Anda di halaman 1dari 77

JTR

(Jaringan Tegangan Rendah)

Suhenra Ramli
Muhammad Firajullah
Karimulsyah
Dayanti Dinda Prameswari
Pembimbing: Ir. Makmur Saini, MT, P.hD
1

Jaringan Tegangan Rendah


(JTR)
Sistem Distribusi Tegangan Rendah
merupakan bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik pada tegangan distribusi
dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para
pelanggan tegangan rendah.
2

Jaringan Tegangan Rendah


(JTR)
• Susut tegangan yang diisyaratkan
• Luas penghantar jaringan
• Distribusi pelanggan sepanjang jalur
jaringan distribusi
• Sifat daerah pelayanan (desa, atau kota)
• Kelas pelanggan (pada beban rendah,
beban tinggi)
Umumnya radius pelayanan berkisar 350
meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan
diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi
3

GARDU DISTRIBUSI
Gardu Distribusi Fungsi
Merupakan salah satu • Menyalurkan/ meneruskan
Komponen dari suatu sistem tenaga listrik tegangan
menengah ke konsumen
distribusi, yang berfungsi tegangan rendah.
untuk menghubungkan • Menurunkan tegangan menengah
jaringan ke Konsumen, atau menjadi tegangan rendah
untuk mendistribusikan selanjutnya disalurkan
tenaga listrik pada konsumen kekonsumen tegangan rendah.
atau pelanggan, baik itu • Menyalurkan/ meneruskan
tenaga listrik tegangan
pelanggan tegangan menengah ke gardu distribusi
menengah maupun lainnya dan ke gardu hubung.
pelanggan tegangan rendah.
A. Jenis Pemasangannya
 Gardu Pasangan Luar
 Gardu Pasangan Dalam
B. Jenis Konstruksinya
 Gardu Beton
 Gardu Tiang
Gardu Beton Gardu Kios
 Gardu Kios
C. Jenis Penggunaannya
 Gardu Pelanggan Umum
 Gardu Pelanggan
Khusus

Gardu Cantol Gardu Hubung


4

SISTEM TEGANGAN
A. Sistem tegangan B. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep
teknis (Distribution System Engineering)
dibedakan menjadi 3 yang dianut satu sama lain dapat berbeda,
macam misalnya :

• Sistem 3 fasa (Fasa • Sistem Kontinental : 3 fasa – 3


kawat (Distribution Substation
Tiga) : 380 v/ 220 v
Concept) 3 fasa – 4 kawat
• Sistem 2 fasa (Fasa
Dua) : 440 v/ 220, • Sistem Amerika : 2 fasa – 3
220v/ …. netral (Multi Grounded)
• Sistem 1 fasa (Fasa
satu) : 110 v, 220 v, 250 • Sistem Kanada : 1 kawat (Swer)
v
5

TIANG
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat
dari beton bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena
daya tahannya (umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus.
Sedang tiang besi jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding
tiang beton,disamping itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Dilihat dari
fungsinya,tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik.
Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator, sedang tiang tarik
fungsinya untuk menarik konduktor. Sedang fungsi lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan sesuai dengan posisi sudut tarikan konduktor nya. Bahan baku
pembuatan tiang beton untuk tiang tegangan menengah dan tegangan rendah
adalah sama, hanya dimensinya yang berbeda.
6

MENENTUKAN ATAU MEMILIH


PANJANG TIANG
Menentukan atau Memilih panjang Tiang

tiang
5.1 Memilih panjang

5.2 Jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang


Pada jaringan tegangan rendah yang
menggunakan tiang bersama dengan jaringan tegangan
menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar
tidak lebih dari 60 meter. Di dalam menentukan panjang
tiang beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
adalah;
1. Jarak aman antara saluran tegangan menengah dan
tegangan rendah.
2. Posisi trafo tiang.
3. Tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang.

Gambar 5.2 menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk


menentukan panjang tiang. Pada gambar tersebut diperlihatkan
bahwa panjang tiang minimum untuk tegangan menengah 11
meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan rendah 9
meter ( 7,5meter diatas tanah).
7

MENDIRIKAN/MENANAM TIANG
Mendirikan/Menanam Tiang
Bagian tiang yang harus ditanam dibawah permukaan tanah adalah 1/6
dari panjang tiang. Jadi kedalaman lubang tergantung panjang/tinggi tiang
yang akan dipasang. Pada tanah yang lembek, bagian bawah tiang harus
di pasang bantalan (beton blok) agar bagian tiang yang tertanam dalam
tanah tetap 1/6 panjang tiang.
Dari gambar 2 tampak bahwa ;
• untuk panjang tiang 13 meter, bagian yang berada diatas tanah adalah
10,2 meter.
• Untuk panjang tiang 11 meter, bagian yang berada diatas tanah adalah
9,2meter.
• Dan untuk panjang tiang 9 meter bagian yang berada diatas tanah
adalah 7,5meter.
Mendirikan tiang beton tegangan rendah (9 meter) dapat dilakukan dengan
dua cara ;
1. Secara manual (Konvensional)
2. Secara otomatis (mendirikan tiang dengan alat pengangkat)
Cara Mendirikan Tiang

