Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS STRUKTUR PASAR MI INSTAN DI

INDONESIA

Disusun oleh :

Nama : Kelvin Febriansyah Pratama

Kelas : PA.103

NIM : 1821123

Fakultas : Bisnis dan Akuntansi

Jurusan : Akuntansi

Mata kuliah : Teori Ekonomi Mikro

Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Dra. Endang Kusdiah Ningsih, M.Si.

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


Jalan Bangau No. 60
2018
ANALISIS JENIS PASAR MI INSTAN DI INDONESIA

I. Latar Belakang

Jumlah konsumsi mi instan di Indonesia meningkat setiap tahunnya.


Berdasarkan data dari World Instant Noodles Association (WINA), disebutkan
bahwa konsumsi mi instan masyarakat Indonesia terus menerus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2013, konsumsi mi instan mengalami peningkatan 1
miliar bungkus dari tahun 2009, yaitu sebesar 14,9 miliar bungkus. Hal ini berarti
setiap masyarakat Indonesia mengkonsumsi sekitar 60-61 bungkus mi instan
sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara kedua pengkonsumsi mi instan
terbesar di dunia setelah Cina (diunggah di https://instantnoodles.org pada tanggal
7 Mei 2018 dan diunduh tanggal 18 November 2018 pukul 17.49 WIB). Dari
permintaan mi instan di Indonesia yang sangat besar ini, memacu keingintahuan
penulis mengenai jenis pasar industri mi instan di Indonesia.

II. Metode Analisis Jenis Pasar Mi Instan

Analisis jenis pasar mi instan dilakukan dengan menggunakan data


didukung dengan teori. Analisis dilaksanakan dengan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan secara kuantitatif dan pendekatan secara kualitatif. Analisis pendekatan
kuantitatif menggunakan data berupa angka dan analisis pendekatan secara
kualitatif menggunakan data selain angka.

III. Dasar Teori


III.1. Struktur Pasar
Struktur pasar terbagi atas 4 jenis, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar
monopoli, pasar monopolisitik, dan pasar oligopoli (Sukirno, 1994 : 229).
III.1.1. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar atau industri di mana terdapat
banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat
mempengaruhi keadaan di pasar.

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna :

 Perusahaan adalah pengambil harga


 Setiap perusahaan mudah keluar dan masuk
 Menghasilkan barang serupa
 Terdapat banyak perusahaan di pasar
 Pembeli mempunyai pengetahuan sempurna mengenai pasar.

III.1.2. Pasar Monopoli

Monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan
saja. Dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang
pengganti yang sangat dekat.

Ciri-ciri pasar monopoli:

 Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan


 Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip
 Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri
 Dapat mempengaruhi penentuan harga
 Promosi iklan kurang diperlukan.

Faktor-faktor yang menimbulkan monopoli :

 Perusahaan mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik


 Perusahaan dapat menikmati skala ekonomi hingga tingkat produksi yang
tinggi
 Monopoli diwujudkan melalui undang-undang.
Perusahaan monopoli belum tentu mendapat keuntungan berlebih. Perusahaan
tersebut bisa mengalami keadaan untung normal, rugi tetapi masih dapat
membayar kembali sebagian dari biaya tetap, dan mengalami kerugian
sehingga biaya berubahnya pun tidak dapat ditutupnya.

III.1.3. Pasar Persaingan Monopolistis

Ciri-ciri persaingan monopolistis :

 Terdapat banyak penjual


 Barangnya bersifat berbeda corak
 Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
 Masuk ke dalam industri relatif mudah
 Persaingan mempromosi penjualan sangat aktif.

