Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN STUDI ASUHAN KEPERAWATAN NY.

J DENGAN

POST SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI GEMELI

DI RUANG NIFAS RSUD dr. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH:

1. ASRA’I IQRA THAHA PO.62.20.1.17.319


2. AYU NOVITA SARI PO.62.20.1.17.320
3. FRIENDKY PO.62.20.1.17.325
4. GRACE NAZAVIRA PO.62.20.1.17.326
5. LIA OKTARIA PO.62.20.1.17.333
6. MAULANA AKBAR PO.62.20.1.17.336
7. TUTI HARIATI PO.62.20.1.17.348

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

KELAS REGULER ANGKATAN IV

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Studi Asuhan Keperawatan
Ny. J Dengan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Gemeli. Makalah ini disusun dengan
tujuan untuk melengkapi tugas seminar akhir semester lima untuk mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Melalui makalah ini, kami berharap agar pembaca mampu mengenal lebih jauh
mengenai Post Partum dengan indikasi kelahiran Gameli.

Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Program Studi D-IV Keperawatan : Ibu Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep, Sp.MB.
2. Pembimbing Praktik Klinik dari Akademik : Ibu Ns. Aida Kusnaningsih , S.Kep.,
M.Kep.,Mat, Ibu Ns. Agnes Dewi Astuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom, Ibu Ns. Yuyun
Christyanni, M.Kep, Ibu Berthiana T, S.Pd., M.Kes, Ibu Ns. Christine Aden, M.Kep.,
Sp.Mat.
3. Pembimbing Praktik Klinik dari Rumah Sakit Ansari Saleh : Ns. Nurdiana, S.Kep.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Kami berharap agar makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan inspirasi
bagi pembaca dan penulis yang lain. Kami juga berharap agar makalah ini menjadi acuan
yang baik dan berkualitas.

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 2

2. Tujuan Khusus ..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Sectio Caesarea ................................................................................ 3

1. Definisi .................................................................................................................3
2. Etiologi .................................................................................................................3
3. Patofisologi/WOC ................................................................................................4
4. Manifestasi Klinis ................................................................................................6
5. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 6
6. Penatalaksanaan ...................................................................................................6
7. Komplikasi .......................................................................................................... 7

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ....................................................................... 8

1. Pengkajian ........................................................................................................... 8

2. Diagnosa ............................................................................................................ 10

3. Intevensi ............................................................................................................ 11

4. Implementasi ......................................................................................................14

5. Evaluasi ............................................................................................................. 15

ii
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ...............................................................................................................17
B. Analisa Data ........................................................................................................... 18
C. Diagnosa Keperawata..............................................................................................19
D. Rencana Keperawatan ........................................................................................... 19
E. Implementasi Keperawatan. .................................................................................. 20
F. Evaluasi ...................................................................................................................22

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kesenjangan Antara Teori dan Praktik .................................................................. 26


B. Faktor Pendukung ...................................................................................................26
C. Faktor Penghambat .................................................................................................27

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................28
B. Saran .......................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sectio caesarea adalah persalinan atau lahirnya janin dan plasenta melalui sayatan
dinding abdomen dan uterus, karena disebabkan antara ukuran kepala dan panggul atau
ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami (Wiknjosastro, 2006).
Menurut Sarwono (2005) sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui insisi dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram. Konsep perawatan dasar pada masa nifas atau masa pasca
persalinan pasien pasca sectio caesarea yaitu mobilisasi dini yang diberikan setelah tindakan
sectio caesarea.
Jumlah operasi caesar di dunia ini telah meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. WHO
memperkirakan angka persalinan dengan operasi adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua
proses persalinan di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan Amerika sekitar 23%
dan Kanada 21% pada tahun 2005. Sedangkan di negara Inggris angka kejadian relatif stabil
yaitu antara 11-12% di Italia pada tahun 1980 sebesar 3,2% - 14,5% pada tahun 1987
meningkat menjadi 17,5%. Di Indonesia terjadi peningkatan operasi caesar dimana tahun
2003 sebesar 47,22%, tahun 2004 sebesar 45,19%, tahun 2005 sebesar 47,13%, tahun 2006
sebesar 46,87%, tahun 2008 sebesar 53,22% (Mukaromah, 2012 dalam Yoyok, 2014).
Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk meminimalkan angka kejadian sectio
caesaria adalah dengan mempersiapkan tenaga kesehatan yang terlatih, terampil dan
profesional agar dapat melakukan deteksi dini dan pencegahan komplikasi pada ibu hamil
selama kehamilan sehingga kemungkinan persalinan dengan sectio caesaria dapat diturunkan
dan dicegah sedini mungkin. Selain itu, peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan yaitu
pada saat pemeriksaan antenatal care. Petugas kesehatan diharapkan mampu untuk
memberikan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat operasi sectio caesaria
sehingga masyarakat memahami dan angka kejadian operasi sectio caesaria dapat
diminimalkan.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah menerapkan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
evaluasi pada ny. J dengan post sectio caesarea atas indikasi gemeli.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam laporan kasus ini terbagi atas 5 yaitu sebagai berikut :
a. Pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan kehamilan patologis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada ny. J dengan post sectio caesarea atas
indikasi gemeli.
c. Menyusun rencana keperawatan yang akan diberikan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
e. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Sectio Caeserea
1. Defenisi
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sedangkan Wiknjosastro (2010), mengatakan bahwa Sectio
caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding
perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari
kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan
bahwa SC adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga
rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (Angraini,
2008). SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim
agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008).
Prawirohardjo (2005), berpendapat bahwa SC adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio
Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.

