, terlihat di pinggir jalan kerumah


bayangan hitam ditanah, seolah-olah lagi menunggu anak-anak KKN
lewat.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Melihat hal itu, reflek gw lari kearah Irfan dan Eni, sampai ditempat
Irfan, gw pun mencoba melihat lagi si bayangan, dia tidak mengejar
dan masih pada posisinya.

“Fan, ayo kebapak pintar aja!” Ajak gw ke Irfan sambil meninggalkan


mereka duluan

Melihat gw pergi, irfan dan Eni ikut menyusul, sampai dirumah bapak
pintar, kami bertiga bertiga berbicara tentang sibayangan, dan
bapak pintar tersebut berkata, jika si bayangan masih kalah oleh
simerah, jadi jangan takut kalau akan dihantui si bayangan, karena
dia juga nggak akan bisa sampai kerumah. Tak lama gw pun minta
diantar pulang kerumah karena gw ragu kalau sibayangan bakal
Cuma diam ditempat. Pada akhrinya bapak tersebut mau mengantar
kita untuk pulang.

Ditengah perjalanan pulang bareng bapak pintar, sibayangan masih


pada tempatnya. Sebetulnya jin ini nggak mengerikan karena
sosoknya Cuma bayangan hitam. Beda dengan sigondrong dan
sipendek.

“Kayak jin ini memang tertarik dengan kamu dek” Kata Bapak
tersebut sambil menatap Eni

“Tapi nggak papa, dia nggak bakal ikuti kamu seperti si hitam, jin dari
hutan”

“Dia hanya ingin menunjukan dirinya saja ke kamu dek” Kata bapak
tersebut ke Eni

Dengan ekspresi ketakutan, Eni hanya menganguk-anguk tanpa


bicara sepatah kata pun, Irfan menepuk-nepuk pundak Eni, mungkin
agar bisa tenang. Pada akhirnya kita berhasil melewati bayangan
hitam tersebut, dengan rasa penasaran dan rasa takut + khawatir gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
balik belakang untuk melihat posisi si bayangan. Dan ternyata hilang.
Benar ternyata, jin tersebut tertarik dengan Eni, mau nggak mau gw
harus waspada untuk dekat dengan Eni

“Tenang aja dek, kalau jin itu muncul lagi, bakal kakak habisi dia”
Kata Irfan ke Eni

Lagi-lagi Eni hanya mengangguk dan berusaha tersenyum


mendengar kata-kata dari irfan

“Kakak Alvin maksudnya yang menghabisi, nanti kakak Irfan yang


kasih dukungan” Kata Irfan dengan santainya sambil nyengir ke gw.

Gw hanya menatap tajam ke irfan karena nggak suka dengan


candaannya

“Wah berani juga ya Alvin sama jin?” Kata bapak tersebut sambil
megang pundak gw

Gw yakin sebenarnya itu sindiran buat gw, tapi gw saat itu diam aja
nggak menggubris omongan dari mereka berdua.

“Jangan salah pak, bakal kabur kalau lihat dia pak” Kata Irfan

“Maksudnya dia itu jinnya pak, jadi Alvin yang kabur” Lanjut Irfan
sambil tetap nyengir ke arah gw

Bapak pintar dan Eni tersenyum lihat gw jadi bahan candaan, dan gw
tetep kukuh untuk diam. Sampai dirumah ternyata anak-anak KKN
sudah pada ngumpul lagi diruang tengah dan dengan santainya
masih bisa tertawa tak terkecuali siska yang baru melihat jin. Bapak
pintar ijin pamit dan tak lupa gw ucapin terima kasih, gw dan irfan
duduk diteras sambil merokok, Siska datang mengantar makanan ke
gw dan irfan, mungkin siska paham kalau kita belum makan.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Dek coba duduk bentar sini” Kata gw

Siska pun duduk depan gw tanpa mengucapkan sepatah kata pun

“Loe belum dengar anak-anak yang lain cerita lihat jin?” Tanya gw

“Tadi aku nguping pembicaraan giska, katanya dia pernah lihat jin
pendek larinya cepat banget didekat rumah pak kades” Kata Siska

“Terus ?, kok mereka masih sempat-sempatnya ketawa ?” Tanya gw

“Giska tu pemberani orangnya, nggak kayak kak Alvin yang lari


duluan ninggalin cewek” kata Siska tanpa ekspresi ke gw

“Dah sana loe masuk aja deh dek” Kata gw

Dari pada gw emosi lebih baik gw suruh si siska masuk ke rumah,


irfan terus melanjutkan obrolan untuk berusaha akrab lagi dengan
gw. Tapi gw jawab obrolannya dengan jawaban singkat apa adanya.
Omongan mesum irfan tentang body-body anak KKN nggak
membuat gw tertarik, karena gw lebih condong waspada mikir desa
yang ada 7 jin ini.

Gw terus melihat sekitar dan tiba-tiba gw berpikir tentang bapak


pincang yang pernah kita temui, selama ini dia tidak pernah kelihatan
lagi, apa mungkin dia masih betah tinggal dihutan karena bahan
makanannya cukup, itu lah yang gw pikirkan saat itu. Gw pun coba
berbicara ke irfan

“Fan loe inget bapak pincang kagak ?” Tanya gw

“Iya inget gw, kenapa ?”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Kok nggak pernah kelihatan lagi ya, tadi kenapa nggak kita Tanya
sekalian tentang sibapak pincang ke bapak pintar?” Kata gw masih
sambil melihat keadaan sekitar

“Loe mau nemui bapak pintar lagi ?, gila vin, nggak sungkan apa
loe?” Tanya Irfan

“Ngapain sungkan ?, nyari aman lebih penting saat ini” Kata gw

“Ya nggak tiap hari juga kita harus nemui bapak pintar, dia kan punya
kesibukan juga”

“Ya pokoknya kalau diganggu karena kesalah anak KKN, gw bakal


tetap kesana”

Obrolan pun berlanjut dengan topic yang berbeda, gw sebenarnya


heran, apa bapak tersebut nggak dihantui sama jin jin hutan. Tak
lama gw dan irfan sepakat untuk tidur cepat, agar pagi cepat datang,
kami pun masuk kedalam rumah

“Mas, lusa kita mau kekota sekalian jemput anak ke 10, jadi kita
nginap sehari dtempat saudara saya, mau nitip apa?” Kata Anton

Gw tiba-tiba berpikir tentang proker gw yang butuh bahan-bahan


pokok, dan akhirnya gw menjelaskan ke anton kalau gw butuh
bahan-bahan pokok untuk proker gw, setelah beberapa obrolan,
selvi mencatat bahan-bahan pokok yang biasa dibutuhkan rumah
tangga untuk diserahkan keanton untuk dibeli dikota

Setelah itu, gw dan irfan pamit untuk tidur cepat duluan, entah
kenapa hari ini gw berharap kalau malam ini mereka dihantui jin apa
aja boleh, yang penting bisa tahu kalau ada jin didesa ini. Tapi
percuma, harapan tak menjadi nyata, dan akhirnya gw tertidur
dimalam itu, besoknya anton bercerita kalau melihat jin pendek, dan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
bercerita ke putra, dan kebetulan gw sempat dengar obrolan
mereka, dan malamnya si merah vs sibayangan dikamar gw dan irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 13
“Vin bangun” Kata Irfan sambil menendang gw pelan

Gw terbangun dan melihat irfan berdiri disamping gw, saat gw hanya


terdiam karena hampir depresi, apalagi tadi malam sibayangan
menunjukan dirinya. Gw nggak tahu apa yang bakal terjadi kalau
pulang nggak dianter bapak pintar, terlebih lagi gw berpikir tentang
jin jin didesa ini, kenapa mereka harus muncul satu persatu, kenapa
nggak 7 jin sekaligus, tapi meski begitu ane bersyukur mereka nggak
menghantui sekaligus.

