Anda di halaman 1dari 136

Mata Pelajaran 9

PERENCANAAN
JARINGAN DISTRIBUSI
9. PERENCANAAN JARINGAN
DISTRIBUSI

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu


merencanakan jaringan distribusi sesuai ketentuan
yang berlaku di perusahaan dengan baik dan benar.

DURASI : 40 JP

PENYUSUN : 1. Stozn Romeo


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vii
9. KRITERIA DESAIN JARINGAN DISTRIBUSI 1
9.1 KONSEP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK 1
9.2 KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI 3
9.3 KONTINUITAS PENYALURAN 8
9.4 SISTEM PEMBUMIAN 9
9.4.1 Pembumian Transformator Daya Gardu Induk pada Sisi Tegangan Menengah 9
9.4.2 Pembumian Transformator Distribusi pada Sisi Tegangan Rendah. 10
9.4.3 Pembumian Lightning Arrester. 10
9.5 SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 11
9.5.1 Konsep Perencanaan 11
9.5.2 Proteksi Jaringan 11
9.5.3 Melokalisir Titik Gangguan 19
9.5.4 Konstruksi SUTM 19
9.5.5 Penggunaan Tiang 20
9.5.6 Area Jangkauan Pelayanan 20
9.6 SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 21
9.6.1 Konsep Perencanaan 21
9.6.2 Proteksi Jaringan 22
9.6.3 Konstruksi SKTM 23
9.6.4 Konsep Isolir Gangguan 23
9.6.5 Area Jangkauan Pelayanan 23
9.7 Gardu Distribusi 24
9.7.1 Gardu Distribusi Pasangan Luar 24
9.7.2 Gardu Distribusi Pasangan Dalam 25
9.8 AREA P E L A Y A N A N G A R D U 27
9.8.1 Area Pelayanan Gardu Induk (Service Area) 28
9.8.2 Area Pelayanan Gardu Distribusi 31

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


9.9 JARINGAN TEGANGAN RENDAH 32
9.9.1 Konstruksi Saluran Udara 32
9.9.2 Konstruksi Saluran Bawah Tanah 32
9.9.3 Proteksi Jaringan dan Pembumian 32
9.10 SAMBUNGAN PELAYANAN 33
9.10.1 Konstruksi Saluran Udara 33
9.10.2 Konstruksi Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah Bawah Tanah 34
9.10.3 Sambungan Pelayanan Pelanggan Tegangan Menengah 34
9.10.4 Intalasi Alat Pembatas dan Pengukur (APP) 35
9.11 PARAMETER-PARAMETER RANCANGAN KONSTRUKSI 35
9.11.1 Parameter Listrik 35
9.11.2 Parameter Lingkungan 36
9.11.3 Parameter Material 36
9.12 PENYUSUNAN KKO & KKF 38
9.12.1 Pengertian Umum 38
Obyektifitas Ekonomi Teknik 38
9.12.2 Beberapa Konsep Dasar Ekonomi 41
9.12.3 Biaya dan Harga 43
9.12.4 kajian kelayakan Oprasi ( KKO ) : 44
9.12.5 kajian kelayakan finansial ( kKF ) 45
9.12.6 Macam-macam Analisa Finansial 49
9.12.7 ANALISA TITIK IMPAS ( BREAK EVEN POINT ) 57
9.12.8 ANALISA PERIODE PENGEMBALIAN (PAY BACK PERIOD} 60
9.12.9 ANALISA HARGA SEKARANG BERSIH ( NET PRESENT VALUE} 60
9.13 PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI 62
9.13.1 Pendahuluan 62
Permasalahan di Sistem Distribusi 64
9.13.2 Permasalahan distribusi di Gardu Induk 65
9.13.3 Permasalahan di Jaringan TM 20 kV 67
9.13.4 Kebutuhan Data 68
9.13.5 Pendekatan Perencanaan 68
9.13.6 Perkiraan Beban Distribusi 70
9.13.7 Evaluasi Hasil Perencanaan Sistem Distribusi 70
9.13.8 Survey Perencanaan Pembagunan Sistem Distribusi 70

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


9.13.9 Kriteria Design 77
9.13.10 Kriteria Design Trafo 80
9.13.11 Pola Pembebanan Trafo Distribusi 80
9.13.12 Drop Tegangan Trafo Distribusi. 80
9.13.13 SPLN 81
9.14 Electrical Load Forecasting 84
9.14.1 Konsep Dasar Prakiraan 84
9.14.2 Peran Prakiraan dalam Perencanaan 85
9.14.3 Data Statistik 86
9.14.4 Metode Prakiraan 87
9.14.5 Metode Time Series 88
9.14.6 Metode Causal Relationship 93
9.14.7 Indikator Statistik 98
9.14.8 Sekilas tentang ekonomi makro 102
9.14.9 Produk Domestik Bruto 103
9.14.10 Indeks Harga 105
9.14.11 Inflasi 105
9.14.12 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Listrik 106
9.14.13 Ekonometri 109
9.15 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Listrik Menggunakan Aplikasi Simple-E 110
9.15.1 Pengenalan Aplikasi Simple-E 111
9.15.2 Perhitungan Kebutuhan Listrik dengan Simple-E 112
9.15.3 Losses, Pemakaian Sendiri, Faktor Beban dan Beban Puncak 113
9.16 Pengenalan ETAP 118
9.16.1 Spesifikasi 119
9.17 Analisa Aliran Daya (Load Flow Analysis) 122
9.17.1 Toolbar Loadflow 122
9.17.2 Study Case Editor 123
9.18 Short Circuit 124
9.18.1 Toolbar Short Circuit IEC 124
9.18.2 Editor Study Case 125
9.19 Penempatan Kapasitor secara Optimal 126
9.19.1 Study Toolbar 126
9.19.2 Editor Study Case 128

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 9.1-1 Pola Sistem Tenaga Listrik...................................................................................2


Gambar 9.2-1 Pola Jaringan Distribusi Dasar.............................................................................3
Gambar 9.2-2 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone)......................................................................4
Gambar 9.2-3 Konfugurasi Kluster (Leap Frog)..........................................................................4
Gambar 9.2-4 Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration).........................................................5
Gambar 9.2-5 Konfigurasi Fork...................................................................................................6
Gambar 9.2-6 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)..............................................6
Gambar 9.2-7 Konfigurasi Jala-jala (Grid, Mesh)........................................................................6
Gambar 9.2-8Konfigurasi Struktur Garpu....................................................................................7
Gambar 9.2-9Konfigurasi Struktur Bunga..................................................................................7
Gambar 9.2-10Konfigurasi Struktur Rantai.................................................................................8
Gambar 9.5-1Diagram Proteksi SUTM dengan nililai Z = 40 Ohm............................................15
Gambar 9.5-2Diagram Proteksi SUTM dengan nililai Z = 500 Ohm..........................................16
Gambar 9.5-3Diagram Proteksi SUTM dengan Solid Ground (Pembumian Langsung)............17
Gambar 9.5-4Diagram Proteksi SUTM dengan Sistem Mengambang......................................18
Gambar 9.5-5Monogram Saluran Udara Tegangan Menengah.................................................21
Gambar 9.7-1Bagan satu garis Gardu Distribusi Portal............................................................25
Gambar 9.7-2Bagan satu garis Gardu Distribusi Beton...........................................................26
Gambar 9.7-3Diagram sambungan Tegangan Menengah.........................................................27
Gambar 9.8-1Diagram Kondisi Awal GI SKTM.......................................................................28
Gambar 9.8-2Diagram Kondisi Akhir GI SKTM......................................................................29
Gambar 9.8-3Diagram Kondisi Awal jaringan SUTM dengan model Klaster............................30
Gambar 9.8-4Diagram Kondis Akhir jaringan SUTM dengan model Klaster.............................30
Gambar 9.8-5Gardu Distribusi Beton........................................................................................31
Gambar 9.12-1Alur KKO KKF...................................................................................................38
Gambar 9.12-2Ekonomi Teknik.................................................................................................39
Gambar 9.12-3Interpolasi ROR.................................................................................................55
Gambar 9.13-1Sistem Tenaga Listrik........................................................................................62
Gambar 9.13-2Jaringan Distribusi.............................................................................................63
Gambar 9.13-1Permasalahan distribusi di Gadu Induk (1)........................................................66
Gambar 9.13-2Permasalahn distribusi di Gardu Induk (2)........................................................66

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal v


Gambar 9.15-1Diagram Simple - E..........................................................................................111
Gambar 9.17-1Studay Case Load FLow.................................................................................123
Gambar 9.18-1Study Case Editor...........................................................................................126
Gambar 9.19-1Study Case Editor OCP...................................................................................128

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal vi


DAFTAR TABEL

Table 9-1Karakteristik Sistem Pembumian................................................................................12

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal vii


1 KRITERIA DESAIN JARINGAN DISTRIBUSI

1 KONSEP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK


Suatu sistem tenaga listrik secara sederhana terdiri atas :

a. Sistem Pembangkit
b. Sistem Transmisi dan Gardu Induk
c. Sistem Distribusi
d. Sistem Sambungan Pelayanan
Sistem-sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu sistem tenaga listrik.

Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi mendistribusikan tenaga listrik kepada para
pemanfaat.

Sistem distribusi terbagi 2 bagian :

a. Sistem Distribusi Tegangan Menengah


b. Sistem Distribusi Tegangan Rendah
Sistem Distribusi Tegangan Menengah mempunyai tegangan kerja di atas 1 kV dan setinggi-
tingginya 35 kV. Sistem Distribusi Tegangan Rendah mempunyai tegangan kerja setinggi-
tingginya 1 kV.

JarIngan distribusi Tegangan Menengah berawal dari Gardu Induk/Pusat listrik pada sistem
terpisah/isolated. Pada beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan dapat
berbentuk radial atau tertutup (radial open loop).

Jaringan distribusi Tegangan Rendah berbentuk radial murni.

Sambungan pelayanan adalah bagian paling hilir dari sistem distribusi tenaga listrik. Pada
sambungan pelayanan tersambung alat pembatas dan pengukur yang selanjutnya
menyalurkan tenaga listrik kepada pemanfaat.

Konstruksi keempat sistem tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah
disesuaikan dengan kebijakan manajemen, masalah kontinuitas pelayanan, jenis pelanggan,
pada beban atas permintaan khusus dan masalah biaya investasi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


Gambar KONSEP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK-1 Pola Sistem Tenaga Listrik

Aspek Perencanaan Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran udara dipakai umumnya untuk daerah dengan
jangkauan luas, daerah padat beban rendah atau daerah-daerah penyangga antara kota dan
desa.

Biaya investasi Saluran Udara relatif murah, mudah dalam pembangunannya, mudah pada
aspek pengoperasian, akan tetapi padat pemeliharaan. Tingkat kontinuitas rendah dengan
konfigurasi sistem umumnya radial (Fishbone).

Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran bawah tanah dipakai umumnya untuk daerah
padat beban tinggi (beban puncak lebih dari 2,5 MVA/km2 dengan luas minimal 10 km2) dengan
jangkauan terbatas. Biaya investasi mahal, sulit dalam pembangunan, mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaan, tingkat kontinuitas tinggi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


Pada jaringan dengan saluran bawah tanah selalu direncanakan dalam bentuk “loop” guna
menghindari pemadaman (black – out) akibat gangguan.

Pada sistem distribusi Tegangan Rendah dan Sambungan Tenaga Listrik digunakan konfigurasi
sistem radial murni. Hanya pada pelanggan-pelanggan tertentu diberikan pasokan alternatif jika
terjadi pemadaman. Konstruksi jaringan umumnya saluran udara. Pemakaian saluran bawah
tanah umumnya untuk kabel daya (kabel naik, opstik kabel), pada daerah-daerah eksklusif atas
permintaan khusus, pada daerah-daerah bisnis khusus serta atas dasar kebijakan
perencanaan otoritas setempat.

2 KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI


Secara umum konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai 2 konsep konfigurasi :

1. Jaringan radial
yaitu jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi gangguan
akan terjadi “black-out” atau padam pada bagian yang tidak dapat dipasok.

2. Jaringan bentuk tertutup


yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi gangguan.
Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (black-out) dapat dikurangi atau bahkan
dihindari.

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-2 Pola Jaringan Distribusi Dasar

Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi-konfigurasi jaringan sesuai dengan
maksud perencanaannya sebagai berikut :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


a. Konfigurasi Tulang Ikan (Fish-Bone)
Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari saluran udara Tegangan Menengah
beroperasi radial. Pengurangan luas pemadaman dilakukan dengan mengisolasi bagian
yang terkena gangguan dengan memakai pemisah [Pole Top Switch (PTS), Air Break
Switch (ABSW)] dengan koordinasi relai atau dengan system SCADA. Pemutus balik
otomatis PBO (Automatic Recloser) dipasang pada saluran utama dan saklar seksi
otomatis SSO (Automatic Sectionalizer) pada pencabangan.

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-3 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone)

b. Konfigurasi Kluster (Cluster / Leap Frog)


Konfigurasi saluran udara Tegangan Menengah yang sudah bertipikal sistem tertutup,
namun beroperasi radial (Radial Open Loop). Saluran bagian tengah merupakan penyulang
cadangan dengan luas penampang penghantar besar.

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-4 Konfugurasi Kluster (Leap Frog)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


c. Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)
Konfigurasi spindel umumnya dipakai pada saluran kabel bawah tanah. Pada konfigurasi ini
dikenal 2 jenis penyulang yaitu pengulang cadangan (standby atau express feeder) dan
penyulang operasi (working feeder). Penyulang cadangan tidak dibebani dan berfungsi
sebagai back-up supply jika terjadi gangguan pada penyulang operasi.

Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan hanya 50%. Berdasarkan konsep
Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6 penyulang operasi dan 1 penyulang
cadangan sehingga faktor pembebanan konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung-
ujung penyulang berakhir pada gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi
penyulang operasi “NO” (Normally Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi
“NC” (Normally Close).

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-5 Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)

d. Konfigurasi Fork
Konfigurasi ini memungkinkan 1(satu) Gardu Distribusi dipasok dari 2 penyulang berbeda
dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short Break Time). Jika penyulang
operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari penyulang cadangan secara efektif dalam
waktu sangat singkat dengan menggunakan fasilitas Automatic Change Over Switch
(ACOS). Pencabangan dapat dilakukan dengan sadapan Tee– Off (TO) dari Saluran Udara
atau dari Saluran Kabel tanah melalui Gardu Distribusi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-6 Konfigurasi Fork

e. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)


Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari sumber atau Gardu
Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi.

Konfigurasi ini dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus penghantar.
Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna mempertahankan
kontinuitas penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan rele arah (Directional Relay) pada
Gardu Hilir (Gardu Hubung).

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-7 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot


Configuration)

f. Konfigurasi Jala-Jala (Grid, Mesh)


Konfigurasi jala-jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah ke titik
beban. Rumit dalam proses pengoperasian, umumnya dipakai pada daerah padat beban
tinggi dan pelanggan-pelanggan pemakaian khusus.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-8 Konfigurasi Jala-jala (Grid, Mesh)

g. Konfigurasi lain-lain
Selain dari model konfigurasi jaringan yang umum dikenal sebagaiman diatas, terdapat
beberapa model struktur jaringan yang dapat dipergunakan sebagai alternatif model model
struktur jaringan.

Struktur Garpu dan Bunga

Struktur ini dipakai jika pusat beban berada jauh dari pusat listrik/Gardu Induk. Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) berfungsi sebagai pemasok, Gardu Hubung sebagai Gardu
Pembagi, Pemutus Tenaga sebagai pengaman dengan rele proteksi gangguan fasa-fasa dan
fasa-tanah pada JTM yang berawal dari Gardu Hubung.

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-9Konfigurasi Struktur Garpu

Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-10Konfigurasi Struktur Bunga

Struktur Rantai

Struktur ini dipakai pada suatu kawasan yang luas dengan pusat-pusat beban yang berjauhan
satu sama lain.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


Gambar KONFIGURASI SISTEM DISTRIBUSI-11Konfigurasi Struktur Rantai

3 KONTINUITAS PENYALURAN
Kontinuitas penyaluran bagi pemanfaat tenaga listrik adalah berapa lama padam yang terjadi
dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk memulihkan penyaluran kembali tenaga listrik.
Tingkat keandalan kontinuitas penyaluran terbagi 5 tingkat :

Tingkat - 1 : Pemadaman dalam orde beberapa jam. Umumnya terjadi pada sistem saluran
udara dengan konfigurasi radial.

Tingkat - 2 : Pemadaman dalam orde kurang dari 1 jam. Mengisolasi penyebab gangguan
dan pemulihan penyaluran kurang dari 1 jam. Umumnya pada sistem dengan
pasokan penyulang cadangan.

Tingkat - 3 : Pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada sistem yang
mempunyai sistem SCADA.

Tingkat - 4 : Pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem dengan fasilitas
automatic switching pada sistem fork.

Tingkat - 5 : Sistem tanpa pemadaman. Keadaan dimana selalu ada pasokan tenaga listrik,
misalnya pada sistem spotload, transformator yang bekerja parallel.

Keputusan untuk mendesain sistem jaringan berdasarkan tingkat keandalan penyaluran


tersebut adalah faktor utama yang mendasari memilih suatu bentuk konfigurasi sistem jaringan
distribusi dengan memperhatikan aspek pelayanan teknis, jenis pelanggan dan biaya. Pada
prinsipnya dengan tidak memperhatikan bentuk konfigurasi jaringan, desain suatu sistem
jaringan adalah sisi hulu mempunyai tingkat kontinuitas yang lebih tinggi dari sisi hilir.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


Lama waktu pemulihan penyaluran dapat dipersingkat dengan mengurangi akibat dari
penyebab gangguan, misalnya pemakaian PBO, SSO, penghantar berisolasi, tree guard atau
menambahkan sistem SCADA.

4 SISTEM PEMBUMIAN
Terdapat perbedaan sistem pembumian pada transformator utama di Gardu Induk / sumber
pembangkit, namun tidak ada perbedaan sistem pembumian pada Transformator Distribusi dan
Jaringan Tegangan Rendah.

4.1 Pembumian Transformator Daya Gardu Induk pada Sisi Tegangan Menengah

Lilitan sekunder/sisi Tegangan Menengah transformator daya pada Gardu Induk dihubungkan
secara bintang (Y). Titik netral lilitan dibumikan melalui :

a. Pembumian dengan tahanan 12 Ohm untuk sistem SKTM. Untuk kawasan industri yang
peka terhadap kedip,nilai Rn dapat lebih besar dari pada 12 Ohm untuk memperkecil
kedalaman kedip tegangan.
b. Pembumian dengan tahanan 40 Ohm untuk sistem SUTM, atau campuran antara SKTM
dan SUTM.
c. Pembumian dengan tahanan 500 Ohm untuk sistem SUTM.
d. Pembumian langsung /solid grounded
Tanpa pembumian/ sistem mengambang

Karakteristik sistem pembumian tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 9.1

Sistem yang menggunakan pembumian dengan nilai tahanan mendekati nol (solid ground)
menyebabkan arus gangguan tanah sangat besar. Kabel tanah yang memakai pita tembaga
(copper shield) hanya mampu menahan arus gangguan 1000 Ampere selama satu detik
sehingga tidak dapat dipergunakan.

Sistem SUTM tanpa pembumian pada transformatornya hanya di pakai pada sistem kelistrikan
listrik desa yang kecil.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


Nilai tahanan pembumian transformator pada Gardu Induk membatasi arus hubung singkat ke
tanah menjadi 1000 A untuk R =12 Ohm, 300 A untuk R = 40 Ohm dan 25 A untuk R = 500
Ohm. Kriterianya adalah kapasitas penyulang atau pusat listrik dibatasi sebesar 10
MVA,sehingga arus perfasa sebesar 300 A. Besar arus gangguan tanah dibatasi 300A pada
SUTM atau campuran; sebesar 1000 A pada SKTM;dan sebesar 25 A pada tahanan
pentanahan 500 Ohm.Pertimbangan memilih sistem pembumian tersebut merupakan
pertimbangan manajemen perancangan dengan memperhatikan aspek :

a. Aman terhadap manusia


b. Cepatnya pemeliharaan gangguan/selektifitas penyulang yang mengalami gangguan.
c. Kerusakan akibat hubungan pendek
d. Pengaruh terhadap sistem telekomunikasi
e. Pertimbangan teknis kepadatan beban.
Faktor a, c, d menghendaki arus gangguan rendah, sedangkan faktor b menghendaki arus
gangguan besar. Untuk faktor e, bila kepadatan beban tinggi maka sebaiknya digunakan SKTM
dengan tahanan pembumian minimal 12 Ohm.

4.2 Pembumian Transformator Distribusi pada Sisi Tegangan Rendah.

Bagian – bagian tranformator sisi Tegangan Rendah yang perlu dibumikan adalah titik netral
lilitan sekunder, bagian konduktif terbuka, badan trafo dan bagian konduktif ekstra instalasi
gardu. Pembumian dilakukan secara langsung (solid grounded) dengan nilai tahanan
pembumian tidak melebihi 1 Ohm.

4.3 Pembumian Lightning Arrester.

Lightning Arrester (LA) pada sisi Tegangan Menengah Gardu Distribusi pasangan luar
mempunyai elektroda pembumian tersendiri. Ikatan penyama potensial dilakukan dengan
menghubungkan pembumian LA, pembumian titik netral transformator, pembumian Bagian
Konduktif Terbuka/Ekstra. Konstruksi ikatan penyamaan potensial dilakukan dibawah tanah.

Pada transformator jenis CSP fasa-1, penghantar pembumian LA disatukan dengan badan
transformator.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


5 SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH

5.1 Konsep Perencanaan

Jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara ini, terutama untuk distribusi tenaga listrik yang
beroperasi secara radial, dengan jangkauan luas, biaya murah, dengan keandalan kontunuitas
penyaluran minimal tingkat-2 (lihat sub-Bab 4.3).

Untuk mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang fasilitas-faslitas


Pole Top Switch / Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada posisi tertentu.

Pemakaian Saluran Udara sebagai sistem distribusi daerah perkotaan dapat dilakukan dengan
memperpendek panjang saluran dan didesain menjadi struktur “Radial Open Loop”.

Pemakaian penghantar berisolasi guna mengurangi akibat gangguan tidak menetap dan
pemasangan kawat petir dapat meningkatkan tingkat kontinuitas penyaluran.

Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu
kesatuan yang memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi dan sistem
pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut.

Pada penyulang utama sistem radial, disisi pangkal harus dipasang PBO dengan setiap
percabangan dipasang pemutus FCO khusus untuk sistem dengan pembumian langsung.
Untuk sistem pembumian dengan tahanan tidak direkomendasikan penggunaan FCO.

Pada sistem jaringan loop dengan instalasi gardu phi-section, seluruh pemutus menggunakan
SSO.

5.2 Proteksi Jaringan

Tujuan daripada suatu sistem proteksi pada saluran udara Tegangan Menengah (SUTM)
adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan pada penyaluran tenaga listrik serta
memberikan perlindungan yang maksimal bagi operator, lingkungan dan peralatan dalam hal
terjadinya gangguan yang menetap (permanen).

Sistem proteksi pada SUTM memakai :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


A. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa-fasa untuk kemungkinan gangguan
penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
B. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis SSO (Automatic
Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama, sementara SSO dipasang pada saluran
pencabangan, sedangkan di GI dilengkapi dengan auto reclosing relay.
C. Lightning Arrester sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan akibat surja petir.
Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir, kabel Tee–Off pada jaringan dan
gardu transformator serta pada isolator tumpu.
D. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap-tiap 4 tiang atau
pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi 10 Ohm.
E. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran petir langsung.
Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah padat petir yang terbuka.
F. Penggunaan Fused Cut–Out (FCO) pada jaringan pencabangan.
G. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn)

Pemasangan Pemutus Balik Otomatis (PBO), Saklar Seksi Otomatis (SSO), Pengaman Lebur
dan Pemutus Tenaga (PMT) pada SUTM di pengaruhi oleh nilai tahanan pembumian sisi 20 kV
transformator tenaga di Gardu Induk.

Table KRITERIA DESAIN JARINGAN DISTRIBUSI-1Karakteristik Sistem Pembumian

Tahanan pembumian Sisi 20 kV-hulu /Gardu Pada jaringan SUTM- hilir


Induk

1. Nilai tahanan tinggi 500 Pemutus tenaga yang di  Saklar seksi otomatis
Ohm lengkapi: -SSO pada tiap - tiap
zona perlindungan yang
 relai arus lebih fasa- di pilih. Jenis SSO yang
fasa di pakai adalah dengan
 relai gangguan tanah pengindera tegangan
terarah dan penyetelan waktu.
 reclosing relay untuk Koordinasi Operasi
pengaman gangguan antar SSO dilakukan
sesaat. dengan koordinasi
waktu.
 Pengaman lebur pada
titik percabangan
jaringan di lengkapi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


dengan SSO dan
pengaman
transformator distribusi.

