PERENCANAAN
JARINGAN DISTRIBUSI
9. PERENCANAAN JARINGAN
DISTRIBUSI
DURASI : 40 JP
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vii
9. KRITERIA DESAIN JARINGAN DISTRIBUSI 1
9.1 KONSEP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK 1
9.2 KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI 3
9.3 KONTINUITAS PENYALURAN 8
9.4 SISTEM PEMBUMIAN 9
9.4.1 Pembumian Transformator Daya Gardu Induk pada Sisi Tegangan Menengah 9
9.4.2 Pembumian Transformator Distribusi pada Sisi Tegangan Rendah. 10
9.4.3 Pembumian Lightning Arrester. 10
9.5 SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 11
9.5.1 Konsep Perencanaan 11
9.5.2 Proteksi Jaringan 11
9.5.3 Melokalisir Titik Gangguan 19
9.5.4 Konstruksi SUTM 19
9.5.5 Penggunaan Tiang 20
9.5.6 Area Jangkauan Pelayanan 20
9.6 SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 21
9.6.1 Konsep Perencanaan 21
9.6.2 Proteksi Jaringan 22
9.6.3 Konstruksi SKTM 23
9.6.4 Konsep Isolir Gangguan 23
9.6.5 Area Jangkauan Pelayanan 23
9.7 Gardu Distribusi 24
9.7.1 Gardu Distribusi Pasangan Luar 24
9.7.2 Gardu Distribusi Pasangan Dalam 25
9.8 AREA P E L A Y A N A N G A R D U 27
9.8.1 Area Pelayanan Gardu Induk (Service Area) 28
9.8.2 Area Pelayanan Gardu Distribusi 31
a. Sistem Pembangkit
b. Sistem Transmisi dan Gardu Induk
c. Sistem Distribusi
d. Sistem Sambungan Pelayanan
Sistem-sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi mendistribusikan tenaga listrik kepada para
pemanfaat.
JarIngan distribusi Tegangan Menengah berawal dari Gardu Induk/Pusat listrik pada sistem
terpisah/isolated. Pada beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan dapat
berbentuk radial atau tertutup (radial open loop).
Sambungan pelayanan adalah bagian paling hilir dari sistem distribusi tenaga listrik. Pada
sambungan pelayanan tersambung alat pembatas dan pengukur yang selanjutnya
menyalurkan tenaga listrik kepada pemanfaat.
Konstruksi keempat sistem tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah
disesuaikan dengan kebijakan manajemen, masalah kontinuitas pelayanan, jenis pelanggan,
pada beban atas permintaan khusus dan masalah biaya investasi.
Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran udara dipakai umumnya untuk daerah dengan
jangkauan luas, daerah padat beban rendah atau daerah-daerah penyangga antara kota dan
desa.
Biaya investasi Saluran Udara relatif murah, mudah dalam pembangunannya, mudah pada
aspek pengoperasian, akan tetapi padat pemeliharaan. Tingkat kontinuitas rendah dengan
konfigurasi sistem umumnya radial (Fishbone).
Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran bawah tanah dipakai umumnya untuk daerah
padat beban tinggi (beban puncak lebih dari 2,5 MVA/km2 dengan luas minimal 10 km2) dengan
jangkauan terbatas. Biaya investasi mahal, sulit dalam pembangunan, mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaan, tingkat kontinuitas tinggi.
Pada sistem distribusi Tegangan Rendah dan Sambungan Tenaga Listrik digunakan konfigurasi
sistem radial murni. Hanya pada pelanggan-pelanggan tertentu diberikan pasokan alternatif jika
terjadi pemadaman. Konstruksi jaringan umumnya saluran udara. Pemakaian saluran bawah
tanah umumnya untuk kabel daya (kabel naik, opstik kabel), pada daerah-daerah eksklusif atas
permintaan khusus, pada daerah-daerah bisnis khusus serta atas dasar kebijakan
perencanaan otoritas setempat.
1. Jaringan radial
yaitu jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi gangguan
akan terjadi “black-out” atau padam pada bagian yang tidak dapat dipasok.
Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi-konfigurasi jaringan sesuai dengan
maksud perencanaannya sebagai berikut :
Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan hanya 50%. Berdasarkan konsep
Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6 penyulang operasi dan 1 penyulang
cadangan sehingga faktor pembebanan konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung-
ujung penyulang berakhir pada gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi
penyulang operasi “NO” (Normally Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi
“NC” (Normally Close).
d. Konfigurasi Fork
Konfigurasi ini memungkinkan 1(satu) Gardu Distribusi dipasok dari 2 penyulang berbeda
dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short Break Time). Jika penyulang
operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari penyulang cadangan secara efektif dalam
waktu sangat singkat dengan menggunakan fasilitas Automatic Change Over Switch
(ACOS). Pencabangan dapat dilakukan dengan sadapan Tee– Off (TO) dari Saluran Udara
atau dari Saluran Kabel tanah melalui Gardu Distribusi.
Konfigurasi ini dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus penghantar.
Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna mempertahankan
kontinuitas penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan rele arah (Directional Relay) pada
Gardu Hilir (Gardu Hubung).
g. Konfigurasi lain-lain
Selain dari model konfigurasi jaringan yang umum dikenal sebagaiman diatas, terdapat
beberapa model struktur jaringan yang dapat dipergunakan sebagai alternatif model model
struktur jaringan.
Struktur ini dipakai jika pusat beban berada jauh dari pusat listrik/Gardu Induk. Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) berfungsi sebagai pemasok, Gardu Hubung sebagai Gardu
Pembagi, Pemutus Tenaga sebagai pengaman dengan rele proteksi gangguan fasa-fasa dan
fasa-tanah pada JTM yang berawal dari Gardu Hubung.
Struktur Rantai
Struktur ini dipakai pada suatu kawasan yang luas dengan pusat-pusat beban yang berjauhan
satu sama lain.
3 KONTINUITAS PENYALURAN
Kontinuitas penyaluran bagi pemanfaat tenaga listrik adalah berapa lama padam yang terjadi
dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk memulihkan penyaluran kembali tenaga listrik.
Tingkat keandalan kontinuitas penyaluran terbagi 5 tingkat :
Tingkat - 1 : Pemadaman dalam orde beberapa jam. Umumnya terjadi pada sistem saluran
udara dengan konfigurasi radial.
Tingkat - 2 : Pemadaman dalam orde kurang dari 1 jam. Mengisolasi penyebab gangguan
dan pemulihan penyaluran kurang dari 1 jam. Umumnya pada sistem dengan
pasokan penyulang cadangan.
Tingkat - 3 : Pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada sistem yang
mempunyai sistem SCADA.
Tingkat - 4 : Pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem dengan fasilitas
automatic switching pada sistem fork.
Tingkat - 5 : Sistem tanpa pemadaman. Keadaan dimana selalu ada pasokan tenaga listrik,
misalnya pada sistem spotload, transformator yang bekerja parallel.
4 SISTEM PEMBUMIAN
Terdapat perbedaan sistem pembumian pada transformator utama di Gardu Induk / sumber
pembangkit, namun tidak ada perbedaan sistem pembumian pada Transformator Distribusi dan
Jaringan Tegangan Rendah.
4.1 Pembumian Transformator Daya Gardu Induk pada Sisi Tegangan Menengah
Lilitan sekunder/sisi Tegangan Menengah transformator daya pada Gardu Induk dihubungkan
secara bintang (Y). Titik netral lilitan dibumikan melalui :
a. Pembumian dengan tahanan 12 Ohm untuk sistem SKTM. Untuk kawasan industri yang
peka terhadap kedip,nilai Rn dapat lebih besar dari pada 12 Ohm untuk memperkecil
kedalaman kedip tegangan.
b. Pembumian dengan tahanan 40 Ohm untuk sistem SUTM, atau campuran antara SKTM
dan SUTM.
c. Pembumian dengan tahanan 500 Ohm untuk sistem SUTM.
d. Pembumian langsung /solid grounded
Tanpa pembumian/ sistem mengambang
Karakteristik sistem pembumian tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 9.1
Sistem yang menggunakan pembumian dengan nilai tahanan mendekati nol (solid ground)
menyebabkan arus gangguan tanah sangat besar. Kabel tanah yang memakai pita tembaga
(copper shield) hanya mampu menahan arus gangguan 1000 Ampere selama satu detik
sehingga tidak dapat dipergunakan.
Sistem SUTM tanpa pembumian pada transformatornya hanya di pakai pada sistem kelistrikan
listrik desa yang kecil.
Bagian – bagian tranformator sisi Tegangan Rendah yang perlu dibumikan adalah titik netral
lilitan sekunder, bagian konduktif terbuka, badan trafo dan bagian konduktif ekstra instalasi
gardu. Pembumian dilakukan secara langsung (solid grounded) dengan nilai tahanan
pembumian tidak melebihi 1 Ohm.
Lightning Arrester (LA) pada sisi Tegangan Menengah Gardu Distribusi pasangan luar
mempunyai elektroda pembumian tersendiri. Ikatan penyama potensial dilakukan dengan
menghubungkan pembumian LA, pembumian titik netral transformator, pembumian Bagian
Konduktif Terbuka/Ekstra. Konstruksi ikatan penyamaan potensial dilakukan dibawah tanah.
Pada transformator jenis CSP fasa-1, penghantar pembumian LA disatukan dengan badan
transformator.
Jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara ini, terutama untuk distribusi tenaga listrik yang
beroperasi secara radial, dengan jangkauan luas, biaya murah, dengan keandalan kontunuitas
penyaluran minimal tingkat-2 (lihat sub-Bab 4.3).
Pemakaian Saluran Udara sebagai sistem distribusi daerah perkotaan dapat dilakukan dengan
memperpendek panjang saluran dan didesain menjadi struktur “Radial Open Loop”.
Pemakaian penghantar berisolasi guna mengurangi akibat gangguan tidak menetap dan
pemasangan kawat petir dapat meningkatkan tingkat kontinuitas penyaluran.
Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu
kesatuan yang memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi dan sistem
pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut.
Pada penyulang utama sistem radial, disisi pangkal harus dipasang PBO dengan setiap
percabangan dipasang pemutus FCO khusus untuk sistem dengan pembumian langsung.
Untuk sistem pembumian dengan tahanan tidak direkomendasikan penggunaan FCO.
Pada sistem jaringan loop dengan instalasi gardu phi-section, seluruh pemutus menggunakan
SSO.
Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada saluran udara Tegangan Menengah (SUTM)
adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan pada penyaluran tenaga listrik serta
memberikan perlindungan yang maksimal bagi operator, lingkungan dan peralatan dalam hal
terjadinya gangguan yang menetap (permanen).
Pemasangan Pemutus Balik Otomatis (PBO), Saklar Seksi Otomatis (SSO), Pengaman Lebur
dan Pemutus Tenaga (PMT) pada SUTM di pengaruhi oleh nilai tahanan pembumian sisi 20 kV
transformator tenaga di Gardu Induk.
1. Nilai tahanan tinggi 500 Pemutus tenaga yang di Saklar seksi otomatis
Ohm lengkapi: -SSO pada tiap - tiap
zona perlindungan yang
relai arus lebih fasa- di pilih. Jenis SSO yang
fasa di pakai adalah dengan
relai gangguan tanah pengindera tegangan
terarah dan penyetelan waktu.
reclosing relay untuk Koordinasi Operasi
pengaman gangguan antar SSO dilakukan
sesaat. dengan koordinasi
waktu.
Pengaman lebur pada
titik percabangan
jaringan di lengkapi
Pada jaringan 20 kV
mengambang dengan
besar kapasitas
pembangkit tertentu
sebaiknya di pasang
pengaman hubung
tanah dan antar fasa.
4. Jaringan tanpa
pembumian
(Pembangkit listrik
pedesaan)
Catatan: Istilah PBO sesuai Standar PLN adalah Recloser yang terpasang di jaringan;
sedangkan di gardu induk/pusat listrik lebih tepat dipakai istilah rele penutup balik (reclosing
relay) .Hal ini agar tidak membingungkan.
