KKN Berhantu Di Desa Terpencil Kaskus PDF
KKN Berhantu Di Desa Terpencil Kaskus PDF
dirinya
KKN [Kuliah Kerja Nyata]
Berhantu [Desa Terpencil]
Sebelum ane ke cerita, disini ane sampaikan ada cerita 17++ di
beberapa part. Jadi untuk yang dibawah umur bisa mundur dulu dari
thread ini, yang udah dewasa monggo dilanjutkan baca, tapi sikapi
dengan bijak. Yang masih dibawah umur dan nekad baca, ane saranin
ente berpikir dewasa. Ini cerita bukan untuk dicontoh, kalau bisa,
ente ambil hikmah dari ini cerita.
Apakah cerita ini real story ?. Ane nggak akan bilang ini real apa fiksi.
Silahkan beranggapan sendiri, jika kalian menganggap ini true story,
ane cuma bilang kalau tokoh, tempat, nama desa disamarkan semua.
Jika kalian menganggap ini fiksi, ane cuma bilang selamat membaca.
Dan mohon untuk yang tidak senang dengan cerita ini untuk diam,
menghormati tulisan orang,
DI ENDING, Tidak ada yang mati dan tidak ada yang gila dalam cerita
ini, seperti film-film horor yang telah kita sering nonton
Untuk lebih lengkapnya bagi yang belum tahu, bisa nyari di google
tentang KKN (Kuliah Kerja Nyata). Enaknya dikampus gw, kita bisa
milih kelompok KKN sendiri agar KKN berjalan dengan baik. Jika kita
kesulitan, kita bisa melapor ke panitia KKN untuk dibantu dicarikan
kelompok.
“Dek, maaf menggangu, saya mau ikut kelompok KKN kalian bisa?”
Kata gw ditelfon
“Oh bisa, atas nama siapa dan semester berapa ya?” Tanya orang
ditelfon
“Oh iya kak bisa, nanti tanggal 11 bisa ngumpul dulu di kampus,
bisa ?” Tanya wanita tersebut
“Ya sudah ya kak, sampai ketemu tanggal 11” Kata wanita itu dengan
sopan
Dan akhirnya beres masalah judul skripsi dan KKN gw. Setelah hati
terasa lega, gw nongkrong ketempat teman gw, yang sama-sama
merintis didunia online. Disana udah pada ngumpul, mereka sibuk
dengan laptop mereka sendiri=sendiri, ada yang nonton bokep, ada
yang maen game, ada yang lagi maen forex dll
“Ngurus skripsi ama KKN, stress gw” Kata gw sambil ambil minum
dikulkas
“Eh fan, kita satu angkatan kan ?” Kata gw ke irfan sambil gw duduk
disampingnya
“Udah tai, tapi katanya nggak masuk nilai gw” Jawab irfan
“Najis vin !!, sia-sia hidup gw 1 semester gara-gara KKN” Kata irfan
sambil melepas cubitan gw
“Ayo donk vin, biar ada temen nih gw” Rayu gw ke irfan
“Loe aja sana, gw udah nggak peduli masalah kuliah” Kata irfan
menepis rayuan gw
“Bisa kak bisa, lagian kelompok kita juga belum memenuhi standar
minimal kelompok” Kata perempuan tersebut
“Halo, saya alvin dan ini irfan” Kata gw sambil bersalaman dengan
mereka
“Saya Selvi, mereka Anton, Putra, Vina, Siska, Eni, dan Giska” Kata
Selvi
Dan kita pun berkenalan, dan ngobrol tentang diri kita masing-
masing untuk lebih akrab
“Ada 1 lagi kak, anak cowok juga, tapi masih pulang kampung” Kata
Eni menjelaskan.
“Terus untuk masalah daerah itu gimana dek?. Gw sama irfan ikut
kalian aja deh” Tanya gw
“Terus, sudah observasi tempat belum, apa mereka setuju kita KKN
disana?” Tanya gw
“Semua sudah diurus kak, kakak tinggal kumpul uang dan bawa
badan aja” Kata Selvi
“Oh iya mas, nanti tanggal 18 kita pembekalan KKN 4 hari ya” Kata
Anton ke gw
“Sekarang kita ngumpul untuk data diri dan uang administrasi KKN
500 ribu” Lanjut Anton
“Wah oke deh kalau gitu, senang malah gw” Kata gw membalas
senyuman Anton
Gw jalanin hidup gw seperti biasa, tapi ada yang beda sedikit, gw lagi
sibuk membuat proposal skripsi, kertas yang diberikan pembimbing
gw, menjadi acuan gw dalam membuat proposal. Tanpa gw sadari
ternyata gw cepat dalam membuat proposal, hanya butuh 5 hari
lembur gw selesai membuat proposal skripsi.
“Tolol loe vin, ngapain loe nyari yang luar pulau” Kata irfan berbisik
mencubit pinggang gw
“Mana gw tahu fan, gw kira semua juga luar pulau” Kata gw melepas
cubitan irfan
Hari ujian KKN dimulai, gw nggak ngerti dan nggak paham tentang
apa yang disampaikan panitia KKN, dan gw milih nyontek, irfan
nyontek ke depan dan sampingnya, gw pun sama kayak irfan. Dan
akhirnya kita lolos dalam test dan bisa ikut KKN. Setelah ujian selesai
kita semua berkumpul dan berbicara masalah tempat kita ngumpul
sebelum berangkat. Setelah diskusi, akhirnya sepakat dikampus, dan
nanti sama-sama pesan taxi untuk kebandara.
Dan langsung saja kita kehari H, dimana kita semua sudah berada
dibandara untuk berangkat ke lokasi KKN, gw sama irfan bawa 3
koper, dimana barang-barang kita berdua dijadiin satu agar gampang
membawa dan mengingatnya, kita yang berangkat cuma 9 orang,
anak cowok yang 1 lagi katanya nyusul karena masih dikampungnya.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Pesawat pun berangkat, perjalanan memakan waktu kira-kira 2-3
jam.
“YEEEEEE !!!” Teriak bahagia Selvi dan Vina sambil memeluk anton
Gw dan irfan kaget dan heran melihat mereka teriak seperti itu.
kelakuan mereka terbuka semua, gelagat mereka terlihat bahagia
seolah damai itu datang bersama mereka, mereka tertawa, lompat-
lompat dll, yang menunjukkan ekspresi bahagia. Hanya 1 orang yang
diam kayak gw dan irfan, yaitu Eni, dia anaknya berjilbab sendirian
dikelompok ini.
“Tuh, mampus kan kita, ababil semua noh” Bisik irfan ke gw sambil
megang koper
“Bau-baunya kita nggak bakal lulus KKN nih, atau bahkan kita bakal
ke DO” Lanjut irfan berbisik
“Jalanin aja dulu fan, kita nggak tahu kedepannya” Kata gw balik
berbisik ke irfan
“Terserah loe aja deh, lagian gratisan kan gw ikut KKN” Kata Irfan
pergi ninggalin gw.
“Tadi sudah SMS mereka masih dijalan kak” Jawab Selvi sambil
mengaduk es jeruknya
“Eh iya kak, mungkin kakak mau beli rokok atau apa buat persediaan
disana” Kata Vina
“Lha kenapa emang dek? Didesa nggak ada yang jual ?” Kata gw
bertanya ke Vina
“Kenapa nggak dari dulu ngasih tahu dek?” Kata gw udah merasa
nggak nyaman bersama mereka
“hehe maap kak, saya kira kakak sudah paham, kan daerah terpencil
kak” Kata Vina sambil senyum
“Maaf kak, saya nggak bisa bantu tadi” Kata Eni sambil tersenyum
Kita berdua nggak nyangka kalau tempat KKN kita sangat jauh, beda
dengan yang gw pikirkan sama irfan. Bahkan mobil menuju ke arah
gunung yang jalannya bergeronjal atau bisa dibilang jalannya jelek,
karena masih berupa tanah. Hampir 3 jam kita di perjalanan tapi
belum kunjung sampai. Irfan menulis di Hpnya
“Disini belum ada listrik, pakenya lampu petromax” Jawab bapak itu
lagi
“Tuh, lihat rumah yang itu, katanya sih, ini katanya lho ya, tempat itu
sering muncul” Kata pimpinan desa
“Galau tuh bapak yang punya rumah, terus memodarkan diri” bisik
irfan ke gw sambil nahan ketawa
“Tinggal onani aja kok sulit, atau selingkuh ama tetangga” Lanjut
irfan bisik ke gw sambil tetap nahan tawa
“Sarap mungkin nih bapak, dikira kita lagi maen sinetron horor fan”
Kata gw berbisik ke irfan dan hampir tertawa terbahak-bahak
“Jangan salah loe vin, kita bisa bikin film nanti nih” Kata berbisik
irfan hampir tertawa lepas
“Ya nggak mungkin dek, baru tau bapak kalau setan bisa membunuh
manusia, kalau mengganggu iya” Kata bapak tersebut
“Pak, saya nggak percaya orang mati terus jadi setan pak” Kata gw
lanjut ke bapak itu dan langsung menatap irfan untuk senyum.
“Saya nggak pernah bilang orang wafat terus jadi hantu lho dek”
Kata bapak itu sambil senyum
Setelah beberapa obrolan dan telah mengetahui situasi desa, kita ijin
pamit balik ke rumah, petromax sudah dinyalakan oleh warga untuk
kita, mereka menaruh diteras rumah. Total ada 6 buah, kita sepakat
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
tiap kamar diberi 1 lampu petromax, sisanya ditaruh di ruang tengah
yaitu 2 buah.
“Tahun dulu, loe ikut KKN kayak gini juga?” Tanya gw sambil
menghisap rokok
“Nggak tahu gw, nggak pernah datang, hanya setor uang” Jawab
irfan dengan santai
“Ya pantes tai, nilai nggak keluar” Kata gw dengan nada agak tinggi
“Ya paling nggak nilai E atau D nggak masalah, ini malah nggak ada
sama sekali” Kata irfan sewot
“Dah lah fan, diem aja deh loe” Kata gw dengan malas
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Irfan menaruh bantal dan tiduran, lalu membakar rokok, dia
memperhatikan sekeliling, sambil ngerokok. Suara jangkrik dengan
jelas terdengar, suara burung hantu pun juga sama, ditambah
dengan suara pohon yang tertiup angin, sudah cukup untuk
membuat nyali gw ciut. Akhirnya gw lanjutkan ngobrol dengan irfan.
“Terus loe mau ngapain besok?” tanya sambil nendang kaki irfan
pelan
“______”
“Tuh tempat kamar mandi bambu, ada dibelakang rumah” Kata irfan
masih posisi santai
“Rumah ini lebih tinggi dari tempat mandi, lagian penutup bambu
cuma sedada kita” lanjut irfan lagi sambil menghisap rokok
“Kalau dipikir mereka ini aneh vin” Kata irfan sambil masih tiduran
“Loe liat aja lokasi KKN sama jumlah kita, apalagi sekarang malah
banyak ceweknya” Jelas irfan
“Untuk masalah makan, kita beli dari masyarakat sini kak, mereka
terima rupiah kok” Kata Selvi
“Bumbu pun mereka juga ada yang jual, meskipun nggak tiap hari”
Lanjut Selvi
“Iya kak, seminggu sekali juga ada mobil jualan bahan pokok dari
kota datang kemari” Kata Giska
“Terus nanti yang masak serahin sama ahlinya kak” Kata Siska
dengan PD sambil nunjuk dirinya
“_____”
“Oke deh, masalah makan bisa maklum gw” Kata gw sambil natap
mereka satu persatu
“Tadi barusan kita bahas kak, besok atau lusa kita akan kekota beli
genset” Kata Siska baru ngomong
“Pakai uang kas ?, harga genset nggak murah lho dek” Kata gw
dengan hati sedikit emosi
“Iya kak, nanti kalau emang kurang duit KKN, bisa kita diskusikan
lagi” Kata Selvi
“Jadi nanti waktu beli genset, kita sekalian ambil mobil” Lanjut
Anton
“Untuk awal kekotanya nanti kita bisa pinjam motor warga mas”
Lanjut Anton lagi
“Oh ada saudara dikota tadi?” Tanya gw udah sedikit agak lega
“Ada mas, mereka juga yang bantu nyari desa yang kira-kira bisa buat
KKN” Jelas Anton
“Ya tapi mobil tua mas, nggak bagus-bagus amat” Lanjut Anton lagi
“Sekarang gw mau bahas masalah sinyal nih, sama sekali nggak ada
kalau gw” Lanjut gw
“Saya pakai Tel***sel kak, ya tapi sinyalnya sekarang ilang lagi” Kata
Eni senyum ke gw
“Oh oke sip kalau gitu, yang penting ada meskipun 1” Kata gw
senyum ke Eni
“Kayak artis aja, banyak panggilan, jadi sibuk” Celetuk Vina tentang
gw sambil melipat tangannya
“Dah, biarin aja” Omong Putra pelan ke telingan Vina sambil senyum
Kaki Anton menyenggol kaki Putra untuk memberi kode kalau harus
diam. Gw saat itu emosi banget, gw tatap mereka tajam, semakin gw
tatap, semakin menjadi senyuman meremehkan gw. Hampir gw
banting lampu petromax yang ada didepan gw, tapi irfan datang
memegang dua pundak gw dengan kedua tangannya sambil
memijat. Sedikit meredam emosi gw saat itu.
“Iya apalagi suasananya ngeri kayak gini” Kata Siska dengan wajah
takut
“Bener, dari tadi bulu kuduk gw naik terus, bikin merinding” Kata
Vina lagi
“Kalau kita nggak ganggu, mereka juga nggak ganggu kok” Lanjut
Eni tersenyum
Dan disaat itu juga ada seorang bapak-bapak yang sedang megang
clurit / arit lewat depan rumah. Kaki sebelah kanannya nggak bisa
digerakkan, seperti kaku, jadi jalannya diseret. Rupa bapak tersebut
nggak mengerikan, hanya berkumis dan berjenggot putih panjang.
Melihat kejadian itu gw hampirin irfan yang sudah ada diteras rumah
“Gila loe fan, sok berani loe” Kata gw mukul bahu irfan
“Eh dek, mana ada setan yang nyeret kakinya” Kata Irfan sambil
cubit pipi Selvi dengan nada gemes
Saat itu juga gw tahu kalau Eni beda fakultas, dan Eni semester lebih
tua dari mereka, kalau diangka, Eni semester 8, dan ada tapinya,
umur Eni sama dengan mereka. sudah jelas juga kalau umur gw sama
irfan terpaut 3 tahun dari mereka.
Didalam kamar gw nggak bisa tidur, irfan pun sama, karena kita
berdua sering begadang. Dan akhirnya gw buka obrolan dengan irfan
“Gw nggak ngeri atau takut, cuma nggak suka aja” Kata irfan
menjawab pertanyaan gw
“______”
“Kalau misal nih ya fan, ini misal” Kata gw ke irfan yang lagi ngupil
“Wah nggak tahu deh fan, mungkin gw bakal lari deh” Jawab gw
“Tai loe !!, gw pikir loe berani” Kata gw sambil menendang irfan yang
sedang tiduran
“Lha terus harus gimana tod ?!, baca doa ?!, apa sujud syukur dulu ?!”