2. Etiologi
Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

3
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
d. Bayi Kembar
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
f. Kelainan Letak Janin

3. Patofisiologi / WOC
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin dan bayi kembar. Janin besar dan letak
lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.

4
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko
terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi
yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).
                                 

5
PATHWAY SC
Bangsa, umur, peritas, keturunan,
obat penginduksi ovulasi

Hambatan pada tingkat blastula, 2 zigote 2 ovum diabuahi 2 sperma


zigote mengalami pembelahan

Kehamilan Ganda Perubahan hormon

Mual, muntah, anoreksia


Mal presentasi Bayi prematur
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Presentasi janin normal kebutuhan tubuh

Pembedahan (SC) Kepekaan uterus


meningkat
Persalinan pervaginam

Resiko tinggi infeksi Post


operasi (SC) Resting intoleransi
aktivitas

Ancaman kematian
ibu & janin

Ansietas Uterus membesar sesuai


usia kehamilan

Kurang informasi
Tekanan abdomen
meningkat

Kurang pengetahuan

Perubahan eliminasi
urine (sering berkemih)

Sumber : 1. Prawirohardjo, 2005


   2. Manuaba (2002)

6
4. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post
partum. Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea
tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Siswosudarmo (2008) pemeriksaan post partum antara lain:
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.

6. Penatalaksanaan

7
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut
(Prawirohardjo, 2007) diantaranya:
a. Penatalaksanaan secara medis
1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya
dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Berikan dan ajarkan teknik non-farmakolgis seperti teknik
distraksi dan relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri.
4) Lakukan perawatan luka operasi SC pada hari ke-3 setelah
operasi untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan
menurunkan resiko infeksi.
5) Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari
kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan.
6) Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat
dipulangkan pada hari kelima setelah operasi

7. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut
Wiknjosastro (2002) :
a. Infeksi puerperal

8
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti
peritonitis, sepsis.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya
jaringan parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri
pada kehamilan berikutnya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien.
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  , dan diagnosa
keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluahan yang paling dirasakan klien saat ini.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:

9
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri

10
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah

3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitaliua

11
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pembedahan section caesarea)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme sekunder terhadap
pembedahan periode pasca partum (pengeluaran lochea), pemasangan alat-alat
eksternal.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelembaban lingkungan sekitar, suhu
lingkungan sekitar, dan kurangnya privasi.
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi mengenai proses
setelah operasi
g. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis dan diagnostic
(operasi section caesarea)
h. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan refleks oksitosin

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
pembedahan.
Tujuan: Nyeri berkurang
Kriteria hasil:
- Klien mengatakannya nyerinya berkurang

12
- Klien tampak tidak meringis
- TTV dalam batas normal
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri klien.
b. Observasi vital sign klien.
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
d. Beri dan anjurkan posisi yang nyaman.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

Diagnosa II: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme
sekunder terhadap pembedahan periode pasca partum (pengeluaran lochea),
pemasangan alat-alat eksternal.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
- Tidak terdapat tanda gejala infeksi
- TTV dalam batas normal.
Intervensi:
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.

Diagnosa III: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan: Meningkatkan mobilisasi agar dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil:
- Klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Intervensi:
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu.
c. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

Diagnosa IV: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.


Tujuan: Mengurangi rasa kecemasan pasien terhadap kondisinya.
Kriteria hasil:

13
- Klien terlihat lebih tenang.
- Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang.
Intervensi:
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
b. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
c. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
d. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.

Diagnosa V: Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.


