APGAR Score : penilaian keadaan bayi setelah lahir ,meliputi: warna kulit,denyut jantung,tonus otot
,pernafasan dan respon reflex
Asfiksia : kegagalan nafas spontan dan teratur saat dan setelah bayi lahir ,ditandai dengan asidosis dan
hiperkardiak
Resusitasi : pengembalian suatu keadaan spt vital sign, dan mengembalikan fungsi jantung dan paru
Hyaline membrane disease : gawat nafas pada bayi yang kurang bulan sesaat setelah bayi lahir karena
kekurangan surfaktan , ditandai dengan kesukaran bernafas ,nama lain RDS
Skor ballard dan Dubowitz : penilaian untuk menilai gestasi kehamilan ,yang dinilai meturasi
fisik(kulit,lanugo,permukaan kaki,payudara,mata dan telinga serta genital) dan
neuromuscular(postur,pergelangan tangan,poplitea,tonus pasif bahu dan pergerakan otot panggul)
Kurva lubschennko dan Nelhause : kurva pertumbuhan yang disajikan dalam bentuk table
STEP 2
STEP 3
Surfaktan berguna agar menjaga alveolus agar berkembang serta merendahkan tegangan
permukaan
surfaktan terbentuk pada minggu pertama trismester 3 dan maksimal pada usia 35 minggu
plasenta hormon CRH masuk ke sirkulasi janin hipofisis janin ACTH merangsang
korteks adrenal Mengeluarkan kortisol merangsang paru janin untuk menghasilkan
surfaktan paru
8. Apa itu APGAR skor dan bagaimana interpretasinya serta interpretasi APGAR skor 6-7-8?
MIND MAP
Def. Surfaktan
Saat janin/fetus berada di dalam kandungan maka plasenta berfungsi sebagai organ respirasi bagi fetus,
namun untuk dapat beradaptasi pada lingkungan ekstra uterine, maka paru-paru fetus akan mengalami fase-fase
perkembangan.
Fase terakhir dari perkembangan paru-paru fetus adalah periode sacus terminalis dimana terjadi
perkembangan alveolar pada minggu ke 24 sampai janin berusia aterm dan siap untuk dilahirkan. Gerak pernafasan
janin terjadi pada periode sebelum itu.
Sistem pernafasan janin mulai dibentuk pada usia kehamilan 6 minggu. Saluran udara yang terdapat dalam
paru-paru mulai dibentuk pada usia kehamilan 7 minggu.
Pada usia kehamilan 8 minggu, saluran bronchi yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan mulai
bercabang. Mulai terbentuk lubang hidung, bibir, mulut serta lidah.
Pada usia kehamilan 10 minggu, semua organ penting yang telah terbentuk dalam tubuh mulai
bekerjasama, termasuk jantung dan paru-paru.
Usia kehamilan 20 minggu terjadi proses penyempurnaan paru-paru dan sistem pernafasan janin. Produksi
surfaktan sudah dimulai, jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (30-34 minggu kehamilan).
Usia kehamilan 25 minggu, janin mengalami cegukan sebagai tanda sedang latihan bernafas, menghirup
dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban tertelan, maka janin akan cegukan. Saluran darah di paru-paru
semakin berkembang. Fungsi menelan dan indra penciuman semakin membaik dan hidung janin (nostrils) sudah
mulai berfungsi.
Pada usia kehamilan 28 minggu, paru-paru janin belum sempurna, namun apabila janin lahir, kemungkinan
besar janin tersebut telah dapat bertahan hidup.
Usia kehamilan 31 minggu, kondisi paru-paru janin mendekati sempurna, apabila janin lahir, maka
kemungkinan bisa bertahan hidup.
Usia kehamilan 33 minggu, janin sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun bernafas dalam air.
Pada usia kehamilan 36 minggu, saat ini paru-paru janin sudah bekerja dengan baik bahkan sudah siap
untuk dilahirkan.
Pada usia kehamilan 37 minggu, janin sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya
masih dilakukan di dalam air.
Pada usia kehamilan 38-40 minggu, proses pembentukan telah berakhir dan janin telah siap untuk
dilahirkan
8. Apa itu APGAR skor dan bagaimana interpretasinya serta interpretasi APGAR skor 6-7-8?
- skor APGAR :
A : warna kulit
P : frekuensi jantung
G : reaksi thdp rangsang
A : tonus oto
R : nafas
penilaian APGAR
0 1 2
Appearance (warna Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
kulit) ekstremitas biru kemerah – merahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
( frekuensi nadi )
Grimace ( reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
rangsangan) mimik ( grimace)
Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernafasan)
Kriteria berat sedang ringannya
a. asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen
terkendali karena selalu disertai asidosis maka perlu diberikan natrium
bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4ml/kgbb, diberikan lewat vena umbilikalis
b. asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-6 )
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal
kembali
c. bayi normal/ sedikit asfiksia ( nilai APGAR 7-9 )
d. bayi normal dengan nilai APGAR 10
( Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri,jilid I,EGC )
1. “vigorous baby”. Skor apgar 7-10. bayi adianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. “mild moderate asphyxia” (asfiksia sedang). Skor apgar 4-6. pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frek jantung > 100/mnt, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. pada pemeriksaan fisis ditemukan frek jantung
<100/mnt, tonus otot buruk, sianosis berat, kadang2 pucat, refleks iritabilitas tidak
ada.
4. Asfikisa berat dgn henti jantung, yaitu :
a. bunyi jantung fetus menghilang tdk lebih dari 10 mnt sebelum lahir lengkap
b. bunyi jantung bayi menghilang postpartum
Dengan PF sesuai dgn asfiksia berat.
(Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3, FKUI, 1985)
10. Jelaskan yang dimaksud dengan skore ballard dan Dubowitz dan interpretasinya?
A. Postur
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai
bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat
dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau
sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya.
Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
B. Squware Window
C. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan
cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian
bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati
reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1:
fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110- 140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °,
dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh (Gambar II.5).
D. Popliteal Angle
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang
terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus
menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi
kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48
jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine.
Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi
E. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi
melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua
bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi
siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada
tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus
xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) (Gambar II.7).
F. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi
terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin
dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan
amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka
pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil
dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0);
dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar II.8).
11. Bagaimana skor ballard dan Dubowitz pada usia kehamilan 32 minggu serta ?
12. Apa klasifikasi dari hyaline membrane disease?
13. Pemeriksaan neonates baru lahir?
14. Penatalaksanaan dari scenario?
15. Faktor yang mempengaruhi pembentukan surfaktan?