Anda di halaman 1dari 52

Eko Yulianto: “Tugas Kebangsaan LIPI Adalah Membangun Masyarakat Rasional”

Edisi 01/2019 Menggelorakan Ilmu Pengetahuan

(MULAI) HIDUP
BERDAMPINGAN
DENGAN BENCANA
Mangrove
Sang Penjaga Masyarakat
Pesisir Indonesia

Konservasi Ex Situ
Sakura Bukan Lagi
Hanya Milik Jepang

Revolusi Industri 4.0


10 Soft Skills Penting

Transformasi
Tak Boleh Setengah Hati
Majalah Sainesia versi PDF
dapat diunduh di http://lipi.go.id/
Dari Redaksi

S
alah satu tugas kebangsaan LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan terbesar
di Indonesia adalah membangun masyarakat yang rasional. Terlebih kalau
dikaitkan dengan kondisi Indonesia yang secara geografis memiliki alam
yang sangat menantang untuk dipelajari, dijaga, dilindungi, dieksplorasi
namun sekaligus juga diwaspadai.
Bagaimana mungkin kita bisa bersikap tidak peduli terhadap alam kita padahal kita
dikelilingi oleh titik-titik rawan bencana alam. Indonesia memiliki banyak gunung berapi
aktif, daerah rawan gempa, rawan longsor, daerah pantai yang rawan tsunami dan
sebagainya.
Berkaitan dengan “kekayaan” yang Indonesia miliki di atas, LIPI dan jajaran
ilmuwan di dalamnya selalu berusaha menjadi garda depan dalam berbagai aktivitas
penelitian, konservasi, pengembangan teknologi dan program edukasi bagi seluruh
masyarakat. Semua kegiatan tersebut diharapkan dapat membangun masyarakat yang
berpengetahuan layak untuk paham dan sadar akan kondisi alam Indonesia, sehingga
dapat hidup selaras berdampingan dengan alam tanpa merusaknya.
It is not the LIPI optimis masyarakat kita bisa merespons alam dengan lebih baik, karena jika
merunut pada sejarah, bangsa kita punya pengetahuan, bakat, dan sikap yang baik serta
strongest of rasional terhadap alam dan pergerakannya. Perlu disadari bahwa pergerakan alam yang
the species that menimbulkan bencana buat manusia, juga adalah pergerakan yang sama sehingga bumi
memiliki minyak, emas, serta kekayaan alam lainnya. Karenanya hidup berdampingan
survives, nor the
dengan alam adalah “keahlian” yang harus kita kuasai.
most intelligent Berbicara mengenai perubahan, saat ini LIPI sedang melakukan transformasi.
that survives. It Menjadi lebih baik adalah tujuan dari transformasi ini. LIPI diharapkan dapat menjadi
lembaga penelitian yang mengglobal dan memasyarakat. Mengglobal artinya LIPI harus
is the one that is menjadi wajah Indonesia di kancah penelitian dunia dengan temuan kebaruan dan karya
most adaptable to penelitian yang memenuhi standar dan norma komunitas ilmiah global. Memasyarakat
artinya LIPI harus menjadi wadah yang “dekat, hangat dan terbuka” bagi semua kalangan
change”
masyarakat Indonesia, dan hasil-hasil penelitian LIPI menjadi solusi nyata bagi berbagai
permasalahan di masyarakat.
(Charles Darwin, Dokter dan
ahli biologi dari Inggris Perubahan memang tidak selalu mudah diterima, dan sangat mungkin menimbulkan
1809-1882) reaksi, namun hal ini adalah hal yang wajar terjadi. Sewajarnya juga perubahan disikapi
dengan semangat untuk maju, menjadi lebih baik, dan untuk tetap tumbuh. Karena di
setiap perubahan terdapat sebuah kesempatan.
Dukungan dari seluruh sivitas LIPI dan masyarakat luas amat dibutuhkan dalam
perubahan ini. Semoga kontribusi LIPI dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
Indonesia semakin besar manfaatnya bagi Bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Salam Sainesia,
Nur Tri Aries Suestiningtyas

SAINESIA
SAINESIA Edisi
Edisi 01/
01/ 2019
2019 II 11
Daftar Isi
04. Cerita Utama
(Mulai) Hidup Berdampingan
­dengan Bencana

08. Cerita Utama


Mangrove, Sang Penjaga
Masyarakat Pesisir Indonesia

10. Revolusi Industri 4.0


10 Soft Skills Penting
di Era Industri 4.0

12. Profile
Eko Yulianto: “Tugas Kebangsaan
LIPI Adalah Membangun
Masyarakat Rasional”

16. Sains Kita


Lewat Konservasi Ex Situ, Sakura
Bukan Lagi Hanya Milik Jepang

22. Inovasi
LIPI WISELAND, Teknologi
Nirkabel Pemantau dan
h.04
Pendeteksi Gerakan Tanah
26. Milenial dan Sains
Menuju PIRN 2019 di Banyuwangi

30. Eksplorasi Krakatau h.10


Krakatau: Laboratorium Suksesi
Hutan Tropis

36. Tahukah Kamu


Transformasi Tak Boleh Setengah Hati

40. Riset Anak Bangsa


• Zahwa Devarah Widyatamaka,
Penemu Alat Deteksi Pergerakan
Tanah untuk Mitigasi Bencana h.08
Longsor
• Azizah Dewi Suryaningsih,
Nyanyian Hutan Bambu
untuk Peringatan Dini Bencana
44. Iptek Sekolah & Kampus
Sekolahku Siaga Bencana

48. Resensi Buku

Eko Yulianto: “Tugas Kebangsaan LIPI Adalah Membangun Masyarakat Rasional”

Edisi 01/2019 Menggelorakan Ilmu Pengetahuan

(MULAI) HIDUP
BERDAMPINGAN
DENGAN BENCANA
Mangrove

h.16
Sang Penjaga Masyarakat
Pesisir Indonesia

Foto Cover:
h.12
Konservasi Ex Situ
Sakura Bukan Lagi
Hanya Milik Jepang

Revolusi Industri 4.0


10 Keahlian Penting
Trisno Utomo
di Era Industri 4.0

Transformasi
Lokasi:
Kebun Raya Cibodas LIPI
Tak Boleh Setengah Hati
Majalah Sainesia versi PDF
dapat diunduh di http://lipi.go.id/

2 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


h.22 h.26 h.30

h.40

h.36

Ketua Dewan Redaksi:


Sekretaris Utama LIPI
Nur Tri Aries Suestiningtyas, M.A.

Chief Editor:
Plt. Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI
Mila Kencana, M.A.

Managing Editor:
Dwie Irmawaty Gultom, Ph.D.
h.44
Editor:
Yudie Aprianto, Rahayu Widyawati, Ciptanti Putri, Vetti Rina

Article Contributor:
Iwan Setiawan, Nasrullah, Dr. Dyah Rachmawati
Sugiyanto, Nanang Suryana, Ayi Doni Darussalam,
Sofi Mursidawati, Dian Din Yati, Suzan Lesmana,
Esti Baina, Sandy Wisnu Aji

Photo Contributor:
Irwan Citrajaya, Ayu Warsito, Trisno Utomo, Ayi Doni
Darussalam, Dyah Arum K, Suzan Lesmana

Graphic Designer:
Dyah Arum Kusumastuti, S.Sn, Adit Aribirawa
Majalah Sainesia versi PDF dapat diunduh di http://lipi.go.id/
h.48 Email: sainesia@mail.lipi.go.id

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 3


cerita utama

(Mulai) Hidup Berdampingan


dengan Bencana
Ada ungkapan Indonesia itu tanah surga: sungainya bak kolam susu, tongkat
dan kayu bisa jadi tanaman. Tapi kenyataan bahwa Indonesia berada di
lintasan ring of fire menandakan Indonesia rawan bencana. Maka, waspada
itu penting.

S
epertinya gambaran tersebut

Indonesia Rawan Bencana


berlebihan dan menakutkan.
Namun, jika merujuk pendapat
banyak ahli geologi bencana
136 Wilayah di Indonesia berisiko tinggi mengalami bencana alam
di Indonesia, ­ tercapai sebuah
kesepakatan bahwa Indonesia memiliki
aneka bencana yang cukup merata, mulai Kalimantan Sulawesi
(18 Kabupaten/kota) 24 kabupaten/kota)
dari ujung Sumatra hingga Papua.
Selama 2017 saja Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)
mencatat ada 2.341 bencana melanda Maluku
Sumatra (12 Kabupaten/kota)
sekujur tubuh Indonesia. Banjir menduduki (21 Kabupaten/kota)

kejadian tersering yakni sebanyak 787 kali,


kemudian disusul puting beliung sebanyak Jawa & Bali Papua
(36 Kabupaten/kota) (10 kabupaten/kota)
716 kali, longsor sebanyak 614 kali, lalu Nusa Tenggara
(15 Kabupaten/kota)
kebakaran hutan dan lahan sebanyak 96
COURTESY: DIOLAH DARI DATA BNPB

kali, gempa bumi 20 kali, kekeringan 19


kali, dan letus­an gunung api 2 kali.
Dari kejadian tersebut, jumlah korban
meninggal mencapai 335 orang, korban
luka-luka sebanyak 969 orang, dan k­ orban
mengungsi dan menderita sebanyak 3,22 Dari sumber Kementerian Keuangan RI menga­takan, kejadian bencana di
juta orang. Kerusakan yang dihasilkan terhitung tidak kurang dari 22 trilyun Rupiah Indonesia semakin meningkat dari tahun
yakni 31.746 rumah rusak, 347.813 unit te­ uang negara dihabiskan akibat bencana. ke tahun. Menurut dia, sebanyak 95
rendam air, serta ribuan fasilitas kesehatan, Kepala Pusat Data Informasi dan persen kejadian bencana di Indonesia
pendidikan, dan peribadatan rusak. Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho,
­ adalah bencana hidrometeorologi. “Yaitu

4 I SAINESIA Edisi 01/2019


COURTESY: FREEPIK.COM

Pergerakan alam yang menimbulkan bencana buat manusia, juga adalah pergerakan
yang sama sehingga bumi memiliki minyak, emas, serta kekayaan lainnya. Kalau mau
bumi terus ada dan kaya, kita harus dapat hidup berdampingan dan siap dengan bencana.
Mulai dari rumah yang ramah bencana, mata pencarian dan sikap hidup yang tidak merusak
bumi, hingga ikut aktif menjaga dan mengembangkan bumi.” —Eko Yulianto

SAINESIA Edisi 01/2019 I 5


cerita utama

Bumi beserta unsur alamnya telah ada terlebih dahulu, sebelum manusia. Selain
itu, alam juga telah bergerak, tumbuh, dan berkembang dengan caranya sendiri.
Manusia, yang kemudian terlahir dan hidup di bumi, hendaknya menyesuaikan diri.

FOTO: PETER CROSBY


Bukan sebaliknya.” —Eko Yulianto

bencana yang dipengaruhi cuaca. (Seperti) sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan bumi dan letusan gunung berapi yang
longsor, kekeringan, puting beliung, dataran rendah yang sebagian didominasi mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.
kebakaran hutan dan lahan, dan cuaca oleh rawa-rawa. Fakta ini harus diyakini Sekitar 90% dari gempa bumi dan 81% dari
ekstrem,” jelasnya. agar masyarakat Indonesia harus siap gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang
Dari sudut pandang ilmu Geologi, menghadapi segala kemungkinan bencana. Cincin Api ini.
Indonesia disebut-sebut sebagai ‘supermarket Posisi Indonesia dikenal berada di Ring Hal ini dibuktikan dari data Indeks
bencana’. Kepala Badan Meteorologi of Fire yaitu daerah ‘tapal kuda’ sepanjang Rawan Bencana Indonesia (IRBI) yang
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita 40.000 km yang sering mengalami gempa menunjukkan bahwa ancaman tsunami
Karnawati, menyampaikan bahwa kondisi
tersebut menyebabkan aktivitas pihaknya
dalam mengamati gempa bumi di Indonesia
terbilang cukup sibuk. Pengamatan gempa
bermagnitude 5 atau lebih berpusat di Pusat
Gempa Nasional BMKG. Sementara untuk
gempa bumi dengan magnitude di bawah 5 DI DALAM RUANGAN DI LUAR RUANGAN
terpusat di Stasiun Geofisika.
“Terdapat 33 Stasiun Geofisika de­ngan
165 sensor seismograf dan 285 accele­
rometer di seluruh wilayah Indonesia,”
­ungkapnya. Segera Keluar Jangan Gunakan Lift Menjauhlah dari Menjauhlah dari
Ruangan Tebing /Lereng Bangunan
Indonesia memang menjadi pertemuan
empat lempeng tektonik yaitu lempeng
Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik.
COURTESY: DIOLAH DARI DATA BNPB