Tujuan: Meningkatkan kebutuhan waktu tidur klien agar terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam per hari.
- Pola tidur dan kualitas dalam batas normal.
- Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat.
Intervensi:
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
b. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan.
c. Tetapkan jadwal tidur rutin.
d. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

Diagnosa VI : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


mengenai perawatan setelah operasi
Tujuan : Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan yang akan dijalani
setelah prosedur operasi
Kriteria hasil :
- Klien menunjukan perilaku sesuai dengan anjuran edukasi yang diberikan
- Klien menyatakan mengerti tentang perawatan yang di jalani
Intervensi :
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Sediakan materi danmedia pendidikan kesehatan tentang perawatan setelah operasi
SC
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

14
Diagnoasa VII : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan
medis dan diagnostic (operasi section caesarea)
Tujuan : Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi urine
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan BAK tanpa hambatan
- Klien dapat BAK secara lancer dan tuntas
Intervensi :
a. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia.
b. Dukung penggunaan tolet/commode/pispot/urinal secara konssisten.
c. Anjurkan BAK/BAB secara rutin

Diagnosa VIII : Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakaedekuatan


refleks oksitosin
Tujuan : Klien dapat menyusi bayinya dengan efektif
Kriteria hasil :
- Air susu ibu dapat keluar dengan lancar
- Bayi tidak rewel karna tidak mendapat ASI
Intervensi :
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan mnerima informasi
b. Libatkan sistem pendukung dalam melakukan pemberian
c. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
d. Ajarkan perawatan payudara post partum

4. Tindakan/Implementasi Keperawatan
Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
pembedahan.
a. Mengkaji tingkat nyeri klien.
b. Mengobservasi vital sign klien.
c. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
d. Memberikan dan menganjurkan posisi yang nyaman.
e. Mengkolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

15
Diagnosa II: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme
sekunder terhadap pembedahan periode pasca partum (pengeluaran lochea),
pemasangan alat-alat eksternal.
a. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
c. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi.
d. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.

Diagnosa III: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.


a. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

Diagnosa IV: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.


a. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah.
b. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
c. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
d. Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.

Diagnosa V: Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.


a. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur.
b. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan.
c. Menetapkan jadwal tidur rutin.
d. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

Diagnosa VI : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


mengenai perawatan setelah operasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang perawatan setelah
operasiSC
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

16
Diagnoasa VII : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan
medis dan diagnostic (operasi section caesarea)
a. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia.
b. Dukung penggunaan tolet/commode/pispot/urinal secara konssisten.
c. Anjurkan BAK/BAB secara rutin

Diagnosa VIII : Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakaedekuatan


refleks oksitosin
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan mnerima informasi
b. Libatkan sistem pendukung dalam melakukan pemberian
c. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
d. Ajarkan perawatan payudara post partum

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Penilaian  dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Tujuan umum :
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
2. Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
4. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
Manfaat evaluasi dalam keperawatan :
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien

17
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang
diberikan
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin 07 oktober 2019
didapatkan data, klien bernama (Inisial) Ny. J berusia 26 tahun,
pendidikan terakhir SLTP sederajat, pekerjaan IRT. Dengan keluhan utama
Klien mengatakan nyeri luka jahitan karena luka operasi operasi SC skala nyeri 8 (sedang –
berat), nyeri seperti di tekan dan di tusuk-tusuk dirasakan ketika bergeser atau bergerak
dengan durasi ± 15-30 menit. Klien mengatakan nyeri bertambah berat jika klien
bergerak dan terasa ringan saat istirahat. Klien mengatakan belum
pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, tidak memiliki
riwayat alergi, kebiasaan merokok, dan hanya pernah mengonsumsi obat-
obatan seperti paracetamol.
Dari riwayat kesehatan keluarga klien dan suami tidak memiliki
riwayat kehamilan kembar, penyakit menular ataupun keturunan. Ini
merupakan pernikahan pertama klien, klien menikah pada usia 17 tahun
dan suaminya 19 tahun dengan lama pernikahan 20 tahun. Manarche saat
berusia 13 tahun, siklus haid teratur dan tidak ada keluhan selama haid.
Riwayat persalinan, klien sebelumnya sudah melahirkan 3 orang anak,
anak pertama jenis kelamin laki-laki melahirkan di puskesmas pada
tanggal 18 mei 2001 dengan usia kehamilan 38 minggu persalinan normal
dengan berat 3000gram menangis secara spontan, dan tidak ada masalah
dalam persalinan. Anak kedua jenis kelamin laki-laki melahirkan di rumah
pada tanggal 22 juli 2007 dengan usia kehamilan 38 minggu persalinan
normal dengan berat 2500gram menangis secara spontan, dan tidak ada
masalah dalam persalinan. Anak ketiga jenis kelamin laki-laki melahirkan
di puskesmas pada tanggal 05 februari 2009 dengan usia kehamilan 38
minggu persalinan normal dengan berat 3500gram menangis secara
spontan, dan tidak ada masalah dalam persalinan. Anak keempat dan
kelima jenis kelamin perempuan melahirkan anak kembar di rumah sakit
pada tanggal 06 oktober 2019 dengan usia kehamilan 33 minggu
persalinan SC dengan berat 2400gram dan 2300gram menangis secara
spontan, masalah dalam persalinan mengalami preeklamsia.
Pola fungsi kesehatan klien dari nutrsi, eliminasi, istirahat tidur,
aktivitas latihan dan personal hygiene tidak ada masalah dan dalam batas
normal. Klien tidak memiliki ketergantungan fisik dan tidak ada masalah
pada aspek psikososial spiritual.
Pada pemeriksaaan fisik di temukan bekas luka SC bekas sayatan
operasi pada abdomen, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dan
tanda-tanda vital TD 150/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, respirasi 18
kali/menit, suhu 36,4ºC.

