A. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.
Price&Wilson (2005).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi
berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalah
hyperplasia (Sabiston, David C,2004)
BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang
paling umum pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2002)
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya denganBPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan
penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat.
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel
prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan
inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan
oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen
berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-FGF)
dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada
pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-
reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot
detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan
detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi
lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal
dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar.
Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan
waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang
terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter,
Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi
dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini
dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan
hernia dan hemoroid.
E. PATHWAY
terlampir
Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi
lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH
sendiri dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal
dan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.
Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD)
yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan
biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita
BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,
golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu
urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal
atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan
prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat
supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-
belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,
memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah
ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah
isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel.
Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah
kencing adalah untuk menilai residual urin
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko
urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria.
Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien.
Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka
kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam
dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih
(sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah
mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-
obat dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar
tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan
pemeriksaan colok dubur
Terapi medikamentosa
Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu
:
- Hematuri
1. Prostatektomi
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu
insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih
praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagi
inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian
lain adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang
operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah
periode pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui
uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika
kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak
kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka
komplikasi lebih rendah di banding cara lainnya.
3. TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan
dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan
merupakan tindakan invasive yang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan
terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami
pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan
secara terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi,
penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FK
UI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon
30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi
kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.
Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari
setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani
operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau
retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura
uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidak
mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun
kemudian.
Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
2. Post operasi
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila
pasien sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat
oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak
duduk terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih
hingga sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan
biasanya menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental.
Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang
menahan kateter pada tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Sulit kencing
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
b. Data Obyektif
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Tampak lemah
3. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
4. Pengkajian fisik
- Sering berkemih
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses
penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.
a. Pre operasi
- Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses bedah.
b. Post operasi
- Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)
- Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan b.d kurangnya paparan
informasi.
Rencana keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Keperawatan
keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen Nyeri
Definisi : Sensori dan asuhan keperawatan Definisi : perubahan atau
pengalaman emosional selama ….x 24 jam, pengurangan nyeri ke tingkat
yang tidak klien dapat: kenyamanan yang dapat diterima
menyenangkan yang 1. Mengontol nyeri pasien
timbul dari kerusakan Definisi : tindakan Intervensi:
jaringan aktual atau seseorang untuk - Kaji secara menyeluruh tentang
potensial, muncul tiba- mengontrol nyeri nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik,
tiba atau lambat dengan ndikator: waktu kejadian, lama, frekuensi,
intensitas ringan sampai Mengenal faktor- kualitas, intensitas/beratnya nyeri,
berat dengan akhir yang faktor penyebab dan faktor-faktor pencetus
bisa diantisipasi atau Mengenal - Observasi isyarat-isyarat non verbal
diduga dan berlangsung onset/waktu dari ketidaknyamanan, khususnya
kurang dari 6 bulan. kejadian nyeri dalam ketidakmampuan untuk
tindakan komunikasi secara efektif
Faktor yang pertolongan non- - Berikan analgetik sesuai dengan
berhubungan : Agen analgetik anjuran
injuri (biologi, kimia, Menggunakan - Gunakan komunkasi terapeutik agar
fisik, psikologis) analgetik klien dapat mengekspresikan nyeri
melaporkan - Kaji latar belakang budaya klien
Batasan karakteristik : gejala-gejala - Tentukan dampak dari ekspresi
- Laporan secara verbal kepada tim nyeri terhadap kualitas hidup: pola
atau non verbal adanya kesehatan tidur, nafsu makan, aktifitas mood,
nyeri (dokter, perawat) hubungan, pekerjaan,
- Fakta dari observasi nyeri terkontrol tanggungjawab peran
- Posisi untuk - Kaji pengalaman individu terhadap
menghindari nyeri nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
- Gerakan melindungi 2. Menunjukkan - Evaluasi tentang keefektifan dari
- Tingkah laku berhati- tingkat nyeri tindakan mengontrol nyeri yang
hati Definisi : tingkat telah digunakan
- Muka topeng keparahan dari nyeri - Berikan dukungan terhadap klien
- Gangguan tidur (mata yang dilaporkan atau dan keluarga
sayu, tampak capek, ditunjukan - Berikan informasi tentang nyeri,
sulit atau gerakan kacau, seperti: penyebab, berapa lama
menyeringai) Indikator: terjadi, dan tindakan pencegahan
- Terfokus pada diri Melaporkan - Kontrol faktor-faktor lingkungan
sendiri nyeri yang dapat mempengaruhi respon
- Fokus menyempit Frekuensi nyeri klien terhadap ketidaknyamanan
(penurunan persepsi Lamanya (contoh : temperatur ruangan,
waktu, kerusakan proses episode nyeri penyinaran, dll)
berpikir, penurunan Ekspresi nyeri: - Anjurkan klien untuk memonitor
interaksi dengan orang wajah sendiri nyeri
dan lingkungan) Posisi - Ajarkan penggunaan teknik non-
- Tingkah laku distraksi, melindungi tubuh farmakologi
contoh : jalan-jalan, (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
Kegelisahan
menemui orang lain musik, distraksi, aplikasi panas-
Perubahan
dan/atau aktivitas, dingin, massase)
Respirasirate
aktivitas berulang- - Evaluasi keefektifan dari tindakan
Perubahan Heart
ulang) mengontrol nyeri
Rate
- Respon autonom - Modifikasi tindakan mengontrol
(seperti diaphoresis, Perubahan nyeri berdasarkan respon klien
perubahan tekanan tekanan Darah - Tingkatkan tidur/istirahat yang
darah, perubahan nafas, Perubahan cukup
nadi dan dilatasi pupil) ukuran Pupil - Anjurkan klien untuk berdiskusi
- Perubahan autonomic Perspirasi tentang pengalaman nyeri secara
dalam tonus otot Kehilangan tepat
(mungkin dalam rentang nafsu makan - Beritahu dokter jika tindakan tidak
dari lemah ke kaku) berhasil atau terjadi keluhan
- Tingkah laku ekspresif - Informasikan kepada tim kesehatan
(contoh : gelisah, lainnya/anggota keluarga saat
merintih, menangis, tindakan nonfarmakologi dilakukan,
waspada, iritabel, nafas untuk pendekatan preventif
panjang/berkeluh kesah) - monitor kenyamanan klien terhadap
- Perubahan dalam nafsu manajemen nyeri
makan dan minum
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas,dan keparahan sebelum
pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5
benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam pemilhan
analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu analgetik
jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum
dan sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
- Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang tidak
diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)
3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi lingkungan
untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan
yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang menyebabkan
ketidaknyamanan seperti pakaian
lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang
paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat
nyaman.
2 Cemas Setelah dilakukan . Menurunkan cemas
Definisi : Perasaan asuhan keperawatan Definisi : meminimalkan rasa takut,
gelisah yang tak jelas selama......x24 jam cemas, merasa dalam bahaya atau
dari ketidaknyamanan pasien menunjukan ketidaknyamanan terhadap sumber
atau ketakutan yang dapat : yang tidak diketahui
disertai respon autonom 1. Mengontrol cemas: Intervernsi:
(sumner tidak spesifik Definisi : Tindakan - Tenangkan pasien
atau tidak diketahui oleh seseorang untuk - Jelaskan seluruh prosedurt tindakan
individu); perasaan mengurangi perasaan kepada pasien dan perasaan yang
keprihatinan disebabkan tertekan/terbebani dan mungkin muncul pada saat melakukan
dari antisipasi terhadap ketegangan dari tindakan
bahaya. Sinyal ini sumber yang tidak - Berusaha memahami keadaan pasien
merupakan peringatan dapat diidentifikasi - Berikan informasi tentang diagnosa,
adanya ancaman yang Indikator : prognosis dan tindakan
akan datang dan - Monitor intensitas - Mendampingi pasien untuk
memungkinkan individu cemas mengurangi kecemasan dan
untuk mengambil - Meghilangkan meningkatkan kenyamanan
langkah untuk penyebab cemas - Dorong pasien untuk menyampaikan
menyetujui terhadap - Menurunkan tentang isi perasaannya
tindakan. stimulus lingkungan - Kaji tingkat kecemasan
ketika cemas - Dengarkan dengan penuh perhatian
Faktor yang - Mencari informasi - Ciptakan hubungan saling percaya
berhubungan : terpapar untuk menurunkan - Bantu pasien menjelaskan keadaan
racun, konflik yang cemas yang bisa menimbulkan kecemasan
tidak disadari tentang - Gunakan strategi - Bantu pasien untuk mengungkapkan
nilai-nilai utama/tujuan koping efektif hal hal yang membuat cemas
hidup, berhubungan - Melaporkan - Ajarkan pasien teknik relaksasi
dengan kepada perawat - Berikan obat obat yang mengurangi
keturunan/herediter, penurunan lama cemas
kebutuhan tidak cemas
terpenuhi, transmisi - Menggunakan
iterpersonal, krisis teknik relaksasi
situasional/maturasional, untuk menurunkan
ancaman kematian, cemas
ancaman terhadap - Mempertrahankan
konsep diri, stress, hubungan sosial
substans abuse, - Mempertahankan
perubahan dalam: status konsentrasi
peran, status kesehatan, - Melaporkan
pola interaksi, fungsi kepada perawat tidur
peran, lingkungan, cukup
status ekonomi. - Melaporkan
Batasan karaktersistik : kepada perawat
Perilaku bahwa cemas tidak
- Produktivitas mempengatruhi
berkurang keadaan fisik
- Scanning dan - Tidak adanya
kewaspadaan tingkahlaku yang
- Kontak mata yang menunjukan cemas
buruk
- Gelisah 2. Koping yang baik
- Pandangan sekilas Definisi : Tindakan
- Pergerakan yang untuk mengelola
tidak berhubungan, stressor yang
(misal : berjalan dengan menggunakan sumber
menyeret kaki, individu
pergelangan Indikator :
tangan/lengan - Mengenal koping
- Menunjukkan efektif
perhatian seharusnya - Mengenal koping
dalam kejadian hidup tak efektif
- Insomnia - Memverbalkan
- Resah kemampuan kontrol
Affektive - Melaporkan
- Penyesalan menurunnya stress
- Irritable - Memverbalkan
- Kesedihan yang penerimaan terhadap
mendalam situasi
- Ketakutan - Mencari informasi
- Gelisah, gugup yang berkaitan
- Mudah tersinggung dengan penyakit dan
- Rasa nyeri hebat pengobatannya
dan menetap - Modifikasi gaya
- Ketidakberdayaan hidup sesuai
meningkat kebutuhan
- Membingungkan - Beradaptasi
- Ketidaktentuan dengan perubahan
- Peningkatan perkembangan
kewaspadaan - Menggunakan
- Fokus pada diri support sosial yang
- Perasaan tidak memungkinkan
adekuat - Mengerjakan
- Ketakutan sesuatu yang
- Distress menurunkan stress
- Kekhawatiran, - Mengenal strategi
prihatin koping multipel
- Cemas - Menggunakan
Fisiologis : strategi koping efektif
- Suara gemetar - Menghindari
- Gemetar, tangan situasi penuh stress
tremor - Memverbalkan
- Goyah kebutuhan akan
- Respirasi bantuan
meningkat (simpatis) - Mencari
- Keinginan kencing pertolongan
(parasimpatis) professional yang
- Nadi meningkat sesuai
(simpatis) - Melaporkan
