KONSEP TEORI
A. Pengertian
Hipoglikemia adalah komplikasi diabetes tipe 1 yang mudah dikenali pada
pasien. Masalah hipoglikemia di dokumentasikan dengan baik pada Diabetes Control
and Complication Trial (DCCT) penting, yaitu penderita diabetes yang
mempertahankan terapi ketat dan intensif memiliki insiden tiga kali lebih besar untuk
mengalami hipoglikemia berat dari pada pasien yang mendapat protokol pengobatan
kurang ketat. United Kingdom Propective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan
beberapa peningkatan insiden hipoglikemia di antara penderita diabetes tipe 2,
meskipun beberapa kasus berat yang mengancam jiwa didokumentasikan dalam studi
ini.
Reaksi hipoglikemia yang di picu insulin sering terjadi pada pertengahan usia
pasien , yang dapat menimbulkan, minimal , rasa malu , dan yang paling buruk, bahaya
hiperglikemia ringan menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan dan
ketidaknyamanan. Namun hipoglikemia berat dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa seperti kejang, koma, bahkan kematian jika tidak di obati. Meskipun
penyembuhan hipoglikemia yang dapat di ukur terjadi cepat dan sempurna dalam
beberapa menit setelah pengobatan yang tepat, banyak pasien secara emosional dan
mungkin secara fisiologis masih merasa terguncang selamabeberapa jam atau bahkan
beberapa hari setelah reaksi insulin . Pada kondisi yang ekstrim hipoglikemia yang
memanjang atau berulang, meskipun jarang terjado berpotensi menyebabkan
kerusakan otak permanen dan dapat berakibat mematikan.
B. Penyebab hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi ketika kadar gula darah turun drastis. Kondisi ini lebih
sering dialami oleh penderita diabetes akibat:
1) Penggunaan insulin atau obat diabetes yang melebihi dosis atau tidak teratur.
2) Pola makan yang tidak baik, seperti makan terlalu sedikit atau menunda makan.
3) Aktivitas fisik atau olahraga berlebihan, tanpa makan yang cukup.
4) Konsumsi minuman beralkohol berlebihan.
Meski jarang terjadi, hipoglikemia juga bisa terjadi pada orang yang tidak menderita
diabetes. Penyebabnya antara lain:
1) Kekurangan hormon yang mengatur keseimbangan gula dalam darah.
2) Kekurangan nutrisi, misalnya akibat penyakit anoreksia nervosa.
3) Produksi insulin yang berlebihan, misalnya akibat tumor di kelenjar pankreas
(insulinoma).
Seseorang juga berisiko mengalami hipoglikemia bila memiliki kondisi di bawah ini:
1) Sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun gula darah,
antimalaria, antibiotik, antiaritmia, atau Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS).
2) Pernah menjalani operasi pengecilan lambung.
3) Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
4) Sedang menderita hepatitis, gangguan ginjal, malaria, atau sepsis.
C. Gejala Hipoglikemia
Gejala gula darah rendah atau hipoglikemia dapat muncul secara tiba-tiba dan
bervariasi pada tiap penderita. Gejala tersebut meliputi:
1) Mudah lapar
2) Mudah marah
3) Sulit berkonsentrasi
4) Kesemutan
5) Lelah
6) Pusing
7) Gemetar atau tremor
8) Pucat
9) Keringat dingin
10) Jantung berdebar
Hipoglikemia akan memburuk jika dibiarkan, terutama bila penderita tidak menyadari
kadar gula darahnya turun. Akibatnya, penderita hipoglikemia bisa:
1) Mengalami gangguan penglihatan
2) Tampak bingung dan berperilaku tidak normal
3) Mengalami penurunan kesadaran
4) Kejang
Penting untuk mewaspadai gejala gula darah rendah dan menanganinya sesegera
mungkin. Bila tidak, penderita dapat mengalami kerusakan otak secara permanen.
D. Etiologi
Faktor yang memudahkan hipoglikemia antara lain kelebihan dosis insulin pada
pengidap diabetes dependen-insulin per-oral maupun perIV, penggunaan
sulfonylurea, kurangnya konsumsi makanan yang cukup, latihan fisik yang
berlebih, dan situasi stress (Nitil, 2011).
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari tiga fase yaitu fase sub luminal dengan
kadar gula darah 60-50 mg/dl gejala rasa lapar tiba-tiba. Fase kedua adalah aktivasi
dengan kadar gula darah 50-20 mg/dl yang muncul gejala adrenergik seperti
palpitasi, keringat berlebihan, tremor, ketakutan, mual, muntah. Fase ketiga yaitu
neurologi dengan kadar gula darah <20 mg/dl dengan adanya gangguan fungsi
otak serta muncul gejala pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun,
hilangnya skill motorik halus (Mansjoer, 2001).