Persaingan bukan harga :

1. Differensiasi produk, menciptakan barang sejenis tetapi berbeda coraknya


dengan produksi perusahaan-perusahaan lain
2. Iklan dan berbagai bentuk promosi penjualan
3. Untuk memberikan informasi mengenai produk
4. Menekankan kualitas suatu produk secara persuasif
5. Untuk memelihara hubungan baik dengan para konsumen

III.1.4. Pasar Oligopoli

Jenis - Jenis Pasar Oligopoli :


1. Oligopoli murni, yaitu oligopoli yang menjual barang homogen (sama),
seperti industri paku, seng, semen, pipa besi, dan lain-lain.
2. Oligopoli diferensial, yaitu oligopoli yang menjual barang diferensial
(berbeda corak) seperti rokok, mobil, komputer, dan lain-lain
Ciri-ciri pasar oligopoli :

 Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak


 Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya tangguh
 Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi dengan
iklan.
 Adanya dorongan untuk mengembangkan teknologi dan melakukan inovasi
 Hanya ada beberapa penjual atau produsen yang menguasai pasar.
 Sulit dimasuki perusahaan baru karena umumnya pasar ini membutuhkan
modal besar dan keahlian manajerial yang tinggi.
 Pada umumnya terdapat satu market leader (pemimpin pasar) di antara
sejumlah oligopolis yang ada.
 Harga jual tidak mudah berubah, karena penjual lebih suka bersaing dalam
hal mutu, kemasan, pelayanan, dan lain-lain.

Bentuk-bentuk hambatan untuk masuk ke pasar oligopoli :

1. Skala ekonomi

2. Biaya produksi yang berbeda

3. Keistimewaan hasil produksi

III.2. Indeks Struktur Pasar

III.2.1. Analisis Pangsa Pasar (Market Share)

Kotler (2006) menyatakan bahwa pangsa pasar adalah


besarnya bagian penjualan yang dimiliki pesaing di pasar yang
relevan. Sedangkan menurut Baroes (2009), pangsa pasar adalah
besarnya bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan. Ukuran
pangsa pasar (market share) dinyatakan dalam persen (%).

III.2.2. Konsentrasi Rasio (Consentration Ration/ CR)

Konsentrasi rasio adalah ukuran kekuatan pasar (structural power)


untuk suatu industri (Jacobson dan O’Callaghan, 1996 : 53).
Konsentrasi rasio juga menggambarkan tingkat kompetisi antar
perusahaan di suatu industri. Rasio konsentrasi untuk suatu industri
untuk n jumlah perusahaan dirumuskan sebagai berikut :

𝐶𝑅𝑛 = ∑ 𝑆𝑖
𝑖=0

Dimana Si adalah besarnya pangsa pasar dan umumnya jumlah


perusahaan (n) yang digunakan adalah 4 perusahaan. Arianto (2008),
hasil dari CR4 menggambarkan tingkat persaingan, yaitu kurang dari
25% berarti rendah persaingan, 25-50% berarti persaingan moderat,
50-75% berarti persaingan tinggi, dan 75-100% adalah tingkat
persaingan sangat tinggi.

III.2.3. Index Herfindahl-Hirschman (IHH)

IHH menggambarkan struktur pasar dalam suatu industri dengan


perhitungan sebagai berikut :

𝐼𝐻𝐻 = ∑ 𝑆𝑖 2
𝑖=0

Adapun klasifikasi struktur pasar dalam Indeks Herfindahl-


Hirschman, yaitu :

[1]
J.P. Morgan adalah institusi data keuangan Internasional dari Amerika Serikat yang
sudah berdiri sejak 200 tahun yang lalu.
Struktur Pasar Kisaran IHH
Pasar Persaingan Sempurna Di bawah 0,2
Pasar Monopolistik Di bawah 0,2
Pasar Oligopoli 0,2 sampai dengan 0,6
Pasar Monopoli Lebih dari sama dengan 0,6

Tabel 1. Klasifikasi Struktur Pasar dalam IHH

IV. Analisis dan Pembahasan


IV.1. Analisis dengan Pendekatan Kuantitatif

1.1%
1.6%
2.9%
1.8% 1%
2.6%

14.9%

72%

Market Share Pasar Mi Instan Indonesia tahun 2014

Indofood Wings

Conscience Food (CSF) PT. ABC President

GAGA MEDCO Group

Mayora Nissin

Diagram 1. Market Share Mi Instan (sumber : J.P. Morgan, 2014)[1]


No. Produsen Market Share (S) S2
1. Indofood 72% 0,5184
2. Wings 14,9% 0,022201
3. GAGA 2,9% 0,000841
4. Conscience Food (CSF) 2,6% 0,000676
5. PT. ABC President 1,8% 0,000324
6. Mayora 1,6% 0,000256
7. MEDCO Group 1,1% 0,000121
8. Nissin 1% 0,0001
0,542919

Tabel 2. Pangsa Pasar Mi Instan Per Perusahaan

Dari data pangsa pasar (market share) mi instan di Indonesia pada


tahun 2014 oleh J.P. Morgan ini dikaitkan dengan perhitungan struktur
pasar dengan Indeks Herfindahl-Hirschman (IHH) dan CR4 dengan
perhitungan dijabarkan sebagai berikut :

𝐼𝐻𝐻 = ∑ 𝑆𝑖 2
𝑖=0

𝐼𝐻𝐻 = 0,5184 + 0,022201 + 0,000841 + 0,00067 + 0,00032


+ 0,000256 + 0,000121 + 0,0001

IHH = 0,542919

Angka IHH = 0,542919 menunjukkan bahwa pasar mi instan di


Indonesia termasuk ke dalam struktur pasar berupa pasar oligopoli
dengan kisaran angka IHH dari 0,2 sampai dengan 0,6.
Sedangkan untuk melihat tingkat keketatatan persaingannya
digunakan perhitungan Konsentrasi Rasio/ CR4, dijabarkan sebagai
berikut :

𝐶𝑅𝑛 = ∑ 𝑆𝑖
𝑖=0

CR4 = 72% + 14,9% + 2,9% + 2,6%

CR4 = 92,4%

Perhitungan konsentrasi rasio 4 perusahaan (CR4) menunjukkan angka


92,4% yang berarti termasuk ke dalam tingkat persaingan pasar yang
sangat tinggi dengan kisaran angka 75-100%.

Jadi, berdasarkan analisis dengan pendekatan secara kuantitatif


menunjukkan bahwa pasar mi instan di Indonesia termasuk ke dalam
pasar oligopoli dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi/ketat.

IV.2. Analisis dengan Pendekatan Kualitatif


Dari hasil analisis dengan pendekatan kuantitatif didapatkan hasil
bahwa pasar industri mi instan di Indonesia termasuk dalam struktur
pasar oligopoli. Kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif
dengan menganalisis kesamaan ciri struktur pasar mi instan di Indonesia
dengan ciri struktur pasar oligopoli berdasarkan dasar teori, yaitu :

1. Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak.

Barang- barang yang diproduksi dari pasar mi instan di Indonesia


merupakan barang yang standar dengan standar barangnya
umumnya ada pada perusahaan dengan pangsa pasar terbesar yaitu
PT. Indofood. Standarnya mi instan memiliki kemasan, mi yang
dikeringkan, bumbu, dan bubuk cabai, namun produsen lain
menambahkan corak yang berbeda dapat berupa bawang goreng,
sayuran kering, bakso kering, ataupun potongan daging sapi. Tetapi
memiliki perbedaan corak baik dalam kemasan maupun tambahan-
tambahan bumbu-bumbu lainnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasar mi instan termasuk dalam pasar oligopoli jenis
diferensial.

2. Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya


tangguh.

Keadaan menentukan harga lemah saat sang market leader


menaikkan harga. Keadaan ini tidak diikuti pengaruh kenaikan harga
dari perusahaan lainnya, karena keadaan ini menguntungkan
perusahaan baru dalam merebut pangsa pasar atau dengan kata lain
agar produk mi instannya lebih laku dengan perbedaan harga yang
lebih murah dibandingkan sang market leader. Sedangkan, keadaan
tangguh terjadi saat sang market leader , yaitu Indofood menurunkan
harga. Secara langsung mempengaruhi perusahaan-perusahaan
lainnya untuk menurunkan harga mi instannya, karena bila mereka
tidak menurunkan harga mi instannya, mi instan mereka akan tidak
laku.

Ilustrasi lemah tangguhnya menentukan harga dari efek penurunan


dan kenaikan harga juga dapat dilihat dalam kurva permintaan dalam
pasar oligopoli. D1D1 adalah keadaan saat perubahan harga tidak
diikuti perusahaan lain dan D2D2 adalah keadaan saat perubahan
harga diikuti perusahaan lain.
Gambar 1. Kurva Permintaan dalam Pasar Oligopoli

a. Efek Penurunan Harga

Saat perusahaan menurunkan harga ke P2 tanpa diikuti


perusahaan lainnya, maka permintaannya berada pada B1.
Sedangkan apabila penurunan harga diikuti oleh perusahan
lainnya, permintaan hanya bergeser sedikit dibandingkan saat
penurunan harga tidak diikuti perusahaan lainnya, yaitu di titik B.

b. Efek Kenaikan Harga

Saat perusahaan menaikkan harga ke P3 tanpa diikuti perusahaan


lainnya, maka permintaannya berada pada A1. Sedangkan apabila
kenaikan harga diikuti oleh perusahan lainnya, permintaan
berkurang bergeser sedikit dibandingkan saat kenaikan harga
tidak diikuti perusahaan lainnya, yaitu di titik A2.

3. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi


dengan iklan.
Karena jumlah perusahaan dalam pasar oligopoli mi instan di
Indonesia banyak ditambah tingkat persaingan yang sangat ketat, hal
ini membuat para perusahaan atau produsen berlomba-lomba untuk
memasarkan produknya seluas-luasnya. Cara yang paling efektif
untuk memasarkan produk mi instannya di Indonesia adalah dengan
iklan dalam bentuk iklan di televisi maupun di media massa.
Biasanya iklan di televisi digunakan para produsen mi instan di
Indonesia untuk memasarkan produk mi instannya dengan
menggunakan slogan yang menjadi ciri khas produk mi instan
tersebut.

Data yang diunggah di www.industri.kontan.co.id


mencantumkan bahwa produsen pasar industri mi instan menempati
posisi kedua dan ketiga dalam konsumsi anggaran terbesar dalam hal
belanja iklan. Berikut datanya sebagai berikut.

Konsumsi Iklan Terbesar di Indonesia

1200
1000
800
600
400
200
0

Unilever PT. Indofood


Wings PT. Traveloka
PT. Lasallefood Telkomsel
Tabib (Paranormal) Pemerintah Kaltim
PT. Sarihusada Generasi Mahardika PT. Tokopedia
Pemerintah Riau PT. Nestle
PT. Reckitt Benckiser

Grafik 1. Konsumsi Iklan Terbesar di Indonesia (2015)


Dari data tersebut, 2 perusahaan dalam pasar mi instan menempati
urutan kedua dan ketiga dengan konsumsi iklan terbesar. Hal ini
berarti bahwa karena persaingan yang ketat dalam pasar oligopoli
industri mi instan, kedua perusahaan yaitu PT. Indofood dan Wings
berani mengeluarkan dana yang besar dalam iklan. PT. Indofood
mengeluarkan anggaran 723 miliar rupiah dan Wings mengeluarkan
571,2 miliar rupiah untuk iklan. Dana yang dikeluarkan ini berhasil
menempatkan PT. Indofood dan Wings dalam perusahaan dengan
pangsa pasar terbesar dalam pasar oligopoli mi instan. Dengan
perolehan PT. Indofood menguasai 72% dan Wings menguasai
14,9% pasar mi instan. Hal ini berarti bahwa iklan promosi berperan
penting dalam pasar mi instan yang oligopoli dengan persaingan
ketat.

4. Adanya dorongan untuk mengembangkan teknologi dan melakukan


inovasi.

Karena perusahaan dalam pasar oligopoli mi instan ini mendapatkan


laba di atas normal, maka sebagian dari laba tersebut dialokasikan
untuk pengembangan berupa inovasi produk mi instannya.
Contohnya PT. Indofood yang terus berinovasi dalam memproduksi
mi instannya dengan berbagai rasa, seperti rasa mi aceh, mi celor,
rasa rendang, rasa salted egg, rasa sate, rasa pedas, bulgogi, mi kuah,
rasa kaldu udang, mi vegan, dan lain-lain.
Gambar 2. Ilustrasi Inovasi Varian Mi Instan oleh Indofood

5. Hanya ada beberapa penjual atau produsen yang menguasai pasar.

Boediono (2013:113) menyebutkan bahwa batasan pasar oligopoli


terdiri atas 2 – 10 perusahaan. Hal ini sesuai dengan jumlah produsen
mi instan yang berjumlah hanya 8 perusahaan yang terdiri dari,
Indofood, Wings, GAGA, Conscience Food (CSF), PT. ABC
President, Mayora, MEDCO Group, dan Nissin. Kedelapan
perusahaan ini menguasai pasar dengan tingkat pangsa pasar (market
share) yang berbeda-beda.

6. Sulit dimasuki perusahaan baru karena umumnya pasar ini


membutuhkan modal besar dan keahlian manajerial yang tinggi.

Pasar oligopoli mi instan dikuasai oleh PT. Indofood sehingga bagi


perusahaan mi instan baru yang ingin masuk ke dalam pasar mi
instan akan kesulitan untuk menjual hasil produk mi instannya
karena masyarakat Indonesia telah terbiasa mengkonsumsi produk
mi instan Indofood. Produk mi Indofood telah melekat dalam hal
konsumsi masyarakat Indonesia dari yang miskin sampai yang kaya.
Sehingga untuk memasuki pasar mi instan ini, perusahaan baru
tersebut harus memasarkan barangnya secara sangat baik dan dengan
keunggulan-keunggulan produk mi instan di atas produk mi instan
lainnya. Untuk mencetak keunggulan ini sangat sulit karena
dibutuhkan dana dan kemampuan manajerial serta inovasi yang
tinggi. Hal inilah yang membuat perusahaan mi instan berpikir
berulang kali untuk memasuki pasar mi instan.

Sukirno (1994:320) menyatakan bahwa ada 3 hambatan memasuki


pasar oligopoli, yaitu skala ekonomi, perbedaan biaya produksi, dan
keistimewaan hasil produksi.

a. Skala ekonomi
Karena pasar mi instan memiliki market leader dengan pangsa pasar
terbesar 72%, yaitu Indofood yang sudah bertahun-tahun menguasai
pasar mi instan, hal ini membuat kesulitan bagi perusahaan baru
untuk merebut persentase bagian dalam pangsa pasar mi instan.
b. Perbedaan biaya produksi
Karena perusahaan seperti Indofood, Wings dan lainnya sudah lama
berkembang dalam pasar mi instan. Mereka dapat mengetahui
dengan jelas bagaimana menekan biaya produksi dan strategi-
strategi dalam pasar mi instan, kemudian didukung dengan
kemampuan manajerial yang baik sehingga dapat menghasilkan
produk dengan harga murah. Sedangkan untuk perusahaan baru akan
sulit untuk memasuki pasar mi instan karena sulit untuk menekan
biaya produksi bagi perusahaan baru. Sehingga produk mi instan
yang dihasilkan perusahaan baru akan lebih mahal daripada
perusahaan lama. Produk mi instan perusahaan baru akan sepi
konsumen karena lebih mahal dan belum memiliki nama besar.
c. Keistimewaan hasil produksi
Seperti halnya Indofood dan Wings serta produsen mi instan lainnya,
mereka memiliki keistimewaan produk mi instan dengan rasa,
kemasan, maupun dari harga. Keistimewaan ini mengundang
konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka. Bagi perusahaan
baru yang ingin memasuki pasar mi instan akan sulit karena harus
mengalahkan keistimewaan produksi perusahaan-perusahaan lama.

7. Pada umumnya terdapat satu market leader (pemimpin pasar) di


antara sejumlah oligopolis yang ada. Market leader adalah oligopolis
yang mempunyai kekuatan untuk menentukan harga karena dia
menguasai pangsa pasar yang terbesar.

Pada pasar mi instan, perusahaan atau produsen yang menguasai


pangsa pasar terbesar adalah PT. Indofood dengan besar pangsa
pasarnya adalah 72%. PT. Indofood disebut sebagai market leader
dalam pasar mi instan. Hal ini disebabkan karena 72% pangsa pasar
mi instan dikuasai oleh Indofood yang berarti bahwa total penjualan
mi Indofood adalah 72% bagian dari total penjualan seluruh mi
instan di Indonesia. Angka yang sangat besar ini menyebabkan saat
Indofood menurunkan harga jual mi instannya, produsen lain ikut
menurunkan harga jual mi instannya karena apabila harganya lebih
tinggi daripada harga jual mi instan Indofood, maka penjualan
produk mi instan produsen tersebut akan menurun
8. Harga jual tidak mudah berubah, karena penjual lebih suka bersaing
dalam hal mutu, kemasan, pelayanan, dan lain-lain.

Karena jumlah produsen yang sedikit, produsen dalam pasar mi


instan enggan bersaing dalam hal harga karena harga ditentukan oleh
sang market leader. Sebagai balasan dari hal tersebut, produsen
dalam pasar mi instan melakukan persaingan dalam hal non harga,
berupa mutu, kemasan, pelayanan, dan lain-lain. Mutu sangat
berpengaruh terhadap citra sebuah perusahaan mi instan. Mi yang
lembut, enak, dan bergizi akan dilirik oleh masyarakat. Selain itu,
kemasan juga berpengaruh dalam menarik daya tarik konsumen.
Kemasan yang menarik akan lebih dilirik oleh konsumen.

V. Kesimpulan

Jadi, dari analisis yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan


kualitatif, didapatkan bahwa pasar industri mi instan termasuk dalam pasar
oligopoli diferensial dengan persaingan ketat . Pendekatan kuantitatif
didapatkan data CR4 = 92,4% dan IHH = 0,542919, yang termasuk dalam
golongan pasar oligopoli ketat. Pendekatan kualitatif didapatkan kecocokan
dengan ciri-ciri pasar oligopoli, yaitu menghasilkan barang standar maupun
barang berbeda corak, kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan
adakalanya tangguh, pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan
promosi dengan iklan, adanya dorongan untuk mengembangkan teknologi dan
melakukan inovasi, hanya ada beberapa penjual atau produsen yang menguasai
pasar, sulit dimasuki perusahaan baru karena umumnya pasar ini membutuhkan
modal besar dan keahlian manajerial yang tinggi, terdapat satu market leader
(pemimpin pasar) di antara sejumlah oligopolis yang ada, harga jual tidak
mudah berubah, karena penjual lebih suka bersaing dalam hal mutu, kemasan,
pelayanan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Baroes, Hendra. (2009). “Teori Ekonomi : Pengertian Pangsa Pasar”. (diunggah di


http://hendra-baroes.com/2009/01/teori-ekonomi.html dan diunduh tanggal
19 November 2018 pukul 20.40 WIB).

Boediono. (2013). Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Jacobson dan O’Callaghan (1996). Industrial Economic and Organisation. London


: McGraw-Hill.

Kotler, Philip. (2006). Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. Jakarta : PT. Indeks
Gramedia.

McEachern, William A.. (2000). Ekonomi Mikro (terj). Jakarta : Penerbit Salemba
Empat.

Sarnia, Pamela. “15 Merk dengan Belanja Iklan Terbesar di Indonesia” (artikel).
(diunggah di https://industri.kontan.co.id/news/inilah-15-merek-dengan-
belanja-iklan-terbesar pada 18 November 2015 pukul 21.39 WIB dan diunduh
pada tanggal 23 November 2018 pukul 19.18 WIB)

Sukirno, Sadono. (1994). Teori Pengantar Ekonomi Mikro Edisi Ketiga. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.

Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo. (2006). Aspek Dasar Ekonomi
Mikro. Jakarta: PT Grasindo.
WINA. “Global Demand for Instant Noodles”(article). (diunggah di
https://instantnoodles.org pada tanggal 7 Mei 2018 dan diunduh tanggal 18
November 2018 pukul 17.49 WIB).

Anda mungkin juga menyukai