Anda di halaman 1dari 11

JIEP-Vol.

17, No 2, November 2017


ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

INDUSTRI PERDAGANGAN DI INDONESIA:


PERKEMBANGAN DAN KINERJA
Malik Cahyadin 1, Sutomo2, Lely Ratwianingsih 3

1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Indonesia


2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Indonesia
3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

E-mail: malikcahyadin@gmail.com; sutomomr@gmail.com; lelyepuns@gmail.com

Abstract

This study aims to describe the development of trade industry in Indonesia. The
data covers secondary data that has been published by BPS and BI. Data method
uses descriptive qualitative and ratio of market dominance. The analysis showed
that: a) the development of trade industry in Indonesia both wholesale and retail
tend to be positive / rising especially retail trade; and b) market dominance in the
trading industry in Indonesia can be seen from several aspects, are: gender
employers (predominantly male entrepreneurs), the company's network (single),
the number of employees (permanent), merchandise sales (household) , expenses
(purchase of non-food), and income (sales of non-food).

Keywords: retail, wholesale, market dominance


JEL Classification: L81, E32

1. PENDAHULUAN Gambaran umum perkembangan


Industri perdagangan merupakan industri perdagangan di Indonesia salah
salah satu jenis usaha yang menjadi pe- satunya dapat mengacu pada Survei
nentu aktivitas ekonomi disisi distribusi. Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan
Untuk itu, studi tentang struktur pasar, oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2014 –
efisiensi dan produktivitas pada industri 2015 pertumbuhan penjualan riil di In-
ini menarik dilakukan. Secara empiris donesia menunjukkan indikasi berfluk-
beberapa hasil studi tentang industri tuasi dengan kecenderungan pertumbu-
perdagangan dapat dilihat pada Dragun, han tahunan penjualan riil adalah positif
Howard and Reynolds (2004); Haskel, (Gambar 1). Data ini memberikan dua
Jarmin, Motohashi and Motohashi (20- informasi penting, yaitu:
07); Productivity Commission (2011): 1) Perkembangan usaha perdagangan
Sarantopoulos, Kioses and Doukidis di Indonesia cenderung dinamis dan
(2013). Hasil studi-studi tersebut me- rentan berfluktuasi.
nunjukkan bahwa industri perdagangan 2) Secara periode pertumbuhan pen-
berperan penting dalam siklus bisnis jualan bulanan tidak selalu sesuai
dan aktivitas ekonomi. Peran penting dengan pertumbuhan penjualan ta-
tersebut dapat dalam bentuk pemben- hunan. Kondisi ini bisa dipengaruhi
tukan rantai perdagangan/distribusi ma- oleh pola permintaan musiman di
upun harga komoditas. Indonesia.

78
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Gambar 1: Pertumbuhan Penjualan Riil di pengaturan pemerintah. Struktur pasar


Indonesia Tahun 2014 – 2015 (%) penting, karena struktur pasar menen-
tukan perilaku perusahaan yang ke-
mudian menentukan kinerja industri (Ja-
ya, 2001).
Istilah struktur pasar menurut
Lipsey (2007) mengarah pada seluruh
aspek pasar, seperti jumlah perusahaan
dan jenis produk yang dijual, yang
mungkin mempengaruhi perilaku dan
operasi perusahaan-perusahaan di pasar
Sumber: Bank Indonesia, 2015
tersebut. Untuk itu, dapat dikatakan
dalam struktur pasar jumlah penjual dan
Rumusan Masalah sifat produknya merupakan dimensi
Penelitian tentang struktur pasar, yang sangat signifikan dari struktur
efisiensi dan produktivitas industri per- pasar, kemudian ada juga lainnya seperti
dagangan di Indonesia masih perlu di- mudahnya memasuki industri, sifat dan
lakukan karena dinamika pasar yang jumlah produk perusahaan, dan kemam-
cepat berkembang. Selain itu, penelitian puan perusahaan untuk mempengaruhi
pada industri perlu dilakukan secara permintaan melalui periklanan.
komprehensif. Hal ini dibuktikan dari Efisiensi dalam ilmu ekonomi
perkembangan usaha perdagangan yang digunakan untuk merujuk pada sejumlah
relatif meningkat di Indonesia terutama konsep yang terkait pada kegunaan pe-
terkait dengan pelaksanaan Masyarakat maksimalan serta pemanfaatan seluruh
Ekonomi ASEAN (MEA). Kondisi ini sumber daya dalam proses produksi
dapat menjadi dasar penyusunan road- barang dan jasa (Sullivan, 2003).
map riset dan inovasi penelitian ini.
Berdasarkan pertimbangan di 3. METODE PENELITIAN
atas, maka rumusan masalah dalam Data yang digunakan merupakan
penelitian ini adalah: data sekunder. Data tersebut berasal dari
1) Bagaimana perkembangan industri publikasi BPS dan Bank Indonesia. Da-
perdagangan di Indonesia? ta publikasi BPS dalam bentuk Sensus
2) Bagaimana dominasi pasar industri Ekonomi Sektor Industri Perdagangan
perdagangan di Indonesia? Besar dan Eceran tahun 2006. Se-
3) Menganalisis efisiensi industri per- mentara itu, data publikasi BI dalam
dagangan di Indonesia? bentuk Survei Penjualan Eceran dan
Survei Kegiatan Dunia Usaha.
2. TINJAUAN PUSTAKA Metode analisis data meng-
Secara teori struktur pasar telah gunakan analisis deskriptif kualitatif,
banyak dijelaskan baik itu oleh studi- dan rasio dominasi pasar. Perhitungan
studi empiris maupun oleh sumber re- akhir yang akan digunakan yaitu dengan
ferensi industri. Struktur pasar me- metode HI (Herfindahl Index) diguna-
nunjukkan atribut pasar yang mem- kan untuk menentukan struktur pasar in-
pengaruhi proses persaingan. Unsur-un- dustri perdagangan di Indonesia. Me-
sur struktur pasar meliputi: konsentrasi, tode ini mengacu pada Rhoades (1993);
diferensiasi produk, hambatan masuk ke dan Naldi dan Flamini (2014).
dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat

79
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

4. ANALISIS DATA DAN PEM- Gambar 3. Indeks Riil Penjualan Eceran


BAHASAN Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Industri
Tahun 2002-2003
Perkembangan Industri Perdagangan
di Indonesia
Perkembangan industri perdaga-
ngan – besar dan eceran – di Indonesia
pada tahun 2012 – 2013 cenderung
meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dari
nilai indeks riil penjualan eceran selama Sumber: Bank Indonesia
periode tersebut. Indeks penjualan ece-
ran tertinggi dan terendah masing- Tabel 1. Pertumbuhan (m-t-m) Indeks Riil
masing terjadi pada bulan Desember Penjualan Eceran per Kota Tahun 2002-2003
2013 (sekitar 160) dan bulan Januari (%)
2012 (sekitar 110). Berdasarkan per-
kembangan indeks penjualan eceran
tersebut ada indikasi positif terhadap
peningkatan usaha perdagangan eceran
di Indonesia (lihat Gambar 2).
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 2. Indeks Riil Penjualan Eceran di
Indonesia Tahun 2002 – 2003 Tabel 1 memberikan informasi
tentang pertumbuhan indeks riil pen-
jualan eceran tahun 2002 – 2003. Se-
lama periode tersebut pertumbuhan
penjualan eceran tertinggi dan terendah
masing-masing terjadi pada bulan
Desember 2003 (7,8 persen) dan bulan
Sumber: Bank Indonesia Januari 2002 (-10,1 persen). Sementara
itu, daerah dengan pertumbuhan indeks
Gambar 3 memberikan informa- penjualan eceran tertinggi dan terendah
si lebih rinci indeks penjualan eceran masing yaitu di Kota Semarang sebesar
menurut klasifikasi lapangan usaha. 19,2 persen (November 2003) dan di
Terdapat enam industri yang dijelaskan Kota Jakarta sebesar -13,3 persen
perkembangan indeks penjualannya, ya- (Januari 2002).
itu: industri perdagangan kendaraan dan
suku cadangnya; peralatan tulis; bahan Gambar 4. Indeks Riil Penjualan Eceran Tahun
bakar; perlengkapan rumah tangga; 2012-2014
makanan dan tembakau; pakaian dan
perlengkapannya; kerajinan, seni dan
mainan; bahan kimia; dan bahan kons-
truksi. Industri bahan bakar merupakan
salah satu industri perdagangan yang
berkembang cukup signifikan dengan
tren yang meningkat.

Sumber: Bank Indonesia

80
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Perkembangan indeks riil pen- Desember 2013 sebesar 80,1 persen dan
jualan eceran tahun 2012-2014 dije- Kota Denpasar pada bulan Juli 2014 se-
laskan oleh Gambar 4. Berdasarkan besar -48,3 persen. Selama tahun 2014
gambar tersebut dapat diketahui bahwa Kota Denpasar menunjukkan partum-
pada bulan-bulan tertentu seperti bulan buhan negatif pada industri penjualan.
Juli dan Agustus 2012 nilai indeks
penjualan eceran cenderung tinggi. Hal Tabel 3. Pertumbuhan Tahunan Penjualan Riil
yang sama terjadi pada bulan Juli dan per Kota Tahun 2013-2014 (y-oy, %)
Agustus termasuk Desember tahun
2013. Sementara itu, pada tahun 2014
nilai indeks penjualan eceran relatif
tinggi terjadi pada bulan Juli dan De-
sember.
Tabel 2 menjelaskan pertumbu-
han penjualan riil tahun 2013-2014.
Pada periode tersebut beberapa industri
penjualan eceran yang dihitung nilai Sumber: Bank Indonesia
pertumbuhannya adalah: suku cadang
dan aksesorisnya; makanan, minuman Perkembangan pertumbuhan
dan tembakau; bahan bakar kendaraan; penjualan riil tahun 2014-2015 ditun-
peralatan informasi dan komunikasi; jukkan oleh Tabel 4. Berdasarkan tabel
perlengkapan rumah tangga lainnya; ini dapat diketahui bahwa pertumbuhan
barang budaya dan rekreasi; dan barang penjualan riil di Indonesia tertinggi dan
lainnya. Pertumbuhan indeks tertinggi terendah masing-masing terjadi pada
dan terendah terjadi pada bulan De- bulan April 2015 sebesar 23,1 persen
sember 2013 sebesar 28,2 persen dan dan bulan Desember 2014 sebesar 3,8
bulan Agustus 2013 sebesar 2,0 persen. persen. Secara umum perkembangan
pertumbuhan penjualan riil selama pe-
Tabel 2. Pertumbuhan Tahunan Penjualan Riil riode tersebut adalah positif. Hal ini
Tahun 2013-2014 (y-oy, %) mengindikasikan bahwa selama tahun
2014-2015 ada perkembangan yang te-
tap baik/positif pada industri perdaga-
ngan di Indonesia.

Tabel 4. Pertumbuhan Tahunan Penjualan Riil


Tahun 2014-2015 (November) (y-oy, %)

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 3 menjelaskan pertumbu-


han pen-jualan riil berdasarkan beberapa
kota di Indonesia tahun 2013-2014. Para
pe-riode tersebut kota dengan partum- Sumber: Bank Indonesia
buhan penjualan riil tertinggi dan ter-
endah masing-masing adalah Kota Se-
marang (dan Purwokerto) pada bulan

81
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Tabel 5. Pertumbuhan Tahunan Penjualan Riil sebut adalah 7-24 persen. Hal ini me-
per Kota Tahun 2014-2015 (November) ngindikasikan bahwa dominasi pasar in-
(y-oy, %)
dustri perdagangan di Indonesia adalah
pengusaha laki-laki.

Tabel 6. Proporsi Industri Perdagangan di


Indonesia Tahun 2006 Menurut Jenis Kelamin
Pangusaha (%)
Klasifikasi Buku Lapangan Laki- Perem-
No.
Usaha Indonesia Laki puan
Perdagangan Besar
Sumber: Bank Indonesia
1 50101 PB Mobil 94.34 5.66
PB Suku cadang
Perkembangan pertumbuhan 2 50201 90.18 9.82
dan aksesorisnya
penjualan riil menurut kota di Indonesia PB Sepeda motor,
3 50301 suku cadang dan 90.48 9.52
pada tahun 2014-2015 dijelaskan pada aksesorisnya
Tabel 5. Tabel tersebut menginforma- 4 51100
PB Berdasarkan
84.62 15.38
balas jasa/kontrak
sikan bahwa pertumbuhan penjualan riil Perdagangan Eceran
tertinggi dan terendah masing-masing
1 50102 PE Mobil 92.91 7.09
terjadi di Kota Bandung pada bulan
PE Suku cadang
April 2015 sebesar 76,3 persen dan 2 50202 89.87 10.13
dan aksesoris mobil
Kota Denpasar pada bulan Agustus PE Sepeda motor,
3 50302 suku cadang dan 90.74 9.26
2014 sebesar -47,9 persen. Kota-kota aksesorisnya
yang mempunyai pertumbuhan pen- 4 50400
PE Bahan bakar
79.83 20.17
kendaraan di SPBU
jualan riil negatif secara berurutan PE Minimarket,
dengan periode beberapa bulan adalah 5 52111 Supermarket dan 86.19 13.81
Hypermarket
Kota Denpasar, Makasar, Banjarmasin, PE Barang-barang
Semarang, dan Jakarta. yang utamanya
makanan, minuman
Dominasi Pasar Industri Perdaga- 6 52112
atau tembakau
76.32 23.68
ngan di Indonesia selain di
supermarket
Dominasi pasar merupakan PE Department
7 52191 82.86 17.14
posisi/keadaan di mana suatu indus- Store
PE Berbagai
tri/perusahaan mempunyai proporsi ter- macam barang
besar pada kategori usahanya. Analisis yang utamanya
bukan bahan
proporsi terhadap industri perdagangan 8 52192
makanan, minuman
76.59 23.41
di Indonesia akan dilihat pada beberapa atau tembakau
selain di
aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi Department Store
jenis kelamin pengusaha (Tabel 6), ja- Sumber: BPS, 2008
ringan perusahaan (Tabel 7), jumlah
pekerja (Tabel 8), penjualan barang Proporsi industri perdagangan
dagangan (Tabel 9), pengeluaran (Tabel menurut jaringan usaha pada kategori
10), dan pendapatan (Tabel 11). perdagangan besar dan eceran mem-
Proporsi industri perdagangan punyai beberapa jenis, yaitu: tung-
besar dan eceran menurut jenis kelamin gal/induk, kantor pusat, cabang, per-
cenderung didominasi oleh pengusaha wakilan, dan unit pembantu. Pada ka-
laki-laki (76-93 persen). Sementara itu, tegori industri perdagangan besar do-
proporsi pengusaha perempuan pada minasi pasar cenderung ada pada ja-
kedua kategori industri perdagangan ter- ringan usaha tunggal/induk. Misalnya

82
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

PE Suku
adalah jaringan usaha tunggal pada 5020 cadang dan 89.4 0.8
2 3.30 5.95 0.44
masing-masing industri sebagai berikut: 2 aksesoris 3 8
mobil
PB mobil sebesar 42,14 persen; PB suku PE Sepeda
motor,
cadang dan aksesorisnya sebesar 75 5030 suku 60.5 28.8 2.5
3 6.88 1.27
persen; PB sepeda motor, suku cadang 2 cadang dan
aksesorisn
4 0 1

dan aksesorisnya sebesar 51,88 persen; ya


PE Bahan
dan PB berdasarkan balas jasa/kontrak 5040 bakar 84.0 10.9 1.2
4 3.60 0.18
sebesar 61,54 persen. 0 kendaraan
di SPBU
6 3 3

Dominasi pasar menurut jari- PE


Minimarke
ngan usaha pada kategori perda-gangan t,
5211 48.1 46.5 0.9
5 Supermark 3.53 0.82
eceran juga terjadi pada jaringan usaha 1
et dan
8 3 4
tunggal/induk. Misalnya adalah industri Hypermark
et
PE mobil sebesar 72,61 persen; PE suku PE
Barang-
cadang dan aksesoris mobil sebesar barang
89,43 persen; PE sepeda motor, suku yang
utamanya
cadang dan aksesorisnya sebesar 60,54 6
5211 makanan, 96.5
1.15 1.94 0.09
0.2
2 minuman 9 2
persen; PE bahan bakar kendaraan di atau
SPBU sebesar 84,06 persen; PE tembakau
selain di
minimarket, supermarket dan hyper- supermark
et
market sebesar 48,18 persen; PE ba- 5219
PE
55.1 38.3 0.8
7 Departmen 5.31 0.41
rang-barang yang utamanya makanan, 1
t Store
0 7 2
minuman atau tembakau selain di PE
Berbagai
supermarket sebesar 96,59 persen; PE macam
barang
department store sebesar 55,10 persen; yang
dan PE berbagai macam barang yang utamanya
bukan
5219 94.2 0.3
utamanya bukan bahan makanan, mi- 8
2
bahan
0
2.73 2.39 0.34
4
makanan,
numan atau tembakau selain di depart- minuman
ment store sebesar 94,20 persen. atau
tembakau
selain di
Departmen
Tabel 7. Proporsi Industri Perdagangan di t Store
Indonesia Tahun 2006 Menurut Jaringan Sumber: BPS , 2008
Perusahaan (%)
Klasifikasi Buku Unit
Tung- Kantor Perwa-
No. Lapangan Usaha
gal Pusat
Cabang
kilan
Pem- Dominasi pasar industri perda-
Indonesia bantu
Perdagangan Besar
gangan menurut jumlah pekerja baik un-
5010 42.1 16.9 38.3 1.8 tuk kategori perdagangan besar maupun
1 PB Mobil 0.63
1 4 8 6 9 perdagangan eceran adalah pekerja te-
PB Suku
2
5020 cadang dan 75.0 11.6 11.6
1.79
0.0 tap. Nilai proporsi pekerja tetap pada
1 aksesorisn 0 1 1 0
ya kedua industri tersebut adalah 81-94
PB Sepeda
motor,
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
3
5030 suku 51.8
8.52
36.3
1.00
2.2 semua industri perdagangan cenderung
1 cadang dan 8 4 6
aksesorisn menggunakan skema pekerja tetap di-
ya
PB
bandingkan pekerja kontrak. Namun
5110
Berdasarka
61.5 23.0 11.5 0.0 demikian, proporsi pekerja kontrak se-
4 n balas 3.85
0
jasa/kontra
4 8 4 0 besar 6-19 persen juga perlu diper-
k
timbangkan baik oleh pencari kerja
Perdagangan Eceran
5010 72.6 19.7 1.0
maupun pemerintah. Hal ini disebabkan
1 PE Mobil 5.56 1.05
2 1 3 5 skema pekerja kontrak tidak dapat men-
83
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

jamin kelangsungan/masa depan peker- Tabel 9 mengkonfirmasi bahwa industri


jaan para pekerja itu sendiri. perdagangan besar cenderung dominan
pada pasar rumah tangga. Kondisi yang
Tabel 8. Proporsi Industri Perdagangan di sama terjadi pada industri perdagangan
Indonesia Tahun 2006 Menurut Jumlah Pekerja eceran. Dua jenis segmen pasar yang
(Tidak Termasuk Pekerja Asing, %)
Klasifikasi Buku Lapangan Pekerja Pekerja juga relatif tinggi adalah pemerintah/
No.
Usaha Indonesia Tetap Kontrak swasta dan pedagang dalam negeri.
Perdagangan Besar
1 50101 PB Mobil 83.48 16.52 Tabel 9. Jumlah Industri Perdagangan di
PB Suku cadang Indonesia Tahun 2006
2 50201 92.52 7.48
dan aksesorisnya Menurut Penjualan Barang Dagangan
PB Sepeda (Unit Usaha)
motor, suku Peme- Ruma
3 50301 92.96 7.04 Klasifikasi Buku Luar Pro- Peda-
cadang dan No rintah/ h
Lapangan Usaha Ne- dusen gang
aksesorisnya .
Indonesia geri DN DN
Swast Tangg
PB Berdasarkan a a
4 51100 balas 90.35 9.65 Perdagangan Besar
jasa/kontrak 5010
1 PB Mobil 1 20 49 89 136
Perdagangan Eceran 1
PB Suku
1 50102 PE Mobil 90.15 9.85 5020
cadang
2 dan 4 22 60 35 76
PE Suku cadang 1
aksesorisn
2 50202 dan aksesoris 93.65 6.35 ya
mobil PB
PE Sepeda Sepeda
motor, suku motor,
3 50302 90.61 9.39 5030 suku
cadang dan 3 3 21 94 105 358
1 cadang
aksesorisnya
dan
PE Bahan bakar aksesorisn
4 50400 kendaraan di 86.94 13.06 ya
SPBU PB
PE Minimarket, 5110
Berdasark
5 52111 Supermarket dan 88.05 11.95 4 an balas 1 8 17 11 11
0
Hypermarket jasa/kontr
ak
PE Barang-
barang yang Perdagangan Eceran
utamanya 5010
1 PE Mobil 5 78 320 351 963
6 52112 makanan, 91.58 8.42 2
minuman atau PE Suku
tembakau selain cadang
5020
di supermarket 2 dan 2 48 189 113 389
2
aksesoris
PE Department mobil
7 52191 84.77 15.23
Store PE
PE Berbagai Sepeda
macam barang motor,
yang utamanya 5030 suku
3 5 145 552 483 2190
bukan bahan 2 cadang
8 52192 makanan, 81.21 18.79 dan
aksesorisn
minuman atau ya
tembakau selain PE Bahan
di Department 5040 bakar 104
4 3 246 475 2012
Store 0 kendaraan 8
Sumber: BPS, 2008 di SPBU
PE
Minimark
et,
Dominasi pasar industri perda- 5
5211
Supermar 4 99 559 206 1637
1
gangan menurut penjualan barang da- ket dan
Hypermar
gangan didasarkan pada wilayah/sasaran ket
PE
penjualan, yaitu: luar negeri, produsen Barang-
5211 barang 443
dalam negeri, pedagang dalam negeri, 6
2 yang
18 444
0
365 5859
pemerintah/swasta, dan rumah tangga. utamanya
makanan,

84
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

minuman Perdagangan Besar


atau
tembakau 1 50101 PB Mobil 1.65 97.72 0.00 0.51 0.13
selain di
supermark PB Suku
et 2 50201 cadang dan 0.00 98.75 0.00 1.15 0.10
PE aksesorisnya
5219 PB Sepeda
7 Departme 1 11 71 33 226
1 motor, suku
nt Store 3 50301 0.51 99.16 0.00 0.14 0.18
PE cadang dan
Berbagai aksesorisnya
macam PB
barang Berdasarkan
4 51100 19.17 66.33 0.00 2.65 11.84
yang balas
utamanya jasa/kontrak
bukan Perdagangan Eceran
5219
8 bahan 3 48 582 57 801
2
makanan, 1 50102 PE Mobil 0.16 99.07 0.00 0.65 0.12
minuman
atau PE Suku
tembakau cadang dan
2 50202 1.24 97.76 0.00 0.72 0.28
selain di aksesoris
Departme mobil
nt Store PE Sepeda
motor, suku
Sumber: BPS, 2008 3 50302
cadang dan
0.52 98.52 0.00 0.82 0.14
aksesorisnya
PE Bahan
Tabel 10 menjelaskan proporsi 4 50400
bakar
1.13 98.69 0.00 0.13 0.05
kendaraan di
industri perdagangan di Indonesia me- SPBU
nurut pengeluaran. Berdasarkan data di PE
Minimarket,
tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada 5 52111 Supermarket 73.06 25.68 0.35 0.51 0.39
dan
lima jenis pengeluaran pada industri Hypermarket
perdagangan di Indonesia, yaitu: pem- PE Barang-
barang yang
belian makanan, pembelian non maka- utamanya
makanan,
nan, pembayaran fee waralaba, trans- 6 52112 minuman 56.06 43.04 0.05 0.58 0.27
atau
portasi, dan pengepakan. Secara umum tembakau
jenis pengeluaran pembelian non ma- selain di
supermarket
kanan cenderung dominan pada industri PE
7 52191 Department 29.05 70.23 0.00 0.47 0.25
perdagangan besar. Kondisi ini juga Store
terjadi pada industri perdagangan ece- PE Berbagai
macam
ran. Beberapa kasus pada industri per- barang yang
utamanya
dagangan eceran menunjukkan bahwa bukan bahan
pengeluaran untuk pembelian makanan 8 52192
makanan,
minuman
28.05 71.07 0.00 0.65 0.24
juga relatif tinggi. Misalnya adalah PE atau
tembakau
minimarket, supermarket dan hyper- selain di
Department
market; dan PE barang-barang yang uta- Store
manya makanan, minuman atau tem- Sumber: BPS, 2008
bakau. Sementara itu, jenis pengeluaran
dalam bentuk pembayaran fee waralaba Tabel 11 menjelaskan proporsi
merupakan pengeluaran terendah untuk industri perdagangan di Indonesia me-
semua jenis industri perdagangan. nurut pendapatan. Ada beberapa jenis
pendapatan dalam industri tersebut, ya-
Tabel 10. Proporsi Industri Perdagangan di itu: penjualan makanan, penjualan non
Indonesia Tahun 2016
Menurut Pengeluaran (%)
makanan, komisi, pendapatan dari ke-
Pem-
Pem- Pemba- giatan lainnya, dan pendapatan lainnya.
Klasifikasi Buku belian yaran
No. Lapangan Usaha
belian
Non Fee
Trans- Penge- Jenis pendapatan yang berasal dari
Mak- portasi pakan
Indonesia
anan
Maka-
nan
Wara-
laba
penjualan non makanan cenderung do-

85
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

tembakau
minan baik pada industri perdagangan selain di
besar maupun eceran. Sementara itu, Department
Store
pendapatan yang juga relatif besar yang Sumber: BPS (2008)
berasal dari penjualan makanan terjadi
pada PE minimarket, supermarket dan 5. KESIMPULAN,IMPLIKASI,
hypermarket; dan PE barang-barang SARAN, DAN BATASAN
yang utamanya makanan, minuman atau Kesimpulan
tembakau. Berdasarkan hasil analisis dapat disim-
pulkan bahwa:
Tabel 11. Proporsi Industri Perdagangan di
1) Perkembangan industri perdaga-
Indonesia Tahun 2006
Menurut Pendapatan (%) ngan di Indonesia baik itu perdaga-
Klasifikasi Buku
Penju- Penju- Kegi- Penda- ngan besar maupun eceran cende-
alan alan Non atan patan
No. Lapangan Usaha
Indonesia
Maka- Maka-
Komisi
Lain- Lain- rung positif/meningkat terutama
nan nan nya nya
perdagangan eceran.
Perdagangan Besar
2) Dominasi pasar pada industri per-
1 50101 PB Mobil 1.67 96.47 0.68 0.64 0.54
dagangan di Indonesia dapat dilihat
PB Suku
2 50201 cadang dan 0.00 98.93 0.54 0.19 0.34 dari beberapa aspek, yaitu: jenis ke-
aksesorisnya
PB Sepeda
lamin pengusaha (dominan pengu-
3 50301
motor, suku
0.53 97.19 0.18 1.54 0.56 saha laki-laki), jaringan perusahaan
cadang dan
aksesorisnya (tunggal/induk), jumlah pekerja
PB
Berdasarkan
(tetap), penjualan barang dagangan
4 51100 16.43 71.35 10.96 0.82 0.45
balas (rumah tangga), pengeluaran (pem-
jasa/kontrak
Perdagangan Eceran
belian non makanan), dan pen-
dapatan (penjualan non makanan).
1 50102 PE Mobil 0.11 98.47 0.37 0.61 0.44
PE Suku
2 50202
cadang dan
0.33 98.39 0.10 0.33 0.86 Saran
aksesoris
mobil Berdasarkan kesimpulan di atas ada
PE Sepeda
motor, suku
beberapa saran yang dapat dirumuskan,
3 50302 0.64 97.61 0.31 1.01 0.42
cadang dan yaitu:
aksesorisnya
PE Bahan 1) Pelaku usaha industri perdagangan
bakar
4 50400
kendaraan di
1.10 98.61 0.07 0.15 0.06 perlu menjaga dan mengembangkan
SPBU usaha minimal sesuai capaian hasil
PE
Minimarket, Sensus Ekonomi tahun 2006. Se-
5 52111 Supermarket 70.69 26.35 0.59 2.02 0.35
dan mentara itu, pemerintah pusat mau-
Hypermarket
PE Barang-
pun daerah perlu melakukan penga-
barang yang turan, pengawasan dan pembinaan
utamanya
makanan, terhadap pengembangan dan per-
6 52112 minuman
atau
56.39 41.80 0.32 1.20 0.30 kembangan industri perdagangan.
tembakau 2) Pelaku usaha industri perdagangan
selain di
supermarket cenderung mampu mempertahan-
PE
7 52191 Department 25.59 68.02 0.93 5.38 0.08
kan dominasinya pada masing-ma-
Store sing aspek yang telah diteliti pada
PE Berbagai
macam penelitian ini. Namun demikian,
barang yang
utamanya mereka juga perlu melakukan eva-
8 52192 28.54 69.14 0.17 1.95 0.20
bukan bahan
makanan,
luasi dalam rangka fleksibilitas da-
minuman lam penetrasi pasar.
atau

86
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

3) son of Japan, the UK and the US.


DAFTAR PUSTAKA NBER/CRIW July 16-17.

Alexander, Melvin. (2012). Decision- Jaya, Wihana Kirana. (2001). Ekonomi


Making using the Analytic Industri. Edisi 2. Yogyakarta: PT
Hierarchy Process (AHP) and BPFE-Yogyakarta.
SAS/IML. SESUG Paper SD-04.
Lipsey, Richard G. (2007). Micro-
Coelli, et. al. (2005). An Introduction to economics. USA: Prentice Hall.
Efficiency and Productivity
Martin, Stephen. (2002). Advanced
Analysis. Second Edition. USA:
Industrial Economics (second edi-
Springe.
tion): Solution Manual. Amster-
Daniel, Moehar (2002). Pengantar dam: University of Amsterdam.
Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT
Naldi, Maurizio and Marta Flamini.
Bumi Aksara.
(2014). Interval Estimation of the
Dragun, Dmitry, Elizabeth Howard and Herfindahl-Hirschman Index Un-
Jonathan Reynolds (2004 April). der Incomplete Market Informa-
Assessing the Productivity of the tion. UK Sim-AMSS 16th Inter-
UK Retail Sector. Oxford Institute national Conference on Computer
of Retail Management. University Modelling and Simulation.
of Oxford. Pilat, Dirk. (1996). Competition, Pro-
Goldin, Ian (1990). Comparative ductivity and Efficiency. OECD
Advantage: Theory and Applica- Economic Studies No . 27.
tion to Developing Country Agri-
Productivity Commission. (2011). Eco-
culture. OECD Working Paper
nomic Structure and Performance
No. 16, June.
of the Australian Retail Indus-
Gumbau, Mercedes and Joaquín try,.Report no. 56, Canberra.
Maudos (2000 May). Profitability,
Rhoades, Stephen A. (1993 March). The
Market Structure and Efficiency:
Herfindahl-Hirschman Index. Fe-
An Application To The Spanish
deral Reserve Bank of St. Louis.
Industry. First Edition. WP-EC
2000-05 the Instituto Valenciano Saaty, Thomas L. (2008). Decision Ma-
de Investigaciones Económicas king with the Analytic Hierarchy
(IVIE). Process. Int. J. Services Sciences,
Vol. 1, No. 1.
Hall, Robert E. (1986). Market Structure
and Macroeconomic Fluctuations. Sarantopoulos, P., L. Kioses, and G.
Brookings Papers on Economic Doukidis. (2013 February). Pro-
Activity, 2. ductivity and Efficiency in Gro-
cery Retail. IELKA’s White Paper
Haskel, Jonathan, Ron S. Jarmin, and
Series, Athens.
Kazuyuki Motohashi. (2007). Re-
tail Market Structure and Dyna- Serin, Vildan and Abdulkadir Civan.
mics: A Three Country Compari- (2008). Revealed Comparative

87
JIEP-Vol. 17, No 2, November 2017
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Advantage and Competitiveness: Sullivan, Arthur and Steven M. Sheffrin


A Case Study for Turkey towards (2003). Economics: Principles in
the EU. Journal of Economic and Action. USA: Pearson Prentice
Social Research 10(2) 2008, 25- Hall.
41.
Syverson, Chad. (2004 March). Market
Shaik, Saleem, Albert J. Allen, Seanicaa Structure and Productivity: A
Edwards and James Harris. Concrete Example. The seminar at
(2009). Market Structure Conduct the NBER Summer Institute.
Performance Hypothesis Revisited
Using Stochastic Frontier Utkulu, Utku and Dilek Seymen.
Efficiency Analysis. Agribusiness (2004). Revealed Comparative
& Applied Economics 649 Advantage and Competitiveness:
September. Evidence for Turkey vis-à-vis the
EU/15. the European Trade Study
Soekartawi. (2003). Teori Ekonomi Pro- Group 6th Annual Conference,
duksi. PT Raja Grafindo Persada. ETSG, Nottingham, September
Jakarta.
.

88

Anda mungkin juga menyukai