Kata irfan dengan nada tinggi
“Mana mungkin loe bakal kayak gitu, udah reflek alami orang lihat
setan langsung lari!!” Lanjut irfan masih dengan nada tinggi
“Loe pikir lihat setan kayak lihat tante-tante bugil?!, langsung loe
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
deketin terus loe sikat?!” lanjut irfan lagi
“_____”
“Udah deh fan, makan hati gw dengar omongan loe” Kata gw sambil
balik badan membelakangi irfan
“_____”
“Eh, iya iya ayo” Kata irfan bangun dari tidurnya dengan semangat
“Ayo kak sarapan dulu, itu tehnya” kata Selvi nunjuk teh kita
Gw dan irfan pun sarapan, sarapan saat itu nasi goreng & teh,
rasanya lumayan daripada nggak ada.
“Wah kalian udah seger-seger semua ya” Kata irfan sambil senyum
“Airnya gimana dek ?, gw mau mandi, tapi nggak suka kalau airnya
dingin” Tanya irfan lagi
“Kalau subuh dingin emang kak, nggak tahu kalau sekarang” Jawab
siska lagi
“Nanti gini kak, nanti sore / malam kita akan bahas semua” Kata Selvi
“Makanya pagi dan siang ini, coba kak alvin sama kak irfan keliling
desa lagi” Kata Giska
“Sapa tahu ada masukan proker, soalnya kita mau konsen ke proker
kelompok” Lanjut giska
“Oke, sip banget dek, habis ini gw sama irfan keliling” Kata gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Berlanjut ke obrolan ringan. Setelah selesai sarapan, kita ngerokok
sambil nurunin makanan diperut dulu, setelah agak enakan, kita
pamit ke mereka untuk survey tempat. Waktu kita berpamitan, selvi
nyuruh Vina untuk ikut gw dan irfan, vina hanya geleng-geleng
kepala.
“Iya, daripada loe bengong nggak ada kerjaan” Kata Siska ikut maksa
vina
Dengan berbagai paksaan akhirnya Vina ikut kita, HP nya tetap ada
ditangannya nggak pernah lepas, dan juga dia jaga jarak kira-kira
semeter.
“Jangan jauh-jauh dek, sini samping gw, nanti kalau ada ular
gimana?” Kata irfan ke vina
“Iya, tapi jauh juga tuh bapak jalan kakinya” kata irfan
Kita pun akhirnya melewati kandang sapi tersebut, kita berjalan lurus
semakin jauh, irfan nyaranin jangan jalan lurus terus, kita disuruh
muterin ni hutan, dan gw setuju. Kita berjalan tanpa arah seperti
sedang berpetualang. Dan sampailah kita dilokasi kuburan desa,
meskipun rumah didesa hanya 40-50 rumah, tapi kuburan disana
cukup banyak, terbukti dengan adanya puluhan bahkan ratusan batu
nisan.
Didekat kuburan ada lokasi mata air yang indah banget, juga ada
sebuah batu yang meyerupai orang sedang menyembah, itu bukan
ukiran batu, tapi memang bentuk batu yang mirip orang sedang
meyembah. Kalau dilihat memang hanya bongkahan batu, tapi jika
dilihat baik-baik, atau dilihat dari agak dekat, seperti orang
menyembah.
“_____”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Loe sih lagi ngapain vin ?” Kata irfan tanpa ekspresi
“Gw pingin ngelihat loe bilang, Gila fan, indah bangeet” Kata irfan
menirukan gaya gw megang pipi
Melihat kejadian itu vina hanya tersenyum tanpa lihat ke gw. Irfan
berjalan mendekati mata air tersebut, dia bermain air menggunakan
tongkat rantingnya sambil melihat-lihat sekitar. Nggak lama irfan
deketin gw dan vina.
“Gw lihat dekat mata air, ada sesajen sama selendang kuning
lusuh”Kata irfan
“Fan jangan gitu fan, gw jadi ngerasa kayak lagi difilm-film horor”
Kata gw memandang irfan
“Ya terserah loe vin, loe jagain aja ni tempat, gw balik aja” Kata irfan
berjanan ninggalin gw
Irfan melangkahkan kaki pergi dari daerah situ, gw dan vina langsung
ngikutin irfan dari belakang dengan langkah kaki agak cepat. Saat
berjalan entah kemana, kita ketemu lagi tempat yang bikin hati
nggak enak, ada sebuah rumah dari bata ukuran kira-kira type 36
yang benar-benar terbengkalai, lebih tepatnya “mungkin” karena
bekas kebakaran atau dibakar, karena ada bekas hitam-hitam
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
ditembok seperti terbakar. Pikiran gw saat itu kemana-mana, sampai
bahkan berpikir kalau gw bakal dihantui dll.
“Fan, nanti coba kita tanya ke pimpinan desa masalah hutan ini ya”
Kata gw ke irfan
“masalahnya, rumah yang kita tempati dekat sama hutan ini” lanjut
gw sambil menatap rumah tersebut
“Terus yang mau loe tanyain apa?” Tanya irfan sambil maenin
tongkatnya
“Kalau memang nggak layak, kita harus dekat hutan ini” kata gw
“Loe kira mau kepala desa nyiapin rumah lagi?” Tanya irfan ke gw
“Udah sukur kita dibolehin KKN disini” jelas irfan sambil tetap
bermain tongkatnya
“Ini baru hari pertama lho vin didesa ini, masa kita udah banyak
maunya, jalanin aja” kata irfan
“_____”
“Ada sesajen, ada penunggu” Kata irfan simpel tanpa ada ekspresi
takut dimukanya
“Iya, ni juga mau balik, gw juga udah nggak betah disini” Kata irfan
dengan santainya
“siapa yang pergi ke kepala desa sama gw?” Kata Selvi sebagai
sekertaris
“kalau untuk masalah rumah, cuma ada itu ya pak?” Pertanyaan aneh
gw keluar karena masih terpikir lokasi-lokasi tadi siang
“Iya dek, kalau nggak ada kalian, rumah itu juga kosong” Jawab
kepala desa
“Saya nggak mau ikut campur kok, kalian mau ngapain saja dirumah
itu” kata pak kepala desa
“Kalian sudah dewasa, pasti pikiran kalian juga dewasa, yang penting
tetap ramah sama warga sekitar ya” Kata pak kepala tersenyum
Gw salting dan seperti nggak tahu mau ngapain lagi karena udah
nggak enak, pertanyaan gw bisa menjadi aneh karena belum ada hal
ganjil yang gw alami selama disini, jadi dalam hati gw agak ngerasa
bersalah dan malu bertanya seperti itu tadi.
“Pak, tadi saya kan ke hutan nih” kata irfan dengan senyum malu-
malu
“terus ngelihat ada mata air dan batu seperti menyembah, tempat
apa ya itu pak?” Lanjut irfan
“Itu dulu tempat mandi untuk leluhur dek” kata bapak tersenyum
“Banyak yang masih seperti itu dek, tapi ada juga yang sudah
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
beragama” Jawab bapak tersebut
“Takutnya kan nanti ada hewan liar kayak ular atau apa” Kata pak
kepala
“Eh vin, biasa aja kali, loe nggak sendirian disini” Kata irfan
“Kalau ada apa-apa kan banyak yang bantu” Lanjut irfan berusaha
menangkan gw
“loe belum kejadian aja udah ketakutan, apalagi kalau kejadian” kata
irfan
“Eh udah diem loe, tenang aja, nggak bakal gw ketakutan, udah
dibilang lagi membiasakan diri malah nyindir loe” kata gw sambil
mukul irfan pelan
“Eh kak, kita masih 88 hari lho disini” Kata siska mulai ngomong
“Apa cuma gw doank yang lihat bayangan merah lewat?” lanjut irfan
“Gw hari pertama datang juga mikir gitu, jadi gw beraniin diri” Kata
irfan ke gw
“Ya udah tidur aja dah, besok kita harus bangun subuh-subuh vin”
Kata irfan senyum ke gw
Cuplikan :
Eni menutup mulutnya dan berlari kearah rumah, dengan curiga gw
lihat kearah sekitar, sosok bayangan putih diatas pohon terlihat
nampak jelas dikegelapan, dan dengan cepat gw alihkan pandangan
gw dari sosok tersebut, gw ambil rokok yang ada dikantung dengan
tangan yang tak berhenti gemetar, gw ingin berlari sejauh mungkin
tapi masih ada Vina didalam toilet.
“_____”
“Jadi nggak nih liat body selvi” Kata irfan berbisik langsung ke topic
“Apaan, cepet”
Saat itu gw langsung lihat jam, dan saat itu jam menunjukkan jam 4
lebih. Dimana matahari belum muncul dan masih menunjukkan
sedikir sinar merahnya dibalik gunung.
“Ya udah pasrah aja, terus mau gimana?, gw aja nggak nyangka bakal
gini” kata irfan agak kesel
“Gw kira tuh petromax mau ditaruh didalam kamar mandi, ini malah
digantung” lanjut irfan
“Kalau mereka pakai baju atau ambil baju, mereka butuh lampu
kan?”
“Coba tadi loe mikirnya cepat vin” kata irfan sambil jalan kekamar
“Kenapa nggak loe yang kepikiran, biasanya loe hebat macam gini”
kata gw sambil menendang pantat irfan dari belakang
Gw dan irfan males kalau setiap jalan kita harus nebar senyum, baru
jalan sebentar senyum ke orang, jalan lagi harus senyum lagi ke
orang. Akhirnya gw dan irfan milih di rumah dan diam dan Cuma
ngerokok, nggak terasa waktu sudah siang, mereka juga belum
kembali ke rumah, akhirnya irfan dan gw nyusul ke desa, dengan
komit, kalau ketemu orang desa pura-pura nggak lihat dan tetap
ngobrol. Sampai didesa kita sudah melewati beberapa orang dengan
pura-pura nggak melihat. Gw melihat kearah sungai, disana banyak
anak kecil lagi mandi telanjang disungai, gw bertanya ke irfan
“paling umuran SMP vin, soalnya ada yang dadanya sudah tumbuh”
kata irfan sambil membakar rokok
“Gila, 13 tahun fan, berani maen air bugil gini” kata gw pelan
“Ya namanya desa vin, kayak gini mungkin wajar bagi mereka” kata
irfan santai
“Ya udah vin lanjutin aja nyari mereka” lanjut irfan lagi
Sama halnya dengan film-film horror saat ini, dimana jaring laba-laba
sudah jadi ciri khas rumah berhantu. Ruang tamunya cukup besar,
kursi dari kayu masih ada diposisinya dan dipenuhi debu, ada sebuah
lukisan keluarga disana, Irfan berjalan menuju kamar, kasurpun
masih ada ditempatnya. Jika dilihat baik-baik, rumah ini nggak
menakutkan, sama kayak rumah warga lain, cuma karena nggak
terawat, jadi terlihat mengerikan. Nggak lama gw ngajak irfan balik,
dan irfan setuju. Saat perjalanan kerumah, ada 2 warga yang lagi
bawa sesuatu ke dalam hutan
“Ngikut aja deh gw, lagian nggak ada kerjaan” kata gw menerima
ajakan irfan
“Ni kursi aja ditaruh sesajen, bentar lagi mobil tua bakal ditaruh
sesajen” kata gw dalam hati
“Iya kak, kemaren mau nyelesaiin skripsi dulu, tapi waktu ujian skripsi
nggak bisa ikut, karena nggak ada nilai KKN” kata Eni
“Itu cuma rumah bobrok, ngapain loe takut, kita masuk juga nggak
ada apa-apa”
“Jujur gw nggak nyaman fan kalau kayak gini, inti semua loe bilang
gitu apa sih fan?” kata gw dengan agak emosi
“Eh vin, kita tuh salah tujuan KKN vin, tempatnya loe liat sendiri
kayak gimana” kata irfan
“Gw bilang kayak gitu buat hati-hati aja vin, bukan buat cari sensasi”
lanjut irfan
“KKN lancar kan enak vin, nggak perlu ada masalah” lanjut irfan lagi
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Setelah penutup omongan irfan dan kira-kira saat itu jam 8 malam,
Selvi minta dianter ke rumah pak kepala desa untuk minta persetujun
dan tanda tangan masalah proker pemberantasan buta huruf, dan
akhirnya gw yang nemenin selvi. Sampai dirumah pak kepala, selvi
berbicara banyak membahas rencana pemberantasan buta huruf, gw
diam aja karena nggak tahu bahan tentang proker mereka.
“Nggak tahu dek, mungkin tetangga sekitar sini, ayo balik aja dek”
kata gw
“katanya 2-3 hari, sekalian ngawal truck bawa bata sama semen
kesini” kata irfan mulai nguap
“eh fan, tadi pas gw lewat “rumah hantu”, pintunya kebuka terus
banting sendiri” kata gw
“angin kali vin, kita masuk tadi siang aja nggak ada apa-apa” kata
irfan
“Saya tanya kenapa, tapi dia hanya geleng-geleng kepala” lanjut vina
Gw dan akhirnya pergi ke kamar vina & Eni, disana Eni tidur
menyamping dan terisak, irfan pergi kesampingnya
Gw dan irfan diam sebentar disana, Eni tetap terisak, Vina tidur
disamping Eni sambil mengelus-elus lengan Eni. Entah kenapa gw
tetap agak merasa jijik mendengar suara Eni menarik ulur ingusnya,
meskipun momennya lagi sedih
“Dek, nanti kalau ada apa-apa panggil gw lagi ya” kata irfan yang
masih disamping Eni
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Atau teriak juga gpp, nanti gw langsung terbang kesini” kata irfan
sambil senyum berusaha bercanda
Udah pasti 100% gw nggak bakal percaya kalau Eni mau dicium sama
Irfan,
“Nggak kak, bohong dia kak” Kata Eni sambil nyubit pinggang irfan
“Tenang aja dek, dari awal gw dah tau” Kata gw masih sambil
tiduran
Irfan hanya tersenyum melihat Eni agak sedikit panik karena digoda
Irfan
“Ya udah kak, saya lanjutin dulu kegiatan didesa” Kata Eni pamit ke
gw
“Hmmm” Kata gw
“Loe tau nggak Eni tadi malam nangis kenapa ?” Tanya irfan
“Ya paling kangen rumah vin, loe liat disini bosenin banget” Kata gw
masih tiduran
“Gimana ??, ada yang cantik ??” Tanya gw sambil senyum ke Irfan
“Dia bilang tadi malam liat setan, katanya tinggi banget” Kata Irfan
“Kalau gitu, tadi ada cewek montok banget vin, lumayan orangnya”
Kata irfan menggoda gw
“Tuh kan !!, Otak Bengkel loe !!” Kata Irfan nendang gw sambil
ketawa
Tak lama kita jalan, ada seseorang manggil gw, dia belum terlalu tua,
kalau maen tebak umur, mungkin dia sekitar 30an, dan untuk
berbahasa Indonesia, beliau cukup lancar
“Tidak dek, saya Cuma mau kasih tahu. Itu yang pakai jilbab teman
kalian kan?” Kata Bapak itu
“Sudah tidak apa-apa, tapi nanti kalau ada apa-apa kalian cari saya ya
dirumah itu” Kata bapak tersebut sambil nunjuk rumahnya
“Oh iya pak, terima kasih, kami permisi ya pak” Kata Irfan sambil
bersalaman ke bapak itu
“Kenapa loe kayak biasa aja tai!” Kata gw sambil mukul lengan irfan
“Eh kampret, loe sendiri tadi gw certain malah biasa aja” Kata Irfan
sambil mengelus-elus lengannya
“Wah berat kak, anak sini rata-rata nggak bisa bahasa Indonesia”
Kata Siska
“Terus?” Kata gw
“Kita manggil yang bisa bahasa daerah sini buat bantu” Kata Siska
“Ada kak, paling yang agak gede, itu pun nggak lancar” Jawab siska
Eni dan Siska datang kembali kerumah untuk memasak makan siang,
saat mereka menyapa kita dan melewati kita, gw sempatkan melihat
belakang Eni.