Selain itu Indonesia juga terletak di


Menjauhlah dari
kawasan sabuk vulkanik (volcanic arc) yang Jauhi Barang
Mudah Jatuh
Berilndunglah di Bawah
Meja yang Kuat Laut/Pantai

memanjang dari Pulau Sumatra, Jawa,


Nusa Tenggara, hingga Sulawesi, yang

6 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Indonesia adalah sebesar 46% dari panjang
pantai Kepulauan Indonesia, 233 dari 515
Kabupaten, dan 23 dari 34 Provinsi.
Di satu sisi, kita dihadapkan pada
fakta bahwa Indonesia dikelilingi oleh
bencana. Di sisi lain, Kepala Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto
menyebutkan sampai saat ini belum ada
satu pun teknologi di dunia yang mampu
secara akurat dan presisi memprediksi
kapan datangnya bencana, terutama
gempa bumi. “Jika ada pendapat yang
menyatakan mampu memprediksi kapan
terjadi gempa bumi beserta kekuatan
magnitudonya, bisa dipastikan itu
adalah hoax,” jelas Eko.
Data angka serta analisa dari pihak
berwenang sewajarnya telah membukakan
mata dan menggerakkan seluruh yang
ada di diri kita untuk menyadari betapa
bencana apa saja, di mana saja, dapat
terjadi kapan saja. Antisipasi, latihan,
hingga berbagai persiapan menjadi
hal lumrah yang sudah seyogianya kita
siapkan. Hidup berdampingan dengan
bencana sudah ­harus menjadi kesadaran
yang tertanam dan tumbuh dalam diri kita.
Untuk itu sesungguhnya masyarakat
tradisional di Indonesia sudah lama
membaca, merasakan, bahkan
merumuskan sejumlah langkah agar bisa
hidup berdampingan dengan bencana.
Ambil contoh kejadian tsunami yang
menimpa Simeuleu, Aceh; penduduk di
sana konon mengetahui tanda-tanda
akan datangnya tsunami. Hal itu ada
hubungannya ­de­ngan kejadian yang sama
FOTO: SUHAIRY TRI YADHI
yang juga terjadi di Aceh lebih seabad silam.
Berdasarkan pengalaman itulah para tetua
di Simeulue lalu menceritakan bagaimana
membaca tanda-tanda datangnya tsunami lebih mampu merasakan, membaca, serta bahwa “Pergerakan alam yang
dan cara m­ enyelamatkan diri. menerjemahkan dalam bentuk sikap ke­ menimbulkan bencana buat manusia,
Kejadian tersebut mirip dengan di seharian dalam berinteraksi dengan alam juga adalah pergerakan yang sama
­Jepang yang sudah unggul soal dokumentasi menjadi sebuah keharusan. Bumi beserta sehingga bumi memiliki minyak, emas,
dan jejak rekam bencana sehingga bisa unsur alamnya telah ada terlebih dulu, serta kekayaan lainnya. Kalau mau bumi
belajar untuk menekan jumlah korban. Tak sebelum manusia. Selain itu juga alam telah terus ada dan kaya, kita harus dapat hidup
ada salahnya dokumentasi semacam di bergerak, tumbuh, dan berkembang de­ berdampingan dan siap dengan bencana.”
Simeulue itu tetap dijaga di Indonesia meski ngan caranya sendiri. Manusia, yang lahir Mulai dari rumah yang ramah bencana,
hanya berupa tradisi bertutur dari generasi kemudian dan hidup di bumi, hendaknya mata pencarian dan sikap hidup yang
ke generasi. menyesuaikan diri. Bukan sebaliknya. tidak merusak bumi, hingga bahkan ikut
Oleh karena itu faktor pendidikan Eko Yulianto, yang pernah belajar menjaga dan mengembangkan bumi.
pada semua kalangan masyarakat untuk sejarah bencana dunia, mengungkapkan Anda bisa dan siap? (Iwan Setiawan/CP)

SAINESIA Edisi 01/2019 I 7


cerita utama

Mangrove, Penjaga
Masyarakat Pesisir Indonesia
Saat gempa bermagnitudo 7,5 menggetarkan Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah, Kelurahan Kabonga Besar yang terpaut 100 meter dari garis pantai
lolos dari hantaman tsunami. Seorang warga menyebut hutan banggo di
belakang rumahnya yang berjasa membentengi kampung mereka. Banggo

S
adalah sebutan orang Kabonga Besar untuk mangrove.
etelah sekitar empat bulan gempa dan Dari aspek pemanfaatan sebagai mata pencarian,
tsunami meluluhlantakkan Kota Palu hutan mangrove adalah penyangga mata pencarian
dan membinasakan ribuan jiwa manusia, masyarakat pesisir dengan memanen udang, belut,
hutan m­ angrove telah menyelamatkan kerang, kepiting, siput laut, dan beragam spesies
jiwa dan harta benda warga Kelurahan udang dari ekosistem mangrove. Meski demikian,
Kabonga Besar yang getol merawat hutan mangrove Indonesia telah kehilangan 52 persen mangrove
selama 20 tahun terakhir. Di area poros Palu-Donggala (sekitar 1,8 juta hektare) dalam tiga puluh tahun
itu ada kawasan hutan mangrove Gonenggati. terakhir akibat ancaman “revolusi biru” yaitu
Sekitar 3,49 juta hektare ekosistem mangrove konversi menjadi tambak udang di Sumatra,
berada di garis pantai 95 ribu kilometer di Sulawesi, dan Jawa Timur; penebangan dan konversi
Indonesia. Angka tersebut menjadikan negara lahan untuk pertanian atau tambak garam di Jawa
dengan ­lebih dari 17 ribu pulau ini berkontribusi dan Sulawesi, serta degradasi akibat tumpahan
pada 23 persen keseluruhan ekosistem mangrove minyak dan polusi di Kalimantan Timur. Misalnya
dunia dan menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,
yang berarti sepertiga dari total stok karbon pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara.
global. Ada 202 jenis mangrove di Indonesia, Akibat revolusi biru yang dimulai pada tahun 80-an,
meliputi 89 jenis pohon, lima jenis palma, 19 jenis tidak kurang dari 2.500 hektare lahan mangrove
pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan di kabupaten yang berjarak sekitar 42 kilometer
satu jenis paku. dari Bandara Kualanamu, Me­ dan, ini lenyap dan
Dengan tinggi pohon mencapai 50 meter, hutan menyebabkan angin kencang dan gelombang
mangrove di Indonesia memainkan peran penting pasang kerap melanda desa Sei ­Nagalawan. Padahal
dalam mitigasi perubahan iklim nasional dan global, pada era 70-an, desa ini merupakan bagian dari
terutama menyediakan pertahanan penting melawan sabuk hijau mangrove yang memanjang di pesisir
INDONESIA
erosi kawasan pesisir dan mengurangi dampak timur Sumatra Utara. Kini, melalui upaya mandiri
terjangan badai dan energi gelombang besar. masyarakat desa yang dimulai pada 2004 silam, desa
TELAH
Hutan mangrove dengan ketebalan minimal 100
­ tersebut memiliki sekitar 5 hektare hutan mangrove KEHILANGAN
meter ke arah darat, dapat mengurangi ketinggian yang tumbuh subur dan mengembalikan berbagai 52 PERSEN
­gelombang dari 13 sampai 16 persen. Peneliti tsunami jenis ikan dan burung yang sempat hilang. MANGROVE
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sebagai institusi ilmu pengetahuan, pada 2019
RI, Abdul Muhari, mengatakan bahwa dari survei ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
DALAM TIGA
yang dilakukannya terdapat beberapa kawasan telah meluncurkan indeks kesehatan mangrove dan PULUH TAHUN
permukiman yang selamat dari tsunami karena lamun di Indonesia yang dapat mendukung program TERAKHIR
terlindung tanaman atau vegetasi pesisir pantai yang konservasi ekosistem laut. LIPI juga bekerja sama
rapat s­ehingga cukup efektif me­ ngurangi energi dengan Pemerintah Kota Surabaya terkait pusat
gelombang tsunami. observasi, kajian, dan penelitian di Kebun Raya

8 I SAINESIA Edisi 01/2019


FOTO:SIRAPHOL SIRICHARATTAKUL
Mangrove
di Thailand

Mangrove Surabaya, sebuah area hutan mangrove Secara ekologis, hutan mangrove berperan

FOTO: ICON0.COM
Hutan Mangrove yang dilalui
jembatan kayu seluas lebih dari 100 hektare di wilayah Pantai seba­gai aktivitas memijah dan mencari makan
Gunung Anyar, Surabaya. berbagai macam biota, menahan abrasi dan
LIPI bahkan bekerja sama dengan pemerintah peredam gelombang air laut, melindungi pantai
kabupaten untuk mengelola buah mangrove menjadi dari badai, menstabilkan sedimen pantai, menyerap
bahan pangan sebagai bagian dari program penerap­ kandungan CO2 yang berlebih di udara, serta
an teknologi tepat guna dengan memanfaatkan mengendalikan banjir.
sumber daya alam bagi peningkat­ an pendapatan Hutan mangrove juga memiliki potensi ekonomi,
masyarakat pesisir. Secara fisik, sistem perakaran seperti buahnya dapat dimanfaatkan seba­gai bahan
mangrove yang khas memberikan perlindungan bagi pangan (keripik, sirup, dodol, manisan, agar-agar),
lamun dan terumbu karang dari bahaya sedimentasi. sebagai area memijah ikan, udang, dan kepiting
Akar mangrove berfungsi menyaring materi-materi sehingga nelayan tidak perlu melaut terlalu jauh.
berukuran besar yang terbawa oleh aliran sungai Penanaman jenis mangrove Rhizopora sp dan Avicenna
dan masuk ke laut sehingga mencegah penumpukan sp pada area tambah juga dapat mening­ katkan
dan penimbunan di permukaan karang dan lamun. produktivitas tambak. Dengan pengetahu­ an ini,
Batang-batangnya dapat digunakan seabgai bahan diharapkan masyarakat dapat mengetahui manfaat
bangunan. Daunnya bisa digunakan sebagai atap, tanaman mangrove dan menjaga serta melindungi
dan niranya diolah menjadi gula. kawasan mangrove di sekitarnya. (Nasrullah/CP)

SAINESIA Edisi 01/2019 I 9


revolusi industri 4.0

10 Soft Skills Penting


di Era Industri 4.0
alam sebuah acara peluncuran penumpang ­(passenger gate) tanpa menggunakan kartu atau aplikasi ponsel

D penggunaan Artificial Intellegence


pada sistem transportasi publik
di Cina pada 2018 lalu, terlihat
sebuah bus bergerak tanpa kendali
manusia atau driverless. Bus tersebut bergerak
perlahan-lahan lalu berhenti dan membuka pintu
secara otomatis. Di sudut lain, ada uji coba pintu
pintar, melainkan seseorang cukup menempelkan telapak tangannya ke salah
satu bagian dari pintu penumpang tersebut untuk bisa melewatinya.
Demonstrasi itu adalah salah satu hasil dari era industri masa kini yang
lebih dikenal dengan istilah “Revolusi Industri 4.0”, suatu revolusi digital
yang dikarakteristikkan dengan penggabungan teknologi informasi dan alat
elektronik yang menghasilkan suatu industri yang berada di antara wujud fisik,
digital, dan biological spheres. Sederhananya, menggabungkan dunia nyata

10 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Oleh karena itu, sumber daya manusia
Indonesia harus bersiap untuk menghadapi era
ekonomi digital dan canggihnya perkembangan
teknologi. Keterampilan seperti literasi teknologi
informasi dan media, berkomunikasi, dan kemauan
untuk terus belajar dan berinovasi adalah beberapa
hal yang mutlak dimiliki oleh generasi usia produktif
Indonesia.
Pada 2018 lalu, menyongsong Revolusi Industri
4.0, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan
peta jalan atau road map “Making Indonesia 4.0”
yang memprioritaskan lima sektor, yaitu industri
makanan dan minuman, industri kimia, industri
tekstil dan pakaian jadi, industri otomotif, dan
industri mekanika. Penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keterampilan teknis yang
berhubungan dengan bidang prioritas tersebut
mutlak dikuasai oleh pekerja di bidangnya masing-
masing. Meski demikian, penguasaan soft skills
yang menjadikan seseorang terampil dalam
berhubungan dengan orang lain (interpersonal
skills) dan keterampilan dalam mengatur diri sendiri,
juga tidak kalah penting.
Dilansir dari laman situs web World Economic
Forum, setidaknya ada 10 soft skills penting yang
harus dimiliki oleh setiap pekerja untuk bersaing di
era industri 4.0, yaitu:
1. Memecahkan masalah yang kompleks (complex
problem solving)
2. Berpikir kritis (critical thinking)
3. Kreatif (creativity)
4. Manajemen orang (people management)
5. Berkoordinasi dengan orang lain (coordinating
with others)
6. Kecerdasan emosional (emotional intelegence)
GRAFIK: FREEPIK.COM

7. Penilaian dan pengambilan keputusan


(judgement and decision making)
8. Berorientasi pada pelayanan (service orientation)
dan ­virtual. Revolusi ini adalah sebuah keniscayaan yang menuntut adaptasi 9. Negosiasi (negotiation), dan
manusia. Dalam dokumen The Future of Jobs Report 2018, yang dikeluarkan oleh 10. Fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility).
organi­sasi internasional World Economic Forum disebutkan bahwa lima juta
jenis pekerjaan yang selama ini dikerjakan langsung oleh manusia pada tahun Dari paparan di atas jelas bahwa di era industri
2020 akan digantikan oleh robot dan teknologi AI. 4.0 sangat dibutuhkan untuk keseimbangan pe­
Meski demikian, dalam sebuah wawancara dengan salah satu media, ningkatan hard skills sumber daya manusia Indonesia
­Menteri PPN/Kepala Bappenas RI, Bambang Brodjonegoro memprediksikan misalnya dengan menggenjot program pendidikan
pada 2045 nanti jumlah angkatan kerja (usia produktif yang sedang bekerja dan vokasi berbasis digital, dan meningkatkan
sedang mencari kerja) di Indonesia akan menjadi 172 juta (*jumlah angkatan ­penguasaan soft skills dengan berbagai pelatihan
kerja di Indonesia per Februari 2018 adalah 133,94 juta). Indonesia juga ­memiliki yang relevan. Selain itu seseorang dapat secara
bonus demografi dan dengan profil penduduk pengguna internet mencapai 54, konsisten melatih diri sendiri untuk menguasai hard
68 persen atau sekitar 143 juta dari 243 juta penduduknya, sehingga ­perlahan- skills dan soft skills ini baik dalam dunia kerja ­maupun
lahan kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar,­­akan kehidup­an sosialnya. Ini merupakan sebuah proses
bergerak menuju predikat smart city. belajar seumur hidup. (Nasrullah/CP)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 11


profile

Eko Yulianto:

“Tugas Kebangsaan LIPI


Adalah Membangun
Masyarakat Rasional”
Mengikuti kuliahnya, meski membahas membahayakan. “Kita semua saat ini
sedang dilanda salah satu jenis tsunami
materi yang bisa jadi terdengar serius, yaitu yang parah karena berlangsung lama dan

Sejarah Tsunami dan Bencana di Dunia, namun berdampak luas. Semakin parah karena
kita tidak menyadari sedang menjadi
berlangsung santai dengan materi cukup renyah korban. Jenis tsunami tersebut saya namai
“tsunami Informasi,” urai peneliti di
untuk dikunyah, ­bahkan sangat meriah lantaran Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga
pembahasan me­ ngaitkannya dengan novel Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit
Geoteknologi LIPI) di Bandung tersebut.
populer, kitab kuno, hingga lagu-lagu yang Lebih jauh, dirinya menjelaskan bahwa
dinyanyikan oleh beliau. tsunami Informasi adalah ketika kita masuk
dan tergulung oleh serangan informasi