19
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang di ambil pada tanggal 06
oktober 2019 menunjukan hasil SGOT 29 Iu/L, SGPT 30 Iu/L, Ureum 12,5
mg/dL, Creatinin 0,3 mg/dL, GDS 105 mg/dL, HbsAg (-).
Pasien mendapatkan terapi obat selama rawat inap berupa cefadroxil
2x500 mg sebagai antibiotic untuk mengatasi bakteri, As. Mefenamat 3x1
untuk meredakan rasa nyeri, As. Trenexamat 3x500 untuk mengatasi dan
mencegah pendarahan, dan Inj. Ketorolac 3x1 untuk mengatasi nyeri.

B. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri luka
jahitan karena luka operasi Luka post operasi
operasi SC
 Klien mengatakan skala Terputusnya
nyeri 8 (sedang – berat) kontinuitas jaringan
 Klien mengatakan nyeri
seperti di tekan dan di tusuk- Merangsang area
tusuk sensorik
 Klien mengatakan nyeri
dirasakan ketika bergeser Nyeri Akut
atau bergerak
 Klien mengatakan nyeri di
rasakan ± 15-30 menit

DO :
 Klien tampak meringis
 Klien tampak terdapat bekas
insisi , berbentuk horizontal
sepanjang ± 15 cm
 Luka tampak tertutup perban
 Hasil pemeriksaan :
TTV :
TD = 130 / 80 mmhg
N = 94 x/menit
S = 36,4C
RR = 19 x/menit

2 DS : Peningkatan Risiko infeksi


 Klien mengatakan ada luka kerentangan
operasi
 Klien mengatakan tidak Terhadap bakteri
mengetahui bagaimana
perawatan luka post operasi Tindakan

20
pembedahan
DO :
 Terdapat luka insisi Kerusakan integritas
sepanjang ± 15 cm , kulit
berbentuk horizontal
 Luka tampak tertutup perban Risiko Infeksi
di abdomen bagian bawah
(di atas simpisis pubis)
 Klien tampak terpasang infus
Dextrose 5 %
 Di sekitar luka tidak ada
pembengkakan dan
kemerahan

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Diagnosa Keperawatan 2 Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan

D. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi vital 1. Untuk
berhubungan tindakan sign mengetahui
dengan agen keperawatan 2. Idenifikasi skala perkembanga
pencedera selama 3 x 24 jam , nyeri n tanda-tanda
fisik di harapkan nyeri 3. Beri posisi yang vital klien
akut dapat teratasi nyaman 2. Untuk
dengan 4. Ajarkan teknik mengetahui
relaksasi napas kualitas nyeri
Kriteria hasil : dalam klien
1. Klien 5. Identifikasi 3. Meminimalk
tampak reaksi non- an stimulus
tenang verbal 4. Meningkatka
2. Skala nyeri 6. Berikan obat n relaksasi
berkurang sesuai dengan klien
menjadi order dokter 5. Nyeri bisa di
(sedang – yaitu pemberian identifikasi
ringan). analgesic melalui
(Inj. Katerolac 30 respon non-
mg 3x 1 per hari verbal
dan PO Asam 6. Mengurangi
mefenamat 500 mg rasa nyeri
3 x 1 per hari ) post operasi

21
SC
2 Risiko infeksi Setelah dilakaukan 1. Observasi vital 1. Meningkatny
berhubungan tindakan sign klien (suhu a suhu tubuh
dengan keperawatan tubuh) menandakan
prosedur selama 1 X 24 infeksi
2. Monitor tanda
pembedahan jam , diharapkan 2. Untuk
infeksi tidak terjadi dan gejala mengetahui
dengan infeksi lokal dan tanda dan
sistemik gejala infeksi
Kriteria hasil : 3. Cuci tangan (tumor,rubor,
1. Tidak ada sebelum dan dolor,kalor
tanda-tanda sesudah kontak dan
infeksi fungsiolesa)
dengan pasien
seperti tidak pada area
ada demam dan lingkungan luka
pasien. 3. Untuk
4. Jelaskan tanda mencegah
dan gejala dan
infeksi. mengendalik
5. Memberikan an risiko
penyebaraan
obat sesuai
iinfeksi
dengan order 4. Antibiotic
dokter yaitu untuk
pemberian mencegah
anibiotik terjadinya
( Inj. Cefadroxil infeksi
500 mg 2 x 1 per
hari )

E. Implementasi
NO TGL / DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
JAM
1 07 okt Nyeri akut 1. Mengobservasi 1. TD = 130 / 80
2019 berhubungan vital sign mmhg
dengan agen 2. Mengidenifika N = 94 x/menit
08.00 – pencedera si skala nyeri S = 36,4C
14.30 fisik 3. Memberi RR = 19 x/menit
wita posisi yang 2. Klien
nyaman (semi mengatakan
fowler) skala nyeri 8
4. Mengajarkan (sedang –
teknik berat) , Klien
relaksasi napas mengatakan
dalam nyeri seperti di
5. Mengdentifika tekan dan di
si reaksi non- tusuk-tusuk,
verbal Klien

22
6. Memberikan mengatakan
obat sesuai nyeri dirasakan
dengan order ketika bergeser
dokter yaitu atau bergerak
pemberian dan Klien
analgesic mengatakan
(Inj. Katerolac 30 nyeri di rasakan
mg 3x 1 per hari dan ± 15-30 menit.
PO Asam mefenamat 3. Respon klien
500 mg 3 x 1 per hari tampak
) kooperatif saat
di berikan
tindaka
pengaturan
posisi yang
nyaman (semi
fowler)
4. klien
mengatakan
nyeri berkurang
setelah
melakukan
teknik relaksasi
napas dalam
5. Klien tampak
meringis
6. Klien tampak
kooperatif

2 07 okt Risiko infeksi 1. Mengobservasi 1. Untuk


2019 berhubungan vital sign klien mengetahui
dengan (suhu tubuh) suhu klien S =
15.00 – prosedur
2. Memonitor 36,4 C
21.00 pembedahan 2. Tidak ada tanda
Wita tanda dan
dan gejala
gejala infeksi infeksi lokal dan
lokal dan sistemik
sistemik 3. Perawat selalu
3. Mencuci melakukan cuci
tangan tangan sebelum
sebelum dan dan sesudah
kontak dengan
sesudah kontak pasien dan
dengan pasien lingkungannya
dan 4. Klien dapat
lingkungan memahami
pasien. tanda dan gejala
4. Menjelaskan infeksi
5. Klien
tanda dan
mengatakan

23
gejala infeksi. bersedia di
5. Memberikan berikan obat
obat sesuai antibiotic dan
obat yang
dengan order
masuk tanpa ada
dokter yaitu alergi.
pemberian
anibiotik
( Inj. Cefadroxil 500
mg 2 x 1 per hari )

F. Evaluasi
NO TGL / DIAGNOSA EVALUASI PARAF
JAM
1 08 okt Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan nyeri pada
2019 dengan agen pencedera perut bagian bawah dengan skala
fisik 6 seperti ditusuk-tusuk yang
09.00 dirasakan sekitar 15-30 menit.
wita
O : Klien tampak meringis

TTV :
TD = 130 / 90 mmhg
N = 94 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36 , 4 C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

 Observasi vital sign


 Ajarkan relaksasi napas
dalam
 Identifikasi reaksi non-
verbal
 Beri posisi yang nyaman
 Kolaborasi pemberian
analgesik

2 08 okt Risiko infeksi S : Klien mengatakan sudah


2019 berhubungan dengan mengetahui tanda dan gejala
prosedur pembedahan infeksi
09.30
wita O:
 Luka klien tampak ada
balutan perban
 Tanda-tanda vital klien

24
normal dengan hasil :
TD = 120 / 80 mmhg
N = 82 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36C
A : Masalah belum teratasi
sebagian

P : Lanjutkan intervensi
 Mengobservasi vital
sign klien (suhu tubuh)
 Memonitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan
sistemik
 Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien.
 Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi.
 Memberikan obat sesuai
dengan order dokter
yaitu pemberian
anibiotik
( Inj. Cefadroxil 500 mg 2
x 1 per hari
3 08 okt Gangguan mobilitas S: Klien mengatakan nyeri pada
2019 fisik berhubungan bekas operasi saat bergerak
dengan nyeri berubah posisi sehingga klien
10.00 enggan untuk melakukan
wita pergerakan.

O:
- Fisik klien tampak lemah
- Klien tampak dibantu dalam
melakukan aktivitasnya
55
- Kekuatan otot
44

A: Gangguan mobilitas fisik


belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan lainnya
- Monitor kondisi umum
selama melakukan

25
mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk di tempat
tidur)
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
4 08 okt Defisit perawatan diri S:
2019 berhubungan dengan - Klien mengatakan belum
kebutuhan mandi dan mandi setelah operasi
11.30 eliminasi - Klien mengatakan belum
wita keramas setelah operasi
- Klien mengatakan belum
sikat gigi setelah operasi
- Klien mengatakan
mendapatkan tindakan
vulva hygiene

O:
- Rambut tampak tidak
tertata rapi
- Gigi klien tampak kotor
- Tampak ada pengeluaran
lochea rubra

A: Masalah defisit perawatan diri


teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat
kemandirian
- Identifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias dan
makan
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

5 08 okt Risiko defisit nutrisi S: -

26
2019 berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan O:
12.00 metabolisme - Klien tampak dibantu oleh
wita keluarganya saat makan
- Klien tampak terpasang
D5% 20 tpm
- Prosedur operasi secsio
caesarea tgl 06-10-2019
(berdasarkan catatan
perioperative)
- Data laboratorium
Tgl. 07-10-2019
HGB : 11,5 gr/dL
Nilai normal (12-15 gr/dL)
GDS :80 mg/dL Nilai
normal (<200 mg/dL)

A: Masalah risiko defisit nutrisi


teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi jenis kalori dan
nutrient yang di butuhkan
- Monitor asupan makanan
- Berikan nutrisi parenatal
- Atur pemberian infus
dengan tepat
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu

NO TGL / DIAGNOSA EVALUASI PARAF


JAM
1 09 okt Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan nyeri pada
2019 dengan agen pencedera perut bagian bawah dengan skala
fisik 6 seperti ditusuk-tusuk yang
14.15 dirasakan sekitar 15-30 menit.
wita
O : Klien tampak meringis
sewaktu-waktu

TTV :
TD = 120 / 80 mmhg
N = 84 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36 , 2 C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

27
 Observasi vital sign
 Ajarkan relaksasi napas
dalam
 Identifikasi reaksi non-
verbal
 Beri posisi yang nyaman
 Kolaborasi pemberian
analgesik

2 09 okt Risiko infeksi S : Klien mengatakan sudah


2019 berhubungan dengan memahami tanda dan gejala
prosedur pembedahan infeksi
14.30
wita
O:
 Luka klien tampak ada
balutan perban
 Tanda-tanda vital klien
normal dengan hasil :
TD = 120 / 80 mmhg
N = 84 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36 , 2C
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
 Mengobservasi vital
sign klien (suhu tubuh)
 Mengkaji luka pada
abdomen dengan
mengganti pembalut
luka
 Memberikan antibiotic

3 09 okt Gangguan mobilitas S: Klien mengatakan nyeri pada


2019 fisik berhubungan bekas operasi saat bergerak
dengan nyeri berubah posisi sehingga klien
15.00 enggan untuk melakukan
wita pergerakan.

O:
- Fisik klien tampak membaik
- Klien tampak dibantu dalam
melakukan aktivitasnya
55
- Kekuatan otot
44

A: Gangguan mobilitas fisik

28
teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan lainnya
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk di tempat
tidur)
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi

4 09 okt Defisit perawatan diri S:


2019 berhubungan dengan - Klien mengatakan belum
kebutuhan mandi dan mandi setelah operasi
15.30 eliminasi - Klien mengatakan belum
wita keramas setelah operasi
- Klien mengatakan belum
sikat gigi setelah operasi
- Klien mengatakan
mendapatkan tindakan
vulva hygiene

O:
- Rambut tampak tidak
tertata rapi
- Gigi klien tampak kotor
- Tampak ada pengeluaran
lochea rubra

A: Masalah defisit perawatan diri


teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat
kemandirian
- Identifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias dan
makan
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian,

29
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

5 09 okt Risiko defisit nutrisi S: -


2019 berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan O:
16.00 metabolisme - Klien tampak bisa makan
wita tanpa dibantu oleh keluarga.
- Klien tampak terpasang
D5% 20 tpm
- Prosedur operasi secsio
caesarea tgl 06-10-2019
(berdasarkan catatan
perioperative)
- Data laboratorium
Tgl. 07-10-2019
HGB : 11,5 gr/dL
Nilai normal (12-15 gr/dL)
GDS :80 mg/dL Nilai
normal (<200 mg/dL)

A: Masalah risiko defisit nutrisi


teratasi.

P: Intervensi di hentikan.

NO TGL / DIAGNOSA EVALUASI PARAF


JAM
1 10 okt Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan nyeri pada
2019 dengan agen pencedera perut bagian bawah sedikit
fisik berkurang dari skala berat –
11.00 sedang
wita
Klien mengatakan frekuensi nyeri
jarang (sewaktu-waktu)

O : Klien tampak meringis


sewaktu-waktu

TTV :
TD = 120 / 80 mmhg
N = 84 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36 C

A : Masalah belum teratasi

30
P : Lanjutkan intervensi

 Observasi vital sign


 Ajarkan relaksasi napas
dalam
 Identifikasi reaksi non-
verbal
 Beri posisi yang nyaman
 Kolaborasi pemberian
analgesik

2 10 okt Risiko infeksi S : Klien mengatakan sudah


2019 berhubungan dengan memahami tanda dan gejala
prosedur pembedahan infeksi
12.30
wita O:
 Tampak di lakukan
perawatan luka post
operasi SC
 Luka klien tampak tidak
terdapat tanda dan gejala
infeksi
(tumor,rubor,dolor,kalor
dan fungsiolesa) pada
area luka
 Kondisi luka kering dan
tidak ada terdapat pus
 Tanda-tanda vital klien
normal dengan hasil :
TD = 120 / 80 mmhg
N = 84 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36 C
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
 Obeservasi di lanjutkan
dengan cara menjaga
kebersihan sekitar luka
dan lingkungan pasien
 Mengkaji luka pada
abdomen dengan
mengganti pembalut
luka
 Memberikan antibiotik

3 10 okt Gangguan mobilitas S: Klien mengatakan nyeri pada

31
2019 fisik berhubungan bekas operasi saat bergerak
dengan nyeri berubah posisi sehingga klien
enggan untuk melakukan
13.00 pergerakan.
wita
O:
- Fisik klien tampak membaik
- Klien tampak dibantu
sebagian dalam melakukan
aktivitasnya
55
- Kekuatan otot
44

A: Gangguan mobilitas fisik


teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan lainnya
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk di
tempat tidur)
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi

4 10 okt Defisit perawatan diri S:


2019 berhubungan dengan - Klien mengatakan belum
kebutuhan mandi dan mandi setelah operasi
13.30 eliminasi - Klien mengatakan belum
wita keramas setelah operasi
- Klien mengatakan belum
sikat gigi setelah operasi
- Klien mengatakan
mendapatkan tindakan
vulva hygiene

O:
- Rambut klien tampak
tertata rapi
- Gigi klien mulai tampak
bersih
- Tampak tidak ada
pengeluaran lochea rubra

32
namun keluar cairan
warna merah kekuningan
dan berlendir (lochea
sanguinolenta)

A: Masalah defisit perawatan diri


teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat
kemandirian
- Identifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias dan
makan
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

33
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesenjangan Antara Teori dan Kasus


Dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaan kasus
obstetri yang harus dilakukan terhadap pasien adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Pada kasus ini, seorang wanita berusia 37 tahun didiagnosis


dengan G4P5A0 post SC setelah melahirkan bayi kembar dengan
usia kehamilan 33 minggu. Diagnosa gemeli pada penderita ini
didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah di
dapatkan sebelumnya dari pemeriksaan di puskesmas.

Pada saat dilakukan proses keperawatan ( implementasi ) pada


diagnosa nyeri akut yang dilakukan adalah memberikan posisi yang
nyaman, relaksasi, mengidentifikasi non verbal dan memberikan
terapi. Tetapi pada intervensi yang tidak kami lakukan adalah
distraksi karena klien mengatakan sedang tidak ingin melakukan
aktivitas yang menyenangkan karena faktor dari rasa nyeri yang
dirasakan setelah menjalani prosedur operasi SC. Sedangkan proses
keperawatan ( implementasi ) pada diagnosa resiko infeksi yang
dilakukan adalah monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien, serta menjelaskan tanda dan gejala dari
infeksi. Tetapi pada intervensi yang tidak kami lakukan adalah
mengajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi karena luka
operasi baru bisa dibuka apabila waktunya sudah 3 hari sedangkan
luka operasi tersebut baru sekitar 1 hari. Selai n itu, klien dan
keluarga tampak takut untuk melihat daerah sekitar luka operasi
sehingga tidak memungkinkan bagi kami untuk mengajarkan klien
dan keluarga dalam memeriksa kondisi luka operasi.

B. Faktor Pendukung
Pada saat dilakukan proses keperawatan klien telah sadar dari
efek anestesi sehingga pada saat dilakukan pengkajian klien dapat
kooperatif dengan perawat dalam mengumpulkan data. Pada saat
dilakukan implementasi klien dapat mengikuti perintah dari perawat
seperti menggunakan posisi tidur yang nyaman, menerapkan teknik
relaksasi ketika merasakan nyeri, bersedia ketika dilakukan
observasi tanda-tanda vital dan mampu untuk mengulangi praktik
yang telah diajar oleh perawat. Selain itu ketika perawat ingin

34
melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara
kepada ibu tersebut, ibu tampak telah memahami materi dan
praktik yang telah diberikan karena pada kelahiran sebelumnya ibu
telah menerapkan perawatan payudara ketika pasca melahirkan.
Dengan fasilitas rumah sakit yang memadai dan mendukung
juga memudahkan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan seperti manajemen nyeri secara farmakologis dan juga
pencegahan infeksi pada luka SC post operasi. Selain itu, tingkat
pendidikan ibu juga memudahkan perawat dalam mengajarkan
tentang teknik relaksasi nafas dalam sebagai cara untuk mengontrol
dan mengurangi rasa nyeri tanpa menggunakan obat-obatan.
Keluarga pun sebelum terjadinya persalinan, telah
mempersiapkan biaya yang akan digunakan dalam perencanaan
persalinan sehingga pada saat proses persalinan klien dan keluarga
tidak mengalami hambatan dalam menentukan jenis pelayanan
yang akan dipilih.