“Tuyul kali vin, kan kecil, jadi nggak kelihatan” Kata Irfan sambil
senyum ke gw
“Gini kak, tadi ada yang bilang ke saya untuk ngawasi Eni” Kata Eni
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Iya tadi ada yang bilang gitu ke gw” Kata Irfan
“Tadi Selvi juga dikasih tahu gitu kak, dia nyuruh saya untuk kasih
tahu kalian berdua” Kata Siska
“Emang kalau cerita, kita bisa ngapain dek??” Tanya gw masih tetap
agak emosi
“Lebih baik mandi sama gw yuk dek” Kata Irfan menggoda Siska
“Nggak ah kak, sama kak Alvin baru mau” Kata Siska yang lagi
berusaha menggoda gw karena melihat gw sedikit emosi
“Wah, kalau gitu gw harus ngerayu untuk ngajak mandi dong” Kata
Irfan menggoda Siska
“Nggak lah, Kita kan cowok, biasanya kalau yang sering ngintip kan
cowok” Kata gw
“Hati gw jadi tergerak untuk semangat waktu Siska bilang gitu” Kata
Irfan
Jam 1-an kita dibangunkan lagi oleh Vina, seperti biasa, irfan yang
dibangunkan, dan irfan yang membangunkan gw
“Kenapa lagi dia dek?” Kata Irfan dengan suara orang mengantuk
“Semua pada ngumpul dikamar Eni kak” Kata Vina ke Irfan dan
mengacuhkan omongan gw
“Temen macam apa loe, ayo bangun, temenin gw” Kata Irfan sambil
nendang kaki gw pelan
“Kamu tuh gitu dek, ditanyain diem aja, kakak balik kamar aja ya”
Kata Irfan sedikit mengancam
“Iya kak nggak papa, tapi nanti kalau sudah, bangunin saya nggak
papa” Kata Vina yang sekamar dengan Eni
Mereka pun pergi ke kamar Selvi, dikamar itu tinggal gw, Irfan dan
Eni. Kita pun terdiam agak lama, Eni masih dalam posisi tidur, tangan
Eni tetap memegang baju Irfan. Karena merasa udah tenang, Eni pun
bercerita ke kita tentang jin yang dia lihat dikamar. Setelah itu, irfan
bercerita kalau ada orang yang berkata kalau kita harus ngawasi Eni
karena dia sedang diikuti. Dan akhirnya gantian Irfan yang bertanya
“Emang kamu ngelakuin apa dek sampai diikuti gitu?” Tanya Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Aku nggak tahu kak” Kata Eni terlihat ingin menangis lagi
“Kalau kayak gini terus aku nggak kuat kak” Kata Eni mulai
menitikkan air matanya
“Terus saya harus bilang apa sama orang tua?” Kata Eni
Irfan pun terdiam, nggak bisa bicara apa-apa, mau nasehatin juga dia
termasuk cowok yang terus-terusan mengecewakan orang tua. Dan
akhirnya gw angkat bicara
Eni mulai menatap gw, dengan tangan masih memegang baju Irfan.
“Lihat kandang sapi terus, ada rumah yang kayak kebakar” Kata Eni
“Besok kita ke kepala desa buat konsultasi masalah ini” Potong Irfan
“Ya udah dek, sekarang tidur, kakak disini jaga sebentar, kalau aman
nanti kakak panggil Vina” Kata Irfan berusaha nenangin Eni
Irfan memberi kode untuk diam dengan cara menaruh jari dibibirnya.
Gw pun terdiam sambil bermain membuat bayangan dari hasil
cahaya lampu petromax, irfan pun ikut-ikutan membuat bayangan.
Karena mulai bosan, gw milih diam dan menopang kepala gw. Saat
itu posisi gw dan irfan duduk bersila, Eni tidur diantara kita berdua,
jarak gw agak jauh dari Eni, posisi irfan sudah pasti dekat dengan Eni,
karena baju irfan dipegang Eni.
“Pergi!, kita disini nggak ada maksud mengganggu” Kata Irfan sambil
menatap sosok tersebut dengan nada agak tinggi
“Fan, cabut aja dari sini yuk, hampir depresi gw, untung gw masih
bisa pake logika” Kata gw
“Nggak peduli lagi gw fan, kalau loe nggak mau, gw sendiri cabut
gpp” Kata gw
“Ya ajak aja yang mau ikut, kalau nggak mau ya tinggal” kata gw
“Kok loe pake Tanya sih tai, loe nggak lihat tadi malam, 2 meter
didepan mata gw” Kata gw agak tinggi
“Loe mau dihantui sama semua dedemit di hutan itu?. Yang realistis
aja fan” Lanjut gw lagi
“Gini-gini vin, lebih baik kita cepat selesaikan proker, terus cabut gpp
deh” Kata Irfan
“Yang penting ni KKN lolos dulu, gw dah bilang Vin, loe nggak
sendirian” Lanjut Irfan
“Tuh diluar ada 5 cewek yang lebih lemah dari loe buat KKN” Lanjut
Irfan
“Kalau kita dihantui, kita pasti dihantui bareng, kalau melarikan diri,
loe kan cowok, udah pasti loe selamat ketimbang cewek-cewek itu”
Lanjut Irfan
“Coba dia nggak lakuin, gw yakin kita nggak bakal diganggu” Lanjut
Irfan lagi
Gw berpikir agak lama kalau Irfan ada benarnya juga, tapi gw sebagai
cowok juga nggak mungkin mau ninggalin mereka, tapi yang penting
gw nggak sendirian disini, dan ada benarnya kalau kemaren mungkin
kesalahan Eni karena masalah sesajen, mungkin juga kita nggak
diganggu kalau nggak macam-macam
“Ya udah fan, kalau gitu ntar ke pimpinan desa konsultasi masalah
Eni” Kata gw
“Iya Vin, loe tenang aja deh, masih ada gw buat ngelindungi loe”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Kata Irfan
“Iya fan, tapi gw nggak nyangka loe berani banget tadi malam” Kata
gw
Irfan ketawa dan lari keluar karena hampir gw pukul. Mereka diluar
heran sambil tersenyum melihat kita berdua, entah kenapa mood gw
jadi agak enak saat Irfan mensugesti gw seperti itu. Gw sarapan dan
melanjutkan merokok diluar. Bersama Irfan. Gw lihat mereka lagi asik
membuat rencana proker lagi dan mengisi agenda KKN. Tak lama Eni
dan Vina nyamperin gw. Vina ternyata tahu tentang kejadian yang
dialami Eni, karena waktu gw tidur Eni cerita ke Vina, tapi Selvi, Siska
dan Giska belum tahu apa-apa, mereka punya cerita sendiri nantinya.
Padahal dalam hati gw nggak suka banget, hati bicara “loe yang
berbuat, gw yang bertanggung jawab”. Tapi yang sudah biarlah
berlalu, gw saat itu mandang Vina terus
“Tenang aja, Vina udah tahu kok, tadi pagi saya cerita ke dia” Kata
Eni
“Tadi juga kak Irfan cerita ke saya tadi malam” Lanjut Eni
Hati gw bicara “loe yang agamanya kuat aja masih bisa diikutin,
apalagi kita”
“Ini lagi suruh baca ayat-ayat, gw aja masih iqra malah disuruh baca”
Kata gw
“Terus nanti kalau lihat setan, gw baca iqra didepan setannya gitu?”
Lanjut gw
“Nanti pas Alvin ketemu setan terus baca alif, ba, ta, sa, ja, kha, kho”
Kata Irfan
Pecah ketawa diteras, Eni yang gw kira pendiam kalau ketawa agak
serem juga, apalagi Vina, kayaknya seneng banget kalau gw jadi
bahan ejekan. Gw saat itu Cuma diem nggak ikut ketawa, apalagi
ditambah kejadian tadi malam, pertama kali gw lihat setan langsung
shock, tapi untung gw nggak gila, dan masih berpikir jernih. Gw pergi
ngumpul ke Selvi karena malas buat jadi bahan ejekan
“Nggak kak, hari ini kosong, lagi nyari-nyari potensi proker aja,
sekalian isi agenda” Jawab Selvi
“Boleh lah kak, kemaren kan saya udah bilang ke kakak, masa cepat
lupa?”Jawab Selvi
Udah hal alami orang berkata “Ciiieeeeeeee” kalau ada orang digoda
yang menjurus kehubungan antara cowok dan cewek, dan itulah
yang dikatakan Siska dan Giska saat gw goda Selvi
Setelah obrolan dengan Selvi, Siska dan Giska, gw pergi nemui Irfan
yang masih ngobrol dengan Eni dan Vina. Gw duduk menghadap
hutan, entah kenapa hutan jadi lebih agak mengerikan disiang hari
setelah kejadian yang gw alami tadi malam.
“Disemua tempat pasti ada jin, kita sama mereka cuma beda dunia
tapi 1 tempat yaitu bumi”
“Jin juga sama, ada jin baik, ada jin jahat, kalau namanya jin jahat /
kafir biasanya kita sebut setan, hantu”
“Sama aja manusia, ada yang jahat ada yang baik, kalau yang jahat
namanya penjahat, pemerkosa, pembunuh dll.”
“Jadi intinya, ada jin bersifat setan, dan ada juga manusia bersifat
setan”
“Iya kak, tempat seperti itu ada, contohnya ………..” Kata Eni yang
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
sudah melihat gw bengong
“Pokoknya banyak deh kak tempat seperti itu, cuma kita nggak tahu
aja” Lanjut Eni lagi.
“Masih ada 2 desa lagi yang masih masuk kawasan kerajaan ini”
“Kalau namanya kawasan pasti akan dijaga kan dek” Kata Pak Kades
“Itu kata penduduk sini, mata air yang kalian tanyakan dulu, ada
salah satu “Jendralnya”
“Oh iya, disini ada 9 titik dimana penduduk sini masih menaruh
sesajen” Kata pak Kades
“Itu biasanya jin yang kuat dan yang usil” Lanjut pak Kades
“Kalau didesa ini, ada di rumah yang saya tunjukan saat pertama
kalian disini, yang ke 2 ada di sendang” Jawab Pak Kades
“Dihutan saya tahu beberapa, tapi saya rasa kalian nggak perlu untuk
ke hutan”
“Proker didesa saja kan cukup, jadi buat apa cari proker ke hutan,
dan yang penting kalian jangan kehutan lagi”
“Pak dulu yang observasi ke sini sapa ya, sebelum KKN dimulai?”
Tanya gw
“Apa bapak juga menceritakan kalau disini ada kerajaan jin?” Tanya
gw
“Masa saya harus bilang disini ada kerajaan jin, kalau mereka nggak
percaya hal seperti itu”
“Maafin teman saya pak, maklum pak masih agak trauma” Kata Irfan
sambil tersenyum
“Fan, maksudnya 9 titik itu kayak mata air ditaruh sesajen itu ya?”
Tanya gw
“Jadi ada “rumah hantu”, sendang, pohon, mata air, rumah kebakar,
terus kursi” Kata gw
“Gw tahu vin, 3 tempat sisanya, lebih ngeri kalau menurut gw”
Jawab Irfan
“Ya udah fan, loe simpen dalam hati aja, yang penting loe tahu” Kata
gw
“Lagian kita nggak akan kehutan lagi, konsen KKN aja” Lanjut gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Loe tahu nggak vin kursi yang kemaren ditaruh sesajen?” Tanya
Irfan
“Itu penunggunya katanya usil vin, sering terbang keliling desa” Kata
Irfan
“Nah kan fan, gimana sekarang coba ??, tempat pertama didatangi
pasti rumah kita itu” Kata gw
“Loe tahu kan kita dekat dengan hutan??” Lanjut gw kebawa emosi
(ada dipart dimana dia muncul)”
“Ya udah vin, kita keliling desa aja, cari proker nggak usah bahas
kayak gitu lagi” Kata Irfan
Gw setuju dan keliling desa sekalian cuci mata, nggak terasa udah
hampir malam, gw dan irfan balik ke rumah, dimana sudah ada Eni
dan Vina nongkrong diteras, Eni nyapa kita berdua, dan Vina cuma
nyapa Irfan sambil senyum. Nggak sekali dua kali gw dibuat dongkol
dengan si Vina ini
Jam 7 datang, gw dan Selvi udah bersiap ke pak kades, Irfan ternyata
malah pingin ikut, agak kecewa juga, padahal ada rencana buat
ngerayu Selvi ditengah jalan. Dijalan kami bertiga ngobrol hal yang
terlalu penting, seperti rumah dimana, sering nongkrong dimana dll.
Dan sampailah kita dirumah pak kades, Selvi langsung konsultasi lagi
masalah proker yang akan diadakan mereka, dimana penyuluhan
tentang pertanian yang dipilih, dan sebagai pembicara adalah Giska,
Vina dan Siska, karena ternyata mereka sudah merencanakan proker
tersebut jauh sebelum KKN dimulai, jadi mereka sudah cari info dulu
tentang pertanian agar mudah saat penyuluhan. Lama banget kami
dirumah pak, tapi tak pernah sama sekali pak Kades ungkit masalah
kerajaan jin.
Dan sampailah saat kami pulang malam itu, dimana kita harus
melewati “Rumah Hantu” itu lagi. Saat itu irfan berhenti sejenak
didepan rumah itu…
Irfan pun masuk ke rumah tersebut, hanya selang 5-10 detik setelah
dia masuk, dia keluar seperti orang terburu-buru dan loncat dari
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
rumah itu tanpa melewati tangganya. Setelah lompat dengan PD-nya
Irfan berdiri didepan sambil menaruh kedua tangannya dipinggang
Gw hanya diam saat itu, mungkin dia lupa kalau kita berdua pernah
masuk dan rumah itu nggak gempa walaupun agak miring, dan juga,
saat dia masuk, dari luar rumah tersebut tidak bergoyang sama
sekali. jika gw ngomong ke irfan, bahan obrolan akan menjurus ke
cerita mistis lagi, jadi lebih baik gw diam.
Dan sampailah kita dirumah, Ternyata mereka nggak ada yang lagi
nongkrong diluar. Irfan dan gw langsung kekamar, Selvi juga sama,
dia langsung ke kamar. Didalam kamar gw dan Irfan ngobrol tentang
kehidupan kita dikota lagi, sampai pada akhirnya gw ketiduran pada
posisi irfan lagi cerita.
“Vin, loe nanti malam jangan tidur sama gw dulu ya” Kata Irfan
dengan mata sayup seperti orang nggak tidur.
“Vin, loe nanti malam jangan tidur bareng gw dulu ya” Kata Irfan
dengan mata sayup karena nggak tidur
“Kamar Anton kan kosong tuh, loe pakek aja dulu” Kata Irfan masih
dengan mata sayupnya
“Udan cerita aja, lagian udah terlanjur juga kita disini” Kata gw
“Serius loe mau dengar cerita gw?. Nggak minta cabut dari sini kan
loe?. Tanya Irfan
“Itu setan yang ngikutin Eni, sekarang nemplok di gw” Kata Irfan
“Tadi malam gw mau tidur, dia muncul pas disamping gw, terus ilang
lagi”
“Tiap gw mau tidur, dia muncul lagi, terus kaki gw ditarik, tadi subuh
dia baru nggak muncul lagi” Lanjut Irfan
“Dah sana vin, loe kemana gitu kek, gw mau tidur neh” Lanjut Irfan
Tak lama bapak tersebut datang, dia mendekati gw dan irfan, tanpa
gw bicara bapak tersebut langsung paham
“Oh iya dek, kamu tunggu aja didesa ya” Kata bapak tersebut ke gw
“Nanti kalau gantian dia ikut adek gimana ?” Kata bapak tersebut
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Kalau gitu saya didesa aja deh pak” Kata gw setuju dengan
omongan bapak tersebut
“Katanya sih kagak, tapi nggak tahu ntar malam” Kata Irfan
“Ya pokoknya kalau loe masih diikutin jangan bangunin gw” Kata gw
Dan akhirnya kita berdua pun pergi keliling desa, dan sampailah kita
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
disungai tempat biasa anak-anak mandi, saat itu irfan ngajak gw buat
mandi dikali, pertama gw nolak, tapi melihat jernihnya air akhirnya
gw tertarik, bahkan pasir yang didalam air pun terlihat jelas banget.
