Anda di halaman 1dari 85

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Sipil Skripsi Sarjana

2019

Analisis Perbandingan Harga Satuan


Pekerjaan Metode AHSP dan Metode
Aktual (Studi Kasus: Pekerjaan Beton
Pembangunan Gedung Rumah Sakit
Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan)

Fajar, M
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16459
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN
METODE AHSP DAN METODE AKTUAL

(Studi Kasus : Pekerjaan Beton Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum


Type-C di Kec. Medan Labuhan)

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

M. FAJAR
NIM: 14 0404 071

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN
METODE AHSP DAN METODE AKTUAL
(Studi Kasus : Pekerjaan Beton Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum
Type-C di Kec. Medan Labuhan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen


Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

M. FAJAR
14 0404 071

Dosen Pembimbing :
Ir. Syahrizal, M.T.
NIP 19611231 198811 1 001

Dosen Co – Pembimbing :
Rezky Ariessa Dewi, S.T., M.T.
NIP 19860405 201706 2 001

BIDANG MANAJEMEN & REKAYASA KONTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia
kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasullah Muhammad SAW yang telah
memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi panutan
dalam menjalankan setiap aktivitas kami sehari-hari, karena sungguh suatu hal yang
sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak pantang menyerah
dalam menyelesaikan penulisan ini.
Penulisan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN
HARGA SATUAN PEKERJAAN METODE AHSP DAN METODE
AKTUAL (Studi Kasus : Pekerjaan Beton Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan)” ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana (S1) di Bidang Manajemen &
Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini hingga dapat terselesaikan
tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah memberi dukungan,
bimbingan, bantuan, serta doa. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak yang berperan yaitu:
1. Kedua orang tua penulis Ayahanda Sinar Irwansyah Panggabean, S.T., M.T.
dan Ibunda Eni Veri, Adik penulis Utari Noor Afifah Panggabean, yang tak
pernah berhenti memberikan doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., selaku Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
3. Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T., M.T., selaku Co Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, M.T., selaku Dosen Pembanding dan Penguji I
yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tugas akhir
ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Indra Jaya, S.T., M.T., selaku Dosen Pembanding dan Penguji II yang
telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tugas akhir ini.
6. Bapak Medis Surbakti, S.T., M.T., Ph.D., sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Dr. M. Ridwan Anas, S.T., M.T., sebagai Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan
memberikan pengajaran kepada penulis selama menempuh masa studi di
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
9. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
10. P.T. Gunakarya Nusantara yang telah membantu & memberikan kesempatan
penulis untuk melakukan observasi dan pengumpulan data.
11. Ayulia Hasanah Pratami, S.I.Kom. yang selalu memberikan semangat,
dukungan, doa, serta bantuan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Seluruh sahabat, kerabat, serta teman-teman mahasiswa teknik sipil 2014,
teman-teman seperjuangan penulis di Sub-Jurusan Manajemen & Rekayasa
Konstruksi dan abang-abang senior di Teknik Sipil USU yang telah sangat
banyak membantu penulis di masa-masa kuliah dan selama pengerjaan Tugas
Akhir : M. Rizky Indrawan (Rajib), Alfan, Fahmi, Hafidz, Gemilang,
Hazman, Faiz, Aulia, Fachri, Rizki, Alm. Naufal, Zul, dan Arif.
13. Seluruh teman-teman mahasiswa teknik sipil 2014, teman-teman
seperjuangan penulis di Sub-Jurusan Manajemen & Rekayasa Konstruksi dan
abang-abang senior di Teknik Sipil USU yang telah sangat banyak membantu
penulis di masa-masa kuliah dan selama pengerjaan Tugas Akhir : Dayah,
Karin, Muslihin, Isra, Fatimah, Nabila, Memey, Josua, Bang Adi, Bang
Saptino, Bang Anugrah, Tetew, dan semua yang tidak dapat disebutkan
seluruhnya, terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
14. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya dalam
mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir
ini dapat diselesaikan dengan baik.

ii

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Juli 2019
Penulis

(M. Fajar Hamonangan Panggabean)

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Tugas akhir yang berjudul Analisis Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan


Metode AHSP dan Metode Aktual bertujuan untuk mengetahui besar koefisien
analisis harga satuan upah, bahan, dan peralatan pekerjaan dengan metode aktual;
besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan; dan rasio
perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara metode AHSP dengan
metode aktual. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perhitungan
man hour dan man day untuk mengetahui koefisien dengan metode aktual.
Kemudian melakukan perbandingan kuantitatif untuk mendapatkan selisih
koefisien dan rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara
metode AHSP dan metode aktual. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi lapangan di proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Type-C di Kec.
Medan Labuhan, pengumpulan data dari pihak kontraktor, dan pengumpulan data
Peraturan Menteri No. 28 Tahun 2016, sedangkan teknik pengolahan data meliputi
analisis data dan analisis komparatif.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa nilai koefisien pekerjaan pembetonan
metode aktual dan selisih dengan metode AHSP per-m³ upah pekerja 0,80319 OH
dan 0,19681 OH; tukang batu 0,24585 OH dan 0,00415 OH; kepala tukang 0,06280
OH dan -0,03780 OH; mandor 0,08420 OH dan 0,01580 OH; bahan 1,01786 m³
dan 0,00214 m³; dan peralatan 0,11665 sewa-hari dan 0,00335 sewa-hari.
Kemudian rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan metode AHSP
dengan metode aktual ialah harga satuan upah metode aktual lebih kecil 11,85%
dibandingkan dengan metode AHSP, harga satuan bahan metode aktual lebih kecil
0,21% dibandingkan dengan metode AHSP, harga satuan peralatan metode aktual
lebih kecil 2,78% dibandingkan dengan metode AHSP, dan harga satuan pekerjaan
metode aktual lebih kecil 14,89% dibandingkan dengan metode AHSP.

Kata kunci: Man Day, Metode AHSP, Metode Aktual, Harga Satuan Pekerjaan.

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR GRAFIK viii
DAFTAR PERSAMAAN ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 4
1.5. Batasan Masalah 4
1.6. Sistematika Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Pengertian Proyek 6
2.2. Batasan dalam proyek 7
2.3. Perkiraan Biaya Proyek 7
2.3.1. Perkiraan biaya dan anggaran 8
2.3.2. Perkiraan biaya dan cost engineering 8
2.4. Keperluan Total Biaya Proyek 9
2.4.1. Modal tetap 9
2.4.2. Modal kerja (working capital) 11
2.4.3. Biaya pemilik, biaya kontraktor, dan biaya lingkup kerja 11
2.5. Kualitas Perkiraan Biaya 12
2.5.1. Tersedianya data dan informasi 12
2.5.2. Teknik dan metode yang digunakan 12
2.5.3. Kecakapan dan pengalaman estimator 12
2.5.4. Tujuan pemakaian perkiraan biaya 13
2.6. Produktivitas 14
2.6.1. Pengertian produktivitas 14
2.6.2. Faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas 14
2.6.3. Pengukuran produktivitas tenaga kerja 15
2.6.4. Waktu efektif 16
2.7. Survei dan Pengkajian 17
2.7.1. Kondisi lokasi 17
2.7.2. Logistik dan komunikasi 18
2.7.3. Akomodasi dan fasilitas sementara 19
2.7.4. Konstruksi dan pabrikasi 19
2.8. Unsur-Unsur Biaya 19
2.9. Metode Perkiraan Biaya 21
2.9.1. Metode parametric 21
2.9.2. Memakai insdeks harga, katalog, dan informasi proyek
terdahulu 23
2.9.3. Metode menganalisis unsur-unsurnya 24

Universitas Sumatera Utara


2.9.4. Metode faktor 25
2.9.5. Quantity take-off dan harga satuan 26
2.9.6. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan 28
2.10. Metode AHSP 28
2.11. Metode Aktual 28
2.12. Penelitian Terdahulu 33
BAB 3 METODE PENELITIAN 39
3.1. Metode dan Lokasi Penelitian 39
3.2. Prosedur Penelitian 39
3.3. Jenis dan Sumber Data 40
3.3.1. Data primer 40
3.3.2. Data sekunder 40
3.4. Teknik Pengumpulan Data 40
3.5. Teknik Pengolahan Data 41
3.5.1. Analisis data 41
3.5.2. Analisis konparatif 42
Diagram Alir 43
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 44
4.1. Gambaran Wilayah Studi 44
4.2. Volume dan Progres Pekerjaan 45
4.3. Waktu Efektif (Time Factor) Tenaga Kerja 47
4.3.1. Waktu efektif (time factor) pekerja 47
4.3.2. Waktu efektif (time factor) tukang batu 47
4.3.3. Waktu efektif (time factor) kepala tukang 48
4.3.4. Waktu efektif (time factor) mandor 49
4.4. Man Hour Pekerjaan Pembetonan 49
4.4.1. Man hour Pekerja 49
4.4.2. Man hour tukang batu 50
4.4.3. Man hour kepala tukang 51
4.4.4. Man hour mandor 52
4.5. Man Day Pekerjaan Pembetonan 54
4.5.1. Man day pekerja 54
4.5.2. Man day tukang batu 55
4.5.3. Man day kepala tukang 56
4.5.4. Man day mandor 57
4.6. Koefisien Bahan Pekerjaan Pembetonan 58
4.7. Koefisien Peralatan Pekerjaan Pembetonan 58
4.8. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Kondisi Aktual 59
4.9. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan AHSP 61
4.10. Rasio Perbandingan Koefisien Harga Satuan Pekerjaan 62
4.11. Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan 65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 69
5.1.Kesimpulan 69
5.2.Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu 34


Tabel 4.1 Laporan Mingguan Volume Pekerjaan 46
Tabel 4.2 Waktu Efektif Pekerja 47
Tabel 4.3 Waktu Efektif Tukang Batu 48
Tabel 4.4 Waktu Efektif Kepala Tukang 48
Tabel 4.5 Waktu Efektif Mandor 49
Tabel 4.6 Perhitungan Man Hour Pekerja 50
Tabel 4.7 Perhitungan Man Hour Tukang Batu 51
Tabel 4.8 Perhitungan Man Hour Kepala Tukang 52
Tabel 4.9 Perhitungan Man Hour Mandor 53
Tabel 4.10 Perhitungan Man Day Pekerja 54
Tabel 4.11 Perhitungan Man Day Tukang Batu 55
Tabel 4.12 Perhitungan Man Day Kepala Tukang 56
Tabel 4.13 Perhitungan Man Day Mandor 57
Tabel 4.14 Perhitungan Koefisien Bahan Beton Ready Mix 58
Tabel 4.15 Perhitungan Koefisien Peralatan Concrete Pump 59
Tabel 4.16 Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual 60
Tabel 4.17 Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode AHSP 61
Tabel 4.18 Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP 62
Tabel 4.19 Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP 63
Tabel 4.20 Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP 64
Tabel 4.21 Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP 65
Tabel 4.22 Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP 68

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Denah dan Peta Lokasi Proyek 45

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP 62
Grafik 4.2 Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP 63
Grafik 4.3 Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP 64
Grafik 4.4 Perbandingan Harga Satuan Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP 66
Grafik 4.5 Perbandingan Harga Satuan Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP 66
Grafik 4.6 Perbandingan Harga Satuan Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP 67
Grafik 4.7 Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP 67

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Produktivitas 15


Persamaan 2.2 Kurva Linier 1 22
Persamaan 2.3 Kurva Linier 2 22
Persamaan 2.4 Kurva Pangkat 22
Persamaan 2.5 Komposit Indeks 23
Persamaan 2.6 Indeks Harga 23
Persamaan 2.7 Modal Tetap 26
Persamaan 2.8 Harga Satuan Pekerjaan 28
Persamaan 2.9 Time Factor 30
Persamaan 2.10 Koefisien Man Hour 30
Persamaan 2.11 Koefisien Man Day 30
Persamaan 2.12 Kebutuhan Tenaga Kerja 31
Persamaan 2.13 Kebutuhan Bahan 33
Persamaan 4.1 Waktu Efektif Pekerja 47
Persamaan 4.2 Waktu Efektif Tukang Batu 48
Persamaan 4.3 Waktu Efektif Kepala Tukang 48
Persamaan 4.4 Waktu Efektif Mandor 49
Persamaan 4.5 Jam Tenaga Kerja Pekerja 49
Persamaan 4.6 Jam Tenaga Kerja Kelompok Pekerja 50
Persamaan 4.7 Koefisien Man Hour Pekerja 50
Persamaan 4.8 Jam Tenaga Kerja Tukang Batu 51
Persamaan 4.9 Koefisien Man Hour Tukang Batu 51
Persamaan 4.10 Jam Tenaga Kerja Kepala Tukang 52
Persamaan 4.11 Jam Tenaga Kerja Kelompok Kepala Tukang 52
Persamaan 4.12 Koefisien Man Hour Kepala Tukang 52
Persamaan 4.13 Jam Tenaga Kerja Mandor 53
Persamaan 4.14 Jam Tenaga Kerja Kelompok Mandor 53
Persamaan 4.15 Koefisien Man Hour Mandor 53
Persamaan 4.16 Koefisien Man Day Pekerja 54
Persamaan 4.17 Koefisien Man Day Tukang Batu 55
Persamaan 4.18 Koefisien Man Day Kepala Tukang 56
Persamaan 4.19 Koefisien Man Day Mandor 57
Persamaan 4.20 Koefisien Bahan 58
Persamaan 4.21 Koefisien Peralatan 59
Persamaan 4.22 Harga Satuan Aktual 60
Persamaan 4.23 Harga Satuan AHSP 61
Persamaan 4.24 Rasio Perbandingan Harga Satuan 68

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Poto dokumentasi


Lampiran 2 Data laporan mingguan
Lampiran 3 Data koefisien AHSP
Lampiran 4 Perhitungan harian rata-rata

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang di mana terdapat sejumlah potensi


proyek yang sedang atau bahkan akan dikerjakan. Berbagai proyek tersebut
semakin pesat dikerjakan di kota-kota besar di Indonesia, khususnya. Sebagaimana
yang kita tahu, suatu proyek didasari atas faktor waktu dan sumber daya, yang
meliputi uang, material, peralatan, pekerja, dan metode pelaksanaan. Pengelolaan
batasan dalam suatu proyek membutuhkan sistem manajemen yang baik. Semakin
besar proyek maka semakin kompleks pula sistem yang harus dibuat agar apa yang
menjadi tujuan dapat tercapai tanpa adanya atau minimnya kendala.

Salah satu indikator keberhasilan suatu proyek adalah adanya keuntungan


yang memadai kepada kontaktor yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
keberlangsungan kegiatan proyek harus diadakan kegiatan pengendalian biaya (cost
control) yang ketat. Ada tiga batasan yang harus dikendalikan dalam suatu proyek.
Batasan pertama adalah waktu. Suatu proyek memiliki kurun waktunya tersendiri
sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak proyek. Semakin bertambahnya
waktu maka biaya akan bertambah juga seiring dengan proses pengerjaan proyek.
Bila terjadi pelanggaran hal tersebut yang telah ditetapkan dalam kontrak, maka
akan ada konsekuensinya tersendiri

Batasan kedua adalah mutu. Suatu proyek memiliki mutu yang harus dicapai
sesuai dengan spesifikasi yang telah dikerjakan oleh perencana. Jika mutu yang
diinginkan tidak sesuai, maka pemilik berhak meminta ganti sesuai dengan mutu
yang dikehendaki. Hal itu berarti membuat biaya yang tidak perlu keluar sia-sia.
Oleh sebab itu mutu yang terpenuhi sangatlah penting.

Batasan ketiga adalah biaya. Suatu proyek memiliki batasan biaya dan harus
dapat diselesaikan dengan biaya yang telah ditentukan dan disepakati dalam kontak.
Jika proyek lebih besar dari biaya yang disepakati, maka kontraktor akan

Universitas Sumatera Utara


mengalami kerugian dalam proyek tersebut. Oleh sebab itu, aspek biaya ini sangat
perlu diperhatikan.