7.1 Manual 7.2 Otomatis


8

PENGARUH KONDISI TANAH


• Kondisi tanah yang rawan/lunak dapat
menyebabkan robohnya tiang penyangga.
• Pada dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan
tanah sehingga dapat diketahui jeni tanah lunak
atau tidak.
• Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan
perlu tidaknya memakai pondasi. Namun untuk
tiang-tiang awal/akhir, tetap diperlukan pondasi.
9

Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang


Penyangga
I. Tiang penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya-
gaya
• Beban penghantar yang dipikul.
• Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada tiang itu sendiri.
• Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan suhu
lingkungan atau akibat adanya sambungan pelanggan.
• Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin.
II. Beban tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga. Kekuatan tiang
didimensikan dalam satuan newton atau daN (0,98 kg)
III. Kekuatan tiang dihitung pada kondisi minimum, sehingga didapatkan
harga yang realistis.

contoh:
 Kondisi tekanan angin maksimum.
 Temperatur kerja maksimum penghantar (60⁰ C)
 Angka keamanan 0,5 (50%)

Sehingga tiang dengan fungsi sebagai penyangga diujung (akhir jaringan), ditengah,
tiang sudut, akan mengalami total gaya mekanis yang berbeda.
10

Konstruksi Tiang Penyangga


Gambar 10.1 Konstruksi
tiang penyangga (TR1) Gambar 10.2 Konstruksi
tiang penegang/sudut(TR2)

Keterangan Gambar 10.1 : Keterangan Gambar 10.2:


1. Suspension Clamp Bracket 1. Tension Bracket
2. Suspension Clamp 2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle 4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap 5. Plastic Strap
6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter 6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.3 Konstruksi
Gambar 10.4 Konstruksi
tiang awal/akhir(TR3)
tiang penyangga silang(TR4)

Keterangan Gambar 10.3: Keterangan Gambar 10.4:


1. Tension Bracket 1. Suspension Clamp Bracket
2. Strain Clamp 2. Suspension Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle 4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap 5. Plastic Strap
6. PVC 2” – 50 Cm 6. Bundled Conductor, Connector
7. Link 70-25/70-25
8. Dead end tubes 7. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.5 Konstruksi tiang
penyangga & sudut silang (TR4A) Gambar 10.6 Konstruksi tiang
penyangga & sudut silang (TR4B)
Keterangan Gambar 10.5:
1. Tension Bracket Keterangan Gambar 10.6:
2. Strain Clamp 1. Tension Bracket
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 2. Strain Clamp
4. Plastic Strap 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
5. Stopping Buckle 4. Plastic Strap
6. Bundled Conductor, Connector 5. Stopping Buckle
70-25/70-25 6. Bundled Conductor, Connector
7. Suspension Clamp Bracket 70-25/70-25
8. Suspension Clamp 7. Protektip Plastic Strap 0,5 Mete
9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
11

Penggunaan Kawat Peregang


atau Tiang Penegang
• Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang , demikian juga pemakaian
tiang penopang.
• Sehingga tiang dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat dipergunakan untuk
menahan beban mekanis yang lebih besar.
• Konstruksi ini umum dipakai pada tiang-tiang akhir penghantar kecil dan tiang-tiang
sudut.

Keterangan Gambar :
Keterangan Gambar : 1. Tension Bracket
1. Tension Bracket 2. Strain Clamp
2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip
3. Stainless Steel Strip 0,75 0,75 Meter
Meter 4. Stopping Buckle
4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap
5. Plastic Strap 6. Bundled Conductor,
6. Protektip Plastic Strap 0,50 Connector
Meter 70-25/70-25
7. Protektip Plastic Strap
Gambar 11.2 Konstruksi 0,50 Meter
Gambar 11.1.Konstruksi tiang penegang dengan
tiang penegang (TR5) hantaran beda penampang
(TR5A)
12

Batasan Non Teknis


Memilih Kekuatan Tiang
• Masalah kekuatan mekanis penghantar besarnya beban pada
titik tumpu dapat menyebabkan penghantar retak/ putus
pada titik tersebut.
• Masalah lingkungan, terlalu panjangnya bentangan
penghantar menyulitkan penarikan penghantar baik dari sudut
konstruksi ataupun operasional atau dari segi kemanan
lingkungan dan estika.
• Pengaruh rute geografis jalur/ lintasan, tidak semua jalur
jaringan pada lintasan yang lurus.
Sehingga jarak gawang/ span hantar tiang penyangga di
standarisir 40 meter dengan titik terendah jaringan pada lalu lintas
berat dengan permukaan jalan minimum 6
meter pada temperatur menghantar 60º C.
13

Kekuatan Tiang
Ujung
• Kekuatan tarik pada tiang bertumpu pada jarak 10 cm dari ujung
atas tiang, beban kerjanya di standaarisasi 200 daN, 350 daN, 500
daN, 800 daN, 1200 daN
• Berdasarkan perhitungan mekanis gaya-gaya yang terjadi pada
tiang, maka batas maksimum rentangan/ gantang /span dengan
berbagai ukuran penghantar adalah
14

Kekuatan Tiang Sudut


• Lintasan jaringan tidak selalu lurus , namun pada sejumlah titik terjadi
pembelokan yang besar sudutnya berbeda-beda.

• Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan rumus ilmu ukur


sudut, dengan memmperhatikan susdut antara dua tarikan pada tiang
sudut tersebut

• Dalam kasus ini atau dicontohkan menghitung kekuatan tiang sudut


dengan metoda polygon dimana jumlah semua gaya sama dengan nol.
Gaya Resultante adalah besarnya gaya rujukan untuk memilih kekuatan
tiang sudut
15

Pembumian Pada Jaringan


Distribusi Jaringan
Tegangan Rendah
Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah
1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :
a) Menurut PUIL, semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan.
b) Menurut PUIL, apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang
penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral.
c) Menurut PUIL, nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan ( 5 gawang) tidak boleh melebihi dari 10 Ohm.
d) Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm.
e) Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan
terbuat dari tembaga.
f) Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis/ elektris dan mudah dibuka untuk
dilakukan pengujian resistansipembumian. Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan
dilindungi dari kemungkinan korosi
g) Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi.

Catatan :
• Biasanya dimasukkan dalam pipa ½ inchi, seting.gi 2,5 mm2.
• Terminal klem ditanam 20 cm dibawah permukaan tanah.

h) Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan
memoerlihatkan resistansi tanah :

Untuk resistansi tanah P1 = 100 Ω meter


panjang 1m 2m 3m 5m
Nilai Ω 70. 40. 30. 20.
Untuk resistansi tanah P tidak sama dengan P, nilai pentanahan dikalikan P . P1
2. Jenis Tanah

Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas :


1) Tanah rawa,
2) Tanah liat dan tanah ladang,
3) Pasir basah,
4) Krikil basah,
5) Pasir dan kerikil kering,
6) Tanah berbatu.

3. Tahanan Jenis Tanah

Masing-masing jenis tanah mempunyai nilai tahanan jenis tanah yang


berbeda-beda dan bergantung dari jenis tanahnya, dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini, merupakan nilai tipikal
1 2 3 4 5 6 7

Jenis tanah Tanah rawa Tanah liat dan Tanah Pasir Kerikil basah Pasir dan Kerikil kering Tanah berbatu
ladang basah

Resistansi

jenis 30 100 200 500 1000 3000


(Ω – m)
4. Tujuan Pembumian Peralatan

Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada


kerja normal, tidak dilalui arus. Tujuan pembumian peralatan adalah :

a. Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui arus dan
antara bagian-bagian ini dengan bumi sampai pada suatu harga yang aman (tidak
membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal.
b. Untuk memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung singkat
ke tanah.

Kecelakaan pada personil, timbul pada saat hubung singkat ke tanah


terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksanakan mengalir melalui
impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan
berbahaya. Juga impedansi yang besar pada sambungan-sambungan pada
rangkaian pembumian dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang
besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.
Secara garis besar ada 3 macam system pentanahan netral dan
badan/peralatan instalasi, yaitu:
a. Sistem IT
b. Sistem TT
c. Sistem TN

a) IT b) TT c) TN

Gambar 4-170 Sistem Pentanahan TR


16

Jaringan Udara
Tegangan Rendah
I. Jenis Penghantar Udara
o Penghantar tidak berisolasi A3C, BCC, A2C , ACSR
o Pernghantar berisolasi (Jenis twisted cable yang umumnya
dipakai NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X,NFA2X, NFA2X,
NFA2XSEY-T (TWISTED CABLE).

II. Persilangan dengan Kabel Telekomunikasi


a) TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter, Mersilang 0,3
meter
b) TAK BERISOLASI : Berjajar/Berisolasi 1 meter
III. Jarak antar Penghantar Telanjang

Jarak antara ini bergantung atas jarak antar titik tumpu jaringan (jaringan
gawang)
Jarak Gawang Jarak Antara
6 – 10 Meter 20 CM
10 – 40 Meter 25 CM

Jarak Lendutan (SAG) dengan permukaan tanah diukur dengan titik


terendah sekurang-kurangnya

Penghantar Tak Penghantar


Berisolasi Berisolasi
Jalan Umum 5 meter 4 meter
Halaman Rumah 5 meter 3 Meter
IV. Jarak Bebas

Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan)
a) Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan
b) Syarat 0,5 meter

Catatan :
Pada konstruksi saluran udara baik tak berisolasi ataupun berisolasi (twisted
cable). Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah setempat atau
ketentuan departemen yang memerlukan,

Contoh :
Sudut lintasan jalan raya maksimum 15º
SAG : Jalan Umum 6 meter
Jalan Kecil 5 meter
pekarangan 3 meter
sungai 6 meter
Jalan umum 6m

Jarak keamanan H Jalan pribadi 4m


Penghantar Berisolasi
Wilayah Pribadi 3m
17

Ketentuan Saluran
Kabel Tegangan
Rendah
1. Penanaman Kabel Tanah

Memperhatikan jenis dan macam isolasi dan isolasi pelindung kabel.