Bermodal kolor kita berdua lompat ke air, meskipun cuacanya panas,
tapi air disungai ini tetap dingin, dan arusnya juga nggak deras.
Sedang asik-asiknya berenang anak-anak kecil yang dulu kita lihat
datang lagi maen air kesitu, dan dengan tanpa malu mereka maen air
dengan keadaan bugil, bukannya berenang malah lempar-lemparan
air dipinggir sungai, beberapa kali cipratan air kena gw, tapi gw
diemin aja, tapi lama-lama agak risih juga, dan akhirnya gw ajak irfan
balik ke rumah
“Fan, menurut loe, mereka kita kasih tau nggak tentang kerajaan
jin?” Tanya gw
“Mending nggak usah deh vin, nanti mereka nggak konsen ngerjain
proker” Jawab Irfan
“Loe sendiri kemaren nekad masuk “rumah hantu”, sama aja nyari
masalah” Kata gw
“Gw penasaran vin, rumah itu nggak ada sesajennya” Kata Irfan
“Nah kan !!, loe itu gitu fan, sering nyari masalah!!” Kata gw emosi
sambil berdiri dan nunjuk irfan
“Sekarang mampus dah, ada cerita apalagi nih??!!, cerita loe bakal
diikuti lagi ??!!” Lanjut gw
“Eh vin, kalau gw diikutin, pasti bapak tadi pagi pasti langsung tahu”
Kata Irfan
Gw mulai agak tenang, karena bener yang dikatakan Irfan, bapak tadi
pagi pasti tahu kalau Irfan bakal diikutin lagi, tak lama irfan membuka
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
omongan lagi
“Ya ada pengalaman lah vin, loe tahu hidup kita selama ini flat
banget” Kata Irfan
“Tapi jujur aja gw seneng dapat pengalaman kayak gini vin” Lanjut
Irfan
“Loe tahu pas budi cerita lihat setan pocong berdiri dijok motor?, kita
cuma ketawa nggakak” Kata gw
“Coba kita cerita ke mereka, kalau kita lagi dikerajaan jin, Pasti bakal
pada nggakak”
“Diemin dulu vin, ntar kalau mereka gantian dihantui, baru kita hajar
si anton” Kata Irfan
“Ini loe lagi berharap kita dihantui lagi fan ?” Tanya gw sambil terus
memandang Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Nggak lah vin, kan gw bilang “kalau”” Kata Irfan
“Ya udah, kita jangan bahas hantu-hantu lagi fan, konsen selesaiin
proker dan cabut” Kata gw sambil senyum ke irfan
“Dek, kalau bisa ayo selesaiin semua proker dengan cepat” Kata gw
“Emang napa kak?, baru aja beberapa hari kita disini” Tanya Giska
“Ya nggak papa dek, biar cepat lega tinggal maen-maen aja” Kata gw
sambil gw paksain senyum
“Oke Oke kak, tenang aja, kita juga berpikiran sama kok” Kata Giska
sambil senyum ke gw
“Eh Eh, udah cepet dinikmati tuh makanan sama minumannya” Kata
Siska
“Lamar aja kerumah kalau pingin jadiin saya istri” Kata Siska gantian
menggoda gw dan irfan
“Sebenarnya cantik tuh Siska, body juga jadi fan” Kata gw ke irfan
sambil menyeruput teh
“Aku fleksibel kak, kadang kamar sini, kalau nggak ya kamar bareng
Selvi” Jawab Giska
“Oh gitu, Ayo fan, jadi bikin kopi sama mie nggak ?” Ajak gw ke Irfan
“Eh biar saya aja yang bikinin kak” Kata Siska sambil bangun dari
tidurnya
“Nggak kok, sini kopinya sama mienya, tak rebusin air panas dulu”
Kata Siska
“Besok pulang KKN langsung kakak lamar ya dek” Goda Irfan lagi ke
Siska
Disaat Siska lagi masak mie, gw pergi nawari setiap kamar untuk
makan mie, tapi pada nolak semua, namanya cewek, mungkin
berusaha body mereka tetap bagus, dan akhirnya gw temenin siska
di dapur, Siska duduk dikursi kayu kecil pendek, kalau dijawa
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
namanya dingklik. Gw duduk disamping Siska dengan duduk di kursi
pendek juga.
“Ya dicoba betah-betahin aja kak, meski suasananya kayak gini” Kata
Siska
“Ah biasa aja kak, udah biasa dari kecil, maklum dari desa, cewek
harus bisa masak” Kata Siska
“Kalau boleh tahu bapak kerja dimana emang?, kok ngomong desa?”
Tanya gw
“Cuma petani kok mas, makanya harus cepat lulus nih, kasihan ortu
bayar SPP mahal” Jawab Siska
“kenapa malah minta KKN jauh gini, iuran aja mahal?” Tanya gw
“Dikos saya masak sendiri lho kak, jadi bisa hemat deh” Lanjut Siska
sambil tersenyum ke gw
Obrolan pun berlanjut tentang Siska, gw agak salut sama dia, karena
perjuangan banget dia kuliah, tapi yang gw kasihan lagi-lagi tentang
tempat KKN ini, pingin nyari petualangan, tapi salah tempat. Tak
lama mie dan kopi pun jadi. Gw yang membawa makanan tersebut
keruang tengah, dimana Irfan lagi menunggu, Siska pun pamit untuk
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
istirahat. Gw pun makan mie bareng irfan, setelah selesai makan dan
merokok, gw yang naruh mangkok ke dapur, Irfan milih tiduran
dikamar sambil baca-baca proposal proker. Setelah menaruh
mangkok didapur, terdengar suara Selvi lagi ketawa-ketawa
dikamarnya, gw pun samperin mereka. Dan selvi nyuruh gw duduk
dikasurnya, dan akhirnya kita ngobrol disitu, sebenarnya ada vina
disitu, tapi gw hanya ngobrol ke Selvi, dan Vina juga hanya ngobrol
ke Selvi, setelah beberapa obrolan, gw milih tiduran dikasur,
kasurnya ada 3, karena Giska tidurnya fleksibel. Tak lama Selvi dan
Vina juga tiduran. Vina mengeluarkan HP yang belum mati sama
sekali dan bermain game, Selvi nonton ke layar HP vina.
“Pakai power bank dia kak” Kata Selvi seperti orang yang
menerjemahkan
“Berat ya dek, kalau cewek sama cowok 1 rumah gini” Kata gw tanpa
melihat Selvi
“Iya ya kak, apalagi kak Alvin sama kak Irfan sampai berusaha ngintip
ya kak” Kata Selvi tersenyum nahan tawa
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Gw pun melihat ke arah Vina yang juga lagi nahan ketawa
“Itu lho kak lubang didapur yang kearah kamar mandi” Kata Selvi
tetap tersenyum
“Eni yang cerita kak, dia dengar obrolan kalian, kalau mau ngintip
mandi”
“Tiap pagi kita buka pintu kamar kakak buat ngecek kalian lho kak”
Lanjut Selvi dengan senyum melebar
Gw lihat Vina juga udah hampir ketawa, gw saat itu hanya diam,
karena lagi mikir buat nepis omongan mereka
“Tenang aja kak, kita bukan type orang yang langsung marah-
marah” Lanjut Selvi
“coba orang lain mungkin kakak udah digampar” Lanjut Selvi lagi
“Tenang aja kali kak, kita nggak marah” Kata Selvi sambil nyubit pipi
gw
“Dan jangan diulangi lagi lho kak ngintip-ngintip kayak gitu” Kata
Selvi senyum dan masih mencubit pipi gw
“Eh diem loe!!, ngintip aja belum!!” Kata gw melempar bantal yang
ada disitu ke arah Vina
“Gw tadi lihat ada orang kayak naruh sesuatu dibatu itu Vin” Kata
Irfan sambil menunjuk batu
Gw melihat batu yang ditunjuk Irfan, ternyata jarak dari rumah ini
nggak jauh, mungkin sekitar 30-50 meter.
“Ngapain ?” Tanya gw
“Kalau Cuma lihat sih nggak papa, yang penting nggak berulah lho
fan” Kata gw
“Kagak Vin, ayo dah bareng, lagian nggak jauh dari sini” Ajak Irfan
Gw pun ikutin Irfan kearah batu yang dia maksud, sampai disana gw
bener-bener kaget, ada sesajen ditaruh dibatu tersebut, yang
jaraknya nggak jauh dari rumah yang kita tempati
“Nggak tahu juga gw vin, kata pak kades kan cuma 2, disendang ama
“rumah hantu” Kata Irfan
Tak pernah sehari pun gw lupa kalau desa ini termasuk markasnya
jin, dimana mata air adalah tempat salah satu “jendralnya”. Setelah
bosan gw tiduran, gw ngajak irfan untuk sarapan tapi irfan menolak
dan milih untuk tidur lagi, suara-suara para wanita ngobrol / gossip
sudah terdengar. gw keluar kamar dan samperin mereka
“Tadi mereka sabunin badannya sip banget lho kak” Kata Giska
menggoda gw
Dan berangkatlah mereka ke desa, tapi saat itu Eni dan Siska belum
berangkat, mereka ke kamar Eni nggak tahu mau ngapain. Gw
lanjutin sarapan dan minum teh, Irfan pun bangun dari tidurnya dan
pergi cuci muka ke dapur. Tak lama Eni & Siska datang nyamperin
gw.
“Ya masalah ngintip ngintip itu lho kak” Kata Eni lagi
“Oh, iya iya nggak papa, lagian Cuma iseng kok dek” Kata gw
“Ya udah kak, kalau gitu saya berangkat dulu” Kata Eni pergi
ninggalin gw
“Nggak papa lah, itu kan hiburan, ngintip itu melatih jantung juga
karena deg-degan” Kata Irfan
“Ngelatih jantung apaan, kalau dah ketahuan terus digoda gini jadi
emosi gw” Kata gw mukul lengan irfan
“Dah, sekarang rencana hari ini apa ?” Tanya Irfan sambil ngelus
ngelus lengannya
Gw dan Irfan pergi ke rumah pak kades, dijalan kita masih membahas
tentang pakaian merah yang gw dan irfan lihat tadi malam, selain itu
kita bahas juga tentang “rumah hantu”, tapi gw nggak nanya
tentang penunggunya seperti apa bentuknya.
Setelah sampai dirumah pak kades, Giska dan Vina sedang ada
dirumah beliau untuk konsultasi masalah proker giska, termasuk
lama mereka konsultasinya. Untuk semua proker yang berupa fisik,
tata letak ditentukan oleh pak kades, mungkin beliau mencari
tempat yang sekiranya makhluk halus didaerah situ tidak marah.
Setelah giliran kita untuk konsultasi, Giska dan Vina pamit duluan
untuk membantu proker pemberantasan buta huruf, dan tinggallah
kita bertiga, dirumah pak kades kita konsultasi masalah proker
pembuatan bak sampah, dan pak kades menyetujui, dan kita
diberitahu kalau bak sampah akan ditaruh didalam rumah, bukan
diluar rumah seperti dikota-kota.
“Penasaran lah, kenapa bisa ada sesajen diatas batu itu” Jawab gw
“Apa mungkin pak kades salah ya?, dia kan nggak ikut nyembah
leluhur” Kata Irfan
“Ya udah, gw lihat ke batu bentar ya, mungkin salah lihat kita tadi
malam karena gelap” Kata Irfan
“Gelap apaan fan, udah jelas-jelas cahaya bulan terang banget tadi
malam” Kata gw
“Ikut nggak loe, masih pagi nih, Cuma lihat doank” Ajak Irfan
Dan akhirnya gw dan irfan pergi ketempat batu yang tadi malam kita
datangi, jarak rumah dan batu nggak jauh sama sekali, kira 30-50
meter dari rumah. Sampai dibatu, sesajen yang tadi malam nggak
ada / hilang
“Ilang vin, nggak ada sesajen” Kata Irfan sambil tetap merokok
“Kalau nggak, kita emang salah lihat tadi malam” Kata Irfan
“Iya juga palingan fan, dah lah, nggak usah mikir aneh-aneh fan”
Kata gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Yang penting kita nggak ganggu mereka aja fan” Lanjut gw
Sampai dilokasi, pak kades dan warga udah berkumpul untuk bersiap
menurunkan bahan bangunan dari truk, saat itu ada 2 truk yang
datang membawa bahan bangunan. anton dan putra masih kangen-
kangen sama para wanita, anton dipeluk sama selvi dan siska, vina
meluk putra karena memang pacaranya.
“Nggak tahu gw, tapi kok siska ikutan meluk-meluk gitu ?” Tanya
irfan ganti
“Dah lah, serah mereka aja, setelah digoda masalah ngintip, jadi
malas ngurusnya” Jawab gw
“Coba sekarang loe plorotin celana anton deh vin, biar kita bisa
tahu” Kata Irfan
“Terus nanti kalau nggak berdiri loe sedot aja pakai mulut loe” Lanjut
irfan
“Kalau berdiri, jadi kita tahu kalau dia homo” Lanjut Irfan lagi
“Kenapa nggak loe aja njing?!, loe ni nggak ada kerjaan sampai
obrolin kayak gitu ya?!” Tanya gw ke irfan
Tak lama supir truk datang menghampiri kita, dia berjalan kearah kita
dengan melihat keadaaan sekitar sambil tersenyum ( Diingat bagian
supir truk tersenyum melihat sekitar, karena ada hubungan dengan
ending )
“Mas mungkin naik mobil Cuma 4 jam, tapi ini truk mas, nggak bisa
ngebut, makanya lain kali dilihat berapa kilometer jaraknya mas,
bukan waktu sampainya” Lanjut Supir tersebut
“Oh ya sudah, sukses ya mbak dan mas nya” Kata supir tersebut
tersenyum sambil melihat sekelilingnya
Nggak terasa udah hampir magrib, anton dan putra ngobrol diruang
tengah, dan gw samperin
“Dia sebenarnya udah ada dikota kita mas, Cuma pesawatnya nggak
berangkat minggu ini” Kata Anton
“Jadi minggu depan kita pergi lagi ke kota untuk jemput anak itu,
janjian sama dia, kamis depan kita jemput dia di bandara” Lanjut
Anton
Setelah itu kita ngobrol tentang hal yang nggak penting. Tak lama
putra pergi dari tempat kita ngobrol, dan pergi ketempat vina yang
lagi ngobrol sama selvi, putra langsung mencium vina didepan selvi,
tangan putra masuk ke dalam baju vina, dan yang pasti meremas-
remas dada vina. Melihat hal itu gw dah illfeel dengan vina, karena
melakukan hal kayak gitu didepan teman-temannya.