 Saklar seksi otomatis


-SSO pada jaringan dari
Pemutus tenaga pada jenis pengindera arus
Gardu Induk di lengkapi : gangguan. Koordinasi
antar SSO dilakukan
 relai arus lebih fasa- dengan koordinasi
2. Nilai tahanan rendah 40 fasa waktu.
Ohm.
 relai gangguan tanah  Pengaman lebur – PL.
 reclosing relay untuk Sebagai pengaman
gangguan sesaat pada percabangan
jaringan untuk
gangguan fasa-fasa
dengan elemen lebur
yang tahan surja
tergantung ukuran/KHA
konduktor dan sebagai
pengaman
transformator distribusi.

 Pemutus balik otomatis


- PBO dipasang pada
jaringan utama. Jarak
antar PBO di sesuaikan
dengan kemampuan
penginderaan PBO,
biasanya tidak kurang
Pemutus tenaga pada dari 20 km.
Gardu Induk di lengkapi :  Saklar seksi otomatis –
SSO pada saluran
 relai arus lebih utama atau
 relai gangguan tanah pencabangan
 reclosing relay untuk digunakan untuk
3. Pembumian langsung gangguan sesaat pembagian zona yang
lebih kecil. SSO yang
dipergunakan adalah
dari jenis pengindera
arus gangguan dan di
pasang sesudah PBO
 Pengaman lebur

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


digunakan sebagai
pengaman percabangan
jaringan.

 Pada jaringan 20 kV
mengambang dengan
besar kapasitas
pembangkit tertentu
sebaiknya di pasang
pengaman hubung
tanah dan antar fasa.

OVR (over voltage relay)

4. Jaringan tanpa
pembumian
(Pembangkit listrik
pedesaan)

Catatan: Istilah PBO sesuai Standar PLN adalah Recloser yang terpasang di jaringan;
sedangkan di gardu induk/pusat listrik lebih tepat dipakai istilah rele penutup balik (reclosing
relay) .Hal ini agar tidak membingungkan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


Monogram sistem proteksi dapat dilihat pada gambar berikut :

Keterangan

A : SUTM Penyulang –A
B : SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi-Z (NGR) sisi 20 kV
transformator
Z =40 Ohm
3 = Pemutus tenaga
- Rele arus lebih
- Rele gangguan tanah
- Rele Pemutus Balik Otomatis
4 = Pembumian bagian konduktif terbuka
5 = Penghantar tanah (shield wire) : optional
6 = Pengaman jaringan utama
- Pemutus Balik Otomatis (PBO)
- Saklar Seksi Otomatis (SSO)
7 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
- Pemutus beban ( load break switch )
8 = Pengaman Gardu tipe Tiang
- Fused Cut – Out (FCO)
9 = Gardu Distribusi Tipe Beton
- Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas interloop
penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah

Gambar SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH-12Diagram Proteksi SUTM dengan


nililai Z = 40 Ohm.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


Keterangan

A : SUTM Penyulang –A
B : SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi-Z (NGR) sisi 20 kV
transformator
Z =500 Ohm
3 = Pemutus tenaga
- Rele arus lebih
- Rele gangguan tanah berarah
- Rele Pemutus Balik
4 = Pembumian bagian konduktif terbuka
5 = Penghantar tanah (shield wire) : optional
6 = Pengaman jaringan utama
- Saklar Seksi Otomatis (SSO)
7 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
- Pemutus beban ( load break switch )
8 = Fused Cut- Out (FCO)
9 = Gardu Distribusi Tipe Beton
- Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas interloop
penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah
14 = Gardu Distribusi Tipe Beton

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


Gambar SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH-13Diagram Proteksi SUTM dengan
nililai Z = 500 Ohm.

Keterangan

A : SUTM Penyulang –A
B : SUTM Penyulang –B
1 = Transformator gardu induk
2 = Impedansi-Z =0 Ohm sisi 20 kV
transformator
3 = Pemutus tenaga
- Rele arus lebih
- Rele gangguan tanah
- Rele Pemutus Balik
4 = Pembumian bagian konduktif terbuka
5 = Penghantar
6 = Pengaman jaringan utama
- Pemutus Balik Otomatis – PBO
7 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
- Pemutus beban ( load break switch )
8 = Pengaman Jaringan Sekunder
- Fused Cut – Out (FCO)
9 = Pengaman Jaringan Percabangan
- Saklar Seksi Otomatis
10 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
11 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
12 = Pemutus dengan fasilitas interloop
penyulang A dan B
13 = Kabel TM bawah tanah
14 = Gardu Distribusi Tipe Beton

Gambar SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH-14Diagram Proteksi SUTM dengan


Solid Ground (Pembumian Langsung)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Keterangan

A : Penyulang SUTM
1 = Transformator Step-Up 380 V/20kV
2 = Pembumian bagian konduktif terbuka
3 = Saklar tiang
- Pemisah ( pole top switch )
4 = Gardu Distribusi Tipe Tiang
5 = Lightning arrester
- 5 kA pada tiang tengah
- 10 kA pada tiang ujung
6 = Fused Cut-Off (FCO)
7 = Gardu Distribusi
8 = Penghantar Tanah (Shield Wire)

Catatan : Untuk kapasitas Pembangkit


tertentu,maka perlu dilengkapi dengan PMT
dan rele OVR

Gambar SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH-15Diagram Proteksi SUTM dengan


Sistem Mengambang

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


(tanpa pembumian) pada PLTD Kecil

5.3 Melokalisir Titik Gangguan

Mengingat saluran utama TM mempunyai jangkauan yang luas, usaha-usaha mengurangi lama
padam pada bagian-bagian/zona-zona pelayanan SUTM dilakukan dengan cara penempatan
peralatan pengaman dan pemutus pada titik tertentu di jaringan.

Pada saluran utama dapat dipasang jenis-jenis peralatan pemisah (PMS) atau pemutus beban
(LBS) atau peralatan pemutus balik otomatis (PBO). Pada jaringan SUTM yang dapat
dimungkinkan pasokan cadangan dari penyulang lain atau konfigurasi kluster dapat di pasang
PBO antar penyulang. Perlu dilakukan analisa tersendiri secara lengkap untuk koordinasi
kerjanya.

Pada saluran percabangan dapat dipasang peralatan pemisah (PMS), pengaman lebur (FCO)
atau Automatic Sectionalizer.

Fault Indicator perlu dipasang pada section jaringan dan percabangan untuk memudahkan
pencarian titik gangguan, sehingga jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat di pulihkan
lebih cepat.

5.4 Konstruksi SUTM

Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / Gardu Induk dengan kabel tanah
Tegangan Menengah kearah tiang pertama saluran udara. Tiang pertama disebut tiang awal,
tiang tengah disebut tiang penumpu (line pole) atau tiang penegang (suspension pole), jika
jalur SUTM membelok disebut tiang sudut dan berakhir pada tiang ujung (end pole).

Untuk saluran yang sangat panjang dan lurus pada titik-titik tertentu dipasang tiang peregang.
Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya tekanan mekanis pada tiang awal /
ujung serta untuk memudahkan operasional dan pemeliharaan jaringan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


Topang tarik (guy wire) dapat dipakai pada tiang sudut dan tiang ujung tetapi tidak dipasang
pada tiang awal. Pada tempat-tempat tertentu jika sulit memasang guy wire pada tiang akhir
atau tiang sudut, dapat dipakai tiang dengan kekuatan tarik besar.

Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada tiang, hanya dipakai 2
jenis isolator yaitu isolator peregang (hang isolator/suspension isolator) dan isolator penumpu
(line-post/pin-post/pin-insulator). Isolator peregang dipasang pada tiang awal / akhir / sudut.
Isolator penumpu dipasang pada tiang penumpu dan sudut.

Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal, horizontal atau delta.
Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan (R = 12 Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau
dengan multi grounded common netral (solid grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral
bersama TM, TR (Jawa Timur menggunakan system pembumian 500 Ohm, dengan tambahan
konstruksi penghantar pembumian diatas penghantar fasa).

Isolator dipasang pada palang (cross arm / bracket / travers) tahan karat (Galvanized Steel
Profile).

Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat berupa:

1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)


2. A3C – S (Half insulated A3C,HIC) ; atau full insulated (FIC)
3. Full insulated A3C twisted (A3C-TC)
Luas penampang penghantar 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 240 mm2.

5.5 Penggunaan Tiang

Saluran udara Tegangan Menengah memakai tiang dengan beban kerja (working load) 200
daN, 350 daN dan 500 daN, dengan panjang tiang 11 meter, 12 meter, 13 meter dan 14 meter.

Penggunaan tiang dengan beban kerja tertentu disesuaikan dengan banyaknya sirkit perjalur
saluran udara, besar penampang penghantar dan posisi/fungsi tiang (tiang awal, tiang tengah,
tiang sudut).

5.6 Area Jangkauan Pelayanan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 20


Mengingat sifat perencanaannya, jangkauan SUTM dibatasi atas besarnya jatuh tegangan
yaitu pada besaran sadapan / tap changer transformator distribusi. Dalam hal ini optimalisasi
susut energi tidak diperhitungkan.

Gardu Induk PLTD

1. Saluran Kabel bawah tanah


2. Tiang Pertama
3. Saluran Udara
4. Lightning Arrester (LA)
5. Gardu Distribusi portal + FCO +
LA
6. Fused Cut Out (FCO)
7. PBO ( automatic recloser)
8. PoleTopSwitch / ABSW
9. SSO (Sectionalizer)
10. Gardu Distribusi beton
11. Kawat tanah
12. Guy-Wire

Gambar SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH-16Monogram Saluran Udara


Tegangan Menengah

6 SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH

6.1 Konsep Perencanaan

Mengingat biaya investasi yang mahal dan keunggulannya dibandingkan dengan saluran udara
Tegangan Menengah, Saluran Kabel tanah Tegangan Menengah (SKTM) dipakai pada hal-hal
khusus:

1. Daerah padat beban tinggi


2. Segi estetika
3. Jenis Pelanggan Kritis

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 21


4. Permintaan khusus
Pada tingkat keandaan kontinuitas sedikitnya tingkat–3, Kabel tanah digunakan untuk
pemakaian :

1. Kabel Keluar (Opstik kabel dari pembangkit / GI ke tiang SUTM)


2. Kabel Tee-Off dari SUTM ke gardu beton
3. Penyeberangan sungai, jalur kereta api

Konfigurasi jaringan kabel tanah didesain dalam bentuk loop (Radial Open Loop), sebaiknya
dengan sesama kabel tanah. Apabila “Loop” dengan hanya 1(satu) penyulang, maka
pembebanan kabel hanya 50 %. Jika sistem memakai penyulang cadangan (Express Feeder)
dapat dibebani 100 % kapasitas kabel.

Bentuk konfigurasi yang umum adalah :

1. Struktur spindel, minimal 2 penyulang berbeban dan 1 penyulang cadangan / tanpa beban.
2. Struktur Kluster
3. Spotload untuk pelanggan dengan beban lebih besar daripada kapasitas kabel
4. “Loop” antara 2 penyulang baik dari 1 sumber pembangkit atau dari sumber yang berbeda
(Fork system).
Adanya masalah faktor perletakan (laying factor) akan mengurangi Kemampuan Hantar Arus
kabel, sehingga penampang kabel sepanjang 300 meter (1 haspel) dari Gardu Induk dipilih
setingkat lebih besar dari penampang kabel penyulang operasi.

6.2 Proteksi Jaringan

Proteksi jaringan kabel tanah hanya dilindungi dari 2 penyebab gangguan, gangguan fasa-fasa
dan gangguan fasa-tanah.

Relai terpasang pada kubikel 20 kV di Gardu Induk, relai tipe arus lebih, fase-fase dan arus
lebih hubung tanah dengan karakteristik sesuai kebutuhan (Inverse Relay). Jenis kabel yang
dipakai adalah multicore atau single core belted cable dengan copper screen. Cooper screen
pada terminal Gardu Induk dan atau Gardu Distribusi dapat dibumikan atau tidak, sesuai
dengan konsep proteksinya dengan kemampuan dialiri arus listrik 1000 Ampere selama 1 detik.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 22


Sambungan kabel dengan saluran udara Tegangan Menengah dipasang Lightning Arrester
untuk melindungi kabel akibat surja petir dengan nilai arus pengenal 10 KA pada tiang pertama
dan ujung serta 5 KA pada tiang tengah. Tambahan pemakaian fused cut out dapat
dipertimbangkan sesuai kebutuhan.

Untuk sambungan sistem spot load ditambahkan rele diferensial atau directional pada Gardu
Hubung sisi pelanggan Spotload.

6.3 Konstruksi SKTM

Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah (specific thermal resistivity of soil) 1000C
cm/w dengan kedalaman 70 cm, untuk penggelaran 1 kabel mempunyai Kemampuan Hantar
Arus (KHA) 100 %. Kemampuan hantar arus kabel harus dikoreksi jika persyaratan tersebut
berubah.

Penggunaan kabel dengan penampang yang lebih besar pada jalur keluar dari Gardu Induk
atau sumber tenaga listrik harus dipertimbangkan.

Kabel harus dilindungi terhadap kemungkinan gangguan mekanis dengan pasir, pipa
pelindung, buis beton atau pelat beton.

Jalur jaringan kabel, titik belok dan sambungan kabel harus diberi tanda guna memudahkan
inspeksi, pemeliharaan dll.

6.4 Konsep Isolir Gangguan

Gangguan pada saluran kabel diisolir dengan cara membuka pemutus beban (Load Break
Switch) pada Gardu Distribusi. Bagian kabel yang tidak terganggu dipasok dari penyulang
cadangan melalui Gardu Hubung.

Jika terjadi gangguan bersamaan pada beberapa titik saluran kabel, maka ada bagian yang
tidak terselamatkan (black-out).

Penggunaan sistem SCADA dengan salah satu perangkat yaitu Ground Fault Detector (GFD)
pada pintu Gardu Distribusi guna mempercepat pencarian dan pengisolasian bagian saluran
kabel yang mengalami gangguan, sehingga lama padam bagian yang tidak mengalami
gangguan dapat di persingkat.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23


6.5 Area Jangkauan Pelayanan

Pada sistem Spindel, berdasarkan data statistik, laju kegagalan dan tingkat kontinuitas
pelayanan, panjang kabel SKTM hendaknya tidak lebih dari 8 kms. Pada sistem Radial,
jangkauan pelayanan dibatasi oleh persyaratan tegangan pelayanan.

7 Gardu Distribusi

Gardu Distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok kebutuhan tenaga listrik
bagi para pemanfaat baik dengan Tegangan Menengah maupun Tegangan Rendah.

Gardu Distribusi merupakan kumpulan / gabungan dari perlengkapan hubung bagi baik
Tegangan Menengah dan Tegangan Rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi Tegangan
Menengah pada Gardu Distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.

Jenis konstruksi gardu dibedakan atas 2 jenis :

a. Gardu Distribusi konstruksi pasangan luar. Umumnya disebut Gardu Portal (Konstruksi 2
tiang), Gardu Cantol (Konstruksi 1 tiang) dengan kapasitas transformator terbatas.

b. Gardu Distribusi pasangan dalam. Umumnya disebut gardu beton (Masonry Wall
Distribution Substation) dengan kapasitas transformator besar.

7.1 Gardu Distribusi Pasangan Luar

Konstruksi Gardu Distribusi pasangan luar type Portal terdiri atas Fused Cut Out sebagai
pengaman hubung singkat trafo de ngan elemen pelebur/ fuse link type expulsiondan lightning
arrester sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir.
Elekroda pembumian dipasang pada masing-masing lightning arrester dan pembumian titik
netral transformator sisi Tegangan Rendah. Kedua elekroda pembumian tersebut dihubungkan
dengan penghantar yang berfungsi sebagai ikatan penyama potensial yang digelar di bawah
tanah.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 24


Gambar Gardu Distribusi-17Bagan satu garis Gardu Distribusi Portal

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely
Self Protected Transformer). Perlengkapan perlindungan transformator tambahan adalah
lightning arrester. Pada transformator tipe CSP fasa 1, penghantar pembumian arrester
dihubung langsung dengan badan transformator. Konstruksi pembumian sama dengan gardu
portal. Perlengkapan hubung bagi Tegangan Rendah maksimum 2 jurusan dengan saklar
pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan.
Semua bagian konduktif terbuka dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.

Nilai pengenal LA 5 kA untuk posisi di tengan jaringan dan 10 kA untuk posisi pada akhir
jaringan. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm

7.2 Gardu Distribusi Pasangan Dalam

Gardu Distribusi pasangan dalam adalah gardu konstruksi beton dengan kapasitas
transformator besar, dipakai untuk daerah padat beban tinggi dengan kontruksi instalasi yang
berbeda dengan gardu pasangan luar. Gardu beton dipasok dari baik jaringan saluran udara
ataupun saluran kabel tanah.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 25


Gambar Gardu Distribusi-18Bagan satu garis Gardu Distribusi Beton

7.2.1 Sambungan Tee – Off dari Saluran Udara

Intalasi gardu dilindungi oleh lightning arrester, untuk fungsi pemutus dilengkapi kubikel Load
Break Switch. Transformator dilindungi dengan kubikel load break switch yang dilengkapi
dengan pengaman lembur (HRC fuse). Tee-Off dari saluran udara dapat dilengkapi dengan
Fused Cut–Out. Kemampuan elektris dan mekanis/spesifikasi teknis kubikel sesuai dengan
spesifikasi teknis Gardu Induk dan kapasitas transformator terpasang

Perlengkapan hubung bagi sisi Tegangan Rendah dengan pemisah pada sisi masuk sebelum
rel dan pengaman lebur (tipe NH, NT)pada tiap-tiap jurusan keluar, maksimum 6 jurusan
jaringan Tegangan Rendah. Kemampuan elektrik dan mekanis PHB-TR ini sesuai dengan
kapasitas transformatornya.

Pada instalasi gardu, titik netral sisi sekunder transformator Bagian Konduktif Terbuka dan
Bagian Konduktif Ektra dibumikan. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 Ohm

7.2.2 Sambungan Saluran Kabel Tanah

Perlengkapan hubung bagi TM dilengkapi dengan satu buah kubikel load break switch pada
sisi masuk dan satu buah kubikel load break switch pada sisi keluar, satu buah kubikel
pengaman transformator dengan saklar load break switch yang dilenkapi pengaman lebur jenis
HRC – Fuse.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 26


Perlengkapan Hubung Bagi sisi Tegangan Rendah sama dengan instalasi gardu pada butir-a
diatas. Konstruksi instalasi pembumian pada gardu beton dapat berupa elektroda grid (kawat
BC digelar dibawah pondasi) atau elektroda batang atau kombinasi keduanya.

7.2.3 Sambungan untuk Pemanfaat Tegangan Menengah

Untuk pemanfaat dengan sambungan Tegangan Menengah tanpa transformator. Perlengkapan


hubung bagi Tegangan Menengah dilengkapi dengan kubikel trafo tegangan dan kubikel
pembatas beban (circuit breaker).

Seluruh konstruksi pembumian sama dengan instalasi pembumian gardu butir a dan butir-b.
Pada pelanggan spot load dengan pasokan SKTM lebih dari 1 kabel yang dioperasikan paralel
dapat ditambahkan rele diferential atau relearah (directional relay)

Gambar Gardu Distribusi-19Diagram sambungan Tegangan Menengah

8 AREA P E L A Y A N A N G A R D U

Radius pelayanan suatu gardu adalah jangkauan daerah pelayanan gardu di antara dua gardu.
Radius pelayanan didasarkan atas :

1. Batas geografis antar dua gardu


2. Kepadatan beban antar dua Gardu Induk
3. Jatuh tegangan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 27


4. Besar penghantar (maksimum Al 240 mm2)
Konsep titik awal dari suatu jaringan distribusi adalah berawal dari pusat listrik/Gardu Induk
terdekat. Jika dengan adanya penambahan pusat listrik/Gardu Induk baru, maka jaringan-
jaringan yang berawal dari pusat listrik/Gardu Induk yang telah beroperasi dan melewati pusat
listrik/Gardu Induk baru, harus dipasok dari pusat listrik/Gardu Induk baru. Pembagian beban
dengan Gardu Induk lama dengan memperhatikan perataan beban dan jatuh tegangan yang
sama.

8.1 Area Pelayanan Gardu Induk (Service Area)

8.1.1 Gardu Induk Dengan Pelayanan Murni SKTM

Pada diagram kondisi awal sistem SKTM dengan spindel, konsep Gardu Hubung 4 spindel
menjadi Gardu Induk baru jika keadaannya telah memungkinkan. Titik tengah beban SKTM
(middle point) menjadi Gardu Hubung type 2 spindel, sementara jangkauan operasi kabel di
batasi 8 kms.

Gambar AREA P E L A Y A N A N G A R D U-20Diagram Kondisi Awal GI SKTM

Catatan :

G1 = Gardu Induk

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 28


GH = Gardu Hubung 4 spindel

SP = Spindel

MP = gardu tengah(middle point)

PE = Penyulang Ekspres(Standby Feeder)

Pada diagram kondisi akhir Gardu Hubung type 4 spindel berubah menjadi Gardu
Induk.masing-masing spindle (A-B-C-D) di potong 2 pada titik tengah(middle point)menjadi GH
2 Spindel. Dengan demikian kapasitas penyaluran pada masing-masing penyulang naik
menjadi dua kali lipat, selanjutnya spindel baru (E-F-G-H) di tata ulang titik MPnya.

Gambar AREA P E L A Y A N A N G A R D U-21Diagram Kondisi Akhir GI SKTM

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 29


8.1.2 Gardu Induk dengan pelayanan SUTM

Jangkauan pelayanan SUTM jauh lebih luas dari SKTM dibatasi oleh tegangan pelayanannya
(ΔU = + 5%, -10%). Sebagai contoh penampang saluran A3C 150 mm 2 dengan beban merata
radial maka jangkauan SUTM adalah sejauh 28 km (ΔU = ± 5%, coincidence factor 0,5 dan cos
φ = 0,8).

GI = Gardu Induk

= Jaringan SUTM

= Pemutus Beban

Gambar AREA P E L A Y A N A N G A R D U-22Diagram Kondisi Awal jaringan SUTM


dengan model Klaster

GI = Gardu Induk

= Jaringan SUTM

= Pemutus Beban

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 30


Gambar AREA P E L A Y A N A N G A R D U-23Diagram Kondis Akhir jaringan SUTM
dengan model Klaster

8.2 Area Pelayanan Gardu Distribusi

8.2.1 Gardu Distribusi tipe Beton daerah Padat Beban Tinggi

Pada Gardu Distribusi penghantar yang di pakai untuk jaringan pelayanan adalah kabel jenis
kabel berpilin inti Al dengan penampang terbesar 70 mm2.

Jalur pelayanan sebesar 0,35 kms (ΔU = 10%, cos φ =.0,8, coincidence factor = 0,8) sehingga
untuk daerah pelayanan 1 km2 terdapat 4 buah Gardu Distribusi.

Gambar AREA P E L A Y A N A N G A R D U-24Gardu Distribusi Beton

8.2.2 Gardu Distribusi daerah Padat Beban Rendah

Untuk daerah padat beban rendah khususnya daerah pedesaan, panjang jalur pelayanan
dibatasi oleh tingkat tegangan pelayanan (+ 5%, -10%).

Contoh :

Penghantar kabel berpilin 3 x 50 mm2 + N, daya 50 kW terdistribusi merata pada


jaringan dengan ΔU = -10 % , maka jangkauan pelayanan (L) = 2 x 380 meter = 760
meter (merujuk pada grafik Bab 2.5).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 31


9 JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik jaringan
Tegangan Rendah dimulai dari Gardu Distribusi dengan bentuk jaringan radial.