Contoh :
• Kabel tanpa pelindung pipa baja harus dilindungi secara mekanis.
• Kabel dengan pelindung netral jacket dapat ditanam langsung.
Memperhatikan kondisi kimiawi dan pengaruh gangguan mekanis, namun untuk perlindungan mekanis
dianggap cukup :
• Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya utama.
• Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang tidak dilalui kendaraan.

2. Konstruksi susunan penanaman kabel tanah :

• Ditanam diselimuti pasir dengan ketebalan 20 cm .


• Dipasang pelindung mekanis :Beton, bata, atau batu pelindung.
• Kabel tanah TR dipasang diatas kabel rumah TM dan dibawah kabel telekomunikasi/ lihat gambar.

3. Persilangan antar kabel tanah :

Harus dilakukan tindakan perlindungan, kecuali salah satu kabel telah dilindungi secara mekanis oleh sekat beton
atau bahan semacam dengan tebal dinding minimum 6 cm.
Tindakan Proteksi
• Kabel bagian bawah dipasang pelindung mekanis misalnya bata, pipa belah dari beton, minimum 1
meter panjangnya.
• Lebar tutup pelindung minimum 5 cm lebih lebar dari kabel yang dilindungi.
• Hal yang sama untuk kabel tanah dibagian atas (lihat gambar).
4. Persilangan dengan kabel telekomunikasi
Bagian atas kabel tanah harus dilindungi dengan pipa beton belah atau plat beton dari bahan yang tidak
mudah terbakar.
• Untuk jarak kabel TR dengan kabel telkom
• d ≤ 0,3 meter diatas kabel tanah perlu ditambah plat beton minimum ukuran 1 x 1 meter
dengan tebal 2 cm.
• Jika kabel tanah TR sejajar dengan kabel telekomunikasi, harus diselubungi dengan
pipa plat atau pipa beton belah sekurang – kurangnya mempunyai panjang , minimum 1
meter.

5. Persilangan dengan utilitas lain


• Rel Kereta Api dan fasiltasnya. Tidak diperbolehkan mendekati rel kereta api pada jarak 2 meter kecuali
persilangan.
• Contoh konstruksi persilangan pada standard konstruksi PLN Distribusi Jakarta :
Ditanam dengan pipa gas 2 meter dibawah rel kereta dengan kedua ujung pipa menjorok 2 meter
dari sisi rel
• Jika menyilang atau berdekatan dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter dengan kabel instalasi listrik.
• Perusahaan Kereta Api harus dilindungi dengan pipa yang tidak dapat terbakar atau PVC . Ujung pipa
dipanjangkan 0,5 dari sisi silang terujung.

6. Persilangan dengan jalan raya


• Kabel harus dilindungi dengan pipa atau selubung baja dan tahan getaran mekanis/ api serta dari bahan
tahan api dan ditambah 0,5 meter pada kiri kanan batas bahu jalan.
• Garis tengah pipa dipilih hingga kabel dapat dikeluarkan tanpa membongkar jalan (biasanya pipa 4 meter
atau diameter 10 cm) Contoh (lihat gambar), konstruksi perlintasan kabel pada standard PLN Distribusi
Jakarta.
7. Didaerah bangunan atau pekarangan.

• Kabel harus dilindungi dengan pipa atau pelindung mekanis.


• Pipa diberi tambahan 0.5 meter dari sisi terluar bangunan.
• Instalasi kabel pada dinding bangunan harus dilindungi dengan pelindung mekanis, jira
pelindung terbuat dari logam harus dibumikan.

8. Persilangan dan pendekatan dengan saluran air dan bangunan pengairan.

• Kabel tanah harus ditanam paling sedikit 1 meter dibawah saluran air dan ditanam dalam lapisan pasir.
• Pada lintasan dengan air laut kabel ditanam sedapat mungkin 2 meter dibawah dasar laut.
• Pada lintasan dekat kabel listrik milik pengairan.
 Berjarak 0,3 meter diatas atau dibawah kabel listrik.
 Diberi perlindugan mekanis dengan tambahan 0,5 meter dari sisi kabel yang silang.
 Jika jarak lebih kecil dari 0,3 m harus dimasukkan dalam pipa/ bahan anti terbakar
• Pada bangunan pengairan dibawah tanah, jarak minimum adalah 0,3 meter dan harus dilindungi dengan pipa
belah, plat atau pipa dan ditambahka0,5 meter dari kedua tempat pendekatan.
Catatan:
• Kabel tanah yang dipakai adalah dari jenis kabel tanah dengan perisai dan dilindungi dengan pipa belah.
• Kabel tanah tanpa perisai mekanis harus dimasukkan dalam pipa atau jalur kabel khusus.
• Pada kedua ujung kabel masuk dan keluar jaur ait harus diberi patok / tanda, agar dapat dilihat pengemudi
kendaraan air.

9. Pendekatan kabel tanah dengan instalasi listrik diatas tanah

• Kabel rumah tidak bole ditanam lebih dekat 0,3 meter dari instalasi listrik diatas tanah. Kurang dari o,8 meter
kabel tersebut harus dilindungi dengan pipa baja atau bahan kuta, tahan lama dan tahan api ditambah
minimum 0,5 meter dari kedua ujung tempat jaraknya kurang dari 0,8 meter.
• Kabel tanah yang keluar dari tanah harus dilindungi dengan pipa baja. Galvanis atau bahan lain yang cukup
kuat sampai diluar jangkauan tangan.
10. Pendekatan Kabel Tanah denga Pipa Gas dan Minyak

• Lintasan / jalur kabel tanah harus dihindari / dijauhkan dari lintasan pipa gas kota. Namun apabila tidak
terhindarkan harus berjarak minimum 0,5 meter dan dilindungi dengan pipa yang dilebihkan 0,5 meter pada
tiap ujung lintasan.
• Pada lintasan dengan pipa gas alam kabel tanah harus dikonstruksi khusus/ dibuatkan jembatan lintasan atau
melalui saluran udara. (lihat konstruksi SKTR , standard konstruksi PLN).

11. Perlengkapan Hubung Bagi Jaring Distribusi Tegangan Rendah Phb Tr

Pada jaringan distribusi kabel tegangan rendah, PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan jaringan dan
sambungan pelayanan.

• Instalasi PHB – TR pasangan luar dan pasangan dalam harus memnuhi persyaratan keamanan dan keselematan
lingkungan dan persyaratan teknis baik elektris maupun mekanis.
• Instalasi PHB – TR tersebut juga harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan mekanis.
• Pada setiap kotak PHB-TR harus mempunyai setidak-tidaknya
 Satu sakelar masuk sirkit masuk
 Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan sakelar (misalnya MCB/ MCCB).
• Arus minimum sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal penghantar masuk atau arus maksimum
beban penuh.
• Jumlah maksimum pencabangan dari suatu PHB – TR adalah sirkit keluar.
• Besar arus yang mengalir pada rel harus diperhitungkan ssuai kemampuan rel menurut temperatur ruang dan
temperatur kerja tidak boleh melebihi 65º C.
• Pemasangan rel telanjang adalah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan jarak 5 cm + 2/3 kilo
volt sistem tegangan nominal.
• Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus.
12. Instrumen Ukur Indikator Dan Terminasi

• Perlengkapan Hubung Bagi jaringan kabel tegangan rendah, harus dipasang paling sedikit instrumen indikator
berupa lampu indikator dengan warna yang sesuai.
• Untuk panel PHB – TR utama pada Gardu Distribusi harus dipasangan instrumen ukur (Voltmeter,
Amperemeter).
• Instrumen indikator harus disambung pada sirkit masuk sebelum saklar masuk.
• Sambungan sirkit pada PHB harus memakai sepatu kabel yang sesuai dengan jenis metalnya dan ukuran
penghantar serta harus dijepit/ dipress pada penghantar. KHA terminal sepatu kabel harus minimum sama
dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan rangkaian.
• Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan dan gaya tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan
langsung dipikul oleh gawai listrik lain.

13. Pemakaian Jenis Kabel Tanah Tegangan Rendah

• Tanda Pengenal Kabel Tegangan Rendah


 230/400 (300) V, 300/500(400)V, 400/690 (600)V, 400/750 (690)V 450/750 (690)V, 0,6/1 KV (1,2 KV)
 Nilai didalam kurung adalah nilai tegangan kerja tertinggi untuk perlengkapan yang diperbolehkan untuk
kabel.
• Penggunaan kabel tanah harus disesuaikan dengan jenis penggunaan utamanya. Untuk kabel tanah
jaringan distribusi tegangan rendah dipakai kabel dengan pelindung perisai baja.
Contoh : NYFGBY
Pemakaian kabel tanah tanpa perisai baja diperbolehkan namun harus dilindungi secara mekanis.
Contoh : NYY didalan pelindung pipa metal.
• Pemasangan/ perletakan kabel tanah harus mengikuti ketentuan yang berlaku (syarat konstruksi yang berlaku).
 Konstruksi tersebut mengatur jarak kabel satu sama lain dan faktor koreksi kita KHA yang terjadi. (Lihat
tabel PUIL -2000)
 Radius lengkungan kabel tanah dapat mengikuti ketentuan pabrikan (sesuai dengan jenis isolasi yang
dipakai). Jika terdapat
 kesulitan diambil radius lengkung adalah 15 kai diameter.
18

SAMBUNGAN PELAYANAN
(RUMAH TANGGA)
Sambungan Pelayanan (Rumah Tangga)

a. Ketentuan Umum Sambungan Pelayanan.


Ketentuan umum yang perlu diperhatikan dalam sambungan pelayanan
pelanggan, antara lain adalah jarak aman saluran kabel, jumlah pelanggan pada setiap
sambungan luar pelanggan (SLP). Batasan-batasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Ketentuan umum sambungan pelanggan


Gambar. 6 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan
Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan

1. Dari satu tiang boleh dipasang maksimum 5 SLP.


2. Dari SLP 1 boleh disambung berturut-turut (seri) maksimum 5 pelanggan dan tetap
memperhatikan beban dan susut tegangan.
3. Jarak sambungan dari tiang ke rumah atau dari rumah ke rumah maksimum 30
meter u/ SLP jenis twisted dan maksimum 45 meter u/ SLP jenis DX/QX.
4. Jarak sambungan dari tiang ke rumah terakhir maksimum 150 meter dan tetap
memperhatikan susut tegangan yang diijinkan.
5. Susut tegangan sepanjang SR yang diijinkan maksimum 2% bila SLP disambung
pada STR, maksimum 10% bila SLP disambung pada Gardu Trafo/Peti TR.
6. Pada satu tiang atap boleh dipasang maksimum 3 SLP.
b. Konstruksi Sambungan Luar Pelayanan (SLP)