Malam pun datang, gw dan para lelaki milih cuci muka ketimbang
mandi, sama halnya dengan para wanita. Gw saat itu duduk diteras
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
bareng irfan bersama kopi instan dan rokok, dan yang lain ada yang
dikamar dan ada yang diruang tengah sambil bantu proker anton dan
putra. Lampu dirumah memberi gw sedikit keberanian menghadapi
malam yang mencekam, suara genset juga nggak keras, masih kalah
dengan suara jangkring dan suara pohon yang tertiup angin. Adanya
genset seperti ada surga, dimana semua batre HP terisi penuh
meskipun nggak ada sinyal sama sekali.
“Iya lah vin, jadi agak berani gw kalau ada hantu muncul” Kata Irfan
menggoda gw
“Nggak usah bicarain hantu deh fan, males gw, udah malem nih”
Kata gw
“Lha mau bahas apa?, masalah dadanya vina yang gede dipegang
putra?” Tanya Irfan ke gw
“Lagian juga dari jauh kok, nggak deketin kita” Lanjut irfan sambil
tiduran disamping gw
“Ya udah fan, kita ngobrol masalah lain aja biar cepat ketiduran”
Kata gw
“Kak, gensetnya mati kak, tadi saya mau tidur tiba-tiba mati” Kata
Selvi ke gw dan irfan
“Kasihan mereka kak, kecapean, jadi udah tidur, maklum dari kota,
kan jauh” Kata Selvi
“Ya ditinggal aja kan bisa dek, lagian udah malam nggak perlu listrik”
Kata gw
“Vin, coba kita tungguin sebentar deh nih genset” Kata Irfan ke gw
“Kayaknya ada orang iseng yang lagi gangguin kita” Lanjut Irfan
“Apa bapak yang pincang itu lagi nggak ada kerjaan ya fan ?” Kata
gw udah nahan menguap
“Fan, fan, fan” Kata gw manggil irfan yang sudah ada disebelah gw
“Serius loe ?”
“Ya udah, kita jalan kekamar aja vin, loe masih bisa lihat jalan?, kan
ada cahaya bulan?”
“Bisa fan, dikit-dikit, lagian ikuti aja lampu kedip-kedip dari HP gw”
Kata gw masih merinding
“Dia ada dipojok kamar Fan, mending sekarang loe tidur aja fan”
Kata gw masih tetap merinding
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Oh….” Kata Irfan mengerti yang gw maksud
Tak ada sekata pun keluar dari mulut kita, setengah jam sudah
berlalu tanpa adanya cahaya, gw nggak merasa ngantuk sama sekali,
jantung gw berdetak sangat cepat, keringat dingin terasa terus
keluar.
“Ya fan, boleh, buat mastiin aja, daripada nggak tenang gw tidur”
Kata gw
Tak lama jendela dibuka, Irfan terjatuh karena kaget sambil melihat
kearah jendela. Melihat Irfan kaget, mata gw langsung menuju
tempat irfan memandang. Jantung gw kembali berdetak sangat
kencang, si pakaian merah ada diluar sisi jendela, matanya melihat ke
arah gw, lalu melihat ke arah irfan, dan kembali melihat kearah gw,
terus seperti itu beberapa kali, lalu si pakaian merah membuka
mulutnya, rahangnya hampir jatuh, terdengar suara tawa
“hi..hi..hi..hi..”pelan seperti mendesah, beda dengan kuntilanak yang
sering ada di film-film horror.
“Salah apalagi kita fan?” Kata masih dengan keadaan mata tertutup
bantal
“Mungkin kita ada salah lagi, tapi kalau dipikir-pikir serba salah disini
fan” Lanjut gw
“Vin, loe lanjutin tidur ya, jangan buka bantal loe” potong irfan
“Ya udah sih Vin, cuekin aja, tidur lagi sono” Kata Irfan masih dalam
keadaan mengantuk
“Masih pagi kok kak, Cuma ingetin aja kalau hari ini proker kakak”
Kata Selvi
“Nih duitnya buat ganti uang pak kades untuk konsumsi” Lanjut Selvi
“Eh tai!!, giliran gw minta tolong loe gini ye ?” Kata gw sedikit emosi
“Ayo cepat bangun, kita mandi biar nggak ngantuk” Kata sambil
menendan-nendang Irfan
Dengan berat hati irfan bangun dari tidurnya dan bersiap pergi
mandi, saat keluar kamar gw sama irfan melewati anton dan kawan-
kawan, mereka menyapa gw dan irfan, hanya irfan yang membalas
sapaan mereka dengan senyuman kecil, kalau gw tetap fokus lihat
depan.
“Mana gw tahu Vin, nanti abis proker kita ketempat bapak “pintar”
itu aja” Kata Irfan
“Setelah itu kita ke kota, sambil selesai nunggu KKN mereka selesai”
Lanjut Irfan lagi
“Cash gw ada 7 jutaan lah, duit gw di ATM dan dari bokap total 40
jutaan, kalau loe ?” Tanya Irfan balik
“Nanti masalah lo*te sama nyewa mobil biar gw aja pas dikota” Kata
Irfan
“Jangan, ntar aja waktu kita say goodbye ke mereka” Jawb Irfan
masih nyengir ke gw
“Kenapa hanya gw, loe sama Eni yang diganggu makhluk halus,
kenapa yang lain masih damai tentram ?
“Gw juga nggak ngerti, tapi hebat loe nggak teriak tadi malam”
“Kalau gw sih kepikiran, tapi kalau gw teriak, nanti malah jadi heboh
yang lain” Kata Irfan
“Gw malah kepikiran kabur, tapi kalau dipikir lagi, mau kabur
kemana ?”
“Ke Desa ?, Desanya aja kalau malam kayak kota mati, lagian jarak
antara rumah juga agak jauh”
“Gw nggak yakin ada yang mau keluar buat bantu kita” Lanjut Irfan
“Kak, itu sarapannya disana” Kata Siska menunjuk 2 piring dan 2 teh
di gelas
“Gw sama Alvin pergi ke penyuluhannya Alvin dulu ya” Pamit Irfan ke
mereka
“Pak, kita mau ngomong, tadi malam kita diganggu makhluk halus”
Kata Irfan
“Dia berpakaian merah pak, malah diam dikamar saya tadi malam”
Lanjut Irfan
“Mungkin gara-gara ada lampu dirumah kalian itu, sama kayak anak
kecil, kalau ada sesuatu yang menarik pasti akan didekati” Lanjut
bapak tersebut
“Masalahnya, genset itu malah mati hidup mati hidup terus pak”
Kata Irfan
“Kalau gitu, si merah nggak suka ada lampu atau listrik disitu” Kata
Bapak tersebut
“Pak, kita ini baru seminggu disini, hal-hal kayak gini udah terjadi,
malah jadi serba salah!”
“Masa iya, jin pake nunda waktu buat ganggu seseorang?, kalian
pingin diganggunya pertengahan KKN kalian ?” Kata bapak tersebut
tersenyum lebar
“Lagian kalian kan tamu disini, kalau kalian nggak ganggu mereka,
mereka juga nggak mengganggu”
“Memang disini itu ada kerajaan jin, tapi daerah sini masih dibilang
agak damai, ketimbang dipusatnya” Lnjut bapak tersebut
“Gini aja pak, bisa bapak yang ngomong ke teman-teman saya agar
genset nggak dihidupin malam hari” Kata Irfan
“Agak sungkan kalau saya yang bilang, lagian saya kurang akrab
sama mereka”
“Oh boleh, ayo kita kesana sekarang aja, 2 orang temannya ditinggal
dulu gpp” Kata Bapak tersebut
Selang beberapa menit bapak itu balik lagi ke gw, dan berkata kalau
si merah nggak ganggu kita lagi. Setelah itu beliau pun pamit ke gw.
Melihat bapak tersebut pergi, gw dan irfan nongkrong di depan
rumah sambil ngerokok. Anton dan putra pamit ke gw dan irfan
untuk memulai dan ikut mengawasi proker pembuatan sumur.
Tinggal gw, irfan, selvi, vina dan giska dirumah. Gw dan irfan hanya
bengong dengan keadaan ngantuk didepan rumah, pikiran gw kayak
kosong dengan mata yang berat karena ngantuk
“Nggak Vin, gw takut nggak bisa tidur malam kalau gw tidur siang”
Jawab Irfan
“Eh dek, gw pingin banget tidur sama loe” Kata gw tanpa berpikir
dan mulai meninggalkan Selvi
Tak lama kopi pun jadi, gw dan irfan pingin menikmati cuaca siang
sambil menunggu malam datang. Saat gw melewati Selvi dan kawan-
kawan, Selvi sama sekali nggak memandang gw, hanya Vina dan
Giska yang memandang gw dengan tatapan heran.
Sambil menunggu paling enggak jam 9 untuk tidur, saat itu Eni dan
Siska menghampiri kita, sekarang Eni jarang sama Vina, karena udah
ada putra, jadi sekarang lebih sering sama Siska.
“Ahh kak, udah malam, jangan bicarain kayak gitu ah” Jawab Siska
“Ah, udah ah, saya nongkrong sama yang lain aja” Kata Siska agak
jengkel ke gw
Putra sama sekali nggak membalas teriakan Irfan, dia hanya sibuk
memegangi bagian yang sakit karena ditendang Irfan, dan sudah
pasti itu kepala, Irfan kalau berantem pasti incer kepala, dari dulu
kalau gw berantem sama Irfan, tak pernah sekalipun gw menang,
tapi meskipun gw kalah, gw nggak pernah nunjukin kalau gw takut
sama Irfan.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Udah kak udah” Kata Vina ke Irfan
Selvi datang menghampiri Irfan, tak lama putra bangun dari posisi
jatuhnya, melihat hal itu Irfan berjalan ke putra sambil menggeng-
gam tangannya dan ekpresi marahnya. Melihat hal itu juga, Selvi
langsung memeluk erat Irfan dari depan
“Kak kak, ayo udah kak, jangan dilanjutin” Kata Selvi khawatir
Gw lupa kalau irfan bisa ngontrol emosi, dimana dia harus emosi,
kapan dia harus berhenti emosi. Irfan mengajak gw nongkrong diluar
buat merokok, putra diajak anton kekamar yang ditemani oleh Vina,
dan sisanya pergi ikut nongkrong didepan teras bareng gw dan irfan.
Untuk mengganti suasana, gw yang buka topic
“Fan, kalau gw yang mesum sama Selvi didepan loe gimana?” Tanya
gw
Tak lama Putra keluar kamar dan meminta maaf ke gw dan Irfan, dan
kita berdua pun memaafkan meskipun hati kurang berkenan. Setelah
maaf-maafan, kita semua pamit tidur semua, lagian jam juga
menunjukan waktu untuk tidur. Dikamar saat gw pingin nutup
jendela, tak ada si merah berkeliaran lagi, gw berpikir bapak “pintar”
tersebut hebat banget. Irfan juga mengecek ruangan lain seperti
dapur, dan juga ke teras untuk melihat batu, tapi sama sekali tak ada
si merah.
Dan malam itu kita bisa tidur agak nyenyak karena sebelum tidur kita
membicarakan Selvi dan juga dadanya yang telah menempel didada
irfan, dan 1 kata yang terucap dari mulut gw, “gw iri”. Meskipun
malam itu gw agak nyenyak, tapi besoknya penghuni “rumah hantu”
menunjukan sosoknya ke gw, irfan dan Siska.. hanya "menunjukkan",
bukan mengganggu, dan emang 100% itu kesalahan kita bertiga
sampe "rumah hantu" menunjukkan sosoknya
“Halah, gayamu Fan, biasanya juga jam segini loe masih tidur” Kata
gw sambil pergi ke dapur
Irfan tak membalas omongan gw, setelah cuci muka, gw pergi ambil
teh dan sarapan yang sudah disiapkan Siska diruang tengah, setelah
itu gw pergi ke teras untuk makan dan dilanjutkan dengan merokok
setelah membalas sapaan dari mereka. Rokok 1 slop yang dilempar
ke arah si merah nggak pernah kita ambil lagi, dan masih dibiarkan
tergeletak di tanah disamping kamar gw, lagipula rokok yang
dilempar bukan rokok punya gw.
Entah kenapa mood gw hari itu jelek banget, di desa ini, mood gw
gampang banget barubah-ubah, kadang pun komitmen juga
berubah, seperti bakal ngelindungi para wanita. kalau udah ketemu
dedemit, gw nggak pernah mikir buat selametin yang lain, yang
penting gw selamat. Tapi kalau disiang hari dan melihat mereka,
kadang ada rasa untuk melindungi mereka.
“Ya udah kalau gitu gw nemui yang mau buatin bak sampah sama
yang lain ya ?” Kata Irfan
“Ya dah sana Fan, gw mau nyantai sambil mikir proker individu gw
yang ke 2”
“Habis itu gw mau cabut dari sini, sekalian loe pikir proker individu
loe” Lanjut gw sambil menghisap rokok
“Santai aja Vin, rencana gw juga mau buat penyuluhan juga, jadi
setelah bak selesai, gw cari tema penyuluhan gw” Kata Irfan
“Nah bagus tuh, biar nggak lama-lama kita disini, paling nggak
seminggu lagi kita udah cabut dari sini” Kata gw
Gw samperin mereka
“Orang yang mau kita temui lagi pergi ke kota, disuruh balik nanti
sore” Kata Irfan menepis sindiran gw
“Enggak kak, lagian nggak ada kerjaan juga kan” Jawab Siska
“Contoh kak Alvin tuh, rajin orangnya kalau masalah proker” Kata
Irfan senyum ke gw
“Kamu nggak risih lihat putra sama Vina mesum dek?” Tanya gw
“Bisa dibilang udah biasa kak, kalau dulu emang risih banget” Jawab
Siska
“Sering tuh dirumahnya putra, putra kan tajir tuh kak, jadi punya
rumah sendiri tanpa orang tua” Jawab Sika
“Eh Vin, mending kita diluar aja deh dari pada tiduran” Lanjut Irfan
“Ntar kalau kita nggak bisa tidur malam gimana?” Tanya Irfan
Sore pun datang, Irfan ngajak gw dan Siska untuk nemui orang yang
bisa membuat bak sampah, sampai dirumah si orang itu, ternyata
beliau belum balik, jadi kita mutusin untuk pergi ketempak pak kades
untuk bahas masalah proker Siska.
Saat itu hanya Siska yang masuk, gw dan Irfan milih nunggu diluar
sambil ngerokok, konsultasi masalah proker ke pak kades termasuk
cukup lama, kenapa?, karena banyak basa basinya untuk ngobrol,
pernah gw sampai mengira kalau pak kades benar-benar kesepian.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Dan benar, lebih dari 1 jam hanya untuk konsultasi masalah proker.
Tak lama setelah selesai konsultasi, kita pergi ke tempat orang yang
bisa membuat bak sampah, dan ternyata belum pulang juga, mau
nggak mau kita harus nunggu, sebenarnya irfan ngajak untuk pulang
dan didiskusikan besok, tapi gw menolak, gw pingin semua proses
proker berjalan dengan cepat, menunda satu hari, sama aja
menambah waktu gw didesa ini.
Dan akhirnya datang juga orang dimaksud walau jam 7 malam sudah
datang menyapa. Irfan berkonsultasi mengenai bak sampah yang
akan dibuat untuk warga sini, bapak tersebut menjelaskan dan
menunjukan dengan rinci mengenai bahan untuk membuat bak
sampah tersebut, serta biaya yang harus dikeluarin masih sama 1,2
juta dengan total jumlah 40 bak sampah.
Data dari pak kades ada 52 rumah didesa, tapi kenapa hanya
membuat 40 bak sampah?. Kenapa? Ada apa ?. Apa karena mereka
yang 12 sudah punya bak sampah?. Tidak, Apa mereka menolak kita
memberi bak sampah?, Tidak, Apa rumah tersebut kosong, Tidak.
Semua akan terkuak dipart-part selanjutnya
Kita pun ijin pamit untuk pulang kerumah, ditengah jalan Siska
bernyanyi untuk menghibur diri, mungkin karena dia takut, Irfan pun
ikut bernyanyi, waktu didepan rumah hantu, Siska agak ketakutan,
melihat hal itu, Irfan menggoda Siska sambil menarik-narik badan
Siska menuju rumah hantu, mungkin kesal karena digoda Irfan, Siska
masuk ke pekarangan rumah dan berdiri ditangga menuju pintu
rumah
“Apa-apaan sih loe dek?!, jangan sok berani” Kata gw agak tinggi tapi
berbisik
“Habis kak Irfan narik-narik kak, bikin jengkel aja” Kata Siska sambil
berjalan ke arah gw dan Irfan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Loe juga fan, pake acara godain Siska, udah tahu desa ini kayak
gimana” Kata gw masih agak tinggi
“Emang kenapa sama desa ini kak?” Tanya Siska dengan penasaran
Gw maklum kalau dia bertanya seperti itu, karena belum tahu apa-
apa, karena gw agak emosi, gw pingin jelasin tentang desa ini, tapi
telat. Ada orang menunjukkan dirinya dari jendela rumah hantu,
terlihat jelas dari pantulan cahaya bulan, melihat hal itu, gw langsung
berpikir itu jin yang nunggu situ.
“Nggak tahu dah apa sekarang dia lagi dibelakang loe, buat
ngikutin!!” Kata gw
“Kagak Vin, dia masih didalam rumah waktu gw ama siska pergi”
Kata Irfan
“Terserah loe deh Fan, malas lama-lama kalau kayak gini gw” Kata
gw pergi meninggalkan Irfan ke kamar
“Gw males cerita, besok aja loe tanya si Siska ada apa” Kata gw
sambil melepas tangan Selvi
Gw bangun dari posisi tidur gw. Saat gw keluar kamar untuk cuci
muka, ruang tengah sama sekali nggak ada orangnya, padahal
biasanya mereka lagi sibuk-sibuknya ngobrol. Tanpa pikir panjang,
gw pergi kedapur, saat perjalanan ke dapur, ternyata dikamar Selvi
sudah ada mereka berkumpul, yaitu Selvi, Irfan, Vina , Eni, dan peran
utamanya yaitu Siska. Gw lihat saat itu Siska tiduran dengan mata
sembab habis menangis, gw maklumi emang saat itu
“Kak sarapannya sama tehnya ditempat biasa, apa adanya ya” Kata
Selvi tersenyum ke gw
“Loe nggak lihat gw pergi ke dapur cuci muka, terus sarapan dan
ngerokok disini?” Kata gw
“Kalau nyari topik buat damai, cari yang masuk akal dikit lah” Lanjut
gw memandang Irfan
“Udah sunat belum loe Vin ?” Kata Irfan reflek tersenyum ke gw dan
ngulangi mukul lengan gw
“Loe nggak cerita ke yang lain, kalau loe lihat setan ?” Kata gw
memandang ke Siska
“Ya terserah loe deh, loe sendiri yang nyari masalah!” Kata gw
“Jangan gitu Vin, dia masih nggak nyangka bakal kayak gitu” Kata
Irfan
“Udah dikasih tahu pak kades dulu, kalau tuh rumah ada
penghuninya” Kata gw agak tinggi
“Tapi masih aja nekat, dikira kita lagi maen uji nyali ??” Kata gw masih
dengan Nada tinggi
“Biar ngerti dia, kalau jangan macam-macam disini, sama kayak loe
tuh dia” Kata gw sinis
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Tapi cara ngasih tahunya nggak gitu Vin” Kata Irfan
“Jangan sok jadi pahlawan Fan, loe kira mereka bakal salut sama
loe ?” Tanya
“Dari dulu udah gw kasih tahu, yang realistis aja Fan, disini banyak
jin, ya udah jangan ganggu” Kata gw
“Tapi ada aja yang bikin ulah, makanya nih proker gw mau cepat
selesaiin terus ke kota”
“Halah, padahal loe sendiri penakut, tapi bilang orang penakut” Kata
Irfan nyindir gw
“Kan gw mikir pake dengkul, lumayan ntar malam ada yang nina
boboin kita” Kata Irfan nyengir ke gw
Setiap ke desa, mau nggak mau kita harus melewati rumah hantu
tersebut,. Sampai dirumah sibapak “pintar”, ternyata beliau nggak
ada, karena masih ke ladang sebentar, sambil nunggu beliau pulang,
gw milih pergi ketempat Anton yang lagi ngawasi dan membantu
proker pembuatan sumur.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Disana sudah ada Giska, Vina, Selvi, Anton & Putra, para cowok ikut
membantu menggali tanah bareng beberapa warga, dan cewek
Cuma lihat-lihat sambil gosip.
Untuk warga, meskipun sumur ini untuk mereka, kita memberi upah
30 ribu / orang / hari, saat itu ada 6 warga yang membantu, otomatis
180 ribu uang keluar perhari, oleh karena itu putra dan anton
membantu agar cepat selesai. Gw yakin putra & anton pingin nyuruh
gw dan irfan membantu tapi sungkan, dan itu lah keuntungannya.
Akhirnya gw dan Irfan nyamperin mereka
“Dek, pulang sana, temanin Siska, kayaknya nangis lagi” Kata Irfan
ke Selvi
“Kok nangis lagi kak ?”, bukannya tadi udah tenang ya dia?” Tanya
Selvi ke Irfan
Mendengar hal itu gw diam aja, gw nyadar kalau Siska nangis gara-
gara omongan gw, tapi bodo amat, biar jadi pelajaran berharga buat
dia, meskipun salah cara gw ngasih tahunya karena terlanjur emosi
“Vin, di HP putra ada foto dia sama Vina bugil” Bisik Irfan ke gw
“Emang loe tahu dari mana kalau ada foto mereka bugil?” Tanya gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Tadi pagi pas gw lewat belakang putra, dia lagi buka galeri foto”
Bisik Irfan
“Nanti kalau dah dapat fotonya, gw yang memandang Vina bugil, loe
yang memandang putra bugil” Bisik Irfan dengan santainya
Tak lama Anton ngomong ke kita dari jauh agak keras agar kita
dengar
“Mas lagi senggang nggak ?” Tanya Anton agak tinggi biar kita
dengar
“Loe senggang nggak vin ?” Kata Irfan ke gw agak tinggi agar anton
dengar
“Wah, kalian lagi ya, ada apa sekarang?” Tanya bapak tersebut
Gw nggak tahu, bapak itu nyindir atau gimana, tapi gw cuek aja,
kalau lihat hantu, gw bakal lari ke orang ini lagi tanpa sungkan
“Kalau penghuni yang itu nggak mungkin ke rumah kalian, disini itu
mereka punya kawasan sendiri-sendiri” Kata Bapak tersebut
“Tapi waktu itu jin yang ikutin teman saya bisa ke rumah pak,
padahal kawasannya di hutan” Tanya gw
“Artinya jin itu lebih kuat daripada jin yang memiliki kawasan di
sekitar rumah kalian
“Oh jadi hantu yang ada dirumah itu yang lemah pak? Kata Irfan
sambil nunjuk rumah hantu
“Tapi ada juga memang yang mengganggu si pemilik rumah, dan itu
pun sedikit dan lebih ke minoritas”
“Tapi jin itu mengganggu pak, padahal banyak warga disini” Kata gw
reflek
“Dia dikawasan manusia, tapi tidak tinggal dengan manusia, gini aja
dek”
“Palingan disini dia dibully sama setan lain, sama kayak kita bully si
doni (nama tmn dikota)”
“Dah Vin, balik yuk, ntar sensi lagi dia dengar kita gosipin dia” Lanjut
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Irfan kembali berjalan
Sampai rumah, hanya sisa Eni & Siska yang lagi duduk diruang
tengah, gw nggak tahu yang lain kemana, sampai akhirnya Irfan yang
bertanya
“Selvi sama Giska ke rumah pak kades untuk konsultasi proker Anton
sama putra kak” Kata Eni
“Kak Irfan yang itu dan itu punya Alvin” Kata Siska menunjuk
makanan seolah udah dipilihin tanpa manggil gw “kak”
Gw curiga pasti ada apa-apanya sama makanan ini, tapi karena perut
lapar, gw makan aja, nggak mungkin dia sampai racuni gw hanya
gara-gara masalah itu. Dan ternyata benar, rasa sayur bayam nya asin
banget, nasi goreng asin tadi pagi kalah sama asinnya masakan ini.
Gw rasain nasinya nggak kalah asin sama bayam. Tp gw nggak
berpikir dulu, mungkin dia galau jadi naruh garam dimakanan
Saat itu gw nyobain sayur bayam dan nasi putih Irfan, dan benar-
benar nggak asin. Gw simpulkan si Siska lagi balas dendam ke gw.
Saat itu juga gw paham kalau siska adalah cewek yang mengerikan,
dimana balas dendamnya lebih nonjok ke batin daripada ke fisik. Gw
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
lihat ke arah Siska, dia masih menatap gw dengan tatapan tajamnya
sambil ngemil snack yang dia beli dikota. Seolah-olah berkata
“Jangan macam-macam sama gw, kalau masih mau makan!!”
Entah kenapa gw dan Irfan bisa akrab lagi tanpa ada kata maaf sama
sekali, ya mungkin itu namanya teman baik / sahabat. Sedang enak-
enaknya ngobrol dan ngerokok, Anton, Vina & Putra datang, gw
melihat putra jalannya agak pincang, tapi gw nggak nanya kenapa,
terserah mereka aja
“Mas, bisa minta tolong awasi kerja warganya mas ?” Tanya Anton
“Sekalian dibantu sih kalau mas Irfan sama mas Alvin mau” Lanjut
Anton tersenyum ke gw dan Irfan
“Iya dek gampang, habisin rokok dulu ya” Kata Irfan sambil nunjukin
rokok ke Anton
“Alesan aja, biar ngulur waktu, ngapain disana?, bengong?, masa kita
berdua nyangkul sih Vin?” Kata Irfan nyengir ke gw
Tak lama, kita berdua pun ketempat proker pembuatan sumur, dan
sudah pasti melewati rumah hantu.. Disana warga masih bekerja,
beda dengan yang gw pikirkan, dimana mereka bakal santai-santai
karena nggak ada anak KKN yang ngawasi. Gw dan Irfan nggak ikut
nyangkul tanah dan hanya tebar senyum saat ada yang melihat ke
arah kita berdua
Waktu magrib pun hampir tiba, 6 warga yang bekerja pamit pulang
ke gw dan Irfan, dan kita berdua masih tetap disitu lihat-lihat dari
dekat hasil kerja beberapa hari ini
“Dah ah balik yuk Fan, udah hampir magrib nih” Ajak gw ke Irfan
Dan akhirnya gw dan Irfan pergi ketempat pak kades, sampai disana
ternyata mereka sudah pulang.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Pak Kades menyuruh kita mampir, mau nggak mau kita terima,
karena dia adalah kunci disetujuinya proposal proker KKN kita.
Akhirnya kita saling share cerita-cerita, tapi ada 1 point penting yang
gw tahu, dia itu bergelar sarjana, dan berakhir tinggal didesa ini. Title
sarjana kalau ujung-ujungnya tinggal didesa ini sama aja bohong, gw
mau nyinggung kenapa nggak pergi dari desa ini, tapi nanti malah
dikira nyindir / nyinggung, ada momen yang membuat gw betah
waktu itu, dimana pak kades mengusulkan proker-proker yang bisa
dijadikan potensi, dimana secepatnya proker terlaksana, semakin
lega hati gw. Tak terasa malam datang, kira-kira jam 8 lebih, dengan
berusaha memotong pembicaraan akhirnya kita bisa pulang
“Ngapain loe lari ?” Kata Irfan dengan nafas berat karena habis lari
“Itu Penunggu rumah hantu Fan” Kata gw juga dengan nafas berat
“Gimana sih loe fan ?, bukannya loe juga udah lihat ?” Tanya gw
“2 kali gw lihat, dan gw lihat cuma nggak ada kepalanya” Kata Irfan
“Kalau loe pingin lihat yang ada kepalanya, perhatiin tuh hantu” Kata
gw dengan nafas berat
“Dah mending loe tenang aja deh, lagian nggak bisa tuh dia kerumah
ini”
“Gw yakin yang punya kawasan ini si merah, loe liat kan si merah
nggak ganggu” Lanjut Irfan
“Loe aja sana, masih ngantuk gw” Kata Irfan menjawab dalam
keadaan mengantuk juga
“Oh iya nggak papa” Kata gw tanpa menanyakan apa yang terjadi
Setelah itu gw tidur lagi, karena nggak ada kegiatan sama sekali. Jam
8 gw dibangunin Irfan, untuk pergi ke tempat bapak pintar tersebut.
Gw saat itu menolak karena masih pagi, takutnya sampai sana bapak
“Kalau gitu saya ganti baju dulu ya, keringetan abis bersih-bersih
dapur” Kata Siska
“Mau kemana loe sama Siska?, kita nggak jadi ke rumah si bapak
pintar?” Tanya gw sambil menatap Irfan
“Kenapa loe ajak gw kalau udah ada yang nemenin ?” Kata gw sudah
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
mulai malas
“Kak maap lama ya, sekalian rapiin barang-barang tadi” Kata Siska
tersenyum ke Irfan
“Iya dek nggak papa, lagian juga baru habis kok teh nya” Kata Irfan
berbohong
Gw saat itu nggak suka lihat momen kayak gitu, dimana salah
seorang harus berbohong agar tidak membuat orang lain merasa
nggak enak dengan kita. Setelah obrolan itu, kita pergi bertiga
kedesa, Siska berada disamping Irfan, dan Irfan saat itu memang
berada diposisi tengah. Diperjalanan kita masih membahas si Kepala,
dan tiba-tiba Siska nyeletuk
“Gw mah nyari aman aja, ngapain gw ngurus orang yang nyari
masalah” Kata gw gantian menyindir Siska
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Mendengar sindiran gw, Siska membuka botol aqua dan
menyiramkannya ke gw dan terkena baju gw
Siska pun jatuh dalam posisi duduk dan terlihat seperti kaget, telapak
tangannya sedikit berdarah terkena kerikil, dia merintih kesakitan
hampir menangis sambil membersihkan dan meniup-niup tangannya.
Gw mengecek bagian baju gw yang basah terkena air, dan mulai
emosi
“Loe pergi ama Siska aja deh, gw udah malas!” Kata gw dengan nada
agak tinggi
Irfan datang ketempat Siska dan membantu dia berdiri, melihat hal
itu, gw pergi meninggalkan mereka menuju rumah. Sampai dirumah
gw pergi kekamar, rumah memang dalam keadaan sepi saat itu, gw
nggak tahu mereka kemana.