“Kenapa sih loe?” Tanya Irfan

Gw menutup mata dengan lengan gw dan mulai membalas omongan


Irfan

“Bisa gila lama-lama gw disini fan, pingin cepet balik ke kota” Kata
gw

“Gara-gara sibayangan loe depresi ??” Tanya Irfan

“Ngeri si merah kali Vin daripada si bayangan” Lanjut Irfan

“Tetap aja mereka jin” Kata gw

“Halah… nggak usah dipikir, bangun cepet, kita mandi” Ajak Irfan

“Bantu gw nyari potensi proker yang lain, bawa buku pedoman


sekalian” Kata Irfan

“Kalau proker penyuluhan harus minggu depan, makin lama kita


disini” Lanjut Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Mendengar Irfan berbicara seperti itu gw langsung bangun dari
posisi tidur gw, ruang tengah udah berkumpul anak-anak KKN
kecuali Selvi, Siska dan Giska. Mereka sibuk ngerjain laporan KKN
juga agenda KKN. Gw pun pergi mandi bareng Irfan, Setelah selesai
mandi, gw sarapan dan merokok di luar sambil mikir proker yang
sekiranya bisa cepet dilaksanakan, proker fisik irfan sudah jadi, yaitu
bak sampah, jadi gw nyari proker yang lebih kearah ke peningkatan
SDM. Dalam keadaan membaca-baca buku panduan, Eni datang
menghampiri sendirian.

“Pagi kak” Kata Eni tersenyum ke arah gw dan Irfan dan mulai duduk

Dengan PDnya Eni duduk berhadapan dengan gw dan berusaha


kembali tersenyum ke arah gw, saat itu gw nggak ngeluarin ekspresi
apa-apa dan hanya diam menatap Eni, karena gw nggak menjawab
sapaan Eni, Eni langsung salting dan mulai bermain kuku sambil
nunduk.

Gw paham Eni sedang mencari tempat bersandar karena sudah tahu


juga tentang seluk beluk desa ini, dan juga lokasi jin-jinnnya, selain
itu, mungkin dia sudah merasa nyaman bersama irfan, karena sudah
2 kali dia dibuat tenang oleh Irfan. Tapi gw cuek aja, kalau didesa ini
nggak ada yang namanya bersandar, pentingkan diri sendiri dulu. Itu
yang gw pikirkan saat itu

“Ada apa ?” Tanya gw sambil menatap Eni tanpa ekspresi

Eni hanya diam dan tetap bermain kuku sambil nunduk karena
memang udah salting. Hingga akhirnya Irfan yang mengajak obrol
Eni

“Prokermu hari ini kan dek ?” Tanya Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Enggak kak, besok” Jawab Eni

“Itu proker kedua ?” Tanya Irfan lagi

“Iya dong kak, habis itu proker individu saya selesai” Jawab Eni
sambil senyum ke Irfan

“Waaaaah Enak dong, nanti abis itu mau ikut kita nggak dek?” Kata
Irfan

“Kemana kak ?” Tanya Eni

Irfan pun menjelaskan tentang rencana pergi dari desa ini setelah
proker individu ke 2 selesai, Eni mendengarkan dengan seksama dan
juga kadang bertanya masalah proker kelompok, irfan pun juga
menjelaskan lagi dengan panjang lebar

“Ikut saya kak ikut“ Kata Eni sambil mengangkat 2 jempolnya kearah
irfan sambil memasang wajah imut

Gw hanya diam melihat Eni bertingkah seperti itu dan keluarlah


celetukan gw lagi

“Dasar cewek” Celetuk gw sambil geleng-geleng kepala

Lagi-lagi Eni salting mendengar celetukkan gw. Tiba-tiba Irfan


mencolek pinggang gw dan mengigit bibirnya juga mengkedipkan
matanya kearah gw, seolah-olah gw sedang lihat bencong disamping
gw.

“Apaan sih loe ?!, risih gw” Kata gw

“Kan loe tadi bilang dasar cewek, gw ngerasa jadi cewek juga nih”
Kata Irfan sambil bergaya memberi kecupan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Irfan terus menggoda gw, Eni hanya tersenyum bahkan menahan
tawa melihat tingkah laku Irfan. Gw paham, semua yang dilakukan
Irfan hanya untuk membuat Eni tersenyum karena udah salting
karena gw. Candaan pun selesai, irfan mengajak gw untuk mencari
potensi prokernya.

“Yuk Keliling aja Vin, sambil bawa buku pedoman” Kata Irfan

Gw dan irfan berdiri dan bersiap pergi keliling desa untuk mencari
proker

“Jangan ikut” Kata gw ke Eni sambil menatapnya

“Iya kak” Kata Eni berusaha tersenyum ke gw

“Eh ayo ikut aja dek” Kata Irfan mengajak Eni

“Nggak usah kak, aku mau ngerjain laporan proker sama agenda
KKN aja” Jawab Eni tersenyum

Sebelum berangkat, gw melihat hutan menjadi indah banget, dimana


matahari menyinari daerah hutan hingga terlihat seperti lukisan,
suara burung terdengar saling bersahutan, apalagi ditambah suara
air yang mengalir dari belakang rumah membuat suasana tambah
nyaman, tapi kalau malam, jangan ditanya lagi, sama sekali nggak
ada indah-indahnya, suara jangkrik dan suara pohon tertiup angin
cukup membuat nyali menjadi ciut, apalagi ditambah suara aliran air
membuat suasan tambah menyeramkan.

Gw dan Irfan berjalan kearah desa, udara disini memang


menyegarkan, mungkin cocok buat yang perokok, kalau dikota kita
merokok + ditambah asap dari kendaraan, nggak bisa bayangin gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Tak lama irfan berkomentar tentang jin yang dilihat Giska tadi malam

“Vin, loe nyadar nggak sih kalau jin disini ngehantuinya bergantian ?,
seolah udah direncanakan?”