9.1 Konstruksi Saluran Udara

Penghantar jaringan secara umum memakai kabel yang dikenal sebagai LVTC (Low Voltage
Twisted Cable), IBC (Insulated Bundled Conductor), TIC (Twisted Insulated Conductor) atau
kabel jenis NYY / NYFGbY untuk saluran kabel bawah tanah. Jangkauan operasi dibatasi oleh
batas-batas tegangan +5% -10%, dengan pembebanan yang maksimal. Konstruksi jaringan
dengan tiang sendiri panjang 9 meter atau dibawah saluran udara TM (underbuilt) tidak kurang
dari 1 meter dibawah penghantar SUTM

9.2 Konstruksi Saluran Bawah Tanah

Konstruksi saluran bawah tanah dipakai pada :

a. Kabel naik (Riser Cable – opstik kabel) antara PHB – TR di Gardu Distribusi dan tiang awal
jaringanTegangan Rendah.
b. Sebagai jaringan distribusi Tegangan Rendah pada daerah-daerah yang memerlukan.
Jenis kabel yang dipakai adalah jenis kabel dengan isolasi ganda atau dengan pelindung
mekanis (contoh NYFGbY). Kabel jenis NYY dapat dipakai dengan persyaratan harus
dimasukkan dalam pipa pelindung sebagai penahan tekanan mekanis. Persyaratan konstruksi
kabel bawah tanah sama dengan persyaratan konstruksi kabel bawah tanah jaringan Tegangan
Menengah, hanya kedalaman penggelaran adalah ± 60 cm

9.3 Proteksi Jaringan dan Pembumian

Jaringan Tegangan Rendah dimulai dari perlengkapan hubung bagi Tegangan Rendah di Gardu
Distribusi, dengan pengaman lebur (NT / NH Fuse) sebagai pengaman hubungan singkat.

Sistem pembumian pada jaringan Tegangan Rendah memakai sistem TN–C, titik netral
dibumikan pada tiap-tiap 200 meter/tiap 5 tiang atau pada tiap 5 PHB pada SKTR, dengan nilai
tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm. Titik pembumian pertama satu tiang sesudah tiang

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 32


awal dan paling akhir satu tiang sebelum tiang akhir. Nilai pembumian total pada satu Gardu
Distribusi sebesar-besarnya 5 Ohm

10 SAMBUNGAN PELAYANAN
Sambungan pelayanan atau service line adalah bagian yang paling akhir dari sistem tenaga
listrik. Dibedakan 2 jenis sambungan, untuk pelanggan Tegangan Menengah dan untuk
pelanggan Tegangan Rendah dengan konstruksi saluran udara dan saluran bawah tanah.

10.1 Konstruksi Saluran Udara

Sambungan pelayanan Tegangan Rendah dengan menggunakan konstruksi saluran udara baik
untuk sambungan fasa tunggal atau sambungan fasa – 3 menyambung dari jaringan Tegangan
Rendah langsung ke papan bagi OK / papan meter APP.

Terdapat 3 jenis konstruksi Sambungan Pelayanan yaitu :

1. Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap (Dakstandard, Roof Pole, Mirstang).
2. Konstruksi sambungan langsung dengan menggunakan tiang atap.
3. Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap, dengan melalui saluran bawah tanah.
Panjang maksimum penghantar saluran udara sampai dengan kotak APP adalah 30 meter dan
60 meter (untuk listrik pedesaan) dengan jatuh tegangan tidak melebihi 1%. Untuk sambungan
pelanggan pada listrik pedesaan jatuh tegangan maksimum 2%.

Pencabangan / sambungan seri dibatasi 5 sambungan pelayanan. Jumlah sambungan


pelayanan dari atas tiang tidak melebihi 4 sambungan dan untuk listrik pedesaan tidak melebihi
7 sambungan.

Jenis kabel yang dipakai Twisted Cable dengan penghantar alumunium (NFA2X).

Untuk saluran bawah tanah memakai kabel dengan pelindung mekanis (misalnya NYFGbY).
Untuk sambungan antara konduktor yang berbeda jenis (Cu dan Al) harus menggunakan
Sambungan Bimetal.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 33


10.2 Konstruksi Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah Bawah Tanah

Persyaratan konstruksi saluran bawah tanah sama dengan persyaratan konstruksi jaringan
distribusi bawah tanah.

Penghantar yang dipakai adalah jenis kabel tanah dengan pelindung metal (NYFGbY). Jika
memakai penghantar dengan inti alumunium, terminasi PHB harus memakai sepatu kabel
bimetal

Fungsi tiang diganti dengan perlengkapan hubung bagi distribusi (PHB) dari PHB sambungan
pelayanan ditarik langsung ke kotak APP pelanggan.

Satu PHB dapat melayani 6 sambungan keluar baik untuk sambungan pelayanan atau
pencabangan PHB distribusi lainnya. Pengamanan sambungan keluar jurusan memakai
pengaman lebur jenis current limitting. Penghantar sisi masuk dan keluar PHB memakai saklar
beban.

Pada tempat-tempat tertentu kontruksi saluran dapat ditempatkan pada dinding bangunan,
demikian pula dengan kontak PHB distribusi.

Semua Bagian Konduktif Terbuka (Panel PHB) harus dibumikan dengan sistem TN – C.

10.3 Sambungan Pelayanan Pelanggan Tegangan Menengah

Untuk sambungan pelayanan Tegangan Menengah ada penambahan perlengkapan pada


Gardu Distribusi tipe beton :

a. Kubikel trafo tegangan – PT


b. Kubikel sambungan pelanggan yang terdiri atas :
- Trafo arus (CT)
- Pembatas daya / Relai Pembatas daya
- Pemutus tenaga (circuit breaker)
Dalam hal khusus instalasi sambungan pelanggan Tegangan Menengah dapat dilakukan
melalui Gardu Distribusi tipe Portal dengan PT – CT tipe pasangan luar. Pengaman trafo atau
pembatas daya pelanggan dengan pengaman lebur Jenis Pembatas Arus.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 34


10.4 Intalasi Alat Pembatas dan Pengukur (APP)

Instalasi APP ditempatkan pada tempat yang mudah didatangi, terlindung dari panas dan hujan
atau gangguan mekanis, atau terlindung dalam lemari panel jika ditempatkan di luar rumah.
APP ditempatkan pada papan OK pada masing-masing rumah pelanggan. Untuk sekelompok
pelanggan (rumah susun, pertokoan) ditempatkan pada lemari APP.

Semua penghantar / kabel sambungan pelayanan secara fisik terlindungi dengan alat
pelindung yang tidak mudah rusak secara mekanis atau dirusak dan tidak melewati bagian /
ruang yang tidak terlihat mata kecuali untuk sambungan pelayanan dengan menggunakan
tiang atap.

Jenis penghantar yang mempergunakan kabel twisted dengan inti alumunium, Sambungan
pada kabel APP menggunakan sambungan bimetal dan dilindungi dengan pembungkus isolasi
ciut panas (heat shrink) pada papan OK.

11 PARAMETER-PARAMETER RANCANGAN KONSTRUKSI


Dalam merancang konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik perlu diperhatikan sejumlah
parameter-parameter teknis listrik, mekanik dan parameter lingkungan yang harus dipenuhi
baik untuk rancangan teknis maupun pemilihan komponen.

Besarnya nilai parameter tersebut harus dihitung dan berdasarkan kondisi sistem tenaga listrik
(kapasitas transformator, tegangan, impedansi, dll).

11.1 Parameter Listrik

Persyaratan teknis / parameter listrik yang harus diperhatikan dalam memilih komponen-
komponen kontruksi adalah:

1. Tegangan maksimal yang diizinkan (rated Voltage) – kV.


2. Basic Impulse Insulation Level – Tingkat Isolasi Dasar – BIL / TID dalam – kV.
3. Tegangan maksimum (Uc) Arrester – kV.
4. Insulator Creepage distance
5. Prosedur / test uji, impulse dan power frekwensi test
6. Tegangan pelepasan pada lighting arrester
7. Withstand Making current

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 35


8. Nominal Breaking Capacity.

Selanjutnya perlu diketahui juga sistem pembumian pada transformator utama di sumber atau
pembangkit atau Gardu Induk, memakai 12 Ohm, 40 Ohm, 500 Ohm, dan solid grounded atau
mengambang (floating).

11.2 Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang harus dipenuhi oleh komponen adalah :

a. Kondisi iklim
b. Suhu keliling
c. Besarnya curah hujan
d. Kelembaban relatif
e. Ketinggian dari permukaan laut

11.3 Parameter Material

Parameter konstruksi komponen harus diperhatikan agar tidak terjadi kegagalan konstruksi :

 Beban kerja (Working load)


 Ukuran / dimensi peralatan
 Penggunaan indoor / outdoor
 Prosedur / tata cara konstruksi
 Spesifikasi teknis konstruksi
 Kemudahan pemakaian alat kerja
 Proteksi terhadap kontaminasi

Parameter desain tersebut ditentukan pada saat akan membeli material atau melaksanakan
konstruksi yang disesuaikan dengn kondisi system kelistrikan setempat.

Sebagai gambaran diberikan contoh persyaratan teknis listrik komponen jaring distribusi di PT
PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.

Sistem Tegangan Tinggi dianggap dengan kapasitas pembangkit dengan daya tak berhingga :
Kapasitas transformator di Gardu Induk 60 MVA, 12,5%

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 36


Tegangan operasi 20 kV
Basic impuls 125 kV
Tegangan kontinyu maksimum lightning Arrester 24 kV (40 Ohm)
Insulation creepage distance 350 mm
Withstand making current 31,5 kA
Nominal breaking current 12,5 kA selama 1 detik
DC voltage 57 kV selama 1 menit
Power frekuensi test selama 15 menit
Arus hubung tanah 1000 Ampere pada SKTM dengan sistem NGR 12 Ohm dan arus hubung
tanah 300 Ampere pada SKTM dengan sistem NGR 40 Ohm.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 37


12 PENYUSUNAN KKO & KKF

12.1 Pengertian Umum

KELAYAKAN TEKNIS & EKONOMIS


Fungsi Manajemen adalah mengambil keputusan yang berkaitan dengan evaluasi proyek
dan alternatif-alternatif yang feasible, ditinjau dari aspek :

 Kelayakan teknis
 Kelayakan ekonomis

Proyek
Engineering

Aspek Aspek
Alternatif
Teknologi Ekonomi
Pilihan/Rencana

Fungsi
tertinggi
Solusi Terbaik

Beaya
Terendah

Gambar PENYUSUNAN KKO & KKF-25Alur KKO KKF

Obyektifitas Ekonomi Teknik

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 38


Untuk menyiapkan Engineer memecahkan kesulitannya secara efektif dengan 2
(dua) lingkungan ( fisik dan ekonomi ) alam dari aplikasi teknik.

Lingkungan fisik :

Kemampuan untuk merancang produk dan jasa dengan mengaplikasikan hukum fisik
dari ilmu fisika, ilmu material dan lainnya.

Lingkungan Ekonomi :

Bernilai atau berharga tidaknya suatu desain, produk atau jasa selain ditinjau
dari aspek fungsional (teknis) juga diukur secara ekonomis.

Physical Economic
Environment
Environment

Alternatif

Problems Engineer

Gambar PENYUSUNAN KKO & KKF-26Ekonomi Teknik

Tinjauan Ekonomis :

 Dilihat bernilai / tidaknya Out-put suatu rancangan/design teknik


 Ditinjau dari besar / kecilnya beaya ( Cost )
 Beberapa kemungkinan untuk proses pengambilan keputusan
 Analisa keputusan berdasarkan pertimbangan ekonomi (Costs atau “ money
term “ )
 Aspek teknologi, sebagai dasar utama ( “Engineering economy study” )

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 39


Proses pengambilan keputusan untuk alternatif, sebagai contoh mesin
pembangkit listrik :

 Jenis Pembangkit : PLTD vs PLTU


 Macam pengoperasian : Operasi manual vs Operasi semi-automatis.
 Analisa kepemilikan : Ownership vs Leasing
 Design – produk : Design sempurna vs design sederhana dll.

Efisiensi : Fisik dan Ekonomi

 Efisiensi ( fisik ) = output / input


o Output dan input dalam satuan fisik.
o Nilai efisiensi < 1 atau < 100 %.
 Efisiensi ( ekonomis ) = output / input = manfaat / beaya
o Output dan input dalam unit satuan ekonomis (uang atau “monetary
term”)
o Nilai efisiensi > 1 atau > 100 %.
o “ Manfaat ekonoms per unit dari fisik output, harus selalu lebih besar
dari-pada beaya per unit dari fisik input “
o Hal ini terkait dengan pemahaman tentang konsep “ nilai tambah ( value
added ) “

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 40


GAMBARAN TOTAL

Lingkungan Lingkungan

Fisik Ekonomi

Proses produksi
Proposal Teknik Kepuasan/
/ proses
terpenuhi
konstruksi
kebutuhan

Out put Manfaat


Efisiensi = Efisiensi =
( Fisik ) Input (Ekonomis) Biaya

12.2 Beberapa Konsep Dasar Ekonomi

EKONOMI TEKNIK :

o Ekonomi Teknik adalah proses produksi/ konstruksi yang ditujukan untuk


mencapai hasil yang se-besar-2-nya, dengan ongkos yang terendah
untuk semua inputannya.
o “ Tujuan ekonomis adalah suatu kebiasaan/perilaku dari individu atau
sekelompok orang , berkontribusi sehingga menghasilkan kepuasan dari
pelanggannya “

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 41


o Banyak Ahli Teknik kurang berhasil dalam design-nya, bukan karena
faktor rancangan teknis atau proses konstruksi-nya (MFG), tetapi justru
karena kesalahan dalam analisis ekonomisnya.
o Evaluasi Beaya dan Program Reduksi ( Value Analysis & Engineering )
o Seorang Ahli Teknik harus dapat menerima tanggung-jawab untuk
pembuatan terjemahan dari rancangannya.
o Terjemahan itu akan terjadi dengan sangat mudah, apabila seorang Ahli
Teknik membuat kerangka konsep dasarnya berupa analisa ekonomi
sehingga menjembatani kesenjangan antara aspek fisik dan ekonomi
dari suatu rancangan teknik, yang mana khusunya dijabarkan oleh
seseorang yang tidak berbasis teknik tetapi terpaksa membaca
rancangan teknik.

“ NILAI “ (VALUE) :

 Nilai adalah suatu penghargaan ( worth ) yang diberikan seseorang


untuk suatu obyek, produk atau jasa (service).
 Harga dan derajat kepentingan yang biasa diberikan terhadap suatu
benda, sebuah produk akan memiliki “ nilai “ yang ditambahkan melalui
proses produktif, dapat terwujud dalam :
o Nilai fungsional ( teknis )
o Nilai Ekonomis.
F ∑(+)
 Formulasinya V = =
C ∑(-)
V = Value; F = Fungsi ; C = Costs

Analisis Nilai :

“ Banyak Manfaat untuk kebutuhan uang yang rendah (More function for less
money) “

VA = sebelum proses MFG / construction (Cost Prevention)

VE = pada saat awal dan selama proses MFG (Cost Reduction)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 42


Pendekatan kreatif yang bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasikan
biaya-biaya yang tidak perlu.

 Pola Pikir Produktif :


o Profit tinggi, cost (non produktive) rendah.
o Strategi menaikkan profit :
 Menaikkan harga
 Menaikkan volume penjualan (market share, break-even anlysis, mass
production dll).
o Cost reduction program :
 Struktur over-head cost
 Processing / operating cost
 Material cost, labor cost dll

12.3 Biaya dan Harga

Harga / Price
Profit Profit
Biaya yg
Fungsi yang bisa
Over head tidak perlu ditekan

Total Fungsi Fungsi akibat


Costs Proses Sekunder desain

Yg kompleks
Fungsi yg
Supporting
Diperlukan Function
Material Fungsi
Basic
Utama Function

Struktur Value
Biaya Analysis
Produk Engineering

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 43


PETUNJUK PENYUSUNAN KAJIAN KELAYAKAN PROYEK SARANA
KETENAGALISTRIKAN DALAM RUPTL No : 005.E//DIR/2006

12.4 kajian kelayakan Oprasi ( KKO ) :

1. Kondisi sistem saat ini berisi anatara lain :


1.1 Kapasitas terpasang dan daya mampu ( pembangkit , trafo , transmisi )

1.2 Tegangan operasi

1.3 Pembebanan trafo

1.4 Capacity Factor (CF)

2. Asumsi :
2.1. Demand forecast

2.2 Neraca Daya

2.3. Jadwal proyek

3. Alternatip solusi berdasarkan economic dan finansial analysis :


Analisis economic ( opsi-opsi , solusi yang memenuhi prinsip least cost , B/C
ratio dan FIRR )

4. Analisa aliran daya :


4.1. Tingkat mutu pelayanan sebelum dan sesudah proyek

4.2 Kebutuhan kompensator

4.3. Analisis tegangan lebih

5. Hubung singkat :
5.1 Kapasitas hubung singkat yang melebihi rating peralatan eksisting

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 44


6. Stabilitas ( untuk proyek pembangkit besar dan transmisi back bone )
7. Analisa lingkungan:
2.1 …… dan UPL

2.2 Analisis dampak lingkungan sekitar proyek

2.3 Rencana monitoring

8. Kesimpulan KKO :
8.1 Kelayakan operasi

8.2 Peralatan lain yang perlu dibangun bersamaan

8.3 Substitusi terhadap BBM

9. Lampiran ( sesuai kebutuhan ) :


9.1 Peta lokasi ( geografis )

9.2 Single line diagram

9.3 Hasil analisa load flow

9.4.Hasil analisa hubung singkat

9.5 Hasil analisa stabilitas

9.6 Tabel-tabel

9.7 Sumber informasi/ referensi

12.5 kajian kelayakan finansial ( kKF )

1. Asumsi ( Lampiran A ):
A.1 Asumsi Harga/ biaya

No Harga / Biaya Keterangan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 45


1 Base exchange rates Nilai tukar berdasarkan best estimate ( research
report, Bloomberg dsbnya )

2 Inflation rate Digunakan sebagai dasar untuk eskalasi


harga /biaya inflasi Rp..
 Domestic inflation
 Foreign inflation inflasi USD

3 Debt to Equity ratio -

4 Interest rate Berdasarkan best estimate ( research report,


Bloomberg dsbnya )
 Foreign loan
 Local loan

5 Base fuel price -

6 O & M cost % dari investment cost atau Rp/kWh

A.2 Asumsi Eskalasi harga/biaya :

No Harga/biaya yang dieskalasi Besarnya eskalasi

1 Exchange rate Domestic inflation – foreign inflation

2 Fuel price USD portion mengikuti exchange rate portion


tidak di-eskalasi

3 Electricity Tariff Mengacu pada statement of corporate intent (


SCI ) PLN yang terakhir , dan seterusnya
dieskalasi sesuai Domestic Inflation
dikaitkan suatu faktor pengali ( mis 75 % )

2. Pendekatan Analisis ( lampiran B ) :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 46


No. Pendekatan Keterangan

1. Fulfillment of electricity load Akan menentukan tingkat


demand penggunaan
pembangkit/transmisi/GI/trafo
selama masa operasi

2. Determination of the applicable Penentuan besarnya komponen


base electricity tariff A,B,C,D

3. Cost equity Berdasarkan metode WACC

4. Discount rate Dihitung dengan metode WACC

3. Pendekatan Analisis ( lampiran C ) :


No. Indikator Satua Nilai Untuk Mengetahui
n Stand
ar

1. Invesment cost Rp - Besarnya investasi awal/project cost

2. Net Present Value (NPV) Rp >0 Manfaat bersih yang diperoleh dengan
ukuran nilai saat ini

3. Benefit-Cost ratio (B/C - >1 Berapa kali manfaat yang diperoleh


Ratio) dibandingkan biaya

4. Profitabillity Index (PI) - >0 Indeks dari manfaat yang diperoleh

5. Financial Internal Rate % > Besarnya tingkat pengembalian dari


of Return (FIRR) Disco proyek
unt
Rate

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 47


6. Return On Equity (ROE) % >Cost Besarnya tingkat pengembalian bagi
of pemegang saham
Equit
y

2. Pay Back Period (PBP) Thn - Kapan proyek akan mencapai titik impas

8. Repayability Analisys Kemampuan proyek mengembalikan


pinjaman (debt)
a.Debt Service
Coverage Ratio Kemampuan proyek mengembalikan
(DSCR) Kali >1 pinjaman untuk setiap tahun selama masa
pinjaman.
b. Loan Life Coverage
Ratio (LLCR) Kemampuan proyek mengembalikan
Kali >1
pinjaman untuk keseluruhan masa
pinjaman

c. Rasio revenue
terhadap kewajiban
pembayaraaan
Kali >1

4. Pendekatan Analisis ( lampiran D ) :


No Harga/biaya yang menjadi sumber resiko Variasi nilai
utama

1 Investment cost -10 % . + 20 %

2 Fuel price + 10 % . + 20 %

3 Base electricity tariff -10 % . + 10 %= tariff saat ini

4 Eskalasi electricity tariff Domestic inflation x 50 % , x25

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 48


%

5 Base exchange rate -10 % . + 20 % . + 40 %

5. Pendekatan Analisis ( lampiran E ) :


Analisa Biaya Pokok Penyediaan ( Impact proyek terhadap biaya pokok penyediaan
)

6. Kesimpulan KKF

12.6 Macam-macam Analisa Finansial

12.6.1 EQUIVALENT UNIFORM ANNUAL CASH FLOW ( EUAC )

EUAC :

Analisa perbandingan dari sejumlah pengeluaran uang yang tidak uniform dengan
cara mengkonversikannya kedalam EUAC.

Contoh :

1. Tentukanlah /Pilihlah usulan investasi Penangan Material ( Material Handling )


yang paling ekonomis dari beberapa alternatip berikut :
Plan A :

Proses penangannan material ( Material Handling ) dilaksanakan secara manual


dimana Biaya tahunan untuk operator dan pengeluaran lainnya Rp. 92 juta.

Plan B :

Proses menggunakan Mekanisasi Peralatan ( Reduce labour Cost )

First cost and installation Rp.152 juta

Operator /labour cost Rp 33 juta/tahun

Biaya lain-lain pertahun :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 49


 Power : R-p 4 juta
 Maintenance : Rp 11 juta
 Tax/insurance : Rp 3 juta
 Biaya ekstra (income taxes) : Rp 13 juta
 Life time operation : 10 tahun dengan nilai akhir dinggap nol ( 0 )

CATATAN :

i = 12 %

Penyelesaian :

No Plan A Plan B

Labour Cost dll Rp 92.000.000,- - Capital Recovery : (EUACF)

CR =Rp.152.000.000(A/P,12%,10)

= Rp..26.904.000,-

Biaya :

Operador Rp.33.000.000,-

Power Rp .4.000.000,-

Maintenc Rp.11.000.000,-

Taxes/ins Rp. 3.000.000,-

Ext Ins Rp.13.000.000,-

Sub Total = Rp. 64.000..000,-

Rp 92.000.000,- Rp. 90.904.000,-

Jadi Plan yang lebih ekonomis adalah Plan B

12.6.2 ANALISA NILAI SEKARANG /PRESENT WORTH ( PW ) :

PRESENT WORTH :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 50


Perhitungan dilakukan dilakukan pada kondisi awal / sekarang . First cost dan
installation sudah dalam kondisi PW sehingga faktor interest tidak perlu
diperhitungkan lagi.

Contoh :

2. Dari contoh soal EUAC diatas hitunglah/tentukan alternatip Plan yang ekonomis
dengan menggunakan metode PW .( i = 12 % , life time 10 tahun )
Penyelesaian :

Plan A : Annual cost dll Rp.92.000.000,-

PWA = Rp.92.000.000 (P/A ,12%,10 ) = Rp.92.000.000 (5,6502)

Rp.519.818.400 ,-

Plan B : Annual cost dll Rp.64.000.000,-

PW Rp.64.000.000, (P/A ,12%,10 ) = Rp.64.000.000 (5,6502)

Rp.361.612.800 ,-

Fisrst cost : Rp.152.000.000,-

PWB = Rp.513.612.800 ,-

Jadi Plan yang lebih ekonomis adalah Plan B

12.6.3 ANALISA LAJU PENGEMBALIAN INVESTASI ( ROR )

MINIMUM ATTRACTIVE RATE OF RETURN ( MARR ) :

MARR ( i ) adalah bunga atau suku bunga yang terdapat di Bank deposito
tabungan ) atau su,ku bunga standard yang berlaku..

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 51


Interest rate ( i *) dalam suatu investasi sangat menentukan apakah Investasi
tersebut layak atau tidak dilaksanakan , karena bila ( i *) >= dari MARR maka
Investasi layak

Metode untuk menghitung interest rate biasanya dilakukan dengan Trial and error
dimana setelah interest rate diasumsikan selanjutnya dihitung PW atau A. Dengan
metode interpolasi akan didapat interest rate ( i *).