Pengendalian biaya tentunya memiliki acuan dasar. Salah satu dari acuan
dasar ini adalah acuan mengenai penyusunan rencana anggaran biaya (RAB).
Penyusunan RAB ini memerlukan acuan dalam penentuan harga satuan pekerjaan.
Acuan ini disebut Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP). Analisis Harga Satuan
Pekerjaan (AHSP) ini diatur dalam Analisis Harga Satuan Pekerjaan oleh Peraturan
Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) No. 28 Tahun
2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Analisis
Harga Satuan Pekerjaan sangat penting dan erat kaitannya dengan Rencana
Anggaran Biaya (RAB). Harga Satuan merupakan salah satu unsur yang terkandung
di dalam RAB.

Pedoman itu menetapkan langkah-langkah menghitung harga satuan dasar


(HSD) upah tenaga kerja, HSD alat dan HSD bahan, yang selanjutnya menghitung
harga satuan pekerjaan (HSP) sebagai bagian dari harga perkiraan sendiri (HPS),
dapat digunakan pula untuk menganalisis harga perkiraan perencanaan (HPP) untuk
penanganan pekerjaan bidang pekerjaan umum (Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016 Tentang Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, 2016: 1).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun


2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum ini
merupakan acuan yang bersifat umum, di mana pada setiap kondisi akan berbeda
penerapannya. Oleh karena perbedaan tersebut, dirasa perlu membandingkan
dengan apa yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu, ada ketertarikan untuk
membandingkannya dengan pedoman yang berlaku, karena tentunya ada perbedaan
antara yang satu menggunakan pedoman umum dan yang satu lagi menggunakan
kondisi di lapangan. Pekerjaan pembetonan adalah pekerjaan yang hampir wajib
ada disetiap proyek konstruksi, baik konstruksi gedung, rumah, menara,
bendungan, waduk, saluran air, bahkan perkerasan jalan. Oleh sebab itu, dirasa
pekerjaan pembetonan merupakan pekerjaan yang umum.

Universitas Sumatera Utara


Adapun yang ingin diketahui berapakah besar koefisien analisis harga satuan
upah, bahan dan peralatan pekerjan pembetonan dengan metode aktual, dan ingin
mengkaji berapakah besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan
peralatan metode AHSP dengan metode aktual, serta ingin mengetahui berapa rasio
perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan metode AHSP dengan metode
aktual.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Berapakah besar koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan
pekerjan pembetonan dengan metode aktual?
2. Berapakah besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan
peralatan antara metode AHSP dengan metode aktual?
3. Berapa rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara
metode AHSP dengan metode aktual?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan
peralatan pekerjan pembetonan dengan metode aktual.
2. Untuk mengetahui besar selisih koefisien analisis harga satuan upah,
bahan dan peralatan antara metode AHSP dengan metode aktual.
3. Untuk mengetahui rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan
antara metode AHSP dengan metode aktual.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis, Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau


menambah khasanah penelitian di departemen Teknik Sipil dan
menambah pengetahuan dan pengalaman serta diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi pembacanya.

2. Untuk peneliti, sebagai calon sarjana teknik sipil yang akan terjun di dunia
konstruksi nantinya, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan
gambaran mengenai analisis harga satuan pekerjaan yang akan dihadapi
saat bekerja nanti atau setelah menangani suatu proyek konstruksi, dan
mendorong peneliti untuk lebih dapat membekali diri nantinya saat
memasuki dunia kerja

3. Untuk kontraktor, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dalam


analisis harga satuan pekerjaan sesuai dengan jenis proyek konstruksi yang
akan datang.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi batasan-batasan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan terhadap proyek Pembangunan Gedung Rumah


Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan
2. Penelitian di lakukan pada pekerjaan pembetonan
3. Penelitian dilakukan sampai sejauh mana proyek berlangsung
4. Harga satuan bahan dan upah yang digunakan adalah yang digunakan pada
data penawaran
5. Biaya langsung yang diperhitungkan adalah biaya bahan, upah, dan bahan
6. Biaya tidak langsung tidak diperhitungkan seperti pajak
7. Koefisien harga satuan AHSP berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016 Tentang Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Masing-
masing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian
diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan


penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika
penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari uraian tentang teori dasar yang
digunakan dalam mendukung penelitian ini

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, terdiri dari kerangka pemecahan


masalah dan gambaran umum dalam pengumpulan data, pengolahan data
serta analisa dari masalah yang diteliti

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari pembahasan mengenai


penyelesaian masalah dikaitkan dengan teori maupun literatur secara
sistematis

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari kesimpulan hasil penelitian


dan saran yang diperlukan atas pembahasan dan penyelesaian masalah
yang telah dilakukan serta untuk penelitian lanjutan

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Menurut Schwalbe (2004: 4) proyek merupakan suatu usaha yang bersifat


sementara untuk menghasilkan suatu produk dengan kualitas baik. Adapun
pengertian lain sebuah proyek sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan
dengan jelas (Soeharto, 1999: 2).

Menurut Clifford F.Gray (2000: 4) Sebuah proyek dapat diartikan sebagai


kegiatan yang kompleks, bersifat non rutin, dan hanya terjadi satu kali yang ruang
lingkupnya dibatasi oleh waktu, budget, sumber daya, dan spesifikasi desain
penampilan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Bahkan menurut Weiss dan Wysocki (1992: 3) mengidentifikasikan bahwa


suatu proyek memiliki karakteristik, sebagai berikut:

 Kompleks dan memiliki banyak aktivitas


 Unik, karena setiap aktivitas atau kejadian hanya terjadi sekali dan tidak
dapat diulang kembali
 Terbatas, yaitu ditandai dengan tanggal awal dan berakhirnya
 Terbatas budget dan sumber daya
 Banyak orang yang terlibat dalam melaksanakan setiap aktivitas
 Aktivitas atau kegiatan yang bersifat kontinu atau berkesinambungan
 Berorientasi pada sebuah tujuan yang jelas
 Mengahasilkan suatu produk atau jasa.

Kumpulan dari beberapa proyek dapat juga disebut sebagai program, yaitu
memiliki lingkup atau batasan yang lebih luas. Contohnya : Pemerintahan Indonesia
memiliki program Penuntasan Kemiskinan, dengan beberapa proyek didalamnnya
yaitu pengaadaan Sekolah secara merata di seluruh indonesia, Internet masuk desa,
dll (Weiss dan Wysocki, 1992: 3).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Batasan Dalam Proyek

Sebuah proyek memilki 3 batasan yang saling terkait dalam menjalankan


setiap kegiatannya, yaitu (Soeharto, 1999: 3) :

 Mutu Produk atau jasa yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipersyaratkan.
 Waktu Proyek memilki batasan waktu tertentu, yaitu durasi waktu dimana
mengatur kapan proyek harus dimulai dan kapan proyek harus berakhir.
 Anggaran Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan
sebuah proyek. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran, dan biaya tersebut harus dapat dipertanggung
jawabkan.

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik artinya, jika ingin


meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya
harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada
naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya,
maka biasanya harus berkompromi dengan mutu, dan jadwal (Soeharto, 1993: 3).

2.3 Perkiraan Biaya Proyek


Perkiraan biaya memegang peran penting dalam penyelenggaraan proyek.
Pada taraf pertama dipergunakan untuk membangun proyek atau investasi,
selanjutnya memiliki fungsi dengan soektrum yang amat luas yaitu merencanakan
dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan maupun
waktu. Meskipun kegunaannya sama, namun untuk masing-masing organisasi
peserta proyek penekanannya berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang
menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk
menentukan kelanjutan investasi. Untuk kontraktor, keuntungan finansial yang
akan diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan
biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi,
kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan.
Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalui rendah, akan
mengalami kesulitan di belakang hari. Sedangkan untuk konsultan, angka tersebut

Universitas Sumatera Utara


diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai
kegunaan sesusai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilitasnya
terkait dengan kebenaran atau ketetapan angka-angka yang diusulkan (Soeharto,
1995: 126).
2.3.1. Perkiraan biaya dan anggaran
Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiraan biaya terbatas
pada tabulasi biaya yang dipergunakan untuk suatu kegiatan tertentu proyek
ataupun proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran merupakan perencanaan terinci
perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan
dengan waktu (time-phased). Definisi perkiraan biaya menurut National Estimating
Society – USA adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan
jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi
yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 2001: 152).
Perkiraan biaya diatas erat hubungannya dengan analisis biaya, yaitu
pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang
akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain,
menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan , dan
mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan
analisis biaya menitik beratkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan
masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan (Soeharto, 2001: 152).
2.3.2. Perkiraan biaya dan cost engineering
Dalam usaha mencari pengertian lebih lanjut perihal perkiraan biaya, maka
penting untuk diperhatikan hubungannya dengan disiplin cost engineering. AACE
(The American Association of Cost Engineer) memberi definisi cost engineering
adalah area dari kegiatan engineering di mana pengalaman dan pertimbangan
engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di
dalam masalah perkiraan biaya, dan pengendalian biaya (Soeharto, 1995: 126).
Ini berarti bahwa memiliki pengetahuan disiplin ilmu dan engineering
merupakan prasyarat bagi mereka yang akan menyusun perkiraan biaya (Soeharto,
1995: 126).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Keperluan Total Biaya Proyek

Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan


sejumlah besar biaya atau modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working
capital), atau dengan kata lain biaya proyek atau investasi = modal tetap + modal
kerja. Pengelompokan ini berguna pada waktu pengkajian aspek ekonomi dan
pendanaan (Soeharto, 1995: 127).

2.4.1. Modal tetap

Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun
instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diinginkani, mulai dari
pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi
sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Selanjutnya modal tetap
dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
Perinciannya adalah sebagai berikut (Soeharto, 1995: 127).

a. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi
komponen permanen hasil akhir proyek. Biaya langsung terdiri dari (Soeharto,
1995: 127):

o Penyiapan Lahan (Site Preparation). Pekerjaan ini terdiri dari clearing,


grubbing, menimbun dan memotong tanah, mengeraskan tanah, dan lain-lain.
Disamping itu juga pekerjaan-pekerjaan membuat pagar, jalan, dan jembatan.
o Pengadaan Peralatan Utama. Semua peralatan utama yang tertera dalam
gambar desain engineering. Contoh untuk ini adalah kolom destilasi, reaktor,
regenerator, generator dapur, dan lain-lain
o Biaya merakit dan memasang peralatan utama. Terdiri dari pondasi struktur
penyangga, isolasi, dan pengecatan
o Pipa. Terdiri dari pipa transfer, pipa penghubung antara peralatan, dan lain-
lain
o Alat-alat listrik dan instrument. Terdiri dari gardu listrik, motor listrik,
jaringan distribusi dan instrumen
o Pembangunan gedung perkantoran, pusat pengendalian operasi (control
room), gudang, dan bangunan sipil lainnya.

Universitas Sumatera Utara


o Fasilitas pendukung seperti utility dan off-site. Terdiri dari pembangkit uap,
pembangkit listrik, fasilitas air pendingin, dan dermaga
o Pembebasan tanah. Biaya pembebasan tanah sering kali dimasukkan ke dalam
biaya langsung.
b. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung atau indirecr cost adalah pengeluaran untuk


manajemen, supervisi, dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian
proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan
dalam rangka proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung meliputi antara
lain (Soeharto, 1995: 127):

o Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen, gaji dan tunjangann bagi
tenaga bidang engineering, inspector, penyelia konstruksi lapangan, dan lain-
lain.
o Kendaraan dan peralatan konstruksi. Termasuk biaya pemeliharaan,
pembelian bahan bakar, minyak pelumas, dan suku cadang.
o Pembangunan fasilitas sementara. Termasuk perumahan darurat tenaga kerja,
penyediaan air, listrik, fasilitas komunikasi sementara untuk konstruksi, dan
lain-lain.
o Pengeluaran umum. Butir ini meliputi bermacam keperluan tetapi tidak dapat
dimasukkan ke dalam butir yang lain, seperti small tools, pemakaian sekali
lewat (consumable) misalnya kawat las.
o Kontigensi laba atau fee. Kontigensi dimasudkan untuk menutupi hal-hal
yang belum pasti.
o Overhead. Butir ini meliputi biaya untuk operasi perusahaan secara
keseluruhan, terlepas dari ada atau tidaknya adanya kontrak yang sedang
ditangani. Misalnya biaya pemasaran, advertensi, gaji ekslusif, sewa kantor,
telepon, komputer.
o Pajak, pungutan/sumbangan, biaya izin, dan asuransi. Berbagai macam pajak
seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi perusahaan.

10

Universitas Sumatera Utara


2.4.2. Modal kerja (working capital)

Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal operasi,
yang meliputi antara lain (Soeharto, 1995: 128):

 Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta bahan lain
untuk operasi;
 Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah tenaga
kerja pada masa awal operasi;
 Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih satu
tahun.

Perbandingan jumlah modal kerja terhadap total investasi berkisar 5 – 10%.

2.4.3. Biaya pemilik, biaya kontraktor, dan biaya lingkup kerja

Bila implementasi fisik proyek diserahkan kepada kontraktor, maka anggaran


proyek untuk maksud perencanaan dan pengendalian di samping pengelompokan
di atas, dikelompokkan menjadi sebagai berikut ini (Soeharto, 1995: 128).

a. Biaya Pemilik (Owner Cost)


Biaya pemilik meliputi rencana pengeluaran untuk:
o Biaya administrasi pengelolaan proyek oleh pemilik, misalnya administrasi
pinjaman (loan administration), kepegawaian, perjalanan dinas dari tim
pemilik proyek:
o Pembayaran kepada konsultan, royalti, paten, dan pembayaran izin yang
berkaitan dengan penyelenggaraan proyek seperti IMB, Depnaker,
penggunaan frekuensi (untuk proyek Telkom yang memerlukan frekuensi);
o Pembayaran pajak;
o Menyiapkan operator dan mekanik instalasi hasil proyek;
o Pendanaan.
b. Biaya Kontraktor
Biaya yang dibebankan oleh kontraktor kepada pemilik atas jasa yang telah
diberikan, sebesar biaya kontrak EPK untuk jenis kontrak harga tetap.

11

Universitas Sumatera Utara


c. Biaya Lingkup Kerja Pemilik (Owner Scope)
Sering kali pemilik atau Pemerintah mengingatkan dalam rangka pembinaan
dan peningkatan kemampuan serta kesempatan kerja pengusaha dan personil dalam
negeri, maka terdapat bagian pekerjaan yang akan diserahkan kepada mereka, yang
pengelolaannya langusng ditangani oleh tim proyek pemilik. Pengelompokan
anggaran biayanya dikenal sebagai owner scope. Jadi owner scope ini adalah biaya
untuk menutup pengeluaran bagi pelaksanaan pekerjaan fisik yang secara
administratif ditangani langsung oleh pemilik (tidak diberikan depada kontraktor
atau kontraktor utama). Umumnya terdiri dari fasilitas di luar instalasi, misalnya
pembangunan perumahan pegawai, telekomunikasi, dan infrastruktur pendukung
lainnya.

2.5 Kualitas Perkiraan Biaya

Kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan


unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 2001: 162).