Keterangan
A : SUTM Penyulang –A
B : SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi-Z (NGR) sisi 20 kV
transformator
Z =40 Ohm
3 = Pemutus tenaga
- Rele arus lebih
- Rele gangguan tanah
- Rele Pemutus Balik Otomatis
4 = Pembumian bagian konduktif terbuka
5 = Penghantar tanah (shield wire) : optional
6 = Pengaman jaringan utama
- Pemutus Balik Otomatis (PBO)
- Saklar Seksi Otomatis (SSO)
7 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
- Pemutus beban ( load break switch )
8 = Pengaman Gardu tipe Tiang
- Fused Cut – Out (FCO)
9 = Gardu Distribusi Tipe Beton
- Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas interloop
penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah
A : SUTM Penyulang –A
B : SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi-Z (NGR) sisi 20 kV
transformator
Z =500 Ohm
3 = Pemutus tenaga
- Rele arus lebih
- Rele gangguan tanah berarah
- Rele Pemutus Balik
4 = Pembumian bagian konduktif terbuka
5 = Penghantar tanah (shield wire) : optional
6 = Pengaman jaringan utama
- Saklar Seksi Otomatis (SSO)
7 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
- Pemutus beban ( load break switch )
8 = Fused Cut- Out (FCO)
9 = Gardu Distribusi Tipe Beton
- Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas interloop
penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah
14 = Gardu Distribusi Tipe Beton
Keterangan
A : SUTM Penyulang –A
B : SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi-Z =0 Ohm sisi 20 kV
transformator
3 = Pemutus tenaga
- Rele arus lebih
- Rele gangguan tanah
- Rele Pemutus Balik
4 = Pembumian bagian konduktif terbuka
5 = Penghantar
6 = Pengaman jaringan utama
- Pemutus Balik Otomatis – PBO
7 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
- Pemutus beban ( load break switch )
8 = Pengaman Jaringan Sekunder
- Fused Cut – Out (FCO)
9 = Pengaman Jaringan Percabangan
- Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas interloop
penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah
14 = Gardu Distribusi Tipe Beton
A : Penyulang SUTM
1 = Transformator Step-Up 380 V/20kV
2 = Pembumian bagian konduktif terbuka
3 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
4 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
5 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
6 = Fused Cut-Off (FCO)
7 = Gardu Distribusi
8 = Penghantar Tanah (Shield Wire)
Mengingat saluran utama TM mempunyai jangkauan yang luas, usaha-usaha mengurangi lama
padam pada bagian-bagian/zona-zona pelayanan SUTM dilakukan dengan cara penempatan
peralatan pengaman dan pemutus pada titik tertentu di jaringan.
Pada saluran utama dapat dipasang jenis-jenis peralatan pemisah (PMS) atau pemutus beban
(LBS) atau peralatan pemutus balik otomatis (PBO). Pada jaringan SUTM yang dapat
dimungkinkan pasokan cadangan dari penyulang lain atau konfigurasi kluster dapat di pasang
PBO antar penyulang. Perlu dilakukan analisa tersendiri secara lengkap untuk koordinasi
kerjanya.
Pada saluran percabangan dapat dipasang peralatan pemisah (PMS), pengaman lebur (FCO)
atau Automatic Sectionalizer.
Fault Indicator perlu dipasang pada section jaringan dan percabangan untuk memudahkan
pencarian titik gangguan, sehingga jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat di pulihkan
lebih cepat.
Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / Gardu Induk dengan kabel tanah
Tegangan Menengah kearah tiang pertama saluran udara. Tiang pertama disebut tiang awal,
tiang tengah disebut tiang penumpu (line pole) atau tiang penegang (suspension pole), jika
jalur SUTM membelok disebut tiang sudut dan berakhir pada tiang ujung (end pole).
Untuk saluran yang sangat panjang dan lurus pada titik-titik tertentu dipasang tiang peregang.
Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya tekanan mekanis pada tiang awal /
ujung serta untuk memudahkan operasional dan pemeliharaan jaringan.
Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada tiang, hanya dipakai 2
jenis isolator yaitu isolator peregang (hang isolator/suspension isolator) dan isolator penumpu
(line-post/pin-post/pin-insulator). Isolator peregang dipasang pada tiang awal / akhir / sudut.
Isolator penumpu dipasang pada tiang penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal, horizontal atau delta.
Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan (R = 12 Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau
dengan multi grounded common netral (solid grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral
bersama TM, TR (Jawa Timur menggunakan system pembumian 500 Ohm, dengan tambahan
konstruksi penghantar pembumian diatas penghantar fasa).
Isolator dipasang pada palang (cross arm / bracket / travers) tahan karat (Galvanized Steel
Profile).
Saluran udara Tegangan Menengah memakai tiang dengan beban kerja (working load) 200
daN, 350 daN dan 500 daN, dengan panjang tiang 11 meter, 12 meter, 13 meter dan 14 meter.
Penggunaan tiang dengan beban kerja tertentu disesuaikan dengan banyaknya sirkit perjalur
saluran udara, besar penampang penghantar dan posisi/fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah,
tiang sudut).
Mengingat biaya investasi yang mahal dan keunggulannya dibandingkan dengan saluran udara
Tegangan Menengah, Saluran Kabel tanah Tegangan Menengah (SKTM) dipakai pada hal-hal
khusus:
Konfigurasi jaringan kabel tanah didesain dalam bentuk loop (Radial Open Loop), sebaiknya
dengan sesama kabel tanah. Apabila “Loop” dengan hanya 1(satu) penyulang, maka
pembebanan kabel hanya 50 %. Jika sistem memakai penyulang cadangan (Express Feeder)
dapat dibebani 100 % kapasitas kabel.
1. Struktur spindel, minimal 2 penyulang berbeban dan 1 penyulang cadangan / tanpa beban.
2. Struktur Kluster
3. Spotload untuk pelanggan dengan beban lebih besar daripada kapasitas kabel
4. “Loop” antara 2 penyulang baik dari 1 sumber pembangkit atau dari sumber yang berbeda
(Fork system).
Adanya masalah faktor perletakan (laying factor) akan mengurangi Kemampuan Hantar Arus
kabel, sehingga penampang kabel sepanjang 300 meter (1 haspel) dari Gardu Induk dipilih
setingkat lebih besar dari penampang kabel penyulang operasi.
Proteksi jaringan kabel tanah hanya dilindungi dari 2 penyebab gangguan, gangguan fasa-fasa
dan gangguan fasa-tanah.
Relai terpasang pada kubikel 20 kV di Gardu Induk, relai tipe arus lebih, fase-fase dan arus
lebih hubung tanah dengan karakteristik sesuai kebutuhan (Inverse Relay). Jenis kabel yang
dipakai adalah multicore atau single core belted cable dengan copper screen. Cooper screen
pada terminal Gardu Induk dan atau Gardu Distribusi dapat dibumikan atau tidak, sesuai
dengan konsep proteksinya dengan kemampuan dialiri arus listrik 1000 Ampere selama 1 detik.
Untuk sambungan sistem spot load ditambahkan rele diferensial atau directional pada Gardu
Hubung sisi pelanggan Spotload.
Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah (specific thermal resistivity of soil) 1000C
cm/w dengan kedalaman 70 cm, untuk penggelaran 1 kabel mempunyai Kemampuan Hantar
Arus (KHA) 100 %. Kemampuan hantar arus kabel harus dikoreksi jika persyaratan tersebut
berubah.
Penggunaan kabel dengan penampang yang lebih besar pada jalur keluar dari Gardu Induk
atau sumber tenaga listrik harus dipertimbangkan.
Kabel harus dilindungi terhadap kemungkinan gangguan mekanis dengan pasir, pipa
pelindung, buis beton atau pelat beton.
Jalur jaringan kabel, titik belok dan sambungan kabel harus diberi tanda guna memudahkan
inspeksi, pemeliharaan dll.
Gangguan pada saluran kabel diisolir dengan cara membuka pemutus beban (Load Break
Switch) pada Gardu Distribusi. Bagian kabel yang tidak terganggu dipasok dari penyulang
cadangan melalui Gardu Hubung.
Jika terjadi gangguan bersamaan pada beberapa titik saluran kabel, maka ada bagian yang
tidak terselamatkan (black-out).
Penggunaan sistem SCADA dengan salah satu perangkat yaitu Ground Fault Detector (GFD)
pada pintu Gardu Distribusi guna mempercepat pencarian dan pengisolasian bagian saluran
kabel yang mengalami gangguan, sehingga lama padam bagian yang tidak mengalami
gangguan dapat di persingkat.
Pada sistem Spindel, berdasarkan data statistik, laju kegagalan dan tingkat kontinuitas
pelayanan, panjang kabel SKTM hendaknya tidak lebih dari 8 kms. Pada sistem Radial,
jangkauan pelayanan dibatasi oleh persyaratan tegangan pelayanan.
7 Gardu Distribusi
Gardu Distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok kebutuhan tenaga listrik
bagi para pemanfaat baik dengan Tegangan Menengah maupun Tegangan Rendah.
Gardu Distribusi merupakan kumpulan / gabungan dari perlengkapan hubung bagi baik
Tegangan Menengah dan Tegangan Rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi Tegangan
Menengah pada Gardu Distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.
a. Gardu Distribusi konstruksi pasangan luar. Umumnya disebut Gardu Portal (Konstruksi 2
tiang), Gardu Cantol (Konstruksi 1 tiang) dengan kapasitas transformator terbatas.
b. Gardu Distribusi pasangan dalam. Umumnya disebut gardu beton (Masonry Wall
Distribution Substation) dengan kapasitas transformator besar.
Konstruksi Gardu Distribusi pasangan luar type Portal terdiri atas Fused Cut Out sebagai
pengaman hubung singkat trafo de ngan elemen pelebur/ fuse link type expulsiondan lightning
arrester sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir.
Elekroda pembumian dipasang pada masing-masing lightning arrester dan pembumian titik
netral transformator sisi Tegangan Rendah. Kedua elekroda pembumian tersebut dihubungkan
dengan penghantar yang berfungsi sebagai ikatan penyama potensial yang digelar di bawah
tanah.
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely
Self Protected Transformer). Perlengkapan perlindungan transformator tambahan adalah
lightning arrester. Pada transformator tipe CSP fasa 1, penghantar pembumian arrester
dihubung langsung dengan badan transformator. Konstruksi pembumian sama dengan gardu
portal. Perlengkapan hubung bagi Tegangan Rendah maksimum 2 jurusan dengan saklar
pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan.
Semua bagian konduktif terbuka dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.
Nilai pengenal LA 5 kA untuk posisi di tengan jaringan dan 10 kA untuk posisi pada akhir
jaringan. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm
Gardu Distribusi pasangan dalam adalah gardu konstruksi beton dengan kapasitas
transformator besar, dipakai untuk daerah padat beban tinggi dengan kontruksi instalasi yang
berbeda dengan gardu pasangan luar. Gardu beton dipasok dari baik jaringan saluran udara
ataupun saluran kabel tanah.
Intalasi gardu dilindungi oleh lightning arrester, untuk fungsi pemutus dilengkapi kubikel Load
Break Switch. Transformator dilindungi dengan kubikel load break switch yang dilengkapi
dengan pengaman lembur (HRC fuse). Tee-Off dari saluran udara dapat dilengkapi dengan
Fused Cut–Out. Kemampuan elektris dan mekanis/spesifikasi teknis kubikel sesuai dengan
spesifikasi teknis Gardu Induk dan kapasitas transformator terpasang
Perlengkapan hubung bagi sisi Tegangan Rendah dengan pemisah pada sisi masuk sebelum
rel dan pengaman lebur (tipe NH, NT)pada tiap-tiap jurusan keluar, maksimum 6 jurusan
jaringan Tegangan Rendah. Kemampuan elektrik dan mekanis PHB-TR ini sesuai dengan
kapasitas transformatornya.
Pada instalasi gardu, titik netral sisi sekunder transformator Bagian Konduktif Terbuka dan
Bagian Konduktif Ektra dibumikan. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm
Perlengkapan hubung bagi TM dilengkapi dengan satu buah kubikel load break switch pada
sisi masuk dan satu buah kubikel load break switch pada sisi keluar, satu buah kubikel
pengaman transformator dengan saklar load break switch yang dilenkapi pengaman lebur jenis
HRC – Fuse.
Seluruh konstruksi pembumian sama dengan instalasi pembumian gardu butir a dan butir-b.
Pada pelanggan spot load dengan pasokan SKTM lebih dari 1 kabel yang dioperasikan paralel
dapat ditambahkan rele diferential atau relearah (directional relay)
8 AREA P E L A Y A N A N G A R D U
Radius pelayanan suatu gardu adalah jangkauan daerah pelayanan gardu di antara dua gardu.
Radius pelayanan didasarkan atas :
Pada diagram kondisi awal sistem SKTM dengan spindel, konsep Gardu Hubung 4 spindel
menjadi Gardu Induk baru jika keadaannya telah memungkinkan. Titik tengah beban SKTM
(middle point) menjadi Gardu Hubung type 2 spindel, sementara jangkauan operasi kabel di
batasi 8 kms.
Catatan :
G1 = Gardu Induk
SP = Spindel
Pada diagram kondisi akhir Gardu Hubung type 4 spindel berubah menjadi Gardu
Induk.masing-masing spindle (A-B-C-D) di potong 2 pada titik tengah(middle point)menjadi GH
2 Spindel. Dengan demikian kapasitas penyaluran pada masing-masing penyulang naik
menjadi dua kali lipat, selanjutnya spindel baru (E-F-G-H) di tata ulang titik MPnya.
Jangkauan pelayanan SUTM jauh lebih luas dari SKTM dibatasi oleh tegangan pelayanannya
(ΔU = + 5%, -10%). Sebagai contoh penampang saluran A3C 150 mm 2 dengan beban merata
radial maka jangkauan SUTM adalah sejauh 28 km (ΔU = ± 5%, coincidence factor 0,5 dan cos
φ = 0,8).
GI = Gardu Induk
= Jaringan SUTM
= Pemutus Beban
GI = Gardu Induk
= Jaringan SUTM
= Pemutus Beban
Pada Gardu Distribusi penghantar yang di pakai untuk jaringan pelayanan adalah kabel jenis
kabel berpilin inti Al dengan penampang terbesar 70 mm2.
Jalur pelayanan sebesar 0,35 kms (ΔU = 10%, cos φ =.0,8, coincidence factor = 0,8) sehingga
untuk daerah pelayanan 1 km2 terdapat 4 buah Gardu Distribusi.
Untuk daerah padat beban rendah khususnya daerah pedesaan, panjang jalur pelayanan
dibatasi oleh tingkat tegangan pelayanan (+ 5%, -10%).
Contoh :
Penghantar jaringan secara umum memakai kabel yang dikenal sebagai LVTC (Low Voltage
Twisted Cable), IBC (Insulated Bundled Conductor), TIC (Twisted Insulated Conductor) atau
kabel jenis NYY / NYFGbY untuk saluran kabel bawah tanah. Jangkauan operasi dibatasi oleh
batas-batas tegangan +5% -10%, dengan pembebanan yang maksimal. Konstruksi jaringan
dengan tiang sendiri panjang 9 meter atau dibawah saluran udara TM (underbuilt) tidak kurang
dari 1 meter dibawah penghantar SUTM
a. Kabel naik (Riser Cable – opstik kabel) antara PHB – TR di Gardu Distribusi dan tiang awal
jaringanTegangan Rendah.
b. Sebagai jaringan distribusi Tegangan Rendah pada daerah-daerah yang memerlukan.
Jenis kabel yang dipakai adalah jenis kabel dengan isolasi ganda atau dengan pelindung
mekanis (contoh NYFGbY). Kabel jenis NYY dapat dipakai dengan persyaratan harus
dimasukkan dalam pipa pelindung sebagai penahan tekanan mekanis. Persyaratan konstruksi
kabel bawah tanah sama dengan persyaratan konstruksi kabel bawah tanah jaringan Tegangan
Menengah, hanya kedalaman penggelaran adalah ± 60 cm
Jaringan Tegangan Rendah dimulai dari perlengkapan hubung bagi Tegangan Rendah di Gardu
Distribusi, dengan pengaman lebur (NT / NH Fuse) sebagai pengaman hubungan singkat.
Sistem pembumian pada jaringan Tegangan Rendah memakai sistem TN–C, titik netral
dibumikan pada tiap-tiap 200 meter/tiap 5 tiang atau pada tiap 5 PHB pada SKTR, dengan nilai
tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm. Titik pembumian pertama satu tiang sesudah tiang
10 SAMBUNGAN PELAYANAN
Sambungan pelayanan atau service line adalah bagian yang paling akhir dari sistem tenaga
listrik. Dibedakan 2 jenis sambungan, untuk pelanggan Tegangan Menengah dan untuk
pelanggan Tegangan Rendah dengan konstruksi saluran udara dan saluran bawah tanah.
Sambungan pelayanan Tegangan Rendah dengan menggunakan konstruksi saluran udara baik
untuk sambungan fasa tunggal atau sambungan fasa – 3 menyambung dari jaringan Tegangan
Rendah langsung ke papan bagi OK / papan meter APP.
1. Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap (Dakstandard, Roof Pole, Mirstang).
2. Konstruksi sambungan langsung dengan menggunakan tiang atap.
3. Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap, dengan melalui saluran bawah tanah.
Panjang maksimum penghantar saluran udara sampai dengan kotak APP adalah 30 meter dan
60 meter (untuk listrik pedesaan) dengan jatuh tegangan tidak melebihi 1%. Untuk sambungan
pelanggan pada listrik pedesaan jatuh tegangan maksimum 2%.
Jenis kabel yang dipakai Twisted Cable dengan penghantar alumunium (NFA2X).
Untuk saluran bawah tanah memakai kabel dengan pelindung mekanis (misalnya NYFGbY).
Untuk sambungan antara konduktor yang berbeda jenis (Cu dan Al) harus menggunakan
Sambungan Bimetal.
Persyaratan konstruksi saluran bawah tanah sama dengan persyaratan konstruksi jaringan
distribusi bawah tanah.
Penghantar yang dipakai adalah jenis kabel tanah dengan pelindung metal (NYFGbY). Jika
memakai penghantar dengan inti alumunium, terminasi PHB harus memakai sepatu kabel
bimetal
Fungsi tiang diganti dengan perlengkapan hubung bagi distribusi (PHB) dari PHB sambungan
pelayanan ditarik langsung ke kotak APP pelanggan.
Satu PHB dapat melayani 6 sambungan keluar baik untuk sambungan pelayanan atau
pencabangan PHB distribusi lainnya. Pengamanan sambungan keluar jurusan memakai
pengaman lebur jenis current limitting. Penghantar sisi masuk dan keluar PHB memakai saklar
beban.
Pada tempat-tempat tertentu kontruksi saluran dapat ditempatkan pada dinding bangunan,
demikian pula dengan kontak PHB distribusi.
Semua Bagian Konduktif Terbuka (Panel PHB) harus dibumikan dengan sistem TN – C.
Instalasi APP ditempatkan pada tempat yang mudah didatangi, terlindung dari panas dan hujan
atau gangguan mekanis, atau terlindung dalam lemari panel jika ditempatkan di luar rumah.
APP ditempatkan pada papan OK pada masing-masing rumah pelanggan. Untuk sekelompok
pelanggan (rumah susun, pertokoan) ditempatkan pada lemari APP.
Semua penghantar / kabel sambungan pelayanan secara fisik terlindungi dengan alat
pelindung yang tidak mudah rusak secara mekanis atau dirusak dan tidak melewati bagian /
ruang yang tidak terlihat mata kecuali untuk sambungan pelayanan dengan menggunakan
tiang atap.
Jenis penghantar yang mempergunakan kabel twisted dengan inti alumunium, Sambungan
pada kabel APP menggunakan sambungan bimetal dan dilindungi dengan pembungkus isolasi
ciut panas (heat shrink) pada papan OK.
Besarnya nilai parameter tersebut harus dihitung dan berdasarkan kondisi sistem tenaga listrik
(kapasitas transformator, tegangan, impedansi, dll).
Persyaratan teknis / parameter listrik yang harus diperhatikan dalam memilih komponen-
komponen kontruksi adalah:
Selanjutnya perlu diketahui juga sistem pembumian pada transformator utama di sumber atau
pembangkit atau Gardu Induk, memakai 12 Ohm, 40 Ohm, 500 Ohm, dan solid grounded atau
mengambang (floating).
a. Kondisi iklim
b. Suhu keliling
c. Besarnya curah hujan
d. Kelembaban relatif
e. Ketinggian dari permukaan laut
Parameter konstruksi komponen harus diperhatikan agar tidak terjadi kegagalan konstruksi :
Parameter desain tersebut ditentukan pada saat akan membeli material atau melaksanakan
konstruksi yang disesuaikan dengn kondisi system kelistrikan setempat.
Sebagai gambaran diberikan contoh persyaratan teknis listrik komponen jaring distribusi di PT
PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
Sistem Tegangan Tinggi dianggap dengan kapasitas pembangkit dengan daya tak berhingga :
Kapasitas transformator di Gardu Induk 60 MVA, 12,5%
Kelayakan teknis
Kelayakan ekonomis
Proyek
Engineering
Aspek Aspek
Alternatif
Teknologi Ekonomi
Pilihan/Rencana
Fungsi
tertinggi
Solusi Terbaik
Beaya
Terendah
Lingkungan fisik :
Kemampuan untuk merancang produk dan jasa dengan mengaplikasikan hukum fisik
dari ilmu fisika, ilmu material dan lainnya.
Lingkungan Ekonomi :
Bernilai atau berharga tidaknya suatu desain, produk atau jasa selain ditinjau
dari aspek fungsional (teknis) juga diukur secara ekonomis.
Physical Economic
Environment
Environment
Alternatif
Problems Engineer
Tinjauan Ekonomis :
Lingkungan Lingkungan
Fisik Ekonomi
Proses produksi
Proposal Teknik Kepuasan/
/ proses
terpenuhi
konstruksi
kebutuhan
EKONOMI TEKNIK :
“ NILAI “ (VALUE) :
Analisis Nilai :
“ Banyak Manfaat untuk kebutuhan uang yang rendah (More function for less
money) “
Harga / Price
Profit Profit
Biaya yg
Fungsi yang bisa
Over head tidak perlu ditekan
Yg kompleks
Fungsi yg
Supporting
Diperlukan Function
Material Fungsi
Basic
Utama Function
Struktur Value
Biaya Analysis
Produk Engineering
2. Asumsi :
2.1. Demand forecast
5. Hubung singkat :
5.1 Kapasitas hubung singkat yang melebihi rating peralatan eksisting
8. Kesimpulan KKO :
8.1 Kelayakan operasi
9.6 Tabel-tabel
1. Asumsi ( Lampiran A ):
A.1 Asumsi Harga/ biaya
2. Net Present Value (NPV) Rp >0 Manfaat bersih yang diperoleh dengan
ukuran nilai saat ini
2. Pay Back Period (PBP) Thn - Kapan proyek akan mencapai titik impas
c. Rasio revenue
terhadap kewajiban
pembayaraaan
Kali >1
2 Fuel price + 10 % . + 20 %
6. Kesimpulan KKF
EUAC :
Analisa perbandingan dari sejumlah pengeluaran uang yang tidak uniform dengan
cara mengkonversikannya kedalam EUAC.
Contoh :
Plan B :
CATATAN :
i = 12 %
Penyelesaian :
No Plan A Plan B
CR =Rp.152.000.000(A/P,12%,10)
= Rp..26.904.000,-
Biaya :
Operador Rp.33.000.000,-
Power Rp .4.000.000,-
Maintenc Rp.11.000.000,-
PRESENT WORTH :
Contoh :
2. Dari contoh soal EUAC diatas hitunglah/tentukan alternatip Plan yang ekonomis
dengan menggunakan metode PW .( i = 12 % , life time 10 tahun )
Penyelesaian :
Rp.519.818.400 ,-
Rp.361.612.800 ,-
PWB = Rp.513.612.800 ,-
MARR ( i ) adalah bunga atau suku bunga yang terdapat di Bank deposito
tabungan ) atau su,ku bunga standard yang berlaku..
Metode untuk menghitung interest rate biasanya dilakukan dengan Trial and error
dimana setelah interest rate diasumsikan selanjutnya dihitung PW atau A. Dengan
metode interpolasi akan didapat interest rate ( i *).
Penertian ROR , pada prinsipnya sama dengan Profit dalam teori ekonomi ,
sehingga diperoleh kondisi :
JENIS ROR :
Hasil yang diperoleh diinvestasikan pada proyek lain dengan ROR yagn
berbeda
Contoh :
Selanjutnya dengan Trial and error untuk PW (18 % ) dan PW (20 %) diperoleh :
Dengan Interpolasi :
ROR = 18 % + 3.924.000/6.051.000 ( 20 % - 18 % )
= 18,787 %
U$
x/(20-18-x) = 3,924/6.051
x = 0,787
3,924
0 18 x 20
interest (%)
-6,051
Analisa manfaat biaya atau (BCR ) biasanya digunakan untuk mengevaluasi proyek-
proyek pemerintah misalnya : Jalan kereta api ( railroad , bendungan , irigasi , jembatan dll ).
Suatu proyek dikatakan layak dengan menggunakan analisa manfaat biaya , bila : B/C >= 1.
Contoh :
Biaya Investasi 400 juta 100 juta 200 juta 500 juta
Penyelesaian :
Selanjutnya dari 3 proyek diatas harus dipilih lagi dengan menggunakan Analisa incremental ,
Incremental A-B :
Analisa Titik Impas (BEP) dipakai untuk menentukan volume produk yang harus
dibuat agar suatu operasi produksi tetap menguntungkan, dengan memperhatikan
unit-unit fixed cost (FC), variable cost (VC) dan biaya per unit produk. (C).
Dengan tetap memperhatikan kodisi masa mendatang yang serba tidak pasti dan
faktor time value of money, analisa titik impas akan merupakan alat evaluasi dalam
ekonomi teknis yang secara cepat bisa dipakai untuk mengetahui pengaruh
perubahan sales-revenue atau volume produksi (out-put) terhadap profit yang ingin
dicapai.
Contoh :
Sebuah Pabrik sabun merencanakan akan membuat sejenis sabun mandi untuk kelas
menengah , dimana data dari hasil perhitungan sebagai berikut :
Penyelesaian :
Kelemahan metode ini mengabaikan konsep nilai uang dari waktu dan semua
aliran kas yang terjadi setelah periode pengembalian diabaikan.
Contoh :
Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7
Net Cash Flow -10 +20 +30 +50 +50 +45 +45
(Jutaan Rp)
Bila Nilai investasi sebesar Rp. 120 juta Hitunglah Pay Back Period Proyek diatas..
Penyelesaian :
Pada tahun ke 4 NCF = ( - 10+20+30+50) = Rp 90 juta
Pada tahun ke 5 NCF = ( - 10+20+30+50+50) = Rp 140 juta
Karena investasi Rp.120 juta , maka :
Pay Back Period = 4 + (120-90 )/(140-90) tahun = 4,6 tahun
NET PRESENT VALUE ( NPV ) adalah selisih harga sekarang dari penerimaan
penerimaan dengan harga sekarang dari pengeluaran –pengeluaran pada tingkat bunga
tertentu.
Contoh :
Penyelesaian :
Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7
Net Cash Flow -120 -10 +20 +30 +50 +50 +45 +45
(Jutaan Rp)
(Jutaan Rp ) 11,8
Hampir seluruh kepulauan di tanah air Indonesia telah terjangkau oleh sistim kelistrikan yang
dikelola oleh PLN, walaupun khususnya untuk kondisi Luar Jawa – Bali masih terjadi defisit
Pasokan, juga masih terdapat daerah layanan yang terbatas jam operasinya hanya 12
jam.Energi listrik yang dibangkitkan oleh Pembangkit tenaga listrik jaraknya jauh dari pusat
beban sehingga diperlukan sarana penyaluran yaitu transmisi, distribusi, dan gardu induk dan
harus memperhatikan keandalan (SAIDI dan SAIFI) serta mutu atau kualitas tenaga listrik
Untuk menghitung biaya dalam penyediaan tenaga listrik pertama yang dilakukan adalah
menghitung Harga pokok (Rp/kWh) yang meliputi modal, biaya operasi, gaji pegawai, dan
biaya pemeliharaan. Kemudian ditentukan Harga jual yang merupakan penjumlahan dari harga
pokok ditambah keuntungan. Seteleh itu ditetapkan biaya tetap, biaya variable dan biaya
kVArh. Biaya tetap (Rp/kVA) merupakan biaya waktu tunggu pembangkit saat pemakaian
tenaga listrik tidak optimal. Biaya pemakaian (Rp/kWh) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
pemakai sesuai pemakaian. Sedangkan Biaya Daya Reaktif (Rp/kVArh) merupakan biaya yang
dikeluarkan oeh pemakai tenaga listrik karena beban induktif.
Sesuai TDL penyambungan listrik ke pelanggan, daya listrik dibagi sebagai berikut:
a. Titik Transaksi dalam jual tenaga listrik antara Pelanggan dengan Pemasok listrik
c. ‘Jendela Etalase’ bagi pelanggan untuk menilai baik buruknya citra Pemasok dalam
melayani pelanggan dibidang kelistrikan.
Kebutuhan fisik yang diperlukan untuk perluasan sistem distribusi dalam rangkamengantisipasi
pertumbuhan beban puncak sebagai akibat pertumbuhanpenjualan energi merupakan fungsi
dari beberapa variabel yaitu antara lain :
a. Beban puncak di sisi tegangan menengah (TM) dan tegangan rendah (TR),
a. Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untukmenjaga agar
tegangan pelayanan sesuai standar SPLN 72:1987.
b. Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yanglebih andal
seperti spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kotaminimal berupa saluran
radial yang dapat dipasok dari 2 sumber.
Permasalahan kelistrikan di sistem distribusi yang perlu diketahui oleh perencana adalah
sebagai berikut :
c. Transformator distribusi
1) Over Load
e. Pencurian listrik
Di Jawa - Bali
Di Luar Jawa-Bali
1) Selain bisa menyebabkan Relay Over Current penyulang gagal bekerja yang
mengakibatkan pemadaman yang luas, gangguan hubung singkat di penyulan 1 akan
memberi dampak “kedip tegangan” di penyulang lain yang tersambung di bus 20 kV yang
sama. Selain itu apabila kapasitas trafo diperbesar maka breaking capacity PMT juga harus
diperbesar sehingga biaya yang ditimbulkan menjadi mahal.
2) Banyak penyulang yang bisa dipasok dari trafo tenaga besar, biasanya penyulang umum
dan pelanggan besar dilayani secara bersamaan hal ini menyebabkan pelanggan besar
sering mengeluh karena adanya kedip yang diakibatkan oleh gangguan di jaringan.
Kerugian operasi distribusi 20 kV dan turunnya tingkat mutu pelayanan yang diakibatkan oleh
kedip mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
Perbaikan keandalan sistem distribusi 20 kV dan peningkatan mutu pelayanan yang mungkin
bisa dilakukan antara lain :
Over Load
Untuk merencanakan sistem distribusi diperlukan data sebagai bahan analisa maupun asumsi
sehingga hasil perencanaan akan dapat mengakomodiir tujuan dari pengembangan sistem
distribusi, anatara lain :
b. Perumahan : 10 - 20 Watt / m2
c. Hotel : 10 - 30 Watt / m2
d. Sekolah : 15 - 30 Watt / m2
a. jangka panjang
b. jangka menengah
c. jangka pendek
5) Data perkembangan beban pada tahun sebelumnya
Keterkaitan yang sangat erat antara Kebutuhan Fisik JTM, JTR dan Trafo Distribusi dengan
Beban Puncak
Jaringan Tegangan Menengah dipasok dari Gardu Induk atauPLTD sebagai fungsi
panjang jaringan yang diperhitungkansebagai Susut Energi , Tegangan yang
diijinkan, dan maksimal pembebanan
Trafo Distribusi diambil dari jaringan tegangan menengah yang diperhitungkan pada
Beban Puncak dan Prosentase Pembebananyang diijinkan
Faktor Sistem Distribusi Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Sistem Distribusi, antara lain :
Misal:
3 x 40 W = 120 W
4 x 100 W= 400 W
Kantor : 60 – 80%
Misal:
Demand maksimum 100 kW, faktor beban 10%
Berarti Pusat listrik harus menyediakan daya 100 kW, meskipun dipakai
Rata-rata 10 kW atau 10 %- energi setahun = 10% x 8760 = 876 jam
Jadi energi yang dipakai = 876 jam x 100 kW = 87.600 kWh/tahun
1) Mengumpulkan data-data analistik atau data historisAnalisa data statistik sebagai bahan
asusmsi atau sasaranyang digunakan dalam perhitungan (teknis, ekonomis, iklim yang
berpengaruh beban yang akan datang)
4) Mengadakan cek atau tes perbandingan dengan memilih yang paling memungkinkan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam perencaaan sistem distribusi dapat dengan
mengetahui beberapa indicator / parameter yang ada di dalam kinerja pengusahaan ataupun
dampak terhadap proses bisnis lainnya antara lain :
I. Fungsi Survey
Fungsi utama dari survey adalah untuk menentukan route / lintasan konstruksi dari suatu
jaringan yang akan dipasang.
- Oleh Perencana :
- Oleh Pelaksana :
Diperlukan bila titik - titik yang dibuat oleh perencana dengan memberi patok ternyata hilang
atau tidak ada, maka dengan menggunakan gambar rencana yang sudah ada, titik-titik
tersebut dapat dicari kembali
Lintasan konstruksi jaringan diusahakan merupakan garis lurus dari titik awal sampai titik
ujung
Permukaan tanah dipilih antara satu titik ke titik lainnya mempunyai ketinggian yang
sama atau berbeda dengan selisih sekecil-kecilnya
Titik - titik yang ditentukan berada dipinggir jalan
Hindarkan jaringan berdekatan dari benda-benda lain (bangunan, pohon) hingga jarak
amannya tidak terflalu kecil dari yang ditentukan.
Pelaksanaan dilakukan oleh tiga orang
Peralatan survey yang digunakan
- GPS
- kompas
- rol meter
- jalon
Menentukan titik - titik penting, yaitu titik yang satu dengan lainya merupakan garis
lurus.Titik-titik tersebut dipasang patok.
C D
A
B
Mengukur jarak antara titik penting dan membaginya menjadi titik antara, dengan
jarak ,untuk jaringan SUTM antara 40 m sampai dengan 50 m. Untuk jarak yang
melebihi ketentuan tersebut maka dibutuhkan konstruksi yang khusus.
10L03
40 m
10L02
44 m
10L01
42 m
07 08 09
01 02 B 06 10
03 05 40 m 38 m 35 m 35 m
04 42 m
36 m 35 m 42 m
40 m 38 m
10R01
46 m
10R02
48 m
Penggunaan Kompas
• Bila kompas kita pegang menuju sasaran, sedang angka menunjuk 0 °, maka
sudut yang dibentuk oleh sasaran adalah 0 ° , berarti sasaran utara.
U = 00
B = 2700 T = 900
S = 1800
Jarum Kompas
Latihan :
Bidik satu sasaran yang saudara pilih dengan menggunakan kompas. Berapa derajat Sudut
sasaran saudara ?
10L03 10R03
240
U 270
10
09
4. Pematokan
Cara yang sederhana pada pekerjaan pematokan bisa kita lakukan sebagai berikut :
Bila titik penting a, b, c, d, e, dan f sudah ditentukan tinggal kita tentukan apakah
diantara titik-titik yang berhubungan itu dapat dipasang jaringan yang lurus atau tidak
contoh :
01 ===> 02 = 1000sudut ini adalah sudut antara arah utara & arah jaringan
02 ===> 03 = 1000
03 ===> 04 = 1000
Selanjutnya kita berdiri di titik b menghadap ke c titik 05 dan 06 sebagai garis maka
bisa kita simpulkan bahwa antara titik 04 : 03 : 07 segaris (lurus)
Dalam contoh sudut yang terbaca 73°, ini berarti bahwa antara titik a, b dan c terjadi
pembelokan ke arah kiri sebesar 100°- 73° = 27° (lihat gambar)
Dengan langkah yang sama maka dapat kita gambarkan seluruh rencana jaringan
yang kita inginkan
Pengukuran jarak dapat kita gunakan dengan rol meter atau walking meter.
Bila gambar jaringan telah diketahui sudut belok, jarak dan tempat-tempat yang harus
menggunakan tiang panjang / pendek serta titik - titik penting, maka dengan mudah
kita menentukan pemilihan konstruksi dengan bantuan standar yang berlaku
10L03 E
80
10L02
80
10L01
C
A 07 800
B 08 09 D
01 02 06
03 05 970 970
04 730 970 0
1000 1000 730 188
1000 730
10R01
1880
10R02
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 74
1880
10R03 F
10L03
40 m
10L02
10L01 44 m
42 m
240 09 890
06 40 m
07 08 10
01 05 40 m 38 m 35 m 35 m
02
36 m
03 04 40 m
35 m 910
42 m
40 m 270
10R01
46 m
10R02
48 m
10R03
IV. Evaluasi Hasil Survey
Gambar lintasan, berupa garis-garis dengan sudut belokan-belokan dan jarak yang di
skala
Gambar dan catatan kondisi geografis lokasi lintasan jaringan
Catatan kondisi lingkungan lokasi lintasan jaringan
Dalam pemilihan konstruksi kita harus mempunyai buku standar, di dalam buku tersebut
Sedangkan untuk menentukan komponen jaringan, hal yang penting adalah penghantarnya
yaitu bahan dan penampangnya
Bila perkiraan masalah teknik ( konstruksi ) sudah ditentukan, perkiraan anggaran / biaya
dapat dihitung dengan mmempertimbangkan harga-harga setempat.
• Biaya material
• Biaya-biaya lain
Selain dari 2 (dua) biaya utama diatas, masih ada beberapa biaya lain yang harus
dianggarkan misalnya :
– biaya perijinan
– biaya pembebasan lokasi
– biaya ganti rug
– dll
Tujuan pembuatan Desain Kriteria ialah untuk memberikan pegangan yang terarah
dalam penyusunan desain sistem dan standar – standar kontruksi distribusi yang akan
dipergunakan serta perencanaan perluasan jaringan untuk mendapatkan tingkat
efisiensi distribusi yang tinggi.
Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SPLN yang ada dan Ketentuan –
ketentuan lain yang berlaku.
Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan dikembangkan
adalah Sistem Distribusi Tegangan 20 KV menggunakan hantaran udara dan atau
kabel tegangan menengah 20 KV dengan memperhatikan kepadatan beban, tingkat
mutu dan keandalan serta kebutuhan pelanggan.
1) Beban Ringan
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban ringan bila terdapat beban kurang
dari 0,5 MVA per km2 .
3) Beban Padat
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban diatas 1
MVA per KM2 .
Drop tegangan di trafo distribusi di sisi sekunder pada saat beban maksimum
dibolehkan sebesar 3 % dari tegangan kerja (sesuai SPLN 72 : 1987).
Dimana :
13.13 SPLN
Sifat SPLN SPLN bersifat wajib dan diterapkan oleh seluruh unit.
Fungsi SPLN
a. Komitmen manajemen
SPLN berfungsi sebagai pedoman desain dan perencanaan untuk pembangunan suatu
sistem pembangkit tenaga listrik, transmisi, distribusi dan SCADA.
SPLN berfungsi sebagai acuan pada dokumen-dokumen kontrak meliputi antara lain:
a. Spesifikasi teknik dalam pengadaan barang dan jasa;
b. Metode uji dalam serah terima peralatan;
c. Komisioning/inspeksi teknik;
d. Operasi dan pemeliharaan peralatan atau instalasi ketenagalistrikan;
e. Aspek teknis dalam jual beli tenaga listrik.
e. Posisi SPLN
Katalog SPLN
Sub-bab yang diambil dari standar ini mengatur cara penulisan SPLN yang meliputi
struktur, penomoran dan konsistensi penulisan. Tulisan harus sesingkat mungkin tetapi
cukup jelas sesuai dengan tujuan yang harus dipenuhi menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baku.
Struktur SPLN
Struktur SPLN terdiri dari : Judul; Daftar Isi; Prakata; Pendahuluan (bila perlu); Daftar
nama penyusun standar;
1. Ruang lingkup;
2. Tujuan (jika ini tidak selayaknya dimasukkan dalam ruang lingkup);
3. Acuan Normatif;
4. Istilah dan Definisi;
5. Isi Standar;
Identitas SPLN
Penerbitan SPLN diberi nomor dan kode yang ditetapkan sebagai berikut:
Bidang Umum : U
Bidang Pembangkitan : K
Bidang Transmisi : T
Bidang Distribusi : D
Bidang SCADA : S
Digit kedua berupa nomor kode kategori digunakan sebagai identifikasi kategori
standardisasi
1 Umum
2 Manajemen
3 Peralatan
4 Konstruksi
Digit keempat, kelima dan keenam digunakan sebagai nomor urut standar pada
masing-masing kelompok bidang standardisasi.
Bila suatu standar terdiri dari beberapa bagian, maka penomoran standar dapat
ditambahkan pada nomor urut bagian standar tersebut pada digit ketujuh diisi tanda
minus dan digit kedelapan nomor bagian tersebut.
Pada akhir nomor standar dicantumkan tahun penerbitan sejumlah 4 digit diawali tanpa
spasi, dilanjutkan dengan tanda “:” dan diakhiri dengan spasi,
SPLN Bidang Umum( U ), Kategori Umum ( 1), No.Urut SPLN ( 004 ), Bagian standar (-1) ,
Tahun penerbitan ( 2008 )
a). Jangka pendek sampai dengan 2 tahun, yaitu mulai harian, mingguan, bulanan, hingga
tahunan, biasa digunakan untuk perencanaan operasional. Sedangkan periode 1
sampai dengan 2 tahunan biasa digunakan untuk perencanaan anggaran (RKAP).
b). Jangka menengah 3 sampai 5 tahun, digunakan untuk perencanaan stategi korporat,
pembangkit skala kecil dan untuk masterplan sistem distribusi.
Sebagai usaha untuk mendapatkan angka prakiraan yang lebih tepat, perlu dilakukan
kajian mendalam data historisnya dan secara terus menerus dilakukan tinjauan terhadap
asumsi yang digunakan (review dan updating). Langkah review dan updating prakiraan
kebutuhan listrik jangka menengah dan jangka panjang, sebaiknya dilakukan minimlal
setiap satu tahun sekali, terlebih bila ada gejolak cukup ekstrim baik internal maupun
eksternal yang dapat mempengaruhi angka prakiraan kebutuhan listrik.
Kualitas dan pola perilaku sekumpulan data dalam statitik, sangat berpengaruh
pada tingkat ketelitian hasil prakiraan (forecasting). Oleh karena itu, sebelum
melakukan proses prakiraan, perlu dipelajari terlebih dahulu data runtun waktu
yang tersedia. Dengan mengamati data runtut waktu, akan terlihat beberapa
komponen yang mempengaruhi suatu pola data masa lalu dan sekarang, yang
cenderung berulang dimasa mendatang.
Terdapat beberapa pola data runtun waktu yang sering terjadi yaitu:
Metode prakiraan (forecasting) merupakan salah satu teknik untuk memprediksi atau
memprakirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan memperhatikan data atau
informasi masa lalu maupun saat ini, baik secara matematik maupun statistik. Ketepatan
suatu prakiraan yang dibuat, sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan dan kualitas
data/informasi yang tersedia.
Selama data yang digunakan tidak baik / kurang meyakinkan, maka prakiraan yang
dihasilkan juga akan sulit dipercaya ketepatannya.
Secara umum, metode prakiraan (forecasting) dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
utama yaitu :
– Metode kuantitatif atau objective methods, adalah suatu prakiraan yang didasarkan atas
– Subjective: dilakukan dengan intuisi, atau ‘gut feeling’, masuk dalam kelompok metode
kualitatif.
– Univariate: semata-mata berdasarkan data masa lalu (time series). Cara ini dikenal juga
sebagai ‘naive projection’, misalnya ekstrapolasi trending, eksponential.
– Multivariate: memperhatikan hubungan causal atau hubungan explanatory, karena itu
tergantung pada metoda untuk mengetahui apakah suatu variable mempunyai korelasi
dengan variabel lain. Contoh: penjualan listrik mungkin tergantung pada income. Model
regresi (dan ekonometric) masuk dalam kategori ini, dan sering disebut juga model
prediksi atau causal.
Sebagaimana diketahui, ada banyak metode dan cara yang dapat digunakan untuk
membuat prakiraan kebutuhan listrik. Namun dalam tulisan ini, hanya beberapa metode
saja yang akan diuraikan yaitu model yang masuk dalam kelompok metode kuantitatif yang
diperkirakan akan sering digunakan dan dapat dijalankan didalam aplikasi Simple-E.
Sedangkan metode yang diperkirakan akan jarang digunakan seperti metode kualitatif,
tidak dibahas didalam tulisan ini.
Ada beberapa metode yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain:
Merupakan metode yang paling sederhana, menganggap bahwa prakiraan nilai pada
periode berikutnya sama dengan nilai aktual periode sebelumnya. Data aktual pada
periode yang baru saja berlalu merupakan alat peramalan / prakiraan yang terbaik untuk
meramalkan/membuat prakiraan keadaan / nilai di masa yang akan datang. Biasanya
hasilnya kurang baik.
Contoh:
Penjualan pada bulan Mei 48 kWh, maka penjualan pada bulan Juni juga 48 kWh. Dalam
bentuk matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Jika data masa lalu tersedia cukup banyak, maka bisa dihitung nilai rata-ratanya untuk
digunakan sebagai prakiraan dimasa depan. Atau jika datanya mempunyai nilai yang
cenderung naik atau turun, maka bisa dibuat dalam bentuk trend, dan dinyatakan dalam
persamaan berikut.
Metode ini biasa disebut sebagai Rata-rata bergerak yang merupakan perbaikan
dari metode Naive, yaitu dengan membuat prakiraan berdasarkan pada nilai rata-rata
satu periode tertentu sebelumnya.
Metode Moving Average ada beberapa macam, antara lain: Simple Moving
Average, dan Weighted Moveing Average
Juga dikenal sebagai simple exponential smoothing yang digunakan pada prakiraan jangka
pendek, biasanya hanya 1 bulan ke depan. Model ini mengasumsikan bahwa data berfluktuasi
di sekitar nilai rata-rata yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan konsisten.
Metode ini digunakan ketika data menunjukkan adanya trend. Exponential smoothing, dengan
adanya trend seperti penghalusan sederhana kecuali bahwa dua komponen harus diupdate
setiap periode – level dan trendnya. Level adalah estimasi yang dihaluskan dari nilai data
pada akhir masing-masing periode. Trend adalah estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan
rata-rata pada akhir masing-masing periode.
Metode ini digunakan ketika data menunjukan adanya trend dan perilaku musiman. Untuk
menangani musiman, telah dikembangkan parameter persamaan ketiga yang disebut metode
“Holt-Winters” sesuai dengan nama penemunya. Terdapat dua model Holt-Winters tergantung
pada tipe musimannya yaitu Multiplicative seasonal model dan Additive seasonal model.
Secara umum, metode regresi merupakan salah satu teknis analisis statistika yang digunakan
untuk menggambarkan hubungan antara satu variabel respon (tidak bebas) dengan satu atau
beberapa variabel bebas. Sedangkan Simple Regression atau regresi sederhana merupakan
analisis statistika yang memodelkan hubungan antara satu variabel respon dengan satu
variabel bebas sejenis menurut bentuk hubungan persamaan linier. Secara matematika dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan seperti berikut:
Y = f (X) + ε atau Y = a + b X + ε
Misal : prakiraan penjualan kWh sebagai fungsi realisasi penjualan kWh pada tahun-tahun
sebelumnya. Untuk selengkapnya akan dijelaskan pada bagian 2.4 dibawah yang membahas
mengenai regresi.
14.5.5 A RIMA
Model ARIMA (autoregresif integreted moving average) adalah model yang dalam pembuatan
prakiraan / peramalan secara penuh mengabaikan varibel bebas. ARIMA menggunakan nilai
masa lalu dan sekarang dari variabel tidak bebas (dependent) untuk menghasilkan prakiraan
jangka pendek yang akurat. Namun untuk prakiraan jangka panjang ketepatannya kurang baik.
Tujuan ARIMA adalah untuk menentukan hubungan statistik yang baik antar variabel yang
diramal dengan nilai historis variabel tersebut sehingga prakiraan dapat dilakukan dengan
model tersebut. ARIMA digunakan untuk suatu variabel (univariate) deret waktu dan model ini
sering juga disebut metode runtun waktu box-jenkins.
Metode causal relationship ini menggambarkan hubungan antara satu atau beberapa variable
bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable), yang dinyatakan
dalam sebuah persamaan matematika. Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui
terlebih dahulu pengertian mengenai regresi dan korelasi. Regresi dan korelasi, sebagai
pengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel tersebut berupa data yang
dianalisis, harus bersifat kuantitatif dan sekurang-kurangnya data dalam skala interval. Data
kuantitatif terdiri atas dua macam yaitu: data yang bersifat bebas (variabel bebas) dan data
yang terikat (variabel tak bebas) atau variabel endogen.
Tujuan mempelajari regresi dan korelasi adalah untuk menemukan atau mencari hubungan
antar variabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan penaksiran atau peramalan atau
estimasi atau prakiraan dari hubungan antar variabel tersebut.
Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan bentuk
hubungan persamaan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi) diperlukan
pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi simbul X dan variabel tak
bebas dengan simbul Y.
Kedua variabel biasanya bersifat kausal atau mempunyai hubungan sebab akibat yaitu saling
mempengaruhi. Dengan demikian, regresi merupakan bentuk fungsi tertentu antara variabel
tak bebas Y dengan variabel bebas X atau dapat dinyatakan bahwa regresi adalah sebagai
suatu fungsi Y = f (X). Bentuk regresi tergantung pada fungsi yang menunjangnya atau
tergantung pada persamaannya. Metode ini terdiri dari dua kelompok yaitu metode regresi linier
dan metode regresi non linier.
Untuk mendapatkan garis regresi (sebagai penduga) berdasarkan pasangan data/nilai X dan
Y, yang sering digunakan adalah dengan pendekatan matematis, walupun ada cara lain yaitu
metode tangan bebas namun ini jarang digunakan. Pendekatan matematis yang dimaksud
adalah menggunakan metode kuadara terkecil (least square methode), yaitu suatu bentuk garis
yang akan didapatkan mendekati titik-titik pasangan X, Y.
Ada beberapa cara pendekatan matematika untuk mendapatkan garis regresi penduga yang
terbaik seperti:
a). Garis penduga menjadi garis regresi terbaik apabila jumlah semua kesalahan adalah
minimal, ditulis dengan: Σei = minimal atau Σ( Yi - Ŷ) = minimal.
b). Garis penduga merupakan garis regresi yang terbaik, apabila jumlah harga mutlak dari
nilai kesalahan atau Σ│e│ adalah minimal. Cara ini lebih baik dari cara pertama sebab tidak
ada saling kompensasi antara nilai ei yang negatif dengan positif.
c). Garis penduga merupakan garis regresi yang terbaik, apabila jumlah pangkat dua (kuadrat)
nilai kesalahan-kesalahan (ei) adalah minimal atau ditulis dengan rumus: Σei2 = 0.
Sampai sekarang metode kuadrat terkecil ini adalah suatu metode yang paling ampuh pada
perhitungan untuk menduga suatu garis regresi yang terbaik dibandingkan dengan metode-
metode yang lainnya.
Pada metode regresi linier, hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tidak bebas
(Y) dalam persamaan matematis bersifat linier atau bentuk garis lurus. Metode regresi linier
terdiri atas dua macam yaitu :
Y=a+bX
Varibel a disebut intercept coeffisient, dan variabel b disebut slope coeffisient. Sedangkah ɛ
sering disebut sebagai variabel pengganggu karena pada kenyataannya ada faktor lain yang
berpengaruh walaupun kecil.
Misalkan Y adalah penjualan listrik dan X adalah jumlah penduduk, maka dapat dikatakan
bahwa penjualan listrik akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika X
adalah jumlah pelanggan, maka semakin bertambah jumlah pelanggan maka hasil penjualan
listrik akan meningkat, dan seterusnya. Jika X adalah merupakan interval waktu, maka bentuk
regresi sederhana ini termasuk dalam kelompok metode time series. Contoh gambar dan
bentuk persamaan regresi linier sederhana seperti berikut.
b). Metode regresi linier berganda, dengan bentuk persamaan fungsi sebuah bidang
seperti berikut
Sebagai contoh, penjualan listrik Y akan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi
(dinyatakan sebagai X1), pertambahan jumlah penduduk (dinyatakan sebagai X2), dengan
anggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk tidak saling
mempengaruhi. Atau dengan kata lain bahwa diantara kedua variabel bebas tersebut (X1, dan
X2) tidak ada saling ada kebergantungan atau tidak saling mempengaruhi.
Berikut contoh regresi yang menyatakan hubungan antara penjualan listrik dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk, membentuk persamaan sebagai
berikut : Y = 101,0596 + 0,09813 X1 - 0,75991 X2
Metode regresi non linier ialah bentuk hubungan atau fungsi di mana variabel bebas X dan atau
variabel tak bebas Y dapat berfungsi sebagai faktor atau variabel dengan pangkat tertentu.
Selain itu, variabel bebas X dan atau variabel tak bebas Y dapat berfungsi sebagai penyebut
(fungsi pecahan), maupun variabel X dan atau variabel Y dapat berfungsi sebagai pangkat
fungsi eksponen atau fungsi perpangkatan.
a). Regresi polinomial, ialah regresi dengan sebuah variabel bebas sebagai faktor dengan
pangkat terurut. Bentuk-bentuk fungsinya adalah sebagai berikut.
Selain bentuk fungsi di atas, ada suatu bentuk lain dari fungsi kuadratik, yaitu dengan
persamaan:
Y = a + bX + cX(1/2) atau
Y = a + bX + cX
Y = a + bX + cX + dX3.
variabel bebas X atau variabel tak bebas Y, dapat berfungsi sebagai penyebut sehingga regresi
ini disebut regresi dengan fungsi pecahan atau fungsi resiprok. Regresi ini mempunyai bentuk
fungsi seperti:
1/Y = a + bX atau
Y = a + b/X.
c). Regresi fungsi perpangkatan atau geometrik. Pada regresi ini mempunyai bentuk fungsi
yang berbeda dengan fungsi polinomial maupun fungsi eksponensial. Regresi ini mempunyai
bentuk fungsi: Y = a + bX.
d). Regresi eksponensial. Regresi eksponensial ialah regresi dimana variabel bebas X
berfungsi sebagai pangkat atau eksponen. Bentuk fungsi regresi ini adalah:
Y = a ebX atau
Y = a 10bX
1/Y = a + becX, ini disebut kurva logistik atau "tipe umum dari model pertumbuhan".
Y = e(a + b/X), disebut dengan transformasi logaritmik resiprokal, yang umum disebut dengan
model Gompertz
e). Regresi logaritmik. Bentuk fungsi dari regresi ini adalah dimana variabel bebas Y berfungsi
sebagai pangkat (eksponen) dan variabel bebas X mempunyai bentuk perpangkatan.
f). Regresi fungsi geometri. Bentuk dari fungsi ini adalah berupa regresi linier berganda di mana
dalam fungsi ini terdapat fungsi trigonometri.
Bentuk fungsi ini disebut kurva Faurier. Selain itu, ada lagi bentuk-bentuk yang lebih kompleks
seperti:
Berikut beberapa contoh gambar grafik trend eksponensial, dengan bentuk persamaan
seperti berikut.
Y = k + abX
dengan koefisien regresi a dan b pada berbagai nilai positip dan negatip.
Didalam metode regresi, indikator statistik digunakan untuk menggambarkan tingkat atau
derajat keeratan hubungan antara variabel tidak bebas Y dengan variabel bebas X1, X2,
X3, ....... Xn, baik secara bersama-sama maupun secara individu. Selain itu, juga untuk melihat
keeratan hubungan diantara variabel bebas X1, X2, X3, ....... Xn itu sendiri. Metode regresi
yang ideal mensyaratkan bahwa diantara variabel X1, X2, X3, ....... Xn tidak ada saling
kebergantungan atau minim korelasi.
Perlu diketahui bahwa hubungan antar variabel dapat dibuat regresinya, namun demikian tidak
semua variabel atau gejala-gejala alam dapat dicari korelasinya. Oleh karena itu, agar lebih
berhati-hati dalam menggunakan alat statistika ini didalam penarikan kesimpulan, lebih-lebih
membuat suatu keputusan yang lebih jauh. Akan tetapi, yang jelas bahwa indikator statistik
dapat memberikan sumbangan atau pandangan yang lebih jauh terhadap masalah yang
Korelasi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan derajat
keeratan atau tingkat hubungan antar variabel-variabel, dan dinyatakan dengan koefisien
korelasi r atau R. Dalam analisis korelasi tidak mempersoalkan apakah variabel yang satu
tergantung pada variabel yang lain atau sebaliknya. Metode korelasi dapat dipakai untuk
mengukur derajat keeratan hubungan antara variabel bebas X dengan variabel tidak bebas Y.
Pada umumnya dan juga didalam Microsoft Office Excel, kedua macam korelasi r dan R
dinyatakan dengan simbul R atau Mulitple R, yang menunjukkan keeratan hubungan antara
variabel bebas (X1, X2, X3, ....... Xn) secara serentak dengan variabel tidak bebas Y.
Besar nilai R berada diantara 0 dan 1 atau ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ). Jika R = 1 maka korelasi antara
kedua variabel sangat erat dan sebaliknya jika R = 0, maka kedua variabel tersebut tidak ada
korelasi.
2
14.7.2 Koefisien Determinasi R Square ( R )
Koefisien korelasi R yang dikuadratkan akan memberikan suatu nilai tertentu R2 yang disebut
koefisien determinasi atau koefisien penentu atau indeks penentu, yang menyatakan seberapa
besar (prosentase) hubungan antara variabel bebas (X1, X2, X3, ....... Xn) secara serentak
dengan variabel tidak bebas Y.
korelasi antara kedua variabel sangat erat dan sebaliknya jika R2 = 0, maka kedua variabel
tersebut tidak ada korelasi. Misalnya, jika R2 mempunyai nilai 0,84 maka dapat diartikan bahwa
84% variabel tidak bebas Y dipengaruhi oleh variabel bebas (X1, X2, X3, ....... Xn) secara
serentak, sisanya 16% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dinyatakan dalam persamaan
regresi.
Pada prakteknya, kemungkinan akan ditemui suatu kondisi dimana nilai R2 lebih rendah dari
0,6 dan ini menyatakan bahwa persamaan itu tidak banyak menjelaskan kebergantungan suatu
variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal antara
lain: tidak tepat saat memilih persamaan, atau data yang tersedia tidak cukup, atau datanya
acak tidak beraturan.
Oleh karena itu, banyak peneliti yang menyarankan untuk menggunakan Adjusted R Square
( AR ). Interpretasinya sama dengan R2 akan tetapi nilai AR dapat naik atau turun dengan
adanya penambahan variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan
tersebut dengan variabel terikatnya.
Nilai AR dapat bernilai negatif, sehingga jika nilainya negatif, maka nilai tersebut dianggap 0,
atau variabel bebas sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan variabel tidak bebas
(dependent variable) nya.
(AR) digunakan untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas.
Bilangan atau nilai t statistik sering disebut dengan istilah t-Value, dipergunakan untuk menguji
derajat keeratan hubungan antara variabel tidak bebas Y dengan masing-masing variabel
bebas X secara individu atau parsial yaitu (Y dengan X1), (Y dengan X2), (Y dengan X3), dan
seterusnya.
‒ Variabel bebas X yang dipilih tidak penting atau tidak mempunyai hubungan
dengan variabel tidak bebas Y.
‒ Data yang digunakan sedikit dan tidak mencukupi untuk menghasilkan estimasi
yang baik.
‒ Variabel bebas X1, X2, X3, ...Xn pada model, mempunyai kaitan yang erat antara yang
satu dengan lainnya (multi collinearity).
Indikator Durbin-Watson (DW) digunakan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar variabel
bebas yaitu antara X1 dengan X2, X1 dengan X3, X2 dengan X3, dan seterusnya. Pada
persamaan regresi linier sederhana dengan variabel bebas merupakan interval waktu (time
series), maka uji DW ini digunakan untuk melihat apakah ada korelasi antara nilai pada periode
t dengan nilai pada periode sebelumnya (t-1).
Nilai Durbin-Watson (DW) yang dapat diterima adalah 1 ≤ DW ≤ 3, dengan kriteria sebagai
berikut:
‒ Spesifikasi bias, bila dalam model tidak menyertakan variabel yang memang
sangat relevan pada model.
‒ Salah bentuk fungsi, misalnya fungsi yang seharusnya non linier tetapi digunakan
fungsi linier.
‒ Pengaruh time lag, selain dipengaruhi variabel pada periode t juga dipengaruhi
pula variabel pada periode t-1.
Multikolinieritas adalah kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel- variabel
bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linier. Padahal pada model
regresi linier berganda tidak boleh terjadi kondisi seperti ini dan itu berarti menyalahi asumsi
dasar regresi linier berganda. Multikolinieritas tidak bisa terjadi pada regresi yang mempunyai
satu variabel bebas.
Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linier berganda mengalami
multikolinieritas adalah:
‒ Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien model regresi (misal nilainya menjadi lebih
besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau pengeluaran sebuah variabel bebas dari
model regresi.
‒ Diperoleh nilai R-square yang besar, sedangkan koefisien regresi tidak signifikan pada uji
parsial.
‒ Tanda (+ atau -) pada koefisien model regresi berlawanan dengan yang disebutkan dalam
teori (atau logika). Misal, pada teori (atau logika) seharusnya b1 bertanda (+), namun yang
diperoleh justru bertanda (-).
‒ Nilai standard error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar dari yang sebenarnya
(overestimated)
‒ Diperiksa menggunakan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF > 10 berarti telah terjadi
multikolinieritas yang serius di dalam model regresi yang dibentuk.
setaip variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Meregresikan variabel bebas X1
dengan X2, X1 dengan X3, dan X2 dengan X3. Selanjutnya nilai r2 dibandingkan dengan R2
dan jika nilai r2 lebih kecil dari R2, maka tidak terjadi multikolinieritas serta sebaliknya.
Perkembangan ekonomi suatu negara pada periode tahun tertentu dinyatakan dengan istilah
Gross Domestic Product (GDP) atau dalam dalam bahasa Indonesia disebut Produk Domestik
Bruto (PDB). Jika lingkup wilayah yang dihitung hanya tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota,
maka dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sebenarnya masih ada
beberapa istilah lain seperti Gross National Product (GNP), Gross Domestic Income (GNI) dan
sebagainya. Namun dalam pemakaian selanjutnya untuk menghitung prakiraan kebutuhan
listrik hanya PDB dan PDRB, maka yang akan dibahas lebih lanjut hanya kedua istilah
tersebut.
Perekonomi suatu negara atau wilayah atau kawasan dikatakan tumbuh jika jumlah produk
barang dan jasanya meningkat atau mengalami perkembangan.
Laju pertubuhan ekonomi adalah suatu angka dalam prosentase yang memperlihatkan tinggi
rendahnya atau cepat lambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara atau kawasan dalam
satu tahun tertentu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Secara sederhana, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
adalah hasil total output produksi barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan mata
uang, dalam suatu wilayah perekonomian (negara) dengan tidak memperhitungkan pemilik
faktor produksi, pada satu periode tertentu, misal tahunan atau kuartalan. Jadi jelas bahwa
batasannya adalah wilayah dan buka siapa pemilik faktor produksi serta periode waktu
pengamatan. Artinya, produk barang dan jasa tersebut termasuk yang dihasilkan oleh
warga asing yang berada di Indonesia dan tidak termasuk yang dihasilkan warga Indonesia
yang berada diluar negeri.
Berbada dengan Gross National Product (GNP) yang batasannya adalah bukan
pada wilayah tetapi pada kewarganegaraan pemilik faktor produksi.
Jika PDB dinyatakan dalam persamaan matematika, dapat ditulis sebagai berikut:
PDB = C + G + I + ( X - M )
dimana :
C : Konsumsi/pengeluaran rumah tangga
G : pengeluaran pemerintah
I : pengeluaran investasi
X : ekspor
M : impor
Dalam konteks untuk menghitung prakiraan kebutuhan listrik, maka yang diperlukan adalah
nilai nominal PDB atau PDRB masa lalu dan proyeksi PDB atau PDRB yang akan datang,
menurut harga kontan tahun 2000.
Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga-harga produk berdasarkan uang yang
berlaku dipasar, atau dapat juga diartikan sebagai ukuran tingkat harga rata-rata barang dan
jasa. Ada tiga mcam indeks harga, yaitu:
a) Indeks harga konsumen (consumer price index – CPI), mengukur biaya sekelompok
barang dan jasa di pasar. Harga tersebut berupa harga-harga makanan, pakaian, pemukiman,
transportasi, kesehatan, pendidikan dan komoditas lainnya yang akan dibeli konsumen
untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, perhitungan CPI didasarkan pada
perubahan harga 200 – 225 komoditas dari 27 ibu kota provinsi. Secara garis besar, komoditas
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu sandang, pangan, papan dan
keperluan barang jasa lain.
b) Indeks harga produsen (producer price index – PPI), mengukur tingkat harga pada
tingkat produsen atau pedagang besar. Perhitungan indeks harga produsen didasarkan pada
perubahan berbagai jenis barang, yaitu: pertanian 44 komoditas, pertambangan 6 komoditas,
indutri 140 komoditas, impor 38 komoditas, ekspor 38 komoditas.
c) GDP deflator (Deflator GDP), merupakan rasio GNP nominal dan GNP riel. Sementara
GNP itu sendiri adalah GDP + Net Factor Payment (penerimaan bersih dari luar negeri). GNP
nominal merupakan nilai produk yang dihitung berdasarkan harga yang berlaku ketika produk
tersebut dihasilkan. Sedangkan GNP riel merupakan nilai produk dihitung berdasarkan harga
tahun-tahun tertentu atau sering disebut sebagai harga konstan pada tahun tertentu.
14.11 Inflasi
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan
berlangsung secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu, minimal satu bulan.
Misal kenaikan BBM sehingga berpengaruh pada harga-harga lain sehingga secara umum
semua produk hampir mengalami kenaikan harga.
Indikator untuk menghitung laju inflasi adalah indeks harga konsumen (CPI), indeks harga
produsen atau perdagangan besar.
Jika inflasi tinggi dan tidak menentu, maka akan bisa mengakibatkan antara lain:
‒ Menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara/kawasan karena tidak ada investasi di
sektor produktif yang akan masuk.
‒ Pada saat kondisi harga tidak menentu, maka para pemilik modal cenderung menanamkan
modalnya dalam bentuk aset tidak bergerak seperti pembelian tanah, rumah dan
bangunan, sehingga investasi sektor produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.
‒ Menimbulkan efek yang buruk pada sektor perdagangan dan mematikan pengusaha dalam
negeri.
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan listrik, antara lain:
Tingkat pendapatan masyarakat yang meningkat termasuk pelanggan existing yang sudah
tersambung ke PLN sebagai akibat dinamika ekonomi yang terus tumbuh, akan
menyebabkan peluang untuk membeli peralatan listrik menjadi semakin besar, sehingga
konsumsi listriknya akan meningkat pula. Demikian juga pada sektor produksi dan
perdagangan, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi banyak investasi
baru maupun perluasan sehingga kebutuhan tenaga listrik juga akan meningkat.
Berdasarkan pengalaman selama ini, setiap ekonomi tumbuh 1% akan meningkatkan
kebutuhan listrik antara 1% sampai 2%. Artinya, elastisitas pertumbuhan kebutuhan listrik
terhadap pertumbuhan ekonomi berkisar antara 1 sampai 2, atau dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu faktor dominan pada peningkatan kebutuhan
tenaga listrik.
Pada tataran praktis untuk menghitung kebutuhan tenaga listrik, maka diperlukan data
realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa tahun kebelakang dan proyeksi pertumbuhan
ekonomi beberapa tahun kedepan sesuai dengan cakupan periode waktu perencanaan.
Data pertumbuhan ekonomi dapat diperoleh pada institusi yang berwenang, sebagai berikut:
‒ Data realisasi pertumbuhan ekonomi, dapat diperoleh di BPS Pusat maupun BPS Daerah
sesuai dengan lingkup kewenangannya.
‒ Data proyeksi pertumbuhan ekonomi kedepan, dapat diperoleh dari Bappenas atau
Bappeda setempat, RPJMN, RUKN, dan RAPBN/RAPBD.
Pengelompokan PDB atau PDRB per kelompok tarif listrik sebagai berikut:
Berdasarkan pengalaman selama ini, pertambahan jumlah penduduk menjadi salah satu
faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga listrik selain pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, dalam membuat perhitungan kebutuhan tenaga listrik,
diperlukan data realiasi jumlah penduduk dalam beberapa tahun kebelakang dan proyeksi
jumlah penduduk dalam beberapa tahun kedepan.
‒ Data realiasi jumlah penduduk, diperoleh dari BPS Nasional dan BPS setempat berdasarkan
hasil sensus penduduk.
‒ Data proyeksi jumlah penduduk, dapat diperoleh melalui buku “Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010 – 2035”, yang diterbitkan oleh Bappenas, BPS dan UNFPA (United Nations
Population Fund).
Banyaknya jumlah calon pelanggan rumah tangga yang akan disambung untuk mendapatkan
pasokan listrik, akan mempengaruhi tingkat kebutuhan listrik. Semakin banyak jumlah calon
pelanggan yang akan disambung akan semakin besar kebutuhan tenaga listriknya, atau
dengan kata lain semakin dipercepat pencapaian rasio elektrifikasi akan semakin tinggi tenaga
listrik yang dibutuhkan.
Data proyeksi pencapaian rasio elektrifikasi dapat diperoleh pada buku Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM).
Harga listrik adalah harga yang dibayar oleh konsumen dalam mengkonsumsi tenaga listrik.
Bila harga listrik murah, maka konsumen cenderung menggunakan listrik lebih boros sehingga
konsumsi tenaga listriknya akan meningkat. Demikian sebaliknya, sesuai dengan hukum
ekonomi, makin tinggi harga listrik, maka konsumen cenderung berusaha menghemat agar
konsumsi tenaga listrik makin berkurang sehingga harga yang dibayar tidak naik signifikan.
Data realisasi harga jual rata-rata listrik PLN kepada pelanggan dapat di buku statistik tahunan
PLN. Namun tidak demikain halnya dengan prakiraan harga jual listrik PLN kepada
pelanggannya untuk beberapa tahun kedepan, akan sulit diperoleh dan bahkan tidak akan ada
lembaga/institusi yang bisa memperkirakan harga jual kedepan mengingat penetapan harga
jual listrik PLN sangat dipengaruhi oleh situasi politik yang sedang berjalan.
Energi substitusi merupakan energi yang dapat digunakan sebagai pengganti fungsi energi
listrik, seperti minyak tanah, gas, bahan bakar diesel, bio mass, dan lain-lain. Pemakaian
minyak tanah oleh masyarakat seperti untuk memasak, untuk lampu penerangan, sesuai
hukum ekonomi dengan membandingkan jika harga listrik lebih murah, maka masyarakat
pemakai minyak tanah akan beralih ke listrik sehingga kebutuhan listriknya meningkat.
Demikian pula untuk sektor industri yang menggunakan pembangkit sendiri tenaga diesel,
dengan harga minyak diesel naik, sesuai hukum ekonomi maka industri akan beralih
menggunakan listrik dari perusahaan listrik yang harganya lebih murah.
14.13 Ekonometri
Ekonometri adalah suatu ilmu yang memanfaatkan metematika dan teori statistik dalam
mencari nilai parameter dari pada hubungan ekonomi sebagaimana didalilkan oleh teori
ekonomi. Karena itu, dalam praktek, ekonometri menggabungkan teori ekonomi dengan
matematika dan teori statistik. Yang perlu diingat bahwa matematika dan teori statistik
hanya merupakan alat bantu dalam melakukan analisis ekonometri yang pada hakekatnya
lebih merupakan analisis ekonomi.
Metode ekonometri merupakan suatu metode untuk menganalisis fenomena-fenomena
ekonomi dengan menggunakan gabungan dari teori ekonomi, matematika dan statistika.
Model ekonometri yang juga disebut model tingkah laku atau model struktur ekonomi yang
dirumuskan melalui hubungan matematika itu yang kemudian diterapkan pada data empirik
yang dianalisis menggunakan metode statistika, sehingga dapat ditemukan hubungan-
hubungan ekonomi yang bersifat pembuktian.
Sebagai contoh: ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat apabila pasokan listrik
tersedia dalam jumlah yang melimpah dan infrastruktur jalan serta pelabuhan sudah baik.
Apabila statemen tersebut dapat dinyatakan secara terukur dalam bentuk suatu model
matematis yang menggambarkan derajat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
kesiapan listrik, panjang jalan dan jumlah pelabuhan, melalui data-data statistik masa
lampau, maka hubungan tersebut dikatakan sebagai ekonometri.
Begitu juga sebaliknya, kebutuhan listrik akan meningkat seiring dengan kecepatan
pertumbuhan ekonomi, dan korelasi ini bisa dinyatakan dalam persamaan matematis
(model ekopnometri) yang menggambarkan derajat korelasi diantara keduanya.
Dengan menggunakan persamaan regresi, model hubungan antara konsumsi tenaga listrik
dengan pendapatan dapat dibentuk jika hasil regresi memenuhi kriteria uji statistik.
Sebagaimana disebutkan didalam pendahaluan bahwa aplikasi Simple-E ini berbasis pada
metode statistik dengan memanfaatkan kemampuan fungsi statistik yang ada didalam
Microsoft Excel. Aplikasi Simple-E dikembangkan oleh Kaoru Yamaguchi, Ph.D. dari
Institut of Energy Economics (IEE) Japan dan telah digunakan dilingkungan kementerian
ESDM, termasuk di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. Aplikasi Simple-E merupakan
suatu modul yang disisipkan didalam Microsoft Excel, ditempatkan pada Add-In.
Seperti terlihat pada diagram diatas, aplikasi Simple-E terdiri tiga bagian utama yaitu :
‒ Sheet Data, untuk mengisi (input) data-data : pengusahaan (energi jual, daya
kontrak, jumlah pelanggan), pertumbuhan ekonomi masa lalu, jumlah penduduk,
dan data-data prakiraan masa datang. Pengkodean atau penamaan data dimulai
pada saat mengisi data-data.
Dalam penggunaannya, aplikasi Simple-E ini cukup mudah dan informatif, karena berbasis
Microsft office excel dan ditunjang oleh beberapa kemampuannya antara lain:
Aplikasi Simple-E dan termasuk MicroSoft Office Excel dapat digunakan untuk menghitung
prakiraan kebutuhan tenaga listrik, bergantung pada horizon waktu yang dibutuhkan. Untuk
keperluan perhitungan kebutuhan tenaga listrik jangka pendek, dapat digunakan metode
time series dan hasilnya cukup baik. Sedangkan untuk menghitung prakiraan kebutuhan
listrik jangka panjang, akan lebih baik dan lebih tepat jika menggunakan metode Regresi
yang hasilnya lebih baik dibanding dengan metode lainnya.
Hasil dari perhitungan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
‒ Ketersediaan data, baik dari segi jumlah maupun kualitas data.
‒ Ketepatan memilih model yang sesuai
‒ Kemampuan menganalisa output yang dihasilkan.
Prakiraan kebutuhan tenaga listrik, dihitung dari penjualan sesuai masing-masing kelompok
tarif listrik PLN yaitu kelompok Rumah Tangga, Bisnis, Industri dan Publik, dengan tahapan
sebagai berikut:
Secara ringkas, perhitungan prakiraan penjualan tenaga listrik (GWh) dengan aplikasi
Simple-E dapat dijelaskan sebagai berikut:
– Berdasarkan pengalaman, metode yang paling cocok digunakan untuk menghitung
prakiraan penjualan tenaga listrik jangka panjang (misal 10 tahun) adalah Regresi
(khususnya Ekonometri) dengan variabel bebas adalah pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan jumlah penduduk, dan target rasio elektrifikasi.
– Prakiraan penjualan energi listrik (GWh) sebaiknya dihitung per-kelompok tarif
sesuai dengan perilaku pelanggan. Hasil perhitungan per kelompok tarif kemudian
dijumlahkan sehingga menghasilkan prakiraan penjualan total tahunan.
– Secara bersamaan juga dihitung prakiraan daya kontrak dan prakiraan jumlah
pelanggan per-tahun dengan memperhitungkan target rasio elektrifikasi.
Untuk menyelaraskan antara prakiraan penjualan dengan prakiraan daya terkontrak agar
tetap wajar, maka perlu diteliti dengan melihat kewajaran perkembangan jam nyala dalam
beberapa tahun kedepan (misal 10 tahun), dengan persamaan seperti berikut.
– Beban puncak dihitung berdasarkan prakiraan energi jual yang dihasilkan dengan
memperhitungkan ruagi-rugi jaringan, pemakaian sendiri dan faktor beban (load
Berbicara mengenai rencana pengembangan sistem, maka pembangkit yang akan dibangun
harus mampu melayani seluruh beban pada pelanggan dan untuk pemakaian sendiri pada
instalasi pembangkit, gardu induk dan gardu distribusi. Selain itu, tidak semua energi listrik
yang dibangkitkan akan tersalur sampai ke pelanggan karena sebagian akan berubah menjadi
panas sebagai rugi-rugi jaringan. Dengan demikian, pembangkit yang akan dibangun juga
harus memperhitungkan adanya rugi-rugi (losses) di jaringan. Secara sederhana, energi yang
diproduksi pembangkit per-tahun merupakan penjumlahan dari energi jual, energi untuk
pemakaian sendiri dan rugi-rugi jaringan.
Energi jual merupakan output dari demand forecast dengan Simple-E, pemakaian sendiri
diperoleh dari data lapangan dan losses jaringan merupakan hasil proyeksi/target.
Merupakan rugi-rugi yang terjadi pada jaringan transmisi dan jaringan distribusi baik rugi-rugi
teknis maupun non-teknis. Besar rugi-rugi jaringan pada periode beberapa tahun kedepan,
merupakan target yang diberikan oleh Pemerintah yaitu Kementerian ESDM kepada PLN
dan dijabarkan kedalam target masing-masing PLN Wilayah/Distribusi/P3B.
Kondisi jaringan dari tahun ke tahun diharapkan ada perbaikan melalui investasi,
sehingga rugi-rugi yang terjadi pada jaringan juga akan semakin menurun. Besar rugi-rugi
jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
– Besar arus listrik yang mengalir pada jaringan
– Ukuran penampang penghantar
– Konfigurasi jaringan
– Pola operasi pembangkitan dapat mempengaruhi arus yang mengalir pada penghantar
– Kualitas jaringan itu sendiri.
Adalah energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan peralatan penunjang pada
instalasi pembangkit (seperti motor-motor), gardu induk dan gardu distribusi. Setiap jenis
pembangkit, memerlukan pasokan daya dan energi yang berbeda untuk melayanai
Merupakan perbandingan antara beban rata-rata dengan beban puncak tertinggi selama
periode tertentu. Besar faktor beban dipengaruhi oleh perilaku pemakaian listrik oleh
pelanggan. Pelanggan rumah tangga menggunakan listrik pada malam hari jauh lebih
tinggi dibanding siang hari karena sebagian besar untuk keperluan penerangan, sehingga
faktor bebannya rendah.
Sebaliknya untuk pelanggan industri, menggunakan listrik pada siang hari jauh lebih besar
dibanding pada malam hari karena untuk proses produksi. Demikian juga untuk
kelompok pelanggan bisnis dan publik, mempunyai pola pemakaian yang berbeda.
Gabungan pola pemakaian listrik pada semua kelompok pelanggan akan menghasilkan
faktor beban sistem.
Oleh karena itu, faktor beban disetiap sistem akan berbeda-beda, bergantung
komposisi kelompok pelanggan yang tersambung ke sistem tersebut.
Pada sistem yang melayani banyak pelanggan (dominan) rumah tangga seperti dikawasan
Timur Indonesia atau daerah perdesaan, akan mempunyai faktor beban yang relatif rendah
sekitar 50% sampai 55%. Sebaliknya pada sistem yang melayani banyak pelanggan
industri seperti di Jawa, mempunyai faktor beban yang lebih tinggi sekitar 75% sampai
80% karena perbedaan antara beban siang dan malam hari relatif kecil.
Bebarapa contoh karekteristik beban sistem kelistrikan per kelompok tarif listrik,
sebagaimana gambar berikut.
Beban puncak tertinggi merupakan akumulasi dari beban-beban yang tersambung ke sistem
kelistrikan PLN setempat pada periode waktu tertentu. Pada umumnya beban puncak
sistem di Indonesia terjadi pada malam hari, kecuali daerah Jakarta dan Tangerang yang
terjadi pada siang hari karena banyak pelanggan bisnis dan industri. Beban puncak sistem
sangat dipengaruhi oleh perilaku penggunaan listrik oleh konsumen sebagaimana terlihat
Perhitungan beban puncak tertinggi sistem per-tahun disisi hulu (produksi) digunakan
sebagai dasar untuk merencanakan pemenuhan kebutuhan tambahan kapasitas
pembangkit.
Beban puncak tertinggi pada setiap gardu induk tentu tidak selalu terjadi dalam waktu
yang bersamaan, baik hari maupun jam terjadinya. Sementara pada sistem yang melayani
banyak gardu induk, pada suatu saat akan terjadi kondisi dimana beban sistem mencapai
puncak tertinggi pada periode waktu tertentu, yang waktu terjadinya bisa bersamaan
dengan gardu induk atau bisa juga berbeda.
Ketidaksamaan waktu terjadinya beban puncak tertinggi sistem dengan beban puncak
tertinggi gardu induk yang dilayani pada periode waktu tertentu itulah yang dinamakan faktor
keserempakan (coincident factor). Ketersediaan data tentang coincident factor suatu sistem
diperlukan untuk menghitung kebutuhan tambahan kapasitas gardu induk atau trafo baru.
Hal ini terjadi karena beban puncak dihitung pertama kali dimulai pada sisi hulu di
pembangkit, kemudian diturunkan (break down) menjadi beban gardu induk. Secara
matematika, coincident factor dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut.
Keluaran (output) perhitungan prakiraan kebutuhan tenaga listrik adalah proyeksi penjualan
dan produksi tenaga listrik (GWh) per kelompok tarif per-tahun dan proyeksi beban
puncak per-tahun untuk satu wilayah Provinsi / Kabupaten / Kota. Pada tahap berikutnya,
keluaran hasil perhitungan diatas diturunkan (di break down) menjadi prakiraan kebutuhan
listrik per sistem dalam bantuk lebih sederhana, memuat data produksi pembangkit
(GWh), beban puncak per-sistem (MW) dan load factor sistem.
ETAP adalah paket grafis yang berjalan pada Microsoft Windows 2003, 2008 , XP , Vista , dan
7 sistem operasi . ETAP adalah alat yang paling komprehensif , analisis untuk desain dan
pengujian sistem daya yang tersedia . Menggunakan standar modul simulasi offline , ETAP
dapat memanfaatkan data real-time operasi adalah untuk memantau canggih , simulasi real-
time , optimasi , sistem manajemen energi , dan kecepatan tinggi shedding beban cerdas .
16.1 Spesifikasi
MODELING
Virtual reality operation
Total integration of data (electrical, logical, mechanical, and physical attributes)
Looped and radial systems
Unlimited isolated sub-systems
No system connection limitations
Multiple loading conditions
Multi-level nesting of sub-systems
FEATURES
Five levels of automatic error checking
Dynamic help line and error messaging
Message logger to track program usage and access
Multiple user access levels
ODBC (open database connectivity) - use Microsoft Access, SQL, Oracle, etc.
Manages maintenance data via info, remarks, and comment pages
Merge independent ETAP project files
Convert project files between databases such as Microsoft Access, SQL, and Oracle
Integrated 1-phase, 3-phase, and DC systems
Integrated one-line diagram and underground raceway systems
Integrated one-line diagram and device coordination/selectivity module
Common database for all studies
Simplicity in data entry
Multiple sub-systems and swing machines
User-controlled auto save and transaction
User-controlled default settings for all components
Typical data for motors, generators, transformers, reactors, governors, and exciters
Individual LTC time delays (initial and operating)
No voltage limitations
Unlimited protective and metering device connections to branches and loads
Unlimited load connections to a single bus
Any system frequency
English and metric unit systems
25 character component IDs
Raw manufacturer data entry
Individual and global load demand and diversity factors
Temperature sensitive cable resistance for all studies
Element navigator
Lumped loading
Equipment cables for loads, eliminating requirement for terminal buses
Edited by and checked by data stamping
Date stamping of all data changes
Intelligent editors with user-defined data fields
Analysis-dependent data entry requirements
Multiple user network support
Compatible database with ETAP Real-Time for real-time monitoring, simulation, and
supervisory control
Toolbar accessible Preferences pane for preference modification while ETAP is running
ONE-LINE DIAGRAMS
Unlimited one-line diagram presentations
ETAP Analisis Beban Arus Modul menghitung tegangan bus , faktor daya cabang , arus , dan
arus listrik seluruh sistem listrik . ETAP memungkinkan untuk ayunan , tegangan diatur , dan
sumber daya yang tidak diatur dengan beberapa jaringan listrik dan koneksi pembangkit . Hal
ini mampu melakukan analisis pada kedua radial dan loop sistem . ETAP memungkinkan Anda
untuk memilih dari beberapa metode yang berbeda untuk mencapai efisiensi perhitungan
terbaik .
Pilih Study Case dari the Study Case Editor. Kemudian Klik
Run Load Flow Study icon untuk studi aliran daya. dialog
box akan muncul untuk menspesifikasikan output laporan
jika diset dengan nama prompt. Hasil study akan muncul
pada diagram garis tunggal dan pada output laporan.
Load Flow Study Case Editor berisi variabel solusi kontrol , kondisi pembebanan , dan berbagai
pilihan untuk laporan output. ETAP Memungkinkan Anda untuk membuat dan menyimpan jumlah
yang tidak terbatas studi kasus . perhitungan beban aliran dilakukan dan dilaporkan sesuai
dengan pengaturan dari studi kasus yang dipilih pada toolbar . Anda dapat dengan mudah beralih
di antara kasus studi tanpa harus me-reset studi kasus pilihan setiap kali . Fitur ini dirancang
untuk mengatur Upaya studi Anda dan menghemat waktu .
Ada 3 metoda yang bisa dipilih dalam memilih perhitungan analisa aliran daya. 3 Metode yang
tersedia adalah: Newton-Raphson, Fast-decoupled, and Accelerated Gauss-Seidel.
Gambar Analisa Aliran Daya (Load Flow Analysis)-33Studay Case Load FLow
Program ETAP Short- Circuit Analisis menganalisis pengaruh 3 - phase , 1 - fase , line- ke-darat
, LineTo -line , dan garis - to- line- ke-darat kesalahan pada sistem tenaga listrik . program
menghitung total arus pendek sirkuit serta kontribusi dari motor individu , generator , dan dasi
utilitas dalam sistem . tugas kesalahan yang sesuai dengan edisi terbaru dari Standar ANSI /
IEEE ( C37 series ) dan Standar IEC ( IEC 60909 dan lain-lain ) .
This toolbar is active when you are in Short-Circuit Mode and the standard is set to
IEC in the ShortCircuit Study Case Editor.
3-
Editor Study Case berisi variabel kontrol solusi , pilihan gangguan bus , dan berbagai pilihan
untuk laporan output. ETAP memungkinkan Anda untuk membuat dan menyimpan jumlah yang
tidak terbatas Studi Kasus . perhitungan arus hubung singkat dilakukan dan dilaporkan sesuai
dengan pengaturan dari Studi Kasus dipilih pada toolbar . Anda dapat dengan mudah beralih di
antara Studi Kasus tanpa kesulitan ulang opsi Studi Kasus setiap kali . Fitur ini dirancang untuk
mengatur upaya studi Anda dan menghemat waktu Anda.
Toolbar Optimal Capacitor Placement (OCP) muncul ketika ETAP ada pada mode OCP. Ikon
toolbar OCP ditunjukkan dan digambarkan dibawah ini.
Alert View
Report Manager
Optimal Capacitor Placement Plots Halt Current Calculation
Get On-Line Data
Get Archived Data
Optimal Capacitor Placement ( OCP ) Editor Study Case berisi variabel kontrol solusi . ETAP
memungkinkan Anda untuk membuat dan menyimpan jumlah yang tidak terbatas studi kasus
untuk setiap jenis studi . Sama seperti dalam jenis penelitian lainnya , adalah mungkin untuk
beralih di antara berbagai Kasus OCP Study . Fitur ini memungkinkan Anda untuk mengatur
upaya studi dan menghemat waktu .