I
dari berbagai penjuru, sementara kita
a membuka kelas dengan pertanyaan, tidak dibekali kemampuan rasional untuk
“Bencana alam, sebut saja begitu, mengatasi serangan informasi tersebut.
terjadi karena ulah Tuhan, ulah alam, “Misalnya ketika saya mengunjungi
atau keduanya?” Lulusan S1 Teknik sebuah daerah bencana gempa. Mereka
Geologi ITB ini mengaku selalu menyalahkan pemerintah karena me­
merangsang murid-muridnya untuk aktif; masang tiang-tiang yang sebetulnya
bukan secara fisik saja, tapi justru pemikiran. tiang GPS sebagai ‘mata gempa’ yang
Eko Yulianto dilahirkan di Sragen pada menurut sebagian masyarakat di sana
5 Juli 1971. Ia meneruskan pendidikan pemasangannya memicu gempa yang
S2 di ITB juga dengan mengambil fokus mereka alami,” kata Eko, memberi contoh.
Teknik Geologi. Sedangkan pendidikan Ketidakmampuan alam pikir dalam
FOTO: DOK. PRIBADI EKO YULIANTO

S3 ditempuhnya di Universitas Hokkaido, menerjemahkan apa yang terjadi


Jepang, dengan mempelajari ilmu ketika bencana melanda, membuat
Paleotsunami. Paleotsunami adalah adalah manusia mudah dipengaruhi, dibuat
ilmu yang mempelajari jejak tsunami purba. bingung, hingga akhirnya memiliki dan
Ilmu ini menjadi penting karena melalui ia banyak diburu untuk jadi narasumber memproduksi pengetahuan yang sangat
pelajaran jejak tsunami di masa lalu maka baik oleh media, pemerintah, maupun tidak rasional. “Ini lebih bahaya daripada
kita dapat membaca atau memprediksi masyarakat umum yang membutuhkan bencana itu sendiri.”
kemungkin­an atau gejala tsunami di masa kajian terkait ­bencana, di antaranya tsunami. Dalam kuliahnya, Eko juga menguraikan
kini atau yang akan datang. Saat ini, baru Namun, menurut ayah dari 3 anak bahwa gempa, banjir, tsunami, gunung
Eko saja ahli di Indonesia yang menguasai penggemar karya-karya Paulo Coelho meletus, dan berbagai gerak alam lainnya
hal tersebut. Tidak heran jika kemudian ini, ada bencana lain yang justru lebih sudah terjadi ribuah bahkan jutaan

12 I SAINESIA Edisi 01/2019


Eko Yulianto, peneliti di Pusat
Penelitian Geoteknologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia di
Bandung

FOTO: DOK. PRIBADI EKO YULIANTO

SAINESIA Edisi 01/2019 I 13


profile

tahun yang lalu. Jika kemudian di masa terjadi adalah masyarakat tradisional. berdesain panggung, dan sebagainya.
sekarang terjadi dan memakan banyak “Mereka punya kearifan lokal yang ­amun itu semua ditinggalkan, lantas
N
korban manusia, jelas hal itu tidak bisa sedemikian rupa. Kalau diikuti, bisa meniru bangunan Kolonial yang
disalahkan kepada alam. Tetapi, pada menyelamatkan. Ada lho, masyarakat yang menggunakan bata dan tembok.
kemampuan masyarakat zaman sekarang selamat karena mengikuti pergerakan Padahal bangunan ­Belanda itu ketebalan
untuk membaca dan memahami alam binatang yang menuju perbukitan sebelum temboknya sangat kuat. Masyarakat
sehingga bisa hidup berdampingan tanpa bencana terjadi,” tuturnya. kita sekadar meniru tapi tidak tebal.
harus menjadi korban dari pergerakan Indonesia punya bermacam jenis “Selain itu, banyak saya temui bangunan
alam. “Kalau alam bisa ngomong, dia akan rumah adat yang tahan gempa, karena Belanda menguatkan tembok justru
bilang, ‘sejak jutaan tahun saya sudah terbuat dari kayu dan bambu, atau rumah dengan melapisi bagian dalamnya dengan
bergerak dan berkembang dengan cara anyaman bambu.”
seperti ini. mengapa kalau ada korban Namun, karena adanya tsunami
terkait materi atau manusia, lalu saya yang BANYAK DAERAH informasi, masyarakat, pemerintah,
disalahkan?’“ ujar Eko retorik. “Padahal RAWAN BENCANA, bahkan kalangan akademisi dibuat bingung
karena gerakan alam yang sama, kita bisa SERING KALI KETIKA de­ngan simpang-siurnya informasi. Ditam­
menikmati minyak, emas, batu bara, serta bah de­ngan adanya ponsel serta media
BENCANA TERJADI
hasil tambang lain.” sosial yang membuat semua orang bisa
Sebagai peneliti yang kerap berkeliling YANG SELAMAT memproduksi informasi yang belum tentu
ke berbagai penjuru, Eko juga menuturkan ADALAH MASYARAKAT benar tersebarluaskan.
bahwa pada banyak daerah rawan bencana TRADISIONAL Oleh karena itu, peneliti yang hobi
sering kali yang selamat ketika bencana membaca dan menulis ini menekankan

Eko Yulianto dikenal


bersuara keras dan
bersikap tegas

FOTO: DOK. PRIBADI EKO YULIANTO

14 I SAINESIA Edisi 01/2019


FOTO: DOK. PRIBADI EKO YULIANTO
FOTO: DOK. PRIBADI EKO YULIANTO

melalui hal yang sederhana dan dalam 1 kilo­ meter, Eko menyatakan bahwa
sikap kesehari­an. Misalnya saja mengenai proyek tersebut berpotensi rawan
“JIKA MERUNUT
kebiasaan ­ berlalu lintas dengan disiplin bencana. Namun, pembangun­ an terus
PADA SEJARAH, dan taat pada rambu dan peraturan serta berjalan, dengan ­ alasan akan dibangun
KITA PUNYA saling menghormati satu sama lain. dengan kuat dan tahan bencana.
PENGETAHUAN, “Saya pernah mundur sebagai “Itu pola pikir kurang memikirkan
pembimbing seorang mahasiswa yang orang lain. Bandara bisa saja kuat, namun
BAKAT, DAN SIKAP
karena masa studinya sudah kelamaan lalu kehadiran bandara akan memancing
YANG BAIK. UNTUK saya diminta meluluskannya oleh pihak perumahan, pusat industri, masyarakat
ITU, HARUSNYA KE kampus. Jadi ia lulus bukan karena punya datang untuk tinggal, bertransaksi, dan
DEPAN KITA JUGA kapasitas, tapi dianggap sudah kelamaan sebagainya. Bagaimana mengatur mereka?
BISA JADI BANGSA kuliah. Ini jelas tidak bisa dibenarkan,” Ini yang tidak dipikirkan.”
kisahnya. Jika diikuti, memang terasa sekali
YANG LEBIH BAIK.” Sebagai peneliti, Eko memang dikenal masalah bangsa ini cukup besar dan luas.
bersuara keras dan bersikap tegas. Dia Namun, Eko menyatakan optimis bahwa
pentingnya memperbaiki dunia pendidikan tidak khawatir jika karena sikapnya kita semua bisa melewati dan memperbaiki
untuk mengatasi tsunami informasi ini. tersebut membuatnya sering ditegur. bahkan membangun masa depan yang
Namun, bukan berarti pendidikan secara “Saya tidak peduli.” lebih baik.
lembaga saja yang bertanggung jawab, Seperti ketika ia bersikap kontra ketika “Jika merunut pada sejarah, kita punya
tapi semua kalangan, termasuk LIPI. diminta masukan mengenai pembangun­ pengetahuan, bakat, dan sikap yang baik.
Untuk itu, menurutnya tugas an bandara di Kulonprogo. Karena jarak Untuk itu, harusnya, ke depan kita juga bisa
membangun masyarakat dijalankan de­ngan garis pantai yang kurang dari jadi bangsa yang lebih baik.” (Iwan Setiawan/CP)

SAINESIA Edisi 01/2019 I 15


sains kita

Kebun Raya Cibodas


Lewat Konservasi Ex Situ
Sakura Bukan Lagi Hanya
Milik Jepang

S FOTO:ADE SETIAWAN
ebagai lembaga riset utama
dan terbesar di Indonesia,
salah satu tugas kebangsaan
LIPI adalah melindungi dan
mengembangkan kekayaan
hayati Indonesia. Konservasi merupakan
kegiatan garda depan LIPI yang tidak
hanya melindungi kekayaan hayati khas
Indonesia, tetapi juga mengembangkan
berbagai kekayaan hayati yang sebelumnya
tidak ada di Indonesia. Tanaman Sakura
adalah salah satu yang dikembangkan
dengan cara konservasi Ex situ, yaitu usaha
pelestarian flora dan fauna yang dilakukan
di luar habitat aslinya.
Di edisi ini, Sainesia akan memaparkan
konservasi Sakura di Kebun Raya Cibodas
dan Rafflesia di Kebun Raya Bogor. Kedua
tanaman ini selalu menarik perhatian
masyarakat Indonesia karena Sakura yang
selama ini hanya bisa dilihat di Jepang kini

16 I SAINESIA Edisi 01/2019


FOTO:ADE SETIAWAN
FOTO:ADE SETIAWAN

bisa dinikmati keindahannya di Cibodas


berkat konservasi LIPI. Sementara
Rafflesia, tidak pernah kehilangan
pesonanya sebagai salah satu tanaman
ikonik khas Indonesia.

Sakura di Kebun Raya Cibodas


Kebun Raya Cibodas dan Arboretum
Sakura Thailand adalah dua tempat di dunia
yang mengkonservasi secara ex situ Sakura
Prunus cerasoides Buch.-Ham. ex D.Don.
Prunus cerasoides Buch.-Ham. ex D.Don
sinonim Cerasus cerasoides Buch.-Ham. ex
D.Don, Prunus puddum Roxb. ex Wall.,
Cerasus puddum Wall. Termasuk ke dalam
suku Rosaceae, nama umumnya antara lain
Himalayan wild cherry dan Sour Cherry.
Marga Prunus di dunia kurang lebih
ada 200 jenis yang tersebar di daerah
temperate (daerah empat musim),
subtropik, dan tropik. Sebagian besar

SAINESIA Edisi 01/2019 I 17


sains kita

marga ini ditemukan di Amerika Utara,


Asia, dan Eropa b ­ agian selatan.
Prunus cerasoides Buch.-Ham. ex
D.Don merupakan tanaman yang berasal
dari kawasan Bhutan, Tiongkok (Xinjiang,
Yunnan), India (Himachal Pradesh, Jammu-
Kashmir, Meghalaya, Mizoram, Sikkim,
Tamil Nadu, Uttar Pradesh, dan Bangal
Barat), Myanmar, Nepal, Sri Langka,
Thailand, dan Vietnam. Di India, tanaman
Prunus cerasoides tumbuh di kawasan
terbatas yaitu di daerah submontana dan
pegunungan Himalaya pada ketinggian
1.500-2.400 mdpl. Sedangkan di sebelah
barat Tiongkok, tanaman ini tumbuh di
hutan-hutan pada ketinggian dari 700-3.700
mdpl.
Di daerah asalnya, Prunus ini berbunga
pada November hingga Desember, dan
April hingga pada Mei. Tanaman Prunus
cerasoides atau dikenal dengan nama
Sakura ini dalam mitologi Hindu merupakan
tanaman yang disucikan atau dike­
ramatkan. Di daerah perbukitan Garhwal
India, Sakura tumbuh secara melimpah.
Oleh penduduk setempat tanaman ini
dipuja pada acara ritual keagamaan.
Mereka tidak pernah menebang pohon
ini dan hanya menggunakan rantingnya
dalam acara-acara ritual serta melarang
tanaman ini untuk dijadikan kayu bakar.
Oleh sebab itu, tanaman Prunus cerasoides
di kawasan ini kebanyakan berupa pohon-
pohon yang sudah tua dan menjadi
tanaman yang mempunyai makna penting
dalam kultur di India dan di Thailand. Selain
digunakan dalam acara ritual keagamaan,
Prunus cerasoides mempunyai nilai yang
sangat pen­ ting, yaitu sebagai tanaman
sumber pollen atau serbuk sari dan nektar
yang kaya u ­ ntuk lebah-lebah madu.
FOTO: TRISNO UTOMO

Saat ini Prunus cerasoides Buch-Ham. ex


D.Don ditanam di berbagai kawasan Kebun
Raya Cibodas sebagai tanaman koleksi
dan terdaftar dalam katalog tanaman 2007 Kebun Raya Cibodas telah memba­ dalam setahun, yaitu pada Januari hingga
koleksi kebun. Berjumlah 32 spesimen ngun Kebun Tematik Sakura seluas Februari dan Agustus hingga September.
yang tersebar di 15 sub vak, kehadiran 7.000 m² yang berada di lembah Cibogo. Dengan dibangunnya Kebun Tematik
Prunus cerasoides atau tanaman sakura di Di sana ditanam 435 spesimen Prunus Sakura, masyarakat atau pengunjung bisa
Kebun Raya Cibodas menjadi daya tarik cerasoides (Sakura) yang merupakan hasil menyaksikan kesemarakan bunga Sakura
tersendiri ketika sedang berbunga. Tidak perbanyakan dari Prunus cerasoides yang yang indah apabila sedang berbunga
sedikit pengunjung yang penasaran ingin dikoleksi. Sakura di Kebun Raya Cibodas secara serempak.
melihat bunga Sakura ini sehingga pada mempunyai kebiasaan berbunga dua kali Namun, pertumbuhan pembungaan

18 I SAINESIA Edisi 01/2019


FOTO: HAEKAL SIREGAR
FOTO: NAUFAL ADITYA

KEHADIRAN PRUNUS CERASOIDES


ATAU TANAMAN SAKURA DI KEBUN
RAYA CIBODAS MENJADI DAYA TARIK
TERSENDIRI

Prunus cerasoides di Kebun Raya Cibodas sampai 7 hari tergantung keadaan cuaca. daunnya terlebih dahulu sehingga mana­kala
belum maksimal seperti di Jepang yang Apabila sedang banyak turun hujan, berbunga kuntum-kuntum bunga lebih jelas
dikenal sebagai negara berjulukan Negeri kuntum bunga biasanya mudah gugur. terlihat. Setelah masa berbunga selesai,
Sakura. Hal itu sangat dipengaruhi oleh Waktu kemunculan bunga Sakura sangat maka tumbuhlah tunas-tunas baru. Tetapi
faktor iklim, sehingga bunganya tidak dipe­ngaruhi keadaan iklim, kadang-kadang kadang keluarnya bunga juga di­iringi oleh
tampil secara serempak seperti di Jepang. berbunga di awal bulan atau kadang di keluarnya tunas muda, sehingga kuntum-
Durasi mekar bunga Prunus cerasoides akhir bulan. Karakteristik Prunus cerasoides kuntum bunga tampak bercampur dengan
di Kebun Raya Cibodas berkisar antara 3 sebelum berbunga biasanya menggugurkan tunas-tunas muda. (Nanang Suryana/YA)

