MODUL 3
KELOMPOK 24D
SKENARIO 3:
PENGALAMAN DOKTER PUSKESMAS
Dokter Mediko, bekerja di puskesmas, menerima pasien wanita usia 25 tahun yang diantarkan oleh masyarakat dan
keluarganya.Dari informasi yang diterima, pasien mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm dan menabrak
pembatas jalan. Setelah kecelakaan pasien tidak sadar dan tampak keluar cairan berwarna merah dari hidung dan
telinga.
Pada pemeriksaan didapatkan patentairway, nafas 28 kali permenit, nadi 120 kali, tekanan darah 90/70 mm hg, GCS 13.
Pada pemeriksaan ditemukan tanda “racoon eyes”, otorhea dan rhinorhea. Dr.Mediko segera melakukan stabilisasi
leher, memasang infus RL dengan tetesan cepat dan memasang kateter urin. Karena kondisi pasien kritis dan gelisah,
maka Dr.Mediko berinisiatif untuk mendampingi pasien ke rumah sakit. Dalam perjalanan diatas ambulans, ditemukan
hematuria. Dokter Mediko berpikir adanya kemungkinan trauma pada saat pemasangan kateter atau ada diagnosis lain.
Pihak keluarga berusaha untuk memperoleh santunan dari asuransi kecelakaan lalu lintas, dan untuk itu mereka harus
menghubungi pihak kepolisian setempat. Mereka juga harus mengisi beberapa formulir rekam medis yang terkait
dengan perawatan di rumah sakit untuk kepetingan dokumentasi penagihan klaim tersebut.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada pasien tersebut dan apakah ada kemungkinan terjadinya adverse
effect ?
1. Patent Airway
3. Otorhea
4. Rhinorhea
5. Hematuria
Adanya darah (sel darah merah) di dalam urin, baik secara makroskopik
maupun mikroskopik.
1. Mengapa pasien tidak sadar dan keluar cairan berwarna
merah dari hidung dan telinga setelah kecelakaan?
2. Apa saja yang harus diperhatikan dokter saat ada pasien
kecelakaan?
3. Bagaimana interpretasi pemeriksaan yang dilakukan
dokter?
4. Mengapa segera dilakukan stabilisasi leher, pemasangan
infus RL tetesan cepat, dan kateter urin?
RUMUSAN
5. Apa yang harus dilakukan jika ditemukan raccoon eyes?
MASALAH
6. Mengapa di perjalanan pasien ditemukan hematuria?
7. Mengapa pasien dirujuk oleh dr. Mediko dan mengapa
dr. Mediko berinisiatif mendampingi pasien?
8. Bagaimana prosedur memperoleh santunan dari
asuransi kecelakaan dan apa saja yang harus
diperhatikan dalam melakukan hal tersebut?
9. Apa kemungkinan terjadi adverse effect pada pasien
tersebut?
HIPOTESIS
1. Mengapa pasien tidak sadar dan keluar cairan berwarna merah
dari hidung dan telinga setelah kecelakaan?
• Pasien kemungkinan mengalami cedera kepala yang mengakibatkan terjadinya
sistem ARAS dan terjadilah gangguan kesadaran.
• Cairan keluar dari hidung dan telinga kemungkinan telah terjadi fraktur pada
basis cranii. Fraktur pada basis cranii anterior mengenai bagian etmoid dan
sfenoid sehingga dapat terjadi perdarahan melalui hidung, dan fraktur pada
basis cranii medial mengenai bagian temporal sehingga dapat terjadi
perdarahan melalui telinga
2. Apa saja yang harus diperhatikan dokter saat ada pasien
kecelakaan?
• Primary survey : ABCDE
• Secondary survey : head to toe
• Mekanisme trauma; apakah pasien sebagai penumpang atau pengemudi, dimana
posisi kendaraan dan pasien saat kecelakaan, bagian tubuh mana yang terkena
lebih dulu, dari mana arah benturan
• Lingkungan; ada fraktur terbuka/tidak
• Keadaan sebelum kejadian dan faktor predisposisi; riwayat mengkonsumsi
alkohol dan obat terlarang, apakah pernah trauma pada bagian tubuh yang sama
3. Bagaimana interpretasi pemeriksaan yang dilakukan dokter?
• Patent airway : tidak ada gangguan jalan nafas
• Nafas 28x/menit : takipnea
• Nadi 120x/menit : takikardi
• TD 90/70 : hipotensi
• GCS 13 : cedera kepala sedang
• Raccoon eyes : khas pada fraktur basis cranii berupa perdarahan pada
periorbita
• Rinorhea : fraktur basis cranii anterior
• Otorhea : fraktur basis cranii medial
4. Mengapa segera dilakukan stabilisasi leher, pemasangan infus RL
tetesan cepat, dan kateter urin?
• Stabilisasi leher : untuk menghentikan perdarahan, menjaga pergerakan kepala
dan jalan nafas
• Infus RL tetesan cepat : menormalkan oksigenasi jaringan
• Kateter urin : mengosongkan vesika urinaria dan menilai sirkulasi
5. Apa yang harus dilakukan jika ditemukan raccoon eyes?
• Pemeriksaan tanda vital, cari penyebab utama
• Pemeriksaan kesadaran : GCS
• Evaluasi saraf-saraf kranial terutama nervus 1, 3, 4, 6, 7
• Tes penglihatan dan pendengaran
• Kelainan lain : pembengkakan, nyeri terlokalisir, battle sign, laserasi, ekimosis
pada daerah mastoid, perdarahan/keluar LCS dari hidung/telinga
6. Mengapa di perjalanan pasien ditemukan hematuria?
• Pemasangan dan pelepasan kateter. Kateter belum masuk ke vesika urinaria
tapi balon sudah dikembangkan
• Trauma ginjal/vesika urinaria pasien karena kecelakaan
• Fraktur pelvis
7. Mengapa pasien dirujuk oleh dr. Mediko dan mengapa dr. Mediko
berinisiatif mendampingi pasien?
Pasien dirujuk karena butuh penatalaksanaan yang lebih lanjut yang tidak bisa
ditangani di puskesmas. Pasien didampingi untuk menghindari terjadinya hal
yang tidak diinginkan
9. Apa kemungkinan terjadi adverse effect pada pasien tersebut?
Ya, bisa melalui pemasangan:
• Kateter
• pemberian obat-obatan
SKEMA
Kegawatdaruratan Bedah
1. API
2. AIR PANAS
3. BAHAN KIMIA
7. LEDAKAN BOM
DERAJAT KEDALAMAN LUKA BAKAR
- EPIDERMIS
• RULE OF NINE
• Kepala leher 9%
• Lengan 18%
• Genetalia/ perineum 1%
• Jumlah 100%
DEWASA
ANAK – ANAK
10 14 18
9 9 9 9 9 9
18 18 18 18 18 18
18 18 16 16 14 14
2. FASE SUBAKUT
- DALAM PERAWATAN
- PROBLEM LUKA, INFEKSI, SEPSIS
PENATALAKSANAAN
PENDERITA LUKA BAKAR
FASE AKUT
I. PRIMARY SURVEY :
PEMERIKSAAN SEPERTI PADA TRAUMA YANG LAIN.
A. HISTORY / ANAMNESA
B. PEMERIKSAAN FISIK / LENGKAP
MULAI KEPALA - KAKI
PRINSIP PENANGANAN
4. VITAL SIGN
9. PAINT MANAGEMENT
ANAK : 1 CC/KG/JAM
2. OLIGO-URIA
4. BLOOD PRESSURE
5. HEART RATE
Pada Kornea
– Membran sel rusak
– Terjadi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan
epitel lensa
– Tekanan intra okuler meninggi
– Hipotoni akan terjdi bila kerusakan pada badan silier
– Kornea keruh dalam beberapa menit
GEJALA KLINIS
Pada Kelopak
–Margo palpebra rusak
–Kerusakan pada kelenjar air mata, sehingga mata menjadi kering
Conjunctiva
–Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang.
Lensa
– Lensa keruh
GEJALA KLINIS
• Fotofobia
• Penglihatan kabur
• Sensasi benda asing
• Blefarospasme
• Mata merah
• Mata yang terkena terlihat opacity
KLASIFIKASI
Hughes
1. Enteng
– Prognosis baik
– Terdapat erosi epitel kornea
– Kekeruhan yang ringan pada kornea
– Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun
konjungtiva
KLASIFIKASI
2. Sedang
– Prognosis baik
– Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara
terperinci
– Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungtiva dan kornea
3. Sangat Berat
– Prognosis buruk
– Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat
– Konjungtiva dan sklera pucat
KLASIFIKASI
Thoft
–Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai keratitis
–Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
–Derajat 3 : hiperemi disertai nekrosis konjungtiva dan lepasnya
epitel kornea
–Derajat 4 : Konjungtiva nekrosis sebanyak 50 %
PENATALAKSANAAN
Gejala :
Rasa tusukan di tenggorok
Tindakan :
Ekstraksi dengan menggunakan spatel
lidah dan cunam
Benda Asing di Hidung
• “MALPRAKTEK ETIK”
(Ethical malpractice)
• MALPRAKTEK PERDATA
(Civil malpractice) = malpraktek
• “MALPRAKTEK PIDANA”
(Criminal malpractice)
• “MALPRAKTEK ADMINISTRATIF” (?)
KEGAGALAN MEDIK
DAPAT SEBAGAI AKIBAT DARI :
•Disebut : MALPRAKTEK
•PELAKU : ORANG / BADAN HUKUM
• TG.JWB : SENDIRI / BERSAMA
• PENYELESAIAN : Pengadilan, ADR, Damai
• “HUKUMAN” : Ganti Rugi, Rehabilitasi.
DASAR GUGATAN
• KELALAIAN MEDIK
• TINDAKAN MEDIK TANPA PERSETUJUAN (PERBUATAN
MELANGGAR HUKUM)
• TANPA CONSENT / PERTINDIK
• PELANGGARAN JANJI : WANPRESTASI
• PRESTASI DOKTER : UPAYA
KELALAIAN MEDIK
KELALAIAN
• HUB. KAUSAL
• CAUSAL
RELATIONSHIP
• STANDAR PROSEDUR :
• TERGANTUNG SARANA KESEHATAN SETEMPAT
• STANDAR PELAYANAN MINIMAL
• TERGANTUNG SARANA KESEHATAN SETEMPAT
• TERGANTUNG SITUASI – KONDISI TERTENTU
• TERGANTUNG SUMBER DAYA