Anda di halaman 1dari 2

kontraktor.

Untuk itu pemilik proyek harus menyerahkan jaminan bank sebagai jaminan
pembayaran.

3.4 BENTUK KONTRAK DITINIAU DARI ASPEK PEMBAGIAN TUGAS

 Berdasarkan aspek pembagian tugas, bentuk kontrak konstruksi dapat dibedakan menjadi 6
(enam), yaitu kontrak konvensional, kontrak spesialis, kontrak design-build, kontrak EPC,
kontrak BOT/BLT, dan konv trak swakelola/force account. Bentuk kontrak konvensional atau
tradisi onal adalah bentuk yang paling umum digunakan dalam proyek-proyek konstruksi.
Dalam bentuk ini terdapat pemisahan jelas antara pemilik proyek, kontraktor, dan
konsultan. Dengan demikian terdapat beberapai kontrak terpisah, misalnya kontrak antara
pemilik proyek dan konsultan perencana, kontrak antara pemilik proyek dan konsultan
pengawas, serta kontrak antara pemilik proyek dan kontraktor. Untuk lebih jelas nya bentuk
pembagian tugas pada kontrak konvensional dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Bentuk kontrak konvensional/tradisional

Bentuk kontrak spesialis merupakan perkembangan dari bentuk kontrak konvensional di mana
dalam pelaksanaannya, pemilik proyek menunjuk beberapa kontraktor utama dengan tujuan
eflsiensi waktu dan

kepastian kualitas pekerjaan karena item pekerjaan diserahkan kepada kontraktor spesialis,
penghematan biaya, dan kemudahan untuk meng. ganti kontraktor utama. Meskipun demikian
bentuk ini membutuhkan kecakapan pemilik proyek dalam menilai performa kontraktor dan bia‘
sanya hanya diterapkan oleh pemilik proyek yang telah berpengalaman dan memang bergerak di
sektor industri konstruksi.

Gambar 3.3 Bentuk kontrak spesialis

Bentuk kontrak selanjutnya yakni bentuk kontrak design-build-sering disingkat DB-adalah bentuk
kontrak di mana kontraktor tid hanya bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi tetapi juga
teren hadap desain konstruksi. Dengan demikian kontraktor utama berfungsi pula sebagai konsultan
perencana. Tujuan utama dari diterapkannya bentuk ini adalah agar waktu perencanaan dan
perancangan desain dengan waktu pelaksanaan konstruksi dapat berj alan overlapping sehingga
memperpendek durasi siklus hidup proyek konstruksi.

Gambar 3.4 Bentuk kontrak design-build

Sedangkan bentuk kontrak EPC (engineering, procurement, and contruction) adalah bentuk kontrak
konstruksi di mana kontraktor memegang tanggung jawab terhadap jasa desain (engineering),
pengadaan material (procurement), dan pelaksanaan konstruksi (construction). Bentuk kontrak ini
hampir sama dengan bentuk kontrak design-build di mana kontraktor bertanggung jawab atas
desain dan pelaksanaan konstruksi. Pada umumnya bentuk kontrak design-build lebih banyak
diterapkan untuk proyek bangunan gedung sedangkan bentuk kontrak EPC lebih banyak diterapkan
untuk proyek-proyek infrastruktur yang lebih menekankan pada aspek operasional sistem
infrastruktur.

Bentuk kontrak BOT (build-operate-transfer) dan BLT (build-lease- transfer) mempakan bentuk
kontrak konstruksi di mana pemilik lahan mengajak kontraktor untuk berinvestasi dengan cara
melaksanakan sebuah pembangunan di atas lahan pemilik. Dengan demikian kontraktor mendanai
seluruh biaya pekerjaan dan ketika pekerjaan telah selesai, kontraktor diberikan hak untuk
mengelola (operate) maupun menyewa kan (lease) bangunan tersebut kepada pemilik atau pihak
lain. Setelah kurun waktu tertentu di mana pembiayaan telah dianggap lunas, bamlab bangunan
tersebut dikembalikan kepada pemilik proyek/lahan.

Bentuk kontrak swakelola (force account) adalah bentuk kontrak konstruksi di mana seluruh tahapan
proyek konstruksi dipegang hanya oleh salah satu pihak. Bentuk ini biasanya hanya mampu
diterapkan oleh para pengembang besar atau kontraktor besar yang memiliki sum' ber daya dan
teknologi yang memadai. Dalam bentuk ini, seluruh tahapan proyek konstruksi, mulai dari desain,
pengadaan, hingga pelaksanaan proyek dilakukan oleh pemilik proyek dengan menggunakan
personel dan peralatannya sendiri.

Dari berbagai bentuk kontrak konstruksi yang ada, yang perlu diperahatikan adalah distribusi risiko
kedua belah pihak. Dengan memahami berbagai pendekatan terhadap bentuk kontrak konstruksi
tersebut, kedua belah pihak dapat mengerti sejauh mana pengaruh bentuk kontrak terhadap harga
pekerjaan/nilai kontrak serta pengaruhnya dalam memi~nimalkan potensi terjadinya sengketa
konstruksi.

3.5 BENTUK KONTRAK BERDASARKAN PERPRES NO. 70 TAHUN 2012

Selain penggolongan bentuk kontrak konstruksi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,


Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7O tahun
2012 tentang Pembahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 ten. tang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Penjelasan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 ini lebih dimaksudkan untuk
pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu ptoyek-proyek konstruksi yang didanai dan dikelola oleh
pemetintah.

Gambar 3.5 Bentuk kontrak berdasarkan Perpres No. 70 tahun 2012

Kontrak tahun tunggal merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran
selama masa 1 (satu) tahun anggaran. Sedangkan kontrak tahun jamak mempakan kontrak yang
pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran

Anda mungkin juga menyukai