ULKUS KORNEA
Oleh :
Hernandes 1840312757
Sri Fadilla 1940312054
Jihan Dinahafira 1940312xxx
Preseptor :
2019
Case Report Session
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah
subhanahu Wata’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Case
Report Session (CRS) yang berjudul “Ulkus Kornea”. CRS ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Weni Helvinda, Sp.M(K) sebagai pembimbing
yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yag telah membantu dalam
penulisan CRS ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CRS ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga CRS ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Padang, 29 Agustus
2019
Case Report Session
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kornea
2.1.1. Anatomi
Kornea merupakan lapisan depan bola mata, tidak memiliki pembuluh darah
(avaskular), dan bersifat transparan.6 Ukuran kornea untuk diameter horizontal sekitar
11-12 mm dan 10-11 mm untuk diameter vertikal.Pada bagian tengah, kornea
memiliki tebal kira-kira 0,5 mm dan secara bertahap ketebalan akan meningkat ke
arah pinggiran.7 Kornea berfungsi sebagai lapisan pelindung yang dilalui berkas
cahaya menuju retina.8 Sifat tembus cahaya pada kornea dikarenakan strukturnya
yang uniform, avaskular, dan deturgensens.Kornea berbentuk asferis dengan indeks
refraksi kornea adalah 1,376, dengan kekuatan refraksi 43,25 dioptri dari total 58,60
kekuatan yang dimiliki pada mata normal. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada
difusi glukosa dari aqueous humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air
mata.9
2.1.2. Histologi
Pada manusia, secara morfologi kornea memiliki 5 lapisan. Lapisan kornea dari
luar ke dalam adalah epitel, membrana Bowman, stroma, membrana Descemet dan
endotel.10
Case Report Session
1. Epitel
Epitel yang terdapat pada kornea bersifat padat, protektif, terdiri dari sel epitel
squamosa yang biasanya terdiri dari 5 – 7 lapis, dan berikatan kuat dengan stroma di
bawahnya.
2. Membrana Bowman
Membrana Bowman merupakan lapisan fibrosa aseluler yang terletak di bawah
epitel tersusun dari serat kolagen tipe I.
3. Stroma
Secara mikroskopik stroma kornea tampak beraturan, avaskular, dan relatif
aseluler yang tersusun dari serat kolagen tipe I/V fibril heterotipik dan proteoglikan.
4. Membrana Descemet
Membrana Descemet merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-
serat kolagen yang dapat dibedakan dari stroma kornea. Memiliki ketebalan sekitar 3
mm pada saat lahir dan meningkat ketebalannya sepanjang usia. Membrana Descemet
memiliki potensi untuk beregenerasi (Kanski, 2011).
5. Endotel
Tebal endotel pada kornea yaitu 4 – 6 mikron yang terdiri dari lebih kurang
400,000 sel yang tersusun dalam bentuk mosaik heksagonal. Sel-sel ini mensintesa
protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini
mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan
mengeluarkan kelebihan ion natrium ke dalam kamera okuli anterior.
2.1.3. Fisiologi
1. Proteksi
Melindungi bagian dalam mata yang rentan rusak merupakan hal yang penting agar
fungsi mata berjalan dengan baik. Ada 3 macam bentuk dari proteksi oleh kornea.
Pertama, proteksi secara mekanik oleh lamella kolagen yang kuat dan kokoh. Kedua,
proteksi dengan cara produksi dan peluruhan sel epitel jika terjadi cedera baik
mekanik maupun kimiawi. Ketiga, proteksi proteksi cahaya dengan bantuan lensa
sebagai filter spektrum yang melindungi retina dari bahaya radiasi sinar UV.
2. Transmisi
Kemampuan kornea yaitu mentransmisikan 95% dari radiasi yang terlihat menjadi
Case Report Session
2.4 Epidemiologi
Ulkus kornea merupakan salah satu penyebab kebutaan di seluruh dunia.