“Mana gw paham, toh dah dibilang mereka punya wilayah-wilayah


sendiri” Kata gw

“Ya yang penting kita nggak usah ketempat yang dikasih tahu bapak
pintar”

“Untung aja kita belum ke tempat sendang, Cuma lihat doank kan”

“Nggak tahu dah gw kalau sampai jin sendang sampai muncul,


jendralnya aja segan sama dia”

“Apalagi sama kita manusia, kalau ditampar bisa mental jauh” Lanjut
gw

Obrolan tentang jin berlanjut hingga akhirnya kita melihat Selvi, Siska
dan Giska sedang mandi dan main air ditempat anak-anak penduduk
sini bermain air. Kita pun samperin mereka yang memang sedang
asik-asiknya siram-siraman air.

Yang gw kecewa, mereka mandi dengan berpakaian lengkap, tapi


yang bikin mata nggak bisa lepas dari pandangan gw yaitu bodynya
Selvi yang terbentuk karena air dibadannya, selain itu, terlihat juga
pakaian dalamnya karena transparan oleh air. Body siska dan giska
juga sebenarnya terbentuk tapi percuma kalau gw pandang, buang-
buang waktu.

“Ayo kak ikut sini” Ajak siska ke Irfan

“Jangan mikir mesum” Lanjut Siska dengan tatapan tajamnya ke gw


PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Apaan sih loe ?!” Kata gw dengan agak tinggi dan bersiap untuk
pergi karena sakit hati

“KAKAK IKYUUT” Teriak Irfan sambil melepas bajunya dan berlari


kearah mereka

Gw hanya diam melihat Irfan berlari kearah mereka, gw batalin pergi


dari situ. Gw lihat Irfan berlari kearah Selvi sambil merentangkan
kedua tangannya seolah-olah akan memeluk Selvi, gw pertama yakin
kalau Selvi akan menerima pelukan Irfan, tapi gw salah

“DUG!!” Suara terdengar dari arah sungai

Ternyata irfan ditendang Selvi, dia langsung memegang perutnya


yang sudah terlanjur ditendang Selvi

“Kok malah ditendang dek?” Kata Irfan masih memeggang perutnya

“Reflek kak, maaf” Kata Selvi dengan entengnya sambil mulai


dekatin Irfan dan mengelus-elus punggungnya Irfan

Bukannya khawatir, suasana malah jadi tawa, gw hanya diam sambil


menyaksikan kejadian tersebut, setelah melihat Selvi, gw jadi paham
lebih paham karakter Selvi saat itu. Mereka pun melanjutkan
bermain air bersama, mata gw tetap tertuju kearah Selvi, sempat
saat itu gw bisa melupakan betapa ngerinya desa ini, tapi hanya
sementara.

Siang hari datang, mereka menyudahi bermain airnya, gw heran


mereka bisa tahan bermain air beberapa jam, seperti anak-anak kecil
disini. Sebelum pulang, beberapa anak kecil datang kesungai untuk
bermain air juga, dan seperti biasa mereka mandi tanpa busana,
nggak cewek nggak cowok sama aja, padahal umur mereka ada yang
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
SD dan juga SMP, gw yakin otak mereka belum diracuni film porno
seperti anak-anak dikota, dimana hanya menggunakan HP, situs
porno bisa diakses, bahkan nggak sedikit warnet yang tak melarang
anak-anak membuka website porno.

Setelah melihat mereka, gw tiba-tiba kepikiran proker tentang


kreatifitas anak, gw pun menjelaskan ke Irfan, dan selvi menyetujui
karena memang belum ada yang mengambil proker tersebut, barang
bekas bisa dijadikan bahan kreatifitas anak, atau mungkin kayu-kayu
bekas juga bisa, dan juga kebetulan si Siska pintar dalam kreatifitas,
seperti sebelumnya gw bilang, siska memang cocok dijadiin istri, tapi
yang kurang adalah bodynya. Setelah berbagai pertimbangan Irfan
pun menyetujui proker tersebut dibantu Siska.

Karena sudah fix masalah proker yang diambil, kita pun pergi
kerumah lagi, dijalan Irfan mencoba menyinggung masalah jin yang
dilihat Giska

“Dek, kamu katanya lihat jin ya ?” Tanya Irfan

Saat itu Selvi hanya diam seperti nggak mau dengar tentang jin,
kalau Siska memang sudah paham masalah ada jin disini. Awalnya
Giska tak mau menjawab pertanyaan dari irfan, dan juga nggak
mempermasalahkannya, tapi saat itu Giska yang membuka obrolan
lagi

“Iya kak, dia pendek dan kayak bayangan, ada bayangan tapi nggak
ada orangnya” Kata Giska

“Pas mau dilihat dari dekat, bayangan itu pergi tapi cepat banget
kak” Lanjut Giska

“Wah pemberani juga ya kamu dek?” Tanya Irfan ke Giska

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Enggak juga kak, kalau diganggu juga lari kok” Jawab Siska

Mendengar Giska berbicara seperti itu, gw langsung mengira jika


yang dilihat itu si bayangan bukan sipendek yang asli, Tapi namanya
juga menebak, karena saat itu gw memang belum tau rupa sipendek
seperti apa.

Diperjalanan pulang kami bertemu sibapak pintar dan hanya


menyapa, sebenarnya gw pingin deketin tapi tangan gw dipegang
Irfan, mungkin sungkan kalau nemui dia tiap hari dan hanya
membahas jin terus. Dan akhirnya kita lanjutkan perjalanan pulang ke
rumah.

Sampai dirumah Irfan langsung membuat proposal dibantu Selvi, gw


pergi keteras rumah untuk makan siang yang baru saja selesai dibuat
Siska, dan jangan ditanya lagi, sudah pasti gw merokok setelah itu.
Rumah ini kalau siang memang agak berisik karena genset
dinyalakan untuk mengisi baterai HP dan keperluan lain yang
menggunakan listrik

Hampir 2 jam gw diteras sendirian, gw pun masuk rumah dan melihat


mereka sibuk dengan proposal Irfan, ditengah kesibukan mereka, gw
samperin mereka dan berdiri dekat Irfan, saat itu dirumah hanya ada
para wanita kecuali Vina, karena sudah pasti akan ikut Putra
mengawasi proker utama, dan juga mungkin membantu Anton dan
putra tentang proker individu mereka.

“Eh dek, tahu nggak kalau didesa ini banyak setannya ?” Kata gw ke
mereka

Setelah gw ngomong seperti itu, sama sekali nggak ada yang


merespon omongan gw dan hanya menatap gw, karena bête, gw
pergi kekamar dan memilih bermain HP sambil ngerokok ditambah
kopi.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Tak terasa magrib datang, gw keluar kamar, laporan Irfan sudah
selesai dari tadi, dia asik mengobrol dengan yang lain, irfan pun
mengajak gw mandi, gw setuju untuk mandi meski waktu sudah
magrib.