SAINESIA Edisi 01/2019 I 19


sains kita

Rafflesia, Bunga Endemik yang


­Terus Hidup di Kebun Raya Bogor

I
ndonesia memiliki sekitar 13 jenis
Rafflesia dari 30 jenis yang ada di
dunia. Pusat habitat Rafflesia berada
di Sumatra dengan titik sebaran
yang sangat sempit dengan jumlah
populasi yang tidak banyak. Kelangkaan
melekat pada semua jenis Rafflesia karena
sifat hidupnya secara biologis bergantung
penuh pada tumbuhan inangnya yaitu Te­
trastigma spp. serta kondisi habitat yang
spesifik. Ketergantungan yang spesifik ini
mempersempit penyebaran secara alami
sehingga semua jenis Rafflesia dikenal se­
bagai tumbuhan endemik dan langka.
Ketergantungan ini pula yang membuatnya
sulit untuk ditumbuhkan di luar habitatnya.
Kegiatan konservasi dan penelitian
tumbuhan langka khususnya Rafflesia di

FOTO: AYI DONI DARUSSALAM


Kebun Raya Bogor sudah dilakukan sejak
lama dan tidak pernah berhenti hingga kini.
Di dalam perjalanan sejarahnya, percobaan
menumbuhkan Rafflesia dimulai sejak 1850
oleh para pendahulu Kebun Raya Bogor. proses perkembangbiakan. Hanya lalat
Temuan species Rafflesia baru R. meijerii jenis tertentu saja yang dapat melakukan RAFFLESIA PATMA
(2010) dan keberhasilan menumbuhkan ex penyerbukan bunga patma. Rafflesia patma
MERUPAKAN JENIS
situ Rafflesia patma (2013) oleh staf Kebun mulai mekar hanya dalam hitungan hari,
Raya Bogor turut mewarnai perjalanan biasanya 2-3 hari saja kemudian akan layu RAFFLESIA YANG
riset Rafflesia. Hingga kini Kebun Raya dan mati. PERTAMA KALI
Bogor masih menjadi kebun raya pertama Rafflesia patma merupakan jenis DITEMUKAN PADA
di dunia yang memiliki koleksi ex situ Rafflesia yang pertama kali ditemukan pada
Rafflesia patma dan telah 13 kali mekar 1797 oleh Auguste Deschamps, seorang
1797 OLEH AUGUSTE
sejak 2010. Sebelumnya Rafflesia pernah naturalis berkebangsaan Perancis. Baru DESCHAMPS
berhasil tumbuh di Kebun Raya Bogor pada 1825 spesies itu dideskripsikan Blume
sejak 1800-an. Salah satu keberhasilan yang menjabat Deputi Direktur Pertanian
yang dicatat ialah Rafflesia patma koleksi Kebun Raya Bogor periode 1822-1826. gagasan untuk memunculkan gerakan
H. Loudon yang berbunga pada 1852. Ancaman terhadap kepunahan konservasi yang nyata. Di tingkat
Ada yang unik saat mekar sempurna, spesies akibat aktivitas manusia sangat diseminasi upaya menggalang keterlibatan
yaitu di tengah bunga patma ada lubang nyata karena Rafflesia bukan komoditas ber­bagai pihak dalam konservasi Rafflesia,
berisi seperti lempengan kulit durian yang komersial sementara pengetahuan telah dilakukan berbagai kegiatan di
mengeluarkan bau busuk dan menyengat. tentang kehidupan spesies ini masih tingkat nasional maupun internasional.
Proses penyerbukan sebagai awal bau sangat terbatas. Berangkat dari Salah satunya adalah “Forum Rafflesia dan
busuk itu berguna untuk memanggil lalat kekhawatiran akan menyusutnya habitat Amorphophalus Indonesia” (FORAMOR-
sebagai hewan penyerbuk agar terjadi dan kepunahannya, maka terbangun Indonesia) yang lahir dari International

20 I SAINESIA Edisi 01/2019


FOTO-FOTO: AYI DONI DARUSSALAM

Symposium on Indonesian Giant Flowers telah menyusun Strategi dan Rencana Aksi Proses pemahaman publik terkait
di Bengkulu pada 2015 dan pasca Konservasi Rafflesia (SRAK) sampai de­ngan Rafflesia juga terus dilakukan oleh Kebun
ditandatanganinya Deklarasi Bengkulu tahun 2025. Selain itu, Peraturan Menteri Raya Bogor. Upaya kedepan diharapkan
oleh perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. mendapatkan dukungan baik di bidang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 106/Menlhk/Setjen/KUM.1/12/2018 Tentang riset maupun non-riset. Mengingat luasnya
Kementerian Dalam Negeri, sejumlah Je­nis-­­­ ­jenis Flora dan Fauna Indonesia wilayah Indonesia, sementara habitat
universitas, lembaga riset, LSM, dan yang Dilindungi sudah pula memasukkan Rafflesia di Indonesia belum seluruhnya
swasta. FORAMOR-Indonesia merupakan semua jenis Rafflesia Indonesia sebagai terpetakan dan terdokumentasi serta
forum tumbuhan pertama di Indonesia tumbuhan yang dilindungi. Hal ini menyusul cepatnya laju ancaman kepunahan,
yang mewadahi peran multi-stakeholder keberhasilan Kebun Raya Bogor dalam sangat diperlukan kerja sama yang lebih
dalam upaya konservasi Rafflesia. melakukan konservasi ex-situ Rafflesia baik lagi dengan berbagai pihak dalam
Bersama dengan Pemerintah Provinsi patma dan ditemukannya beberapa spesies upaya konservasi Rafflesia di Indonesia.
Bengkulu, Universitas Bengkulu dan KLHK baru Rafflesia dalam sepuluh tahun ter­akhir. (Ayi Doni Darussalam, Sofi Mursidawati/YA)

SAINESIA Edisi 01/2019 I 21


inovasi

UPAYA MITIGASI BENCANA ALAM TANAH LONGSOR

LIPI WISELAND, Teknologi Nirkabel


Pemantau dan Pendeteksi Gerakan Tanah
Indonesia adalah negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang
berlimpah. Namun di balik itu semua, Indonesia juga rawan terhadap berbagai bencana alam. Kondisi
topografi Indonesia yang sebagian besar memiliki kontur pegunungan dan berupa dataran tinggi di
Ring of Fire, juga menjadikan Indonesia sebagai wilayah rawan akan bencana longsor (landslides).

B
erdasarkan data dari Badan
DOK.LIPI

Nasional Penanggu­langan
Bencana, selama tahun
2018 kemarin, telah terjadi
473 kali bencana tanah
longsor di seluruh Indonesia. Sebagian
besar terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jawa
Tengah (150 lokasi), Jawa Barat (119 lokasi),
dan Jawa Timur (89 lokasi). Selanjutnya,
Pulau Sumatra dan Pulau Sulawesi sebagai
wilayah yang memiliki jumlah kejadian
tanah longsor yang cukup banyak.
Gerakan massa tanah (soil mass
movement) yang lebih dikenal dengan
longsoran sebenarnya merupakan
proses alamiah yang menjadi bagian dari
Dr. Adrin Tohari
perubahan dinamik suatu bentang alam.
Namun, longsoran baru dikategorikan teknologi mitigasi tanah longsor. Hal inilah
sebagai bencana apabila longsoran yang mendasari Dr. Adrin Tohari, atau akrab
tersebut terjadi di daerah yang dihuni oleh disapa Dr. Adrin, seorang peneliti di Pusat
manusia. Bencana alam tanah longsor yang Penelitian Geoteknologi - Lembaga Ilmu
banyak terjadi di Indonesia merupakan Pengetahuan Indonesia (LIPI), meneliti dan
salah satu jenis gerakan massa tanah yang mengembang­kan instru­mentasi pemantau
terjadi pada lereng-lereng alam. gerakan tanah atau tanah longsor.
Bencana tanah longsor sering kali Bekerja sama dengan Pusat Penelitian
terjadi dan belum dapat diprediksi dengan Fisika LIPI, Dr. Adrin mengembangkan
tepat. Untuk itu, upaya pengurangan sebuah sistem pemantauan gerakan tanah
risiko bencana alam sangat penting untuk berbasis jejaring sensor nirkabel untuk
dilakukan dengan tepat dan efektif. mendeteksi gerakan tanah. Perangkat
Upaya pengu­rangan risiko bencana antara sistem yang bernama LIPI WISELAND atau
lain dapat dilakukan dengan edukasi Wireless Sensor Network for Landslide
masyarakat, pembangunan sistem Monitoring, mampu memantau pergerakan
pemantauan waktu nyata, dan penerapan dari tanah dengan menggunakan jaringan

22 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Selama 2018, telah terjadi 473
kali bencana tanah longsor
PXHERE.COM

di seluruh Indonesia.

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 23


inovasi

(wire extensometer) untuk mengukur

DOK.LIPI
pergerakan lereng dengan memantau
perubahan besaran retakan di permukaan
lereng, sensor kadar air dan tekanan air
pori tanah, alat takar hujan serta sistem
peringatan berupa lampu rotary dan
sirine,” ujar peneliti yang menyelesaikan
pendidikan master dan doktornya di bidang
Geoteknik di Okayama University, Jepang.
Teknologi ini dapat digunakan untuk
memantau bahaya gerakan tanah dalam
maupun dangkal, baik pada lereng alami,
potongan maupun timbunan. “Jenis-jenis
sensor yang dipasang di lokasi potensi
longsor akan bergantung pada jenis tanah
Skematik longsor. Untuk tanah longsor dangkal tipe
LIPI WISELAND luncuran, jenis sensor yang digunakan
adalah alat takar hujan, sensor kadar
sensor nirkabel berbasis Xbee-Pro dengan belum terintegrasi satu sama lainnya. Baru air, wire extensometer atau tiltmeter.
kemampuan jangkauan komunikasi pada tahun 2015, Dr. Adrin mencetuskan Sedangkan untuk longsoran dalam, jenis
maksimum sejauh 1.5 – 3.2 km, sehingga ide untuk mengintegrasikan semua sensor sensor yang digunakan adalah sensor
setiap modul sensor terhubung satu pemantauan pergerakan lereng dan sensor tekanan air tanah, wire extensometer dan
dengan yang lain dan terhubung langsung modul untuk memantau kondisi hidrologi tiltmeter,” Dr. Adrin menjelaskan.
dengan gateway yang dapat memberikan lereng dalam suatu sistem pemantauan Secara ringkas, Dr. Adrin menjelaskan
gambaran atau deteksi longsoran tanah. gerakan tanah berbasis jeja­ ring sensor bahwa sistem kerja LIPI WISELAND terbagi
LIPI WISELAND akan merekam dan nirkabel. Kemudian, penelitian mulai fokus dalam beberapa proses tahapan. Langkah
me­ngirimkan data perubahan kondisi untuk mengintegrasikan sebuah sistem pertama yang dilakukan adalah de­ ngan
hidrologi dan pergerakan lereng di daerah yang terpadu agar semua sensor bisa memasang sejumlah sensor di daerah
potensi tanah longsor secara real-time. mengirimkan data atau pesan ke gateway, rawan longsor. Sensor tiltmeter yang untuk
lalu mengirimkan data ke server. mengukur kemiringan lereng, jika lereng
Skematik LIPI WISELAND “Secara umum, LIPI WISELAND tanah bergerak maka sudut kemiringan
Dr. Adrin menjelaskan tujuan dari terdiri dari gateway yang berfungsi untuk akan berubah. Untuk memantau keretakan
pengembangan LIPI WISELAND adalah menerima, menyimpan dan mengirikan data di permukaan lereng dipasang wire
untuk menyediakan teknologi pemantauan hasil pemantauan ke server, tiltmeter yang extensometer. Jika muncul keretakan, maka
gerakan tanah yang lebih efektif dan berfungsi untuk mendeteksi pergerakan wire extensometer akan tertarik sehingga
andal dalam memantau dan memberikan lereng berdasarkan pengukuran perubahan laju perubahan retakan akan terpantau.
peringatan dini dari ancaman berbagai jenis kemiringan lereng, kabel extenso­meter Selain itu, dipasang juga modul sensor yang
ge­rakan tanah (longsor) di daerah yang luas. akan terhubung dengan sensor yang akan
DOK.LIPI

Pemasangan
Alat pemantau gerakan tanah WISELAND meng­ukur perubahan kadar air dan tinggi
mulanya telah dikembangkan oleh Pusat muka air tanah di dalam lereng.
Penelitian Fisika LIPI pada tahun 2009. Ketika hujan lebat, maka sensor-sensor
Tapi saat itu penelitian hanya fokus kadar air dan tekanan air tanah akan mere­
pada pengembangan jenis sensor untuk kam kenaikan kondisi kadar air tanah atau
mengukur pergerak­ an lereng, yaitu kenaikan muka air tanah di dalam lereng
extensometer untuk mengukur pergerakan dan mengirimkannya ke gateway. Ketika
kaki lereng dan tiltmeter untuk mengukur kenaikan ini mendekati nilai ambang batas,
kemiringan lereng. Kedua alat tersebut maka peringatan dini terhadap potensi
masih terhubung de­ngan kabel sehingga tanah longsor dapat diberikan kepada
cukup sulit dalam hal pemasangan, masyarakat oleh Badan Penanggulangan
terutama di daerah terpencil, dan dirasa Bencana Daerah (BPBD) atau instansi yang
kurang efektif karena kedua alat tersebut berwenang untuk melakukan evakuasi dini.