Gambar. 7 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3 phasa jenis pada STR tanpa isolasi dan
berisolasi

Kode Material JUMLAH

SKA 11-C SKC 11-C SKA 11-C-T SKC 11-C-T

Vb Pole band double rack Eye 1 1 1 1


da nut 5/8” 1 1 1 1
1 1 1 1
s Service swinging clevis
1 1 1 1
bn Spool insulator ansi 53-1 1 1 1 1
Atp Clamp loop dead end 0,5 0,5 0,5 0,5
psc Armor tape 1 1 1 1
p Plastic strap for clamping 2 4 - -
p-1 Bare connector bimetal - - 2 4
Protective cap tap connector
Gambar. 8 Konstruksi SLP 1 phasa / 3 phasa jenis Twisted
pada STR tanpa isolasi dan STR berisolasi

Gambar. 9 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3


phasa jenis QX pada tiang atap
Gambar. 10 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3
phasa jenis QX pada titik tumpu dinding/tiang kayu

Gambar. 11 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3


phasa jenis QX pada titik tumpu dinding/tiang beton
19

Konstruksi
Sambungan Masuk
Pelanggan (SMP)
Konstruksi Sambungan Masuk Pelanggan (SMP)
Gambar berikut menunjukkan beberapa jenis Sambungan Masuk
Pelanggan (SMP) melalui kerangka tiang atap dan atau tidak melalui tiang atap.

Gambar 4-157Konstruksi Gambar 4-158Konstruksi


SMP dengan tiang atap SMP dengan tiang atap
untuk SR 1 phasa/3 phasa untuk SR 1 phasa/3 phasa
dengan SLP jenis DX/QX dengan SLP jenis DX/QX
dan SMP jenis NYM/NYY dan SMP jenis NYM/NYY
di luar bangunan. di luar plapon
Gambar 4-160Konstruksi SMP
Gambar 4-162Konstruksi
. dengan titik tumpu untuk SR 1
SMP dengan tiang atap
phasa/3 phasa dengan SLP jenis
untuk SR 1 phasa/3 phasa
DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY
tanpa sambungan jenis
di luar bangunan.
Twisted

Gambar 4-164Konstruksi
SMP dengan titik tumpu
untuk SR 1 phasa/3 phasa
tanpa sambungan jenis
Twisted.
20

Gangguan pada
Saluran Udara
Tegangan Rendah
Gangguan pada Saluran Udara Tegangan Rendah

a. Gangguan Hilang Pembangkit


Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan
dari sub sistem tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi
dan pelelangan, karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub
sistem dari sistem tenaga listrik.

Suatu sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan areanya,


menyebabkan timbulnya gangguan tidak bisa dihindari. Salah satu sub
sistem yang kemungkinan mengalami gangguan, adalah pembangkit tenaga
listrik. Bentuk gangguan tersebut adalah hilangnya daya atau pasokan daya
pada pembangkit atau biasa disebut hilangnya pembangkit.
Secara garis besar, gangguan hilangnya pembangkit diakibatkan
oleh dua hal, yaitu yang bersifat internal dan gangguan yang bersifat
ekstemal.

 Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri,


misalnya: kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan
kerusakan/gangguan pada generator, atau komponen lain yang ada di
pembangkitan.

 Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari


luar pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan.
Hal ini akan menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker)
bekerja dan memisahkan suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya.
Apabila tingkat kemampuan pembebanan pembangkitan yang hilang
atau terlepas dari sistem tersebut melampaui spinning reserve sistem,
maka terjadi penurunan frekuensi terus menerus. Hal ini harus segera
diatasi, karena akan menyebabkan trip pada unit pembangkitan yang
lain, sehingga berakibat lebih fatal, yaitu sistem akan mengalami padam
total (collapse).
b. Gangguan Beban Lebih

Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan


beban lebih adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi
kemampuan sistem tenaga listrik yang ada, misal: trafo distribusi dengan
kapasitas daya terpasang 100 KVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih
besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan trafo bekerja pada kondisi
abnormal.

Beban lebih akan menyebabkan arus yang mengalir pada jaringan


listrik menjadi besar, selanjutnva menimbulkan panas yang berlebihan,
yang akhirnya akan menyebabkan umur hidup (life time) peralatan dan
material pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses
penuaan dan kerusakan.
c. Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara


phasa dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke
tanah. Timbulnya gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan
gangguan yang bersifat permanent (persistant).

Gangguan yang bersifat temporer, timbulnya gangguan bersifat


sementara, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gangguan tersebut akan
hilang dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal kembali. Jenis
gangguan ini ialah : timbulnya flashover antar penghantar dan tanah (tiang,
traverse atau kawat tanah) karena sambaran petir, flashover dengan pohon-
pohon, dan lain sebagainya.

Gangguan yang bersifat permanen (persistant), yaitu gangguan yang


bersifat tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan
perbaikan dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan ini akan
menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik
gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Contoh: menurunnya
kemampuan isolasi padat atau minyak trafo. Di sini akan menyebabkan
kerusakan permanen pada trafo, sehingga untuk dapat beroperasi kembali
harus dilakukan perbaikan.
d.Gangguan Tegangan Lebih
Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan yang ada pada
jaringan listrik melebihi tegangan nominal, yang diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang disebabkan oleh switching
karena gangguan atau disebabkan karena manuver.

2. Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan otomatis/automatic voltage regulator (AVR) pada
generator atau pada on load tap chenger transformer.

3. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang diakibatkan karena kehilangan
beban.

4. Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang mengakibatkan hubung singkat
dan tegangan lebih

5. Terjadinya surja hubung (switch surge), yaitu berupa hubung singkat akibat bekerjanya circuit
breaker, sehingga menimbulkan tegangan transient yang tinggi. Hal ini sering terjadi pada
system jaringan tegangan ekstra tinggi.

Gangguan tegangan lebih akan merusak isolasi, dan akibatnya akan merusak peralatan
karena insulation break down (hubung singkat) atau setidak-tidaknya akan mempercepat proses
penuaan peralatan dan memperpendek umur peralatan.
Sebenarnya kondisi abnormal ini kurang tepat jika disebut sebagai gangguan. Akan tetapi
kondisi abnormal ini jika berlangsung terus menerus akan menyebabkan peralatan cepat rusak, umur
peralatan pendek dan membahayakan sistem.
e. Gangguan Instabilitas

Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan


ketidakstabilan pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan ini diakibatkan
adanya hubung singkat dan kehilangan pembangkit, yang selanjutnya
akan menimbulkan ayunan daya (power swing).

Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini adalah,
mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai
pengaman salah kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang
lebih luas.

Untuk mengantisipasi agar gangguan instabilitas tidak teijadi,


ada beberapa cara yaitu: konstruksi jaringan harus baik, sistem proteksi
harus andal, pengoperasian dan pemeliharaan harus baik dan benar,
dan sebagainya
f. Gangguan karena konstruksi jaringan yang kurang baik
Yang dimaksud sistem jaringan di sini adalah, mulai dari pembangkitan,
penyaluran, distribusi sampai dengan instalasi listrik pelanggan. Sedangkan yang dimaksud
gangguan konstruksi jaringan adalah, gangguan yang terjadi akibat kondisi jaringan yang
tidak memenuhi ketentuan dan standard teknik.
Di sini ingin ditekankan bahwa sistem jaringan sangat menentukan tingkat
keberhasilan dan keandalan sistem tenaga listrik. Beberapa hal yang mengakibatkan
gangguan sistem jaringan, adalah:

1. Perencanaan yang kurang baik misalnya: tidak mempertimbangkan keseimbangan


antara supply and demand (daya yang tersedia dan kebutuhan beban pelanggan),
design konstruksi yang kurang tepat, dan lain sebagainya.
2. Peralatan dan material yang dipasang mempunyai standard teknik yang rendah
(under quality).
3. Pemasangan yang kurang baik, yang diakibatkan kesadaran pelaksana pekerjaan yang
rendah dan pengawasan dari pihak Owner yang kurang ketat.
4. Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik, kegagalan kerja sistem proteksi
(peralatan) pengaman) dan penuaan pada, peralatan/material jaringan.

Hal tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pada jaringan listrik.
Hal ini bisa diatasi sedini mungkin, yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pekerjaan,
pengawasan pelakpekerjaan, komisioning, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan listrik,
harus mengikuti kaidah, ketentuan dan standard teknik yang telah ditentukan
21

MENGATASI GANGGUAN
PADA SISTEM TENAGA
LISTRIK
MENGATASI GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
1. Konstruksi jaringan listrik yang baik
Terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, tidak mungkin dihilangkan dan
tidak dapat dihindari sama sekali. Upaya yang bisa kita tempuh adalah mengurangi terjadinya
gangguan tersebut.
Mengurangi terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan upaya yang
bersifat represif dan antisipasif, yaitu memasang dan mewujudkan adanya konstruksi
jaringan listrik yang baik

2. Sistem proteksi yang andal


Pemasangan peralatan pengaman (sistem proteksi) pada jaringan listrik, bertujuan
untuk mengurangi akibat terjadinya gangguan. Hal ini harus dilakukan, karena timbulnya
gangguan pada jaringan listrik tidak mungkin dicegah sama sekali.

i. Fungsi peralatan pengaman (proteksi).


Sistem proteksi merupakan kesatuan (gabungan) dari alat-alat (sub sistem) proteksi, berfungsi untuk:

a) Mendeteksi adanya gangguan (kondisi abnormal) pada sistem tenaga listrik yang diamankannya,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
b) Melepaskan atau memisahkan (mengisolasi) bagian sistem yang terganggu sehingga, tidak
meluas ke bagian sistem yang tidak terganggudan bagian sistem lainnya dapat terus
beroperasi.
22

Pengaman terhadap
Tegangan Sentuh
Pengaman terhadap Tegangan Sentuh
Jika suatu obyek bertegangan tersentuh oleh tubuh manusia, maka
pada umumnya arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia tersebut. Tetapi
sebenarnya yang berbahaya bagi tubuh bukanlah tegangan itu sendiri, melainkan
arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia, sedangkan tegangan barulah
berbahaya apabila akibat sentuhan dengan tegangan itu menyebabkan
mengalirnya arus listrik yang cukup besar di dalam tubuh. Jika tidak
menyebabkan mengalirnya arus maka tegangan itu tidak berbahaya

Gambar 4-169 Pembagian daerah pengaruh arus bolak-


balik (pada 50-60 hz) terhadap orang dewasa
Jika tegangan tersentuh ke suatu tubuh, dengan kaki menginjak ke tanah,
maka akan mengalirlah arus listrik di dalam tubuh yang besarnya tergantung dari
tahanan tubuh dan tahanan kontak pada kedua titik sentuhan. Meskipun yang
berbahaya bagi tubuh adalah arus sebagai dasar untuk menetapkan persyaratan
instalasi listrik adalah lebih praktis jika dinyatakan sebagai tegangan sentuh sebagai
fungsi dari waktu. Dalam Standar IEC Publication 364 4-41, 1977 (Amandemen 1)
dinyatakan bahwa tegangan sentuh sebagai fungsi dari waktu yang diijinkan (Tabel
4-9).

Lama Sentuhan Besar tegangan sentuh


Maksimum (detik) Arus bolak-balik (V) Arus Searah (V)
< 50 < 120
5 50 120
1 75 140
0,5 90 160
0,2 110 175
0,1 150 200
0,05 220 250
0,03 280 310

Tabel 4-9 Tegangan sentuh yang aman sebagai fungsi


dari waktu
1. Cara Pengamanan terhadap Tegangan Sentuh

A. Pengaman terhadap sentuhan langsung mencakup:

a. Pengamanan dengan isolasi pada bagian-bagian yang aktif (PUIL, pasal 310),
misalnya kabel, porselin, karet berisolasi dan sebagainya.
b. Pengamanan dengan selungkup atau sekat f (PUIL, pasal 310 B dan C), misalnya
kotak saklar, perlengkapan hubung bagi (PHB).
c. Pengamanan dengan penghalang (PUIL, pasal 213), misalnya sekedar dipagari agar
orang tidak bisa mendekat, atau meletakkannya dibelakang kisi-kisi.
d. Pengamanan dengan penempatan di luar jangkauan tangan, misalnya bagian yang
bertegangan ditempatkan 2,5 m di atas lantai.
e. Pengamanan tambahan dengan Saklar Pengaman Arus ke Tanah (SPAT, earth
leakage circuit breaker). Ini hanyalah merupakan pengamanan tambahan (extra) di
samping pengamananpengamanan lainnya, dimaksudkan untuk mengamankan
terhadap sentuhan langsung yang mungkin masih terjadi. Saklar ini bekerja
berdasarkan pada adanya arus bocor ke tanah yang disebut juga arus sisa (residual
current) yang timbul akibat sentuhan langsung karena arus bocor ke tanah sebagai
akibat sentuhan langsung ini sangat kecil, maka saklar inipun harus sangan sensitif,
yaitu arusbocor sebesar 30 mA sudah mampu menyebabkan trip-nya saklar.
B. Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung, mencakup:

a) Pengamanan dengan pemutusan secara otomatis dari suplai, yang memerlukan


pengaman dan alat-alat pengaman seperti misalnya sekring dan saklar pengaman.
b) Pengamanan dengan isolasi pengaman (lihat PUIL, pasal 322A.I.a), yaitu dengan
cara memberi isolasi tambahan di samping isolasi utamanya (berisolasi ganda),
sehingga apabila terjadi kerusakan pada isolasi utamanya, badan peralatan yang
mungkin tersentuh tangan itu dengan bahan isolasi, memasang selungkup dari
bahan isolasi, atau dapat juga badan peralatan sendiri dari bukan bahan konduktif.
c) Pengamanan dengan alas isolasi (lihat PUIL, pasal 322A), yaitu memberikan
isolasi pada tempat kaki berpijak atau pada lantai dan benda-benda konduktif
lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terjangkau tangan sedemikian
sehingga tercegahlah orang terkena tegangan sentuh yang berbahaya bila terjadi
kegagalan isolasi.
d) Pengamanan dengan hubungan alas kaki yang konduktif dengan badan atau
bagian peralatan yang terpegang dengan tangan sedemikian sehingga tidak ada
beda potensial antara alas kaki dan badan/bagian peralatan yang terpegang tangan
bila terjadi kegagalan isolasi.
e) Pengamanan dengan pemisah pengaman (electrical separation) (lihat PUIL pasal
329), yaitu dengan memakai generator motor set atau trafo pemisah. Trafo
pemisah adalah trafo yang belitan sekundernya terpisah dari belitan primernya
dan rangkaian sekundernya, di mana peralatan itu tersambung, tidak diketanahkan
sehingga bila terjadi kegagalan isolasi peralatan tercegahlah timbulnya tegangan
sentuh yang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai