Pengarah :
B. Wisnu Widjaja
Lilik Kurniawan
Penulis :
Ridwan Yunus
Mohd. Robi Amri
Wartono
Yohannes Kristanto
Asih Dewi Nugraheni
Editor :
Wartono
Kontributor :
Tim Penyusun RBI Direktorat PRB
SAMBUTAN
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan buku Katalog Desa/
Kelurahan Rawan Erupsi Gunungapi ini. Buku ini berisi informasi desa/kelurahan yang
memiliki potensi ancaman Erupsi Gunungapi yang tersebar di seluruh Indonesia, yang
dianalisis dari portal inaRISK (inarisk.bnpb.go.id).
Buku katalog ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah
dalam menentukan prioritas lokasi program penanggulangan bencana dan
pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana. Informasi ini sebagai upaya
peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan bagi masyarakat dan pemerintah
daerah, dengan memberikan pemahaman akan kondisi kebencanaan yang ada di
daerahnya.
Saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para pihak yang telah mendukung
proses penyusunan buku Katalog Desa/Kelurahan Rawan Erupsi Gunungapi ini, semoga
bermanfaat bagi semua pihak dalam mewujudkan Indonesia yang aman bencana.
Doni Monardo
Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis
dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian
sekaligus juga rawan dengan bencana. Secara geologis, Indonesia terletak pada 3 (tiga)
lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang
membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika
geologis yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi bencana gempa, tsunami dan
gerakan tanah/longsor. Selain itu, Indonesia mempunyai banyak gunungapi aktif yang
sewaktu-waktu dapat meletus. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang,
tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, menjadi bencana paling sering
terjadi Indonesia.
Sejarah kejadian bencana menunjukkan ada peningkatan bencana dari waktu ke waktu.
Meningkatnya faktor kerentanan dan keterbatasan kapasitas menyebabkan risiko bencana
makin meningkat di masa mendatang. Sedangkan secara demografis, jumlah penduduk
yang sangat banyak dengan keberagaman suku, budaya, agama dan kondisi ekonomi dan
politik menyebabkan Indonesia sangat kaya sekaligus berpotensi menjadi pemicu konflik
akibat kemajemukannya tersebut. Hal ini menjadi tantangan dalam penanggulangan
bencana.
Mulai tahun 2011, BNPB telah memulai dengan mengumpulkan berbagai data untuk
mengidentifikasi kerawanan bencana di Indonesia bersama dengan Kementerian/
Lembaga terkait. Perka BNPB No. 2 Tahun 2012, merupakan kebijakan untuk melakukan
identifikasi risiko bencana. Implementasi kebijakan ini sudah dilakukan di seluruh provinsi
di Indonesia dalam skala 1 : 250.000. Selanjutnya kabupaten/kota dilakukan dengan
skala 1 : 50.000 dan 1 : 25.000. Perbaikan metodologi dan pendataan terus menerus
dilakukan, termasuk dengan melibatkan para peneliti, akademisi, pakar dan praktisi. Pada
tahun 2014, BNPB mengeluarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 yang merupakan
penilaian risiko bencana pada masing-masing kabupaten/kota dan provinsi. Indeks risiko
ini menjadi referensi penyusunan RPJMN 2015-2019 bidang penanggulangan bencana.
Berdasarkan kajian risiko bencana yang disajikan dalam aplikasi inaRISK (Indonesia Risk
Assessment), maka disajikan pula desa/kelurahan yang ada di daerah rawan bencana.
Data mengenai desa/kelurahan di daerah rawan bencana ini dibuat dalam suatu Katalog
per ancaman bencana. Katalog ini diharapkan menjadi referensi dari berbagai pihak
dalam mainstreaming pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Selesainya Katalog Desa/Kelurahan Rawan Bencana ini diharapkan juga dapat digunakan
oleh berbagai pihak dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam membangun
kesiapsiagaan dari bencana. Saat ini, pendekatan multi disiplin dianggap mampu
menyederhanakan persoalan dan memecahkan masalah yang semula dianggap tidak
mungkin diselesaikan. Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dapat dikaitkan satu sama
lain menjadi suatu kesatuan. Manfaatnya pun sangat jelas, yaitu didapatkannya jalan
keluar yang paling sederhana dari masalah-masalah yang paling rumit dan kompleks di
masing-masing disiplin ilmu. Dalam hal ini, meskipun multi disiplin bukan berarti fusi dari
disiplin ilmu tadi. Tiap-tiap disiplin ilmu tetap mempunyai otonomi dalam keilmuannya.
Multi disiplin yang dimaksud adalah federasi atau serikat dari ilmu-ilmu yang ada. Apabila
digabungkan dalam satu manajemen maka dengan mudah menyelesaikan masalah-
masalah yang paling rumit dan kompleks sekalipun.
Hal yang sama dengan penanggulangan bencana di Indonesia. Selalu tumbuh dan
berkembang yang disesuaikan dengan kebutuhan jaman dan memenuhi tuntutan
masyarakat. Menyadari bahwa kita hidup dan tinggal di daerah yang rawan bencana.
Sudah seharusnya kita harus tangguh menghadapi semua ancaman bencana. Tangguh
merupakan kesadaran yang terinternalisasi dalam sebuah komunitas sehingga
menghasilkan kesiapsiagaan dan kapasitas yang tinggi dalam menghadapi bencana. Untuk
mewujudkan bangsa yang tangguh menghadapi bencana tersebut 4 ciri , yaitu masyarakat
dan Bangsa Indonesia yang memiliki pertama, daya antisipasi. Kedua, kemampuan
menghindar atau menolak. Ketiga, kemampuan daya adaptasi dengan lingkungannya.
Dan keempat, daya melenting.
Lilik Kurniawan