24 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Secara real-time, wire extensometer atau
LIPI WISELAND
tiltmeter akan merekam dan mengirimkan tipe mobile
data peningkatan pergerakan lereng atau

DOK.LIPI
perubahan kemiringan lereng ke gateway.
Apabila nilai pergerakan lereng atau
perubahan kemiringan lereng mendekati
nilai ambang batas, maka peringatan
awas bahaya tanah longsor akan diberikan
kepada masyarakat untuk segera menjauhi
daerah risiko longsor tersebut.

Pemasangan LIPI WISELAND


Di Indonesia, LIPI WISELAND merupakan
teknologi pemantauan tanah longsor
pertama yang berbasis jaringan sensor
nirkabel. Teknologi pendeteksi longsor
sudah dikembangkan di beberapa negara,
namun LIPI WISELAND memiliki keunggulan
tersendiri. “LIPI WISELAND menyajikan
data dalam waktu nyata, multi-sensor
module yang masing-masing modulnya
menggunakan tenaga panel surya dan LIPI WISELAND tipe mobile kebutuhan teknologi mitigasi longsor
ba­terai lithium sehingga menjadi lebih Hingga kini, LIPI WISELAND tipe stationery dalam nege­ri yang murah dan efektif serta
ekonomis, dapat digunakan untuk berbagai telah diaplikasikan dan dipasang di praktis. Dr. Adrin berharap LIPI WISELAND
jenis longsor, serta mampu menjangkau tiga lokasi rawan tanah longsor, yaitu dapat digunakan oleh pemerintah pusat
daerah pemantauan yang luas berdasarkan di Kampung Sidamukti dan Kampung dan daerah sebagai salah satu sistem
jeja­ring sensor,” ungkap Dr. Adrin. Babakan Salam, Desa Pangalengan, pemantauan bahaya tanah longsor untuk
Dalam kesempatan yang sama Dr. Kecamatan Pangalengan Kabupaten mendukung sistem peringatan dini dari
Adrin menyebutkan bahwa LIPI WISELAND Bandung, Jawa Barat, Jembatan Cisomang bahaya tanah longsor di Indonesia.
juga sangat praktis karena alat tersebut tepatnya di ruas tol Cipularang KM “Dengan adanya teknologi LIPI
dapat menjangkau daerah yang luas yang 100+800 arah Jakarta di Desa Darangdan, WISELAND, masyarakat yang berada di
dapat diakses melalui jaringan lokal dan Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dan wilayah rawan bencana longsor dapat
global dengan menggunakan kabel LAN, di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, melakukan evakuasi dini ketika bencana
WLAN, dan mobile 3G. Terlebih, kini LIPI Kabupaten Banjar­negara, Jawa Tengah. tanah longsor terjadi. Diharapkan dengan
WISELAND telah dikembangkan dalam dua Banyak suka-duka yang dirasakan adanya sistem peringatan dini dapat
tipe, yakni stationery dan mobile. Selain Dr. Adrin dan tim dalam melakukan meminimalisir korban jiwa akibat bencana
itu, sistem pemantauan tanah longsor penelitian LIPI WISELAND ini. “Sulit untuk tanah longsor”, tutup Dr. Adrin.
ini juga bermanfaat untuk meminimalisir mendapatkan beberapa komponen Berada di daerah rawan bencana
risiko bencana tanah longsor karena data elektronik utama untuk setiap sensor, memang mengharuskan masyarakat
pemantauan ancaman tanah longsor beberapa harus dibeli di luar negeri, seperti Indonesia untuk bersahabat dan mengenali
ini bisa diakses secara daring melalui modul komunikasi nirkabel Xbee-Pro, wire alam tempat tinggalnya. Upaya mitigasi terus
situs WISELAND. Di samping itu, LIPI potensiometer, mini solar panel. Sehingga digalakkan pemerintah agar masyarakat
WISELAND tipe mobile dirancang untuk pembuatan komponen LIPI WISELAND waspada dan mampu menyelamatkan
monitoring di lokasi (onsite) serta waktu sangat bergantung pengadaan komponen dirinya sendiri dan keluarga ketika terjadi
yang relatif singkat, misalnya untuk elektronik dari luar negeri,” kisahnya. bencana alam. LIPI sebagai institusi yang
memonitor ancaman tanah longsor Kecintaannya pada negara dan ilmu memiliki otoritas ilmiah pun berkomitmen
susulan selama proses tanggap darurat, pengetahuanlah yang membuat Dr. Adrin untuk terus berkontribusi dan berperan aktif
sehingga perangkat ini dapat memberikan beserta tim tetap bersemangat melakukan dalam upaya mitigasi dan penanggulangan
peringatan dini secara akurat kepada tim penelitian. Teknologi LIPI WISELAND ini bencana alam, agar masyarakat tidak lagi
SAR yang sedang melakukan pencarian disebutkan Dr. Adrin sebagai kontribusi risau dan lebih siap menghadapi ancaman
korban di lokasi bencana. IPTEK dari LIPI untuk menjawab bencana alam. (Dian Din Yati/YA)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 25


milenial & sains

FOTO: DYAH ARUM


Menuju PIRN 2019
di Banyuwangi
Beri aku 1.000 orang tua, niscaya kucabut yang nyata dengan semakin banyak sekolah di Indonesia
menanamkan kegiatan penelitian siswa sebagai salah satu
Semeru dari akarnya. Beri aku 10 kegiatan ekstra­kurikuler bahkan ada dalam kurikulum pelajaran

pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.” sekolah. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia semakin
apresiatif terhadap kegiatan penelitian remaja. Popularitas
—Soekarno (Bung Karno) penelitian remaja di Indonesia semakin meningkat dengan
semakin berkembangnya pembinaan-pembinaan maupun
kompetisi-kompetisi ilmiah di Indonesia baik yang dilakukan
oleh instansi pemerintah maupun industri kreatif.
Prolog
Dewasa ini keberadaan remaja sebagai bonus demografi LIPI dan PIRN
Indonesia menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai lembaga
bangsa dalam memenangkan persaingan global. Kaum muda pemerintah non-kementerian yang melaksanakan tugas di bidang
yang lebih popular dengan istilah generasi millenial ini makin ilmu pengetahuan dan penelitian telah melakukan pembinaan
hari makin mendapatkan pengakuan bahwa mereka mempunyai remaja yang terus menerus dikembangkan melalui perbaikan layan­
energi dan ide-ide untuk mengubah dunia. Ucapan sang an dan inovasi. Bentuk kepedulian dan tanggung jawab pemerin­
Proklamator, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan tah terhadap pengembangan kesadaran ilmiah di masyarakat
dunia” masih terasa relevan meski untuk konteks zaman now Indonesia, dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembang­
sekalipun. Eksistensi mereka semakin menunjukkan hasil an zaman. Langkah pertama yang paling efektif dalam rangkaian

26 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


pembinaan generasi muda oleh LIPI adalah Penyelenggaraan PIRN
Perkemahan Ilmiah Remaja (PIR). Dalam kegiatan
Penyelenggaraan TAHUN TEMPAT
PIR ini, para remaja langsung dibimbing dalam
PIRN I 2001 Kebun Raya Candi Kuning, Tabanan Bali
pelaksanaan penelitian dan diarahkan untuk
menanamkan sikap dan perilaku scientific minded, PIRN II 2002 Malino, Sulawesi Selatan
scientific curiosity, dan scientific approach. PIRN III 2004 Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
Bimbingan yang diberikan bertujuan untuk PIRN IV 2005 Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat
menumbuhkan kemandirian, dalam mencari PIRN V 2006 Mojokerto, Jawa Timur
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi PIRN VI 2007 Jepara, Jawa Tengah.
dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih saat ini,
PIRN VII 2008 Tulungagung, Jawa Timur
budaya meneliti di kalangan remaja Indonesia
PIRN VIII 2009 Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
bukanlah sesuatu yang aneh di telinga mereka.
Tanpa disadari, kegiatan penelitian telah PIRN IX 2010 Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung

berkembang di sekolah-sekolah, meneliti telah PIRN X 2011 Jombang, Jawa Timur


menjadi sebuah kebutuhan bagi remaja dalam PIRN XI 2012 Bontang, Kalimantan Timur
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi PIRN XII 2013 Boyolali, Jawa Tengah
yang telah mereka pelajari terhadap masalah-
PIRN XIII 2014 Wakatobi, Sulawesi Tenggara
masalah di lingkungan sekitar.
PIRN XIV 2015 Tasikmalaya, Jawa Barat
Perkembangan budaya meneliti di Indonesia
didukung oleh atmosfer perkembangan Kelompok PIRN XV 2016 Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu
Ilmiah Remaja (KIR), kompetisi ilmiah baik yang PIRN XVI 2017 Kota Aceh Besar, Provinsi Aceh
dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta PIRN XVII 2018 Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
serta penyelenggaraan workshop maupun PIRN XVIII 2019 Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
pelatihan semacam penulisan karya ilmiah.
Kegiatan PIR yang dilakukan oleh LIPI dilaksanakan dalam ruang Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) dilakukan dengan mengundang
lingkup regional dan nasional. PIR Regional merupakan bentuk kerja remaja SMP-SMA/sederajat di seluruh wilayah Indonesia.
sama dengan pemerintah daerah/instansi/lembaga setempat guna Adapun tujuan PIRN adalah: 1) Melatih remaja melaksanakan
mengadakan pelatihan metodologi ilmiah bagi remaja SMP-SMA/ penelitian ilmiah yang terkait dengan lingkungan sekitarnya;
Sederajat yang ada dalam satu wilayah. Sedangkan, Perkemahan 2) Menggali potensi putra-putri daerah di bidang iptek sebagai
FOTO: SUZAN LESMANA

Instruktur dan Siswa SD menikmati hasil praktik


olahan Susu, Yoghurt dan Keju.

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 27


milenial & sains

Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN )

­ uman investment untuk mengisi pembangunan daerah di masa


h
mendatang; 3) Meningkatkan kesadaran akan pemanfaatan iptek
terhadap pengelolaan dan pemecahan masalah di lingkungan
sekitar; 4) Membina koordinasi dan jaringan antarremaja/sekolah/
instansi pemerintah dan swasta guna membangun kerja sama
yang berkesinambungan.
PIRN merupakan adalah bentuk kegiatan kerja sama LIPI dengan
pemerintah daerah, instansi lokal, media massa, maupun pihak-
pihak yang memiliki kepedulian dan tujuan untuk mengembangkan
budaya penelitian bagi remaja. Kegiatan ini sejalan de­ ngan
kebijakan pemerintah yang berusaha memperkuat Gerakan Literasi,
khususnya literasi sains. Wawasan para remaja diperluas melalui
pengayaan oleh para ilmuwan pada awal kegiatan. Kemudian para
peserta PIRN dibekali dengan teori tentang metodologi penelitian
dan penulisan hasil penelitian sebelum mereka terjun langsung di
lapangan untuk melakukan penelitian. Selanjutnya para peserta
mempresentasikan karya ilmiahnya.

Sejarah Penyelenggaraan PIRN


Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) adalah kegiatan
FOTO: SUZAN LESMANA

pembinaan ilmiah remaja yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu


Penge­tahuan Indonesia (LIPI) sejak tahun 2001. PIRN merupakan
suatu bentuk kegiatan ilmiah di lapangan terbuka yang berorientasi
pada penelitian yang mencakup bidang ilmu pengetahuan sosial, ilmu menyelenggarakan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN)
pe­ngetahuan alam, dan ilmu pengetahuan teknik (teknik rekayasa). XVIII Tahun 2019 pada 23-29 Juni 2019 bertempat di SMAN 1 Giri
Banyuwangi dan SMKN 1 Banyuwangi.
PIRN XVIII Banyuwangi Kegiatan PIRN XVIII Banyuwangi merupakan kegiatan
Tahun ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pembinaan ilmiah yang diikuti oleh 1.000 peserta yang terdiri dari
bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Banyuwangi ­pelajar setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Mene­

28 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Siswa SD
Banyuwangi
merakit robot

FOTO: SUZAN LESMANA


bersama guru
pembimbing.

ngah Kejuruan (SMK)/sederajat, Sekolah Menengah Pertama pembelajaran di kelas, pengumpulan data lapangan, penyusunan
(SMP)/se­ derajat, dan siswa Sekolah Dasar(SD)/sederajat dari karya tulis ilmiah, hingga simulasi presentasi karya tulis ilmiah.
seluruh Indonesia beserta guru pembimbing tingkat SMA-SMK/ Selain itu para peserta juga mendapatkan pelatihan robotik serta
se­derajat dari seluruh Indonesia. Materi pelatih­an terbagi dalam pembuatan olahan susu sapi.
tiga bidang yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Pada acara tersebut, Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf
Sosial dan Ke­manusiaan serta Ilmu Pe­ngetahuan Teknik (Teknik Widyatmoko, mengapresiasi kepada LIPI yang menjadikan
Rekayasa) dan khusus tingkat SD ada materi merakit robot yang Banyuwangi sebagai tuan rumah PIRN untuk tahun ini. “Selain
disampaikan oleh para peneliti LIPI. itu kegiatan ini juga sangat membantu para siswa dan guru untuk
Pelatihan ini melibatkan komunikasi dan interaksi kedua menjadi tuan rumah yang baik saat penyelenggaraan PIRN,”
belah pihak. Selain mendapatkan teori, peserta juga melakukan jelasnya. Sementara Kepala Bagian Humas dan Informasi Publik
penelitian lapangan yang disesuaikan dengan karakteristik sumber LIPI, Dwie Irmawaty Gultom menjelaskan keikutsertaan siswa SD
daya alam maupun lingkungan sosial di daerah Banyuwangi. dalam PIRN adalah sejarah yang ditorehkan Banyuwangi.
Kegiatan penelitian dibagi menjadi beberapa titik dan objek yang Selain pembinaan ilmiah, para guru juga mendapat materi
sesuai dengan tema penelitian peserta. Proses penelitian dapat pengenalan konsep belajar di era milenial yang membuat peserta
berupa interaksi dengan masyarakat sekitar, pengamatan kondisi menjadi semangat, terhibur dan tidak bosan. “Hal ini agar materi
dan geografis alam, kondisi lingkungan sosial masyarakat maupun sains yang diberikan menjadi terasa asyik dan seru karena dikemas
proses pembuatan alat yang dapat mempermudah kehidupan. dengan konsep edutainment yang disukai para siswa,” jelas Irma.
Sebagai pemanasan atau kegiatan pendahuluan, pemerintah Yel-yel penyemangat pun ditelurkan secara spontan pada kegiatan
daerah Kabupaten Banyuwangi bersama LIPI menginisiasi kali ini yang diikuti dan diucapkan sangat antusias oleh siswa-siswi
kegiatan pembinaan ilmiah kepada siswa SD hingga SMA dan SD se-Banyuwangi, “Ge­nerasi Sains Banyuwangi! Cerdas, Kreatif,
guru di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur selama lima hari dari Inovatif! Jenggirat tangi! Yes! Jenggirat tangi! Yes!” semangat dan
tanggal 22 sampai dengan 26 Februari 2019. Para pelajar dan guru selamat Banyuwangi, sampai berjumpa di PIRN XVIII 23-30 Juni 2019!
mendapatkan pembinaan ilmiah dari peneliti-peneliti LIPI melalui (Suzan Lesmana/YA)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 29


eksplorasi krakatau

Litografi letusan gunungKrakatau,Wikipedia.