“Pak, pak, pak, apa saya diikuti si merah ??” Tanya gw panik
“Apa nanti dia bakal datangi rumah yang kita tempati ya pak?” Tanya
gw
“Tenang saja, simerah nggak akan mendatangi hanya karena hal itu”
Kata bapak tersebut
“Lho??, kok bisa?, bukannya kalau lebih lemah nggak bisa masuk
kawasan simerah?” Tanya gw deg-degan
“Mana gw tahu, ada kompensasi buat anak kecil kali, namanya juga
anak-anak” Kata Irfan nyengir ke gw
“Kata si bapak, dia pingsan karena lihat anak kecil itu dikakinya
waktu mau dipulangin” Kata Irfan
“Tapi tolol ya, kenapa dia harus nunjukin rupanya kalau mau masuk
ke tubuh kita?” Tanya gw
“Udah, nggak lama sebelum loe dateng, bapak itu pergi” Jawab Irfan
“Tadi gw ketemu bapak itu dijalan, paling dia balikin anak itu” Kata
gw agak merinding
Hampir 3 jam gw dan Irfan dikamar itu, tapi siska belum bangun juga.
Obrolan nggak penting terus keluar dari mulut kita berdua. Setelah
bosan menunggu, akhirnya bapak tersebut pulang, siska disuruh
tiduran dirumah itu, gw ajak irfan jalan-jalan, tapi irfan menolak dan
lebih milih dikamar menjaga Siska.
Terlihat siska udah agak tenang, dia mengajak irfan untuk pulang,
dan irfan yang ngajak gw pulang, bukan siska, kita pun ijin pamit ke
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
bapak pintar tersebut, sekalian gw bertanya, apa ada kemungkinan
jika Siska atau yang lain bakal diikuti lagi, tapi bapak tersebut hanya
bilang “jangan khawatir”, kata-kata tersebut cukup membuat gw
lega.
Saat itu Siska nggak pernah jauh dari irfan, bahkan dia merangkul
tangan Irfan saat perjalanan pulang, dan terkadang irfan tersenyum
nyengir ke gw, karena dadanya nempel ditangannya. Gw saat itu
nggak merasa iri, lagian siska bukan tipe gw, beda jika posisi siska
diganti Selvi, 100% gw bakal iri.
Setelah itu kita berpisah lagi, gw nggak tahu apa yang mereka
lakukan, karena saat ditanya, mereka hanya menjawab mengurus
proker, tanpa memberi tahu proker apa yang dilakukan.
“Ohh…. Kakak dari sana ya ?, ya udah kalau gitu kita balik aja dulu
deh” Kata Selvi
Disaat obrolan itu, gw lihat hari Eni pendiam banget, lebih kelihatan
lesu, beda dengan hari-hari biasa, tapi gw berpikir mungkin lagi
kecapaian atau lagi bosan. Tetapi tidak, Eni lah yang melihat salah
satu sesajen didesa dan juga penunggunya dihari itu, dan akan
diceritakan dihari ke 12. Eni tidak diganggu, tetapi hanya
diperlihatkan sosoknya.
Gw bisa maklumi irfan becanda tentang hantu, tapi saat itu gw nggak
bisa diajak becanda. Gw ajak Irfan untuk tidur, lagian ruang tengah
juga terlihat sudah sepi, tanpa banyak Tanya Irfan setuju untuk ikut
gw tidur. Tapi saat itu gw benar-benar nggak bisa tenang setelah
melihat simerah walaupun samar, gw suruh Irfan untuk mengecek
jendela. Dan benar, Irfan kaget saat itu, dia melihat si merah diatas
batunya, ternyata simerah sudah kembali ke rumahnya, yaitu batu
“Apa mereka juga bisa lihat simerah?? Lanjut gw dalam posisi duduk
“Lagian dia nggak kesini, udah tidur aja sono” Kata Irfan
Dan untuk part BB, akan ada dibeberapa part, tidak semua part ada
BBnya, sudah dijelaskan dipage one, untuk yang tidak suka ada
bagian BBnya, mohon dibaca dengan sabar, karena gw cerita apa
adanya.
“Kalau kejadian waktu itu terjadi lagi, kakak bakal lari ninggalin saya
lagi?” Tanya Siska
“Kalau itu jangan ditanya dek, udah pasti gw pergi duluan” Jawab
gw tanpa menatap Siska lagi
Gw masih bisa maklum kalau jam 9 malam mereka sudah tidur, jadi
nggak mengalami melihat simerah, beda dengan gw dan Irfan.
Hampir 2 jam gw betah didepan teras merokok sendirian sambil
berpikir, sarapan pun dianter Siska keteras untuk gw, tanpa pikir
panjang gw habisin sarapan gw dan melanjutkan merokok, tak lama
Irfan pun terbangun dan menghampiri gw.
“Emang nggak sungkan loe nemui bapak pintar itu tiap hari?” Tanya
Irfan balik
“Besok-besok aja deh Vin, sungkan gw, lagian si merah juga nggak
ganggu kita” Kata Irfan mencoba meyakinkan gw
Eni menatap gw sejenak dan nunduk lagi, Irfan menyenggol kaki gw,
memberi insyarat untuk sabar
“Kemaren saya lihat ada sesajen dipatung kecil kak” Kata Eni sambil
nunduk dan bermain jari karena merasa nggak enak untuk cerita
“Aku lihat jin lagi kak ditempat itu” Kata Eni terlihat murung setelah
mengatakan hal itu
“Iya kak, saya mau bilang kalau lihat jin, tapi nggak enak kak” Jawab
Eni
Setelah beberapa obrolan, gw, Irfan dan Eni pergi untuk menemui
bapak pintar itu lagi, sampai didepan rumah bapak pintar, istri beliau
memberi tahu jika beliau masih pergi ke lading.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Saat itu gw bertanya dimana letak ladangnya, dan gw pun diberi
arahan untuk bisa pergi keladang tempat bapak pintar tersebut.
Sampai diladang, gw langsung menghampiri beliau tanpa rasa
sungkan
“Ini pak, Eni lihat jin lagi dekat proker sumur kita” Kata gw
“Kamu dulu yang diikuti jin hitam ya ?” Kata bapak tersebut ke Eni
sambil tetap tersenyum
“Pak sebenarnya ada berapa jin lagi didesa ini, kenapa nggak cerita
dari dulu pak” Kata gw
“Kita kan jadi bisa lebih waspada lagi dan nggak nyari masalah”
Lanjut gw lagi
“Didesa ini total ada 7 tempat yang biasa ditaruh sesajen, tahu
sendiri kan maksudnya?”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Itu artinya ada penunggunya, kalian selama ini hanya fokus ke jin
dihutan kan ?”
“Sampai lupa kalau didesa juga ada penunggunya, ada juga yang
kuat disini”
“yaitu yang menunggu “sendang”, dia itu jin yang disegani oleh
“jendral” mata air”
“Yaitu disebuah pohon dekat jalan masuk desa, itu tempat si tangan”
“Dilubang seperti gua dekat rumah pak kades, ada si pendek tinggal”
Saat itu perasaan gw campur aduk, antara merasa lega karena tahu
tempat yang harus diwaspadai, dan merasa takut dan khawatir
karena ada 7 jin didesa ini.
“Kalian saja ada 10 dalam 1 rumah, kenapa jin nggak boleh ada
banyak dalam 1 desa?” Kata bapak tersebut tersenyum ke gw
“Oh ya pak, tadi malam saya lihat si merah ada diatas batunya, tapi
samar-samar” Kata Irfan
“Itu biasa jin dari hutan yang kuat-kuat berusaha masuk ke wilayah
simerah”
“Mereka sudah lihat tuh jin merahnya” Lanjut bapak tersebut sambil
tersenyum memandang gw
“Si merah, si gondrong dan jin sendang, mereka bisa memilih kepada
siapa dia ingin menunjukan dirinya”
“Makanya saya bilang, kalau mereka bisa memilih kepada siapa dia
ingin menunjukan dirinya”
“Jangan gitu donk kak, gimana sama yang lain?” Tanya Eni
“Kak, tunggu aku juga mau konsultasi” Kata Eni sambil segera
berjalan kekamarnya
Saat lewat rumah si kepala, tak ada reaksi apapun, mungkin dia
sudah nggak marah. Eni selalu mencoba mengajak gw ngobrol, tapi
gw tetap kukuh diam tak menjawab omongannya, entah kenapa Eni
jadi korban sensi gw.
Kita pun sampai dirumah pak kades, ternyata pak kades sedang pergi
kekota lagi, karena ada urusan mendadak, dan sore hari baru kembali
lagi. Mau nggak mau akhirnya kami bertiga harus menunggu
“Bentar Vin, tunggu disini” Kata Irfan pergi meninggalkan gw dan Eni
“Loe nggak sadar, berapa kali jin nongol didepan Eni??!” Kata gw
dengan nada tinggi
“Loe nggak sadar hanya Eni, Siska, Loe dan gw yang ditunjukin
jin??!!”
“Bayangin aja 5 orang dalam 1 rumah nggak lihat jin sama sekali!!”
“2 jin tertarik sama Eni dan Siska, pasti suatu saat bakal muncul lagi!!
“Loe keterlaluan vin, dari dulu gw dah sabar ya sama loe” Kata Irfan
sambil membakar rokok
“kalau takut ya takut aja, nggak usah lampiasin ke orang lain, loe
pikir gw juga nggak takut”
Tak lama pak kades pun datang. Kami bertiga dipersilahkan masuk
untuk membahas proposal kami. Eni yang pertama berkonsultasi
mengenai prokernya dan di ACC. Saat gw konsultasi tentang proker
gw tentang sumbangan fakir miskin, pak kades minta bukan berupa
uang, tapi berupa bahan-bahan pokok.
Mendengar hal itu lagi-lagi gw sedikit naik darah, semakin lama disini,
semakin jin jin disini nunjukin dirinya ke gw, akhirnya mulailah
perdebatan dengan sopan menurut gw masalah proker yang gw
jalanin. Tapi tetap saja, pak kades minta berupa bahan pokok, dan
harus dibeli dari kota.
“Pak, katanya sesajen didesa ini Cuma 2, tapi ternyata ada 7?” Tanya
gw
“Untuk masalah sesajen saya memang Cuma tahu 2 lokasi didesa ini,
lagian saya tidak terlalu peduli masalah seperti itu”
“Nggak bisa kita pungkiri kalau kita hidup bersama jin tapi beda
dunia”
“Ya tapi tetap pak, kita ni udah beberapa kali diganggu, bikin pingin
kabur terus dari desa ini”Kata gw dengan nada malas
Gw berpikir, percuma dia jadi kades disitu, lokasi tempat sesajen aja
nggak paham, bahkan lokasi sesajen didekat rumahnya pun nggak
tahu, ngapain aja ??.
“Lagian kalian sendiri kan yang milih lokasi KKN lewat perantara
teman kalian anton”
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Mendengar pak kades ngomong dengan enteng seperti itu, emosi
gw naik lagi, pingin juga rasanya injak-injak anton karena udah milih
desa kayak gini.
“Kalau ketemu jin, kalian harus berani, jangan malah takut, semakin
takut, malah semakin senang jin tersebut mengganggu kalian”
Lanjut pak kades lagi
“Iya saya paham, yang penting kalian tenang aja menjalani KKN &
jangan macam-macam”
Tak terasa magrib hampir tiba, kami bertiga pamit pulang, karena
malas berurusan dengan jin kalau pulang malam-malam, karena
memang gw nyari aman aja. diperjalanan kembali kerumah gw tetap
diam, Irfan dan Eni sibuk ngobrol sendiri, terlalu gengsi bagi gw mau
ikut obrolan lagi, sampai pada akhirnya irfan lagi yang membuka
topic untuk mengajak gw ngobrol
“Vin, Gw nggak paham maksud pak kades, tentang jin dan maen
bola” Kata Irfan ke gw
“Ahh bego loe, jin itu, semakin banyak yang nyembah, semakin kuat
ilmunya” Kata gw sambil mengelus-elus lengan gw
“Oh ya ya, coba loe sekarang lawan si merah Vin, ntar gw sama yang
lain jadi pendukung” Kata Irfan nyengir gw
Eni hanya diam dan terus mengusap air matanya. Melihat hal itu,
dengan detak jantung kencang, gw langsung waspada lihat kanan,
kiri, belakang, gw balik badan kebelakang untuk melihat sekitar, gw
yakin Eni sedang melihat jin, apalagi matahari benar-benar hampir
tenggelam. Gw langsung berpikir aneh-aneh, dimana Eni pasti
sedang diikutin jin. Gw berjalan mundur sambil mewaspadai bagian
belakang kanan dan kiri. Karena yang namanya diikuti pasti dari
belakang, nggak mungkin dari depan
Melihat gw pergi, irfan dan Eni ikut menyusul, sampai dirumah bapak
pintar, kami bertiga bertiga berbicara tentang sibayangan, dan
bapak pintar tersebut berkata, jika si bayangan masih kalah oleh
simerah, jadi jangan takut kalau akan dihantui si bayangan, karena
dia juga nggak akan bisa sampai kerumah. Tak lama gw pun minta
diantar pulang kerumah karena gw ragu kalau sibayangan bakal
Cuma diam ditempat. Pada akhrinya bapak tersebut mau mengantar
kita untuk pulang.
“Kayak jin ini memang tertarik dengan kamu dek” Kata Bapak
tersebut sambil menatap Eni
“Tapi nggak papa, dia nggak bakal ikuti kamu seperti si hitam, jin dari
hutan”
“Dia hanya ingin menunjukan dirinya saja ke kamu dek” Kata bapak
tersebut ke Eni
“Tenang aja dek, kalau jin itu muncul lagi, bakal kakak habisi dia”
Kata Irfan ke Eni
“Wah berani juga ya Alvin sama jin?” Kata bapak tersebut sambil
megang pundak gw
Gw yakin sebenarnya itu sindiran buat gw, tapi gw saat itu diam aja
nggak menggubris omongan dari mereka berdua.
“Jangan salah pak, bakal kabur kalau lihat dia pak” Kata Irfan
“Maksudnya dia itu jinnya pak, jadi Alvin yang kabur” Lanjut Irfan
sambil tetap nyengir ke arah gw
Bapak pintar dan Eni tersenyum lihat gw jadi bahan candaan, dan gw
tetep kukuh untuk diam. Sampai dirumah ternyata anak-anak KKN
sudah pada ngumpul lagi diruang tengah dan dengan santainya
masih bisa tertawa tak terkecuali siska yang baru melihat jin. Bapak
pintar ijin pamit dan tak lupa gw ucapin terima kasih, gw dan irfan
duduk diteras sambil merokok, Siska datang mengantar makanan ke
gw dan irfan, mungkin siska paham kalau kita belum makan.