Penertian ROR , pada prinsipnya sama dengan Profit dalam teori ekonomi ,
sehingga diperoleh kondisi :

 PWB = PWK atau PWK- PWB = 0 ( NET PRESENT WORTH )/NPW


dimana :

PWB = Pengeluaran , biaya dll

PWK = Penerimaan , keuntungan

 EUAC = EUAB atau EUAB- EUAC = 0 ( NET ANNUAL WORTH )/NAW


dimana :

EUAC = Pengeluaran , biaya tahunan uniform dll

EUAB = Penerimaan , keuntungan tahunan uniform

JENIS ROR :

1. INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR )


2. EXTERNAL RATE OF RETURN ( ERR )
3. REINVESTMENT RATE OF RETURN ( ERRR)

12.6.4 INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR ) :

Apabila diasumsikan bahwa setiap hasil yang diperoleh langsung diinvestasikan


kembali dengan ROR yang sama.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 52


12.6.5 EXTERNAL RATE OF RETURN ( ERR ) :

Hasil yang diperoleh diinvestasikan pada proyek lain dengan ROR yagn
berbeda

12.6.6 REINVESTMENT RATE OF RETURN ( ERRR) :

Hasil yang diperoleh dimanfaatkan pada permasalahan dimana terdapat investasi


lump sum tunggal yang diikuti dengan aliran kas netto positip seragam pada akhir
setiap periode selama umur proyek tersebut..

Contoh :

3. Seorang pengusaha akan membeli suatu Pabrik yang mengalami


kerugian ( hampir bangkrut ) , pada awal Januari 2000 dengan harga U$ 109
juta , dimana ekspektasi Pengusaha itu dengan merubah sistem manajemen dan
lain-lain. Pabrik tersebut setelah 7 tahun akan berharga U$ 220 juta dikurangi
pajak penjualan sebesar 5 % , Cash Flow penerimaan dan pengeluaran sesuai
dengan tabel dibawah ini. Hitunglah interest rate investasi tersebut ( i * ).
Penyelesaian :

5 % pajak penjualan = 0.05 * 220.000.000 = U$ 11.000.000

TAHUN PENERIMAAN PENGELUARAN NET CASH FLOW

Awal Jan 2000 - - 109.000.000 - 109.000.000

2001 + 15.000.000 - 5.000.000 + 10.000.000

2002 + 18.000.000 - 5.500.000 + 12.500.000

2003 + 18.000.000 - 5.700.000 + 12.300.000

2004 + 18.000.000 - 4.500.000 + 13.500.000

2005 + 18.000.000 - 3.600.000 + 14.400.000

2006 + 18.000.000 - 4.300.000 + 13.700.000

Awal 2007 + 12.000.000 - 4.100.000 + 12.900.000

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 53


Akhir 2007 + 220.000.000 - 11.000.000 + 209.000.000

TOTAL + 342.000.000 - 152.700.000 + 189.300.000

Selanjutnya dengan Trial and error untuk PW (18 % ) dan PW (20 %) diperoleh :

TAHUN NET CASH (P/F,18,7) PW(18%) (P/F,20,7) PW(20%)


FLOW

Awal Jan 2000 109.000.000 - 109.000.000 - 109.000.000

2001 + 10.000.000 0,8475 8.475.000 0,8333 8.333.000

2002 + 12.500.000 0,7182 8.928.000 0,6944 8.650.000

2003 + 12.300.000 0,6082 2.486.000 0,5787 2.118.000

2004 + 13.500.000 0,5158 6.963.000 0,4823 6.511.000

2005 + 14.400.000 0,4371 6.294.000 0,4019 5.782.000

2006 + 13.700.000 0,3704 5.071.000 0,3349 4.588.000

Awal 2007 + 12.900.000 0.3139 4.049.000 0.2791 3.600.000

Akhir 2007 + 209.000.000 0.3139 85.605.000 0.2791 58.332.000

TOTAL + 189.300.000 - + 3.924.000 - 6.051.000

Dengan Interpolasi :

ROR = 18 % + 3.924.000/6.051.000 ( 20 % - 18 % )

= 18,787 %

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 54


INTERPOLASI ROR

U$

x/(20-18-x) = 3,924/6.051

x = 0,787

3,924

0 18 x 20
interest (%)

-6,051

Gambar PENYUSUNAN KKO & KKF-27Interpolasi ROR

12.6.7 ANALISA MANFAAT BIAYA /BENEFIT COST RATIO ( BCR )

Analisa manfaat biaya atau (BCR ) biasanya digunakan untuk mengevaluasi proyek-
proyek pemerintah misalnya : Jalan kereta api ( railroad , bendungan , irigasi , jembatan dll ).

Benefit artinya : untung , faedah , manfaat , guna

Cost artinya : biaya , pengeluaran

Suatu proyek dikatakan layak dengan menggunakan analisa manfaat biaya , bila : B/C >= 1.

Contoh :

4. Tentukan alternatip mana yang harusdipilih dari proyek-proyek dibawah ini


dengan menggunakan metode B/C ratio , bila umur teknis 5 tahun , Salvage
value = 0 dan MARR = 6 %.

URAIAN PROYEK A PROYEK B PROYEK C PROYEK D

Biaya Investasi 400 juta 100 juta 200 juta 500 juta

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 55


Profit Revenue/th 100,9 juta 27,7 juta 46,2 juta 125,2 juta

Penyelesaian :

Analisa dilakukan dengan analisis incremental


Proyek A :
B/C = ( PWK)/ ( PWB) = 100.9(P/A,6%,5)
400
= 1.06
Proyek B :
B/C = ( PWK)/ ( PWB) = 22.7(P/A,6%,5)
100
= 1.17
Proyek C :
B/C = ( PWK)/ ( PWB) = 46.2(P/A,6%,5)
200
= 0.97
Proyek D :
B/C = ( PWK)/ ( PWB) = 125,2(P/A,6%,5)
500
= 1.05

Jadi Proyek C tidak layak (not acceptable)

Selanjutnya dari 3 proyek diatas harus dipilih lagi dengan menggunakan Analisa incremental ,

URAIAN PROYEK A PROYEK B PROYEK D

Biaya Investasi 400 juta 100 juta 500 juta

Profit Revenue/th 100,9 juta 27,7 juta 125,2 juta

Incremental A-B :

Biaya investasi : 400-100 = 300 juta

Profit revenue/tahun : 100.9-22.7 = 73,2 juta

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 56


B/C = ( PWK)/ ( PWB) = 73.2(P/A,6%,5)
300
= 1.01 ( Proyek A >B)
Incremental D-A :

Biaya investasi : 500-400 = 100 juta

Profit revenue/tahun : 125.2-100.9 = 24,3 juta

B/C = ( PWK)/ ( PWB) = 24,3(P/A,6%,5)


100
= 1.02( Proyek D > A )

Akhirnya yang paling layak adalah Proyek D

12.7 ANALISA TITIK IMPAS ( BREAK EVEN POINT )

Analisa Titik Impas (BEP) dipakai untuk menentukan volume produk yang harus
dibuat agar suatu operasi produksi tetap menguntungkan, dengan memperhatikan
unit-unit fixed cost (FC), variable cost (VC) dan biaya per unit produk. (C).

Dengan tetap memperhatikan kodisi masa mendatang yang serba tidak pasti dan
faktor time value of money, analisa titik impas akan merupakan alat evaluasi dalam
ekonomi teknis yang secara cepat bisa dipakai untuk mengetahui pengaruh
perubahan sales-revenue atau volume produksi (out-put) terhadap profit yang ingin
dicapai.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 57


Kondisi BEP Total Revenue = Total Costs

Total Revenue > Tot. Costs Profit

Tot. Revenue < Tot. Costs Rugi

Gb. “ Break Even Chart “

Contoh :

Sebuah Pabrik sabun merencanakan akan membuat sejenis sabun mandi untuk kelas
menengah , dimana data dari hasil perhitungan sebagai berikut :

Biaya pembuatan 10.000 sabun Rp. 25 juta perbulan

Biaya pembuatan 15.000 sabun Rp. 30 juta perbulan

Dianggap ongkos-ongkos variabel berhubungan proporsional terhadap jumlah sabun


yang diproduksi. , hitunglah :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 58


 Ongkos vaariabel perunit sabun dan ongkos tetapnya
 Berapa jumlah unit produksi perbulan , agar perusahaan berada pada titik impas
kalau harga penjualan per unit sabun Rp.6.000 ?
 Bila pabrik memproduksi 12.000 unit sabun perbulan apakah perusahaan untung
atau rugi ?

Penyelesaian :

1. Ongkos variabel per-unit :


C = 30 juta – 25 juta
15.000-10.000
= Rp 1000,- per unit
Biaya tetapnya :
TC = FC + c X
Untuk X = 10.000 unit.
25 juta = FC + 1000.10.000
FC = Rp.15 juta
Cara lain
Untuk X = 15.000 unit.
30 juta = FC + 1000.15.000
FC = Rp.15 juta
2. Bila p = Rp.6000 perunit, , dari rumus :
X= FC
p-c
maka :
X = 15 juta / Rp ( 6000-1000 ) = 3.000 unit perbulan

3. Bila X = 12.000 unit perbulan maka total penjualan adalah :


TR = pX
= Rp. 6.000(12.0000
= Rp 72 juta / bulan
Total ongkos yang terjadi adalah :
TC = FC + cX
= Rp 15 juta + Rp.1000.12.000
= Rp.27 juta.
Jadi perusahaan akan untung sebesar Rp 72 juta – Rp 27 juta = Rp 45 juta

12.8 ANALISA PERIODE PENGEMBALIAN (PAY BACK PERIOD}

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 59


Pada dasarnya periode pengembalian adalah jumlah periode ( tahun ) yang
diperlukan untuk mengembalikan / menutup ongkos investasi awal dengan
tingkat pengembalian tertentu. Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran kas
baik tahunan maupun yang merupakan nilai sisa

Kelemahan metode ini mengabaikan konsep nilai uang dari waktu dan semua
aliran kas yang terjadi setelah periode pengembalian diabaikan.

Contoh :

5. Suatu Proyek mempunyai Net Cash Flow sebagai berikut :

Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7

Penerimaan - 100 120 150 170 170 170 165


(Jutaan Rp )

Pengeluaran 120 110 100 120 120 120 125 125


(Jutaan Rp)

Net Cash Flow -10 +20 +30 +50 +50 +45 +45
(Jutaan Rp)

Bila Nilai investasi sebesar Rp. 120 juta Hitunglah Pay Back Period Proyek diatas..

Penyelesaian :
Pada tahun ke 4 NCF = ( - 10+20+30+50) = Rp 90 juta
Pada tahun ke 5 NCF = ( - 10+20+30+50+50) = Rp 140 juta
Karena investasi Rp.120 juta , maka :
Pay Back Period = 4 + (120-90 )/(140-90) tahun = 4,6 tahun

12.9 ANALISA HARGA SEKARANG BERSIH ( NET PRESENT VALUE}

NET PRESENT VALUE ( NPV ) adalah selisih harga sekarang dari penerimaan
penerimaan dengan harga sekarang dari pengeluaran –pengeluaran pada tingkat bunga
tertentu.

Contoh :

6. Suatu Proyek mempunyai Net Cash Flow sebagai berikut :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 60


Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7

Penerimaan - 100 120 150 170 170 170 165


(Jutaan Rp )

Pengeluaran 120 110 100 120 120 120 125 125


(Jutaan Rp)

Hitunglah NET PRESENT VALUE bila bunga i = 12 %.

Penyelesaian :

Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7

Penerimaan - 100 120 150 170 170 170 165


(Jutaan Rp )

Pengeluaran 120 110 100 120 120 120 125 125


(Jutaan Rp)

Net Cash Flow -120 -10 +20 +30 +50 +50 +45 +45
(Jutaan Rp)

P/F ,12%,N 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523

NPV -8,9 15,9 21,3 31,8 28,4 22,8 20,4

(Jutaan Rp ) 11,8

13 PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI


13.1 Pendahuluan

Hampir seluruh kepulauan di tanah air Indonesia telah terjangkau oleh sistim kelistrikan yang
dikelola oleh PLN, walaupun khususnya untuk kondisi Luar Jawa – Bali masih terjadi defisit
Pasokan, juga masih terdapat daerah layanan yang terbatas jam operasinya hanya 12
jam.Energi listrik yang dibangkitkan oleh Pembangkit tenaga listrik jaraknya jauh dari pusat
beban sehingga diperlukan sarana penyaluran yaitu transmisi, distribusi, dan gardu induk dan
harus memperhatikan keandalan (SAIDI dan SAIFI) serta mutu atau kualitas tenaga listrik

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 61


(frekuensi dan tegangan). Sistim Kelistrikan di PLN dimulai dari Pembangkit hingga ke
Pelanggan (APP), dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar -28Sistem Tenaga Listrik

Untuk menghitung biaya dalam penyediaan tenaga listrik pertama yang dilakukan adalah
menghitung Harga pokok (Rp/kWh) yang meliputi modal, biaya operasi, gaji pegawai, dan
biaya pemeliharaan. Kemudian ditentukan Harga jual yang merupakan penjumlahan dari harga
pokok ditambah keuntungan. Seteleh itu ditetapkan biaya tetap, biaya variable dan biaya
kVArh. Biaya tetap (Rp/kVA) merupakan biaya waktu tunggu pembangkit saat pemakaian
tenaga listrik tidak optimal. Biaya pemakaian (Rp/kWh) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
pemakai sesuai pemakaian. Sedangkan Biaya Daya Reaktif (Rp/kVArh) merupakan biaya yang
dikeluarkan oeh pemakai tenaga listrik karena beban induktif.

Sesuai TDL penyambungan listrik ke pelanggan, daya listrik dibagi sebagai berikut:

a. Daya 450 VA s/d 200 kVA  Tegangan rendah


b. Daya 201 kVA s/d 30 MVA Tegangan menengah
c. Daya > 30,5 MVA  Tegangan Tinggi

Sistem distribusi merupakan :

a. Titik Transaksi dalam jual tenaga listrik antara Pelanggan dengan Pemasok listrik

b. Pemasukan penerimaan energi listrik dari pelanggan ke pemasok tenaga listrik

c. ‘Jendela Etalase’ bagi pelanggan untuk menilai baik buruknya citra Pemasok dalam
melayani pelanggan dibidang kelistrikan.

d. Tersedianya Sarana Distribusi yang cukup, andal , efisien dan kontinue

e. Keterbatasan Sumber Pendanaan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 62


f. Perencanaan yang baik merupakan keharusan

Gambar -29Jaringan Distribusi

Sasaran perencanaan sistem distribusi adalah menyediakan saranapendistribusian tenaga


listrik yang cukup, andal, berkualitas, efisien, dan susutteknis wajar.

Perencanaan kebutuhan fisik jaringan distribusi dikelompokkan dalam beberapajenis, yaitu :

a. Perluasan sistem distribusi untuk mengantisipasi pertumbuhan penjualanenergi listrik

b. Mempertahankan/ meningkatkan keandalan (reliability) dan kualitaspelayanan tenaga


listrik pada pelanggan (power quality).

c. Menurunkan susut teknis jaringan

d. Rehabilitasi jaringan tua.

e. Pengembangan dan perbaikan sarana pelayanan

Kebutuhan fisik yang diperlukan untuk perluasan sistem distribusi dalam rangkamengantisipasi
pertumbuhan beban puncak sebagai akibat pertumbuhanpenjualan energi merupakan fungsi
dari beberapa variabel yaitu antara lain :

a. Beban puncak di sisi tegangan menengah (TM) dan tegangan rendah (TR),

b. Luas area yang dilayani,

c. Distribusi beban (tersebar merata, terkonsentrasi, dsb)

d. Jatuh tegangan maksimum yang diperbolehkan pada jaringan,

e. Ukuran penampang konduktor yang dipergunakan,

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 63


f. Fasilitas sistem distribusi terpasang (jaringan tegangan menengah/JTM,gardu
distribusi/GD, jaringan tegangan rendah/JTR, automatic voltageregulator/AVR dsb).

Perencanaan sistem distribusi dibuat dengan memperhatikan kriteria sebagaiberikut:

a. Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untukmenjaga agar
tegangan pelayanan sesuai standar SPLN 72:1987.

b. Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yanglebih andal
seperti spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kotaminimal berupa saluran
radial yang dapat dipasok dari 2 sumber.

c. Mengendalikan susut teknis jaringan distribusi pada tingkat yang optimal.

d. Program listrik desa dilaksanakan dalam kerangka perencanaan sistemkelistrikan secara


menyeluruh dan tidak memperburuk kinerja jaringan danbiaya pokok produksi

Permasalahan di Sistem Distribusi

Permasalahan kelistrikan di sistem distribusi yang perlu diketahui oleh perencana adalah
sebagai berikut :

a. Pasokan tenaga listrik / Gardu Induk / Sisi Hulu

1) Beban Gardu Induk melebihi kapasitias

2) Beban penyulang melebihi kapasitas trafo GI maupun IBT

3) Saluran transmisi mengalami bottle neck

b. Jaringan distribusi primer

1) Buruknya tegangan dan kualitas pelayanan di sisi pelanggan

2) Tingginya susut energi di jaringan distribusi

3) Rendahnya utilisasi jaringan distribusi

c. Transformator distribusi

1) Over Load

2) Susut energi di trafo

d. Jaringan distribusi sekunder

1) Beban tidak seimbang

2) jaringan netral ada arus (losses)

e. Pencurian listrik

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 64


Karakteristik dan macam permasalahan tentutnya dipengaruhi juga dengan kondisi di masing-
masing wilayah antara lain factor demografi, geografis, daerah urban, perkotaan dsb. Adapun
karakteristik permasalahan dalam operasi dan perencanaan jaringan distribusi diwilayah jawa-
bali adalah berbeda dengan di wilayah non jawa-bali,

Di Jawa - Bali

 Kerapatan bebannya tinggi

 Gangguan jaringan yang sering terjadi akibat beban lebih.

 Banyak pelanggan industri dan bisnis dengan daya > 1 MVA

 perluasan jaringan sulit perijinannya

Di Luar Jawa-Bali

 Area pelayanannya sangat luas


 Seringkali dengan kepadatan penduduk yang sangat rendah
 Sering dijumpai penyulang distribusi tegangan menengah yang sangat panjang
 Dari segi Teknis dan Ekonomis tidak layak untuk dibangunNamun terpaksa dibangun
karena alasan sebagai berikut :

o Belum tersedianya fasilitas Transmisi Tegangan Tinggi di suatu daerah

o Interkoneksi PLTD tersebar ke sistem yang lebih ekonomis

o Program listrik desa

13.2 Permasalahan distribusi di Gardu Induk

Beberapa permasalahan distribusi yang terjadi di gardu induk antara lain :

1) Selain bisa menyebabkan Relay Over Current penyulang gagal bekerja yang
mengakibatkan pemadaman yang luas, gangguan hubung singkat di penyulan 1 akan
memberi dampak “kedip tegangan” di penyulang lain yang tersambung di bus 20 kV yang
sama. Selain itu apabila kapasitas trafo diperbesar maka breaking capacity PMT juga harus
diperbesar sehingga biaya yang ditimbulkan menjadi mahal.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 65


Gambar Permasalahan di Sistem Distribusi-30Permasalahan distribusi di Gadu Induk (1)

2) Banyak penyulang yang bisa dipasok dari trafo tenaga besar, biasanya penyulang umum
dan pelanggan besar dilayani secara bersamaan hal ini menyebabkan pelanggan besar
sering mengeluh karena adanya kedip yang diakibatkan oleh gangguan di jaringan.

Gambar Permasalahan di Sistem Distribusi-31Permasalahn distribusi di Gardu Induk (2)

Kerugian operasi distribusi 20 kV dan turunnya tingkat mutu pelayanan yang diakibatkan oleh
kedip mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

1) Frekuensi gangguan hubung singkat di jaringan 20 kV cukup tinggi


2) Setiap kali penyulang 20 kV mengalami gangguan hubung singkat tegangan bus turun
sampai beberapa % saja.
3) Kedip tegangan dirasakan oleh seluruh penyulang yang tersambung di bus 20 kV yang
sama
4) Keluha dari pelanggan besar/ industri yang tidak tahan terhadap kedip tegangan meskipun
dalam TDL telah disebutkan bahwa kedip di 20 kV paling lambat hanya 1 detik.

Perbaikan keandalan sistem distribusi 20 kV dan peningkatan mutu pelayanan yang mungkin
bisa dilakukan antara lain :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 66


1) Frekuensi gangguan hubung singkat di jaringan 20 kV diturunkan dengan melakukan
pemeliharaan atau penambahan jaringan.
2) Menurunkan arus gangguan hubung singkat dengan memisahkan pasokan bus 20 kV
melalui beberapa trafo tenaga yang berkapasitas kecil.
3) Pelanggan besar/ industri yang tidak tahan terhadap kedip tegangan dipasok dari bus yang
terpisah.

13.3 Permasalahan di Jaringan TM 20 kV

Permasalahan di Jaringan TM 20 kV adalah :

• Buruknya tegangan dan kualitas pelayanan di sisi pelanggan

• Tingginya susut energi di jaringan distribusi

• Rendahnya utilisasi jaringan distribusi

13.3.1 Permasalahan di Transformator Distribusi

Permasalahan di Transformator Distribusi antara lain :

 Over Load

 Susut energi di trafo

13.3.2 Permasalahan di Jaringan TR

Permasalahan di Transformator Distribusi antara lain :

 Beban tidak seimbang

 jaringan netral ada arus (losses)

13.4 Kebutuhan Data

Untuk merencanakan sistem distribusi diperlukan data sebagai bahan analisa maupun asumsi
sehingga hasil perencanaan akan dapat mengakomodiir tujuan dari pengembangan sistem
distribusi, anatara lain :

1) Kepadatan penduduk ( sumber data :Pusat statistik)

2) Pemakaian lahan kota (sumber data :Dinas tata kota)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 67


a. Gedung untuk kantor / toko : 20 - 40 Watt / m2

b. Perumahan : 10 - 20 Watt / m2

c. Hotel : 10 - 30 Watt / m2

d. Sekolah : 15 - 30 Watt / m2

e. Rumah sakit : 10 - 30 Watt / m2

3) Kebutuhan penyediaan Tenaga listrik

a. Pusat Pembangkit Listrik

b. Penyaluran: Transmisi, Gardu induk, jaringan TM & Treban


c. Pusat Beban

4) Kepentingan untuk Perencanaan: -

a. jangka panjang
b. jangka menengah
c. jangka pendek
5) Data perkembangan beban pada tahun sebelumnya

13.5 Pendekatan Perencanaan

Keterkaitan yang sangat erat antara Kebutuhan Fisik JTM, JTR dan Trafo Distribusi dengan
Beban Puncak

 Jaringan Tegangan Menengah dipasok dari Gardu Induk atauPLTD sebagai fungsi
panjang jaringan yang diperhitungkansebagai Susut Energi , Tegangan yang
diijinkan, dan maksimal pembebanan

 Trafo Distribusi diambil dari jaringan tegangan menengah yang diperhitungkan pada
Beban Puncak dan Prosentase Pembebananyang diijinkan

 Jaringan Tegangan Rendah berhubungan erat dengan Kapasitas Trafo Distribusi ,


Jumlah Pelanggan yang dilayani dan Susut Energi , Tegangan yang diijinkan dan
maksimal pembebanan

Faktor Sistem Distribusi Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Sistem Distribusi, antara lain :

1) Faktor demandyaitu perbandingan antara demand maksimum (beban puncak)


Terhadap daya tersambung. Digunakan untuk menentukan kapasitas (juga biaya) dari
peralatan Tenaga listrik untuk melayani beban, karena pengaruh terhadap investasi

Misal:

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 68


Peralatan rumah tangga daya tersambung:

Lampu pijar 3 x 60 W = 180 W

3 x 40 W = 120 W

4 x 100 W= 400 W

Jumlah daya tersambung = 800 W

Demand maksimum = 500 W

Faktor demand untuk jenis bangunan:

 Perumahan sederhana : 50 – 75%

 Perumahan besar : 40 – 65%

 Kantor : 60 – 80%

 Toko sedang : 40 – 60%

 Toko serba ada : 70 – 90%

 Industri sedang : 35 – 65%

2) Faktor beban yaitu perbandingan antara beban rata-rata terhadap beban


puncaknya dalam periode tertentu, beban puncak ataurata-rata dapat dinyatakan kW, kVA,
amp. Gunanya untuk mengetahui/perkiraan pemakaian beban kondisi beban Puncak dan
beban dasar.