30 I SAINESIA Edisi 01/2019


Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo.

Krakatau:

Laboratorium Suksesi
Hutan Tropis
“Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula
goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian
datang badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan
seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir
ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, Pulau Jawa
terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatra.”
Catatan dalam naskah Jawa kuno, Pustaka Raja Parwa, yang diperkirakan ditulis pada awal abad ke-5 M.

SAINESIA Edisi 01/2019 I 31


eksplorasi krakatau

FOTO: DOK. PROF. TUKIRIN


Prof. Tukirin sedang mengukur
batang Ficus fulva.
FOTO: DOK. PROF. TUKIRIN

FOTO: DOK. PROF. TUKIRIN

Pemandangan di lereng sebelah timur


Anak Krakatau. mendekati puncak Anak Krakatau.

A
hli Geologi Belanda, api yaitu Danan dan Perbuwatan. kaldera bawah laut selebar 7 kilometer dan
Berend George Escher, Keduanya ­menyatu dengan Pulau Rakata kedalaman 250 meter. Pada tahun 1927, di
menyimpulkan bahwa menghasilkan nama baru, yaitu Pulau tengah kaldera Krakatau, muncul gunung
Gunung Batuwara yang Rakata (Krakatau baru) yang meletus api yang diberi nama Anak Krakatau yang
disebut tersebut adalah pada 26-27 Agustus 1883 dengan kekuatan masih aktif dan terus tumbuh hingga
Gunung Krakatau Purba. Letusan gunung magnitude 6 skala volcanic explosivity saat ini telah mencapai ketinggian 300-an
purba tersebut lalu menyisakan tiga pulau index menimbulkan tsunami yang meter di atas permukaan laut. Tsunami
yaitu Rakata, Panjang, dan Sertung. menyapu ratusan kampung di Banten yang melanda pesisir Banten dan Lampung
Sampai 1800-an, di tengah ketiga dan Lampung lalu menewaskan 36.417 pada 22 Desember 2018 lalu diduga akibat
pulau tersebut muncul dua pulau gunung orang. Letusan tersebut juga menyisakan runtuhnya 2/3 bagian gunung ini.

32 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Material dari aliran lava letusan FOTO: DOK. PROF. TUKIRIN

Krakatau yang sudah sedikit


tertimbun abu vulkani.

Berada di jalur gempa paling aktif di menyebar dan menutupi ujung barat mempelajari awal mula pembentukan
dunia, Pacific Ring of Fire, letusan Gunung Jawa dan selatan Sumatra hingga ratusan ekosistem pulau dan komunitas hutan tropik.
Krakatau pada Agustus 1883 silam telah kilometer dan menyebabkan kegelapan. Suksesi (proses perubahan ekosistem dalam
membangunkan dunia. Sebanyak 36 Erupsi ini juga memengaruhi iklim dan kurun waktu tertentu ke arah lingkungan yang
ribu orang meninggal karena luka bakar menurunkan s­ uhu dunia. lebih teratur dan stabil) di wilayah Krakatau
dari letusan gunung api serta terjangan Meski demikian, letusan demi letusan terlihat dan terdokumentasikan dengan
tsunami yang mencapai 35 meter. yang menghancurkan tersebut adalah baik. Jenis tumbuhan seperti kelompok
Bongkahan terumbu karang seberat 600 awal dari sebuah kehidupan yang telah lumut dan paku-pakuan membentuk padang
ton terangkat sampai ke permukaan. mengantarkan gugusan pulau-pulau kecil rumput hingga puluhan tahun. Pepohonan
Materi yang dikeluarkan oleh Krakatau tersebut sebagai tempat ideal untuk mulai tumbuh membentuk semak belukar

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 33


eksplorasi krakatau

di padang ilalang (Imerata cylindrica) dan yang ditumbuhi tanaman seperti keben dalam proses suksesi ada penggantian
glagah (Saccharum spontaneum) yang lalu (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia dari kelompok rerumputan ke kelompok
membentuk vegetasi pantai. Kehadiran catappa), cemara laut (Casuarina), dan pepohonan seperti Ficus (bangsa ara),
burung dan kelelawar pemakan buah yang katang-katang (Ipomoea pescaprae). Begitu kedoya (Dysocylium gaudichaydianum),
membawa biji dari berbagai tumbuhan juga jenis rerumputan, harendong, alang- cangcaratan (Neonauclea calycina), dll. ­Balai
membuat vegetasi di wilayah ini semakin alang, dan gelagah. Profesor botani dari Konservasi Sumber Daya Alam (­BKSDA)
berkembang. Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Lampung mencatat setidak­ nya ada 257
Penelitian Anak Krakatau pada 1927 Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. jenis tumbuhan berbiji, 206 jamur, 61 paku-­
menyatakan, ada daratan permanen Tukirin Partomihardjo, mengatakan b ­ ahwa pakuan, dan 13 lumut p ­erak. Sedangkan

34 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Prof. Tukirin sedang mengamati semai
Casuarina yang berkembang pada
lereng puncak pertama.

FOTO-FOTO: DOK. PROF. TUKIRIN

Prof. Tukirin di sisi Krakatau


Tumbuhan yang berkembang setelah
sebelah timur menuju puncak.
lahirnya Anak Krakatau pada 1927.

BALAI KONSERVASI fauna di Krakatau terdiri dari tikus, keinginan untuk menikmati keindangan
SUMBER DAYA ALAM kelelawar, reptile (biawak dan ular), dan 40 panorama alam yang tersajikan juga
LAMPUNG MENCATAT jenis burung seperti alap­-alap m
­ acan, bubut dibarengi ­
dengan rasa ingin tahu untuk
­alang-alang, dan burung madu s­ riganti. tidak melupakan ­ sejarah dan fakta
SETIDAK­NYA ADA 257
Keindahan alam yang ada di Gunung bahwa Indonesia berada di negeri rawan
JENIS TUMBUHAN Anak Krakatau, dan gunung api lainnya bencana sehingga setiap masyarakat
BERBIJI, 206 JAMUR, 61 di Nusantara, telah mengundang tetap selalu sadar dan menjaga budaya
PAKU-PAKUAN, DAN 13 rasa ingin tahu para wisatawan untuk kesiapsiagaannya t­ erhadap bencana.
LUMUT PERAK. mendatanginya. Namun, sudah seharusnya (Nasrullah/RW)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 35


tahukah kamu

Transformasi
Tak Boleh Setengah Hati
Instansi pemerintahan terus berbenah. Reformasi birokrasi
menjadi konsep yang mengakselerasi perbaikan pelayanan
publik berbagai instansi pemerintah. Di dalam ‘Birokrasi’,
­sesungguhnya mengandung makna bahwa negara hadir
dalam proses tata kelola, mengatur dan menjamin hajat hidup
orang banyak. Birokrasi sebagai penentu dalam pengelolaan
kebijakan dan pelayanan publik.

D
alam proses pembenahan tata tersebut dapat dilihat dalam pemetaan
kelola organisasi, dibutuhkan reformasi birokrasi LIPI 2015-2019. Peta
serangkaian upaya dan strategi tersebut dikembangkan dari
persiapan manajerial. agenda penyempurnaan dan peningkatan
Instansi pemerintah tidak kualitas Reformasi Birokrasi Nasional
bisa menghindari perubahan dalam era (RBN) sesuai dengan amanat Rencana
reformasi birokrasi. Salah satu bentuknya Pembangunan jangka Menengah Nasional
adalah reorganisasi, yaitu penataan (RPJMN) 2015-2019.
ulang struktur organisasi dalam tulisan ini Reorganisasi LIPI sendiri dianggap
berfokus pada instansi pemerintah. se­bagai langkah strategis yang meliputi
Reorganisasi belakangan ini menjadi pembenahan manajemen internal, dan
kata yang cukup terdengar familiar, percepatan peningkatan kapasitas dan
khususnya di lingkungan instansi kompetensi sumber daya manusia.
pemerintah. Reorganisasi atau menata Pembenahan manajemen internal LIPI juga
ulang sebuah organi­sasi tidaklah dilakukan melalui perekrutan diaspora
mudah. Butuh rencana yang terstruktur, secara masif.
pertimbangan yang matang, dan tentu saja Reorganisasi di LIPI adalah langkah yang
dukungan banyak pihak. fundamental bagi masa depan organi­sasi.
Salah satu instansi pemerintah yang Sebagai lembaga penelitian pemerintah
melakukan reorganisasi adalah Lembaga Ilmu yang pertama, terbesar, dan terlengkap,
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tantangan LIPI dituntut untuk harus mampu bersaing
proses reorganisasi yang dilakukan mulai di tingkat global. Era revolusi industri 4.0
dirasakan sejak awal 2019 lalu. dan society 5.0 juga menuntut LIPI u ­ ntuk
Sebenarnya, kebijakan mereorganisasi mengambil kebijakan-kebijakan strate­
sistem kepegawaian di internal LIPI sudah gis yang berorientasi pada kualitas hasil
dicanangkan sejak empat tahun lalu. Hal penelitian. Kualitas hasil penelitian tersebut

36 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


FOTO: IRWAN CITRA JAYA

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 37


tahukah kamu

berubah secara signifikan jika akan tetap


FOTO: IRWAN CITRA JAYA

menempatkan diri sebagai komponen yang


fungsional dalam masyarakat modern.
Transformasi yang dilakukan LIPI
merupakan contoh proses perubahan
yang signifikan dari sebuah lembaga riset
pemerintah. LIPI bertekad menjadi lembaga
riset berkelas dunia, yang lebih banyak
memberi kontribusi nyata untuk publik.
Proses reorganisasi sudah pasti
berpengaruh pada kondisi internal lembaga.
Kasus yang paling banyak menjadi perhatian
publik internal LIPI adalah perihal redistribusi
pegawai. Ada beragam permasalahan yang
dialami oleh pegawai yang terkena dampak
redistribusi. Namun, upaya menangani kasus
per kasus terus dilakukan, salah satunya
dengan membuka jalan komunikasi.
Fenomena redistribusi pegawai
diterima sivitas dengan berbagai respon.
Ada yang merasa diuntungkan, ada yang
Laksana Tri Handoko biasa saja, dan ada pula yang merasa
dirugikan. Masa transisi merupakan masa
tidak lepas dari tata kelola kepegawaian tinggi dari pelaksana atau fungsional umum. dimana ba­nyak disrupsi terjadi, khususnya
di internal LIPI. Setelah meng­ alami Ketiga, mendapatkan tunjangan jabatan lebih disrupsi informasi. Namun, seperti yang
reorganisasi, kualitas dan kuantitas riset besar dibanding jabatan pelaksana. Keempat, disinggung di awal artikel ini, upaya LIPI
yang dihasilkan LIPI diharapkan menjadi tetap memiliki kesempatan untuk menjadi melakukan pembenahan pada manajemen
lebih baik dan relevan dengan kebutuhan pejabat pimpinan tinggi, administrator, atau internalnya bertujuan mempercepat
publik untuk jangka panjang. pengawas. Kelima, bekerja professional, peningkatan kapasitas dan kompetensi
Berdasarkan data yang dirilis LIPI dalam sesuai dengan kefokusan pada bidang sumber daya manusia.
siaran pers, dari 4.500 pegawai, lebih kurang pekerjaan tertentu yang dipilihnya. Transformasi atau proses perubahan
2.500 pegawai di LIPI bekerja sebagai Keuntungan tersebut juga dapat menjadikan adalah hal biasa, walaupun dalam
administratur. Artinya, terhitung 60% PNS dengan JFT sebagai akselerator perjalanannya kerap menimbulkan pro dan
pegawai LIPI adalah tenaga administrasi ­organisasi dalam mencapai tujuan. kontra. Komunikasi menjadi hal terpenting
pendukung, bukan peneliti. Tantang­ an bagi semua pihak. Tidak ketinggalan,
yang terjadi di pusat-pusat penelitian pada Transformasi kepercayaan publik internal terhadap
umumnya sama, yaitu beban pekerjaan Sebuah artikel dalam Buletin Psikologi, pimpinan adalah hal yang perlu dipelihara
administratif bagi para peneliti. Volume 14 Nomor 2, Desember 2006 dengan baik, agar proses transformasi
Selain peneliti, ada banyak jenis yang ditulis oleh Ambar Widaningrum berjalan lancar dan minim konflik.
jabatan fungsional lainnya di LIPI. Saat mengemukakan bahwa birokrasi memiliki Tidak hanya kepada internal, LIPI
ini, pegawai negeri sipil disarankan untuk kelemahan. Artikel tersebut juga mengutip juga melakukan penguatan kepada pihak
memiliki jabatan fungsional tertentu (JFT). pendapat ahli (Dale 1978:4) bahwa eksternal. LIPI berkolaborasi dengan mitra
Alasannya, saat ini pemerintah menerapkan birokrasi memiliki berbagai kesulitan dalam dari dalam dan luar negeri, melakukan
konsep penataan struktur organisasi menghadapi per­ ubahan, dan kalau toh peningkatan peran LIPI sebagai penyedia
menjadi “miskin struktur kaya fungsi”. berubah, perubahan tersebut sangat pelan. infrastruktur penelitian nasional. LIPI
Sayangnya, selama ini masih banyak yang Karena sangat resist dengan perubahan, juga berperan sebagai wadah kolaborasi
menilai bahwa menjadi pejabat fungsional situasi seperti tadi tidak menantang untuk aktifitas kreatif berbasis iptek, yang
tidaklah menarik. Padahal, setidak­nya ada 5 individu‐individu di dalamnya untuk terbuka bagi semua kalangan. Langkah-
keuntungan yang bisa didapat jika menjadi membuat perubah­ an‐perubahan yang langkah penguatan kelembagaan LIPI
pejabat fungsional tertentu. Pertama, konstruktif. Oleh karena itu, Warren G. tersebut membuktikan bahwa menjalani
berpeluang untuk naik pangkat lebih cepat. Bennis (1976:43) percaya bahwa birokrasi proses transformasi tidak bisa dilakukan
Kedua, memiliki kelas jabatan yang lebih sebagaimana dicirikan oleh Weber harus dengan setengah hati. (Dyah Rachmawati Sugiyanto)

38 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


CERVIX-Kit
Diagnostik Generasi Terbaru

Dwi Wulandari, S.Si, M. Biotech,


salah satu peneliti CERVIX-Kit Diagnostic

Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan salah satu dari dua besar kan­ker yang menyebabkan
kematian tertinggi pada kaum wanita di samping kanker payudara. Kanker ini disebabkan oleh
Human Papi­llomavirus (HPV) dan ditularkan melalui hubungan seksual atau mekanisme lain yang
memungkinkan terjadinya mucosal contact dan infeksi HPV.

T
ercatat hampir 50 persen dari kecokelatan), serta sakit atau rasa nyeri urine, dapat diguna­kan juga oleh pria, serta
wanita dan pria yang aktif secara di bagian panggul pada saat atau setelah dikembangkan dari sumberdaya lokal yang
seksual pernah terinfeksi HPV terjadinya hubungan intim. menggunakan tipe HPV prevalensi tinggi di
selama hidupnya dan diketahui Salah satu teknik yang dapat dilakukan Indonesia.
terdapat lebih dari 100 tipe HPV yang adalah metode Pap Smear. Namun, metode
terindetifikasi. Dari 100 tipe ini, ada sekitar ini memiliki kekurangan yaitu hanya dapat Rangkaian CERVIX-Kit Diagnostik
13 tipe yang menyebabkan condyloma mendeteksi pasca terjadinya kanker serviks CERVIX-Kit Diagnostik menggunakan
(kutil kelamin) dan 12 tipe menyebabkan serta hanya dapat dilakukan oleh ahli patologi tek­nik yang berbasis PCR (Polymerase Chain
kanker serviks. Kanker serviks merupakan dengan tingkat subyektivitas yang tinggi. Reaction) yang dapat menggunakan sampel
silent killer, karena tidak ada gejala yang Untuk itu, salah satu tim peneliti yang ada klinis yang berasal dari berbagai sumber
khas pada awal terjadinya infeksi dari di Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI dengan di antaranya dengan urine yang tidak
virus HPV, serta dapat menginfeksi kaum pincipal investigator Dr. Sukma Nuswantara menimbulkan trauma bagi pasien diban­
pria. Adapun gejala-gejala kanker serviks mencoba membuat terobos­an baru dengan dingkan dengan sampel apusan serviks,
pada stadium lanjut antara lain terjadi­ CERVIX-Kit Diagnostik. Keunggulan dari alat jaringan, dan darah. Karena berbasis
nya pendarahan yang tidak teratur pada ini antara lain dapat mendeteksi infeksi HPV materi genetik lokal, maka CERVIX-Kit
rahim wanita (juga bagi wanita yang lebih dini berdasarkan tipe yang menjadi Diagnostik diharapkan dapat memberikan
sudah menopause), keputihan yang berair target deteksi, sampel yang digunakan dapat hasil yang cepat, sensitif, dan lebih akurat
dan bercampur darah (bisa dengan bau berasal dari berbagai sumber yaitu apusan dibandingkan produk komersial lainnya
yang menyengat, berwarna keruh atau serviks, ja­ringan, darah, cairan bio­logis, serta yang diimpor dari luar negeri. (Esti Baina/YA)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 39


riset anak bangsa

40 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


Zahwa Devarah Widyatamaka

Penemu Alat Deteksi Pergerakan Tanah


untuk Mitigasi Bencana Longsor
Komponen LS­ D terdiri atas arduino, radio
pemancar, power bank, sensor, Secure Digital (SD)
card, dan alarm. Alat tersebut digerakkan pakai aki
3,5 Ampere atau empat baterai berkekuatan 12 volt,
dibutuhkan waktu dua bulan untuk membuatnya
dan dana sebesar Rp 500.000.-
Karya ilmiah ini lantas berhasil menembus salah
satu dari 12 pemenang sejumlah lomba karya ilmiah
remaja yang pesertanya bisa mencapai 3.000 lebih.
“Namun alhamdulillah, usaha tidak akan mengkhianati
hasil. Kami akhirnya bisa menjadi juara LKIR di tahun
FOTO: DOK. PRIBADI

2017, ASPC 2018, dan Asean India Grassroots.”


Zahwa juga menceritakan bahwa kemenangan
tersebut merupakan hasil bantuan dari banyak
“Penelitian saya tentang mitigasi atau peringatan dini orang, seperti pembimbing di sekolah, mentor Pak
deteksi longsor. Namanya LS-D (Landslide Sengon Detector). Imam Afandi (Puslit Fisika LIPI), Kak Bayu Rumah
Kami menggunakan Sengon atau respons alam sebagai
indikator pergerakan tanahnya,” jelas Zahwa Devarah
Widya­tamaka, anak pertama kelahiran 28 Januari 2001 ini
membuka percakapan.

Mengapa memilih Sengon? Karena Zahwa


melakukan penelitian di daerah Karanganyar yang
memiliki banyak populasi pohon Sengon. “Saat itu,
awal tahun 2017 di Dusun Bulu Rejo, Karanganyar,
FOTO: DOK. PRIBADI
terjadi longsor yang cukup besar. Lokasinya yang
dekat dengan rumah eyang saya membuat saya
dan partner saya (Ilham Akbar) tertarik untuk KIR Indonesia (Rumah KIR adalah organisasi yang
FOTO: DOK. PRIBADI

melakukan sebuah penelitian,” kata penggemar fokus pada penelitian remaja), Pak Toto (juri LKIR
novel karangan Ika Natasha ini. dan Pembimbing saat ASPC), pihak sekolah SMA
Lebih lanjut, ia juga menambahkan bahwa akar Negeri 1 Surakarta, dan tentunya orang tua mereka.
pohon Sengon yang masuk ke dalam tanah akan Untuk masalah pembiayaan riset, memang
merespons jika ada pergerakan tanah yang meng­ ada kendala. Namun Zahwa menyesuaikan dan
arah ke longsor. Pergerakan inilah yang menjadi bertahap. “Kami tidak ingin biaya jadi kendala,
dasar deteksi. LS-D diikat pada batang pohon, bila namun bagaimana tetap ada karya walau dana
pohon Sengon miring 10 derajat maka alat ini akan terbatas.”
me­ngirimkan sinyal ke radio pemancar. Sinyal diterus­ “Konsentrasi penelitian saya pastinya ingin
kan ke radio milik warga pada gelombang 89,6 FM memberikan inovasi kemudahan merespons
lalu otomatis alarm akan berbunyi seperti sirene se­ bencana untuk masyarakat desa, yang efisien dan
bagai peringatan akan terjadi tanah longsor. efektif, di antara banyak keterbatasan,” tutup
Zahwa. (Iwan/RW)
SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 41
riset anak bangsa

Azizah Dewi Suryaningsih

Nyanyian Hutan Bambu


untuk Peringatan Dini Bencana

FOTO: DOK. AZIZAH


Penelitiannya berjudul “Bamboo Clumps as An Effectively Natural Barrier of Volcano Pyroclastic
Flows”, berada di bidang Earth and Sciences pada sub Geosains. “Penelitian saya berfokus pada
penggunaan bambu sebagai tanggul alami pada erupsi Gunung Merapi terutama ketika terjadi
aliran awan panas (pyroclastic flows),” jelas penggemar Buya Hamka ini memulai pembicaraan.
Semuanya bermula dari hobi Azizah, hiking. material bambu hingga membuat desain sistem
“Ketika hiking ke Merapi, saya tertarik dengan salah tanggul alami dari bambu dengan menimbang
satu gunung teraktif di dunia itu. Saya menemukan urgency, pertumbuhan bambu, kondisi morfologi,
ada kepercayaan masyarakat (local belief) terhadap geologi, kandungan tanah, dan kebermanfaatan
bambu sebagai sistem peringatan dini alami (natural bambu di wilayah tersebut.”
early warning system) sebelum erupsi terjadi. Namun, gadis yang doyan makan eskrim dan
Bambu mengeluarkan bunyi seperti ‘plethek- menulis puisi ini mengakui dirinya menghadapi
plethek’ karena retak akibat suhu tinggi. Namun, sejumlah tantangan dan kendala ketika turun
kepercayaan itu mulai pudar seiring dengan zaman ke lapangan. “Tidak mudah untuk membuat
yang semakin modern,” tuturnya. Penemuan ilmiah masyarakat sekitar mau bercerita, apalagi saya sering
dari cerita rakyat tersebut mendorong Azizah kali menanyakan banyak hal. Mungkin awalnya
menggali lebih dalam kaitan bambu dan erupsi terasa merepotkan bagi masyarakat. Untungnya
Gunung Merapi. belakangan mulai terjalin pengertian,” kisah Azizah.
Metode yang Azizah lakukan adalah wawancara Dalam melaksanakan penelitiannya tersebut,
mendalam dengan sejumlah warga maupun Azizah bersyukur karena telah dibantu banyak pihak.
tokoh masyarakat setempat untuk mengetahui “Departemen Teknik Mesin dan Geologi Universitas
kebenaran cerita dalam masyarakat seputar bambu Gajah Mada (UGM) mengajari saya memainkan
dan erupsi gunung. “Selain itu, saya juga melakukan software 3D model serta menemani survei dan
studi pustaka, pemetaan dan observasi, serta sampling tanah ke Merapi, saya merasa sangat
modelling and software simulation karena belum terbantu untuk itu. Meskipun harus belajar dari awal,
memungkinkan untuk melakukan uji lab dengan tapi kakak-kakak tersebut membantu dengan pelan-

42 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


FOTO-FOTO: DOK. AZIZAH
pelan. Selain itu, support dari guru pembimbing cenderung ke atas untuk suhu yang tinggi. Yang
KETERSEDIA­
yang saat itu menjabat sebagai kepala sekolah juga mungkin terjadi adalah bambu patah atau rubuh
menjadi kekuatan tersendiri bagi saya,” ujarnya.
AN BAMBU DI ketika terlanda material dan terbakar pada bagian
“Faktor penting lainnya adalah mentoring dari LIPI DESA RELATIF atas, sementara pangkalnya tidak. Selain itu,
dalam proses penelitian,” ungkap Azizah. Dalam MUDAH DITE- bambu memiliki dampak yang sangat baik untuk
penelitiannya, ia banyak mendapat bimbingan dari MUKAN SERTA lingkungan dan dapat meningkatkan pendapatan
peneliti Pusat Penelitian Biometrik LIPI, Kurnia W. masyarakat jika didesain sebagai objek wisata di
Prasetiyo, M.si.
TIDAK BUTUH samping Merapi Lava Tour,” kata Azizah lagi.
Azizah sengaja memilih bambu, selain merujuk WAKTU YANG Adapun jenis bambu yang digunakan adalah
pada cerita rakyat, juga karena faktor keekonomisan LAMA UNTUK Bambu Petung, salah satu jenis bambu yang paling
serta ketersediaan bambu di desa yang relatif TUMBUH DE­ kuat dan dapat tumbuh alami di wilayah penelitian.
mudah ditemukan serta tidak butuh waktu yang “Dibanding tanggul dari bahan lain, bambu jelas
NGAN LEBAT
lama untuk tumbuh dengan lebat. punya banyak keunggulan. Selain efektif memberi
“Bambu tidak mati ketika dilewati awan panas peringatan dini, juga ekonomis dan ramah
karena distribusi suhu awan panas atau fluida lingkungan,” tambahnya. (Iwan Setiawan/CP)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 43


iptek sekolah & Kampus

FOTO: DIMITRI_C/ FREEIMAGES.COM


Sekolahku Siaga Bencana!
dalam kegiatan yang biasa mereka sebut
“Kalau ada gempa, lindungi kepala. Kalau sebagai kegiatan “sekolah siaga bencana”.
Contohnya yang dialami Shafiyah Nur
Jannah, Saira Azzahra Firdaus, dan Silva
ada gempa, masuk kolong meja. Kalau ada Amanda, yang bersemangat menceritakan
kegiatan kesiapsiagaan bencana di sekolah
mereka, termasuk sesudah melakukan
gempa, jauhi dari kaca. Kalau ada gempa, tiga kali simulasi bencana, yaitu banjir,
kebakaran, dan gempa bumi. Saira yang
lari ke tempat terbuka.” mendapat tugas sebagai tim evakuasi
bahkan mendampingi dan memandu teman

L
sekolahnya yang berkebutuhan khusus
agu tersebut cukup dikenal menuju titik kumpul yang terletak di halaman
oleh kalangan siswa di sekolah. “Tim evakuasi yang mengevakuasi.
tingkat sekolah dasar dan Kan itu kelasnya di atas (lantai 2), jadi dia
menengah yang sudah turunnya dituntun. Ada anggota Tim Siaga
pernah mendapatkan Bencana yang khusus ke kelasnya untuk
pendampingan program pendidikan bantu evakuasi,” ujar Shafiyah.
pengurangan risiko bencana di Indonesia. Mereka bertiga adalah siswa kelas
Lagu singkat tersebut kerap dinyanyikan 8 yang menjadi bagian dari 15 orang