Setelah selesai mandi, makam malam sudah tersedia, gw tanpa ragu


makan makanan yang sudah disiapkan, Anton, Putra, Vina kembali
dari kegiatannya. Mereka langsung makan dan setelah itu mandi,
yang paling bikin gw gregetan saat itu, Vina pergi mandi bareng
Putra dan Anton. Nggak kebayang gw ngapain aja mereka nanti
dikamar mandi terbuka itu. Setelah mereka bertiga pergi gw
mencoba bertanya ke Selvi

“Mereka bakal mandi bertiga?” Tanya gw

“Nggak usah mikir macam-macam ke Vina, Anton itu gay” Kata Selvi
pelan

“Tahu darimana Anton gay ?, kalau Cuma pura-pura gimana ?” Tanya


gw lagi

“Awalnya saya mikirnya gitu, tapi waktu kepergok ciuman sama


cowok saya jadi yakin” Kata Selvi

“Makanya saya kalau meluk-meluk nggak risih sama dia”

“Jangan ngomong ke Anton, bisa saya nanti yang kena masalah”


Lanjut Selvi

“Kamu juga pernah mandi sama Anton dek ?” Tanya Irfan ke Selvi

“Udah nggak usah bahas lagi kak” Kata Selvi ke Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Mendengar hal itu dan Irfan hanya bisa diam, dan tak melanjutkan
pertanyaan ke Selvi, Setelah itu Irfan terus menatap gw sambil
nyengir dan menaikan alisnya berulang kali. Tapi gw cuekin aja

Malam pun datang, mereka semua pergi tidur dikamar masing-


masing dan menyisakan gw dan Irfan diteras rumah, suasana kembali
mengerikan, genset sudah mati sebelum magrib, hanya meyisakan
petromax dirumah ini, entah suasana ini cair karena candaan Irfan

“Gw kasihan sama putra Vin” Kata Irfan mencoba menahan tawa

“Kenapa ?” Tanya gw ikut tersenyum karena melihat irfan yang


hampir tertawa

“Dia tidur bareng Anton” Kata Irfan menahan tawa sampai geleng-
geleng kepala

Gw langsung paham apa yang dimaksud Irfan hanya melalui kalimat


tersebut, gw juga mencoba menahan tawa karena sudah malam,
suasana hening jika inget omongan Irfan tentang putra malah bikin
mau ketawa.

Tak lama kita berdua berdua bersiap untuk tidur, petromax dari dulu
memang gw taruh dipojokan kamar karena takut ketendang saat
tidur dan bisa menimbulkan kebakaran. Kita pun melanjutkan
obrolan tentang putra dan terus menahan tawa terus, hingga
akhrinya tawa kita menghilang setelah melihat bayangan kecil lewat
dan berdiri ditembok rumah, bayang tersebut jelas banget karena
cahaya dari petromax, awalnya gw kira itu bayangan si Irfan atau gw.
Entah kenapa bulu kuduk gw berdiri mengingat sibayangan tadi
malam

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Fan itu bayangan loe ?” Tanya gw

“Gw kira malah bayangan loe Vin” Jawab Irfan

Tak lama bayangan tersebut meninggikan badannya hingga hampir


mencapai plafon rumah, gw dan Irfan hanya bisa terdiam melihat
kejadian itu, dengan cepat gw balikkan badan menarik selimut
hingga menutupi wajah gw.

Gw coba menenangkan diri dari pada gw shock dan depresi lagi, gw


tarik nafas panjang berulang-ulang meski jantung berdetak dengan
keras. Setelah mulai bisa tenang gw mencoba melihat kearah
sibayangaan, dengan cepat gw bangun dari posisi tidur ke posisi
duduk untuk melihat kearah sibayangan dan ternyata sudah hilang,
gw merasa lega saat.

“Udah hilang Fan” Kata gw kearah Irfan yang masih berselimut sama
seperti gw

Irfan membuka selimut sedikit dan menyisakan wajahnya

“Coba loe perhatikan plafon” Kata Irfan

Mendengar hal itu detak jantung gw kembali berpacu, dengan cepat


gw arahkan pandangan mata gw kearah plafon, tapi ternyata nggak
ada apa-apa

“Nggak ada apa-apa njing, bikin takut aja loe tai!” Kata gw berkata
kasar dengan pelan karena merasa sudah dipermainkan Irfan

“Loe tunggu aja Vin, bentar lagi tuh, 2 kali gw lihat sebelum gw
nutup muka” Kata Irfan membuka selimutnya hingga dadanya

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Entah kenapa saat itu gw beneran melihat kearah plafon dengan
rasa was was + sedikit penasaran. 1 menit kira-kira saat itu gw
menunggu. Dan tiba-tiba wajah si merah yang mengerikan muncul
dari plafon, matanya melihat kearah sekitar kamar, dan berhenti
menatap gw dan tersenyum tanpa mengeluarkan suara apapun,
rahangnya hampir jatuh karena senyumannya.

Badan gw nggak bisa bergerak sama sekali, dari atas sampai bawah
rasanya lemas, hingga badan gw terjatuh dengan sendirinya kearah
kasur, terlihat wajahnya bergerak lagi hingga saat ditengah kamar,
dan tiba-tiba matanya jatuh tepat disamping gw, badan simerah pun
muncul dari atas plafon dan menuju kearah matanya. Terlihat jelas
tubuh simerah, melayang kearah matanya.

Melihat hal itu Irfan langsung bangun dari tidur dan pergi keluar
kamar, gw saat itu benar-benar pasrah karena nggak bisa berbuat
apa-apa, air mata gw keluar dengan sendiri, karena simerah sudah
dekat dengan posisi tidur gw, bau busuk si merah sudah tercium,
matanya tak berhenti menatap kearah gw.

Tak lama ada yang menarik kaki gw hingga badan gw berada di


ruang tengah, selang beberapa menit teriakan terdengar dari kamar
sebelah gw, yaitu kamar Selvi, mendengar hal tersebut dengan cepat
Irfan berlari kearah kamar. Gw benar-benar nggak bergerak karena
lemas akibat shock kedua kalinya selama didesa ini, gw hanya bisa
menatap kamar Selvi. Siska keluar kamar bersama Irfan sambil
menangis dan terus memeluk Irfan

Mendengar teriakan, kamar yang lain juga terbangun, mereka


langsung berkumpul untuk melihat apa yang terjadi. Tak lama Vina
pun teriak setelah melihat kamar Selvi. Akhirnya Irfan menutup
kamar Selvi. Vina terus mendekap ke putra sambil menutup matanya,
saat agak tenang, gw mencoba bangun dan bersender di tembok
ruang tengah.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Mereka semua berkumpul diruang tengah untuk membahas apa
yang terjadi, saat itu Siska bercerita kalau melihat hantu berjubah
merah dengan wajah berantakan, dan bau busuk yang menusuk
hidung, dia bercerita kalau simerah lewat tepat depannya, dia
terbangun karena bau busuk si merah, dan yang mengherankan,
Selvi sama sekali nggak mencium bau dan melihat si Merah. Vina pun
ikut bercerita jika melihat simerah juga sedang berdiri diatas lemari,
jadi dia hanya melihat badan si merah.

Sedang dalam kondisi berkumpul, dari salah satu kamar terdengar


banyak suara benda terbanting, kita semua hening saat itu dan suara
benda terus berdatangan dari salah satu kamar dirumah itu. Setelah
beberapa menit, suara tersebut hilang, Irfan mengajak Anton untuk
mengecek arah suara.

Tak lama Irfan dan Anton kembali keruang tengah dan bercerita jika
kamar Anton sudah dalam keadaan berantakan. Setelah mengetahui
itu, Anton, Putra, Selvi, Eni & Giska pergi kekamar Anton untuk
membereskan kamar Anton. Tak berhenti disitu, Eni berlari kearah
Irfan dan langsung merangkul tangan Irfan.

“Kenapa dek?” Tanya Irfan

Eni makin erat memeluk tangan Irfan dan terus mengusap air
matanya sambil terisak, Melihat itu Eni langsung disuruh duduk
disamping gw, tangan Eni langsung memegang baju gw karena
takut, gw diam aja dan berusaha agar badan gw bisa tenang lagi. Tak
lama Irfan datang lagi kearah gw dan Eni.

“Merokok didepan yuk Vin” Ajak Irfan

“Sini aja fan, diluar malah tambah ngeri” Kata gw menolak ajakan
Irfan

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Udah diluar aja Vin, percaya gw” Ajak Irfan lagi

Irfan langsung menopang gw untuk pergi kearah karena badan


masih agak lemas, Eni, Siska dan Vina langsung ikut keteras rumah
bareng gw dan Irfan. Setelah itu Irfan membakarkan rokok untuk
gw. Dan mulai bercerita

“Simerah ada didapur, takutnya kalian bisa lihat simerah dari ruang
tengah” Kata Irfan sambil menghisap rokok

Mendengar hal itu, para wanita hanya diam, gw lanjutkan ngerokok


sambil mencoba menenangkan diri gw. Takutnya gw bisa gila kalau
terus kepikiran tentang kejadian yang baru gw alami, sebisa mungkin
gw mensugesti diri gw sendiri agar bisa tenang.

“Beneran Vin, si merah bisa milih ke siapa dia pingin nunjukin diri”
Kata Irfan

“Diam dulu fan, gw lagi berusaha tenang nih, lemes badan gw”
Jawab gw

Keheningan terjadi lagi, Eni tetap mengusap air matanya terus, Siska
hanya diam dan menyandarkan kepalanya di tembok, Vina sedang
mencoba menahan diri agar tidak menangis dengan mengoyang-
goyangkan badannya dan kadang terdiam dan nunduk. Tak
berselang lama, gw bisa merasa tenang dan ngajak Irfan untuk tidur
agar bisa tenang

“Fan ayo tidur” Ajak gw

Lagi-lagi Eni mencengkram tangan Irfan, seolah-olah berkata jangan


pergi. Melihat hal itu gw pergi meninggalkan mereka. Didepan pintu
masuk gw terdiam karena melihat sosok simerah lagi berjalan
dilorong kamar menuju ruang tengah.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Kepalanya tak berhenti bergerak melihat kanan kiri, bahkan kepala-
nya bisa berputar 360 derajat, seolah-olah sedang mencari mangsa.
Dengan cepat gw kembali kearah Irfan dan terus berdiri, takutnya
kalau gw duduk malah kaki lemes dan nggak bisa berdiri.

“Kenapa Vin ?” Tanya Irfan

“Simerah ada dilorong kamar Fan” Jawab gw dengan mata tertuju


terus kepintu

Mendengar hal itu mereka merapatkan badan kearah Irfan, Tak


sedetikpun gw palingan pandangan mata gw ke arah pintu, untuk
mengawasi si merah saat keluar kamar, Tapi hasilnya nihil, si merah
sama sekali tak terlihat keluar dari pintu rumah. Irfan pun masuk
rumah untuk melihat keadaan, dan irfan berkata kalau simerah sudah
nggak ada dirumah.

Irfan menyuruh mereka tidur dikamar masing-masing lagi, dengan


berat hati mereka yang bisa melihat si merah akhirnya
mengiyakannya. Gw dan Irfan balik kekamar juga. Dan berusaha tidur

“Gimana keadaan loe vin?” Tanya Irfan

“Hampir gila” Kata gw singkat

Suasan hening pun datang, gw pun teringat kalau ini kawasan


simerah

“Kok sibayangan bisa dating kesini ya fan” Tanya gw

“Mana gw tahu vin, mungkin diam-diam dia datang kesini”

“Lagian paling mereka tadi berantem dikamar Anton tadi sampai


berantakan” Lanjut Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Heran gw, masa harus pake kungfu kalau jin berantem sampai
berantakin kamar”

Irfan mungkin berusaha melucu, tapi nggak mempan buat gw

“Ayo fan, cepetan kita pergi dari sini, lama-lama bisa gila beneran
gw” Kata gw

“makanya secepatnya selesaiin proker kita Vin” Kata Irfan

“Paling nggak laporan individu dan dokumen proker jadi, abis itu kita
cabut”

“Loe bisa kan bertahan beberapa hari lagi ?” Tanya Irfan

Gw hanya mengangguk saat itu, beruntung gw bisa memiliki teman


kayak Irfan, selain anaknya asik buat becanda, dia juga bisa ngerti
kondisi dan kemauan kita. Malam itu merupakan malam yang cukup
berat bagi selama ini, dimana malam ke 13 gw namakan “teror si
merah”

“Menurut loe, gimana mereka besok setelah kejadian hari ini Fan ?
Tanya gw

“Paling pada merengek minta pulang” Jawab Irfan

“Terus gimana nasib proker kita kalau nggak ada mereka? Tanya gw
lagi

“Nggak tahu dah Vin, lihat aja besok, dan sono tidur”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Gw berpikir lagi kenapa gw bisa mengalami hal seperti ini, mungkin
kelompok lain sedang asik-asiknya menikmati indahnya desa mereka,
dan disini gw harus melihat kejadian-kejadian diluar logika manusia,
selama ini setan yang gw tahu Cuma pocong dan kuntilanak, paling
banter juga leak, dan ternyata setan itu banyak macamnya.