2.5.1. Tersedianya data dan informasi


Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal
kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Sebagai contoh, pada awal formulasi
lingkup proyek, karena sebagian besar data dan informasi belum tersedia atau
belum dapat ditentukan, perkiraan yang dihasilkan masih bersifat kasar (order of
magnitude) dengan akurasi di atas 50 persen. Karena faktor-faktor di atas, dikenal
beberapa jenis biaya selama siklus proyek sejalan dengan bertambahnya data dan
informasi yang tersedia (Soeharto, 2001: 162).
2.5.2. Teknik dan metode yang digunakan
Teknik dan metode yang dipakai akan besar pengaruhnya terhadap kualitas
perkiraan biaya yang dihasilkan. Namun demikian, pemilihan teknik dan metode
tidak bediri sendiri, tetapi erat terkait dengan tujuan penggunaan perkiraan biaya
serta informasi yang tersedia (Soeharto, 2001: 162).
2.5.3. Kecakapan dan pengalaman estimator
Karena sifat pekerjaan dalam memperkirakan biaya merlukan barbagai
penilaian dan judgement terutama pada awal proyek, maka kecakapan dan

12

Universitas Sumatera Utara


pengalaman seorang estimator perlu sekali untuk menghasilkan estimasi yang
berkualitas. Lebih-lebih pada waktu menyusun anggaran proyek, di samping
mempunyai kecakapan di atas, ia harus pula dapat memahami sifat fluktuasi
berbagai harga seperti dalam membuat prediksi harga material dan peralatan berikut
(Soeharto, 2001: 162).
a. Engineered equipment
Jenis peralatan ini dibuat menurut pesanan, yaitu kriteria dan spesifikasi
seperti masalah mutu, kapasitas, dan kondisi operasi disiapkan oleh pemilik proyek
atau kontraktor. Sedangkan pembuatannya diserahkan kepada manufaktur yang
memunyai spesialisasi dalam membuat jenis peralatan tersebut. Dapat dimengerti
bahwa shop load amat peka terhadap pesanan karena manufaktur tidak
memproduksi untuk persediaan, sehingga harganya pun amat berfluktuasi. Dalam
hal seperti itu, estimator perlu memahaminya dan mengkaji dampaknya terhadap
perkiraan biaya yang disusunnya (Soeharto, 2001: 162).
b. Material curah
Material curah, seperti pipa, instrument, kabel listrik, semen, dan lain-lain
diproduksi secara masal, artinya tidak hanya berdasarkan pesanan proyek tertentu,
tetapi juga untuk konsumen yang lain. Vendor dan manufaktur umumnya
menyediakan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, harganya relatif stabil dibanding engineered equipment.
Dalam hal ini, estimator tidak terlalu sulit mengikuti perkembangan harganya
(Soeharto, 2001: 162).
2.5.4. Tujuan pemakaian perkiraan biaya
Di samping faktor-faktor di atas, kualitas perkiraan biaya juga ditentukan oleh
tujuan pemakainnya. Misalnya, perkiraan biaya untuk mengkaji kelayakan proyek
tidak perlu memiliki akurasi seperti anggaran biaya proyek ABP untuk mencari
pendanaan ataupun untuk anggaran definitive pengendalian. Karena fungsi dan
syarat-syaratnya berbeda (Soeharto, 2001: 162).

13

Universitas Sumatera Utara


2.6 Produktivitas
2.6.1. Pengertian Produktivitas
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai
dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu
(Simanjuntak, 1985).
Slamet Saksono dalam bukunya adminstrasi kepegawaian merumuskan
bahwa, produktivitas adalah suatu sikap mental yang berpandangan bahwa kualitas
hidup hari ini harus harus lebih baik dari kualitas hari yang lalu, hari esok harus
lebih baik dari hari ini. (Saksono, 1998)
Sinungan (1995) mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan
ukuran harga bagi masukan dan hasil, dan juga sebagai perbandingan antara jumlah
pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.
Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran permasalahan dalam
mencapai tujuannya. Sumberdaya manusia merupakan elemen yang paling strategis
dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam pengukuran produktivitas. Hal ini disebabkan oleh
dua hal, yaitu pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja
sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk dan jasa, kedua,
masukan pada faktor faktor lain seperti modal.
2.6.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produktivitas
Menurut Panuji dalam Jurnal Teknik Sipil dengan judul “Pengukuran
Produktivitas Pekerja sebagai Dasar Perhitungan Upah Kerja pada Anggaran
Biaya”, faktor-faktor yang memengaruhi proodutivitas pekerjaan antara lain:
1. Tingkat upah
2. Pengalaman dan keterampilan pekerja
3. Pendidikan dan keahlian
4. Usia pekerja
5. Pengadaan barang
6. Cuaca
7. Jarak material
8. Hubungan kerja sama antar pekerja
9. Faktor manajerial

14

Universitas Sumatera Utara


2.6.3. Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja
Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai untuk
dibandingkan dengan rencana semula. Objek pengawasan ditujukan pada
pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses
konstruksi secara teknis dapat berlangsung dengan baik. Upaya mengevaluasi hasil
pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadapp estimasi semula.
Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap
interval tertent uuntuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak
diharapkan (Dipohusodo, 1996).
Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan tenaga kerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan volume tertentu dalam batas waktu tertentu
dalam kondisi standar dan diukur dalam satuan volume/hari-orang. Pengertian
produktivitas bila dituliskan dalam bentuk persamaan 2.1 sebagai berikut.
𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = …..(2.1)
𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

Hasil kerja adalah sejumlah hasil, tugas, atau proses yang bisa dilaksanakan dalam
1 (satu) periode tertentu (dapat berupa hari atau jam). Satuan hasil kerja dapat
berupa m3/jam, m2/jam, m’/jam.
Waktu kerja atau jam kerja adalah sejumlah waktu yang digunakan secara
efektif dalam melaksanakan tugas dalam 1 (satu) periode. Satu periode yang
dimaksud disini adalah waktu (jam) kerja normal dalam 1 hari kerja yaitu 8 jam
(Sutanto, 1984). Orang hari standar atau satu hari orang bekerja adalah 8 jam, terdiri
atas 7 jam kerja efektif dan 1 jam istirahat.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik
perorangan per jam kerja diterima secara luas, namun dari sudut pandang pengawas
harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan,
dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu
unit produk berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga
kerja (jam, hari, atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang
biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh
pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.

15

Universitas Sumatera Utara


2.6.4. Waktu Efektif
Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghasilkan produktivitas yang
optimal juga sehingga perlu diperhatikan efektivitas jam kerja, seperti ketetapan
jam mulai dan akhir kerja serta jam istirahat yang tepat.
Dalam proses produksi terdapat dua jenis waktu yaitu, wakktu produktif
(productive time) dan waktu nonproduktif (nonproductive time). Idealnya tenaga
kerja hanya dibayar hanya untuk waktu produktifnya saja, akan tetapi tidak dapat
dipungkiri adanya waktu nonproduktif dalam suatu proses produksi, sehingga
tenaga kerja tersebut juga terbayarkan waktu nonproduktifnya. Waktu efektif
kemudian menjadi salah satu cara untuk memperhitungkanwaktu nonproduktif
dalam satu hari atau satu jam. Waktu efektif merupakan indeks waktu produktif
yang digunakan oleh tenaga kerja dalam satu jam atau hari. Oleh karena itu, secara
teknis tidak perlu ditentukan terkebih dahulu yang mana waktu produktif dan mana
waktu nonproduktifnya.
Waktu nonproduktif terdiri dari kerugian standar (standard looses) waktu
istirahat pada jam (scheduled heat strees breaks) dan kerugian keterampilan akibat
kurangnya perlindungan tenaga kerja (dexterity looses due to personal protection)
dimana faktor- faktor tersebut tergantung ari kondisi tempat kerja. Waktu
nonproduktif dapat dibagi dalam beberapa hal berikut:
• Kerugian standar
Kerugian standar terdiri dari waktu yang digunakan untuk beberapa item
kegiatan yang mendukung proses produksi tetapi tidak termasuk proses produksi.
Misalnya, safety meeting, instruksi, pekerjaan persiapan, dan pembersihan.
• Waktu istirahat pada jam kerja
Waktu istirahat pada saat jam kerja di luar jam istirahat dimasukkan dalam
waktu nonproduktif karena hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
terjadinya.
• Kerugian keterampilan
Setiap pekerjaan konstrusi memperhitungkan perlindungan tenaga kerja.
Dalam Kondisi tertentu tenaga kerja harus mengenakan pakaian khusus atau alat
pelindung diri (APD) untuk melindungi keselamatannya. Pengguanaan APD dapat
memengaruhi keterampilan tenaga kerja, dalam hal ini jika tidak digunakan dapat

16

Universitas Sumatera Utara


mengganggu sehingga menyebabkan produktivitas tenaga kerja dibawah kondisi
normal.
Waktu produktif diperoleh dengan mengurangkan waktu nonproduktif
terhadap total waktu dalam proses produksi yang dibayarkan, misalnya 8 jam kerja
per hari. Akan tetapi, dari 8 jam tersebut hanya 7 jam yang dihitung sebagai proses
produksi sisanya selama 1 jam diasumsikan sebagai waktu penundaan untuk
persiapan. Terdiri dari 10 menit untuk safety meeting dan instruksi, 10 menit untuk
pembersihan dan 40 menit untuk istirahat. Persentase tersebut hanya digunakan
untuk tingkat produksi normal yang telah ditentukan.
Dua aspek yang penting dari produktivitas adalah efisiensi dan efektivitas.
1. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan
masukan yang direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana.
2. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa
jauh target dapat tercapai secara kualitas maupun waktu.

2.7 Survei dan Pengkajian

Salah satu langkah pendahuluan untuk mempersiapkan perkiraan biaya


adalah survei dan pengkajian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap program
penyelenggaraan proyek, yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
pembiayaan. Survei dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data dari
tangan pertama serta pengamatan langsung oleh para ahli biaya (cost engineer),
sehingga memungkinkan tersusunnya suatu perkiraan biaya yang realistis.
Umumnya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya proyek (pemilik) atau untuk
mengajukan proposal kontak lump-sum (kontraktor). Survei dan pengkajian itu
meliputi (Soeharto, 2001: 163):

2.7.1. Kondisi lokasi

Kondisi lokasi meliputi hal-hal yang berhubungan dengan topografi, keadaan


tanah, dan penyediaan air. Survei lokasi juga meneliti aspek sosial ekonomi,
misalnya yang berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja, tanggapan masyarakat
terhadap kemungkinan adanya proyek, pembebasan tanahm dan lain-lain (Soeharto,
2001: 163).

17

Universitas Sumatera Utara


2.7.2. Logistik dan komunikasi

Logistik pada setiap proyek menyita perhatian tersendiri karena sering terlihat
sederhana, tetapi sesungguhnya merupakan masalah yang banyak tali-temalinya,
seehingga meminta penanganan yang cukup cermat dan terencana dengan rapi.
Logistik di sini meliputi kegiatan pembelian, pengemasan, transportasi, dan
pergudangan (Soeharto, 2001: 163).

Setelah indikasi lokasi proyek ditentukan, pemikiran selanjutnya aalah


bagaimana membawa material, peralatan, dan tenaga kerja ke lokasi tersebut pada
saat diperlukan. Dmeikian pula halnya untuk bahan mentah dan hasil produksi
instalasi yang hendak dibangun. Jika menggunakan transportasi laut, maka perlu
diketahui dimana letak pelabuhan terdekat, apakah pelabuhan tersebut merupakan
jalur pelayaran kapal-kapal besar, berapa besar kapasitas penanganan (handling)
barang, apakah perlu pemindahan ke bargas untuk sampai ke lokasi, atau perlukah
dibangun dok untuk bargas barge-dock. Demikian pula halnya dengan transportasi
darat, di mana letak jaringan jalan raya terdekat, bagaimana kondisinya, keperluan
mambangun jalan masuk, dan perhitungan biaya pemeliharaan. Bagi proyek-proyek
E-MK (engineering-manufaktur konstruksi) berukuran besar yang terletak jauh dari
kegiatan ekonomi atau kota besar, seringkali diperlukan lapangan terbang untuk
mendukung system transportasi, baik untuk personil maupun peralatan (Soeharto,
2001: 163).

Alokasi biaya membangun gudang untuk menyimpan material curah dan


melindunginya dari keganasan iklim hendaknya dipertimbangkan. Lebih-lebih bagi
material yang pemakaiannya reguler dan harus didatangkan dari tempat jauh. Untuk
peralatan-peralatan utama, umumnya tidak diperlukan gudang karena diusahakan
langsung akan dipasang pada pondasi dan perumahan yang telah disiapkan. Di
samping itu, perlu direncanakan daerah penampungan terbuka untuk material
(Soeharto, 2001: 163-164).

Untuk peralatan utama biaya pengemasan sewaktu transportasi perlu


diperhitungkan. Berbagai faktor menentukan jenis kemasan, misalnya apakah alat
transpornya kapal laut, kereta api, atau pesawat terbang. Adakah kemungkinan
diletakkan di tempat terbuka sewaktu perjalanan atau setiba di lokasi. Kemungkinan

18

Universitas Sumatera Utara


adanya getaran atau ebnturan yang berlebihan. Faktor ketahanan dan kekuatan
kemasan dalam hal melindungi peralatan, agar dapat sampai ke tujuan dalam
keadaan seperti di tempat pengiriman, merupakan pertimabngan utama bila
peralatan itu harus dikirim ke tempat jauh dan tidak tersedia fasilitas perbaikan atau
bengkel local (Soeharto, 2001: 164).

Adapun fasilitas komunikasi proyek terdiri dari komunikasi untuk lapangan,


komunikasi antara lokasi dengan kantor pusat dan dunia luar. Komunikasi di
lapangan diperlukan pada tahap konstruksi. Fasilitas komunikasi proyek di atas
dapat berupa jaringan radio komunikasi, portable HT, Telex, Faksimili, dan lain-
lain. Demi kelancaran pelaksanaan proyek, pengadaan fasilitas komunikasi tersebut
tidak dapat dihindari meskipun biayanya tidak sedikit (Soeharto, 2001: 164).

2.7.3. Akomodasi dan fasilitas sementara

Pada periode puncak suatu proyek umumnya memerlukan buruh/tenaga kerja


dalam jumlah besar untuk kurun waktu cukup lama. Hal ini dengan sendirinya
membutuhkan berbagai fasilitas sementara untuk tempat tinggal dan keperluan
yang lain (Soeharto, 2001: 164).

2.7.4. Konstruksi dan pabrikasi

Hal yang erat hubungannya dengan biaya konstruksi yang perlu diperhatikan
adalah tenaga kerja baik jumlah maupun produktivitasnya, peralatan konstruksi,
dan fasilitas pabrikasi lapangan (Soeharto, 2001: 164).

2.8 Unsur-unsur Biaya

Suatu perkiraan biaya akan lengkap bila mengandung unsur berikut


(Soeharto, 1995: 131-132):

1. Biaya pembelian material dan peralatan


Menyusun perkiraan biaya pembelian material dan peralatan amat kompleks,
mulai dari membuat spesifikasi, mencari sumber, mengadakan lelang sampai
kepada membayar harganya. Terdapat berbagai kepada membayar harganya.
Terdapat berbagai alternative yang tersedia untuk kegiatan tersebut, sehingga bila
kurang tepat menanganinya mudah sekali membuat biaya proyek menjadi tidak

19

Universitas Sumatera Utara


ekonimis. Material dan pelatan ini terdiri dari material curah, peralatan utama yang
akan terpasang sebagai bagian fisik pabrik, dan lain-lain, yang diperlukan dalam
proses pelaksanaan proyek seperti fasilitas sementara dan lain-lain.
2. Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi
Di samping peralatan yang telah dibahas di atas, terdapat juga peralatan
konstruksi yang digunakan sebagai sarana bantu konstruksi dan tidak akan menjadii
bagian permanen dari pabrik/instalasi. Contoh untuk ini adalah truk, crane, fork-
lift, grader, scraper, dan lain-lain.
3. Upah tenaga kerja
Hal ini terdiri dari tenaga kerja kantor pusat yang sebagian besar terdiri tnaga
ahli bidang engineering dan tenaga konstruksi plus penyelia di lapangan.
Mengidentifikasi biaya tenaga kerja/jam orang merupakan penjabaran lebih jauh
dari mengkaji lingkup proyek. Mengingat porsi tenaga kerja dapat mencapai 25 –
35% dari total biaya proyek, maka mengkaji masalah ini sedalam-dalamnya amat
penting di dalam menyiapkan perkiraan biaya. Seperti aspek produktivitas, man-
power loading, tingkat gaji dan kompensasi, dan lain-lain.
4. Biaya subkontrak
Pekerjaan subkontrak umumnya merupakan paket kerja yang terdiri dari jasa
dan material yang disediakan oleh subkontrktor.
5. Biaya transportasi
Termasuk seluruh biaya tansportasi material, peralatan, tenaga kerja yang
berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.
6. Overhead dan administrasi
Komponen ini meliputi pengeluaran iperasi perusahaan yang dibebenkan
kepada proyek dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, royalty, uang jaminan, dan
lain-lain.
7. Fee/laba dan kontigensi
Setelah semua komponen biaya terkupul, kemudian diperhitungkan jumlah
kontigensi dan fee atau laba.