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
“Dek coba duduk bentar sini” Kata gw
“Loe belum dengar anak-anak yang lain cerita lihat jin?” Tanya gw
“Tadi aku nguping pembicaraan giska, katanya dia pernah lihat jin
pendek larinya cepat banget didekat rumah pak kades” Kata Siska
“Loe mau nemui bapak pintar lagi ?, gila vin, nggak sungkan apa
loe?” Tanya Irfan
“Ya nggak tiap hari juga kita harus nemui bapak pintar, dia kan punya
kesibukan juga”
“Mas, lusa kita mau kekota sekalian jemput anak ke 10, jadi kita
nginap sehari dtempat saudara saya, mau nitip apa?” Kata Anton
Setelah itu, gw dan irfan pamit untuk tidur cepat duluan, entah
kenapa hari ini gw berharap kalau malam ini mereka dihantui jin apa
aja boleh, yang penting bisa tahu kalau ada jin didesa ini. Tapi
percuma, harapan tak menjadi nyata, dan akhirnya gw tertidur
dimalam itu, besoknya anton bercerita kalau melihat jin pendek, dan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
bercerita ke putra, dan kebetulan gw sempat dengar obrolan
mereka, dan malamnya si merah vs sibayangan dikamar gw dan irfan
“Bisa gila lama-lama gw disini fan, pingin cepet balik ke kota” Kata
gw
“Halah… nggak usah dipikir, bangun cepet, kita mandi” Ajak Irfan
“Pagi kak” Kata Eni tersenyum ke arah gw dan Irfan dan mulai duduk
Eni hanya diam dan tetap bermain kuku sambil nunduk karena
memang udah salting. Hingga akhirnya Irfan yang mengajak obrol
Eni
“Iya dong kak, habis itu proker individu saya selesai” Jawab Eni
sambil senyum ke Irfan
“Waaaaah Enak dong, nanti abis itu mau ikut kita nggak dek?” Kata
Irfan
Irfan pun menjelaskan tentang rencana pergi dari desa ini setelah
proker individu ke 2 selesai, Eni mendengarkan dengan seksama dan
juga kadang bertanya masalah proker kelompok, irfan pun juga
menjelaskan lagi dengan panjang lebar
“Ikut saya kak ikut“ Kata Eni sambil mengangkat 2 jempolnya kearah
irfan sambil memasang wajah imut
“Kan loe tadi bilang dasar cewek, gw ngerasa jadi cewek juga nih”
Kata Irfan sambil bergaya memberi kecupan
PDF by Soma Original Story : kepada.dirinya
Irfan terus menggoda gw, Eni hanya tersenyum bahkan menahan
tawa melihat tingkah laku Irfan. Gw paham, semua yang dilakukan
Irfan hanya untuk membuat Eni tersenyum karena udah salting
karena gw. Candaan pun selesai, irfan mengajak gw untuk mencari
potensi prokernya.
“Yuk Keliling aja Vin, sambil bawa buku pedoman” Kata Irfan
Gw dan irfan berdiri dan bersiap pergi keliling desa untuk mencari
proker
“Nggak usah kak, aku mau ngerjain laporan proker sama agenda
KKN aja” Jawab Eni tersenyum
“Vin, loe nyadar nggak sih kalau jin disini ngehantuinya bergantian ?,
seolah udah direncanakan?”
“Ya yang penting kita nggak usah ketempat yang dikasih tahu bapak
pintar”
“Untung aja kita belum ke tempat sendang, Cuma lihat doank kan”
“Apalagi sama kita manusia, kalau ditampar bisa mental jauh” Lanjut
gw
Obrolan tentang jin berlanjut hingga akhirnya kita melihat Selvi, Siska
dan Giska sedang mandi dan main air ditempat anak-anak penduduk
sini bermain air. Kita pun samperin mereka yang memang sedang
asik-asiknya siram-siraman air.
Karena sudah fix masalah proker yang diambil, kita pun pergi
kerumah lagi, dijalan Irfan mencoba menyinggung masalah jin yang
dilihat Giska
Saat itu Selvi hanya diam seperti nggak mau dengar tentang jin,
kalau Siska memang sudah paham masalah ada jin disini. Awalnya
Giska tak mau menjawab pertanyaan dari irfan, dan juga nggak
mempermasalahkannya, tapi saat itu Giska yang membuka obrolan
lagi
“Iya kak, dia pendek dan kayak bayangan, ada bayangan tapi nggak
ada orangnya” Kata Giska
“Pas mau dilihat dari dekat, bayangan itu pergi tapi cepat banget
kak” Lanjut Giska
“Eh dek, tahu nggak kalau didesa ini banyak setannya ?” Kata gw ke
mereka
“Nggak usah mikir macam-macam ke Vina, Anton itu gay” Kata Selvi
pelan
“Kamu juga pernah mandi sama Anton dek ?” Tanya Irfan ke Selvi
“Gw kasihan sama putra Vin” Kata Irfan mencoba menahan tawa
“Dia tidur bareng Anton” Kata Irfan menahan tawa sampai geleng-
geleng kepala
Tak lama kita berdua berdua bersiap untuk tidur, petromax dari dulu
memang gw taruh dipojokan kamar karena takut ketendang saat
tidur dan bisa menimbulkan kebakaran. Kita pun melanjutkan
obrolan tentang putra dan terus menahan tawa terus, hingga
akhrinya tawa kita menghilang setelah melihat bayangan kecil lewat
dan berdiri ditembok rumah, bayang tersebut jelas banget karena
cahaya dari petromax, awalnya gw kira itu bayangan si Irfan atau gw.
Entah kenapa bulu kuduk gw berdiri mengingat sibayangan tadi
malam
“Udah hilang Fan” Kata gw kearah Irfan yang masih berselimut sama
seperti gw
“Nggak ada apa-apa njing, bikin takut aja loe tai!” Kata gw berkata
kasar dengan pelan karena merasa sudah dipermainkan Irfan
“Loe tunggu aja Vin, bentar lagi tuh, 2 kali gw lihat sebelum gw
nutup muka” Kata Irfan membuka selimutnya hingga dadanya
Badan gw nggak bisa bergerak sama sekali, dari atas sampai bawah
rasanya lemas, hingga badan gw terjatuh dengan sendirinya kearah
kasur, terlihat wajahnya bergerak lagi hingga saat ditengah kamar,
dan tiba-tiba matanya jatuh tepat disamping gw, badan simerah pun
muncul dari atas plafon dan menuju kearah matanya. Terlihat jelas
tubuh simerah, melayang kearah matanya.
Melihat hal itu Irfan langsung bangun dari tidur dan pergi keluar
kamar, gw saat itu benar-benar pasrah karena nggak bisa berbuat
apa-apa, air mata gw keluar dengan sendiri, karena simerah sudah
dekat dengan posisi tidur gw, bau busuk si merah sudah tercium,
matanya tak berhenti menatap kearah gw.
Tak lama Irfan dan Anton kembali keruang tengah dan bercerita jika
kamar Anton sudah dalam keadaan berantakan. Setelah mengetahui
itu, Anton, Putra, Selvi, Eni & Giska pergi kekamar Anton untuk
membereskan kamar Anton. Tak berhenti disitu, Eni berlari kearah
Irfan dan langsung merangkul tangan Irfan.
Eni makin erat memeluk tangan Irfan dan terus mengusap air
matanya sambil terisak, Melihat itu Eni langsung disuruh duduk
disamping gw, tangan Eni langsung memegang baju gw karena
takut, gw diam aja dan berusaha agar badan gw bisa tenang lagi. Tak
lama Irfan datang lagi kearah gw dan Eni.
“Sini aja fan, diluar malah tambah ngeri” Kata gw menolak ajakan
Irfan
“Simerah ada didapur, takutnya kalian bisa lihat simerah dari ruang
tengah” Kata Irfan sambil menghisap rokok
“Beneran Vin, si merah bisa milih ke siapa dia pingin nunjukin diri”
Kata Irfan
“Diam dulu fan, gw lagi berusaha tenang nih, lemes badan gw”
Jawab gw
Keheningan terjadi lagi, Eni tetap mengusap air matanya terus, Siska
hanya diam dan menyandarkan kepalanya di tembok, Vina sedang
mencoba menahan diri agar tidak menangis dengan mengoyang-
goyangkan badannya dan kadang terdiam dan nunduk. Tak
berselang lama, gw bisa merasa tenang dan ngajak Irfan untuk tidur
agar bisa tenang
“Ayo fan, cepetan kita pergi dari sini, lama-lama bisa gila beneran
gw” Kata gw
“Paling nggak laporan individu dan dokumen proker jadi, abis itu kita
cabut”
“Menurut loe, gimana mereka besok setelah kejadian hari ini Fan ?
Tanya gw
“Terus gimana nasib proker kita kalau nggak ada mereka? Tanya gw
lagi
“Nggak tahu dah Vin, lihat aja besok, dan sono tidur”
Dan Pada akhirnya gw bisa tertidur dimalam itu tanpa ada munculnya
si merah lagi, mungkin aja dia muncul tapi gw nggak sadar. Besoknya
bapak pintar menjelaskan yang terjadi, bahkan tentang kamar yang
bisa diberantakin jin-jin tersebut
Didesa ini gw sama sekali nggak pernah lihat yang namanya pocong,
padahal pocong termasuk yang universal, dimana jika kita bertanya
kepada orang pasti paham dan mengerti bagaimana rupa dan bentuk
pocong. Dan juga kuntilanak, selama ini khas dari kuntilanak adalah
ketawanya yang unik hingga ada yang menjadikan ringtone, tapi
suara kuntilanak yang gw lihat bukan seperti itu, tapi melengking
keras banget, selain itu juga memiliki taring, juga senang terbang-
terbang, dan dialah penghuni kursi yang ditaruh sesajen dihutan,
yang orang desa berkata kalau jin ini usilnya setengah mati. Jin inilah
yang pernah masuk dalam cuplikan cerita gw saat gw nganter Vina
dan Eni ke WC, Eni yang pertama melihat dan lari kearah rumah.
Tak mau ikut campur, gw milih pergi ke dapur untuk cuci muka, dari
kamar Selvi terdengar suara tangisan terisak, gw mencoba melihat
ke arah kamar dan itu adalah Siska, gw bisa ngerti kenapa Siska bisa
sampai depresi seperti itu, dikamar tersebut sudah ada Selvi & Giska
yang mencoba menenangkan Siska, dengan gampangnya Selvi &
Giska berkata “Tenang”, coba mereka juga mengalami kejadian yang
dialami Siska, udah pasti posisi mereka akan menangis seperti Siska.
“Dari pak kades Vin, untuk ijin ke kota beberapa hari” Kata Irfan
sambil membakar rokok
“Ha ??!!, loe juga ikut ke kota ??!!” Tanya gw agak tinggi
“Kagak, nemenin Anton doank, Putra kan lagi diomelin istrinya” Kata
Irfan senyum ke gw
“Bosen gw, itu itu terus yang dibahas, kayak nggak ada habisnya”
Lanjut Irfan
“Kan rumah saudara saya yang ada dikota, lagian mereka juga kenal
putra”
“Jadi saya lebih nyaman kalau pergi ke kota dengan putra, dan juga
mas kan nggak kenal sama anak ke 10” Lanjut Anton
“Udah sama gw aja Vin disini, kan ada gw” Kata Irfan
“Terus kenapa kalau ada loe ?, lihat setan juga bakal lari bareng”
Kata gw menepis omongan Irfan
“Iya lah tai, mentang-mentang dia yang punya mobil, coba dikota,
udah gw tabrak dia pake mobil gw”
“Gila!!, loe masih bisa ketawa ya ?!, lupa loe ama kejadian tadi
malam ?!” Kata gw agak tinggi sambil memukul lengan Irfan
Gw dan Irfan pergi untuk menemui bapak pintar, tapi sebelum itu,
Irfan ngajak gw ke salah satu rumah warga yang membuatkan Irfan
bak sampah untuk prokernya, dan sampai disana, bak sampah baru
jadi kurang dari setengah, dalam hati gw berkata kalau bapak yang
membuat sampah terlalu malas, karena lama banget buat baknya.
“Bisa gila lama-lama saya disini pak, simerah ganggu lagi, maunya
apa sih pak dia itu?!” Kata gw
“Tadi malam si merah sama si bayangan ada dirumah pak” Kata Irfan
membuka obrolan
“Itu lah jin, kadang kita nggak bisa mengerti kekuatan mereka
seperti apa, ada yang bisa terbang”
“ada yang bisa berubah bentuk, bahkan seperti kamar kalian, tanpa
memegang benda mereka bisa menggerakkan benda”
“Dari awal sudah dikasih tahu, kalau simerah bisa milih kepada siapa
dia mau menunjukan diri”
Obrolan berlanjut lagi mengenai jin, warga yang ada bersama bapak
pintar hanya ikut senyum, mendengar obrolan tersebut, heran
banget gw saat itu, kenapa mereka menganggap sepele masalah
seperti ini, apa memang mereka sudah terbiasa dengan hal seperti
ini?.
Dijalan kita membahas lagi tentang simerah, apa dia memang baik
atau jahat tapi lagi baik, dan kita ambil kesimpulan kalau simerah jin
jahat yang lagi baik. Gw nggak bisa terima omongan bapak pintar
yang berkata jika simerah sedang ingin berteman, siapa sih yang mau
berteman dengan jin yang rupanya hancur seperti itu.
“Nggak kak, saya nanti yang mengawasi proker sumur & kamar
mandi” Kata Selvi
“Udah kamu kasih tahu Anton untuk membeli bahan pokok untuk
proker gw?” Tanya gw
“Beres kak, sudah aku kasih tahu, uangnya juga udah kok” Kata Selvi
Mendengar hal itu cukup lega hati gw, ada rasa senang sedikit
karena sebentar lagi gw cabut dari desa ini dan menikmati waktu
dikota, sambil menunggu hari penarikan KKN.
“Proker diundur kan bisa dek, ntar kakak bantu ngomong ke kades
tentang prokermu” Kata Irfan
Eni tetap diam dan lagi-lagi nunduk sambil bermain kuku. Saat itu
risih juga ngelihatnya, karena seperti model cewek manja.
“Ntar kakak yang ngomong ke Anton biar kamu ikut” Kata Irfan
Gw saat itu hanya memandang Eni dan berpikir kalau bagus banget
Eni pergi dari desa ini, selama ini 2 jin muncul gara-gara dia, itu
anggapan gw saat itu, karena memang sebenarnya gw nggak
bertanya kenapa si bayangan mengganggu, dan lebih fokus ke
simerah.
Dari segi fisik, merah lebih mengerikan dari pada sibayangan, yang
wujudnya hanya bayangan hitam, tak jauh beda dengan bayangan
kita. Tak lama Irfan datang
“Udah dek sana siap-siap, habis itu kerumah pak kades buat
mundurin jadwal proker” Kata Irfan
“Yang pergi ke kota Anton, Putra, Siska, Giska & Eni” Kata Irfan
masih dalam keadaan nyengir
Tak lama siang pun datang, mereka siap-siap berangkat. Vina nggak
ada melepas kepergian cowoknya. Wajah bahagia terlihat dari wajah
para wanita karena akan pergi meninggalkan desa ini “sementara”.
Dan Pergilah mereka menuju kota, gw dan Irfan duduk diteras
karena nggak tahu mau ngapain. Belum lama mereka pergi, mobil
sudah menuju kembali ke rumah, tiba-tiba Anton datang ke arah
Irfan
“Mas, waktu mau keluar desa, dijalan masuk desa ada mahkluk tinggi
nggak ada tangannya” Kata Anton tanpa ada rasa takut sedikitpun
“Terus loe balik Cuma mau bilang gitu doank?” Tanya gw sinis
Malam hari pun tiba, gw dan Irfan masak mie karena muak dengan
masakan Selvi. Sambil memasak, kepala gw tak berhenti melihat
kanan kiri, karena takut si merah bakal datang lagi.
“Itu yang dari dulu gw heran Fan, kenapa mereka ganggunya gantian
terus”
“Tanya sekarang aja yuk, kita kerumahnya” Kata Irfan dengan gam-
pangnya
“Kenapa emang ?”
“Yaelah pake nanya, ntar malah loe bawa jin kerumah ini” Kata gw
Dan akhirnya Irfan memutuskan untuk nggak pergi, tak lama Selvi
dan Vina pergi menemui gw dan Irfan, dan sempat melihat
rombongan tersebut. Vina langsung mendekap tangan Selvi
“Gw heran sama loe Fan, kadang takut, kadang berani, gimana sih
loe ?” Tanya gw
// Udah sampe sini threadnya, tapi sekali lagi gua tegaskan cerita ini
BELUM TAMAT //
//Salam