Dan Pada akhirnya gw bisa tertidur dimalam itu tanpa ada munculnya
si merah lagi, mungkin aja dia muncul tapi gw nggak sadar. Besoknya
bapak pintar menjelaskan yang terjadi, bahkan tentang kamar yang
bisa diberantakin jin-jin tersebut

Didesa ini gw sama sekali nggak pernah lihat yang namanya pocong,
padahal pocong termasuk yang universal, dimana jika kita bertanya
kepada orang pasti paham dan mengerti bagaimana rupa dan bentuk
pocong. Dan juga kuntilanak, selama ini khas dari kuntilanak adalah
ketawanya yang unik hingga ada yang menjadikan ringtone, tapi
suara kuntilanak yang gw lihat bukan seperti itu, tapi melengking
keras banget, selain itu juga memiliki taring, juga senang terbang-
terbang, dan dialah penghuni kursi yang ditaruh sesajen dihutan,
yang orang desa berkata kalau jin ini usilnya setengah mati. Jin inilah
yang pernah masuk dalam cuplikan cerita gw saat gw nganter Vina
dan Eni ke WC, Eni yang pertama melihat dan lari kearah rumah.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Hari / Malam 14
Hari ini gw terbangun karena ada suara gaduh diruang tengah, gw
melihat kearah samping, ternyata Irfan sudah bangun dari tidurnya
dan pergi entah kemana, gw bangun dari posisi tidur gw dan
bersendar ditembok kamar, lagi-lagi gw berfikir, apalagi salah gw
didesa ini hingga jin bisa menganggu, bahkan dalam waktu 2 minggu,
sudah ada 4 jin yang mengganggu, apalagi 3 dari 4 jin yang
menghantui berasal dari desa ini, bukan dari hutan, dimana desa ini
adalah tempat kita melakukan kegiatan KKN.

Setelah lama berpikir, suara gaduh masih terjadi diruang tengah, gw


berdiri dan pergi untuk melihat apa yang terjadi. Diruang tengah
ternyata Vina sedang ribut dengan putra karena Vina ingin ikut pergi
ke kota dan menginap disana, karena besoknya anak ke 10 tiba
dibandara.

Tak mau ikut campur, gw milih pergi ke dapur untuk cuci muka, dari
kamar Selvi terdengar suara tangisan terisak, gw mencoba melihat
ke arah kamar dan itu adalah Siska, gw bisa ngerti kenapa Siska bisa
sampai depresi seperti itu, dikamar tersebut sudah ada Selvi & Giska
yang mencoba menenangkan Siska, dengan gampangnya Selvi &
Giska berkata “Tenang”, coba mereka juga mengalami kejadian yang
dialami Siska, udah pasti posisi mereka akan menangis seperti Siska.

Tanpa menyapa mereka, gw pergi ke dapur dan cuci muka, entah


kenapa gw parno saat berada didapur, mengingat Irfan berkata jika
melihat si merah ada didapur. Dengan cepat gw cuci muka dan
meninggalkan dapur sambil melihat keadaan sekitar, sapa tahu si
merah menghantui lagi, karena nggak siang nggak malam jin bisa
saja menggangu.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Gw pergi keruang tengah mencari sarapan, tapi ternyata nggak ada
sama sekali, bahkan segelas teh pun nggak ada diruang tengah.
Diruang tengah Vina masih berdebat dengan Putra masalah pergi ke
kota juga menginap. Tak mau menyapa mereka, gw lanjutkan
berjalan kearah teras untuk merokok.

Diteras, sesekali gw melihat arah batu simerah. Tak lama, Irfan


datang bersama Anton, Irfan nyamperin gw untuk ikut merokok dan
Anton langsung masuk ke rumah.

“Dari mana loe ?” Tanya gw

“Dari pak kades Vin, untuk ijin ke kota beberapa hari” Kata Irfan
sambil membakar rokok

“Ha ??!!, loe juga ikut ke kota ??!!” Tanya gw agak tinggi

“Kagak, nemenin Anton doank, Putra kan lagi diomelin istrinya” Kata
Irfan senyum ke gw

“Bosen gw, itu itu terus yang dibahas, kayak nggak ada habisnya”
Lanjut Irfan

“Loe nggak ikut ke kota ?” Tanya Irfan

Mendengar hal itu, gw tiba-tiba kepikiran untuk ikut ke kota, tapi


kalau gw ikut, sama aja bohong karena nggak ada Irfan. Tapi
ketakutan gw mengalahkan persahabatan gw. Dengan cepat gw
berdiri dan menghampiri Anton

“Eh Dek, gw ikut ke kota ya” Kata gw

“Terus yang jaga cewek-cewek sapa mas ?, mereka ditinggal ?” Kata


Anton
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Kan ada Irfan yang jaga” Kata gw

“Cuma mas Irfan yang jaga ?” Tanya Anton berusaha mematahkan


omongan gw

“Kalau gitu sama loe juga nggak papa dek” Kata gw

“Kan rumah saudara saya yang ada dikota, lagian mereka juga kenal
putra”

“Jadi saya lebih nyaman kalau pergi ke kota dengan putra, dan juga
mas kan nggak kenal sama anak ke 10” Lanjut Anton

Perdebatan pun berlanjut, Irfan datang menghampiri gw dan


merangkul gw

“Udah sama gw aja Vin disini, kan ada gw” Kata Irfan

“Terus kenapa kalau ada loe ?, lihat setan juga bakal lari bareng”
Kata gw menepis omongan Irfan

Debat kembali berlanjut, hingga pada akhirnya gw ngalah karena


muak dengan kata-kata Anton yang terus memojokkan gw.Hampir
gw pukul Anton saat itu, tapi gw terus dipegangin Irfan, perdebatan
Vina dan Putra kalah dengan perdebatan gw dengan Anton, saat itu
juga, gw blacklist Anton dari kehidupan gw.

Dengan kasar gw pergi meninggalkan mereka dan pergi cari angin


untuk menenangkan diri gw, Irfan pun mengikuti gw yang nggak
tahu gw mau pergi kemana. Ditengah jalan gw berhenti dipinggir
sungai untuk menikmati udara segar. Dan irfan pun duduk disamping
gw.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Emosi ?” Kata Irfan sambil menahan tawa

“Iya lah tai, mentang-mentang dia yang punya mobil, coba dikota,
udah gw tabrak dia pake mobil gw”

Irfan pun tertawa mendengar omongan gw

“Sekalian pamer mobil ya Vin ?” Kata Irfan melanjutkan tertawanya

“Gila!!, loe masih bisa ketawa ya ?!, lupa loe ama kejadian tadi
malam ?!” Kata gw agak tinggi sambil memukul lengan Irfan

“Kagak, gw lagi menghibur diri” Kata Irfan masih tertawa

Gw hanya bisa mendengar Irfan melanjutkan tertawanya, mengingat


kejadian tadi malam, gw berniat pergi kebapak pintar. Gw berdiri dan
pergi tanpa berpamitan ke Irfan yang masih menikmati tawanya

“Kemana loe ?” Tanya Irfan

“Ke Bapak pintar” Jawab gw simpel sambil pergi meninggalkan Irfan

“OKEEE!!, gw ikut” Kata Irfan bernada tinggi

Gw dan Irfan pergi untuk menemui bapak pintar, tapi sebelum itu,
Irfan ngajak gw ke salah satu rumah warga yang membuatkan Irfan
bak sampah untuk prokernya, dan sampai disana, bak sampah baru
jadi kurang dari setengah, dalam hati gw berkata kalau bapak yang
membuat sampah terlalu malas, karena lama banget buat baknya.