20

Universitas Sumatera Utara


2.9 Metode Perkiraan Biaya

Salah satu metode perkiraan biaya yang sering dipakai adalah metode
menganalisis unsur-unsurnya. Klasifikasi fungsi menurut unsur-unsurnya
menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang berfungsi sama.
Menurut Soeharto (2001: 165), dikenal beberapa metode perkiraan biaya dan
diantaranya yang sering dipakai adalah sebagai berikut:

1. Metode parametrik.
2. Memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu.
3. Metode analisis unsur-unsur biaya.
4. Metode faktor.
5. Metode quantity take-off dan harga satuan.
6. Metode unit price.
7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan.
Metode mana yang hendak dipakai tergantung pada keperluan dan
tersedianya data serta informasi pada waktu itu.
2.9.1. Metode parametrik
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar
hubungan matematis yang mengaitkan biaya atau jam orang dengan karakteristik
fisik tertentu dari objek (volume, luas, berat, tenaga/watt, panjang, dan lain-lain),
misalnya (Soeharto, 2001: 165):
 Jumlah murid per kelas.
 Meter persegi luas lantai rumah.
 Volume kapasitas penyimpangan/gudang.
 Kapasitas produksi pabrik ton/hari.
Metode ini amat praktis untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu
kegiatan analisis biaya. Hal ini tepat digunakan pada waktu belum tersedianya data
dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih akurat. Meskipun
demikian, karena metode ini disusun atas dasar pengalaman atau catatan terdahulu
maka pemakaiannya harus hati-hati, perlu dikaji apakah kondisi proyek yang
sedang disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang
diperoleh masih dapat diterapkan (Soeharto, 2001: 165).

21

Universitas Sumatera Utara


Rumus matematis yang menunjukkan hubungan antara biaya dengan variabel
fisik di dalam metode parametrik antara lain adalah (Soeharto, 2001: 165-166):
1. Kurva Linier
Kurva linier yang paling sederhana adalah dalam bentuk:
𝓎 = 𝒶𝓍 …..(2.2)

Di mana :

y = biaya

x = variabel

a = parameter yang menerangkan hubungan y dan x

Maka persamaan di atas dapat juga seperti:

𝓎 = 𝓅𝓍 + 𝓆 …..(2.3)

Persamaan ini mengandung komponen tetap q dan komponen variabel px.


Komponen biaya tetap misalnya dapat berupa harga tanah, apabila tanah untuk
mendirikan pabrik tersebut tidak mengalami perubahan harga meskipun kapasitas
pabrik bertambah (Soeharto, 2001: 166).

2. Kurva Pangkat
Kurva pangkat yang sering dipakai dalam perkiraan biaya proyek adalah
(Soeharto, 2001: 166):
𝑋 𝑛
𝛾2 = 𝛾1 [ 2]
𝑋1
…..(2.4)

Di mana:

Y1 = biaya pembangunan instalasi A

Y2 = biaya pembangunan instalasi B

X1 = kapasitas instalasi A

X2 = kapasitas instalasi B

n = indeks harga yang lazimnya = 0,6

Rumus di atas menjelaskan bila kapasitas dan biaya pembangunan instalasi A


diketahui, maka dapat dihitung biaya pembangunan instalasi B yang sejenis yang

22

Universitas Sumatera Utara


memiliki kapasitas tertentu. Sama halnya dengan kurva linier, metode ini praktis
dan cepat untuk melakukan pengecekan dari suatu hasil perkiraan biaya (Soeharto,
2001: 166).

2.9.2. Memakai Indeks Harga, Katalog, dan Informasi Proyek Terdahulu


Data perihal harga di waktu yang lalu dan korelasinya terhadap tingkat harga
saat ini dapat ditemui dalam penerbitan berkala sebagai indeks harga. Indeks harga
adalah angka perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap
harga pada waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar. Terdapat banyak jenis
indeks harga, seperti untuk harga-harga peralatan industri, upah tenaga kerja, bahan
bangunan, dan komiditi yang lain. Salah satu yang erat berkaitan dengan proyek
dan memiliki perincian (composite) adalah Chemical & Process Engineering Cost
Index yang diterbitkan di Inggris, dengan rumus sebagai berikut (Soeharto, 2001:
167).

I = 0,37 Im + 0.081 Ie + 0,10 Ic + 0,19 Is + 0,26 Io …..(2.5)

Di mana:
I = total / komposit indeks
Im = indeks engineering mekanik
Ie = indeks engineering listrik
Ic = indeks engineering civil
Is = indeks engineering lapangan (site)
Io = indeks overhead
Indeks harga tahun A
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐴 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵 × …..(2.6)
Indeks harga tahun B

Angka indeks dapat digunakan untuk membuat perkiraan kasar. Hanya saja,
perlu diingat bahwa tidak semua faktor tercakup di dalamnya, misalnya adanya
terobosan kemajuan teknologi yang besar dampaknya terhadap biaya produksi dan
harga barang yang bersangkutan. Penggunaan metode di atas dianggap paling baik
untuk menyiapkan perkiraan biaya pendahuluan karena menghasilkan angka-angka
yang masih dalam batas kewajaran, tanpa usaha yang banyak mengeluarkan biaya
dan tenaga (Soeharto, 2001: 168).

23

Universitas Sumatera Utara


Data dari manual, hand-book, katalog, dan penerbitan berkala amat
membantu dalam memperkirakan biaya proyek. Perusahaan konsultan atau
kontraktor engineering acapkali memiliki bidang yang khusus menangani kegiatan
yang berhubungan dengan perkiraan biaya. Di dalam bidang ini, data dan informasi
yang diperoleh dari berbagai sumber dikumpulkan, dikaji, dan diolah sehingga
menghasilkan grafik-grafik korelasi yang spesifik atau sejenis. Di samping itu, data
dan informasi dari proyek sejenis terdahulu (yang belum terlalu lama) amat berguna
sebagai panduan atau referensi membuat suatu perkiraan biaya. Data dan informasi
demikian pada umumnya tidak sulit untuk diadakan penyesuaian. Penyesuaian yang
diperlukan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan ekskalasi dan perubahan
(penambahan atau pengurangan) lingkup proyek. Di samping itu, perlu dikaji
apakah proyek terdahulu dibangun dengan cara yang efisien dan ekonomis,
sehingga angka yang bersangkutan cukup realistis. Jadi, yang perlu diperhatikan
adalah (Soeharto, 2001: 168-169):

 Perhitungan kenaikan harga karena perbedaan waktu atau tahun pelaksanaan;


 Kecenderungan harga-harga material dan peralatan di pasaran lokal maupun
internasional;
 Tersedianya tenaga kerja dan tingkat upah, yang mungkin sekali dalam tahun-
tahun terakhir telah mengalami banyak perubahan; dan
 Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari
lingkup proyek terdahulu dengan yang akan dikerjakan.
2.9.3. Metode menganalisis unsur-unsurnya
Variasi lain dalam memperkirakan biaya adalah dengan menganalisis unsur-
unsurnya (elemental analysis cost estimating). Di sini, lingkup proyek diuraikan
menjadi unsur-unsur menurut fungsinya. Struktur yang diperoleh menjadi
sedemikian rupa sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan
kemajuan proyek, dalam arti masukan yang berupa data dan informasi yang baru
diperoleh, dapat ditampung dalam rangka meningkatkan kualitas perkiraan biaya.
Klasifikasi fungsi menurut unsur-unsurnya menghasilkan bagian atau komponen
lingkup proyek yang berfungsi sama. Misalnya, tiang penyangga suatu rumah
tinggal dapat dibuat dari kayu, besi atau beton, tetapi fungsinya adalah tetap sama

24

Universitas Sumatera Utara


sebagai tiang. Agar penggunaannya dalam perkiraan biaya efektif, maka pemilihan
fungsi hendaknya didasarkan atas (Soeharto, 2001: 169):
 Jelas menunjukkan hubungan antara komponen-komponen proyek, dan bila
telah diberi beban biaya, berarti menunjukkan komponen-komponen biaya
proyek;
 Dapat dibandingkan dengan komponen biaya proyek lain yang sejenis; dan
 Mudah diukur atau diperhitungkan dan dinilai perbandingannya (rasio)
terhadap data standar.
Terlihat di sini bahwa yang memegang peranan kunci adalah penentuan angka
rasio terhadap dasar atau standar. Pengembangan rasio dapat dilakukan dari
penelitian atas data proyek terdahulu ataupun informasi dari sumber lain. Bila
pengelompokan unsur-unsur berdasarkan fungsi telah tersusun, maka perkiraan
biaya dapat dimulai sejak awal proyek (membuat perkiraan biaya kasar) sampai
kepada anggaran yang amat akurat (anggaran definitif). Perkiraan biaya dengan
metode menganalisis unsur-unsurnya ini sering dijumpai pada proyek
pembangunan gedung. Dua buah format di antaranya disusun oleh Means dan
Engineering News Record (Soeharto, 2001: 170).
2.9.4. Metode faktor
Metode lain untuk memperkirakan biaya proyek adalah dengan memakai
asumsi bahwa terdapat angka kolerasi (faktor) di antara harga peralatan utama
dengan komponen-komponen yang terkait. Di sini, biaya komponen tersebut
dihitung dengan cara memakai faktor perkalian terhadap harga peralatan utama.
Peralatan utama proyek E-MK adalah reaktor, regenerator, kolom destilasi, dapur
(kiln), separator, penukar panas, dan lain-lain. Untuk maksud ini, perlu dikerjakan
desain-engineering sampai tahap tertentu, sampai diperoleh data dan informasi
mengenai jumlah, ukuran, dan spesifikasi peralatan utama sehingga, dapat
diperhitungkan perkiraan harganya. Karena merupakan unsur penentu, maka harga
peralatan utama hendaknya telah diperhitungkan atau diperoleh secara mantap,
misalnya penawaran dari pabrik (manufacturer). Sistematika metode faktor secara
garis besarnya adalah sebagai berikut (Soeharto, 2001: 170):
1. Ditentukan atau didapatkan harga yang mantap dari peralatan utama sampai
ke lokasi proyek.

25

Universitas Sumatera Utara


2. Menghitung biaya pemasangan sampai peralatan utama berfungsi. Perhitungn
ini dilakukan dengan menggunakan berbagai faktor yang tergantung dari jenis
proses dan material yang dikerjakan.
3. Dilanjutkan dengan mengitung biaya engineering (fe), biaya kontinjensi (fc),
dan fee untuk kontraktor (ff) yang seterusnya akan diperoleh modal tetap
proyek.
4. Total biaya proyek = modal tetap + modal kerja. Sedangkan modal kerja
diperkirakan, sebesar 5-10 persen dari modal tetap. Dengan demikian dapat
dihitung jumlah total biaya proyek.
Rumus Lang
Rumus Lang menyederhanakan pendekatan di atas dengan menggunakan
angka yang disebut faktor Lang, yaitu (Soeharto, 2001: 170-171):
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 = 𝐹𝐿 × 𝑃𝐶𝐸 …..(2.7)

Di mana:

PCE = Harga pembelian peralatan

FL = Faktor Lang

Angka faktor Lang berbeda-beda untuk hal berikut.

FL = 3,1 untuk instalasi yang memroses material yang sebagian besar


padat

FL = 4,7 untuk instalasi yang memroses material yang sebagian cair

FL = 3,6 memroses campuran padat-cair

Dengan didapatkan angka jumlah modal tetap, angka untuk modal kerja dapat
diperkirakan yaitu sebesar 5-10 persen dari modal tetap. Dengan demikian, total
perkiraan biaya proyek dapat diketahui, yaitu modal tetap plus modal kerja.

2.9.5. Quantity Take-Off dan Harga Satuan

Teknik menyusun perkiraan biaya yang lain adalah quantity take-off, yaitu
membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen
proyek dari gambar, spesifikasi, dan perencanaan. Untuk maskud tersebut, prosedur
yang ditempuh adalah (Soeharto, 2001: 172):

26

Universitas Sumatera Utara


a. Klasifikasi komponen perkerjaan;
b. Deskripsi dari butir-butir komponen pekerjaan;
c. Dimensi dari butir-butir pekerjaan;
d. Memberi beban jam-orang; serta
e. Memberi beban biaya.
Teknik di atas bila dikerjakan dengan benar akan mendukung hal-hal berikut
(Soeharto, 2001: 172).
 Perencanaan dan penyelia lebih memahami struktur proyek yang akan
ditangani;
 Meminimalkan kemungkinan adanya butir-butir yang terlewatkan;
 Memudahkan untuk meneliti dan mengkonfirmasikan hasil-hasilnya maupun
proses membuatnya.
Urutan komponen-komponennya disesuaikan dengan macam proyek,
misalnya untuk pembangunan gedung dimulai dari menyiapkan lahan, membuat
pondasi, slope, struktur penyangga, lantai, dinding, plumbing, listrik, atap, interior,
finishing, dan seterusnya. Setelah daftar quantity take-off selesai dikerjakan,
kemudian memberi perkiraan jam-orang dan pembebanan biaya yang diperlukan.
Pendekatan dengan teknik quantity take-off harus menunggu sampai berbagai
spesifikasi dan gambar-gambar yang diperlukan tersedia, demikian pula perkiraan
jam-orang dan harga-harga material yang bersangkutan (Soeharto, 2001: 172-173).
Metode Memakai Harga Satuan
Memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan, dilakukan bilamana angka
yang menunjukkan volume total pekerjaan belum dapat ditentukan dengan pasti,
tetapi biaya per unitnya (per meter persegi, per meter kubik) telah dapat dihitung.
Hal ini sering dijumpai pada pekerjaan civil, seperti membuat jalan, membangun
kanal, pekerjaan tanah, memasang pipa, dan lain-lain. Praktek yang dipersiapkan di
sini adalah membuat paket kerja dan memberikan beban biaya kepada paket kerja
tersebut sehingga dapat diserahkan kepada pelaksana. Sebagai contoh adalah paket
kerja yang memasang pipa dengan unit price-nya (Soeharto, 2001: 173).
Persyaratan menyusun unit price suatu paket adalah pekerjaan desain-
engineering sudah sampai pada tahap tertentu, sehingga dapat dilakukan

27

Universitas Sumatera Utara


penjumlahan material (quantity take-off) dan jam-orang sebaik-baiknya (Soeharto,
2001: 173).
2.9.6. Memakai Data dan Informasi Proyek yang Bersangkutan

Metode ini memakai masukan dari proyek yang sedang ditangani. Dengan
demikian angka-angka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Hanya saja metode ini memerlukan waktu cukup lama, sampai kemajuan desain-
engineering dan pembelian mencapai taraf tertentu, sehingga perhitungan biaya
dapat dilakukan secara akurat. Misalnya, telah diselesaikan rancangan peralatan
utama, jumlah, dan satuan harga sebagian besar material curah, telah masuk data
mengenai produktivitas tenaga kerja bahkan telah pula masuk berbagai angka
penawaran lelang peralatan utama dan subkontrak yang bernilai besar.

2.10 Metode Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)

Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) 2016 adalah dasar perhitungan


analisa harga satuan pekerjaan yang dikeluarkan oleh dinas pekerjaan umum pada
tahun 2016. Dalam AHSP disebutkan koefisien bahan, tenaga kerja, dan alat serta
mencakup beberapa pekerjaan yang tidak terdapat pada SNI 2008 seperti pekerjaan
pengecoran beton bertulang yang dalam pelaksaannya menggunakan alat berat
concrete pump.

2.11 Metode Aktual

Menurut A.Soedrajat Sastraatmadja dalam buku Anggaran Biaya


Pelaksanaan menjelaskan penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan
volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan
terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya
pembangunan maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran bukan biaya
sebenarnya (actual cost).

Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode


Aktual/Kontraktor adalah sebagai berikut.