44 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


FOTO: DOK. SMPN 122 JAKARTA
siswa lainnya yang tergabung dalam Tim
Siaga Bencana SMPN 122 Jakarta yang
dikembangkan menjadi salah satu sekolah PROGRAM KESIAPSIAGAAN BENCANA DI SE­KO­
percontohan pengembangan konsep
LAH, MENDORONG SILVA DAN TEMAN­-TEMAN
Sekolah dan Madrasah Siaga Bencana
dalam kerangka proyek kerja sama
UNTUK MULAI MENGENAL PENGE­TAHUAN DAN
dengan sejumlah lembaga kemanusiaan KETERAMPILAN TERKAIT KEBENCANA­AN
internasional di Jakarta dalam kurun
waktu 18 bulan terakhir. Sekolah yang
memiliki sekitar 852 murid dan 40 guru reruntuhan itu mengenai kepala. Setelah di sekolah, membuat SOP gempa bumi,
ini berdiri pada 1978 dan telah menjadi itu setelah 30 detik gempa berhenti, kita memasang poster berisi informasi tas
langganan banjir tahun­an, baik banjir rob ke titik kumpul yang di halaman sekolah,” siaga bencana, kesiapsiagaan gempa
menggenang halaman sekolah maupun ujar Silva sembari menunjuk titik kumpul bumi, banjir, dan kebakaran di lokasi
banjir setinggi 1,5 meter. yang ia maksud. Silva dan timnya juga lingkungan sekolah yang mudah terlihat,
Program kesiapsiagaan bencana di lebih percaya diri untuk berkeliling masuk termasuk mendesiminasikan informasi
sekolah yang terletak di wilayah Kapuk ke kelas lainnya yang berjumlah 24 kelas, panggilan darurat 112. Lembar kerja terkait
Muara, Penjaringan, Jakarta Utara ini, untuk membagikan informasi tentang tas kebencanaan yang dikerjakan bersama
mendorong Silva dan teman-temannya siaga bencana dan rute evakuasi sekolah. orang tua di rumah sebagai bagian dari
untuk mulai mengenal pengetahuan Selain individu murid, kegiatan desiminasi yang dilakukan oleh siswa ke
dan keterampilan terkait kebencanaan. kesiapsiagaan bencana di sekolah akan lingkungan keluarganya. Shafiyah juga
Mereka mampu menjelaskan tindakan mendorong sekolah untuk membentuk mengklaim telah memiliki pengetahuan
yang harus dilakukan bila ada gempa. Tim Siaga Bencana melalui surat dasar tentang pertolongan pertama. Silva
“Menurut saya berguna jadi kita tahu saat keputusan kepala sekolah, lengkap dengan dan timnya lalu berpesan agar sekolah
gempa itu harus melakukan apa, jangan tugas dan struktur tim, alat dan bunyi yang belum memiliki Tim Siaga Bencana
panik, trus lindungi kepala karena bisa saja peringatan, tanda-tanda jalur evakuasi agar segera membentuk timnya agar

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 45


iptek sekolah & Kampus
FOTO: DOK. SMPN 122 JAKARTA

mengetahui tentang bencana, titik kumpul manusia dengan pelatihan guru dan siswa, satu sekolah menengah atas, dan satu
di sekolah, serta menghindari potensi risiko seperti pelatihan pertolongan pertama, perguruan tinggi. Slamet mengungkapkan,
yang lebih parah. penyadaran risiko bencana, dan lokakarya dengan hadirnya pendampingan yang
Hal serupa ditemukan di kaki Gunung yang terkait dengan kajian bencana di dimulai sekitar 2017 lalu tersebut, terjadi
Merbabu, Jawa Tengah. Slamet, salah sekolah misalnya mengetahui aspek-aspek perubahan pengetahuan dan keterampilan
satu pendamping sejumlah sekolah, bahaya, kerentanan, risiko, kapasitas, dan terkait kebencanaan, baik dari individu
bercerita tentang program pendampingan assessment atau kajian di sekolah terkait.” murid, guru, dan masyarakat. “Contohnya,
kesiap­siagaan dari Palang Merah Sekolah juga, lanjut ia, menetapkan dulu sebelum ada program pendampingan
Indonesia. “Kami melakukan penguatan bersama tentang sistem peringatan dini ini ketika terjadi erupsi Merapi, guru-guru
kebijakan terkait dengan sekolah seperti yang di sekolah. “Early Warning System panik. Sekolah tidak punya stok masker.
terbentuknya tim siaga bencana, alokasi (EWS) atau sistem peringatan dini bisa Sekarang sejak ada program, sekolah
anggar­an untuk kegiatan penanggulangan berbentuk bel sekolah atau kentongan,” sudah punya stok masker dan ­ nomor-
bencana, dan dukungan sosialisasi di ujar pria yang juga tercatat sebagai nomor penting seperti BPBD dan BMKG,”
dalam sekolah, termasuk penyusunan SOP sukarelawan di Palang Merah Indonesia jelas ia.
dan Rencana Aksi terkait pengurangan Kabupaten Boyolali dan mengkoordinir Direktur Pemberdayaan Masyarakat
risiko bencana,” ucap ia. “Selain itu kita pendamping­ an untuk tiga sekolah Badan Nasional Penanggulangan Bencana
juga membangun kapasitas sumber daya dasar, tiga sekolah menengah pertama, (BNPB), Lilik Kurniawan, mencatat 60-70
persen mayoritas korban bencana yang
ada di Indonesia adalah perempuan,
60-70 PERSEN MAYORITAS KORBAN BENCANA anak-anak, dan lansia. Hasil kajian BNPB
YANG ADA DI INDONESIA ADALAH PEREMPUAN, dan Kementerian Pendidikan RI pun
ANAK-ANAK, DAN LANSIA menunjukkan hasil 70 persen sekolah
yang ada di Indonesia, berada di wilayah

46 I SAINESIA Edisi 01/ 2019


FOTO: DOK. SMPN 122 JAKARTA
rawan bencana. Pendidikan kebencanaan di sekolah maupun di keluarnya ma­ sing- Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010
harus segera dimulai sejak dini, salah masing. LIPI menggunakan lima parameter tentang Pengarusutamaan Pengurangan
satunya melalui pendidikan siaga bencana terkait kesiapsiagaan bencana di sekolah, Risiko Bencana di Sekolah sehingga
di institusi pendidikan mulai dari sekolah yaitu kebijakan sekolah terkait upaya tidak memuat unsur keharusan untuk
dasar hingga perguruan tinggi. pengurangan risiko bencana, pengetahuan dilaksanakan. Di tingkat perguruan tinggi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan sikap seluruh unsur sekolah, tersedianya pun, program manajemen bencana masih
(LIPI) telah aktif mendorong pendidikan rencana tanggap darurat, sistem peringatan menjadi pilihan perguruan tinggi untuk
kebencanaan di institusi pendidikan sekolah dini, dan mobilisasi sumber daya. membuka, bukan sebuah kewajiban.
dasar, menengah pertama, dan menengah Kementerian Pendidikan dan Saat ini di Indonesia pendidikan
atas. Sejak tahun 2009, melalui program Kebudaya­an RI pun sudah mengeluarkan kebencanaan di institusi pendidikan
pendidikan kebencanaan berbasis ilmu modul kerangka kerja sekolah aman belum secara formal dimasukkan ke dalam
pe­ngetahuan/Community Preparedness yang komprehensif dan terdiri dari tiga kurikulum pendidikan. Meski masih dalam
(Compress), bekerja sama dengan UNESCO modul, yaitu fasilitas sekolah aman yang perdebatan apakah sebaiknya pelajaran
melalui proyek Jakarta Tsunami Information menggarisbawahin lokasi dan struktur siaga bencana berdiri sendiri sebagai
Center dan Yayasan Puter, LIPI menginisiasi bangunan, manajemen bencana di sebuah mata pelajaran atau masuk ke
program Sekolah Siaga Bencana tersebut di sekolah terkait kebijakan manajemen dalam program penguatan pendidikan
sejumlah sekolah di Nusa Tenggara Timur. bencana, serta pendidikan pencegahan karakter atau terintegrasi ke mata
LIPI juga menginisiasi program serupa di Aceh dan pengurangan risiko bencana terkait pelajaran muat­an lokal, sudah selayaknya
dan Bengkulu. Program tersebut bertujuan integrasi isu dan penguat­an sumber daya aspek pendidik­ an bencana dilaksanakan
untuk membangun kapasitas sekolah manusia. Meski demikian, pelaksanaan sejak usia dini agar pelajaran kesuksesan
dalam penanggulangan bencana, termasuk kegiatan penanggulangan bencana di Jepang dalam mendidik usia sekolah
membangun kapasitas pengajar dan murid tingkat sekolah, masih berlandaskan pada dengan isu kebencanaannya juga dimiliki
dalam pengurangan risiko bencana baik Surat Edaran Kementerian Pendidikan Indonesia. (Nasrullah/CP)

SAINESIA Edisi 01/ 2019 I 47


resensi buku

dengan data yang valid.

Sejarah Alam Gunung Sewu aliran sungai bawah tanah yang


Banyak foto-foto indah
dengan angle beragam dan
pencahayaan cukup baik,
Judul Buku : Sejarah Alam Gunung Sewu
Pengarang : Cahyo Rahmadi, Sigit Wiantoro, mempesona, dengan bentukan yang dapat menggambarkan
& Hari Nugroho khas berupa ribuan kubah bukit keindahan karst Gunung Sewu.
Penerbit : LIPI PRESS yang membentuk bentang alam Penyajian runtun dan menarik
Tahun Terbit : Desember 2018 yang sangat unik dan khas. de­ngan judul-judul bab yang
Tebal Hlm. : xvi hlm. + 141 hlm.; 14,8 × 21 cm
Pembahasan buku ini cukup sexy membuat pembaca
ISBN : 978-602-496-000-1 (cetak)
: 978-602-496-001-8 (e-book) melingkupi semua aspek, mulai dari hayati, penasaran untuk menuntaskan membaca.
nonhayati, sejarah hunian, budaya, dan Layout kombinasi dengan raster di awal bab

K
awasan karst di Indonesia memiliki potensi ancaman (geologi, geomorfologi, dengan dua kolom membuat tampilan tidak
luas mencapai 154.000 km2 dari hidrologi, dan speleologi). Selain itu, aspek membosankan.
Aceh hingga Papua dengan hayati yang ada di permukaan dan di bawah Buku Sejarah Alam Gunung Sewu
keunikan bentang alam dan ekosistem, permukaan, tinjauan tentang kehidupan merupakan sintesis dari semua aspek
baik di permukaan maupun di bawah masyarakat, budaya, dan sejarah kehidupan kehidupan makhluk hidup dan interaksinya
permukaan. Karst terbentuk dari batu masa lalu juga diuraikan dalam buku ini. dengan alam sekitar. Pembahasan mengenai
gamping yang mengalami proses pelarutan. Buku ini terdiri dari sembilan bab yang aspek-aspek tersebut disajikan dengan
Buku ini memberikan gambaran sejarah dimulai dari mengenal secara umum alam bahasa yang mudah dipahami, didukung
alam Gunung Sewu berdasarkan hasil-hasil Gunung Sewu, kilasan sejarah hunian dan gambar-gambar yang menarik, mulai dari
penelitian dari Pusat Penelitian Biologi budaya, vegetasi yang tersisa, penguhuni keindahan bentang alam karst, kehidupan
(P2B-LIPI) yang telah berlangsung selama 12 gua karst, upaya yang perlindungan masyarakat, hingga flora dan fauna gua yang
tahun. Mulai tahun 2004 hingga sekarang, dan pe­ngelolaan kawasan karst. Jumlah ada di Gunung Sewu. Sebagai bentuk fungsi
ke­giatan inventarisasi keanekaragaman pengunjung wisatawan kawasan di sekitar ekosistem, Gunung Sewu juga dapat menjadi
hayati karst dan gua di Gunung Sewu tetap karst se­perti: Luweng Jomblang & Gua sumber air bersih dan menjaga keseimbangan
berjalan. Karst Gunung Sewu memiliki Kalisuci, Gua Pindul, Gua Jlamprong, ekosistem. De­ngan demikian, hal ini dapat
luas 1.300 km2 berupa bentang alam yang Gua Gesing & Gua Sinden dan beberapa berdampak, baik langsung maupun tidak bagi
menakjubkan, terdapat banyak gua serta tempat lain pun di bahas secara gamblang masyarakat sekitarnya. (Sandy Wisnu Aji/YA).

Gender Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Judul Buku : Gender dalam ilmu Pengeta­ politik, sosial, ekonomi, dan budaya bagi pemahaman konsep gender dalam iptek
huan dan Teknologi
semua orang. harus dilakukan secara berkesinambung­
Editor : Wati Herawati
Penerbit : LIPI PRESS Buku ini ditulis oleh berbagai pakar, an. Pemahaman tentang gender harus
Tahun Terbit : Maret 2018 peneliti, dan pemerhati gender dan iptek disosialisasikan kepada pemangku
Tebal Hlm. : xxv hlm. + 385 hlm.; 14,8 × 21 cm dari berbagai institusi iptek, antara lain Pusat kepenting­ an untuk mendapatkan solusi
ISBN : 978-979-799-956-8 (cetak) Penelitian Perkembangan Iptek (sekarang atas isu-isu yang menimbulkan ketimpangan
: 978-979-799-959-9 (e-book)
Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen gender dalam iptek.

P
emahaman tentang konsep gender Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi) Terdapat enam belas judul artikel
dalam pembangunan iptek harus LIPI, Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, atau tulisan dalam buku ini dapat dibaca
dimiliki oleh berbagai pelaku iptek, Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat terpisah. Namun, setiap artikel mengan­
termasuk peneliti, pengambil keputusan, Guna (sekarang Pusat Penelitian Teknologi dung isu-isu gender, tantangan, dan upaya­-
akademisi, dan pihak swasta. Pencapaian Tepat Guna) LIPI, Loka Bersih LIPI, Pusat upaya dalam mewujudkan kesetaraan dan
kesetaraan dan keadilan antara Inovasi LIPI, BPPT, Kementerian keadilan gender di sektor iptek, terutama
perempuan dan laki-laki dalam Riset, Teknologi, dan Pendidikan di sektor teknologi informasi dan
iptek adalah persoalan hak asasi Tinggi, serta institusi lainnya. komunikasi (TIK), industri manufaktur,
dan merupakan modal besar Pembahasan buku ini meliputi sektor energi terbarukan, teknologi tepat
dalam pembangunan bangsa penelitian dan kajian gender guna (TTG), masalah lingkungan hidup,
dan negara saat ini. Terciptanya dalam iptek dilakukan lintas dan penduduk migran. Diharapkan buku
kesetaraan dan keadilan gender disiplin dan lintas pusat penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
adalah salah satu persyaratan di LIPI yang pada prinsipnya kemajuan iptek yang responsif gender di
tercapainya kondisi aman dalam bertujuan untuk meningkatkan Indonesia. (Sandy Wisnu Aji/YA).

48 I SAINESIA Edisi 01/2019


Lembaga Penelitian Pertama, Terbesar dan Terbaik di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai