Anda di halaman 1dari 20

APLIKASI PENJADWALAN LINEAR SCHEDULING DENGAN

STOCHASTIC LINEAR SCHEDULING METHOD PADA PROYEK


PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN KALIBARU

Rio Novalrio *, Yusuf Latief2, Rully Andhika 3

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia

*E-mail: rio.novalrio@gmail.com

Abstrak
Penerapan Linear Scheduling Method (LSM) dilakukan pada proyek dengan kegiatan
berulang/repetitif, seperi pembangunan breakwater Pelabuhan Kalibaru. Pendekatan
digunakan dalam penelitian ini adalah Stochastic Linear Scheduling Method yang merupakan
integrasi LSM dengan mengedepankan data fakta produktivitas dan penerapan simulasi
komputer. Simulasi prediksi dari data produktivitas antar aktivitas menggunakan perangkat
lunak Crystal ball dengan berbagai metode dengan hasil grafik perkiraan kinerja akan datang
pada masing-masing aktivitas. Selanjutnya, akan dihasilkan grafik dari LSM sesuai dengan
perkiraan akan datang, sehingga dapat ditentukan seberapa jauh pergeseran penjadwalan
proyek breakwater pada masing-masing aktivitas dari penjadwalan eksisting dengan prediksi
penjadwalan akan datang.

Application of Linear Scheduling Method with Stochastic Linear Scheduling Method


Case Study on Breakwater Construction Project at Kalibaru Port

Abstract

Application of Linear Scheduling Method (LSM) was performed on projects with repetitive
activities, are like Kalibaru Port breakwater construction. The approach used in this study is
the Stochastic Linear Scheduling Method which is an LSM with the advanced integration of
data facts and the application of computer simulation productivity. Simulation predictions of
productivity data between activities using Crystal Ball software with a variety of methods to
estimate the performance results chart will come in each activity. Furthermore, the graph will
be generated according to the estimates of the LSM will come, so it can be determined how
far the accuracy of scheduling breakwater project in each of the activities with the existing
scheduling scheduling predictions will come.
Keyword : Scheduling, breakwater, Linear Scheduling Method, Stochastic Linear Scheduling
Method, prediction, Crystal ball

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


1. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun belakangan, banyak ahli telah meneliti proyek yang repetitif dan
menyelesaikan beberapa pendekatan Linear Scheduling Method (LSM). LSM adalah salah
satu dari teknik penjadwalan yang menawarkan kepraktisan proyek dengan model linear
sebagai memonitor perkembangan proyek dengan efisien (Trofin, 2004, hal. 3). Seperti pada
konsep LSM Singularity Function (Lucko, 2009, hal. 246) dimana salah satu fungsi
matematika diterapkan, sehingga memiliki kelebihan metode dapat dievaluasi secara manual
atau melalui software komputer. Selanjutnya pendekatan LSM dengan Varying Production
Rates (Duffy, 2011, hal. 3) yang merupakan pengoptimalan jadwal dengan melihat faktor-
faktor dominan yang mempengaruhi kegiatan kosntruksi.

Dari pernyataan dan fakta-fakta yang telah dijabarkan, maka penjadwalan Pembangunan
Breakwater Kalibaru dapat dicapai dengan optimal jika diterapkan LSM. Namun, berdasarkan
pernyataan Trofin (2004, hal. 56) dalam tesis yang berjudul Impact of Uncertainty on
Construction Project Performance using Linear Scheduling menyimpulkan bahwa
pendekatan deterministik dalam kasus konstruksi LSM belum tentu menjawab solusi yang
optimal dalam hal kinerja proyek, sehingga diperlukan pengadopsian pendekatan stochastic
maka hasil yang diperoleh akan mewakili solusi yang lebih realistis.

Selanjutnya untuk pengaplikasian LSM pada Pelabuhan Kalibaru, penulis memilih Stochastic
Linear Scheduling Method pada publikasi Atlantis Press tahun 2012 sebagai jawaban atas
permasalahan penjadwalan pembangunan tersebut. Stochastic Linear Scheduling Method
(SLSM) merupakan (Lingguang, Sang & Rachmat, 2012, hal. 254) pendekatan LSM dengan
mengedepankan data fakta produktivitas dan penerapan simulasi komputer dalam pekerjaan
repetitif. Metode SLSM (Lingguang, Sang & Rachmat, 2012, hal. 252) lebih detail dan
terlihat realistis untuk melihat penyelenggaraan proyek yang akan datang dan masalah yang
berpotensi.
Untuk itu, aplikasi Linear Scheduling Method dengan Stochastic Linear Scheduling Method
akan dapat mengidentifikasi serta mengurangi pemborosan dan keterlambatan proyek. SLSM
merupakan metode penjadwalan yang cocok digunakan untuk melakukan penjadwalan LSM
pada pekerjaan breakwater di Pelabuhan Kalibaru sebagai solusi untuk meminimalisir peluang
keterlambatan waktu konstruksi.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


2. Tinjauan Teoritis

Breakwater. Pemecah gelombang lepas pantai atau disebut breakwater merupakan salah satu
struktur utama pada sebuah pelabuhan dengan fungsi utama sebagai pelindung daerah
pelabuhan dari gangguan energi gelombang serta sebagai pemisah antara perairan pelabuhan
dan laut bebas. Bangunan yang dibuat mengelilingi pelabuhan pada daerah laut ini memiliki
celah sebagai keluar masuknya kapal. Selanjutnya, dengan adanya breakwater maka aktivitas
sandaran menjadi singkat dan bongkar muat kapal pada pelabuhan dapat dilakukan dengan
mudah.

Linear Scheduling Method (LSM). Menurut Callahan (1992, hal. 201) LSM mrupakan salah
satu metode penjadwalan linear yang memakai pendekatan/penyajian dengan cara grafis,
digunakan untuk mengevaluasi hubungan keterkaitan antara aktivitas tertentu dari kumpulan
besar aktifitas-aktifitas terdapat dalam penjadwalan jaringan kerja (network schedule). Proyek
dengan aktivitas berulang sangat cocok dengan aplikasi metode penjadwalan LSM. Adapun
kelebihan dari LSM menurut Furkan (2003, hal. 49), adalah sebagai berikut:
 Jadwal LSM menunjukkan tingkat progress yang tidak dimiliki bar chart ataupun
jaringan kerja.
 Jadwal LSM memberitahu sumber kesalahan dengan cepat dan membantu pemecahan
masalah, yang utamanya pada jenis proyek yang repetitif.
 Keuntungan yang sangat signifikan dari diagram LSM adalah kemudahan dan
kesederhanaannya dalam menjelaskan jadwal kerja yang detail. Jadwal LSM mudah
dimengerti oleh manajemen dan staff di lapangan, kemudahan dan fleksibilitas juga
merekomendasikan kegunaannya sebagai alat perencanaan untuk membandingkan
alternatif tingkat progress, kombinasi aktivitas, atau sequence.
 LSM dapat digunakan untuk menghitung interval atau buffer suatu aktivitas dan dapat
dilakukan alokasi sumber daya yang tepat dengan memperhatikan garis progress
aktivitas.
Kemiringan garis diagonal menunjukkan aktivitas memperlihatkan tingkat kemajuan
terencana pada lokasi maupun selama proyek dikerjakan. Garis progress aktivitas dalam
proyek yang memiliki variasi yang besar dapat menjadi indikasi bahwa proyek tersebut
memiliki kekurangan sumber daya pada garis yang bersudut kecil dan kelebihan sumber daya
pada garis yang bersudut besar.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Stochastic Linear Scheduling Method (SLSM). Stochastic Linear Scheduling Method
(SLSM) adalah untuk meningkatkan nilai dari LSM tradisional dengan kemampuan
memodelkan variabilitas dalam pelaksanaan aktivitas berdasarkan data aktual produktivitas
(Lingguang, Sang dan Rachmat, 2012, hal. 252). Pemasukan model simulasi untuk
memberikan penjadwal pengukuran dan sebagai evaluasi variabilitas sesuai kinerja kegiatan.
Untuk mencapai hal ini, data kinerja proyek yang sebenarnya dikumpulkan dan dianalisis
dengan baik untuk mengukur variabilitas. Setelah data produktivitas dikumpulkan, akan
dianalisis melalui prosedur input pemodelan simulasi, yang melibatkan data produktivitas.
Informasi yang diterima dari pemasukan model memungkinkan penjadwal untuk mewakili
variabilitas kinerja kegiatan dalam bentuk distribusi probabilitas. Sebagai tujuan penjadwalan
LSM, adanya variabilitas/keberagaman dari tingkat produktivitas aktivitas pada kinerja
proyek dimasa yang akan datang selanjutnya dapat diprediksi melalui Descriptive Statistics.
Selanjutnya, prediksi tersebut yang dimodelkan sebagai matematis-logis mewakili sistem
pada dunia nyata yang berkembang dari waktu ke waktu, dan memungkinkan pengguna untuk
bereksperimen dengan permodelan untuk menganalisis serta memprediksi kinerja sistem.
Untuk memfasilitasi penggunaan SLSM, program komputer Crystal Ball digunakan sebagai
prediksi kinerja. Selanjutnya secara grafis dapat dimodelkan sebagai LSM dengan mengikuti
kaidah-kaidah yang telah dibahas pada subbab sebelumnya. Penjadwal dapat menganalisis
proyek-proyek konstruksi linear berulang menggunakan pemodelan grafis dan
mempertimbangkan variabilitas dalam kinerja kegiatan.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan pengaplikasian dari sebuah metode dengan objek yang berbeda.
Metode yang telah ada kemudian dijabarkan sehingga dapat digunakan oleh siapa saja. Dalam
penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Variabel bebas pada penelitian ini adalah aktivitas dan produktivitas yang mempengaruhi
pembangunan breakwater sedangkan variabel terikat adalah metode penjadwalan Linear
Scheduling Method (LSM).

Susunan tahapan penelitian digunakan agar penelitian dapat dilakukan secara efektif dan
efisien serta menghasilkan output yang relevan. Berikut tahapan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis:

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


4. Hasil Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengumpulan data seperti data umum proyek, data teknis proyek,
data, denah kolom, detail kolom, detail balok, data lifting tower crane dan kebutuhan sdm,
data harga, SNI 2008 serta koefisien dan faktor. Berikut merupakan data yang dibutuhkan
untuk perhitungan penelitian ini.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Tabel 1. Data Umum Proyek
Data Umum Keterangan
Nama Proyek Proyek Gran Rubina Office Tower
Alamat Komplek Rasuna Epicentum, Kuningan, Jakarta Selatan
Pemilik PT. Triyasa Propertindo
Konsultan Perencana Arsitek PT. Pandega Desain Weharima Architecs
Konsultan Perencana Struktur PT. Gistama Inti Semesta
Konsultan Perencana ME PT. Sigmatech Tata Karsa
Manajemen Konstruksi PT. Parama Loka Consultant
Quantity Surveyor PT. Korra Antarbuana
Lingkup Pekerjaan Umum Persiapan, Struktur, Arsitektur dan Plumbing
Sumber : Dokumentasi Proyek Gran Rubina

Tabel 2. Data Teknis Proyek


Data Teknis Keterangan
Luas daerah perencanaan : 7114 m2
Luasan Luas lantai dasar dasar bangunan : 2133 m2
Luas seluruh lantai (tidak termasuk basement) : 35331 m2
Elevasi lantai galian -14,6 dengan tambahan galian plat ± 0,6 m dan ± 2,0 m untuk
terdalam lokasi basement 3
Jumlah lantai 3 basement, 21 lantai dan 1 lantai roof floor dan 1 lantai roof
Elevasi top bangunan + 103,8 m
Sumber : Dokumentasi Proyek Gran Rubina

Gambar 4. Site plan dan penempatan alat berat Proyek Gran Rubina
Sumber : Proyek Gran Rubina Kuningan (PT. PP)

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Gambar 5. Denah Tampak Samping Gedung Gran Rubina
Sumber : Proyek Gran Rubina Kuningan (PT. PP Tbk)

Gambar 6. Denah Pelat Lantai 1 – 5


Sumber : Proyek Gran Rubina Kuningan (PT. PP Tbk)

Gambar 7. Denah Kolom Proyek Gran Rubina


Sumber : Proyek Gran Rubina Kuningan (PT. PP)

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Tabel 3. Tipe kolom

Tipe Kolom Detail Kolom

K1 A12
K2 A6
K3 A4
K4 A5
K5 A2
K14 A6
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Tabel 4. Tipe Balok


Tipe
Ukuran
Balok
G9 500x900
G8 500x800
G7 500x700
G13 600x900
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Tabel 5. Data Lifting Tower Crane


Siklus Tower Crane
a Pembesian
- Pasang Seling 1 menit
- Angkat 10 menit
- Pasang 10 menit
- Lepas seling 1 menit
- Kembali ke Posisi Semula 5 menit
Total 27 menit
b Pasang Bekisting
- Pasang Seling 1 menit
- Angkat 10 menit
- Pasang 10 menit
- Lepas seling 1 menit
- Kembali ke Stock Yard 5 menit
Total 27 menit
c Bucket Cor
- Isi Bucket 5 menit

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


- Angkat 10 menit
- Cor Kolom 10 menit
- Kembali ke Mixer 5 menit
Total 30 menit
d Lepas Bekisting
- Pasang Seling 1 menit
- Angkat 10 menit
- Bongkar menuju stockyard 10 menit
- Lepas seling 1 menit
- Kembali ke Kolom 5 menit
Total 27 menit
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Tabel 6. Data Kebutuhan Sumber Daya Manusia


No Pekerjaan Kebutuhan SDM
1 Pemasangan Bekisting 2 Orang
2 Pelepasan Bekisting 2 Orang
3 Pemasangan Block Out 1 Orang
4 Pembobokan Block Out 1 Orang
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Dari data diatas dimulai perhitungan dengan perencanaan kolom dan perhitungan kebutuhan
bahan sebagai berikut.

Zona A Zona B

Gambar 7. Perencanaan Kolom


Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Tabel 7. Tipe dan Detail Kolom

Sumber : Hasil Olahan Sendiri


Tabel 8. Spesifikasi Kolom dan Balok

Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Hasil perhitungan berat besi di atas didapat dari perkalian berat jenis besi dan volume besi.
Berat jenis besi sendiri yaitu 7850 kg/m3. Analisa perhitungan biaya dilakukan dengan
memperhitungkan SNI 2008 sebagai dasar perhitungan untuk mengetahui kebutuhan sumber
daya manusia, material dan alat. Analisa pekerjaan yang tidak ada pada SNI 2008 dilakukan
dari informasi yang didapatkan dengan wawacara. Perhitungan dimulai dengan perencanaan
kolom yaitu membagi 2 zona sebagai metode konstruksi. Pada analisa perhitungan biaya per
item pekerjaan dilakukan analisa pemakaian alat berat sehingga didapatkan biaya dari alat
tersebut. Asumsi yang digunakan adalah:
1 hari = 8 jam

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


1 bulan = 30 hari
= 240 jam
Untuk analisa pemakaian tower crane perlu dihitung terlebih dahulu:
 Biaya Operasional
(1)
o Kebutuhan bahan bakar
(2)
o Kebutuhan pelumas

(3)

Keterngan : Q = Jumlah pemakaian (kebutuhan)


DK = Standar mesin
C = Kapasitas karter mesin
F = faktor pengoperasian
t = lama penggunaan pelumas
o Biaya bahan bakar dan pelumas
(4)
 Biaya sewa peralatan
(5)
(6)
 Biaya operator
(7)

Untuk analisa perhitungan biaya alat yang lainnya menggunakan rumus yang sama pada
rumus (5). Sehingga didapatkan biaya peralatan:
Harga Sewa Tower Crane = Rp 1.302.364,00 / jam
Harga Sewa Bucket Cor = Rp 1.562,50 / jam
Harga Sewa Bar Cutter = Rp 14.583,33 / jam
Harga Sewa Bar Bender = Rp 20.833,33 / jam
Harga Sewa Vibrator = Rp 11.458,33 / jam
Jadi, Total Harga Sewa = Rp 1.350.801,50 / jam

Item pekerjaan serta hasil perhitungan biaya dengan metode block out dan metode
konvensional terlihat pada tabel dibawah.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Tabel 9. Perbandingan Biaya Metode Block Out dengan Metode Konvensional
Block Out Konvensional
No
Urutan Pekerjaan Biaya Urutan Pekerjaan Biaya
1 Pembesian Rp 223,383,371.42 Pembesian Rp 223,383,371.42
Pemasangan kasa
2 Rp 1,555,895.72
nyamuk dan sterofoam
Pemasangan bekisting Pemasangan bekisting sampai batas bawah
3 Rp 41,642,074.43 Rp 22,746,394.43
hingga batas atas kolom kepala kolom
4 Pengecoran Rp 157,702,233.68 Pengecoran Rp 122,744,677.80
5 Pelepasan bekisting Rp 13,337,434.43 Pelepasan bekisting Rp 13,337,434.43

6 Pembesian balok dan pelat


Pemasangan bekisting kepala kolom (paralel
7 dengan pemasangan bekisting balok dan Rp 2,099,752.86
pelat)

Pengecoran kepala kolom (paralel dengan


8 Rp 36,587,464.01
pengecoran pelat dan balok)

Pelepasan bekisting kepala kolom (paralel


9 Rp 589,356.23
dengan pelepasan bekisting balok dan pelat)

Block Out Konvensional


No
Urutan Pekerjaan Biaya Urutan Pekerjaan Biaya
10 Biaya pending Rp 129,676,944.15
Pembesian kolom
11 - pembesian kolom berikutnya -
berikutnya
Total Rp 437,621,009.68 Total Rp 551,165,395.32
Biaya Total Pekerjaan
Rp 2,188,105,048.42 Biaya Total Pekerjaan Kolom 5 Lantai Rp 2,755,826,976.61
Kolom 5 Lantai
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Dari table diatas dapat ditemukan bahwa total biaya dari pekerjaan kolom lantai 1 s/d 5
Proyek Gran Rubina Office Tower dengan menggunakan metode block out lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional yaitu sebesar:
Biaya Penghematan = Rp 2.755.826.976,61 – Rp 2.188.105.048,42
= Rp 567,721,928.19

Jika dihitung per lantai penghematan yang didapatkan yaitu:


Biaya Penghematan per lantai = Rp 567,721,928.19 / 5 lantai
= Rp 113,544,385.64 / lantai
Sehingga didapatkan efisiensi sebesar:

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Sedangkan untuk analisis perhitungan waktu pelaksanaan terlihat pada S-Curve. Analisis ini
dilakukan dari urutan kerja dari masing-masing metode yang didapatkan dari data sekunder
PT. PP Tbk dengan mengidentifikasi total volume pekerjaan itu sendiri. Sebelumnya dihitung
terlebih dahulu kapasitas produksi alat dengan menggunakan rumus.

(8)
Keterangan : Q = produksi per satuan waktu
q = kapasitas produksi peralatan per satuan waktu
N = T/ws (jumlah trip per satuan waktu)
T = satuan waktu
Ws = waktu siklus
Ek = efisiensi kerja
Sehingga didapatkan total waktu pelaksanaan dari pengecoran.

Tabel 10. Durasi Pelaksanaan Pengecoran Tiap Kolom


Metode Block Out Metode Konvensional
Jenis Kolom Jumlah
Waktu per Kolom Total Waktu per Kolom Total
Kolom K1 4 1,875 jam 7,500 jam 2,1875 jam 8,750 jam
Kolom K2 3 2,500 jam 7,500 jam 2,500 jam 7,500 jam
Kolom K3 3 2,500 jam 7,500 jam 2,500 jam 7,500 jam
Kolom K4 2 2,500 jam 5,000 jam 2,500 jam 5,000 jam
Kolom K5 2 2,500 jam 5,000 jam 2,500 jam 5,000 jam
Kolom K14 4 2,500 jam 10,000 jam 2,500 jam 10,000 jam
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Dari hasil observasi yang dilakukan didapatkan S-Curve pelaksanaan pekerjaan pemasangan
bekisting kolom dengan menggunakan metode block out dan dengan menggunakan metode
konvensional. S-Curve didapatkan dengan analisis urutan pekerjaan tiap metode, durasi dari
tiap pekerjaan serta pembagian zona yang dilakukan di lapangan. Berikut adalah S-Curve
pelaksanaan pekerjaan pemasangan bekisting kolom dengan menggunakan metode block out
dan dengan menggunakan metode konvensional.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Gambar 8. S-Curve pelaksanaan pemasangan bekisting kepala kolom dengan metode
block out
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Gambar 9. S-Curve pelaksanaan pemasangan bekisting kepala kolom dengan metode


konvensional
Sumber : Hasil Olahan Sendiri

5. Pembahasan

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Perhitungan Biaya. Pada analisis perhitungan biaya pekerjaan kolom 5 lantai ditemukan
bahwa biaya pekerjaan kolom dengan metode block out lebih murah dibandingkan dengan
metode konvensional dengan efisiensi sebesar 20,6 %. Hal ini disebabkan karena:
 Metode block out lebih cepat dibandingkan metode konvensional. Dikarenakan
lebih cepat maka biaya yang dikeluarkan juga lebih murah karena ada
penghematan pada sewa peralatan.
 Metode block out lebih murah dibandingkan dengan metode konvensional
pada pekerjaan kolom juga dikarenakan urutan pekerjaan yang berbeda. Pada
metode block out terdapat pekerjaan pemasangan kasa nyamuk sedangkan
pada metode konvensional terdapat pekerjaan bekisting kepala kolom yang
mengakibatkan lamanya durasi pekerjaan kolom. Analisis harga dari pekerjaan
kasa nyamuk pun lebih murah dibandingkan pekerjaan bekisting kepala kolom
walaupun tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar:
o Pekerjaan Kasa Nyamuk = Rp 1.555.895,72 / lantai
o Pekerjaan Bekisting Kepala Kolom = Rp 2,099,752.86 / lantai
 Pada pekerjaan kolom dengan menggunakan metode konvensioanl terdapat
juga biaya repair atau perbaikan yang diakibatkan perbedaan volume dari
badan kolom dan kepala kolom.

Gambar 10. Hasil Pengecoran Kolom Dengan Metode Konvensional


Sumber : Dokumentasi PT. PP

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Perhitungan Waktu. Pada analisis perhitungan biaya pekerjaan kolom 5 lantai ditemukan
bahwa biaya pekerjaan kolom dengan metode block out lebih cepat dibandingkan dengan
metode konvensional. Hal ini disebabkan oleh:
 Pada pekerjaan kolom, metode block out didukung oleh pekerjaan
pemasangan bekisting climbing pada bagian core. Metode climbing ini dapat
mempercepat proyek dengan mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih
dahulu yaitu pada bagian core. Sehingga pada hari pertama pekerjaan struktur
dilakukan bisa menyelesaikan bagian core yang mendukung pekerjaan kolom
nantinya. Pada metode konvensional pekerjaan kolom lebih lama karena
adanya waktu pending atau waktu menunggu belum selesainya bagian core.

Gambar 11. Pelaksanaan Bekisting Climbing


Sumber : Dokumentasi PT. PP

 Dengan menggunakan metode climbing efektivitas pekerjaan menjadi lebih


baik karena luas wilayah pekerjaan atau zona pekerjaan lebih banyak
sehingga lebih cepat. Pada pekerjaan kolom dengan menggunakan metode

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


block out dilakukan hanya sekali pengecoran sedangkan metode konvensional
dilakukan pengecoran dua kali yaitu pada bagian badan kolom dan kepala
kolom yang parallel dengan balok dan pelat. Hasil pengecoran kolom dengan
menggunakan metode block out terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Hasil Pengecoran Kolom Dengan Metode Block Out


Sumber : Dokumentasi PT. PP
6. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis mengenai permasalahan
biaya dan waktu pemasangan bekisting pada pekerjaan kolom benar. Pada hasil perhitungan,
analisis, temuan dan bahasan didapat beberapa kesimpulan dari penelitian perbandingan
metode pelaksanaan pemasangan bekisting dengan metode block out dengan metode
konvensional, yaitu:
 Biaya pelaksanaan pekerjaan kolom lantai 1 s/d 5 pada Proyek Gran Rubina
Office Tower dengan menggunakan metode konvensional menghabiskan
biaya sebesar Rp 2.755.826.976,61 sedangkan dengan menggunakan metode
block out menghabiskan biaya sebesar Rp 2.188.105.048,42 sehingga lebih
murah yaitu dengan perbedaan sebesar Rp 567,721,928.19 atau Rp
113,544,385.64 / lantai sehingga efisiensi biaya yang dapat dilakukan sebesar
20,6 %.
 Waktu pelaksanaan pekerjaan kolom lantai 1 s/d 5 pada Proyek Gran Rubina
Office Tower dengan menggunakan metode block out menghabiskan waktu
sebesar 33 hari sedangkan metode konvensional menghabiskan waktu sebesar
45 hari sehingga efisiensi waktu yang bisa dilakukan adalah sebesar 12 hari.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


 Hasil pengecoran dengan menggunakan metode block out lebih rapi
dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini disebabkan oleh pada
metode konvensional pengecoran kolom dilakukan 2 kali yaitu pada bagian
badan kolom dan kepala kolom yang parallel dengan balok dan pelat.

7. Saran

 Metode block out lebih baik dilakukan pada pembangunan gedung bertingkat
karena dibantu oleh sistem bekisting climbing sehingga dapat mempercepat
waktu pelaksanaan dan dapat menghemat biaya proyek.
 Pada proyek gedung bertingkat juga metode block out lebih baik dilakukan
103 dari metode ini lebih rapi dibandingkan metode
karena hasil pengecoran
konvensional.
 Metode block out lebih baik dilakukan pada pembangunan gedung bertingkat
karena menggunakan alat tower crane yang seperti diketahui memiliki harga
sewa yang mahal.
DAFTAR REFERENSI

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (VI ed.). Jakarta: Rineka
Cipta.

Asiyanto. (2010). Construction Project Cost Management (Vol. 3). Jakarta, Indonesia: PT.
Pradya Paramita.

Asiyanto. (2010). Formwork for Concrete. Jakarta, Indonesia: Penerbit Universitas Indonesia.

Hanna, A. S. (1999). Concrete Formwork Systems (Vol. 2). Madison: Marcel Dekker.

Harris, A. J. (2002). Pengaruh Faktor-Faktor Penunjang Sistem Bekisting Peri Pada


Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bertingkat Struktur Beton Terhadap Kinerja Waktu.
Departemen of Civil Engineering. Depok: Universitas Indonesia.

Huang, R.-y., Chen, J.-J., & Sun, K.-S. (2004). Planning Gang Formwork Operation for
Building Construction Using Simulation. Automation in Construction, 765-779.

Ing., F. W. (1984). Bekisting (Kotak Cetak). (H. H., Penerj.) Jakarta, Indonesia: Erlangga.
Dipetik 1997

Jakti, F. C. (2013). Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Tiang Pancang dan
Tiang Bor Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung. Departemen of Civil
Engineering. Depok: Universitas Indonesia.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Kim, G.-H., An, S.-H., Cho, H.-H., Seo, D.-S., & Kang, K.-I. (2004, June 18). Improved
Productivity Using A Model Table Fprmwork System For High-Rise Building in Korea.
Building and Environment, 1472-1478.

Latief, Y., & Firmansyah. (2009, Maret). Studi Perbandingan Tingkat Akurasi Analisa Biaya
Konstruksi Berdasarkan Metode BOW, SNI 2002, SNI 2007, dan Konsultan Terhadap
Kontraktor pada Proyek Pembangunan Perumahan. Jurnal Teknologi, 1, 35-44.

Mardal, M. (2008). Optimalisasi Waktu dan Biaya Pekerjaan Bekisting Untuk Gedung
Bertingkat Dengan Sistem Zoning (Studi Kasus : Proyek Shang-Ri La Hotel Condominium
Jakarta). Departemen of Civil Engineering. Depok: Universitas Indonesia.

Nashir, Yusron. (2010). Optimalisasi Waktu dan Biaya Pekerjaan Bekisting Melalui Sistem
Siklus Pemakaian dan Sistem Zoning Pada Gedung Bertingkat (Studi Kasus : Proyekl
Universitas Gadjah Mada Kampus Jakarta. Depok. Universitas Indonesia

Nashir, Yusron. (2010). Optimalisasi Waktu dan Biaya Pekerjaan Bekisting Melalui Sistem
Siklus Pemakaian dan Sistem Zoning Pada Gedung Bertingkat (Studi Kasus : Proyekl
Universitas Gadjah Mada Kampus Jakarta. Depok. Universitas Indonesia

Nawawi. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum. (2013). Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan
Konstruksi dan Interior.

Project Management Institute. (2008). A Guide To The Project Management Body Of


Knowledge. Pennsylvania, United States of America: Project Management Institute, Inc.

Ridha, M. (2011). Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Tower Crane dan Mobil
Crane Pada Proyek Rumah Sakit Haji Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Saputra, F. (2011). Optimalisasi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bekisting Sistem Peri Pada
Gedung Bertingkat. Departemen of Civil Engineering. Depok: Universitas Indonesia.

Saraswati, Y. N., & Indryani, R. (2012, September). Analisa Perbandingan Penggunaan


Bekisting Semi Konvesional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung
Bertingkat. Jurnal Teknik ITS, 1, 67-71.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014


Wijaya, I. B., Djakfar, L., & Budio, S. P. (2012). Studi Perbandingan Biaya Bekisting Semi
Modern Dengan Bekisting Konvensional Pada Bangunan Gedung. Jurnal Rekayasa Sipil, 6,
237-246.

Kamus Besar Bahasa Indonesia http://kbbi.web.id/

Aplikasi penjadwalan..., Rio Novalrio, FT, 2014

Anda mungkin juga menyukai