Menurut World Health Organitation (WHO) angka kebutaan akibat ulkus kornea
mencapai 1,5-2 juta kasus tiap tahunnya dan merupakan penyebab kebutaan
kedua setelah katarak.4 Ulkus kornea menjadi penyebab kebutaan kedua setelah
katarak dibanyak negara berkembang diantaranya Asia, Afrika, dan Timur
Tengah. Menurut data Riskesdas tahun 2013 persentase kebutaan di Indonesia
masih diatas 0,5% yang mana prevalensi kebutaan pada laki-laki adalah 0,3%
sedangkan pada perempuan 0,5%. Di Sumatera Barat persentase kebutaan yaitu
0,4% yang mana hampir sebanding dengan prevalensi kebutaan nasional.5
timbul dalam situasi apapun pada kondisi kornea yang tidak cukup dibasahi
dan dilindungi oleh palpebra, contohnya pada eksoftalmus, ekstropion,
hilangnya sebagian palpebra akibat trauma, dan ketidakmampuan palpebral
menutup dengan baik, seperti pada
Bell’s palsy.11
4. Defisiensi vitamin A
Defisiensi vitamin A dapat terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan gangguan pemanfaatan
oleh tubuh. Kekurangan vitamin A menyebabkan keratinisasi generalisata
pada epitel di seluruh tubuh.3
2.7 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab
susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan
cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam
bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.15
Ketika epitel kornea yang rusak diinvasi oleh agen patogen, perubahan
pada kornea pada perkembangannya menjadi ulkus kornea dapat dibedakan
menjadi 4 tahap yaitu infiltrasi, ulserasi aktif, regresi, dan sikatrik. Hasil akhir
atau terminal dari ulkus kornea bergantung pada virulensi dari agen patogen,
mekanisme pertahanan dari host, dan tatalaksana yang diterima.16
1. Tahap progresif infiltrasi
Pada tahap ini terlihat infiltrasi dari PMN dan/atau limfosit kedalam epitel
dari sirkulasi perifer. Pada tahap ini nekrosis dapat muncul pada jaringan
tergantung dari virulensi agen patogen dan kekuatan mekanisme pertahanan
dari host tersebut.
2. Tahap ulserasi aktif
Ulserasi aktif terjadi disebabkan karena nekrosis dan pengelupasan dari
epitel, membrana Bowman, dan stroma. Dinding dari ulserasi aktif ini akan
membengkak disebabkan oleh lamela yang terimbibisi oleh cairan dan
leukosit diantaranya. Pada tahap ini disekitar dan dasar dari ulserasi akan
memperlihatkan infiltrasi abu-abu dan pengelupas.
Pada tahap ini akan muncul hiperemia dari jaringan sirkumkorneal yang
merupakan hasil dari akumulasi eksudat purulen dari kornea. Kongesti
vaskular pada iris dan badan siliaris serta iritis terjadi akibat dari absorpsi
toksin dari ulserasi. Eksudasi dapat masuk kedalam COA melalui pembuluh
iris dan badan siliaris menyebabkan hipopion.
3. Tahap regresi
Tahap regresi merupakan tahapan yang diinduksi dari mekanisme
pertahanan dan tatalaksana yang didapatkan untuk meningkatkan respon host.
Case Report Session
Garis demarkasi kemudian terbentuk di sekitar ulkus, yang terdiri dari leukosit
yang menetralkan dan memakan agen patogen dan debris-debris nekrosis.
Digesti dari materi nekrosis ini dapat menyebabkan ulkus yang semakin besar.
Proses ini kemudian diikut dengan vaskularisasi superfisial yang
meningkatkan respon imun humoral dan selular. Ulkus pada tahap ini mulai
sembuh dan beregenerasi.
4. Tahap sikatrik
Pada tahap ini terjadi epitelisasi yang progresif dan membentuk lapisan
penutup yang permanen. Dibawah epitel, terdapat jaringan fibrosa terdiri dari
fibroblas kornea dan sel endotel dari pembuluh darah baru. Stroma kemudian
menebal dan memenuhi bagian bawah epitel, sehingga mendorong epitel ke
arah anterior. Tahap sikatrik dari proses penyembuhan berbeda-beda. Pada
ulkus sangat superfisal dan hanya meliputi epitel, penyembuhan akan terjadi
tanpa meninggalkan opasitas. Sedangkan jika ulkus mencakup membran
Bowman dan lamela stroma superfisial, sikatrik yang tebentuk akan
membentuk nebula. Makula dan leukoma dapat terjadi pada proses
penyembuhan ulkus yang meliputi sepertiga dan melebihi stroma kornea.
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA