Anda di halaman 1dari 14

Sekilas tentang sistem pendidikan dokter spesialis di jerman

Setelah lulus dari fakultas kedokteran, berbeda dengan di Indonesia, semua peserta pendidikan
dokter di Jerman tidak diperbolehkan praktek sebagai dokter umum. Untuk menjadi dokter
umum (Hausarzt), lulusan FK di Jerman harus menempuh pendidikan sebagai spesialis
kedokteran umum (Facharzt für Allgemein Medizin) atau spesialis penyakit dalam (Facharzt für
Innere Medizin).

Seperti negara-negara maju lain PPDS di Jerman adalah sebuah pekerjaan. Istilah untuk dokter
yang bekerja dalam rangka PPDS adalah Assistenzarzt.[1]Jadi untuk memulai PPDS di Jerman
yang kita butuhkan adalah lowongan kerja sebagai Assistenzarzt di RS di Jerman. Hampir
semua RS di Jerman mampu untuk menyelenggarakan program ini, karena sebagian besar RS
tersebut adalah RS Jejaring dari Universitätsklinikum (RS Pendidikan sebuah fakultas
kedokteran, seperti RSCM-FKUI, RS M.Djalil-FKUnand dsbnya). Program pendidikan dokter
spesialis ini berlangsung rata-rata selama 6 tahun. Untuk program penyakit dalam ada dua
opsi,yaitu (1) mengambil penyakit dalam selama 6 tahun, kemudian mengambil kekhususan
selama 2 tahun atau (2) langsung mengambil pulmonologi, kardiologi,dll selama 6 tahun. Kedua
program tersebut sama-sama diakui di Jerman. Namun,ada perbedaan kompetensi saat selesai
menempuh program tersebut. Rekan-rekan yang memilihi opsi (1) dapat bekerja dan membuka
praktek pribadi sebagaiHausarzt selain kekhususan yang mereka miliki karena memiliki
titel Facharzt für Innere Medizin, sementara rekan-rekan yang memilihi opsi (2) hanya boleh
berpraktek sesuai kekhususan mereka [misal sebagai spesialis jantung (Kardiologe)].

Karena proses pendidikan spesialis di Jerman adalah sebuah pekerjaan, maka sudah sewajarnya
jika kita yang berhasil memperoleh lowongan tersebut mendapatkan gaji. Di beberapa negara
bagian bekas Jerman Barat (Nordrhein-Westfallen,Hessen) masih memungkinkan kita melamar
sebagai dokter tamu (Gastarzt). Sebagai Gastarzt kita tidak akan mendapatkan gaji, meskipun
pendidikan spesialis tetap berjalan. Kita hanya perlu membiayai diri sendiri (akomodasi,tempat
tinggal, transport, dsbnya) dan tidak perlu membayar SPP dsbnya.

Setelah minimal 6 tahun kita dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian (Facharztprüfung).
Jika kita lulus ujianini maka otomatis kita mendapatkan titel Sp/Facharzt. Ujian ini akan
diadakan di Uniklinikum di negara bagian tempat kita bekerja saat mendaftarkan diri untuk ujian.

Implikasi dari program seperti ini adalah tidak ada pendidikan terstruktur. Jumlah ilmu yang kita
dapat, yang sedikit banyak menentukan kompetensi kita, tergantung dari performa kita selama
bekerja dan keinginan kita pribadi.

Persiapan menempuhPPDS di Jerman

Adadua hal mendasar yang diperlukan untuk menempuh pendidikan spesialis di Jerman, yaitu
(1) modal bahasa Jerman yang baik dan (2) niat yang sangat kuat untuk menempuh pendidikan
spesialis tersebut. Mengapa dua hal ini sangat penting? Karena untuk mendapatkan lowongan
pekerjaan sebagai Assistenzarzt, kita harus mencari lowongan pekerjaan, menulis suratl amaran,
kemudian kita harus berhubungan dengan berbagai badan pemerintahan di Jerman untuk
mengurus berbagai kelengkapan dokumen, dan kita harus membaca semua peraturan mengenai
dokumen-dokumen yang harus kita lengkapi. Semua ini tentu saja membutuhkan bahasa Jerman
yang lebih dari „Ich heiße …“ atau „Auf Wiedersehen“. Terlebih lagi setelah kita bekerja, kita
akan berkomunikasi dengan pasien. Bagaimana mungkin kita bisa membina raport dengan
pasien, jika kita tidak menguasai bahasa Jerman dengan baik?

Poin kedua, yaitu niat yang kuat, juga sangat penting, karena mencari lowongan pekerjaan di
Jerman bagi lulusan negara ketiga, terlepas dari Ärztemangel (kekurangan dokter), tidak mudah.
Bayangkan anda seorang direktur kepegawaian RSCM yang menerima lamaran dari dokter yang
berasal dari Timbuktu, tentu Anda akan mempertimbangkan setidaknya dua hal: (1) apakah
pelamar mampu berbahasa Indonesia dan dapat dimengerti oleh pasien? Jangan sampai RS ini
mendapatkan tuntutan malpraktek akibat komunikasi yang tidak lancar; (2) kompetensi, apakah
ia mampu bekerja sebagai dokter yang memenuhi standar RSCM sebagai RS pusat rujukan
nasional di Indonesia? Tentu saja sebagai RS ternama di Indonesia, RSCM tidak akan
kekurangan dokter umum yang ingin melamar sebagai peserta dokter spesialis. Terlepas dari
fakta bahwa pelamar adalah lulusan FK terbaik di Timbuktu, Anda tentu saja tidak punya waktu
untuk melakukan background checksecara menyeluruh pada kandidat ini (Anda mungkin juga
tidak tahu apakah FK tersebut memang FK terbaik di Timbuktu). Masih banyak lulusan FKUI
atau FK PTN ternama di Indonesia lain atau FK Swasta lain yang ingin bekerja di RSCM. Inilah
gambaran posisi kita sebagai lulusan dari Indonesia/negara ketiga.

Banyak yang bertanya kepada saya: „Jika ingin PPDS X (program studi) di Jerman, paling bagus
di kota apa ya?“ Saya paham, kita semua ingin mendapatkan pendidikan yang terbaik di
universitas bergengsi, namun apakah kita sadar akan posisi kita? Jika kita sebagai lulusan negara
ketiga ingin mencari pekerjaan di tempat terbaik di Jerman, apakah kita memiliki nilai jual?
Inilah yang saya maksud dengan niat. Mencari lowongan pekerjaan sebagai AA (Assistenzarzt)
di Jerman sangat sulit, pengalaman saya pribadi menghabiskan dua tahun. Ditambah lagi masa
studi minimal 6 tahun. Jika dijumlahkan saya akan menghabiskan waktu 8 tahun. Tapi, yang
perlu diingat adalah selama 6 tahun itu kita bekerja, mendapatkan gaji, membangun karir dan
dapat membangun rumah tangga. Jadi saran saya adalah bulatkan tekad dan niat,jika memang
ingin menempuh PPDS di Jerman. Kita harus siap susah, harus siap mulai dari nol. Peluang kita
untuk mendapatkan pekerjaan lebih besar di RS di kota kecil yang bahkan mungkin orang
Jerman pun tidak kenal. Dari sana kita dapat membangun karir kita, pindah ke RS yang lebih
besar, pindah ke center yang baik. Jadi, terlepas dari kita lulusan terbaik FKUI, kita bukanlah
siapa-siapa di Jerman. Jika Anda berhasil mendapatkan lowongan kerja, saran saya, ambil saja
tanpa pikir panjang. Anda tidak akan tahu kapan anda mendapat kesempatan itu lagi. Namun,
sekali lagi, hidup adalah pilihan, Anda bisa saja kekeuh ingin bekerja di Uniklinik Heidelberg,
Charité Berlin, atau di kota besar lain (kabar burung mengatakan bahwa di kalangan orang
Jerman sendiri bekerja di Uniklinik tidak lagi menjadi incaran mereka karena beban kerja yang
jauh lebih besar dari RS biasa: trias pendidikan-pelayanan-penelitian). Risiko dari pilihan
tersebut adalah Anda harus menunggu mungkin tahunan atau bahkan tidak pernah mendapat
lowongan sama sekali.

Pengalaman menempuh PPDS di Jerman

Saya akan berbagi pengalaman saya sejak mempersiapkan diri (kursus bahasa) sampai akhirnya
tiba di Jerman dan memulai keseharian sebagai Assistenzarzt di Jerman.
1. Persiapan bahasa

Tanpa benar-benar merencanakan untuk melanjutkan pendidikan spesialis di Jerman, saya


memulai kursus bahasa Jerman sejak tahun kedua pendidikan dokter umum. Saya kebetulan
termasuk pribadi yang senang mempelajari bahasa asing dan karena saya sempat berkeinginan
untuk sekolah kedokteran di Jerman, saya memutuskan untuk memenuhi hasrat belajar bahasa
Jerman yang tertunda. Bahasa Jerman termasuk bahasa yang relatif kompleks dari segi tata
bahasa. Oleh karena itu saya menyarankan belajar bahasa Jerman sedini mungkin, terutama jika
memang sudah ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan di Jerman. Toh kemampuan bahasa
asing selalu menjadi nilai lebih di CV, meskipun pada akhirnya kita mengurungkan niat
melanjutkan pendidikan ke Jerman. Memulai sedini mungkin juga memberikan kita kesempatan
untuk belajar sedikit demi sedikit. Memang ada kursus intensif dan semiintensif yang ditawarkan
oleh lembaga kursus sehingga kita bisa mencapai level yang diinginkan (level B2/intermediate
akhir) dalam waktu 6 bulan. Namun, dengan kompleksitas tata bahasa Jerman, kita akan lebih
mudah mencerna jika kita memiliki lebih banyak waktu. Pada akhir pendidikan dokter umum
saya sudah lulus ujian level C1 (advanced awal).

2. Mencari lowongan pekerjaan

Saya mengawali pencarian saya dengan mempersiapkan surat lamaran dalam bahasa Jerman, CV
singkat dalam bahasa Jerman dan hasil pindaian sertifikat bahasa. Penting untuk mempersiapkan
isi surat lamaran dan CV sendiri karena yang akan diwawancara nantinya adalah kita sendiri dan
kita harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis dan kita cantumkan. Tips untuk
CV: singkat, padat, berikan foto dan lückenlos (tidak ada periode menganggur). Selanjutnya saya
mulai mencari lowongan di dunia maya. Laman www.aerzteblatt.de adalah salah satu sumber
lowongan pekerjaan yang cukup komprehensif. Google tentu saja juga dapat membantu. Setelah
2 tahun mencari lowongan dan tidak membawa hasil (tidak intensif, karena saya juga sembari
bekerja di fakultas dan sebagai dokter umum di PKM dan klinik swasta), saya memutuskan
untuk melakukan sesuatu. Saya harus berangkat ke Jerman dengan cara apapun. Pada saat itu
saya mencari summer course bahasa di laman DAAD,karena ingin pada saat yang bersamaan
memperbaiki kemampuan bahasa jerman saya. Satu-satunya summer courseyangmungkin saya
hadiri saat itu (karena masalah waktu pengurusan visa dsbnya) berlangsung di Gießen pada bulan
September. Pada saat yang bersamaan, saya mendapatkan info bahwa pada awal Oktober akan
berlangsung ESC (European Student Conference) di Berlin dengan tema sel punca dan
kedokteran regeneratif. Sebuah tema yang memang saya minati. Semakin mantap persiapan saya
untuk berangkat ke Jerman. Pada saat itu melalui Google saya mendapatkan info bahwa di
Uniklinik Magdeburg sedang ada lowongan sebagai AA di Kardiologie. Saya berencana untuk
melamar ketika saya sudah berada di Jerman dan sekalian menawarkan diri
untuk Vorstellungsgespräch(wawancara). Hal yang sulit saya lakukan jika melamar dari
Indonesia.

3. Mendapatkanlowongan

Pada saat persiapan menuju Gießen dan Berlin, sayaberkesempatan berkenalan dengan seorang
mahasiswa kedokteran asal Taiwan melaluiakun Facebook panitia ESC. Ia pernah berkunjung ke
Indonesia dalam rangka lombapresentasi penelitian yang kebetulan juga diadakan oleh organisasi
penelitianyang saya ikuti. Dari sana saya menceritakan keinginan saya untuk
melanjutkanspesialis di Jerman. Ia bercerita bahwa ia pernah melakukan program
pertukaranpelajar di Jerman dan memiliki hubungan baik dengan Chefarzt(direktur) di
Kardiologie, Uniklinik Magdeburg.Benar-benar sebuah kebetulan yang luar biasa. Dari rekan
saya ini saya bisamendapatkan kesempatan untuk mendapat lowongan di Uniklinik
Magdeburg. Di sini saya ingin menekankan kembalibetapa besar peran niat dan tekad. Saya
pribadi percaya jikakita memang sudah membulatkan tekad, pasti akan ada jalan. Jika saya
bertukar ceritadengan beberapa teman sesama AA dari Indonesia, banyak cerita-cerita menarik
yangsaya peroleh mengenai bagaimana mereka bisa mendapat jalan untuk bekerja diJerman.
Oleh karenaitu, jangan khawatir tentang bagaimana Anda bisa mencapai Jerman,
tapipersiapkanlah diri Anda dengan matang. Peluangtersebut akan muncul dengan sendirinya.

4. Persiapan dokumen dan kelengkapan lainnya

Karena Magdeburg secara geografis adalah bagian dari negara bagian Sachsen-Anhalt, maka
setelah berkontak via E-mail dengan bagian kepegawaian, saya diminta untuk mengurus
pembuatan Berufserlaubnis (SIP sementara) di Landesprüfungsamt (LPA).[2]Untuk
pengurusan Berufserlaubnis ini saya diminta untuk menyerahkan berbagai dokumen (ijazah, akte
lahir, dsbnya) yang harus diterjemahkan dalam bahasa Jerman oleh penerjemah tersumpah dan
bukti bahwa saya sudah mendapatkan lowongan pekerjaan di Jerman. Berdasarkan info yang
saya peroleh, akte lahir dan ijazah harus dilegalisir oleh kementerian hukum dan kementerian
luar negeri. Hal ini diperlukan jika anda ingin mendapatkan legalisir dokumen ybs dari kedutaan
Jerman. Proses pengurusan ini sangat transparan dan tidak memerlukan calo sama sekali. Saya
mendapatkan sedikit kesulitan dalam proses legalisir dan pengiriman salinan dokumen, karena
LPA meminta semua salinan dokumen yang dikirimkan harus dilegalisir oleh kedutaan besar
Jerman/notaris. Sementara menurut info dari kedutaan mereka tidak dapat melegalisir semua
dokumen. Alternatif lain adalah menunjukkan dokumen tersebut langsung di LPA. Alhasil saya
terbang ekstra ke Jerman hanya untuk menunjukkan dokumen asli. Kebetulan karena saya belum
sempat Vorstellungsgespräch dengan Chefarzt saya, maka saya menawarkan diri untuk
wawancara. Keseluruhan proses mulai dari komunikasi, legalisir dokumen, penerjemahan
dokumen sampai saya mendapatkan Berufserlaubnis berlangsung selama 6 bulan. Jika semua
sudah dipersiapkan dengan baik, tentu akan lebih cepat. Jika Anda berada di Jerman, mungkin
keseluruhan proses hanya memakan waktu 2 bulan. Setelah saya mendapatkan Beruferlaubnis,
saya melanjutkan ke pengajuan visa di kedutaan besar Jerman. Untuk pengajuan visa, saya harus
mencari tempat tinggal dan menunjukkan kontrak tempat tinggal sementara ke kedutaan. Proses
ini berlangsung cukup cepat hanya sekitar 3 minggu dan pada akhir September 2012 saya
berangkat ke Jerman.[3]

5. Proses adaptasi dengan sistem PPDS di Jerman

Pada tahap awal saya mendapatkan Halbestelle (kontrak kerja dengan waktu kerja 50% dari
waktu kerja normal/kerja paruh waktu). Sebelum memulai pekerjaan saya harus mendaftarkan
diri di Burger Büro (kantor pelayanan kependudukan) kemudian saya harus mendapatkan NPWP
di Finanzamt, terdaftar di asuransi kesehatan milik pemerintah (gesetzliche
Krankenversicherung) dan dana pensiun (Renteversicherung). Pajak, premi asuransi dan dana
pensiun akan dipotong langsung dari gaji saya setiap bulan. Dalam semua proses ini saya sangat
dibantu oleh bagian kepegawaian di klinik. Jadi sekali lagi, jangan khawatir, kita pasti akan
dibantu. Setelah semua dokumen terpenuhi, saya mulai bekerja. Pada awalnya saya diminta
untuk mempelajari bagaimana sistem bekerja mereka dan diminta untuk mengikuti kolega yang
lebih berpengalaman. Selama saya bekerja paruh waktu, saya diberi kesempatan untuk belajar
melakukan anamnesis dalam bahasa Jerman, menulis Entlassungsbrief (surat ringkasan
perawatan pasien selama di RS untuk Hausarzt), dsbnya. Karena saya hanya bekerja setengah
hari, siang-sore hari saya manfaatkan untuk memantapkan bahasa jerman saya dengan mengikuti
kursus bahasa. Tuntutan kerja di dunia kesehatan memang selalu tinggi, dan di Jerman tuntutan
untuk bekerja dengan lege artis,hygienis dan evidence-based juga sangat tinggi. Kesulitan
terbesar saya adalah bekerja dan berpikir dalam bahasa jerman, karena saya masih terbiasa untuk
berpikir dalam bahasa indonesia dan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa jerman,
sementara kita harus bekerja dengan cepat. Namun, saya terus mendapat dukungan dari rekan-
rekan kerja dan perawat sehingga dalam 6 bulan saya mulai terbiasa dengan ritme kerja
mereka. Setelah saya bekerja full-time, saya mulai bekerja sebagai Stationsarzt, kemudian saya
mulai jaga malam. Jumlah jaga saya 3-4 kali/bulan, dan setelah jaga malam, saya
mendapatkan Dienstfrei (hari bebas kerja). Perbedaan dengan PPDS di Indonesia, saya
bertanggung jawab sendiri untuk seluruh pasiendi bangsal danintermediate care/CCU dan tidak
memiliki tim jaga.

6. Ujian penyetaraan dan pengakuan sebagai dokter di Jerman

Hampirsemua negara bagian di Jerman saat ini telah menjalankan peraturan baru.[4] Sejak tahun
2012 semua dokter lulusan negara ketiga akan mendapatkan Berufserlaubnisselama kurun waktu
tertentu (6 bulan-2 tahun). Sebelum masa berlaku Berufserlaubnis kita habis, kita wajib untuk
mengajukan diri untuk mengikuti ujian penyetaraan (Gleichwertigkeitsprüfung). Ujian ini saat ini
terdiri atas ujian pasien (presentasi pasien dan diskusi kasus berorientasi pasien) dan sesi tanya
jawab yang meliputi kasus-kasus yang sering ditemui/wajib diketahui dokter (penyakit dalam
dan bedah). Saya menjalani ujian ini pada bulan Agustus 2014. Kesan saya ujian ini seperti ujian
pasien pada saat koas. Pertanyaannya berorientasi pada kompetensi dokter umum dan penguji
juga menanyakan hal-hal yang seharusnya kita ketahui sebagai dokter umum. Setelah lulus ujian
penyetaraan, kita dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh SIP/Approbation als Arzt.
Dengan Approbation ini kita sudah dianggap setara dengan dokter lulusan Jerman dan bebas
bekerja di negara bagian manapundi Jerman.

7. Hal-hal lain

Selainmasalah medis, banyak hal-hal baru yang saya pelajari selama saya di Jerman. Saya belajar
bagaimana hidup sendiri, mengurus kesehatan sendiri, membagi waktu antara pekerjaan,
pengembangan diri/belajar dan pekerjaan di rumah dan belajar menjadi minoritas. Semua itu
tidak mudah karena seringkali saya pulang ke rumah dengan keadaansuper lelah setelah seharian
bekerja dan masih banyak hal yang harus dibereskan di rumah. Banyak hal-hal kecil yang
membuat kita semakin menghargai rumah/tanah air, seperti betapa mudahnya mendapatkan
sayuran diIndonesia, keberadaan teman-teman, bioskop dan mall yang serba ada, starbucks, dll.
Semakin kecil kota yang kita tinggali, maka semakin besar kemungkinan di kota tersebut tidak
ada toko yang menjual bahan-bahan kebutuhan dari asia. Semua itu menuntut fleksibilitas dan
pengorbanan dan untuk beberapa orang mungkin perlu menjadi bahan pertimbangan. Pada
awalnya saya cukup kesulitan untuk mengerti pembicaraan lebih dari dua arah, kesulitan untuk
mengerti humor orang Jerman dan saya yakin rekan-rekan kerja saya juga kesulitan untuk
mengerti saya, apalagi kebetulan saya termasuk orang yang introvert. Untuk saya, waktulah yang
menjadi jawaban. Seiiring dengan berjalannya waktu, saya semakin diterima dan perlahan
menjadi bagian dari keluarga besar di klinik saya. Hal yang saya pelajari adalah jadilah pribadi
yang lebih terbuka dan jangan merasa minder/rendah diri karena berada di negeri orang. Kita
memiliki hak yang sama dengan mereka.

Demikianlah sedikit pengalaman saya selama dua tahun menjadi AA di Jerman. Mudah-
mudahan bisa memberikan gambaran bagi rekan-rekan yang ingin melanjutkan pendidikan
spesialis di Jerman.

Salam sejahtera.

[1]Di negara-negara bagian bekas Jerman Barat lulusan negara ketiga (non-Jerman dan non-EU)
dapat juga menempuh pendidikan di tahap awal sebagai Gastarzt.

[2] Saya mengurus semua dokumen dari Indonesia, sehingga semua komunikasi dilakukan via E-
Mail. Tips: kirimkan E-Mail ke badan pemerintah di pukul 8 pagi/waktu kerja waktu Eropa.
Peluang untuk cepat dibalas lebih tinggi.

[3]Menurut saya penting untuk mengurus birokrasi ini sendiri, karena dalam 2 tahun, kita
kembali harus mengurus hal yang kurang lebih sama di badan pemerintahan yang sama.

[4]Kecuali Niedersachsen

Spesialisasi di Jerman tidak seperti di Indo atau negara lain. Disini spesialisasi dianggap sebagai
profesi.

Untuk spesialisasi (Facharztausbildung) di Jerman kita memerlukan 3 jenis visa:

1. Arbeitserlaubnis (visa kerja), karena status kita pekerja, bukan mahasiswa (student).
2. Berufserlaubnis (visa profesi, dikeluarkan oleh Landesamt für Gesundheit)
3. Aufenhaltserlaubnis (ijin tinggal).

First step:

 browsing di internet mengenai jurusan spesialiasi yang diinginkan. Biasanya www.uni-


(nama kota).de,contohnya www.uni-bonn.de, or www.uni-berlin.de, dll.
 Dari situ bisa cari jurusan medizin, dan biasanya keluar daftar rumah sakit
pendidikannya.
 cari nama profesor kepala bagian jurusan yang ingin diambil, dan mulai korespondensi
dengan prof tsb. Isinya berupa surat perkenalan
Dokumen2 yang harus diurus:

1. akte kelahiran.
2. ijazah Sked dan transkrip nilai Sked.
3. ijazah dokter dan transkrip nilai dokter.
4. surat kolegium IDI( piagam pengakuan keprofesian dokter) yang menyatakan kamu
sudah menyelesaikan pendidikan dokter dan tidak pernah malpraktek.
5. surat keterangan anggota dari IDI.
6. surat tunda ptt. Tapi tidak usah dilegalisir (begläubigen) dan tidak usah diterjemahkan ke
bahasa Jerman. Kalau sudah ptt malah lebih bagus, nah yang ini mungkin ada gunanya
diterjemahkan.
7. Surat rekomendasi kampus or dokter spesialis or profesor bidang yang mau dipelajari.
8. Surat keterangan beasiswa, dari rumah sakit atau lembaga tertentu.
9. Surat bukti sumpah dokter.
10. Sertifikat Testdaf .bahasa Jerman ini amat sangat penting untuk dikuasai,
11. Surat keterangan izin belajar dari Dinkes
12. Surat keterangan izin belajar di luar negeri dari Depkes

Untuk dokumen nomor 11 dan 12 ini, cuma bisa didapat kalau kamu sudah dapat surat
penerimaan dari rumah sakit yang mau menerima kamu di Jerman.

ALUR MASUK PPDS JERMAN


BAHASA JERMAN
Belajar bahasa Jerman, minimal lulus level B2, bagus kalau bisa lulus C1, boleh ditambah kursus bahasa
untuk kedokteran
TUJUAN JELAS
Tentukan mau spesialis apa dan di kota mana.
KIRIM LAMARAN KE KLINIK JERMAN
Tips untuk pilih tempat PPDS
Lama PPDS biasanya 4-6 tahun. Menulis izin tiap rumah sakit/Klinik/tempat praktik dokter untuk
menyelenggarakan ppds, dapat dilihat di daftar Links sebelumnya. Misalnya: ppds anak lamanya 60
bulan (5 tahun), Klinik 'A' punya izin 12 bulan, berarti setelah kerja 1 tahun di Klinik A, kamu harus cari
Klinik lain utk menyelesaikan sisa 4 tahun ppds.
DOKUMEN PENTING
Ijazah sarjana kedokteran & dokter
Transkrip nilai
STTB SMA
Tambahan:
Sumpah dokter
STR (surat tanda registrasi), SIP (surat izin Praktik)
Surat keterangan ko-as dari kampus, menyatakan tgl brp sampai tgl brp koasistensi di rumah sakit/Klinik
apa di mana untuk departemen apa
Akte lahir
KTP
Kartu keluarga
PPDS di JERMAN
#1
#2
Ini link Ärztekammer (ikatan dokter) untuk membantu menentukan bidang spesialis & kota:
http://www.aerztekammer-bw.de/10aerzte/30weiterbildung/20wbbefugt/55wbb/index.php
http://www.blaek.de/
(>> klik Weiterbildung, >> klik Befugnisse)
http://www.aekb.de/10arzt/15_Weiterbildung/13a_Befugtensuche/index.html
https://www.laekb.de/www/website/PublicNavigation/arzt/weiterbildung/weiterbildung_befugte/
https://www.aekhb.de/befugtenliste/
http://www.aerztekammer-hamburg.org/wb_befugte.html
https://portal.laekh.de/wbermaechtigte
http://www.aek-mv.de/default.aspx?pid=20100610142642800
https://www.aekn.de/nc/weiterbildung/weiterbildungsermaechtigte-in-niedersachsen-datenbank/
http://www.aekno.de/arztsuche/wbbefugteneu/maske.asp
http://www.aerztekammer-
koblenz.de/weiterbildung/liste_der_zur_weiterbildung_befugten_aerzte.html
http://bezirksaerztekammer-pfalz.de/wbbefugteGebiete.php
http://www.aerztekammer-mainz.de/wbbefugniss.php
http://www.aerztekammer-trier.de/wbbefugte.php
http://www.aerztekammer-saarland.de/Weiterbildungsstaetten
http://www.slaek.de/de/01/weiterbildung/wbb-listen02.php
http://www.aeksa.de/www/website/PublicNavigation/arzt/weiterbildung/wb-befugnisse/
https://wb.aeksh.de/html/GEBIETE.HTM
http://www.laek-thueringen.de/wcms/DocsID/Ermaechtigungen--Befugnisse?
OpenDocument&SessionID=90722820&Layout=Default&Language=de&CurrentNaviEntry1=110701-
40800-CM-5575551987
http://www.aekwl.de/index.php?id=2786
#3
Pelamar di kota besar & rumah sakit besar (Uniklinik = Universitätsklinikum) pasti banyak. Sebagai warga
negara asing, lebih besar peluang diterima di Klinik kecil / kota kecil.
#4
Fotokopi, legalisir & terjemahkan ke dalam bahasa Jerman:
#5
(melamar dari Indonesia bisa per email)
Contoh Lamaran
Contoh Curriculum vitae
Sertakan fotokopi (indonesia & jerman) STTB SMA, ijazah sarjana kedokteran & dokter, transkrip nilai &
Curriculum vitae
#6
Dokter asisten (Assistenzarzt)
Dokter tamu (Gastarzt)
Pengamat (Hospitant)
Keuntungan: bulan pertama langsung dapat gaji & langsung terhitung masa ppds.
Kerugian: peluang diterima (mungkin) agak kecil, apalagi di kota besar & Uniklinik / rumah sakit terkenal.
Sejak awal langsung bertanggung jawab sebagai dokter, diharapkan sudah pintar & kompeten seperti
lulusan fakultas kedokter

PPDS di Jerman
Posted on August 30, 2016 by dokterkwok — Leave a comment

Apakah anda mempunyai niat dan motivasi untuk melanjutkan PPDS (Spesialisasi)? Spesialisasi
di Indonesia yang mengandalkan University-based sangat terbatas Kuota / Tempat untuk
diterima Spesialisasi. Tapi kata Pepatah, banyak jalan menuju Roma. Memang ada yang ingin
melanjutkan Spesialisasi ke Filipina, China, US, Australia dan negara-negara lainnya. Dalam
Pandangan Penulis, Spesialisasi di Jerman masih merupakan pilihan yang baik karena beberapa
Alasan, Yaitu:

1. Jerman masih kekurangan tenaga Dokter di RS, terutama kota-kota kecil. Namun untuk
beberapa Tahun kedepan kemungkinan kuota ini akan terpenuhi ole dokter-dokter dari
Negara Timur (Suriah, Saudi, Libya, dll).
2. Sistem kesehatan disini sudah sangat memadai, dalam artian di cover oleh asuransi,
sekalipun Pasien tersebut adalah pengungi atau gelandangan. Jadi implementasi untuk
mendiagnosa penyakit dan pembelajaran sangat mumpuni, artinya kita bisa melakukan
pemeriksaan penunjang tanpa memusingkan biaya.
3. Teknologi dan Studi terbaru bisa langsung dipraktekkan, atau bisa ikut aktif dalam
penelitian dan studi-studi terbaru itu.
4. PPDS di Jerman dihitung sebagai Tenaga Kerja. Residen bekerja 40 Jam seminggu
(Fulltime), ditambah dengan Jaga Malam. Untuk Lembur maka tergantung dengan
kebijakan RS masing-masing, ada yang berupa kompensasi Uang dan Libur tambahan.
5. Hak untuk mendapatkan Liburan (kurang leibe 30 Hari), lalu ada 5-7 hari untuk
mengikuti Seminar (Seminar juga dibayar, kadang plus Akomodasi).

Setelah menimbang baik buruknya, maka ada baiknya untuk mengenal sistem PPDS di Jerman.
Pertama-tama hilangkan dikepala anda terlebih dahulu (cuci otak), bahwa PPDS di Jerman mesti
daftar atau ujian atau apapun itu. Sistem Spesialisasi disini berbeda 180° dibandingkan di
Indonesia.

PPDS di Indonesia:

1. Di Indonesia cuman Center tertentu yang bisa mengadakan PPDS, lalu ada RS
Pendidikan.
2. Ada Biaya Masuk, Formal dan kabarnya juga dibawah tangan + rekomendasi dari otoritas
berkuasa (baik pemerintahan ataupun dokter bahkan professor).
3. Perpeloncoan baru (?) Poin ini adalah kabar burung yang bahkan dibantah ollen hampir
seluruh Residen, namun kalau bercerita akan didapatkan banyak tugas-tugas yang tidak
berhubungan dengan PPDS itu sendiri.
PPDS di Jerman:

1. Sedangkan di Jerman tidak perlu mencari Center ( Universitas), karena hospital-based.


Artinya setiap bagian di RS itu menerima Assistenzart/in (seperti Residen).
2. PPDS itu berdasarkan Prodi (Program Studi) untuk jangka waktu minimal Spesialisasi,
Logbook yang harus dipenuhi dan akhirnya Ujian Spesialisasi. Untuk pengisian Logbook
itu tergantung Ermächtigung Chefarzt masing2. Analoginya begini: di RS A, bagian
Jantung (Kardiologie), Chefarzt nya punya Ermächtigung buat Innere (peny. Dalam) dan
Kardiologie. Yah TS dapat mengikuti dari awal PPDS sampai akhir (kira-kira 6 tahun
untuk Kardiologie). Untuk menjadi Spesialis (FACHARZT), maka pada akhirnya harus
mengikuti Ujian secara lisan. Syaratnya sudah mencukupi waktu minimum masing2
prodi (program pendidikan). Terus bagaimana kalau Cheftarzt tidak punya Ermächtigung
sampai Prodi selesai? Yah disini TS bebas untuk pindah RS untuk melengkapi masa
PPdS nya. Intinya adalah Logbook tsb harus komplit.

Yang penting juga untuk PPDS ini ada syarat yang harus dipenuhi:

1. Berufserlaubnis anschließend Approbation

2. Aufenthalt- und Arbeitserlaubnis

3. Syarat2 untuk tinggal di Jerman > 3 bulan, coba lihat di Website Kedutaan Jerman.

Apa itu Berufserlaubnis dan Approbation?

Analogi: Berufserlaubnis – STR, Approbation SIP. Tapi ga segampang di Indonesia, ada STR
otomatis ada SIP.

Untuk melanjutkan Pendidikan Spesialis (PPDS) di Jerman, sejak April 2012 sudah berlaku
Aturan yang setara di seluruh Jerman, yaitu harus ada Approbation (Appro). Sedangkan sebelum
April 2012 mash berlaku Berufserlaubnis (BE) untuk sampai selesai PPDS. Sekiranya ada
Teman Sejawat (TS) yang masih memakai BE sebelum April 2012, maka BE tersebut bisa
diperpanjang sampai selesai PPDS. Sedangkan Aturan baru sekarang, BE hanya bisa
diperpanjang max. 1,5 Tahun (ada Variasi jangka waktu tertentu dan kebijakan tertentu
tergantung Bundesland). Nah dalam masa Penggunaan BE ini, sepertinya Masa Pendidikan di RS
tidak terhitung.

Silahkan kunjungin Website Bezirksregierung massig-masing Bundesland. Ini salah satu


Bezirksregierung di NRW:

http://www.bezreg-
arnsberg.nrw.de/umwelt_gesundheit_arbeitsschutz/gesundheit_pflege/index.php

Konkritnya untuk PPDS?


1. Bahasa Jerman minimal B2, ada beberapa Bundesland minimal C1. Jadi disarankan untuk
sampai C1. Waktu Penulis memulai dari 0-level B2, membutuhkan waktu kurang lebih 1 Tahun,
di Goethe Jakarta-Superintensiv (senin-jumat, 08.00-16:00). Alternativ banyak yang memulai
sampai level A1, terus Sprachkurs di Jerman. Nah ijin Sprachkurs max. 1,5 Thn di Jerman, habis
itu harus Sekolah atau Pulang. Untuk mengubah perijinan dari Sprachkurs ke PPDS itu
kemungkinan besar sudah ga bisa, harus kembali ke Indonesia dan apply dari sana. kenapa?
Karena Sprachkurs itu ijin belajar sedangkan PPDS itu ijin kerja.

2. Segala persyaratan sebagai dokter umum termasuk internship (Pemerintah Jerman mengikuti
update2 sistem2 di hampir semua negara). Jadi skrg harus ada surat yang menyatakan sudah
selesai Internship.

3. Bewerbung ke RS untuk mendapatkan Tempat. Pengalaman skrg, hampir semua RS meminta


Approbation, nah bagaimana untuk mendapatkan Approbation?

4. Hospitation-Itu cuman Observer, sebenarnya untuk mengetahui dan mengenal sistem RS di


Jerman.

5. Antrag Approbation – ada dua jalan: persamaan Ijazah dan Ujian. Dari Indonesia
kemungkinan besar adalah tidak Setara dan akhirnya ujian juga.

6. Sebelum Approbation ada Fachsprachenprüfung-ini menguji bahasa, anamnesa, dan pola pikir
sebagai dokter yang setara dokter di Jerman.

Silahkan follow @dokterkwok (FB, Twitter, Google+, dll) bila ada pertanyaan lagi. Salam

Website Kedutaan Besar Jerman di Jakarta tentang syarat untuk tinggal lebih dari 90 Hari di
Jerman
: http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/01_20Visa_20idn/03national/praktikum__stu
dium__wissenschaft.html

Untuk berinteraksi atau berbagi Informasi seputar PPDS di Jerman, silahkan Join di Group FB:

https://www.facebook.com/groups/PPDSJerman/

(Mohon Profile FB nya dengan Foto dan Identitas yang jelas, jadi bisa saya Approve secepatnya,
sonst mesti tunggu waktu luang untik seleksi satu per satu Calon Member).

FAQ:

F: Dok,,saya udh baca yg grup itu,.ada bbrp pertanyaan,maaf yah sblmnya..

1-Dulu pas mau kesana gitu pake agen ap yah??

2-Terus les bahasa cuma di Goethe yah? yg saya baca les bahasa jerman mesti sampai C1 yah?
bisa gak kalau itu semua diselesaikan di indo atau sebagian di jetman?
3-misalnya kita udah di jerman,kita harus penyetaraan dl slm bbrp taun?atau bs lgsg daftar untuk
PPDS?

4-PPDS di jerman itu kek gimana yha gambaran nya?apa sama kayak di indo yang kata orang
PPDS junior itu kayak “diberdayakan” banget?

5-slma PPDS itu text book dan kegiatan perkuliahan nya dalam bahasa jerman semua yta?

A: ini Jawaban berdasarkan pengalaman dan diskusi dengan teman-teman

1. ada bbrp agen baik perusahaan atau perseorangan. Silahkan tanya sama yang bersangkutan.
Banyak juga yang urus sendiri. Secara singkat: Pake Agen, Diurusin tapi bayarannya mahal
(€7000-20000). Urus Sendiri, jungkir balik, bolak balik sana sini, terus biaya sih ga semahal pakt
Agen. Nah dua-dua nya ini bukan jaminan untuk selesai ataupun beres PPDS nya.

2. les bahasa di Indo ya gothe. Di jerman sih banyak tmpt kursus bahasa jerman yang lain. Syarat
B2 atau C1 tgt negara bagian, masing2 syarat bisa diliat di website Bezirksregierung masing2.
Peraturannya berufserlaubnis untuk 1,5 tahun terus mesti penyetaraan.

3. PPDS di jerman itu hospital based, jd ga perlu daftar ke universitas. Hanya cari kontak ke
profesor atau chefarzt nya. Selalu ada kelebihan dan kekurangan dari sebuah sistem.

4. textbook bahasa jerman. Banyak dijual di toko buku.

Kemungkinan bagi dokter lulusan Indonesia di Jerman


Kemungkinan bagi dokter lulusan Indonesia di Jerman

Bagi para Dokter lulusan Kedokteran Indonesia , jika ingin mencari kemungkinan peluang yang bisa
dilakukannya di Jerman ini, ada 2 hal minimal yang bisa dijadikan alternatif, yakni:
A.Pendidikan spesialis
a. Syarat bahasa jerman (lulus DSH atau sudah lancar berbicara)
b. Cari posisi study spesialis (Asisstenzarzt/ärztin) di klinik/Krankenhaus
c. Jika sudah menemukan tempat yang dikira cocok dan mereka juga membuka Stelle/posisi , kita bisa
melamar via email / pos (via pos lebih baik)
d. Isi surat lamaran yang penting:
1. Surat lamaran dalam bahasa jerman
2. Fotokopi ijasah Dokter yang sudah ditranslet ke bhs jerman, dan legalisasi dari kedutaan jerman di
Indonesia
3. Kurikulum vitae dalam bahasa jerman dg format CV jerman
4. Surat bukti kerja (bagi yg sdh PTT atau sdh pernah bekerja di tanah air), dalam bahasa Jerman/Inggris
e. Kalau diterima di klinik tsb, biasanya diminta surat ijin kerja di jerman (hal ini berhubungan dengan
Arbeitsamt)
f. Membuat surat ijin kerja di jerman , dan biasanya ditujukan ke Landesverwaltungsamt,
Landesprüfungsamt für Gesundheitsberufe. Mereka biasanya memerlukan beberapa hal yang harus kita
sertakan sebagai lampiran:
1. Schriftlicher Anthrag in deutscher Sprache (formlos)
2. Ijasah dokter
3. Akte kelahiran dan surat nikah
4. Visum
5. Bukti terakhir kerja sbg dokter
6. CV
7. Surat kelakuan baik (buat di jerman)
8. Surat sehat dari dokter utk melamar kerja sbg dokter(dokter jerman)
9. Bukti penerimaan posisi dari salah satu klinik
10. Surat keterangan bahwa tidak sedang dalam proses hukum di jerman
11. Surat keterangan dari depkes (tanah air) bahwa selama bekerja di indonesia melakukannya dg benar
12. Bukti bahasa jerman (ijasah bahasa)
g. Biasanya nanti ada masa orientasi selama 1 tahun, kemudian test, apakah bisa meneruskan utk
spesialisasi atau tidak.
h. Karena bahasa kedokteran di jerman ini memakai bahasa jerman bukan bahasa latin atau inggris, jadi
sangat baik bila menguasai/mengerti bahasa kedokteran jerman.
i. Selama spesialis bisa ada peluang mengerjakan disertasi S3, jadi nanti dapat gelar Doktor Med juga

1.
2. WNI entah edang berada di negara mana tidak berpengaruh selagi WNI
3. Mempunyai jiwa kepemimpinan, integritas, idelaisme dan nasionalisme
4. Aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan
5. Bersedia menandatangani surat pernyataan taat hukum, dan segala hal lainnya terkait
PPDS, atas kerja, mengabdi pada bangsa.

Sementara syarat khusus untuk LPDP PPDS sebagai berikut. Saran saya, patuhi syaratnya dan
jangan bertanya apa yang sudah menjadi ketentuan wajib LPDP. Kalau merasa belum memenuhi
syarat khusus, saran saya masih ada waktu untuk menambal sulam (kecuali terkait umur)

1.
2. Usia maksimal saat wawancara LPDP adalah 35 tahun. Ini sesuai dengan bebrapa
persyaratan umum di PPDS juga.
3. Minimal skor TOEFL ITP 500/iBT 61/IELTS 6.0/TOEIC 600 karena sistem pendaftaran
online maka hal ini jika tidak terpenuhi akan membuat anda gagal lolos administrasi. Jadi
harap dipatuhi dan tidak perlu ditanyakan apakah boleh toefl prediction etc
4. Memiliki STR jadi bagi dokter yang baru saja lulus internship tapi masih belum keluar
STRnya, saran saya daftar LPDP hingga STR keluar
5. Minimal IPK gabungan 3.0 untuk sarjana dan profesi (ini juga akan dibuktikan dengan
upload transkrip nilai Sked dan Dr secara online jadi harga mati)
6. Sanggup menyelesaikan masa studi PPDS sesuai masa studi yang berlaku (tentu saja
untuk yang mau hamil-akan cuti hamil selama kuliah perlu mempertimbangkan hal-hal
tertentu)

Anda mungkin juga menyukai