Irfan yang mengobrol dengan bapak tersebut, dan gw hanya diam


sambil merokok. Tak lama obrolan selesai, gw dan Irfan pergi menuju
ke rumah bapak pintar, dan ternyata beliau ada sedang ngobrol
dengan salah seorang warga disana, tanpa rasa malu dan sungkan,
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
gw samperin bapak pintar yang lagi asik ngobrol

“Bisa gila lama-lama saya disini pak, simerah ganggu lagi, maunya
apa sih pak dia itu?!” Kata gw

Bapak pintar dan warga itu hanya tersenyum melihat gw berbicara


seperti itu. Semakin lama bikin semakin emosi, tiap bahas jin pasti aja
disambut dengan senyuman, seolah-olah itu hal sepele bagi mereka.
Coba dikota gw bicara dan bercerita kalau gw diganggu jin, paling
sudah gempar warga dikota dan akan menjadi gosip hangat, dan
orang yang percaya jin akan sedikit ketakutan, dan orang yang nggak
percaya jin akan mengira gw orang gila yang sedang nyari sensasi.
Irfan tiba-tiba menepuk-nepuk pundak gw, mungkin dia melihat
ekspresi emosi gw.

“Tadi malam si merah sama si bayangan ada dirumah pak” Kata Irfan
membuka obrolan

“Mereka berantakin kamar teman saya, 3 orang cewek sampai


teriak=teriak ketakutan, tapi anehnya ada juga yang nggak lihat
simerah” Lanjut Irfan

“Ohh ya ya, Itu si merah sedang mengusir si bayangan” Kata bapak


tersebut

“Memang bisa pak sampai berantakin kamar ?” Tanya Putra

“Itu lah jin, kadang kita nggak bisa mengerti kekuatan mereka
seperti apa, ada yang bisa terbang”

“ada yang bisa berubah bentuk, bahkan seperti kamar kalian, tanpa
memegang benda mereka bisa menggerakkan benda”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Memang derajat manusia lebih tinggi daripada jin, tapi manusia tak
punya kekuatan seperti jin” Lanjut bapak pintar menggakhiri
omongannya

“Sekarang yang jadi pertanyaan saya pak” Kata gw ke bapak pintar

“Kenapa mereka harus menampakkan diri kalau memang mau


berantem?, kita ikut jadi korban kalau seperti itu” Tanya gw

“Pertama si bayangan menampakkan diri untuk mengganggu kalian”

“Kedua, kata siapa si merah menampakkan diri?, buktinya ada teman


kalian yang tidak melihat”

“Terus kenapa saya dan teman saya bisa lihat?” Tanya gw


menyerang

“Dari awal sudah dikasih tahu, kalau simerah bisa milih kepada siapa
dia mau menunjukan diri”

“Si merah memberitahu kalian, kalau jangan khawatir ada dia


menjaga kalian”

“Simerah termasuk jin kuat disini, kalau mereka mau menghantui


kalian, sudah dari dulu dia berbuat sepert itu, bahkan saat kalian
masuk ke desa ini”

Obrolan berlanjut lagi mengenai jin, warga yang ada bersama bapak
pintar hanya ikut senyum, mendengar obrolan tersebut, heran
banget gw saat itu, kenapa mereka menganggap sepele masalah
seperti ini, apa memang mereka sudah terbiasa dengan hal seperti
ini?.

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


Tak berselang lama, kami pun ijin pamit untuk pergi kembali
kerumah, dan lagi-lagi gw nggak dapat jawaban yang memuaskan,
seolah-olah memang sedang ditarik ulur. Gw merasa lama-lama
bapak pintar seperti menggoda gw dan Irfan, apalagi dengan
entengnya ngomong kalau kita dijaga oleh simerah.

Dijalan kita membahas lagi tentang simerah, apa dia memang baik
atau jahat tapi lagi baik, dan kita ambil kesimpulan kalau simerah jin
jahat yang lagi baik. Gw nggak bisa terima omongan bapak pintar
yang berkata jika simerah sedang ingin berteman, siapa sih yang mau
berteman dengan jin yang rupanya hancur seperti itu.

Sampai dirumah, Anton dan putra sedang bersiap-siap, melihat hal


itu gw samperin Selvi yang sedang ada didapur untuk “mencoba”
memasak menggantikan Siska, saat itu Vina ada disamping Selvi
kelihatan murung dan mungkin juga hampir nangis

“Dek, kamu ikut ke kota ?” Tanya gw

“Nggak kak, saya nanti yang mengawasi proker sumur & kamar
mandi” Kata Selvi

“Udah kamu kasih tahu Anton untuk membeli bahan pokok untuk
proker gw?” Tanya gw

“Beres kak, sudah aku kasih tahu, uangnya juga udah kok” Kata Selvi

Mendengar hal itu cukup lega hati gw, ada rasa senang sedikit
karena sebentar lagi gw cabut dari desa ini dan menikmati waktu
dikota, sambil menunggu hari penarikan KKN.

Gw pergi meninggalkan Selvi & Vina untuk pergi ke teras, disana gw


lihat Eni sedang ngobrol dengan Irfan, gw pun duduk disamping Irfan
sambil menguping apa yang sedang diomongin.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dan ternyata Eni pingin ikut ke kota karena ingin menenangkan diri
sebentar, tapi hari ini proker dia, jadi dia pasrah untuk tidak ikut.

“Proker diundur kan bisa dek, ntar kakak bantu ngomong ke kades
tentang prokermu” Kata Irfan

Eni tetap diam dan lagi-lagi nunduk sambil bermain kuku. Saat itu
risih juga ngelihatnya, karena seperti model cewek manja.

“Ntar kakak yang ngomong ke Anton biar kamu ikut” Kata Irfan

Irfan pun kedalam rumah untuk berbicara dengan Anton, Sambil


menunggu Anton, Eni hanya diam dan kadang melihat kearah gw
dan tersenyum, tapi gw cuek dan tak membalas senyumannya.

Gw saat itu hanya memandang Eni dan berpikir kalau bagus banget
Eni pergi dari desa ini, selama ini 2 jin muncul gara-gara dia, itu
anggapan gw saat itu, karena memang sebenarnya gw nggak
bertanya kenapa si bayangan mengganggu, dan lebih fokus ke
simerah.

Dari segi fisik, merah lebih mengerikan dari pada sibayangan, yang
wujudnya hanya bayangan hitam, tak jauh beda dengan bayangan
kita. Tak lama Irfan datang

“Udah dek sana siap-siap, habis itu kerumah pak kades buat
mundurin jadwal proker” Kata Irfan

Eni tersenyum mendengar hal itu dan langsung pergi masuk ke


rumah. Irfan duduk disamping gw membakar rokok dan tiba-tiba
nyengir tanpa berkata sepatah katapun

“Napa loe ?” Tanya gw

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Yang mantap-mantap ditinggal Vin” Kata Irfan masih tetap nyengir
ke gw

“Ha ?” Kata gw nggak ngerti omongan Irfan

“Yang pergi ke kota Anton, Putra, Siska, Giska & Eni” Kata Irfan
masih dalam keadaan nyengir

“Lhooo??!!, malah Vina ditinggal ?” Tanya gw

“Iya, jangan tanya kenapa, gw juga nggak tahu” Jawab Irfan

Eni datang menghampiri Irfan karena sudah selesai bersiap, Eni


minta antar ke rumah pak kades untuk bicara tentang proker yang
akan diundur, saat itu Irfan mengajak gw tapi gw tolak, gw milih
dirumah dan membuat mie karena belum sarapan.

Melihat mereka pergi, gw masuk kedalam dan mengambil mie


dikamar, didapur Selvi masih “mencoba” memasak. Tak sungkan gw
minta dibuatin mie oleh Selvi, dan selvi pun mengiyakan. Gw lihat
Vina bersandar dipundak Selvi dan masih kelihatan murung, itu pasti
karena kecewa oleh putra.

Tak lama siang pun datang, mereka siap-siap berangkat. Vina nggak
ada melepas kepergian cowoknya. Wajah bahagia terlihat dari wajah
para wanita karena akan pergi meninggalkan desa ini “sementara”.
Dan Pergilah mereka menuju kota, gw dan Irfan duduk diteras
karena nggak tahu mau ngapain. Belum lama mereka pergi, mobil
sudah menuju kembali ke rumah, tiba-tiba Anton datang ke arah
Irfan

“Mas, waktu mau keluar desa, dijalan masuk desa ada mahkluk tinggi
nggak ada tangannya” Kata Anton tanpa ada rasa takut sedikitpun

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


(Ada Part dimana sitangan muncul, dan kenapa gw menamakannya
“sitangan”)

“Berdiri di tengah jalan dia mas, kayak mau menghadang” lanjut


Anton

“Terus loe balik Cuma mau bilang gitu doank?” Tanya gw sinis

“Oh nggak mas, ada barangnya putra ketinggalan”

Gw pergi untuk melihat mobil yang awalnya gw pikir bakal gempar


anak-anak cewek karena munculnya sitangan, tapi nggak terjadi apa-
apa dengan mereka, malah membahas mau ngapain aja dikota, gw
berpikir kalau mungkin mereka belum lewat, atau mungkin sudah
lihat tapi nggak takut. Karena malas mikir panjang dan malas bahas
jin, gw pergi masuk ke kamar dan tiduran dikamar.

Selang setengah jam karena bosan, gw pergi keluar kamar, diteras


Irfan, Vina & Selvi sedang ngobrol-ngobrol. Vina saat itu menjadi
pendiam, mungkin karena kecewa dan mungkin juga karena kejadian
tadi malam, oleh karena itu Irfan selalu mencoba melucu disela-sela
obrolan.

Malam hari pun tiba, gw dan Irfan masak mie karena muak dengan
masakan Selvi. Sambil memasak, kepala gw tak berhenti melihat
kanan kiri, karena takut si merah bakal datang lagi.

“Sitangan muncul akhirnya ya Vin” Kata Irfan sambil mengaduk-aduk


mie

“Itu yang dari dulu gw heran Fan, kenapa mereka ganggunya gantian
terus”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Tadi mau nanya bapak pintar malah lupa, terlalu fokus sama
simerah”

“Tanya sekarang aja yuk, kita kerumahnya” Kata Irfan dengan gam-
pangnya

“Loe pikir ini jam berapa tai ?” Kata gw

“Ya gpp, sekalian refreshing nyari jin, kata Irfan nyengir”

“Loe aja sana!” Kata gw

Obrolan sederhana berlanjut diiringi suara aliran sungai dari belakang


rumah, dan juga suara jangkrik. Setelah mie jadi, kita makan mie
tersebut diruang tengah, sedang asiknya makan, terdengar suara
rombongan orang dari luar rumah, dengan rasa penasaran gw dan
irfan mencoba melihat kearah luar, ada kira-kira 7-10 orang pergi
membawa sesajen dan pergi kearah hutan, sebelum masuk kehutan,
mereka mampir ke tempat batu simerah dan memberi sesajen
ditempat tersebut.

“Vin ikut mereka yuk” Ajak Irfan

“Ogah Fan, loe jangan macam-macam”

“Kenapa emang ?”

“Yaelah pake nanya, ntar malah loe bawa jin kerumah ini” Kata gw

Dan akhirnya Irfan memutuskan untuk nggak pergi, tak lama Selvi
dan Vina pergi menemui gw dan Irfan, dan sempat melihat
rombongan tersebut. Vina langsung mendekap tangan Selvi

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Lagi ngapain mereka itu kak?” Tanya Selvi ke Irfan

“Biasa, naruh sesajen” Kata Irfan

“Nggak betah gw lama-lama, mengundurkan diri aja yuk Sel dari


KKN ” Kata Vina hampir menangis

Masih memaklumi gw Vina berkata seperti itu, perasaan gw nggak


jauh beda sama apa yang dirasain Vina. Tapi Selvi tetap saja
menenangkan Vina sambil mengelus-elus pundaknya. Irfan pun
mengajak masuk kerumah, semua pintu dan jendela ditutup rapat-
rapat.

Kita berempat ngobrol diruang tengah ditemani oleh petromax, saat


itu lebih banyak heningnya daripada ngobrolnya. Jujur saja, lampu
petromax sebenarnya menambah ngeri suasana, ditambah sepinya
ruangan ini, biasanya ada tawa dari Siska dan obrolan ringan Eni &
Giska, dan juga ada Putra serta Anton yang hadir untuk meramaikan
suasana.

Tak lama kita berempat pamit untuk tidur, dikamar gw selalu


waspada dan terus melihat kearah plafon rumah yang terbuat dari
bambu.

“Fan, gimana kalau simerah datang lagi” Tanya gw

“Pasrah” Kata Irfan ke gw

“Gw heran sama loe Fan, kadang takut, kadang berani, gimana sih
loe ?” Tanya gw

“Tergantung posisi dan tempat gw Vin”

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya


“Kalau sendiri gw lari, kalau ada teman yang nggak berani, ya mau
nggak mau gw berani” Kata Irfan

“Paksain aja, ntar juga berani sendiri” Lanjut Irfan

Disela-sela obrolan ada sebuah momen yang gw anggap itu


perbuatan si Merah, ada yang melempar sesuatu ke jendela kamar
gw dan Irfan, kejadian itu terjadi beberapa kali, tapi kita acuhkan saat
itu, karena memang nggak mau nyari masalah baru, gw tarik selimut
gw dan mencoba tidur dimalam itu, selain itu suara dari simerah
terdengar jelas dari luar jendela. Tapi yang pasti malam itu, gw nggak
melihat ada simerah muncul dikamar gw.

Itulah gangguan kecil yang gw alami dimalam ke 14..

// Udah sampe sini threadnya, tapi sekali lagi gua tegaskan cerita ini
BELUM TAMAT //

// Cek thread nya disini.

// Kunjungi blog gw buat dapetin PDF Kaskus yang lain.

// Klik ini Oppa SFTH

//Salam

PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya

Anda mungkin juga menyukai