F. Patofisiologi
Price (2006) mengutarakan bahawa hipoglikemia terjadi karena
ketidak mampuan hati memproduksi glukosa yang dapat disebabkan karena
penurunan bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidak seimbangan
hormonal. Pada pasien hipoglikemi, terdapat defisit sel β langerhans, pengeluaran
kedua hormon pengatur insulin dan glukagon benar-benar terputus. Respon
epinefrin terhadap hipoglikemi juga semakin melemah. Frekuensi hipoglikemia
berat, menurunkan batas glukosa sampai ke tingkat plasma glukosa yang paling
rendah.
Kombinasi dari ketiadaan glukosa dan respon epinefrin yang lemah
dapat menyebabkan gejala klinis ketidak sempurnaan pengaturan glukosa yang
meningkatkan resiko hipoglikemi berat. Penurunan respon epinefrin pada
hipoglikemi adalah sebuah tanda dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat
menyebabkan gejala klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi (Shafiee, 2012).
Selain itu, pada pasien dengan hipoglikemia terjadi kematian
jaringan yang disebabkan karena kekurangan oksigen pada jaringan tersebut yang
bahkan dapat mengancam kehidupan. Keadaan ini terjadi karena adanya gangguan
pada hematologi / hemoglobin yang berperan sebagai transport oksigen.
Hemoglobin yang kekurangan glukosa akan mempengaruhi kualitas transport
oksigen. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Narsih,
2007).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipoglikemia antara lain dengan
pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi 2 yaitu
stadium permulaan (Sadar) dengan pemberian glukosa oral 10-20 gram harus segera
diberikan. Dapat berupa gula murni (idealnya dalam bentuk tablet atau jelly) atau
minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar.
Jika stadium lanjut (Koma Hipoglikemia) diberikan bolus D10%
yang diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui vena sebanyak 2 flakon tiap
10-20 menit (ulangi 3x) hingga pasien sadar. Dilanjutkan dengan pemberian D10%
per infus 6 jam/ kolf. Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti
adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau glukagon 1 mg intravena. Untuk terapi hari
selanjutnya pemberian dekstrosa menyesuaikan dengan keadaan gula darah pasien
(Arma, 2011).
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Ny. S, 57 tahun, masuk rumah sakit dengan penurunan kesadaran sejak 3 jam SMRS.
Menurut keluarga, pasien tidak sadar ketika dibangunkan 2 jam SMRS dan terdengar
mengorok. Sebelumnya pasien mengeluh lemas, sempoyongan dan suka berkeringat
dingin pasien mengeluh lemas sejak satu minggu yang lalu. 5 hari yang lalu pasien
didiagnosa oleh dokter puskesmas dengan diabetes mellitus dan hasil GDS >300 mg/dl.
Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengkonsumsi obat antidiabetik oral sebanyak 4 jenis.
Pasien merasa semakin lemas terutama pagi sebelum masuk RS. Pasien membatasi
makanan yang di makan, hanya makan singkong saja pada siang hari, dari Hasil
pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil GDS ˂50 mg/dl.
B. Data Fokus
Data Subjektif :
a. Keluarga klien mengatakan, klien tidak sadar ketika dibangunkan 2 jam SMRS dan
terdengar mengorok.
b. Klien mengeluh lemas, sempoyongan, dan suka berkeringat dingin.
c. Klien mengeluh lemas sejak 1 minggu yang lalu.
d. Klien membatasi makanan yang dikonsumsi.
e. 4 hari yang lalu klien mengkonsumsi obat anti diabetic oral sebanyak 4 jenis.
Data Objektif :
a. GDS klien >300 mg/dl SMRS.
b. Klien mengalami penurunan kesadaran.
c. Hasil pemeriksaan Lab GDS klien <50mg/dl.
Analisa Data
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : Ketidakstabilan Penggunaan obat
- Klien mengeluh lemas, sempoyongan, kadar glukosa antidiabetik oral
dan suka berkeringat dingin. darah
- Klien membatasi makanan yang
dikonsumsi.
- 4 hari yang lalu klien mengkonsumsi
obat anti diabetic oral sebanyak 4 jenis.
DO :
- Hasil pemeriksaan Lab GDS klien
<50mg/dl.
DO:
- Klien tampak mengalami penurunan
kesadaran.
C. Pengkajian
1) Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
2) Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
3) Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.
4) Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
5) Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penggunaan obat
antidiabetik oral ditandai dengan:
2.