Misal:
Demand maksimum 100 kW, faktor beban 10%
Berarti Pusat listrik harus menyediakan daya 100 kW, meskipun dipakai
Rata-rata 10 kW atau 10 %- energi setahun = 10% x 8760 = 876 jam
Jadi energi yang dipakai = 876 jam x 100 kW = 87.600 kWh/tahun

13.6 Perkiraan Beban Distribusi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 69


Dalam merencanakan sistem distribusi agar dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga lsitrik
yang harus dipenuhi, perlu melakukan dan memperkirakan kebutuhan beban dimasing- masing
sistem distribusi dengan tahapan sebagai berikut

1) Mengumpulkan data-data analistik atau data historisAnalisa data statistik sebagai bahan
asusmsi atau sasaranyang digunakan dalam perhitungan (teknis, ekonomis, iklim yang
berpengaruh beban yang akan datang)

2) Mengextrapolasi pengaruh faktor-faktor tersebut untukmasa yang akan datang dan


menentukan derajat kepastiannya

3) Membuat perhitungan prakiraan dengan beberapa alternatif

4) Mengadakan cek atau tes perbandingan dengan memilih yang paling memungkinkan

5) Mengadakan tinjauan kembali dan perbaikannya secaraperiodik (misal triwulan, tahunan)


dengan membandingkan angka2 realisasi

13.7 Evaluasi Hasil Perencanaan Sistem Distribusi

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam perencaaan sistem distribusi dapat dengan
mengetahui beberapa indicator / parameter yang ada di dalam kinerja pengusahaan ataupun
dampak terhadap proses bisnis lainnya antara lain :

a. Peningkatan Kinerja Jaringan (Saidi, Saifi, Susut)Setelah Program Dilaksanakan

b. Perbaikan mutu tenaga listrik ( drop tegangan, maupun fenomena PQ lainnya)

c. Perencanaan Yang Berkesinambungan

d. Usulan Memenuhi Persyaratan Teknis Dan BeberapaAlternatif Yang Least Cost

e. Analisa Pengembangan Jaringan MenggunakanMetoda Prosedure Best Practise

13.8 Survey Perencanaan Pembagunan Sistem Distribusi

I. Fungsi Survey

Fungsi utama dari survey adalah untuk menentukan route / lintasan konstruksi dari suatu
jaringan yang akan dipasang.

Ada dua hal survey dilakukan :

- Oleh Perencana :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 70


Menetukan titik-titik tempat yang akan dipasang konstruksi serta jenis konstruksinya dengan
menyesuaikan arah lintasan maupun kondisi geografis

- Oleh Pelaksana :

Diperlukan bila titik - titik yang dibuat oleh perencana dengan memberi patok ternyata hilang
atau tidak ada, maka dengan menggunakan gambar rencana yang sudah ada, titik-titik
tersebut dapat dicari kembali

II. Pelaksanaan Survey

 Lintasan konstruksi jaringan diusahakan merupakan garis lurus dari titik awal sampai titik
ujung
 Permukaan tanah dipilih antara satu titik ke titik lainnya mempunyai ketinggian yang
sama atau berbeda dengan selisih sekecil-kecilnya
 Titik - titik yang ditentukan berada dipinggir jalan
 Hindarkan jaringan berdekatan dari benda-benda lain (bangunan, pohon) hingga jarak
amannya tidak terflalu kecil dari yang ditentukan.
 Pelaksanaan dilakukan oleh tiga orang
 Peralatan survey yang digunakan
- GPS
- kompas
- rol meter
- jalon

III. Langkah-Langkah Survey untuk Perencanaan

3.1. Penentuan titik-titik arah lintasan

Menentukan titik - titik penting, yaitu titik yang satu dengan lainya merupakan garis
lurus.Titik-titik tersebut dipasang patok.

Titik a, b, c, d, e dan f disamping merupakan titik terpenting, maka perlu diperhatikan


ketinggian tanah dan perkiraan tiang yang akan dipasang. Untuk itu pada gambar sket
atau catatan yang dibuat harus bisa ditandai. Misal antara b dan c permukaan tanah
sangat rendah, maka kita harus mengambil kesimpulan tiang antara b dan c, kita pilih
tiang yang lebih panjang daripada yang lainnya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 71


U

C D
A
B

3.2. Pengukuran jarak lintasan

Mengukur jarak antara titik penting dan membaginya menjadi titik antara, dengan
jarak ,untuk jaringan SUTM antara 40 m sampai dengan 50 m. Untuk jarak yang
melebihi ketentuan tersebut maka dibutuhkan konstruksi yang khusus.
10L03
40 m
10L02
44 m
10L01
42 m
07 08 09
01 02 B 06 10
03 05 40 m 38 m 35 m 35 m
04 42 m
36 m 35 m 42 m
40 m 38 m
10R01
46 m
10R02

48 m

3.3. Pengukuran sudut lintasan jaringan

Penggunaan Kompas

• Bila kompas kita pegang menuju sasaran, sedang angka menunjuk 0 °, maka
sudut yang dibentuk oleh sasaran adalah 0 ° , berarti sasaran utara.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 72


• Bila sasaran kita ubah dan angka menunjuk 90° , berarti sasaran timur.

U = 00

B = 2700 T = 900

S = 1800

Jarum Kompas
Latihan :

Bidik satu sasaran yang saudara pilih dengan menggunakan kompas. Berapa derajat Sudut
sasaran saudara ?

Mengukur Sudut Titik Penting


890 910

10L03 10R03

240

U 270

10

09
4. Pematokan

Cara yang sederhana pada pekerjaan pematokan bisa kita lakukan sebagai berikut :

Bila titik penting a, b, c, d, e, dan f sudah ditentukan tinggal kita tentukan apakah
diantara titik-titik yang berhubungan itu dapat dipasang jaringan yang lurus atau tidak

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 73


Kita berdiri di titik a menghadap ke b maka bila titik 02 dan 03 berada dalam satu garis
berarti jaringan akan lurus

contoh :

01 ===> 02 = 1000sudut ini adalah sudut antara arah utara & arah jaringan

02 ===> 03 = 1000

03 ===> 04 = 1000

Berarti titik 01 s.d. 04 berada dalam satu garis (lurus)

Selanjutnya kita berdiri di titik b menghadap ke c titik 05 dan 06 sebagai garis maka
bisa kita simpulkan bahwa antara titik 04 : 03 : 07 segaris (lurus)

Dalam contoh sudut yang terbaca 73°, ini berarti bahwa antara titik a, b dan c terjadi
pembelokan ke arah kiri sebesar 100°- 73° = 27° (lihat gambar)

Dengan langkah yang sama maka dapat kita gambarkan seluruh rencana jaringan
yang kita inginkan

Pengukuran jarak dapat kita gunakan dengan rol meter atau walking meter.

Bila gambar jaringan telah diketahui sudut belok, jarak dan tempat-tempat yang harus
menggunakan tiang panjang / pendek serta titik - titik penting, maka dengan mudah
kita menentukan pemilihan konstruksi dengan bantuan standar yang berlaku

10L03 E
80
10L02

80
10L01
C
A 07 800
B 08 09 D
01 02 06
03 05 970 970
04 730 970 0
1000 1000 730 188
1000 730
10R01
1880
10R02
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 74
1880

10R03 F
10L03

40 m
10L02

10L01 44 m
42 m

240 09 890
06 40 m
07 08 10
01 05 40 m 38 m 35 m 35 m
02
36 m
03 04 40 m
35 m 910
42 m

40 m 270

10R01
46 m

10R02
48 m

10R03
IV. Evaluasi Hasil Survey

Data yang dihasilkan dari survey adalah :

 Gambar lintasan, berupa garis-garis dengan sudut belokan-belokan dan jarak yang di
skala
 Gambar dan catatan kondisi geografis lokasi lintasan jaringan
 Catatan kondisi lingkungan lokasi lintasan jaringan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 75


Dari data tersebut dipertimbangkan dengan beberapa hal misalnya : besarnya kapasitas
listrik yang akan disalurkan, perkembangan beban dan lokasi / lingkungan di masa yang
akan datang dan dana yang tersedia untuk pembangunan konstruksi jaringan distribusi,
maka ditentukan / dipilih konstruksin dan komponen jaringannya.

Dalam pemilihan konstruksi kita harus mempunyai buku standar, di dalam buku tersebut

bisa mendapatkan beberapa jenis standar konstruksi antara lain :

- Standar konstruksi SUTM pada tiang beton bulat

- Standar konstruksi SUTM pada tiang beton H

- Standar konstruksi SKUTM pada tiang beton bulat

- Standar konstruksi SKUTM pada tiang beton H

- dan lain – lain

Sedangkan untuk menentukan komponen jaringan, hal yang penting adalah penghantarnya
yaitu bahan dan penampangnya

Pertimbangan untuk memilih bahan besarnya penampang penghantar adalah :

• Kemampuan hantar arus ( KHA )


• Jatuh tegangan dan rugi daya yang timbulkan oleh karena panjang penghantar
• Kuat tarik dan kelenturan

Bila perkiraan masalah teknik ( konstruksi ) sudah ditentukan, perkiraan anggaran / biaya
dapat dihitung dengan mmempertimbangkan harga-harga setempat.

Anggaran biaya konstruksi terdiri dari :

• Biaya material

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 76


Harga barang ditentukan oleh harga patokan setempat ( HPS ) ditambah pajak
pertambahan nilai (ppn) sebesar 10 %

• Biaya jasa pemasangan


Faktor kesulitan dan resiko dalam pemasangan menentukan nilai biaya jasa
pemasangan. Ditambah dengan pajak yang disebut pajak penghasilan (pph) sebesar
rata-rata 5 %

• Biaya-biaya lain
Selain dari 2 (dua) biaya utama diatas, masih ada beberapa biaya lain yang harus
dianggarkan misalnya :

– biaya perijinan
– biaya pembebasan lokasi
– biaya ganti rug
– dll

13.9 Kriteria Design

13.9.1 Tujuan Kriteria Design

Tujuan pembuatan Desain Kriteria ialah untuk memberikan pegangan yang terarah
dalam penyusunan desain sistem dan standar – standar kontruksi distribusi yang akan
dipergunakan serta perencanaan perluasan jaringan untuk mendapatkan tingkat
efisiensi distribusi yang tinggi.

Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah :

1) Besaran Drop Tegangan


2) Besaran Susut
3) Cos Phi
4) Loss Load Factor (LLF)

Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah :

1) Sistem Tegangan Menengah 20 kV.


2) Gardu Distribusi .
3) Sistem Tegangan Rendah 230 / 400 Volt .

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 77


4) Sambungan Rumah.

Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SPLN yang ada dan Ketentuan –
ketentuan lain yang berlaku.

13.9.2 Kriteria Desain Jaringan Tegangan Menengah

Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan dikembangkan
adalah Sistem Distribusi Tegangan 20 KV menggunakan hantaran udara dan atau
kabel tegangan menengah 20 KV dengan memperhatikan kepadatan beban, tingkat
mutu dan keandalan serta kebutuhan pelanggan.

Beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah :

1) Kriteria kerapatan beban


2) Pola Konfigurasi
3) Korelasi Drop Tegangan
4) Korelasi Susut terhadap standard jaringan.
5) Pengembangan Jaringan Baru
6) Konsistensi antara pembebanan jaringan terhadap standard pola pembebanan.

13.9.3 Kriteria Kerapatan Beban

Dalam mendesain sebuah Jaringan Listrik, perlu diketahui kerapatan beban


dalam satuan KVA / KM2 , sehingga dapat ditentukan jenis penghantar dan
panjang penghantar yang akan mensuplai beban tersebut.

Kriteria Kerapatan beban meliputi :

1) Beban Ringan
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban ringan bila terdapat beban kurang
dari 0,5 MVA per km2 .

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 78


2) Beban Sedang
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat beban antara
0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2 .

3) Beban Padat
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban diatas 1
MVA per KM2 .

13.9.4 Pola Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Pola Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah dapat dipilah dalam 4


kelompok besar, yaitu :

1) Konfigurasi Radial Murni


2) Konfigurasi Open Loop (Open Ring) Non Spindel
3) Konfigurasi Spindel
4) Konfigurasi Spot Network.

13.9.5 Drop Tegangan dan Susut

Berdasarkan SPLN 72:1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan menengah


(JTM) dengan kriteria drop tegangan sebagai berikut :

1) Drop Tegangan Spindel maksimum 2 %


2) Drop Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 %

Untuk mendesain jaringan dengan pertimbangan susut jaringan, maka susut


jaringan maksimum yang diijinkan :

1) Susut maksimum Spindel maksimum 1 %


2) Susut maksimum Open Loop dan Radial maksimum 2,3 %

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 79


13.10 Kriteria Design Trafo

Kriteria design trafo dalam perencanaan pembangunan sistem distribusi perlu


direncanakan pola pembebanan trafo yang akan menghasilkan drop tegangan maupun
susut paling kecil (minimal), disamping itu terdapat sitem pengaman yang harus
diperhatikan baik yang terpasang di sisi tegangan 20 KV maupun sisi tegangan rendah
231/400 volt.

13.11 Pola Pembebanan Trafo Distribusi

Pola pembebanan trafo distribusi hendaknya mengikuti karakteristik trafo


sesuai dengan spesifikasi trafo sesuai SPLN no. 50 : 1997, agar
didapatkan susut yang minimal yaitu pembebanan trafo sebesar 60% -
70% dari kapasitas trafo.

13.12 Drop Tegangan Trafo Distribusi.

Drop tegangan di trafo distribusi di sisi sekunder pada saat beban maksimum
dibolehkan sebesar 3 % dari tegangan kerja (sesuai SPLN 72 : 1987).

13.12.1 Susut Trafo Distribusi

Rumus yang digunakan :

LossesTraf o  (i  c.(Pr) 2 .LLF ).N

Dimana :

- i = Rugi Besi Trafo ( kW)


- c = Rugi Tembaga ( kW)
- LLF = Load Loss factor .
- Pr = Pembebanan Trafo rata-rata (%).
- N = Jumlah Trafo.
- Catatan = Rugi Besi dan tembaga diambil dari SPLN 50:1997
- Losses maksimum 1,5 % ( pada temperatur 75 0C )

13.12.2 Kriteria Design JTR

Kriteria Desain sebuah jaringan tegangan rendah adalah sebagai berikut :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 80


 Drop Tegangan Rendah maksimum 4 % .
 Susut Tegangan Rendah 3,5 %
 Dengan menggunakan JTR 3 x 70 mm2 +1 x50mm2

13.12.3 Kriteria Design SR

Kriteria Desain SR adalah sebagai berikut :


 Drop tegangan Sambungan Rumah Maksimum 1 % ( SPLN 72 :1987) atau
Tegangan Pelayanan tidak boleh kurang dari 208 Volt (sesuai SPLN No 1:1995).
 Panjang jaringan SR maksimum 30 meter

13.13 SPLN

Pedoman Pengelolaan Standardisasi PLN (SPLN)


Sub-bab yang diadob dari standar ini digunakan sebagai pedoman umum kebijakan
proses pengelolaan standar perusahaan di PT PLN (Persero) yang meliputi program
perumusan standar, pelaksanaan perumusan standar, penetapan draf dan pengesahan
standar, penerapan standar, dan pemeliharaan standar

Sifat, Fungsi Dan Posisi SPLN

Sifat SPLN SPLN bersifat wajib dan diterapkan oleh seluruh unit.
Fungsi SPLN
a. Komitmen manajemen

Perusahaan pada dasarnya semaksimal mungkin menggunakan standar nasional (SNI),


dan standar-standar internasional (IEC, ISO).Namun dalam hal terdapat kebutuhan
spesifik yang tidak tercakup dalam standar-standar tersebut, perusahaan perlu memilih
spesifikasi tertentu yang lebih spesifik dari standar-standar tersebut, maka perusahaan
merumuskan dan memberlakukan SPLN.

b. Pedoman desain dan perencanaan

SPLN berfungsi sebagai pedoman desain dan perencanaan untuk pembangunan suatu
sistem pembangkit tenaga listrik, transmisi, distribusi dan SCADA.

c. Acuan dokumen kontrak

SPLN berfungsi sebagai acuan pada dokumen-dokumen kontrak meliputi antara lain:
a. Spesifikasi teknik dalam pengadaan barang dan jasa;
b. Metode uji dalam serah terima peralatan;
c. Komisioning/inspeksi teknik;
d. Operasi dan pemeliharaan peralatan atau instalasi ketenagalistrikan;
e. Aspek teknis dalam jual beli tenaga listrik.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 81


d. Pedoman kerja

SPLN berfungsi sebagai pedoman kerja meliputi antara lain:


a. Operasi dan pemeliharaan peralatan dan instalasi ketenagalistrikan
b. Proses bisnis perusahaan
c. Konstruksi instalasi ketenagalistrikan

e. Posisi SPLN

SPLN oleh PT PLN (Persero) digunakan sebagai standar perusahaan yang


diberlakukan di seluruh unit PT PLN (Persero) dan yang dapat mendukung standar
nasional dan internasional.

Katalog SPLN

a. Katalog SPLN dipublikasikan oleh PLN Litbang, sekurang-kurangnya


memuat daftar status SPLN, Judul dan nomor SPLN lama, judul dan nomor
SPLN baru serta keterangan status;
b. Katalog SPLN dipublikasikan dan diperbarui setiap periode 12 (duabelas)
bulan dan dapat dipublikasikan dalam web: www.pln-litbang.co.id.

Pedoman Penulisan SPLN: Prinsip Umum

Sub-bab yang diambil dari standar ini mengatur cara penulisan SPLN yang meliputi
struktur, penomoran dan konsistensi penulisan. Tulisan harus sesingkat mungkin tetapi
cukup jelas sesuai dengan tujuan yang harus dipenuhi menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baku.

Struktur SPLN

Struktur SPLN terdiri dari : Judul; Daftar Isi; Prakata; Pendahuluan (bila perlu); Daftar
nama penyusun standar;

1. Ruang lingkup;
2. Tujuan (jika ini tidak selayaknya dimasukkan dalam ruang lingkup);
3. Acuan Normatif;
4. Istilah dan Definisi;
5. Isi Standar;

Lampiran; Tabel (bila perlu);

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 82


Gambar (bila perlu).

Identitas SPLN

Penerbitan SPLN diberi nomor dan kode yang ditetapkan sebagai berikut:

 Digit pertama berupa abjad digunakan sebagai identifikasi kelompok bidang.

Bidang Umum : U

Bidang Pembangkitan : K

Bidang Transmisi : T

Bidang Distribusi : D

Bidang SCADA : S

 Digit kedua berupa nomor kode kategori digunakan sebagai identifikasi kategori
standardisasi

Kode Kategori Kategori

1 Umum

2 Manajemen

3 Peralatan

4 Konstruksi

5 Kaidah rancangan dasar

6 Peraturan-peraturan dalam perencanaan dan


pembangunan

7 Operasi dan pemeliharaan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 83


 Digit ketiga berupa tanda titik.

 Digit keempat, kelima dan keenam digunakan sebagai nomor urut standar pada
masing-masing kelompok bidang standardisasi.

 Bila suatu standar terdiri dari beberapa bagian, maka penomoran standar dapat
ditambahkan pada nomor urut bagian standar tersebut pada digit ketujuh diisi tanda
minus dan digit kedelapan nomor bagian tersebut.

 Pada akhir nomor standar dicantumkan tahun penerbitan sejumlah 4 digit diawali tanpa
spasi, dilanjutkan dengan tanda “:” dan diakhiri dengan spasi,

CONTOH 1: SPLN U1.004-1: 2008

SPLN Bidang Umum( U ), Kategori Umum ( 1), No.Urut SPLN ( 004 ), Bagian standar (-1) ,
Tahun penerbitan ( 2008 )

14 Electrical Load Forecasting


14.1 Konsep Dasar Prakiraan

Pada beberapa tulisan mengenai forecasting, terkadang diartikan sebagai peramalan


atau prakiraan, namun sebenarnya mempunyai pengertian yang sama yaitu memprediksi
suatu nilai dimasa yang akan datang. Memprediksi masa depan itu pada dasarnya sangat
sulit (Nils Bohr). Membuat prakiraan (forecasting) kebutuhan tenaga listrik merupakan
langkah awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam membuat rencana pengembangan
sistem ketenagalistrikan yang meliputi pembangkit, penyaluran dan distribusi. Kebutuhan
tenaga listrik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pertumbuhan jumlah penduduk,
pertumbuhan ekonomi, target rasio elektrifikasi, energi substitusi, kemampuan disisi
pasokan, dan di beberapa Negara dipengaruhi juga oleh harga jual listrik kepada
pelanggan, faktor musim, perubahan struktur ekonomi, dan sebagainya.

14.2 Peran Prakiraan dalam Perencanaan

Prakiraan merupakan proses awal dari rangkaian kegiatan penyusunan perencanaan


dan mempunyai posisi strategis serta menjadi bagian yang sangat penting. Tanpa ada data
prakiraan kebutuhan listrik, maka perencanaan tambahan kapasitas sistem kelistrikan tidak
dapat dilakukan. Selain sebagai dasar dalam proses perencanaan sistem kelistrikan,
prakiraan kebutuhan listrik juga digunakan sebagai dasar dalam penyusunan masterplan
distribusi, perencanaan kepegawaian, perencanaan fasilitas, proyeksi keuangan dan lain
sebagainya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 84


Bila dilihat dari horizon waktu, maka prakiraan kebutuhan listrik di PLN dapat kelompokkan
menjadi 3 yaitu:

a). Jangka pendek sampai dengan 2 tahun, yaitu mulai harian, mingguan, bulanan, hingga
tahunan, biasa digunakan untuk perencanaan operasional. Sedangkan periode 1
sampai dengan 2 tahunan biasa digunakan untuk perencanaan anggaran (RKAP).

b). Jangka menengah 3 sampai 5 tahun, digunakan untuk perencanaan stategi korporat,
pembangkit skala kecil dan untuk masterplan sistem distribusi.

c). Jangka panjang 10 tahunan, digunakan untuk perencanaan pengembangan sistem


pembangkitan, transmisi dan gardu induk, sebagaimana produk RUPTL.
Jangka panjang 20 sampai 50 tahun, digunakan untuk menyusun master plan
pengembangan sistem.
Perlu diketahui bahwa semakin panjang jangka waktu prakiraan, maka akan semakin sulit
diprediksi dan ketidak pastiannya akan semakin besar.

Sebagai usaha untuk mendapatkan angka prakiraan yang lebih tepat, perlu dilakukan
kajian mendalam data historisnya dan secara terus menerus dilakukan tinjauan terhadap
asumsi yang digunakan (review dan updating). Langkah review dan updating prakiraan
kebutuhan listrik jangka menengah dan jangka panjang, sebaiknya dilakukan minimlal
setiap satu tahun sekali, terlebih bila ada gejolak cukup ekstrim baik internal maupun
eksternal yang dapat mempengaruhi angka prakiraan kebutuhan listrik.

14.3 Data Statistik

Kualitas dan pola perilaku sekumpulan data dalam statitik, sangat berpengaruh
pada tingkat ketelitian hasil prakiraan (forecasting). Oleh karena itu, sebelum
melakukan proses prakiraan, perlu dipelajari terlebih dahulu data runtun waktu
yang tersedia. Dengan mengamati data runtut waktu, akan terlihat beberapa
komponen yang mempengaruhi suatu pola data masa lalu dan sekarang, yang
cenderung berulang dimasa mendatang.

Terdapat beberapa pola data runtun waktu yang sering terjadi yaitu:

– Trend, yaitu komponen jangka panjang yang


mendasari pertumbuhan (atau penurunan) suatu

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 85


data runtut waktu.

– Musiman (seasonal), yaitu fluktuasi musiman


yang sering dijumpai pada data kuartalan,
bulanan atau mingguan.

– Siklikal (cyclical), yaitu suatu pola fluktuasi atau


siklus dari data runtun waktu akibat perubahan
kondisi ekonomi, dan sebagainya.

- Autokorelasi adalah korelasi


yang terjadi antar observasi dalam satu
variabel. Korelasi ini terjadi antar waktu atau
individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak
terjadi pada data time series, artinya kondisi
sekarang dipengaruhi waktu lalu.

- Tak beraturan (irregular), yaitu pola acak yang


disebabkan oleh peristiwa yang tidak dapat
diprediksi atau tidak beraturan, seperti perang,
pemogokan, pemilu, atau longsor maupun
bencana alam lainnya.

14.4 Metode Prakiraan

Metode prakiraan (forecasting) merupakan salah satu teknik untuk memprediksi atau
memprakirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan memperhatikan data atau
informasi masa lalu maupun saat ini, baik secara matematik maupun statistik. Ketepatan
suatu prakiraan yang dibuat, sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan dan kualitas
data/informasi yang tersedia.
Selama data yang digunakan tidak baik / kurang meyakinkan, maka prakiraan yang
dihasilkan juga akan sulit dipercaya ketepatannya.