C. Faktor Penghambat
Faktor penghambat yang kami temukan selama mengelola
klien ini adalah beberapa intervensi yang telah kami buat tidak
terlaksana karena faktor dari kelalaian kami seperti mengajarkan
teknik distraksi kepada klien untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan. Selain itu klien dan keluarga pun tampak tidak kooperatif
dan takut ketika perawat ingin mengajarkan tentang bagaimana
cara memeriksa kondisi luka operasi agar luka dapat selalu terjaga
dan terhindar dari infeksi sehingga hal ini menjadi suatu
penghambat bagi kami dalam melakukan implementasi sesuai
dengan intervensi yang telah kami susun.

35
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sectio caesarea merupakan suatu pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk
ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin dan bayi kembar.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien post SC antara
lain melakukan pemeriksaan TTV tiap 1 jam pertama dan 30 menit
dalam 4 jam kemudian, mengobservasi pendarahan dan
pengeluaran urine, pemberian teknik non-farmakologis, untuk
mengurangi nyeri, melakukan perawatan luka, dan membantu
mobilisasi pasien. Sedangkan komplikasi yang mungkin dapat
terjadi pada pasien dengan post SC adalah infeksi, pendarahan, luka
pada kandung kemih, dan rupture uteri pada persalinan berikutnya.
Pada konsep teori asuhan keperawatan pada ssaat dilakukan
pengkajian keluhan utama klien post SC pada hari ke-2 biasanya
adalah nyeri pada bekas operasi pembedahan dikarenakan luka
masih belum kering sepenuhnya. Dan juga karena pengaruh dari
nyeri dapat menyebabkan mobilitas fisik dan pola istirahat klien
terganggu. Gangguan pada mobilitas fisik akan menyebabkan
aktivitas dan kebutuhan dasar klien terganggu seperti dalam
pemenuhan kebutuhan toileting. Akibat kurang informasi serta dan
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Sehingga dapat
disimpulakan diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari pada
pasien post SC adalah nyeri akut, resiko infeksi, gangguan mobilitas
fisik, gangguan pola tidur, menyussi tidak efektif, gangguan
eliminasi urine, ansietas, dan defisit pengetahuan.

36
Dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaan pada
kasus yang di alami oleh Ny. J hal yang dilakukan pengkajian berupa
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang. Dari hasil pengkajian di angkatlah diagnosa nyeri akut
dan resiko infeksi. Namun dalam pelaksanaannya implementasi
yang dilakukan tidak sebuanya dapat di lakukan kepada pasien
karena adanya beberapa faktor penghambat seperti klien dan
keluarga tidak kooperatif dan takut ketika perawat ingin
mengajarkan tentang bagaimana cara memeriksa kondisi luka
operasi agar luka dapat selalu terjaga dan terhindar dari infeksi
sehingga hal ini menjadi suatu penghambat bagi kami dalam
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah kami
susun.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
Ny.J adalah lebih teliti dan fokus dalam melaksanakan intervensi sehingga seluruh
intervensi yang telah disusun dapat dilaksanakan seluruhnya tanpa adanya keterlupaan
akibat dari kelalaian oleh perawat. Selain itu, kami mengharapkan kedepannya pasien
dan keluarga ketika telah menjalani prosedur operasi SC tidak menolak untuk
diajarkan mengenai bagaimana cara memeriksa kondisi luka operasi sehingga ketika
pasien telah diperbolehkan pulang kerumah klien dan keluarga dapat memeriksa
kondisi luka operasi secara mandiri dan terhindar dari infeksi selama proses
penyembuhan luka.

37
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F., Gary, et al., 1995, Obstetri Williams, Ed. 18, EGC, Jakarta.

Mochtar, Rustam, 1990, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, EGC,
Jakarta.

Hacker, Neville F, Moore, J. G., 2001, Essential Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2, Hipokrates,
Jakarta.

Sulaiman, Sastrawinata, 1979, Obstetri Patologi, UNPAD, Bandung.

Doengoes, Marilynn E, et al., 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed. 2, EGC, Jakarta.

Manuaba, I.B.G., 2001, Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi & KB, EGC,
Jakarta.

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta.

SDKI, DPP & PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.

Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

Mukaromah. 2012. Angka Kejdian Sectio Sesarea.http//www.angka.kejadian sectio sesarea.


Diakses tanggal 18 Desember 2019 jam 15.00 WIB.

38

Anda mungkin juga menyukai