- Berkeringat banyak menurunnya keluhan
- Wajah tegang fisik
- Anorexia (simpatis) - Melaporkan
- Jantung berdetak menurunnya perasaan
kuat (simpatis) negatif
- Diare - Melaporkan
(parasimpatis) kenyamanan
- Keragu-raguan psikologis yang
dalam berkemih meningkat
(parasimpatis)
- Kelelahan
(Simpatis)
- Mulut kering
(simpatis)
- Kelemahan
(simpatis)
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari asuhan keperawatan Definisi : membantu dengan atau
kebutuhan tubuh selama …. X 24 jam menyediakan masukan diet seimbang
Definisi : Intake nutrisi klien dapat dari makanan dan cairan
tidak cukup untuk menunjukkan Intervensi :
keperluan metabolisme 1. status nutrisi yang - Catat jika klien memiliki alergi
tubuh baik, makanan
Batasan karakteristik : Definisi : Nutrisi - Catat makanan kesukaan klien
- Berat badan ³ 20 cukup untuk - Tentukan jumlah kalori dan tipe
% di bawah ideal memenuhi kebutuhan nutrien yang dibutuhkan
- Dilaporkan metabolisme tubuh - Dorong asupan kalori sesuai tipe
adanya intake makanan Indikator : tubuh dan gaya hidup
yang kurang dari RDA - Masukan - Dorong asupan zat besi
(Recomended Daily nutrisi - Tawarkan makanan ringan
Allowance) - Masukan - Berikan gula tambahan k/p
- Membran makanan dan cairan - Tawarkan bumbu sebagai
mukosa dan konjungtiva - Tingkat energi pengganti garam
pucat cukup - Berikan makanan tinggi kalori,
- Kelemahan otot - Berat badan protein dan minuman yang mudah
yang digunakan untuk stabil dikonsumsi
menelan/mengunyah - Nilai - Berikan pilihan makanan
- Luka, laboratorium - Sesuaikan diet dengan gaya
peradangan pada rongga hidup klien
mulut - Ajarkan klien cara membuat
- Mudah merasa catatan makanan
kenyang, sesaat setelah - Monitor asupan nutrisi dan
mengunyah makanan kalori
- Dilaporkan atau - Timbang berat badan secara
fakta adanya teratur
kekurangan makanan - Berikan informasi tentang
- Dilaporkan kebutuhan nutrisi dan bagaimana
adanya perubahan memenuhinya
sensasi rasa - Ajarkan teknik penyiapan dan
- Perasaan penyimpanan makanan
ketidakmampuan untuk - Tentukan kemampuan klien
mengunyah makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB 2. Monitor nutrisi
dengan makanan cukup Definisi : mengumpulkan dan
- Keengganan menganalisa data dari pasien untuk
untuk makan mencegahatau meminimalkan
- Kram pada malnutrisi.
abdomen Intervensi :
- Tonus otot jelek - BB klien dalam interval spesifik
- Nyeri abdominal - Monitor adanya penurunan BB
dengan atau tanpa - Monitor tipe dan jumlah nutrisi
patologi untuk aktivitas biasa
- Kurang berminat - Monitor respon emosi klien saat
terhadap makanan berada dalam situasi yang
- Pembuluh darah mengharuskan makan.
kapiler mulai rapuh - Monitor interaksi anak dengan
- Diare dan atau orang tua selama makan.
steatorrhea - Monitor lingkungan selama
- Kehilangan makan.
rambut yang cukup - Jadwalkan pengobatan dan
banyak (rontok) tindakan, tidak selama jam makan.
- Suara usus - Monitor kulit kering dan
hiperaktif perubahan pigmentasi
- Kurangnya - Monitor turgor kulit
informasi, misinformasi - Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah.
Faktor yang - Monitor adanya bengkak pada
berhubungan : alat pengunyah, peningkatan
Ketidakmampuan perdarahan, dll.
pemasukan atau - Monitor mual dan muntah
mencerna makanan atau - Monitor kadar albumin, total
mengabsorpsi zat-zat protein, Hb, kadar Ht.
gizi berhubungan - Monitor kadar limfosit dan
dengan faktor biologis, elektrolit.
psikologis atau - Monitor makanan kesukaan.
ekonomi. - Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
- Monitor kadar energi, kelelahan,
kelemahan.
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan pada jaringan konjungtiva.
- Monitor kalori dan intake
nutrisi.
- Catat adanya edema, hiperemia,
hipertropik papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna merah
keunguan.
4 Perubahan Pola Setelah dilakukan 1. Kaji haluaran urine dan system
eliminasi tindakan kateter/drainase, khususnya selama
keperawatan selama irigasi kandung kemih
5-7 hari pasien tidak 2. Bantu pasien memilih posisi normal
mengalami untuk berkemih (berdiri, berjalan ke
inkontinensia kamar mandi) dengan frekuensi sering
Kriteria = setelah kateter dilepas
- pasien dapat 3. Perhatikan waktu, jumlah urine,
buang air kecil teratur ukuran aliran setelah kateter dilepas.
- bebas dari 4. Beri tindakan asupan oral 2000-3000
distensi kandung ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
kemih 5. Beri latihan perineal (Kegel traning)
15-20 kali/jam selam 2-3 minggu
anjurkan dan motivasi pasien untuk
melakukannya
6. Pertahankan irigasi kandung kemih
secara kontinou sesuai indikasi pada
periode pascaoperasi dini.
POST OPERASI
3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi lingkungan
untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan ketidaknyamanan
seperti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan
yang paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat
nyaman.
Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC,
Jakarta