Secara umum, metode prakiraan (forecasting) dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
utama yaitu :

– Metode kuantitatif atau objective methods, adalah suatu prakiraan yang didasarkan atas

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 86


data kuantitatif pada masa lalu, disertai rangkaian kaidah matematis untuk memprediksi
atau meramalkan suatu nilai dimasa depan. Metode kuantitatif terdiri dari beberapa
macam antara lain: time series methods, causal methods dan kombinasi dari keduanya.
Model regresi, trend dan ekonometri termasuk didalam kelompok ini.

– Metode kualitatif atau Subjective (judgmental) methods, adalah prakiraan yang


didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil prakiraan yang dibuat sangat
bergantung kepada orang yang menyusun karena berdasarkan pada pemikiran yang
bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Metode
ini biasanya digunakan karena tidak tersedia data yang representatif sehingga tidak bisa
dibuat model matematik yang sesuai.

Pada literatur tertentu, metode prakiraan dikelompokkan kedalam 4 kategori:

– Subjective: dilakukan dengan intuisi, atau ‘gut feeling’, masuk dalam kelompok metode
kualitatif.
– Univariate: semata-mata berdasarkan data masa lalu (time series). Cara ini dikenal juga
sebagai ‘naive projection’, misalnya ekstrapolasi trending, eksponential.
– Multivariate: memperhatikan hubungan causal atau hubungan explanatory, karena itu
tergantung pada metoda untuk mengetahui apakah suatu variable mempunyai korelasi
dengan variabel lain. Contoh: penjualan listrik mungkin tergantung pada income. Model
regresi (dan ekonometric) masuk dalam kategori ini, dan sering disebut juga model
prediksi atau causal.

– End-use: dibuat dengan menghitung langsung konsumsi listrik peralatan end-use


seperti air conditioner, penerangan, lemari pendingin, seterika, televisi, dan lain-lain.

Sebagaimana diketahui, ada banyak metode dan cara yang dapat digunakan untuk
membuat prakiraan kebutuhan listrik. Namun dalam tulisan ini, hanya beberapa metode
saja yang akan diuraikan yaitu model yang masuk dalam kelompok metode kuantitatif yang
diperkirakan akan sering digunakan dan dapat dijalankan didalam aplikasi Simple-E.
Sedangkan metode yang diperkirakan akan jarang digunakan seperti metode kualitatif,
tidak dibahas didalam tulisan ini.

14.5 Metode Time Series

Time series merupakan kumpulan kejadian-kejadian masa lalu yang dirangkum


menjadi satu deret waktu sehingga menghasilkan data yang dapat dilihat dari periode ke
periode. Metode time series merupakan metode yang disusun berdasarkan data masa lalu

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 87


tanpa memperhatikan faktor lain sebagai penyebab atau faktor yang mempengaruhi, misal :
pengaruh ekonomi, jumlah penduduk, tarif, terhadap tingkat penggunaan listrik.

Ada beberapa metode yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain:

14.5.1 Naive Model

Merupakan metode yang paling sederhana, menganggap bahwa prakiraan nilai pada
periode berikutnya sama dengan nilai aktual periode sebelumnya. Data aktual pada
periode yang baru saja berlalu merupakan alat peramalan / prakiraan yang terbaik untuk
meramalkan/membuat prakiraan keadaan / nilai di masa yang akan datang. Biasanya
hasilnya kurang baik.
Contoh:
Penjualan pada bulan Mei 48 kWh, maka penjualan pada bulan Juni juga 48 kWh. Dalam
bentuk matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Jika data masa lalu tersedia cukup banyak, maka bisa dihitung nilai rata-ratanya untuk
digunakan sebagai prakiraan dimasa depan. Atau jika datanya mempunyai nilai yang
cenderung naik atau turun, maka bisa dibuat dalam bentuk trend, dan dinyatakan dalam
persamaan berikut.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 88


14.5.2 Moving Average

Metode ini biasa disebut sebagai Rata-rata bergerak yang merupakan perbaikan
dari metode Naive, yaitu dengan membuat prakiraan berdasarkan pada nilai rata-rata
satu periode tertentu sebelumnya.
Metode Moving Average ada beberapa macam, antara lain: Simple Moving
Average, dan Weighted Moveing Average

Metode Simple Moving Average


Pada metode Simple Moving Average semua data diberikan bobot yang sama yaitu
satu. Berikut contoh penggunaan metode Simple Moving Average.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 89


Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 90
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 91
Jika dituliskan dalam bentuk matematis, maka dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan
sebagai berikut:
Ft+1 = w1At + w2At-1 + w3At-2 + ...+ wnAt-n+1 .............. (5)

14.5.3 Exponential Smootohing

Metode Exponential Smoothing merupakan prosedur perbaikan terus-menerus pada peramalan


terhadap objek pengamatan terbaru. Ia menitik-beratkan pada penurunan prioritas secara
eksponensial pada objek pengamatan yang lebih tua. Dengan kata lain, dalam membuat
prakiraan, data observasi terbaru akan diberikan prioritas/bobot lebih tinggi dari pada data
observasi yang lebih lama.

Metode ini juga terdiri dari beberapa macam yaitu :

‒ Single Exponential Smoothing

Juga dikenal sebagai simple exponential smoothing yang digunakan pada prakiraan jangka
pendek, biasanya hanya 1 bulan ke depan. Model ini mengasumsikan bahwa data berfluktuasi
di sekitar nilai rata-rata yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan konsisten.

‒ Double Exponential Smoothing

Metode ini digunakan ketika data menunjukkan adanya trend. Exponential smoothing, dengan
adanya trend seperti penghalusan sederhana kecuali bahwa dua komponen harus diupdate
setiap periode – level dan trendnya. Level adalah estimasi yang dihaluskan dari nilai data
pada akhir masing-masing periode. Trend adalah estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan
rata-rata pada akhir masing-masing periode.

‒ Triple Exponential Smoothing

Metode ini digunakan ketika data menunjukan adanya trend dan perilaku musiman. Untuk
menangani musiman, telah dikembangkan parameter persamaan ketiga yang disebut metode
“Holt-Winters” sesuai dengan nama penemunya. Terdapat dua model Holt-Winters tergantung
pada tipe musimannya yaitu Multiplicative seasonal model dan Additive seasonal model.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 92


14.5.4 Simple Regression

Secara umum, metode regresi merupakan salah satu teknis analisis statistika yang digunakan
untuk menggambarkan hubungan antara satu variabel respon (tidak bebas) dengan satu atau
beberapa variabel bebas. Sedangkan Simple Regression atau regresi sederhana merupakan
analisis statistika yang memodelkan hubungan antara satu variabel respon dengan satu
variabel bebas sejenis menurut bentuk hubungan persamaan linier. Secara matematika dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan seperti berikut:

Y = f (X) + ε atau Y = a + b X + ε

Misal : prakiraan penjualan kWh sebagai fungsi realisasi penjualan kWh pada tahun-tahun
sebelumnya. Untuk selengkapnya akan dijelaskan pada bagian 2.4 dibawah yang membahas
mengenai regresi.

14.5.5 A RIMA

Model ARIMA (autoregresif integreted moving average) adalah model yang dalam pembuatan
prakiraan / peramalan secara penuh mengabaikan varibel bebas. ARIMA menggunakan nilai
masa lalu dan sekarang dari variabel tidak bebas (dependent) untuk menghasilkan prakiraan
jangka pendek yang akurat. Namun untuk prakiraan jangka panjang ketepatannya kurang baik.
Tujuan ARIMA adalah untuk menentukan hubungan statistik yang baik antar variabel yang
diramal dengan nilai historis variabel tersebut sehingga prakiraan dapat dilakukan dengan
model tersebut. ARIMA digunakan untuk suatu variabel (univariate) deret waktu dan model ini
sering juga disebut metode runtun waktu box-jenkins.

14.6 Metode Causal Relationship

Metode causal relationship ini menggambarkan hubungan antara satu atau beberapa variable
bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable), yang dinyatakan
dalam sebuah persamaan matematika. Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui
terlebih dahulu pengertian mengenai regresi dan korelasi. Regresi dan korelasi, sebagai
pengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel tersebut berupa data yang
dianalisis, harus bersifat kuantitatif dan sekurang-kurangnya data dalam skala interval. Data
kuantitatif terdiri atas dua macam yaitu: data yang bersifat bebas (variabel bebas) dan data
yang terikat (variabel tak bebas) atau variabel endogen.

Tujuan mempelajari regresi dan korelasi adalah untuk menemukan atau mencari hubungan
antar variabel, sebagai dasar untuk dapat dipakai melakukan penaksiran atau peramalan atau
estimasi atau prakiraan dari hubungan antar variabel tersebut.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 93


14.6.1 Regresi

Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan bentuk
hubungan persamaan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi) diperlukan
pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi simbul X dan variabel tak
bebas dengan simbul Y.

Kedua variabel biasanya bersifat kausal atau mempunyai hubungan sebab akibat yaitu saling
mempengaruhi. Dengan demikian, regresi merupakan bentuk fungsi tertentu antara variabel
tak bebas Y dengan variabel bebas X atau dapat dinyatakan bahwa regresi adalah sebagai
suatu fungsi Y = f (X). Bentuk regresi tergantung pada fungsi yang menunjangnya atau
tergantung pada persamaannya. Metode ini terdiri dari dua kelompok yaitu metode regresi linier
dan metode regresi non linier.

Untuk mendapatkan garis regresi (sebagai penduga) berdasarkan pasangan data/nilai X dan
Y, yang sering digunakan adalah dengan pendekatan matematis, walupun ada cara lain yaitu
metode tangan bebas namun ini jarang digunakan. Pendekatan matematis yang dimaksud
adalah menggunakan metode kuadara terkecil (least square methode), yaitu suatu bentuk garis
yang akan didapatkan mendekati titik-titik pasangan X, Y.

Ada beberapa cara pendekatan matematika untuk mendapatkan garis regresi penduga yang
terbaik seperti:

a). Garis penduga menjadi garis regresi terbaik apabila jumlah semua kesalahan adalah
minimal, ditulis dengan: Σei = minimal atau Σ( Yi - Ŷ) = minimal.

b). Garis penduga merupakan garis regresi yang terbaik, apabila jumlah harga mutlak dari
nilai kesalahan atau Σ│e│ adalah minimal. Cara ini lebih baik dari cara pertama sebab tidak
ada saling kompensasi antara nilai ei yang negatif dengan positif.

c). Garis penduga merupakan garis regresi yang terbaik, apabila jumlah pangkat dua (kuadrat)
nilai kesalahan-kesalahan (ei) adalah minimal atau ditulis dengan rumus: Σei2 = 0.

Sampai sekarang metode kuadrat terkecil ini adalah suatu metode yang paling ampuh pada
perhitungan untuk menduga suatu garis regresi yang terbaik dibandingkan dengan metode-
metode yang lainnya.

14.6.2 Metode Regresi Linier

Pada metode regresi linier, hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tidak bebas
(Y) dalam persamaan matematis bersifat linier atau bentuk garis lurus. Metode regresi linier
terdiri atas dua macam yaitu :

a). Metode regresi linier sederhana,

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 94


Bentuk hubungan antara satu variabel X dengan variabel Y adalah yang paling sederhana yaitu
garis lurus atau hubungan linier, dan disebut regresi linier sederhana atau sering disebut
regresi linier saja dengan persamaan matematikanya adalah sebagai berikut.

Y = f (X) atau Y = a + b X + ɛ, sering ditulis dalam bentuk sederhana

Y=a+bX

Varibel a disebut intercept coeffisient, dan variabel b disebut slope coeffisient. Sedangkah ɛ
sering disebut sebagai variabel pengganggu karena pada kenyataannya ada faktor lain yang
berpengaruh walaupun kecil.

Persamaan regresi linier sederhana terebut dapat digambarkan seperti berikut.

Misalkan Y adalah penjualan listrik dan X adalah jumlah penduduk, maka dapat dikatakan
bahwa penjualan listrik akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika X
adalah jumlah pelanggan, maka semakin bertambah jumlah pelanggan maka hasil penjualan
listrik akan meningkat, dan seterusnya. Jika X adalah merupakan interval waktu, maka bentuk
regresi sederhana ini termasuk dalam kelompok metode time series. Contoh gambar dan
bentuk persamaan regresi linier sederhana seperti berikut.

b). Metode regresi linier berganda, dengan bentuk persamaan fungsi sebuah bidang
seperti berikut

Y = f (X) atau Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ...... + ɛ

Sebagai contoh, penjualan listrik Y akan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi
(dinyatakan sebagai X1), pertambahan jumlah penduduk (dinyatakan sebagai X2), dengan
anggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk tidak saling
mempengaruhi. Atau dengan kata lain bahwa diantara kedua variabel bebas tersebut (X1, dan
X2) tidak ada saling ada kebergantungan atau tidak saling mempengaruhi.

Berikut contoh regresi yang menyatakan hubungan antara penjualan listrik dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk, membentuk persamaan sebagai
berikut : Y = 101,0596 + 0,09813 X1 - 0,75991 X2

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 95


14.6.3 Metode Regresi Non Linier

Metode regresi non linier ialah bentuk hubungan atau fungsi di mana variabel bebas X dan atau
variabel tak bebas Y dapat berfungsi sebagai faktor atau variabel dengan pangkat tertentu.
Selain itu, variabel bebas X dan atau variabel tak bebas Y dapat berfungsi sebagai penyebut
(fungsi pecahan), maupun variabel X dan atau variabel Y dapat berfungsi sebagai pangkat
fungsi eksponen atau fungsi perpangkatan.

Metode Regresi Non Linier dapat dibedakan menjadi beberapa model :

a). Regresi polinomial, ialah regresi dengan sebuah variabel bebas sebagai faktor dengan
pangkat terurut. Bentuk-bentuk fungsinya adalah sebagai berikut.

Y = a + bX + cX2 (fungsi kuadratik).

Y = a + bX + cX2 + bX3 (fungsi kubik)

Y = a + bX + cX2 + dX3 + eX4 (fungsi kuartik), dan seterusnya

Selain bentuk fungsi di atas, ada suatu bentuk lain dari fungsi kuadratik, yaitu dengan
persamaan:

Y = a + bX + cX(1/2) atau

Y = a + bX + cX

Sehingga, modifikasi dari fungsi kubik adalah:

Y = a + bX + cX(1/2) + dX(3/2) , atau

Y = a + bX + cX + dX3.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 96


Dari contoh-contoh tersebut di atas perhatikan pangkat dari variabel bebas X.

b). Regresi hiperbola (fungsi resiprokal). Pada regresi hiperbola, dimana

variabel bebas X atau variabel tak bebas Y, dapat berfungsi sebagai penyebut sehingga regresi
ini disebut regresi dengan fungsi pecahan atau fungsi resiprok. Regresi ini mempunyai bentuk
fungsi seperti:

1/Y = a + bX atau

Y = a + b/X.

Selain itu, ada bentuk campuran seperti:

1/Y = a + bX + cX2, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk lainnya.

c). Regresi fungsi perpangkatan atau geometrik. Pada regresi ini mempunyai bentuk fungsi
yang berbeda dengan fungsi polinomial maupun fungsi eksponensial. Regresi ini mempunyai
bentuk fungsi: Y = a + bX.

d). Regresi eksponensial. Regresi eksponensial ialah regresi dimana variabel bebas X
berfungsi sebagai pangkat atau eksponen. Bentuk fungsi regresi ini adalah:

Y = a ebX atau

Y = a 10bX

Modifikasi dari bentuk di atas adalah:

1/Y = a + becX, ini disebut kurva logistik atau "tipe umum dari model pertumbuhan".

Modifikasinya juga seperti :

Y = e(a + b/X), disebut dengan transformasi logaritmik resiprokal, yang umum disebut dengan
model Gompertz

e). Regresi logaritmik. Bentuk fungsi dari regresi ini adalah dimana variabel bebas Y berfungsi
sebagai pangkat (eksponen) dan variabel bebas X mempunyai bentuk perpangkatan.

Model regresi ini adalah:

eY = a + bX atau dapat di tulis menjadi:

Y = ln a + b ln X (merupakan trasformasi lilier)

f). Regresi fungsi geometri. Bentuk dari fungsi ini adalah berupa regresi linier berganda di mana
dalam fungsi ini terdapat fungsi trigonometri.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 97


Bentuk yang paling sederhana dari fungsi ini adalah:

Y = a + b sin dX + c cos dX.

Bentuk fungsi ini disebut kurva Faurier. Selain itu, ada lagi bentuk-bentuk yang lebih kompleks
seperti:

Y = a + b sin X + c cos X + d sin2 X + e cos2 X +…; dan seterusnya.

Berikut beberapa contoh gambar grafik trend eksponensial, dengan bentuk persamaan
seperti berikut.

Y = k + abX

dengan koefisien regresi a dan b pada berbagai nilai positip dan negatip.

14.7 Indikator Statistik

Didalam metode regresi, indikator statistik digunakan untuk menggambarkan tingkat atau
derajat keeratan hubungan antara variabel tidak bebas Y dengan variabel bebas X1, X2,
X3, ....... Xn, baik secara bersama-sama maupun secara individu. Selain itu, juga untuk melihat
keeratan hubungan diantara variabel bebas X1, X2, X3, ....... Xn itu sendiri. Metode regresi
yang ideal mensyaratkan bahwa diantara variabel X1, X2, X3, ....... Xn tidak ada saling
kebergantungan atau minim korelasi.

Perlu diketahui bahwa hubungan antar variabel dapat dibuat regresinya, namun demikian tidak
semua variabel atau gejala-gejala alam dapat dicari korelasinya. Oleh karena itu, agar lebih
berhati-hati dalam menggunakan alat statistika ini didalam penarikan kesimpulan, lebih-lebih
membuat suatu keputusan yang lebih jauh. Akan tetapi, yang jelas bahwa indikator statistik
dapat memberikan sumbangan atau pandangan yang lebih jauh terhadap masalah yang

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 98


dihadapi, terutama analisis regresi mempunyai daya ramal atau daya taksir yang menyakinkan
apabila diuji dengan taraf yang nyata.

Indikator statistik yang sering digunakan sebagaimana diuraikan dibawah.

14.7.1 Koefisien Korelasi

Korelasi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan derajat
keeratan atau tingkat hubungan antar variabel-variabel, dan dinyatakan dengan koefisien
korelasi r atau R. Dalam analisis korelasi tidak mempersoalkan apakah variabel yang satu
tergantung pada variabel yang lain atau sebaliknya. Metode korelasi dapat dipakai untuk
mengukur derajat keeratan hubungan antara variabel bebas X dengan variabel tidak bebas Y.

Derajat keeratan hubungan tersebut dinyatakan dengan simbol sebagai berikut :

‒ Koefisien korelasi ( r ), untuk bubungan linier sederhana,

‒ Indeks korelasi ( R ), untuk hubungan linier berganda dan non linier.

R juga sering disebut sebagai koefisien korelasi berganda.

Pada umumnya dan juga didalam Microsoft Office Excel, kedua macam korelasi r dan R
dinyatakan dengan simbul R atau Mulitple R, yang menunjukkan keeratan hubungan antara
variabel bebas (X1, X2, X3, ....... Xn) secara serentak dengan variabel tidak bebas Y.

Besar nilai R berada diantara 0 dan 1 atau ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ). Jika R = 1 maka korelasi antara
kedua variabel sangat erat dan sebaliknya jika R = 0, maka kedua variabel tersebut tidak ada
korelasi.

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi R


adalah sebagai berikut :

R = 0,00 - 0,199 : sangat rendah R = 0,20 - 0,399 : rendah

R = 0,40 - 0,599 : sedang

R = 0,60 - 0,799 : kuat / erat

R = 0,80 - 1,000 : sangat kuat / sangat erat

2
14.7.2 Koefisien Determinasi R Square ( R )

Koefisien korelasi R yang dikuadratkan akan memberikan suatu nilai tertentu R2 yang disebut
koefisien determinasi atau koefisien penentu atau indeks penentu, yang menyatakan seberapa
besar (prosentase) hubungan antara variabel bebas (X1, X2, X3, ....... Xn) secara serentak
dengan variabel tidak bebas Y.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 99


Besar nilai R2 berada diantara 0 dan 1 atau ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ). Jika R2 = 1 maka

korelasi antara kedua variabel sangat erat dan sebaliknya jika R2 = 0, maka kedua variabel
tersebut tidak ada korelasi. Misalnya, jika R2 mempunyai nilai 0,84 maka dapat diartikan bahwa
84% variabel tidak bebas Y dipengaruhi oleh variabel bebas (X1, X2, X3, ....... Xn) secara
serentak, sisanya 16% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dinyatakan dalam persamaan
regresi.

Pada prakteknya, kemungkinan akan ditemui suatu kondisi dimana nilai R2 lebih rendah dari
0,6 dan ini menyatakan bahwa persamaan itu tidak banyak menjelaskan kebergantungan suatu
variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal antara
lain: tidak tepat saat memilih persamaan, atau data yang tersedia tidak cukup, atau datanya
acak tidak beraturan.

14.7.3 Koefisien Determinasi Adjusted R-Square ( AR )

Penggunakan R2 sering menimbulkan permasalahan, yaitu bahwa nilainya akan selalu


meningkat dengan adanya penambahan variabel bebas dalam suatu model. Hal ini akan
menimbulkan bias, karena jika ingin memperoleh model dengan R tinggi, seorang peneliti
dapat dengan sembarangan menambahkan variabel bebas dan nilai R akan meningkat, tidak
tergantung apakah variabel bebas tambahan itu berhubungan dengan variabel tidak bebas
(terikat) atau tidak.

Oleh karena itu, banyak peneliti yang menyarankan untuk menggunakan Adjusted R Square
( AR ). Interpretasinya sama dengan R2 akan tetapi nilai AR dapat naik atau turun dengan
adanya penambahan variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan
tersebut dengan variabel terikatnya.

Nilai AR dapat bernilai negatif, sehingga jika nilainya negatif, maka nilai tersebut dianggap 0,
atau variabel bebas sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan variabel tidak bebas
(dependent variable) nya.

Menurut Santoso (2001) bahwa koefisien determinasi Adjusted R Square

(AR) digunakan untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas.

14.7.4 Nilai t statistik

Bilangan atau nilai t statistik sering disebut dengan istilah t-Value, dipergunakan untuk menguji
derajat keeratan hubungan antara variabel tidak bebas Y dengan masing-masing variabel
bebas X secara individu atau parsial yaitu (Y dengan X1), (Y dengan X2), (Y dengan X3), dan
seterusnya.

Kriteria derajat keeratan hubungan tersebut adalah sebagai berikut:

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 100


Jika ternyata nilai t suatu varibel bebas tertentu (misal X3) kecil sekali, berarti variabel bebas
X3 tersebut hampir tidak berpengaruh terhadap variabel bebas Y dan bisa diabaikan.

Beberapa kondisi yang menyebabkan t-value rendah antara lain :

‒ Variabel bebas X yang dipilih tidak penting atau tidak mempunyai hubungan
dengan variabel tidak bebas Y.

‒ Data yang digunakan sedikit dan tidak mencukupi untuk menghasilkan estimasi
yang baik.

‒ Variabel bebas X1, X2, X3, ...Xn pada model, mempunyai kaitan yang erat antara yang
satu dengan lainnya (multi collinearity).

14.7.5 Durbin-Watson Statistik

Indikator Durbin-Watson (DW) digunakan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar variabel
bebas yaitu antara X1 dengan X2, X1 dengan X3, X2 dengan X3, dan seterusnya. Pada
persamaan regresi linier sederhana dengan variabel bebas merupakan interval waktu (time
series), maka uji DW ini digunakan untuk melihat apakah ada korelasi antara nilai pada periode
t dengan nilai pada periode sebelumnya (t-1).

Nilai Durbin-Watson (DW) yang dapat diterima adalah 1 ≤ DW ≤ 3, dengan kriteria sebagai
berikut:

Ada beberapa penyebab terjadinya autokorelasi, yaitu :

‒ Kelambanan, sebagai contoh pada kasus perubahan situasi ekonomi biasanya


tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap konsumsi listrik.

‒ Spesifikasi bias, bila dalam model tidak menyertakan variabel yang memang
sangat relevan pada model.

‒ Salah bentuk fungsi, misalnya fungsi yang seharusnya non linier tetapi digunakan
fungsi linier.

‒ Pengaruh time lag, selain dipengaruhi variabel pada periode t juga dipengaruhi
pula variabel pada periode t-1.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 101


14.7.6 Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel- variabel
bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linier. Padahal pada model
regresi linier berganda tidak boleh terjadi kondisi seperti ini dan itu berarti menyalahi asumsi
dasar regresi linier berganda. Multikolinieritas tidak bisa terjadi pada regresi yang mempunyai
satu variabel bebas.

Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linier berganda mengalami
multikolinieritas adalah:

‒ Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien model regresi (misal nilainya menjadi lebih
besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau pengeluaran sebuah variabel bebas dari
model regresi.

‒ Diperoleh nilai R-square yang besar, sedangkan koefisien regresi tidak signifikan pada uji
parsial.

‒ Tanda (+ atau -) pada koefisien model regresi berlawanan dengan yang disebutkan dalam
teori (atau logika). Misal, pada teori (atau logika) seharusnya b1 bertanda (+), namun yang
diperoleh justru bertanda (-).

‒ Nilai standard error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar dari yang sebenarnya
(overestimated)

Untuk mendeteksi apakah model regresi mengalami multikolinieritas, dapat dilakukan


sebagai berikut:

‒ Diperiksa menggunakan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF > 10 berarti telah terjadi
multikolinieritas yang serius di dalam model regresi yang dibentuk.

‒ Atau dengan membanding koefisien determinasi parsial ( r2 ) dengan koefisien determinasi


secara serentak ( R2 ) dengan cara meregresikan

setaip variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Meregresikan variabel bebas X1
dengan X2, X1 dengan X3, dan X2 dengan X3. Selanjutnya nilai r2 dibandingkan dengan R2
dan jika nilai r2 lebih kecil dari R2, maka tidak terjadi multikolinieritas serta sebaliknya.

14.8 Sekilas tentang ekonomi makro

Secara sederhana, siklus perekonomian dapat dijelaskan sebagai berikut. Ekonomi


berkembang apabila ada peningkatan output yaitu berupa barang dan jasa. Peningkatan output
hanya terjadi jika terdapat investasi yang dilaksanakan secara terus menerus, baik melalui
ekspansi maupun investasi baru. Investasi memerlukan modal sehingga tabungan di sektor
keuangan (bank) mesti dipupuk sebagai alat investasi. Investasi akan meningkatkan output dan
membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Belanja pemerintah umumnya bersumber dari
pajak dan pendapatan non pajak, yang dapat dikoleksi jika dunia usaha eksis dan tenaga kerja

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 102


memiliki pendapatan yang cukup. Perdagangan akan terjadi jika barang dan jasa diproduksi,
dan sirkulasi ini semua hulunya ada pada investasi.

Perkembangan ekonomi suatu negara pada periode tahun tertentu dinyatakan dengan istilah
Gross Domestic Product (GDP) atau dalam dalam bahasa Indonesia disebut Produk Domestik
Bruto (PDB). Jika lingkup wilayah yang dihitung hanya tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota,
maka dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sebenarnya masih ada
beberapa istilah lain seperti Gross National Product (GNP), Gross Domestic Income (GNI) dan
sebagainya. Namun dalam pemakaian selanjutnya untuk menghitung prakiraan kebutuhan
listrik hanya PDB dan PDRB, maka yang akan dibahas lebih lanjut hanya kedua istilah
tersebut.

Perekonomi suatu negara atau wilayah atau kawasan dikatakan tumbuh jika jumlah produk
barang dan jasanya meningkat atau mengalami perkembangan.

Laju pertubuhan ekonomi adalah suatu angka dalam prosentase yang memperlihatkan tinggi
rendahnya atau cepat lambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara atau kawasan dalam
satu tahun tertentu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

14.9 Produk Domestik Bruto

Secara sederhana, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
adalah hasil total output produksi barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan mata
uang, dalam suatu wilayah perekonomian (negara) dengan tidak memperhitungkan pemilik
faktor produksi, pada satu periode tertentu, misal tahunan atau kuartalan. Jadi jelas bahwa
batasannya adalah wilayah dan buka siapa pemilik faktor produksi serta periode waktu
pengamatan. Artinya, produk barang dan jasa tersebut termasuk yang dihasilkan oleh
warga asing yang berada di Indonesia dan tidak termasuk yang dihasilkan warga Indonesia
yang berada diluar negeri.
Berbada dengan Gross National Product (GNP) yang batasannya adalah bukan
pada wilayah tetapi pada kewarganegaraan pemilik faktor produksi.

Jika PDB dinyatakan dalam persamaan matematika, dapat ditulis sebagai berikut:

PDB = C + G + I + ( X - M )

dimana :
C : Konsumsi/pengeluaran rumah tangga
G : pengeluaran pemerintah
I : pengeluaran investasi
X : ekspor
M : impor

Produk Domestik Bruto = pengeluaran rumah tangga + pengeluaran pemerintah +


pengeluaran investasi + ( ekspor - impor )

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 103


Adapun mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka tinjauannya adalah
sebatas wilayah Provinsi atau Kabupaten / Kota, pada periode waktu tertentu (misal 1 tahun
atau 1 kuartal), dengan bantuk persamaan yang sejenis.
Berdasarkan sektor lapangan usaha, PDB dan PDRB dapat dikelompokkan kedalam 9
lapangan usaha. Sebagai contoh diperlihatkan nilai masing-masing lapangan usaha untuk
PDB Indonesia pada tahun 2013 beserta pertumbuhannya dibanding tahun 2012 seperti
pada tabel dibawah.
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara/wilayah/kawasan, maka faktor
inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa diabaikan, yaitu dengan mengacu pada
harga pada tahun tertentu (tahun 2000). Dengan demikian, maka yang dihasilkan
adalah murni perubahan kenaikan jumlah produk barang dan jasa.

Nilai PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha tahun


2013 Berdasarkan harga berlaku dan harga konstan
tahun 2000

Harga Harga kons Kontribu Growth


No Lapangan Usaha
berlaku Th. 2000 si (%) (%)

1 Pertanian, peternakan, 1.311,0 399,9 14,43 3,54


perikanan dan kehutanan
2 Pertambangan dan 1.020,8 195,7 11,24 1,34
penggalian
3 Industri pengolahan 2.152,6 707,5 23,69 5,56
4 Listrik, gas dan air minum 70,1 21,2 0,77 5,58
5 Konstruksi / bangunan 907,3 182,1 9,99 6,57
6 Perdagangan, hotel dan 1.301,5 501,2 14,33 5,93
restoran
7 Pengangkutan dan 636,9 292,4 7,01 10,19
komunikasi
8 Keuangan, real estate dan 683,0 272,1 7,52 7,56
jasa perusahaan
9 Jasa-jasa 1.000,8 258,2 11,02 5,46
Produk Domestik Bruto (PDB) 9.084,0 2.770,3 100,0 5,78
PDB tanpa Migas 8.416,0 2.637,0 92,21 6,25

Dalam konteks untuk menghitung prakiraan kebutuhan listrik, maka yang diperlukan adalah
nilai nominal PDB atau PDRB masa lalu dan proyeksi PDB atau PDRB yang akan datang,
menurut harga kontan tahun 2000.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 104


14.10 Indeks Harga

Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga-harga produk berdasarkan uang yang
berlaku dipasar, atau dapat juga diartikan sebagai ukuran tingkat harga rata-rata barang dan
jasa. Ada tiga mcam indeks harga, yaitu:

a) Indeks harga konsumen (consumer price index – CPI), mengukur biaya sekelompok
barang dan jasa di pasar. Harga tersebut berupa harga-harga makanan, pakaian, pemukiman,
transportasi, kesehatan, pendidikan dan komoditas lainnya yang akan dibeli konsumen
untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, perhitungan CPI didasarkan pada
perubahan harga 200 – 225 komoditas dari 27 ibu kota provinsi. Secara garis besar, komoditas
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu sandang, pangan, papan dan
keperluan barang jasa lain.

b) Indeks harga produsen (producer price index – PPI), mengukur tingkat harga pada
tingkat produsen atau pedagang besar. Perhitungan indeks harga produsen didasarkan pada
perubahan berbagai jenis barang, yaitu: pertanian 44 komoditas, pertambangan 6 komoditas,
indutri 140 komoditas, impor 38 komoditas, ekspor 38 komoditas.

c) GDP deflator (Deflator GDP), merupakan rasio GNP nominal dan GNP riel. Sementara
GNP itu sendiri adalah GDP + Net Factor Payment (penerimaan bersih dari luar negeri). GNP
nominal merupakan nilai produk yang dihitung berdasarkan harga yang berlaku ketika produk
tersebut dihasilkan. Sedangkan GNP riel merupakan nilai produk dihitung berdasarkan harga
tahun-tahun tertentu atau sering disebut sebagai harga konstan pada tahun tertentu.

14.11 Inflasi

Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan
berlangsung secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu, minimal satu bulan.
Misal kenaikan BBM sehingga berpengaruh pada harga-harga lain sehingga secara umum
semua produk hampir mengalami kenaikan harga.
Indikator untuk menghitung laju inflasi adalah indeks harga konsumen (CPI), indeks harga
produsen atau perdagangan besar.

Jika inflasi tinggi dan tidak menentu, maka akan bisa mengakibatkan antara lain:
‒ Menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara/kawasan karena tidak ada investasi di
sektor produktif yang akan masuk.
‒ Pada saat kondisi harga tidak menentu, maka para pemilik modal cenderung menanamkan
modalnya dalam bentuk aset tidak bergerak seperti pembelian tanah, rumah dan
bangunan, sehingga investasi sektor produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.
‒ Menimbulkan efek yang buruk pada sektor perdagangan dan mematikan pengusaha dalam
negeri.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 105


‒ Berdampak buruk pada neraca pembayaran.
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan inflasi yaitu deflasi dan depresiasi.

- Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa penurunan


harga barang umum secara terus menerus atau terjadi peningkatan nilai uang dalam negeri.
- Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri
disebabkan adanya mekanisme perdagangan.

14.12 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Listrik

Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan listrik, antara lain:

14.12.1 Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pendapatan masyarakat yang meningkat termasuk pelanggan existing yang sudah
tersambung ke PLN sebagai akibat dinamika ekonomi yang terus tumbuh, akan
menyebabkan peluang untuk membeli peralatan listrik menjadi semakin besar, sehingga
konsumsi listriknya akan meningkat pula. Demikian juga pada sektor produksi dan
perdagangan, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi banyak investasi
baru maupun perluasan sehingga kebutuhan tenaga listrik juga akan meningkat.
Berdasarkan pengalaman selama ini, setiap ekonomi tumbuh 1% akan meningkatkan
kebutuhan listrik antara 1% sampai 2%. Artinya, elastisitas pertumbuhan kebutuhan listrik
terhadap pertumbuhan ekonomi berkisar antara 1 sampai 2, atau dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu faktor dominan pada peningkatan kebutuhan
tenaga listrik.

Fenomena pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kebutuhan listrik atau sebaliknya


pengaruh kesiapan pasokan listrik terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan
dalam persamaan matematis, disebut sebagai ekonometri. Saling keterpengaruhan kedua
variabel tersebut, dapat dinyatakan dalam persamaan regresi berganda dan disebut
ekonometri.

Pada tataran praktis untuk menghitung kebutuhan tenaga listrik, maka diperlukan data
realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa tahun kebelakang dan proyeksi pertumbuhan
ekonomi beberapa tahun kedepan sesuai dengan cakupan periode waktu perencanaan.
Data pertumbuhan ekonomi dapat diperoleh pada institusi yang berwenang, sebagai berikut:

‒ Data realisasi pertumbuhan ekonomi, dapat diperoleh di BPS Pusat maupun BPS Daerah
sesuai dengan lingkup kewenangannya.

‒ Data proyeksi pertumbuhan ekonomi kedepan, dapat diperoleh dari Bappenas atau
Bappeda setempat, RPJMN, RUKN, dan RAPBN/RAPBD.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 106


Mengingat proyeksi penjualan tenaga listrik dihitung berdasarkan kelompok tarif listrik yaitu
: kelompok rumah tangga, bisnis, industri dan publik, maka pertumbuhan ekonomi perjenis
lapangan usaha juga harus disesuaikan dengan kelompok tarif listrik tersebut.

Pengelompokan PDB atau PDRB per kelompok tarif listrik sebagai berikut:

a). Pelanggan Rumah Tangga, akan dipengaruhi PDB atau PDRB :


‒ Total (tanpa minyak dan gas).
b). Pelanggan Bisnis, akan dipengaruhi PDB atau PDRB jenis lapangan usaha:
‒ Konstruksi
‒ Perdagangan, hotel dan restoran
‒ Transportasi dan komunikasi
‒ Keuangan, real estat dan jasa perusahaan
c). Pelanggan Industri, akan dipengaruhi PDB atau PDRB jenis lapangan usaha:
‒ Pertambangan dan penggalian
‒ Industri pengolahan
‒ Listrik, gas dan air bersih
d). Pelanggan Publik, akan dipengaruhi PDB atau PDRB jenis lapangan usaha:
‒ Jasa-jasa

14.12.2 Pertambahan Jumlah Penduduk

Berdasarkan pengalaman selama ini, pertambahan jumlah penduduk menjadi salah satu
faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga listrik selain pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, dalam membuat perhitungan kebutuhan tenaga listrik,
diperlukan data realiasi jumlah penduduk dalam beberapa tahun kebelakang dan proyeksi
jumlah penduduk dalam beberapa tahun kedepan.

Data-data tersebut dapat diperoleh melalui instusi sebagai berikut:

‒ Data realiasi jumlah penduduk, diperoleh dari BPS Nasional dan BPS setempat berdasarkan
hasil sensus penduduk.
‒ Data proyeksi jumlah penduduk, dapat diperoleh melalui buku “Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010 – 2035”, yang diterbitkan oleh Bappenas, BPS dan UNFPA (United Nations
Population Fund).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 107


14.12.3 Target Rasio Elektrifikasi

Banyaknya jumlah calon pelanggan rumah tangga yang akan disambung untuk mendapatkan
pasokan listrik, akan mempengaruhi tingkat kebutuhan listrik. Semakin banyak jumlah calon
pelanggan yang akan disambung akan semakin besar kebutuhan tenaga listriknya, atau
dengan kata lain semakin dipercepat pencapaian rasio elektrifikasi akan semakin tinggi tenaga
listrik yang dibutuhkan.

Data proyeksi pencapaian rasio elektrifikasi dapat diperoleh pada buku Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM).

14.12.4 Harga Listrik

Harga listrik adalah harga yang dibayar oleh konsumen dalam mengkonsumsi tenaga listrik.
Bila harga listrik murah, maka konsumen cenderung menggunakan listrik lebih boros sehingga
konsumsi tenaga listriknya akan meningkat. Demikian sebaliknya, sesuai dengan hukum
ekonomi, makin tinggi harga listrik, maka konsumen cenderung berusaha menghemat agar
konsumsi tenaga listrik makin berkurang sehingga harga yang dibayar tidak naik signifikan.

Data realisasi harga jual rata-rata listrik PLN kepada pelanggan dapat di buku statistik tahunan
PLN. Namun tidak demikain halnya dengan prakiraan harga jual listrik PLN kepada
pelanggannya untuk beberapa tahun kedepan, akan sulit diperoleh dan bahkan tidak akan ada
lembaga/institusi yang bisa memperkirakan harga jual kedepan mengingat penetapan harga
jual listrik PLN sangat dipengaruhi oleh situasi politik yang sedang berjalan.

14.12.5 Ketersediaan Listrik

Kemampuan kecukupan / ketersediaan listrik akan mempengaruhi calon konsumen untuk


menyambung listrik. Bila ketersediaan listrik cukup, apalagi bila tersedia secara melimpah,
maka akan banyak calon konsumen berusaha mendapatkan sambungan listrik dan menjadi
pelanggan. Akibatnya, konsumsi listrik akan meningkat secara cepat. Demikian pula
sebaliknya, bila ketersediaan listrik tidak mencukupi atau defisit (terjadi pemadaman), maka
calon konsumen tidak dapat menyambung atau menjadi pelanggan sehingga terjadi kondisi
stagnan yaitu tidak ada kenaikan konsumsi listrik. Bila kondisi tersebut berlanjut cukup lama,
maka sebagian dari mereka terutama kalangan industri besar, kemungkinan akan membangun
pembangkit sendiri.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 108


14.12.6 Harga Energi Listrik

Energi substitusi merupakan energi yang dapat digunakan sebagai pengganti fungsi energi
listrik, seperti minyak tanah, gas, bahan bakar diesel, bio mass, dan lain-lain. Pemakaian
minyak tanah oleh masyarakat seperti untuk memasak, untuk lampu penerangan, sesuai
hukum ekonomi dengan membandingkan jika harga listrik lebih murah, maka masyarakat
pemakai minyak tanah akan beralih ke listrik sehingga kebutuhan listriknya meningkat.
Demikian pula untuk sektor industri yang menggunakan pembangkit sendiri tenaga diesel,
dengan harga minyak diesel naik, sesuai hukum ekonomi maka industri akan beralih
menggunakan listrik dari perusahaan listrik yang harganya lebih murah.

14.13 Ekonometri

Ekonometri adalah suatu ilmu yang memanfaatkan metematika dan teori statistik dalam
mencari nilai parameter dari pada hubungan ekonomi sebagaimana didalilkan oleh teori
ekonomi. Karena itu, dalam praktek, ekonometri menggabungkan teori ekonomi dengan
matematika dan teori statistik. Yang perlu diingat bahwa matematika dan teori statistik
hanya merupakan alat bantu dalam melakukan analisis ekonometri yang pada hakekatnya
lebih merupakan analisis ekonomi.
Metode ekonometri merupakan suatu metode untuk menganalisis fenomena-fenomena
ekonomi dengan menggunakan gabungan dari teori ekonomi, matematika dan statistika.
Model ekonometri yang juga disebut model tingkah laku atau model struktur ekonomi yang
dirumuskan melalui hubungan matematika itu yang kemudian diterapkan pada data empirik
yang dianalisis menggunakan metode statistika, sehingga dapat ditemukan hubungan-
hubungan ekonomi yang bersifat pembuktian.
Sebagai contoh: ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat apabila pasokan listrik
tersedia dalam jumlah yang melimpah dan infrastruktur jalan serta pelabuhan sudah baik.
Apabila statemen tersebut dapat dinyatakan secara terukur dalam bentuk suatu model
matematis yang menggambarkan derajat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
kesiapan listrik, panjang jalan dan jumlah pelabuhan, melalui data-data statistik masa
lampau, maka hubungan tersebut dikatakan sebagai ekonometri.

Pertumbuhan ekonomi = f ( Pasokan Listrik, Panjang Jalan, Jumlah Pelabuhan )

Begitu juga sebaliknya, kebutuhan listrik akan meningkat seiring dengan kecepatan
pertumbuhan ekonomi, dan korelasi ini bisa dinyatakan dalam persamaan matematis
(model ekopnometri) yang menggambarkan derajat korelasi diantara keduanya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 109


Dalam penggunaan di lingkungan PLN sehari-hari, semisal untuk memperkirakan penjualan
tenaga listrik, teori ekonomi akan menyebutkan bahwa :
 Besaran konsumsi listrik suatu keluarga akan dipengaruhi oleh pendapatannya,
semakin besar pendapatan maka konsumsi listriknya akan semakin meningkat
dan sebaliknya.
 Rumah tangga tersebut akan mengurangi konsumsi listriknya apabila rekening
listriknya dirasakan mengakibatkan pengeluaran sektor lain terganggu.
 Pengurangan konsumsi listrik sebagai akibat penggunaan bentuk teknologi yang
lebih efisien atau lebih hemat.
 Konsumsi listrik akan dikurangi bila harga listrik naik dan mengganggu
pengeluaran sektor lain.

Dengan menggunakan persamaan regresi, model hubungan antara konsumsi tenaga listrik
dengan pendapatan dapat dibentuk jika hasil regresi memenuhi kriteria uji statistik.

15 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Listrik Menggunakan Aplikasi Simple-E

Sebelum melakukan proses perencanaan pengembangan sistem ketenaga listrikan


yaitu pembangkit, penyaluran dan distribusi, pertama kali yang harus dilakukan adalah
menghitung prakiraan kebutuhan tenaga listrik. Hasil prakiraan tersebut digunakan sebagai
dasar untuk mempertimbangkan kebutuhan suatu proyek. Disamping itu juga dapat
memberikan informasi kepada pembuat kebijakan untuk mengurangi resiko dalam
pengembangan usaha. Bila prakiraan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi (over
estimation), maka akan menyebabkan adanya kelebihan pasokan (idle capacity) sehingga
bisa terjadi over investment. Demikian pula sebaliknya, bila prakiraan yang dihasilkan lebih
kecil dari realisasi (under estimation), maka akan terjadi kekurangan daya sehingga terjadi
pemadaman. Dengan demikian, ketepatan hasil prakiraan sangat diperlukan untuk
menghasilkan suatu perencanaan yang baik dan optimal.
Pada awalnya, untuk menghitung prakiraan kebutuhan listrik, PLN menggunakan sejenis
aplikasi yang dikembangkan sendiri oleh Dinas Kebutuhan Listrik PLN berbasis pada
microsft excel dan dinamakan DKL sesuai dengan bidangnya. Seiring dengan berjalannya
waktu dan tantangan yang dihadapi, maka penggunaan aplikasi DKL dirasakan sudah tidak
memadahi lagi sehingga perlu diganti dengan aplikasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi terkini.
Sebenarnya, ada beberapa jenis aplikasi yang tersedia dipasaran untuk menghitung
prakiraan kebutuhan tenaga listrik, antara lain:
‒ Bentuk Spread Sheets : Microsoft Excel, Quatto Pro, Lotus 123

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 110


‒ Paket Statistik : SPSS, SAS, NCSS, Minitab
‒ Paket khusus Forecasting : Forecast Master, Forecast Pro, Autobx, SCA.
Namun dengan pertimbangan kepraktisan, kesesuaian dengan kebutuhan dan kecukupan
aplikasinya, maka sejak tahun 2011 PLN telah menggunakan aplikasi Simple-E Expanded
V2010 untuk menghitung kebutuhan listrik jangka panjang.

15.1 Pengenalan Aplikasi Simple-E

Sebagaimana disebutkan didalam pendahaluan bahwa aplikasi Simple-E ini berbasis pada
metode statistik dengan memanfaatkan kemampuan fungsi statistik yang ada didalam
Microsoft Excel. Aplikasi Simple-E dikembangkan oleh Kaoru Yamaguchi, Ph.D. dari
Institut of Energy Economics (IEE) Japan dan telah digunakan dilingkungan kementerian
ESDM, termasuk di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. Aplikasi Simple-E merupakan
suatu modul yang disisipkan didalam Microsoft Excel, ditempatkan pada Add-In.

Gambar Perhitungan Kebutuhan Tenaga Listrik Menggunakan Aplikasi Simple-


E-32Diagram Simple - E

Seperti terlihat pada diagram diatas, aplikasi Simple-E terdiri tiga bagian utama yaitu :

‒ Sheet Data, untuk mengisi (input) data-data : pengusahaan (energi jual, daya
kontrak, jumlah pelanggan), pertumbuhan ekonomi masa lalu, jumlah penduduk,
dan data-data prakiraan masa datang. Pengkodean atau penamaan data dimulai
pada saat mengisi data-data.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 111


‒ Sheet Model, berisi model statistik (time series dan regresi) yang dipilih untuk
menghitung prakiraan kebutuhan listrik. Juga ditampilkan indikator koefisien statistik
2
(R, R , AR, DW, t-Value) sebagai hasil dari running program.

‒ Sheet Simulation, berisi output hasil perhitungan lengkap dengan rumus-rumus


persamaan regresi yang terbentuk dan angka pertumbuhan rata-ratanya.

Dalam penggunaannya, aplikasi Simple-E ini cukup mudah dan informatif, karena berbasis
Microsft office excel dan ditunjang oleh beberapa kemampuannya antara lain:

‒ Model persamaan tersedia cukup banyak dan variatif sesuai kebutuhan.


‒ Model yang digunakan dapat dipilih secara langsung sesuai kebutuhan.
‒ Data disajikan dalam lembar spread sheet excel.
‒ Formula yang terbentuk (persamaan time series dan regresi) ditampilkan otomatis.
‒ Indikator statistik ditampilkan bersamaan dengan output perhitungan sehingga bisa langsung
dilakukan analisa.
‒ Data output dan input dapat dibuat dalam bentuk grafik, dengan tahapan operasi yang
sederhana.
Didalam buku ini tidak akan dibahas/diuraikan lebih jauh mengenai aplikasi Simple-E dan
penggunaannya mengingat sudah tersedia buku panduan aplikasi Simple-E yang dibuat
oleh Mr. Kaoru Yamagchi, Ph.D.

15.2 Perhitungan Kebutuhan Listrik dengan Simple-E

Aplikasi Simple-E dan termasuk MicroSoft Office Excel dapat digunakan untuk menghitung
prakiraan kebutuhan tenaga listrik, bergantung pada horizon waktu yang dibutuhkan. Untuk
keperluan perhitungan kebutuhan tenaga listrik jangka pendek, dapat digunakan metode
time series dan hasilnya cukup baik. Sedangkan untuk menghitung prakiraan kebutuhan
listrik jangka panjang, akan lebih baik dan lebih tepat jika menggunakan metode Regresi
yang hasilnya lebih baik dibanding dengan metode lainnya.
Hasil dari perhitungan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
‒ Ketersediaan data, baik dari segi jumlah maupun kualitas data.
‒ Ketepatan memilih model yang sesuai
‒ Kemampuan menganalisa output yang dihasilkan.
Prakiraan kebutuhan tenaga listrik, dihitung dari penjualan sesuai masing-masing kelompok
tarif listrik PLN yaitu kelompok Rumah Tangga, Bisnis, Industri dan Publik, dengan tahapan
sebagai berikut:

1) Instalasi aplikasi Simple-E dan buka Sheet dokumen baru Simple-E

2) Mengisi data-data pada Sheet Data antara lain:


(a). Data realisasi:
– Penjualan beberapa tahun terakhir (kWh, daya kontrak, jumlah pelanggan),

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 112


usahakan sebanyak mungkin data.
– Pertumbuhan ekonomi, mengacu pada PDB/PDRB harga konstan.
– Pertumbuhan jumlah penduduk.
(b). Data proyeksi:
– Proyeksi pertumbuhan ekonomi (PDB / PDRB)
– Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga
– Target rasio elektrifikasi.
(c). Memberi kode/nama yang berbeda pada masing-masing variabel data.

3) Memilih model/metode (sebagai penduga), yang diperkirakan sesuai dengan kondisi


data yang tersedia.

4) Menjalankan aplikasi Simple-E dan mengamati hasilnya sesuai dengan indikator


2
statistik yang ada antara lain R, R , AR, t-value, DW.

5) Jika berdasarkan indikator statistik menunjukkan tidak memenuhi kriteria, maka


dilakukan pemilihan ulang model yang sesuai, kemudian dihitung kembali dengan
menjalankan aplikasi Simple-E. Begitu seterusnya sampai diperoleh hasil seperti
yang diharapkan.

Secara ringkas, perhitungan prakiraan penjualan tenaga listrik (GWh) dengan aplikasi
Simple-E dapat dijelaskan sebagai berikut:
– Berdasarkan pengalaman, metode yang paling cocok digunakan untuk menghitung
prakiraan penjualan tenaga listrik jangka panjang (misal 10 tahun) adalah Regresi
(khususnya Ekonometri) dengan variabel bebas adalah pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan jumlah penduduk, dan target rasio elektrifikasi.
– Prakiraan penjualan energi listrik (GWh) sebaiknya dihitung per-kelompok tarif
sesuai dengan perilaku pelanggan. Hasil perhitungan per kelompok tarif kemudian
dijumlahkan sehingga menghasilkan prakiraan penjualan total tahunan.
– Secara bersamaan juga dihitung prakiraan daya kontrak dan prakiraan jumlah
pelanggan per-tahun dengan memperhitungkan target rasio elektrifikasi.
Untuk menyelaraskan antara prakiraan penjualan dengan prakiraan daya terkontrak agar
tetap wajar, maka perlu diteliti dengan melihat kewajaran perkembangan jam nyala dalam
beberapa tahun kedepan (misal 10 tahun), dengan persamaan seperti berikut.

– Beban puncak dihitung berdasarkan prakiraan energi jual yang dihasilkan dengan
memperhitungkan ruagi-rugi jaringan, pemakaian sendiri dan faktor beban (load

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 113


factor).
Contoh hasil perhitungan prakiraan kebutuhan tenaga listrik per Provinsi sesuai tabel pada
lampiran 1.

15.3 Losses, Pemakaian Sendiri, Faktor Beban dan Beban Puncak

Berbicara mengenai rencana pengembangan sistem, maka pembangkit yang akan dibangun
harus mampu melayani seluruh beban pada pelanggan dan untuk pemakaian sendiri pada
instalasi pembangkit, gardu induk dan gardu distribusi. Selain itu, tidak semua energi listrik
yang dibangkitkan akan tersalur sampai ke pelanggan karena sebagian akan berubah menjadi
panas sebagai rugi-rugi jaringan. Dengan demikian, pembangkit yang akan dibangun juga
harus memperhitungkan adanya rugi-rugi (losses) di jaringan. Secara sederhana, energi yang
diproduksi pembangkit per-tahun merupakan penjumlahan dari energi jual, energi untuk
pemakaian sendiri dan rugi-rugi jaringan.

E produksi = E jual + E pemakaian sendiri + E losses jaringan.

Energi jual merupakan output dari demand forecast dengan Simple-E, pemakaian sendiri
diperoleh dari data lapangan dan losses jaringan merupakan hasil proyeksi/target.

15.3.1 Rugi-rugi (Losses)

Merupakan rugi-rugi yang terjadi pada jaringan transmisi dan jaringan distribusi baik rugi-rugi
teknis maupun non-teknis. Besar rugi-rugi jaringan pada periode beberapa tahun kedepan,
merupakan target yang diberikan oleh Pemerintah yaitu Kementerian ESDM kepada PLN
dan dijabarkan kedalam target masing-masing PLN Wilayah/Distribusi/P3B.
Kondisi jaringan dari tahun ke tahun diharapkan ada perbaikan melalui investasi,
sehingga rugi-rugi yang terjadi pada jaringan juga akan semakin menurun. Besar rugi-rugi
jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
– Besar arus listrik yang mengalir pada jaringan
– Ukuran penampang penghantar
– Konfigurasi jaringan
– Pola operasi pembangkitan dapat mempengaruhi arus yang mengalir pada penghantar
– Kualitas jaringan itu sendiri.

15.3.2 Pemakaian Sendiri

Adalah energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan peralatan penunjang pada
instalasi pembangkit (seperti motor-motor), gardu induk dan gardu distribusi. Setiap jenis
pembangkit, memerlukan pasokan daya dan energi yang berbeda untuk melayanai

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 114


kebutuhan sendiri. Untuk pembangkit sejenis dengan kapasitas yang berbeda, akan
memerlukan pasokan daya yang berbeda pula. Beberapa contoh pemakaian sendiri (PS)
untuk pembangkit sebagai berikut:
– PLTU kelas 100 MW, pemakaian sendiri : 6,5% - 7,5%
– PLTU Kelas 25 MW, pemakaian sendiri : 9% - 10%
– PLTU Kelas 7 ~ 15 MW, pemakaian sendiri 11% - 12%
:– PLTG, PLTA, PLTD, pemakaian sendiri : 1,5% - 2%, dst.

15.3.3 Faktor Beban (Load Factor)

Merupakan perbandingan antara beban rata-rata dengan beban puncak tertinggi selama
periode tertentu. Besar faktor beban dipengaruhi oleh perilaku pemakaian listrik oleh
pelanggan. Pelanggan rumah tangga menggunakan listrik pada malam hari jauh lebih
tinggi dibanding siang hari karena sebagian besar untuk keperluan penerangan, sehingga
faktor bebannya rendah.
Sebaliknya untuk pelanggan industri, menggunakan listrik pada siang hari jauh lebih besar
dibanding pada malam hari karena untuk proses produksi. Demikian juga untuk
kelompok pelanggan bisnis dan publik, mempunyai pola pemakaian yang berbeda.
Gabungan pola pemakaian listrik pada semua kelompok pelanggan akan menghasilkan
faktor beban sistem.
Oleh karena itu, faktor beban disetiap sistem akan berbeda-beda, bergantung
komposisi kelompok pelanggan yang tersambung ke sistem tersebut.

Pada sistem yang melayani banyak pelanggan (dominan) rumah tangga seperti dikawasan
Timur Indonesia atau daerah perdesaan, akan mempunyai faktor beban yang relatif rendah
sekitar 50% sampai 55%. Sebaliknya pada sistem yang melayani banyak pelanggan
industri seperti di Jawa, mempunyai faktor beban yang lebih tinggi sekitar 75% sampai
80% karena perbedaan antara beban siang dan malam hari relatif kecil.
Bebarapa contoh karekteristik beban sistem kelistrikan per kelompok tarif listrik,
sebagaimana gambar berikut.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 115


Pada sistem yang mempunyai faktor beban relatif tinggi, maka asset pembangkit yang
mempunyai BPP rendah akan beroperasi lebih optimal dan efisien. Demikian sebaliknya,
pada sistem yang faktor bebannya masih rendah, maka pembangkit yang mempunyai
BPP rendah tidak dapat beroperasi secara optimal.

15.3.4 Beban Puncak

Beban puncak tertinggi merupakan akumulasi dari beban-beban yang tersambung ke sistem
kelistrikan PLN setempat pada periode waktu tertentu. Pada umumnya beban puncak
sistem di Indonesia terjadi pada malam hari, kecuali daerah Jakarta dan Tangerang yang
terjadi pada siang hari karena banyak pelanggan bisnis dan industri. Beban puncak sistem
sangat dipengaruhi oleh perilaku penggunaan listrik oleh konsumen sebagaimana terlihat

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 116


pada load factor sistem, dan dihitung dengan menggunakan rumus sederhana sebagai
berikut:

Perhitungan beban puncak tertinggi sistem per-tahun disisi hulu (produksi) digunakan
sebagai dasar untuk merencanakan pemenuhan kebutuhan tambahan kapasitas
pembangkit.

15.3.5 Faktor Keserempakan (Coincident Factor)

Beban puncak tertinggi pada setiap gardu induk tentu tidak selalu terjadi dalam waktu
yang bersamaan, baik hari maupun jam terjadinya. Sementara pada sistem yang melayani
banyak gardu induk, pada suatu saat akan terjadi kondisi dimana beban sistem mencapai
puncak tertinggi pada periode waktu tertentu, yang waktu terjadinya bisa bersamaan
dengan gardu induk atau bisa juga berbeda.
Ketidaksamaan waktu terjadinya beban puncak tertinggi sistem dengan beban puncak
tertinggi gardu induk yang dilayani pada periode waktu tertentu itulah yang dinamakan faktor
keserempakan (coincident factor). Ketersediaan data tentang coincident factor suatu sistem
diperlukan untuk menghitung kebutuhan tambahan kapasitas gardu induk atau trafo baru.
Hal ini terjadi karena beban puncak dihitung pertama kali dimulai pada sisi hulu di
pembangkit, kemudian diturunkan (break down) menjadi beban gardu induk. Secara
matematika, coincident factor dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut.

Keluaran (output) perhitungan prakiraan kebutuhan tenaga listrik adalah proyeksi penjualan
dan produksi tenaga listrik (GWh) per kelompok tarif per-tahun dan proyeksi beban
puncak per-tahun untuk satu wilayah Provinsi / Kabupaten / Kota. Pada tahap berikutnya,
keluaran hasil perhitungan diatas diturunkan (di break down) menjadi prakiraan kebutuhan
listrik per sistem dalam bantuk lebih sederhana, memuat data produksi pembangkit
(GWh), beban puncak per-sistem (MW) dan load factor sistem.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 117


Berkenaan dengan adanya rencana pengalihan beban sistem isolated masuk ke grid sistem
besar, maka perhitungan prakiraan beban puncak grid harus diselaraskan dengan jadwal
penyelesaian proyek transmisi dan gardu induk terkait ke sistem isolated tersebut.
Contoh hasil perhitungan prakiraan kebutuhan per sistem atau per gardu induk sesuai tabel
pada lampiran 1.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 118


16 Pengenalan ETAP

ETAP adalah paket grafis yang berjalan pada Microsoft Windows 2003, 2008 , XP , Vista , dan
7 sistem operasi . ETAP adalah alat yang paling komprehensif , analisis untuk desain dan
pengujian sistem daya yang tersedia . Menggunakan standar modul simulasi offline , ETAP
dapat memanfaatkan data real-time operasi adalah untuk memantau canggih , simulasi real-
time , optimasi , sistem manajemen energi , dan kecepatan tinggi shedding beban cerdas .

ETAP telah dirancang dan dikembangkan oleh para insinyur untuk


insinyur untuk menangani beragam disiplin sistem tenaga untuk
spektrum yang luas dari industri dalam satu paket terpadu dengan
pemandangan antarmuka beberapa seperti AC dan DC jaringan ,
raceways kabel , tanah grid, GIS , panel , flash busur , WTG , pelindung
perangkat koordinasi / selektivitas , dan AC dan DC diagram sistem
kontrol .

Program operasi mengemulasi operasi sistem listrik nyata sedekat


mungkin . Sebagai contoh, ketika Anda membuka atau menutup
pemutus sirkuit , menempatkan elemen keluar dari layanan , atau
mengubah status operasi dari motor , yang de - energized elemen
dan sub - sistem yang ditunjukkan pada diagram satu garis abu-abu
. ETAP menggabungkan konsep inovatif untuk menentukan
koordinasi perangkat pelindung langsung dari diagram satu garis

ETAP menggabungkan atribut listrik , logis , mekanik , dan fisik


elemen sistem dalam database yang sama . Misalnya , kabel tidak
hanya berisi data yang mewakili sifat listrik dan dimensi fisik , tetapi
juga informasi yang menunjukkan balapan melalui yang diarahkan .
Dengan demikian , data untuk satu kabel dapat digunakan untuk
arus beban atau arus pendek analisis ( yang membutuhkan
parameter listrik dan koneksi ) serta perhitungan derating kabel
ampacity (yang memerlukan data routing yang fisik ) . Integrasi ini
data memberikan konsistensi seluruh sistem dan menghilangkan
kebutuhan untuk entri data beberapa untuk unsur yang sama , yang
bisa menjadi penghematan waktu yang cukup.

16.1 Spesifikasi

MODELING
Virtual reality operation
Total integration of data (electrical, logical, mechanical, and physical attributes)
Looped and radial systems
Unlimited isolated sub-systems
No system connection limitations
Multiple loading conditions
Multi-level nesting of sub-systems

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 119


Advanced sparse matrix techniques
User access control and data validation
Asynchronous calculations, allow multiple modules to calculate simultaneously
Database transitioning reduces the risk of database loss during a power outage
True 32-bit or 64-bit programming designed for Windows® XP/2003/2008/Vista/7
3-phase and single-phase modeling including panels and sub-panels

FEATURES
Five levels of automatic error checking
Dynamic help line and error messaging
Message logger to track program usage and access
Multiple user access levels
ODBC (open database connectivity) - use Microsoft Access, SQL, Oracle, etc.
Manages maintenance data via info, remarks, and comment pages
Merge independent ETAP project files
Convert project files between databases such as Microsoft Access, SQL, and Oracle
Integrated 1-phase, 3-phase, and DC systems
Integrated one-line diagram and underground raceway systems
Integrated one-line diagram and device coordination/selectivity module
Common database for all studies
Simplicity in data entry
Multiple sub-systems and swing machines
User-controlled auto save and transaction
User-controlled default settings for all components
Typical data for motors, generators, transformers, reactors, governors, and exciters
Individual LTC time delays (initial and operating)
No voltage limitations
Unlimited protective and metering device connections to branches and loads
Unlimited load connections to a single bus
Any system frequency
English and metric unit systems
25 character component IDs
Raw manufacturer data entry
Individual and global load demand and diversity factors
Temperature sensitive cable resistance for all studies
Element navigator
Lumped loading
Equipment cables for loads, eliminating requirement for terminal buses
Edited by and checked by data stamping
Date stamping of all data changes
Intelligent editors with user-defined data fields
Analysis-dependent data entry requirements
Multiple user network support
Compatible database with ETAP Real-Time for real-time monitoring, simulation, and
supervisory control
Toolbar accessible Preferences pane for preference modification while ETAP is running

ONE-LINE DIAGRAMS
Unlimited one-line diagram presentations

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 120


Single-phase system (2 and 3 wires)
Panel systems
Unlimited status configurations/scenarios (switching devices, motors, loads, etc.)
Multiple engineering properties (base and revision data)
Three-dimensional (3-D) database
Integrated Ground grid systems
Multiple loading categories (conditions) with individual percent loading
Unlimited one-line diagram nesting for sub-systems, MCCs, etc.
Simultaneous view of one-line diagram presentations
Simultaneous view of system configurations
Simultaneous view of different study results
Phase adapters to convert from three phase to mixed single phase networks
One-Line Templates
Automatic bus/node insertion
Find elements from editors or the project window
Graphical Auto Select
Grouping/ungrouping of elements
Change size, symbol, color, orientation, and alignment of elements and text, individually
and globally
Themed color schemes provide the flexibility to customize each one-line presentation
independently
Symbol Library
ActiveX (programmable objects)
Graphically fault/clear fault from buses
Selectable zoom-to-fit
State-of-the-art built-in graphic user interface
Drag and drop, cut and paste, undo and redo, zooming, etc.
Built-in ETAP CAD system
XML data exchange
Export one-line diagrams to third party CAD systems via .dxf and metafile formats
Import OLE objects (text, pictures, spreadsheets, GIS maps, etc.)
Import ETAP DOS project files
Import ASCII project files
Execute external programs
Customizable graphical display of results annotations
Customizable graphical display of nameplate data annotations
Interchangeable ANSI and IEC element symbols
Multiple sizing and rotation of element symbols
Multi-color symbols and annotations
Supports True Type fonts
Hide and show protective devices per presentation
Remote connectors for better one-line diagram layout
Graphical operation (open/close) of switching devices in edit or study modes
Dynamic continuity check shows de-energized devices as “semi-transparent” images
and graphically displays current system configuration
Configuration manager to easily compare open/close status for all switching devices
Display of fixed tap and load tap changer (LTC) positions on the one-line diagram
Direct device coordination from the one-line diagram
Build elementary diagrams within the same project and integrate with one-line diagram
Comprehensive printing/plotting capabilities
Individual and global section of elements, objects, and composites

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 121


Schedule manager for system components (input data)
Customizable output reports (Crystal Reports) with find functionality
Categorized output report manager for Crystal Reports
Access database output reports
Crystal Reports for library data
Comprehensive summary reports
Customizable output plots
Report status of loads and protective devices for all configurations
System dumpster with unlimited cells for storage and retrieval of deleted components
Resizable, floating/attachable toolbars for each study
Keyboard Shortcuts

17 Analisa Aliran Daya (Load Flow Analysis)

ETAP Analisis Beban Arus Modul menghitung tegangan bus , faktor daya cabang , arus , dan
arus listrik seluruh sistem listrik . ETAP memungkinkan untuk ayunan , tegangan diatur , dan
sumber daya yang tidak diatur dengan beberapa jaringan listrik dan koneksi pembangkit . Hal
ini mampu melakukan analisis pada kedua radial dan loop sistem . ETAP memungkinkan Anda
untuk memilih dari beberapa metode yang berbeda untuk mencapai efisiensi perhitungan
terbaik .

17.1 Toolbar Loadflow

Load Flow toolbar akan muncul pada saat anda di mode


load flow study

Run Load Flow Studies

Pilih Study Case dari the Study Case Editor. Kemudian Klik
Run Load Flow Study icon untuk studi aliran daya. dialog
box akan muncul untuk menspesifikasikan output laporan
jika diset dengan nama prompt. Hasil study akan muncul
pada diagram garis tunggal dan pada output laporan.

Laporan Load Flow Output ditampilkan dalam form Crystal


Report. Report Manager menampilkan 4 jenis laporan
(Complete, Input, Result, and Summary)untuk menampilkan bagian yang berbeda dari laporan
output untuk Crystal Reports. Format yang tersedia untuk Crystal reports ditampilkan didalam
masing-masing halaman yang berbeda tergantung dari studi analisa aliran daya yang dilakukan.
Kita dapat melihat laporan melalui Crystal Reports Viewer
atau menyimpan dalam format PDF, Word, Rich Text
Format, atau Excel format.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 122


17.2 Study Case Editor

Load Flow Study Case Editor berisi variabel solusi kontrol , kondisi pembebanan , dan berbagai
pilihan untuk laporan output. ETAP Memungkinkan Anda untuk membuat dan menyimpan jumlah
yang tidak terbatas studi kasus . perhitungan beban aliran dilakukan dan dilaporkan sesuai
dengan pengaturan dari studi kasus yang dipilih pada toolbar . Anda dapat dengan mudah beralih
di antara kasus studi tanpa harus me-reset studi kasus pilihan setiap kali . Fitur ini dirancang
untuk mengatur Upaya studi Anda dan menghemat waktu .

Ada 3 metoda yang bisa dipilih dalam memilih perhitungan analisa aliran daya. 3 Metode yang
tersedia adalah: Newton-Raphson, Fast-decoupled, and Accelerated Gauss-Seidel.

Gambar Analisa Aliran Daya (Load Flow Analysis)-33Studay Case Load FLow

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 123


18 Short Circuit

Program ETAP Short- Circuit Analisis menganalisis pengaruh 3 - phase , 1 - fase , line- ke-darat
, LineTo -line , dan garis - to- line- ke-darat kesalahan pada sistem tenaga listrik . program
menghitung total arus pendek sirkuit serta kontribusi dari motor individu , generator , dan dasi
utilitas dalam sistem . tugas kesalahan yang sesuai dengan edisi terbaru dari Standar ANSI /
IEEE ( C37 series ) dan Standar IEC ( IEC 60909 dan lain-lain ) .

18.1 Toolbar Short Circuit IEC

This toolbar is active when you are in Short-Circuit Mode and the standard is set to
IEC in the ShortCircuit Study Case Editor.

3-

Phase Faults - Device Duty (IEC 60909)

Panel/UPS/1-Ph System Device Duty

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 124


LG, LL, LLG & 3-Phase Faults (IEC 60909)

3-Phase Faults - Transient Study (IEC 61363)

Arc Flash Hazard Calculation

Short-Circuit Display Options Alert View

Short-Circuit Report Manager Short-Circuit Plots

Arc Flash Report Analyzer

Halt Current Calculation Get Online Data

Get Archived Data

18.2 Editor Study Case

Editor Study Case berisi variabel kontrol solusi , pilihan gangguan bus , dan berbagai pilihan
untuk laporan output. ETAP memungkinkan Anda untuk membuat dan menyimpan jumlah yang
tidak terbatas Studi Kasus . perhitungan arus hubung singkat dilakukan dan dilaporkan sesuai
dengan pengaturan dari Studi Kasus dipilih pada toolbar . Anda dapat dengan mudah beralih di
antara Studi Kasus tanpa kesulitan ulang opsi Studi Kasus setiap kali . Fitur ini dirancang untuk
mengatur upaya studi Anda dan menghemat waktu Anda.

Gambar Short Circuit -34Study Case Editor

19 Penempatan Kapasitor secara Optimal

Mayoritas sistem tenaga beroperasi pada faktor daya


tertinggal akibat beban induktif dan aparat pengiriman ( garis
dan transformer ) . sistem tenaga yang bersifat induktif , dan
membutuhkan tambahan aliran daya reaktif dari jaringan listrik
. Tapi tuntutan daya reaktif yang berlebihan mengakibatkan
kapasitas sistem berkurang , peningkatan kerugian , dan
penurunan tegangan , serta biaya operasi yang lebih tinggi .
Shunt kapasitor bank mampu mengimbangi kebutuhan var ,
tapi ukuran Bank , lokasi , metode kontrol kapasitor , dan
biaya pertimbangan isu-isu penting yang perlu dioptimalkan
selama fase desain . Sebuah solusi yang ideal akan menjadi
alat penempatan kapasitor dapat mempertimbangkan semua faktor-faktor ini dan yang
mempertimbangkan tingkat beban . Solusi ini juga harus mampu menempatkan kapasitor untuk

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 125


dukungan tegangan dan koreksi faktor daya , dan meminimalkan total biaya instalasi dan
operasi . ETAP sekarang hanya menyediakan aplikasi tersebut di Modul yang Optimum
Capacitor Penempatan ( OCP ) .

19.1 Study Toolbar

Toolbar Optimal Capacitor Placement (OCP) muncul ketika ETAP ada pada mode OCP. Ikon
toolbar OCP ditunjukkan dan digambarkan dibawah ini.

Run Optimal Capacitor Placement Display Options

Alert View
Report Manager
Optimal Capacitor Placement Plots Halt Current Calculation
Get On-Line Data
Get Archived Data

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 126


19.2 Editor Study Case

Optimal Capacitor Placement ( OCP ) Editor Study Case berisi variabel kontrol solusi . ETAP
memungkinkan Anda untuk membuat dan menyimpan jumlah yang tidak terbatas studi kasus
untuk setiap jenis studi . Sama seperti dalam jenis penelitian lainnya , adalah mungkin untuk
beralih di antara berbagai Kasus OCP Study . Fitur ini memungkinkan Anda untuk mengatur
upaya studi dan menghemat waktu .

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 127


Gambar Penempatan Kapasitor secara Optimal-35Study Case Editor OCP

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 128

Anda mungkin juga menyukai