1. Membuat daftar harga satuan material dan daftar harga satuan upah,

28

Universitas Sumatera Utara


2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara perkalian antara harga satuan
bahan dengan nilai koefisien bahan,
3. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara perkalian antara harga
satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja.
Di Indonesia, terdapat beberapa regulasi yang berkaitan dengan harga satuan.
Analisa harga satuan pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan
rencana anggaran biaya bangunan yang didalamnya terdapat angka yang
menunjukkan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan.
Harga satuan pekerjaan merupakan harga suatu jenis pekerjaan tertentu per
satuan tertentu berdasarkan rincian komponen-komponen tenaga kerja, bahan, dan
peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut.
Harga satuan bahan dan upah dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbeda-
beda sehingga dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu bangunan
atau proyek harus berpedoman pada harga satuan dan upah tenaga kerja di pasaran
dan lokasi pekerjaan.
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan dikumpulkan dalam dalam satu
daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Setiap bahan atau material
mempunyai jenis dan kualitas sendiri. Hal ini menyebabkan harga material
beragam. Untuk sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah
bahan tersebut berasal dan disesuaikan dengan harga patokan di pemerintah.
Secara umum dapat disimpulkan dengan persamaan 2.8 berikut:
Harga Satuan Pekerjaan = H.S. Bahan + H.S. Upah + H.S. Alat ….. (2.8)
Harga satuan pekerjaan pada dasarnya agak sulit distandarkan, walaupun
harga pasar terkadang distandarkan untuk jangka waktu tertentu untuk pekerjaan
tertentu dan untuk lokasi tertentu. Sehingga, kejadiannya adalah harga konstruksi
relatif tetap (standar), tetapi biaya yang harus dikeluarkan untuk proses konstruksi
bersifat flukuatif tergantung banyak faktor yang memengaruhi.
Faktor-faktor yang memengaruhi antara lain:
 Time Schedule (waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan)
 Metode pelaksanaan (construction method) yang dipilih
 Produktivitas sumber daya yang digunakan

29

Universitas Sumatera Utara


 Harga satuan dasar dari sumber daya yang digunakan.
Koefisien atau indeks biaya diperoleh dengan cara mendata kemajuan proyek.
Dari data ini didapatkan volume pekerjaan. Dari volume pekerjaan didapatkan nilai
produktivitas harian untuk pekerjaan pembetonan.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disusun dalam tabel, kemudian
dianalisis:
1. Menghitung time factor untuk setiap jenis pekerja
Time factor ditentukan untuk mengetahui besarnya indeks waktu produktif
tenaga kerja. Besarnya time factor dihitung dengan persamaan 2.9 berikut.
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛 …..(2.9)

2. Menentukan besarnya koefisien tenaga kerja


Koefisien tenaga kerja ditentukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu item pekerjaan dengan volume
tertentu (Yunita, 2013). Dapat dihitung dengan persamaan 2.10 berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
…..(2.10)

Upah tenaga kerja yang dibayarkan dihitung dalam satuan hari, maka perlu
diketahui koefisien man day dari tenaga kerja. Dapat dihitung dengan persamaan
2.11.
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑎𝑛 𝐻𝑜𝑢𝑟
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑦 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐻𝑎𝑟𝑖 …..(2.11)

Analisa Harga Satuan Upah


Menurut Ibrahim (1994) upah adalah menghitung banyaknya tenaga kerja
yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.
Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada
pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga merupakan salah
satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti
mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian upah yang
sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga
mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik lagi.
Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2.12.

30

Universitas Sumatera Utara


∑ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 …..(2.12)

Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan dapat


dijelaskan sebagai berikut:
1. Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah
sehingga upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari
pekerja membantu dalam persiapan bahan suatu pekerjaan yang tidak
membutuhkan keterampilan khusus.
2. Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang
besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar pada pelaksanaan
kerja suatu proyek.
3. Kepala tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengawasi jalannya suatu
bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang kayu, kepala tukang batu, kepala
tukang besi.
4. Mandor, jenis tenaga kerja ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkatan
paling tinggi dalam suatu pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja yang
lain.
Untuk pengupahan, secara luas dapat dibedakan beberapa macam yaitu:
1. Upah Borongan
Upah Borongan adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan yang memberikan
pekerjaan pada saat belum dimulai pekerjaan (Soetarno, 1986).
2. Upah per Potong/Upah Satuan
Upah per potong atau upah satuan adalah besar upah yang akan ditentukan
dengan banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu.
Keuntungan dari cara pembayaran upah ini bahwa pekerja akan berusaha segiat-
giatnya mengejar penghasilan yang besar sehingga perusahaan berproduksi
(Soetarno, 1986).
Menurut Saksono (1998) jenis upah yang banyak dimanfaatkan perusahaan-
perusahaan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Upah menurut waktu

31

Universitas Sumatera Utara


Merupakan sistem pengupahan dimana hasil pekerjaan tidak merupakan
ukuran khusus yaitu pekerja dibayar menurut waktu yang dihabiskan, misalnya per
jam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya:
a. Hari orang standar (standard man day)
Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d, dimana 1 h.o
(m.d)= upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah pekerja terampil
yang mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya pekerja kayu, tukang batu,
tukang kayu, kepala tukang, mandor, dan lain-lain.
b. Jam orang standar (standard man hour)
Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jam kerja efektif dan
diberikan kepada pekerja yang sungguh-sungguh dan tidak boleh lengah seperti
pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-lain.
c. Bulan orang standar (standard man month)
Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan, manajer proyek
dan lain-lain.
2. Upah menurut hasil kerja
Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang
telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan.
a. Upah menurut standar waktu
Upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi guna
menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha
Meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan kemudian
sebagai tambahan atau kombinasi dengan sistem pembayaran upah yang telah
disebutkan di atas.

Analisa Harga Satuan Bahan


Jenis bahan yang disebut disini bergantung pada item pekerjaannya (material
pokok) dan metodenya (material penunjang). Bahan bangunan dapat berupa bahan
dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau berupa bahan jadi/setengah
jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di lapangan.

32

Universitas Sumatera Utara


Dalam melakukan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat
penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan adalah sejumlah
bahan yang dipergunakan/telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari
produknya.
Ada beberapa waste, antara lain:
 Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat
 Kerusakan karena kelemahan dan handling atau penyimpanan
 Kehilangan karena kelemahan pengawasan keamanan
 Pemborosan pemakaian di lapangan.
Analisa bahan suatu pekerjaan ialah mengitung banyaknya/volume masing-
masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan bahan/material
ialah besarnya bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan
dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
∑ 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 …..(2.13)

Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan


bahan bangunan untuk setiap jenis satuan pekerjaan. Analisa bahan dari suatu
pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing-masing
bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan
menunjukkan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu
volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik dalam volume 1 𝑚3 , 1 𝑚2 atau per
𝑚′ .

2.12 Penelitian Terdahulu


Pada tahun-tahun sebelumnya, penelitian tentang koefisien analisa harga
satuan pekerjaan telah banyak dilakukan di kota lain di Indonesia. Penelitian yang
akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu dalam hal
objek, metode, karakteristik lokasi, dan temuan hasil. Spesifikasi penelitian
penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1

33

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Lokasi Metode
NO Nama peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Fatchur Roehman ANALISA Tujuan yang ingin dicapai Jepara Metode Work a. Indeks selisih harga satuan bahan
HARGA SATUAN dalam penelitian ini Sampling beton bertulang pada metode
PEKERJAAN adalah sebagai berikut : Lapangan 32% > dibandingkan
DENGAN 1. Mengetahui selisih dengan SNI dan 24% >
METODE BOW, (%) perbandingan dibandingkan dengan BOW,
SNI, DAN harga satuan bahan, adapun untuk metode BOW 6% >
LAPANGAN upah dan pekerjaan dibandingkan dengan SNI.
(Pekerjaan Beton antara metoda BOW, b. Indeks selisih harga satuan upah
Bertulang Pada SNI dan Lapangan beton bertulang pada metode
Pembangunan 2. Mengetahui rasio BOW 11% > dibandingkan
Rumah Tinggal perbandingan harga dengan metode lapangan dan 64%
Perum Bugel, satuan bahan, upah > dibandingkan dengan metode
Jepara) dan pekerjaan antara SNI, adapun untuk metode
metoda BOW, SNI Lapangan 59% > dibandingkan
dan Lapangan dengan metode SNI.
3. Mengetahui c. Indeks selisih harga satuan
komponen dominan pekerjaan beton bertulang pada
yang menjadi metode Lapangan 9% >
perbedaan dan dibandingkan dengan metode
persamaan dalam BOW dan 35% > dibandingkan
penyusunan harga dengan metode SNI, adapun untuk
satuan pekerjaan pada metode BOW 28% >
pekerjaan beton dibandingkan dengan metode SNI.
bertulang
2 Arruan, Arthur Analisis Koefisien Mengetahui besarnya Puri Kelapa Metode Work Koefisien analisa harga pada
(2014) Harga Satuan nilai koefisien analisis Gading, Sampling pekerjaan bekisting kolom adalah
Tenaga Kerja di harga satuan tenaga kerja Manado 0,065 tukang dan 0,004 pekerja dan
Lapangan dengan pada pekerjaan kolom pada pekerjaan pembesian kolom
Membandingkan adalah 0,028 tukang dan 0,0134
Analisis SNI dan pekerja
Analisis BOW pada
34

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Lokasi Metode
NO Nama peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Pembesian dan
Bekisting Kolom
3 Yunita A. Messah, Analisa Indeks Mengetahui indeks biaya Kupang a. Observasi Besarnya indeks tenaga kerja
Dantje A. T. Sina, Biaya untuk tenaga kerja di kota langsung di lapangan adalah 0.0208 mandor,
Cristiani C. Pekerjaan beton Kupang dengan lapangan 0,0377 kepala tukang, 0,09929
Manubulu, (2013) Bertulang dengan mengambil studi kasus b. Menghitung tukang, dan 0,2502 pekerja untuk
menggunakan pada Proyek time factor memasang 1 m2 bekisting, 0,0044
metode SNI 7394- Pembangunan Asrama untuk setiap mandor, 0,0177 kepala tukang,
2008 dan Lapangan STIKES CHMK Tahap pekerja 0,0268 tukang, dan 0,0796 pekerja
(Studi Kasus III c. Menentukan untuk pekerjaan 10 kg pembesian,
Proyek koefisien dan 0,0340 mandor, 0,0272 kepala
Pembangunan man hour dan tukang, 0,1427 tukang, dan 1,1888
Asrama STIKES man day pekerja untuk membuat 1m3 beton
CHMK Tahap III)
4 Nasrul STUDI ANALISA a. Mengetahui selisih ( % ) Batang Anai Metode Work a. Harga satuan bahan beton Type A,
HARGA SATUAN perbandingan harga Padang Sampling B dan D rata-rata TINJAUAN
PEKERJAAN satuan bahan, upah dan Pariaman, RATIO SELISIH SNI Terhadap
BETON DENGAN pekerjaan antara Sumbar BOW 1,01 1,22% SNI Terhadap
METODE BOW, metoda BOW, SNI dan Lapangan 2,24 46,62%
SNI DAN penawaran kontraktor. Lapangan Terhadap BOW 0.61
LAPANGAN b. Mengetahui rasio 53,44%
PADA PROYEK perbandingan harga b. Harga satuan upah beton Type
IRIGASI satuan bahan, upah dan A,B dan D rata-rata TINJAUAN
BATANG ANAI II pekerjaan antara RATIO SELISIH SNI Terhadap
metoda BOW, SNI dan BOW 0,28 71,63% SNI Terhadap
penawaran kontraktor, Lapangan 0,39 61,41%
c. Mengetahui komponen Lapangan Terhadap BOW 0,89
dominan yang menjadi 31,52%
perbedaan dan
persamaan dalam

35

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Lokasi Metode
NO Nama peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
penyusunan harga
satuan pekerjaan.
5 Septiaji Pratama ANALISIS a. Mengetahui besarnya Medan a. Observasi Perbandingan besarnya koefisien
PERBANDINGAN koefisien harga satuan langsung di a. Pekerjaan 1 m3 Pembetonan
KOEFISIEN pekerjaan yang lapangan Berdasarkan hasil pengamatan
HARGA SATUAN sebenarnya di lapangan b. Menghitung didapatkan nilai koefisien untuk
PEKERJAAN pada proyek time factor tenaga kerja mandor sebesar
BERDASARKAN pembangunan drainase untuk setiap 0,302 lebih besar dibandingkan
KONDISI saluran limbah TPA pekerja dengan SNI 0,083; AHSP 0,132;
AKTUAL, SNI, Terjun Marelan Medan c. Menentukan dan Analisa K 0,071. Untuk
AHSP, DAN b. Mengetahui koefisien tukang didapatkan nilai
ANALISA K perbandingan besarnya man hour koefisien aktual sebesar 0,646
(STUDI KASUS: koefisien harga satuan dan man day sedangkan SNI 0,275; AHSP
PROYEK pekerjaan yang 0,189 dan Analisa K 0,336.
PEMBANGUNAN sebenarnya di lapangan Untuk pembantu tukang
DRAINASE pada proyek didapatkan nilai koefisien aktual
SALURAN pembangunan drainase sebesar 1,157 lebih kecil
LIMBAH TPA saluran limbah TPA dibandingkan SNI 1,650 dan
TERJUN Terjun Marelan Medan AHSP 1,323; namun lebih besar
MARELAN dengan SNI, AHSP, dan dari Analisa K 0,708.
MEDAN) Analisa K. b. Pekerjaan 10 kg Pembesian
c. Mengetahui koefisien Berdasarkan hasil pengamatan
harga satuan pekerjaan didapatkan nilai koefisien untuk
yang optimal antara tenaga kerja mandor sebesar
lapangan, SNI, AHSP, 0,060 lebih besar dibandingkan
dan Analisa K. dengan SNI 0,004; AHSP 0,070;
d. Mengetahui rasio dan Analisa K 0,004. Untuk
perbandingan harga tukang didapatkan nilai
satuan pekerjaan yang koefisien aktual sebesar 0,090
sebenarnya di lapangan sedangkan SNI 0,070; AHSP
pada proyek 0,070; dan Analisa K 0,070.
36

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Lokasi Metode
NO Nama peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
pembangunan drainase Untuk pembantu tukang
saluran limbah TPA didapatkan nilai koefisien aktual
Terjun Marelan Medan sebesar 0,160 lebih besar
dengan SNI, AHSP, dan dibandingkan SNI 0,070; AHSP
Analisa K. 0,070; dan Analisa K 0,070.
c. Pekerjaan 1 m2 Pembekistingan
Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan nilai koefisien untuk
tenaga kerja mandor sebesar
0,015 lebih kecil dibandingkan
dengan SNI 0,033; AHSP 0,060;
namun lebih besar dari Analisa
K 0,005. Untuk tukang
didapatkan nilai koefisien aktual
sebesar 0,028 sedangkan SNI
0,330; AHSP 0,300; dan Analisa
K 0,260. Untuk pembantu
tukang didapatkan nilai
koefisien aktual sebesar 0,044
lebih kecil dibandingkan SNI
0,660; AHSP 0,660; dan Analisa
K 0,300
Perbandingan Rasio
a. Pada pekerjaan 1 m3
pembetonan, didapatkan harga
satuan pekerjaan di lapangan
lebih besar 11,98%
dibandingkan dengan harga
satuan pekerjaan SNI. Sementara
harga satuan pekerjaan antara
lapangan dan Analisa K sebesar
37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Lokasi Metode
NO Nama peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
15,09%, dan bila dibandingkan
dengan AHSP, harga satuan
pekerjaan di lapangan lebih
besar 5,89%.
b. Pada pekerjaan 10 kg pembesian,
didapatkan perbandingan harga
satuan di lapangan dengan
AHSP sebesar 10,99%.
Sementara bila dibandingkan
dengan SNI dan Analisa K,
Harga satuan pekerjaan di
lapangan lebih besar 11,25%.
c. Pada pekerjaan 1 m2, didapatkan
harga satuan pekerjaan di
lapangan lebih kecil
dibandingkan dengan harga
satuan pekerjaan menurut SNI,
AHSP, dan Analisa K, dengan
masing-masing rasio
perbandingan sebesar 52,62%;
41,12%; dan 39,18%.

38

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Lokasi Penelitian

Metode penelitian adalah analisis teori atau ilmu yang membahas tentang
metode dalam melakukan penelitian. Metode pada dasarnya adalah cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan. Maka tujuan umum penelitian adalah untuk
memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan
dengan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode studi komparatif kuantitatif. Dalam penelitian ini akan
diperoleh besaran nilai koefisien harga satuan bahan, upah, dan peralatan dari
pekerjaan pembetonan pada proyek tersebut kemudian mendapat nilai harga satuan
pekerjaan masing-masing metode yang kemudian nilai harga tersebut
dikomparasikan dengan nilai harga pada metode yang lainnya.

Lokasi penelitian berada di Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum type-


C di kec. Medan Labuhan. Lokasi ini berada pada jalan Kol. Yos Sudarso KM. 18,5
Medan.

3.2. Prosedur Penelitian

Sebelum dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer, terlebih


dahulu melewati tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Studi pustaka dari berbagai buku-buku literatur,


2. Merangkum teori yang saling berhubungan antara manajemen konstruksi
dan hal-hal yang terkait,
3. Mengumpulkan data dan penjelasan yang didapat dari kontraktor
pelaksana pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec.
Medan Labuhan,
4. Melakukan pengamatan dilapangan untuk mendapatkan waktu efektif
pekerjaan masing masing tenaga kerja,

39

Universitas Sumatera Utara


5. Mengumpulkan data yang didapat dari buku pedoman analisa,
6. Menghitung harga satuan bahan, upah, dan pekerjaan,
7. Menganalisa harga satuan pekerjaan tiap jenis metode yang diteliti, dan
8. Mendapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan tiap jenis metode yang
diteliti.

3.3. Jenis dan Sumber Data


3.3.1. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah waktu pengamatan dan durasi
pekerjaan pada pekerjaan pembetonan yang didapatkan dari pengamatan langsung
di lapangan pada proyek yang dijadikan objek penelitian. Data primer ini dilakukan
dengan menggunakan alat atau instrument sebagai berikut:
1. Stopwatch
2. Kertas dan alat tulis
3.3.2. Data sekunder
Data dalam penelitian ini berupa volume hasil pekerjaan, dan tenaga kerja
yang terlibat pada pekerjaan Pembetonan. Data tersebut didapat langsung dari
laporan mingguan proyek yang dijadikan objek penelitian. Data lain yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari pihak kontraktor
dan data lain berupa Peraturan Menteri PUPR no.28 tahun 2016. Adapun data
sekunder yang digunakan berupa:
1. Rencana anggaran biaya penawaran proyek
2. Daftar harga satuan bahan penawaran proyek
3. Daftar harga satuan upah penawaran proyek
4. Laporan mingguan proyek
5. Daftar pedoman AHSP

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Data diperolah dari pihak kontraktor dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Data dari pihak kontraktor tersebut berupa:
 RAB pekerjaan, berupa rancangan anggaran biaya pekerjaan yang diamati
 Jenis pekerjaan, berisi item pekerjaan yang diamati

40

Universitas Sumatera Utara


 Durasi pekerjaan, berupa waktu yang digunakan tenaga kerja
menyelesaikan pekerjaan tersebut
 Waktu efektif, berupa waktu produktif yang dilakukan tenaga kerja dalam
satu jamnya
 Volume hasil pekerjaan, berupa volume hasil pekerjaan dalam durasi
pekerjaan oleh tenaga kerja
 Tenaga kerja, berupa jumlah pekerja yang terlibat dalam proses
pelaksanaan item pekerjaan tersebut
 Daftar harga bahan penawaran, berupa daftar harga bahan yang ditawarkan
kontraktor pada lelang (kontrak)
 Daftar harga upah penawaran, berupa daftar harga bahan yang ditawarkan
kontraktor pada lelang (kontrak).

3.5. Teknik Pengolahan Data


Data yang diperoleh berupa data mentah yang perlu diolah kembali agar bisa
dilakukan komparasi nilai. Teknik yang digunakan berupa analisis data dan analisis
komparatif.
3.5.1. Analisis data
Analisis ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan time factor pekerjaan
Digunakan untuk mengetahui besarnya nilai indeks waktu produktif
pekerja. Time Factor adalah waktu efektif pekerja dalam 1 hari per 1 jam dalam
suatu kelompok kerja. Besarnya time factor untuk jenis tenaga kerja adalah waktu
efektif rata-rata dari pekerjaan pembetonan selama periode pengamatan (14 Januari
2019 sampai dengan 21 April 2019).
2. Menentukan besarnya nilai koefisien bahan, upah, dan peralatan
Koefisien digunakan untuk mengetahui besarnya nilai bahan dan pekerja
yang diperlukan untuk melakukan suatu item pekerjaan dalam satuan waktu dan
volume tertentu. Besarnya nilai koefisien upah didapat dari penghitungan koefisien
man day, yang didapat dari koefisien man hour. Koefisien man hour adalah hasil
dari berapa jam tenaga kerja dibagi dengan volume yang selesai dikerjakan. Dan

41

Universitas Sumatera Utara


koefisien man day adalah hasil bagi koefisien man hour dengan jumlah jam dalam
satu hari
3. Menentukan besarnya nilai harga satuan bahan, upah, dan peralatan
pekerjaan
Harga satuan bahan, upah, dan peralatan untuk dibandingkan dengan
analisis komparatif. Cara menentukan besar dan nilai harga satuan bahan, upah, dan
peralatan adalah dengan mengalikan koefisien bahan, upah, dan peralatan yang
didapat sebelumnya dengan harga bahan, upah, dan peralatan.
3.5.2. Analisis komparatif
Setelah didapatkan hasil nilai koefisien dan harga satuan bahan, upah, dan
peralatan pekerjaan, selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai koefisien dan
harga satuan bahan, upah, dan peralatan pekerjaan yang lain.
Setelah dibandingkan maka akan didapat besarnya perbandingan di antara
metode analisis tersebut berupa persentase dan rasio, dan kemudian dianalisis untuk
mendapatkan kesimpulan dari penelitian.

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan diwujudkan dalam bentuk bagan


alur:

42

Universitas Sumatera Utara


Diagram Alir

ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN


PEKERJAAN METODE AHSP DAN METODE
AKTUAL

TUJUAN & BATASAN


PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

DATA SHOP DATA


DATA DRAWING HASIL KOEFISIEN
DURASI TENAGA
(DATA PEKERJAA AHSP PERMEN
PEKERJAAN KERJA VOLUME) PUPR
N

TIME FACTOR

MENCARI KOEFISIEN

HARGA

MENDAPATKAN KOEF & HARGA


METODE LAPANGAN

PERBANDINGAN KOEF & HARGA


METODE AHSP & METODE AKTUAL

HASIL & KESIMPULAN

SELESAI

43

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Wilayah Studi

Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan


Labuhan terletak di jalan Kol. Yos Sodarso KM 18,5 Medan. Terletak setelah jalan
Syahbudin Yatim dan sebelum jalan Baginda Siregar. Tempat proyek ini terletak
sebelah kanan dari arah Medan.

Proyek ini dilaksanakan oleh PT. Gunakarya Nusantara sebagai


kontraktornya. Pemerentah Kota Medan berperan sebagai owner proyek
pembengunan ini. Rumah sakit ini direncanakan akan berdiri sepuluh lantai.

Wilayah proyek ini adalah kecamatan Medan Labuhan. Secara geografis


Medan Labuhan berbatasan langsung dengan kabupaten Deli Serdang di arah timur
dan selatannya. Arah barat berbatasan dengan kecamatan Marelan. Utaranya
berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Belawan. Dan di barat dayanya
berbatasan dengan kecamatan Medan Deli.

Menurut ketentuanrencana detail tata ruang dan peraturan zonasi menurut


Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Medan,
klasifikasi zonanya termasuk dalam perdagangan dan jasa & perumahan. Dan untuk
klasifikasi sub zonanya ialah perdagangan (K-1) dan perumahan kepadatan sedang
(R-2). Kemudian klasifikasi matriks zonasinya adalah I (diizinkan) untuk kegiatan
/ fungsi rumah sakit umum (type-C) pada sub zona perdagangan (K-1) dan B
(diizinkan bersyarat tertentu) pada subzona perumahan kepadatan sedang (R-2).

Gambar denah dan peta lokasi proyek dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai
berikut:

44

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Denah dan Peta Lokasi Proyek

4.2. Volume dan Progres Pekerjaan


Progres pekerjaan didapat dari laporan mingguan proyek. Progres yang saya
gunakan ialah progress dimana pada massa minggu ke-31 hingga minggu ke-44
pekerjan proyek. Pada tanggal 14 hingga 20 Januari 2019 dilakukan pekerjaan
beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 86,48 m³ untuk
pekerjaan pile cap. Pada tanggal 21 hingga 27 Januari 2019 dilakukan pekerjaan
beton selama sehari dan dihasilkan volume beton sebesar 55,7 m³ untuk pekerjaan
pile cap. Pada tanggal 28 Januari hingga 3 Februari 2019 dilakukan pekerjaan beton
selama dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 72,77 m³ untuk pekerjaan pile
cap. Pada tanggal 4 hingga 10 Februari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga
hari dan dihasilkan volume beton sebesar 147 m³ untuk pekerjaan pile cap. Pada
tanggal 11 hingga 17 Februari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama dua hari dan
dihasilkan volume beton sebesar 138,31 m³ untuk pekerjaan pile cap dan sloof. Pada
tanggal 18 hingga 24 Februari 2019 tidak ada dilakukan pekerjaan beton. Pada
tanggal 25 Februari hingga 3 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga
hari dan dihasilkan volume beton sebesar 142,56 m³ untuk pekerjaan pile cap, sloof,
serta kolom basement.
Penelitian pun kembali dilanjutkan dalam bulan Maret. Pada tanggal 4 hingga
10 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume
beton sebesar 227,17 m³ untuk pekerjaan pile cap, sloof, kolom basement, serta
dinding basement. Pada tanggal 11 hingga 17 Maret 2019 dilakukan pekerjaan
beton selama dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 166,25 m³ untuk

45

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan pile cap, sloof, kolom basement, dinding basement, serta plat lantai
basement. Pada tanggal 18 hingga 24 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama
dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 79,24 m³ untuk pekerjaan dinding
basement, balok, dan tangga. Pada tanggal 25 hingga 31 Maret 2019 dilakukan
pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 137,72 m³
untuk pekerjaan balok, tangga, dan kolom lantai 1.
Penelitian pun masih berlangsung dalam bulan April. Pada tanggal 1 hingga
7 April 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume
beton sebesar 123,48 m³ untuk pekerjaan kolom lantai satu. Pada tanggal 8 hingga
14 April 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume
beton sebesar 169,68 m³ untuk pekerjaan kolom lantai satu, balok, dan plat lantai.
Pada tanggal 15 hingga 21 April 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari
dan dihasilkan volume beton sebesar 138,31 m³ untuk pekerjaan balok, plat, dan
kolom lantai dua. Sebagai mana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Laporan Mingguan Volume Pekerjaan

Tanggal
Minggu ke- Volume Pekerjaan (m³)
(Tahun 2019)
31 14-Jan s.d. 20-Jan 86,48

32 21-Jan s.d. 27-Jan 55,7

33 28-Jan s.d. 03-Feb 72,77

34 04-Feb s.d. 10-Feb 147

35 11-Feb s.d. 17-Feb 138,31

36 18-Feb s.d. 24-Feb 0

37 25-Feb s.d. 03-Mar 142,56

38 04-Mar s.d. 10-Mar 227,17

39 11-Mar s.d. 17-Mar 166,25

40 18-Mar s.d. 24-Mar 79,24

41 25-Mar s.d. 31-Mar 137,72

42 01-Apr s.d. 07-Apr 123,48

43 08-Apr s.d. 14-Apr 169,68

44 15-Apr s.d. 21-Apr 138,31

Jumlah 1684,67

46

Universitas Sumatera Utara


4.3. Waktu Efektif (Time Factor) Tenaga Kerja

Waktu efektif atau time factor adalah waktu efektif pekerja dalam satu hari
per satu jam dalam suatu kelompok kerja. Penulis melakukan perhitungan waktu
efektif tenaga kerja dengan menghitung manual menggunakan stopwatch durasi
kelompok tenaga kerja melakukan pekerjaan efektifnya dalam satu jam. Sample ini
dikumpulkan satu setiap minggunya ketika pekerjaan pengecoran.

4.3.1. Waktu efektif (time factor) pekerja

Pekerja disini ialah tenaga kerja yang bertugas menuangkan campuran ready
mix baik menggunakan concrete pump (pompa beton) untuk pengecoran maupun
pengoprasian Tower Crane. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling
banyak dari kelompok tenaga kerja yang lainnya. Dalam proyek ini selama saya
mengamatinya pekerja berkisar antara 7 sampai 12 orang. Untuk waktu efektif yang
saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Waktu Efektif Pekerja

Waktu Efektif Waktu Efektif


Minggu ke- Minggu ke-
(menit) (menit)
31 25,61 39 22,70
32 26,69 40 16,53
33 32,39 41 22,85
34 20,90 42 21,77
35 22,75 43 22,32
37 31,96 44 22,90
38 27,18

̅̅̅̅
TF = 24.35 menit ……….. (4.1)

Jadi time factor rata-rata untuk pekerja adalah 24,35 menit atau 0.41 jam.

4.3.2. Waktu efektif (time factor) tukang batu

Tukang batu pada proyek ini adalah tenaga kerja yang bertugas menuangkan
campuran ready mix ke concrete pump (pompa beton) untuk pengecoran dan
menggunakan vibrator. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling banyak
ke dua setelah kelompok tenaga kerja pekerja. Dalam proyek ini selama saya

47

Universitas Sumatera Utara


mengamatinya tukang batu berkisar kurang lebih tiga orang. Untuk waktu efektif
yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Waktu Efektif Tukang Batu

Waktu Efektif Waktu Efektif


Minggu ke- Minggu ke-
(menit) (menit)
31 24,86 39 19,90
32 26,61 40 15,37
33 33,36 41 21,69
34 20,35 42 18,77
35 19,26 43 18,65
37 23,29 44 23,24
38 28,09

̅̅̅̅
𝑇𝐹 = 22,57 ……….. (4.2)

Jadi time factor rata-rata untuk tukang batu adalah 22,57 menit atau 0.38 jam.

4.3.3. Waktu efektif (time factor) kepala tukang

Kepala tukang disini adalah tenaga kerja yang bertugas meminpin para
pekerja dan tukang agar bias memahami dan bekerja sesuai dengan arahan
pelaksana atau pemilik. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling sedikit,
ataupun hanya satu bahkan tidak menggunakannya sama sekali. Dalam proyek ini
selama saya mengamatinya kepala tukang berkisar kurang lebih satu orang. Untuk
waktu efektif yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Waktu Efektif Kepala Tukang

Waktu Efektif Waktu Efektif


Minggu ke- Minggu ke-
(menit) (menit)
31 17,73 39 14,90
32 18,41 40 9,35
33 17,45 41 13,23
34 15,90 42 13,72
35 14,10 43 11,70
37 16,50 44 12,27
38 19,87
̅̅̅̅
𝑇𝐹 = 15,01 ………..(4.3)

48

Universitas Sumatera Utara


Jadi time factor rata-rata untuk kepala tukang adalah 15,01 menit atau 0.25
jam.

4.3.4. Waktu efektif (time factor) mandor

Mandor adalah tenaga kerja yang bertugas mengawasi para pekerja dan
tukang agar bekerja sesuai dengan arahan pelaksana atau pemilik dan agar tepat
waktu. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling sedikit, ataupun hanya
satu. Dalam proyek ini selama saya mengamatinya mandor berkisar kurang lebih
satu orang. Untuk waktu efektif yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah
sebagai berikut:

Tabel 4.5 Waktu Efektif Mandor


Waktu Efektif Waktu Efektif
Minggu ke- Minggu ke-
(menit) (menit)
31 22,50 39 19,70
32 20,70 40 13,70
33 26,40 41 18,30
34 21,10 42 18,10
35 16,40 43 15,40
37 24,60 44 14,50
38 24,80

̅̅̅̅
𝑇𝐹 =19,71 ………..(4.4)
Jadi time factor rata-rata untuk mandor adalah 19,71 menit atau 0.33 jam.

4.4. Man Hour Pekerjaan Pembetonan


4.4.1. Man hour pekerja

Besarnya koefisien man hour tenaga kerja pekerja pada pekerjaan


pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam
selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang pekerja
pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³ dalam
waktu 25,61 menit.
25,61
𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 60
= 0,42683 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 …………(4.5)

49

Universitas Sumatera Utara


Untuk 6,33 orang pekerja maka jam tenaga kerjanya menjadi:

𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,42683 × 6.33 = 2,70328 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎…… (4.6)

Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek
ialah:
2,70328
𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 = = 2,9696 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³ ……….. (4.7)
0,9103

Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja pekerja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Perhitungan Man Hour Pekerja

Tenaga Jam Tenaga Man Hour


Minggu Durasi Hasil
Kerja Kerja (jam (jam
Ke- (menit) Kerja (m³)
(orang) orang) orang/m³)
31 6,33 25,61 0,9103 2,70328 2,96960
32 7,00 26,69 0,8236 3,11383 3,78067
33 7,00 32,39 0,8236 3,77883 4,58808
34 7,67 20,90 0,6267 2,67056 4,26152
35 8,00 22,75 0,5544 3,03333 5,47179
37 6,00 31,96 0,8007 3,19600 3,99130
38 6,00 27,18 0,6267 2,71800 4,33723
39 6,33 22,70 0,6502 2,39611 3,68505
40 9,00 16,53 0,6406 2,47950 3,87063
41 7,33 22,85 0,7370 2,79278 3,78915
42 11,50 21,77 0,4178 4,17258 9,98757
43 7,67 22,32 0,5937 2,85200 4,80390
44 8,50 22,90 0,5217 3,24417 6,21786

4.4.2. Man hour tukang batu

Besarnya koefisien man hour tenaga kerja tukang batu pada pekerjaan
pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam
selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang tukang
batu pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³
dalam waktu 24,86 menit.

50

Universitas Sumatera Utara


24,86
𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = = 0,41433𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 ……….. (4.8)
60

Untuk 2,33 orang tukang batu maka jam tenaga kerjanya menjadi:
𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,41433 × 2.33 = 0,96678 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek
ialah:
0,96678
𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 = = 1,06202 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³ ……….. (4.9)
0,9103

Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja tukang batu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perhitungan Man Hour Tukang Batu

Tenaga Jam Tenaga Man Hour


Minggu Durasi Hasil
Kerja Kerja (jam (jam
Ke- (menit) Kerja (m³)
(orang) orang) orang/m³)
31 2,33 24,86 0,9103 0,96678 1,06202
32 2,00 26,61 0,8236 0,88700 1,07695
33 2,50 33,36 0,8236 1,39000 1,68767
34 3,00 20,35 0,6267 1,01750 1,62367
35 3,50 19,26 0,5544 1,12350 2,02667
37 2,33 23,29 0,8007 0,90572 1,13111
38 3,00 28,09 0,6267 1,40450 2,24122
39 2,67 19,90 0,6502 0,88444 1,36021
40 2,50 15,37 0,6406 0,64042 0,99973
41 2,67 21,69 0,7370 0,96400 1,30792
42 2,00 18,77 0,4178 0,62567 1,49761
43 2,33 18,65 0,5937 0,72528 1,22166
44 2,50 23,24 0,5217 0,96833 1,85593

4.4.3. Man hour kepala tukang


Besarnya koefisien man hour tenaga kerja kepala tukang pada pekerjaan
pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam
selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang kepala
tukang pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³
dalam waktu 17,73 menit.

51

Universitas Sumatera Utara


17,73
𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = = 0,2955 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 ……..... (4.10)
60

Untuk 1 orang kepala tukang maka jam tenaga kerjanya menjadi:


𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,2955 × 1 = 0,29550 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 …...….. (4.11)
Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek
ialah:
0,29550
𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 = = 0,32461 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³ ………..(4.12)
0,9103

Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja kepala tukang adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.8 Perhitungan Man Hour Kepala Tukang

Tenaga Jam Tenaga Man Hour


Minggu Durasi Hasil
Kerja Kerja (jam (jam
Ke- (menit) Kerja (m³)
(orang) orang) orang/m³)
31 1 17,73 0,9103 0,29550 0,32461
32 1 18,41 0,8236 0,30683 0,37254
33 1 17,45 0,8236 0,29083 0,35312
34 1 15,90 0,6267 0,26500 0,42287
35 1 14,10 0,5544 0,23500 0,42391
37 1 16,50 0,8007 0,27500 0,34343
38 1 19,87 0,6267 0,33117 0,52846
39 1 14,90 0,6502 0,24833 0,25461
40 1 9,35 0,6406 0,15583 0,24326
41 1 13,23 0,7370 0,22050 0,29917
42 1 13,72 0,4178 0,22867 0,54734
43 1 11,70 0,5937 0,19500 0,32846
44 1 12,27 0,5217 0,20450 0,39195

4.4.4. Man hour mandor


Besarnya koefisien man hour tenaga kerja mandor pada pekerjaan
pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam
selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang mandor

52

Universitas Sumatera Utara


pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³ dalam
waktu 22,50 menit.
22,50
𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = = 0,37500 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 ………..(4.13)
60

Untuk 1 orang mandor maka jam tenaga kerjanya menjadi:


𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,37500 × 1 = 0,37500 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎……….(4.14)
Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek
ialah:
0,37500
𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 = = 0,41194 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³ ………..(4.15)
0,9103

Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja mandor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Perhitungan Man Hour Mandor

Tenaga Jam Tenaga Man Hour


Minggu Durasi Hasil
Kerja Kerja (jam (jam
Ke- (menit) Kerja (m³)
(orang) orang) orang/m³)
31 1 22,50 0,9103 0,37500 0,41194
32 1 20,70 0,8236 0,34500 0,41888
33 1 26,40 0,8236 0,44000 0,53423
34 1 21,10 0,6267 0,35167 0,56117
35 1 16,40 0,5544 0,27333 0,49306
37 1 24,60 0,8007 0,41000 0,51203
38 1 24,80 0,6267 0,41333 0,65957
39 1 19,70 0,6502 0,32833 0,50495
40 1 13,70 0,6406 0,22833 0,35644
41 1 18,30 0,7370 0,30500 0,41381
42 1 18,10 0,4178 0,30167 0,72207
43 1 15,40 0,5937 0,25667 0,43233
44 1 14,50 0,5217 0,24167 0,46319

53

Universitas Sumatera Utara


4.5. Man Day Pekerjaan Pembetonan
4.5.1. Man day pekerja

Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan
jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja pekerja
pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut:

𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟


𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
2,96960
𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = = 0,59392 OH ………..(4.16)
5

Tabel 4.10 Perhitungan Man Day Pekerja

Koefisien
Jumlah Jam Koefisien
Minggu Waktu Man Hour
Kerja dalam 1 Man Day
Ke- Efeketif (jam) (jam tenaga
Hari (OH)
kerja/m³)
31 0,43 5,0000 2,96960 0,59392
32 0,44 5,0000 3,78067 0,75613
33 0,54 5,0000 4,58808 0,91762
34 0,35 6,0000 4,26152 0,71025
35 0,38 6,5000 5,47179 0,84181
37 0,53 6,0000 3,99130 0,66522
38 0,45 7,6667 4,33723 0,56573
39 0,38 7,0000 3,68505 0,52644
40 0,28 5,0000 3,87063 0,77413
41 0,38 5,3333 3,78915 0,71047
42 0,36 6,0000 9,98757 1,66459
43 0,37 6,3333 4,80390 0,75851
44 0,38 6,5000 6,21786 0,95659

Rata-rata 0,80319

Dari table di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja
pekerja adalah 0,80319 OH.

54

Universitas Sumatera Utara


4.5.2. Man day tukang batu

Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan
jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja tukang
batu pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut:

𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟


𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
1,06202
𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = = 0,21240 OH ………..(4.17)
5

Tabel 4.11 Perhitungan Man Day Tukang Batu

Koefisien
Jumlah Jam Koefisien
Minggu Waktu Man Hour
Kerja dalam 1 Man Day
Ke- Efeketif (jam) (jam tenaga
Hari (OH)
kerja/m³)
31 0,41 5,0000 1,06202 0,21240
32 0,44 5,0000 1,07695 0,21539
33 0,56 5,0000 1,68767 0,33753
34 0,34 6,0000 1,62367 0,27061
35 0,32 6,5000 2,02667 0,31179
37 0,39 6,0000 1,13111 0,18852
38 0,47 7,6667 2,24122 0,29233
39 0,33 7,0000 1,36021 0,19432
40 0,26 5,0000 0,99973 0,19995
41 0,36 5,3333 1,30792 0,24524
42 0,31 6,0000 1,49761 0,24960
43 0,31 6,3333 1,22166 0,19289
44 0,39 6,5000 1,85593 0,28553

Rata-rata 0,24585

Dari table di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja
tukang batu adalah 0,24585 OH.

55

Universitas Sumatera Utara


4.5.3. Man day kepala tukang

Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan
jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja kepala
tukang pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut:

𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟


𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
0,32461
𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = = 0,06492 OH ………..(4.18)
5

Tabel 4.12 Perhitungan Man Day Kepala Tukang

Koefisien
Jumlah Jam Koefisien
Minggu Waktu Man Hour
Kerja dalam 1 Man Day
Ke- Efeketif (jam) (jam tenaga
Hari (OH)
kerja/m³)
31 0,30 5,0000 0,32461 0,06492
32 0,31 5,0000 0,37254 0,07451
33 0,29 5,0000 0,35312 0,07062
34 0,27 6,0000 0,42287 0,07048
35 0,24 6,5000 0,42391 0,06522
37 0,28 6,0000 0,34343 0,05724
38 0,33 7,6667 0,52846 0,06893
39 0,25 7,0000 0,25461 0,03637
40 0,16 5,0000 0,24326 0,04865
41 0,22 5,3333 0,29917 0,05609
42 0,23 6,0000 0,54734 0,09122
43 0,20 6,3333 0,32846 0,05186
44 0,20 6,5000 0,39195 0,06030

Rata-rata 0,06280

Dari tabel di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja
kepala tukang adalah 0,06280 OH.

56

Universitas Sumatera Utara


4.5.4. Man day mandor

Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan
jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja mandor
pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut:

𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟


𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
0,41194
𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = = 0,08239 OH ………..(4.19)
5

Tabel 4.13 Perhitungan Man Day Mandor

Koefisien
Jumlah Jam Koefisien
Minggu Waktu Man Hour
Kerja dalam 1 Man Day
Ke- Efeketif (jam) (jam tenaga
Hari (OH)
kerja/m³)
31 0,38 5,0000 0,41194 0,08239
32 0,35 5,0000 0,41888 0,08378
33 0,44 5,0000 0,53423 0,10685
34 0,35 6,0000 0,56117 0,09353
35 0,27 6,5000 0,49306 0,07586
37 0,41 6,0000 0,51203 0,08534
38 0,41 7,6667 0,65957 0,08603
39 0,33 7,0000 0,50495 0,07214
40 0,23 5,0000 0,35644 0,07129
41 0,31 5,3333 0,41381 0,07759
42 0,30 6,0000 0,72207 0,12035
43 0,26 6,3333 0,43233 0,06826
44 0,24 6,5000 0,46319 0,07126

Rata-rata 0,08420

Dari tabel di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja
mandor adalah 0,08420 OH.

57

Universitas Sumatera Utara


4.6. Koefisien Bahan Pekerjaan Pembetonan

Bahan yang digunakan adalah bahan campuran ready mix. Untuk mencari
koefisien bahan pekerjaan pembetonan, dengan cara membagi volume beton
dengan volume pekerjaan. Volume beton di sini adalah volume beton yang dipesan
dari batching plant oleh pihak kontraktor. Dan volume pekerjaan adalah volume
beton yang telah dicor. Untuk minggu ke-31 pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
30
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 1,04070 ………..(4.20)
28,82667

Untuk minggu yang lain dapat dilihat lengkap pada table dibawah:

Tabel 4.14 Perhitungan Koefisien Bahan Beton Ready Mix

Volume Volume Beton


Minggu Ke- Koefisien Bahan
Pekerjaan (m³) (m³)
31 28,82667 30 1,04070
32 55,70000 56 1,00539
33 36,38500 37 1,01690
34 49,00000 50 1,02041
35 69,15500 70 1,01222
37 47,52000 48 1,01010
38 75,72333 77 1,01686
39 55,41667 56 1,01053
40 39,62000 41 1,03483
41 45,90667 47 1,02382
42 61,74000 63 1,02041
43 56,56000 57 1,00778
44 69,15500 70 1,01222
Rata-rata 1,01786

Maka didapat koefisien bahan rata-rata pekerjaan pembetonan adalah


1,01786.

4.7. Koefisien Peralatan Pekerjaan Pembetonan


Peralatan yang digunakan adalah pompa beton atau concrete pump. Untuk
mencari koefisien peralatan pekerjaan pembetonan, dengan cara membagi jumlah

58

Universitas Sumatera Utara


jam kerja dalan satu hari dengan volume pekerjaan. Jumlah jam kerja dalan satu
hari di sini adalah durasi pekerjaan dalam satu hari. Dan volume pekerjaan adalah
volume beton yang telah dicor. Untuk minggu ke-31 pekerjaan dapat dilihat sebagai
berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
5
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 = 28,82667 = 0,17345 ………..(4.21)

Untuk minggu yang lain dapat dilihat lengkap pada tabel dibawah:

Tabel 4.15 Perhitungan Koefisien Peralatan Concrete Pump

Volume Durasi Koefisien


Minggu Ke-
Pekerjaan (m³) Pekerjaan (jam) Peralatan
31 28,82667 5,00000 0,17345
32 55,70000 5,00000 0,08977
33 36,38500 5,00000 0,13742
34 49,00000 6,00000 0,12245
35 69,15500 6,50000 0,09399
37 47,52000 6,00000 0,12626
38 75,72333 7,66667 0,10125
39 55,41667 7,00000 0,12632
40 39,62000 5,00000 0,12620
41 45,90667 5,33333 0,11618
42 61,74000 6,00000 0,09718
43 56,56000 6,33333 0,11198
44 69,15500 6,50000 0,09399
Rata-rata 0,11665

Maka didapat koefisien peralatan rata-rata pekerjaan pembetonan adalah


0,11665.

4.8. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Kondisi Aktual

Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya kita memperoleh koefisisen man


day dari sub bab 4.5 kita dapat menentukan harga satuan upah pekerjaan
pembetonan. Dari sub bab 4.6 kita mendapatkan koefisien bahan pekerjaan untuk
menentukan harga satuan bahan pekerjaan pembetonan. Dan dari sub bab 4.7 kita

59

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan koefisien peralatan pekerjaan untuk menentukan harga satuan
peralatan pekerjaan pembetonan.

Untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan didapat dari perkalian koefisien


yang telah didapat dengan harga satuan masing-masing. Dapat dilihat dari
persamaan dan tabel berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛

Contoh untuk pekerja,

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 0,80319 × 90.000 = 72.286,69 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ ………..(4.22)

Tabel 4.16 Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual

No. Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan Jumlah Harga


1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0,80319 Rp 900.000,00 Rp 72.286,69
2 Tukang Batu L.02 OH 0,24585 Rp 100.000,00 Rp 24.585,44
3 Kepala Tukang L.03 OH 0,06280 Rp 120.000,00 Rp 7.536,22
4 Mandor L.04 OH 0,08420 Rp 100.000,00 Rp 8.420,36
Jumlah Harga Tenaga Kerja Rp 112.828,70
B Bahan
Campuran
1 Beton Ready M.09.x m³ 1,01786 Rp 750.000,00 Rp 763.393,81
Mix
Jumlah Harga Bahan Rp 763.393,81
C Peralatan
Pompa dan
Sewa-
1 Conveyor E.35 0,11665 Rp 2.750.000,00 Rp 320.782,62
hari
Beton
Jumlah Harga Peralatan Rp 320.782,62
Jumlah Harga Satuan Pekerjaan per - m³ Rp 1.197.005,13

Maka, harga satuan pekerjaan pembetonan berdasarkan metode aktual per-m³


adalah 1.285.091,96 rupiah.

60

Universitas Sumatera Utara


4.9. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan AHSP

Harga satuan pekerjaan berdasarkan AHPS adalah metode penghitungan


harga satuan pekerjaan menggunakan koefisien yang telah tersedia yang diterbitkan
oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2016.

Cara untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan sama seperti sub bab
sebelumnya dengan cara mengalikan koefisien dengan harga satuannya masing-
masing. Dapat dilihat dari persamaan dan tabel berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛

Contoh untuk pekerja,

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 1,00000 × 900.000 = 900.000,00 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ ………..(4.23)

Tabel 4.17 Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode AHSP

No. Uraian Kode Satuan Koefisien Harga Satuan Jumlah Harga


1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1,00000 Rp 90.000,00 Rp 90.000,00
2 Tukang Batu L.02 OH 0,25000 Rp 100.000,00 Rp 25.000,00
3 Kepala Tukang L.03 OH 0,02500 Rp 120.000,00 Rp 3.000,00
4 Mandor L.04 OH 0,10000 Rp 100.000,00 Rp 10.000,00
Jumlah Harga Tenaga Kerja Rp 128.000,00
B Bahan
Campuran
1 Beton Ready M.09.x m³ 1,02000 Rp 750.000,00 Rp 765.000,00
Mix
Jumlah Harga Bahan Rp 765.000,00
C Peralatan
Pompa dan
Sewa-
1 Conveyor E.35 0,12000 Rp 2.750.000,00 Rp 330.000,00
hari
Beton
Jumlah Harga Peralatan Rp 330.000,00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) Rp 1.223.000,00
E Overhead + Profit (contoh 15%) 15% x D Rp 183.450,00
Jumlah Harga Satuan Pekerjaan per - m³ (D + E) Rp 1.406.450,00

Maka, harga satuan pekerjaan pembetonan berdasarkan metode AHSP per-


m³ adalah 1.406.450,00 rupiah.

61

Universitas Sumatera Utara


4.10. Rasio Perbandingan Koefisien Harga Satuan Pekerjaan

Setelah pengumpulan data dan pengamatan kemudian mendapatkan nilai


koefisien lalu bandingkan ke dalam diagram bar. Dari sub bab 4.5 mendapatkan
nilai koefisien tenaga kerja pekerjaan pembetonan untuk metode aktual. Dari sub
bab 4.6 mendapatkan nilai koefisien bahan pekerjaan pembetonan untuk metode
aktual. Dari sub bab 4.7 mendapatkan nilai koefisien pekerjaan pembetonan untuk
metode aktual.

Besarnya nilai koefisien tenaga kerja pekerjaan pembetonan per-m³ dengan


metode AHSP dan metode aktual pada Proyek Pembanguna Rumah Sakit Umum
type-C di kec. Medan Labuhan dapat dilihat pada table berikul ini:

Tabel 4.18 Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP

Koefisien Tenaga Kerja


Tenaga Kerja
Metode AHSP Metode Aktual

Pekerja 1,00000 0,80319


Tukang Batu 0,25000 0,24585
Kepala
0,02500 0,06280
Tukang
Mandor 0,10000 0,08420

Koefisien Tenaga Kerja

Mandor 0,08420
0,10000

Kepala Tukang 0,06280


0,02500

Tukang Batu 0,24585


0,25000

Pekerja 0,80319
1,00000

0,00000 0,20000 0,40000 0,60000 0,80000 1,00000 1,20000

Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual Koefisien Tenaga Kerja Metode AHSP

Grafik 4.1 Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP

62

Universitas Sumatera Utara


Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari keempat jenis tenaga kerja tiga
diantaranya koefisien tenaga kerja metode aktual lebih sedikit. Hal ini menunjukkan
bahwa produktivitas yang terjadi di lapangan tidak sebesar yang ada pada metode
AHSP. Menurut teori seharusnyalah koefisien metode aktual lebih rendah daripada
koefisien metode AHSP karena pada keoefisien AHSP sudah diperhitungkan safety
factor di dalamnya sehingga pasti harus lebih besar koefisiennya.

Untuk besarnya nilai koefisien bahan pekerjaan pembetonan per-m³ dengan


metode AHSP dan metode aktual pada proyek pembanguna rumah sakit umum
type-C di kec. Medan Labuhan dapat dilihat pada tabel berikul ini:

Tabel 4.19 Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP

Koefisien Bahan
Bahan
Metode AHSP Metode Aktual
Ready Mix 1,02000 1,01786

Koefisien Bahan

Metode Aktual 1,01786


Koefisien Bahan

Metode AHSP 1,02000

1,01650 1,01700 1,01750 1,01800 1,01850 1,01900 1,01950 1,02000 1,02050

Grafik 4.2 Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP

Sama seperti sebelumnya dari data di atas dapat dilihat bahwa dari koefisien
bahan metode aktual lebih sedikit dibandingkan dengan metode AHSP. Hal ini
menunjukkan bahwa volume yang terjadi dan diperlukan dilapangan tidak sebesar
yang ada pada metode AHSP. Dan seharusnya menurut teori koefisien metode

63

Universitas Sumatera Utara


aktual lebih rendah daripada koefisien metode AHSP karena pada keoefisien AHSP
sudah diperhitungkan safety factor di dalamnya sehingga pasti harus lebih besar
koefisiennya.

Dan untuk besarnya nilai koefisien peralatan pekerjaan pembetonan per-m³


dengan metode AHSP dan metode aktual pada proyek pembanguna rumah sakit
umum type-C di kec. Medan Labuhan dapat dilihat pada table berikul ini:

Tabel 4.20 Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP

Koefisien Peralatan
Peralatan
AHSP Aktual
Concrete Pump 0,12000 0,11665

Koefisien Peralatan

Aktual 0,11665
Koefisien Peralatan

AHSP 0,12000

0,11400 0,11500 0,11600 0,11700 0,11800 0,11900 0,12000 0,12100

Grafik 4.3 Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP

Begitu juga dengan koefisien peralatan dapat dilihat bahwa dari data diatas,
koefisien peralatan metode aktual lebih sedikit dibandingkan dengan metode
AHSP. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas yang terjadi dan diperlukan
dilapangan tidak sebesar yang ada pada metode AHSP. Dan menurut teori koefisien
metode aktual lebih rendah daripada koefisien metode AHSP karena pada
keoefisien AHSP sudah diperhitungkan safety factor di dalamnya sehingga pasti
harus lebih besar koefisiennya.

64

Universitas Sumatera Utara


Jadi dari semua jenis koefisien metode aktuallah yang lebih rendah
dikarenakan itu adalah apa yang terjadi dilapangan. Sedangkan metode AHSP
dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang tidak terduga seperti human error, error
calculating, dan lain sebagainya.

4.11. Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan


Berdasarkan perhitungan dari sub bab sebelumnya maka didapat
perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ menggunakan metode
aktual dan metode AHSP pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum type-C
kec. Medan Labuhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.21 Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode
AHSP

Harga Satuan Pekerjaan


Uraian
AHSP Aktual
Tenaga Kerja Rp 128.000,00 Rp 112.828,70
Bahan Rp 765.000,00 Rp 763.393,81
Peralatan Rp 330.000,00 Rp 320.782,62
Overhead & Pofit (15%) Rp 183,450.00 Rp -
Jumlah Rp 1.406.450,00 Rp 1.197.005,13

Dari tabel dapat dilihat bahwa metode aktual lebih rendah Rp209.444,87
dibandingkan dengan metode AHSP per-m³.

65

Universitas Sumatera Utara


Harga Satuan Tenaga Kerja

Aktual Rp112.828,70
Harga Satuan Pekerjaan

AHSP Rp128.000,00

Rp105.000,00 Rp110.000,00 Rp115.000,00 Rp120.000,00 Rp125.000,00 Rp130.000,00

Grafik 4.4 Perbandingan Harga Satuan Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP

Harga Satuan Bahan


Harga Satuan Pekerjaan

Aktual Rp763.393,81

AHSP Rp765.000,00
Rp762.500,00

Rp763.000,00

Rp763.500,00

Rp764.000,00

Rp764.500,00

Rp765.000,00

Rp765.500,00

Grafik 4.5 Perbandingan Harga Satuan Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP

66

Universitas Sumatera Utara


Harga Satuan Peralatan

Harga Satuan Pekerjaan Aktual Rp320.782,62

AHSP Rp330.000,00

Rp326.000,00
Rp316.000,00

Rp318.000,00

Rp320.000,00

Rp322.000,00

Rp324.000,00

Rp328.000,00

Rp330.000,00

Rp332.000,00
Grafik 4.6 Perbandingan Harga Satuan Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP

Harga Satuan Pekerjaan


Metode Harga Satuan

Rp1.197.005,13

0
1
Rp1.406.450,00

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000


rupiah

Metode Aktual Metode AHSP

Grafik 4.7 Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP

Berbanding lurus dengan perbandingan koefisien sebelumnya untuk harga


satuan pekerjaan dengan metode aktual lebih rendah dari pada harga dengan metode
AHSP.

Dari harga satuan pekerjaan tersebut dapat dibandingkan menjadi bentuk


persentase. Maka, persentase untuk perbandingan harga satuan pekerjaan antara
metode aktual dengan metode AHSP pekerjaan pembetonan per-m³ adalah:

67

Universitas Sumatera Utara


𝐻𝑆𝑃 𝐴𝐻𝑆𝑃 − 𝐻𝑆𝑃 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 100%
𝐻𝑆𝑃 𝐴𝐻𝑆𝑃
1.406.450,00−1.197.005,13
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 100% ………..(4.24)
1.406.450,00

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 14,89 %

Tabel 4.22 Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP

Rasio
Uraian
Perbandingan
Tenaga Kerja 11,85%
Bahan 0,21%
Peralatan 2,79%
Jumlah 14,89%

Dari perhitungan dan tabel tersebut maka harga satuan pekerjaan pembetonan
per-m³ metode aktual 14,89 % lebih rendah dari pada metode AHSP. Hal tersebut
menunjukkan harga satuan pekerjaan metode aktual lebih efisien dibandingkan
dengan metode AHSP karena merupakan real yang terjadi di lapangan. Jika pihak
kontraktor menggunakan metode AHSP pada proyek ini maka dapat dipastikan
bahwa pihak kontraktor memiliki 14,89 % profit maupun biaya untuk overhead dari
pekerjaan pembetonan tersebut.

68

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya dapat


disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai koefisien pekerjaan pembetonan per-m³ kelompok tenaga kerja pekerja


adalah 0,80319 OH; tukang batu adalah 0,24585 OH; kepala tukang adalah
0,06280 OH; dan mandor adalah 0,08420 OH.
2. Perbandingan koefisien harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode
AHSP dan metode aktual masing-masing adalah sebagai berikut:
a. Didapat koefisien upah tenaga kerja pekerja untuk metode aktual adalah
0,80319 OH dan metode AHSP adalah 1,0000 OH. Selisihnya adalah
0,19681 OH
b. Didapat koefisien upah tenaga kerja tukang batu untuk metode aktual
adalah 0,24585 OH dan metode AHSP adalah 0,2500 OH. Selisihnya
adalah 0,00415 OH
c. Didapat koefisien upah tenaga kerja kepala tukang untuk metode aktual
adalah 0,06280 OH dan metode AHSP adalah 0,02500 OH. Selisihnya
adalah -0,03780 OH
d. Didapat koefisien upah tenaga kerja mandor untuk metode aktual adalah
0,08420 OH dan metode AHSP adalah 0,1000 OH. Selisihnya adalah
0,01580 OH
e. Didapat koefisien bahan campuran ready mix untuk metode aktual adalah
1,01786 m³ dan metode AHSP adalah 1,0200 m³. Selisihnya adalah
0,00214 m³
f. Didapat koefisien peralatan pompa beton atau concrete pump untuk
metode aktual adalah 0,11665 sewa-hari dan metode AHSP adalah
0,12000 sewa-hari. Selisihnya adalah 0,00335 sewa-hari.

69

Universitas Sumatera Utara


3. Rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode
AHSP dengan metode aktual pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum
type-C di Kec. Medan Labuhan adalah sebagai berikut:
a. Untuk harga satuan upah pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP
sebesar Rp128.000,00 sedangkan metode aktual sebesar Rp112.828,70.
Jadi harga satuan upah metode aktual lebih rendah 11,85% dibandingkan
dengan metode AHSP
b. Untuk harga satuan bahan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP
sebesar Rp765.000,00 sedangkan metode aktual sebesar Rp763.393,81.
Jadi harga satuan bahan metode AHSP lebih tinggi 0,21% dibandingkan
dengan metode aktual
c. Untuk harga satuan peralatan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP
sebesar Rp330.000,00 sedangkan metode aktual sebesar Rp320.782,62.
Jadi harga satuan peralatan metode AHSP lebih tinggi 2,78%
dibandingkan dengan metode aktual
d. Untuk jumlah harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP
sebesar Rp1.406.450,00 sedangkan metode aktual sebesar
Rp1.197.005,13. Jadi harga satuan pekerjaan pembetonan metode aktual
lebih rendah 14,89% dibandingkan dengan metode AHSP.

5.2. Saran
1. Metode aktual adalah metode perhitungan harga satuan pekerjaan yang paling
dekat dengan yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu, metode ini dapat
dipakai sebagai acuan harga yang paling realistis.
2. Karena koefisien yang didapat dari metode aktual bersifat unik, maksudnya
berbeda proyek dapat berbeda nilai koefisiennya. Sehingga perlu penyesuaian
sebelum menggunakan nilai koefisien yang telah didapat untuk dijadikan nilai
koefisien untuk proyek yang lain.
3. Perlu penelitian lebih lanjut seperti menggunakan beberapa proyek dan
menambahkan jam pengamatan untuk hasil yang relatif lebih rasional agar
dapat digunakan untuk proyek lain.

70

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Arruan, Arthur. 2014. Analisis Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja di Lapangan
dengan Membandingkan Analisis SNI dan Analisis BOW pada Pembesian
dan Bekisting Kolom. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Ashworth, Allan. 1994. Perencanaan Biaya Bangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Bashari, Khubab. Dkk. 2014. Analisa Koefisien Produktivitas Tenaga Kerja pada
Pekerjaan Pembesian. Semarang: Universitas Diponegoro.
Chasin, James A., and Ralph. S. Polimeni. 1986. Akuntansi Biaya, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek Konstruksi Jilid 2. Yogyakarta:
Kanisius.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1981. Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan
Masa Datang. Jakarta: LP3SE.
Ervianto, I Wulfram. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi.
Gray, Clifford., Larson, Erik. 2000. Project Management: The Managerial Process.
New York: McGraw-Hill.
Ibrahim Bachtiar, H. 1994. Rencana & Estimate Real of Cost. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2016. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016 Tentang
Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Indonesia.
Mukomoko, J. A. 1985. Dasar-Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
Musanef. 1986. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Nasrul. 2013. Studi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Dengan Metode Bow,
Sni Dan Lapangan Pada Proyek Irigasi Batang Anai II. Padang. Institut
Teknologi Padang.
Pratama, Septiaji. 2017. Analisis Perbandingan Koefisien Harga Satuan Pekerjaan
Berdasarkan Kondisi Aktual, Sni, Ahsp, Dan Analisa K (Studi Kasus: Proyek
Pembangunan Drainase Saluran Limbah Tpa Terjun Marelan Medan).
Medan. Universitas Sumatera Utara.

71

Universitas Sumatera Utara


Roehman, Fatchur. 2011. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dengan Metode Bow,
Sni, Dan Lapangan (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah
Tinggal Perum Bugel, Jepara). Demak. Universitas Sultan Fatah.
Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.
Schwalbe, Kathy. 2004. Information Technology Project Management.
Pennsylvania: Course Technology.
Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: FE UI
Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta:
Karunika UT.
Soeharto. Iman. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.
_____________. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional
(Jilid 1: Konsep, Studi, Kelayakan dan Jaringan Kerja ). Jakarta: Erlangga.
_____________. 2001. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional
(Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Soetarno, R. 1986. Ensiklopedia Ekonomi. Semarang: Dahara Prize.
Susanto, Astrid S. 1984. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Bina Cipta.
Weiss, Joseph., Wysocki, Robert. 1992. Five-Phase Project Management:
Practical Planning and Implementation Guide. New York: Perseus Books
Group.
Wuryanti, Wahyu. 2010. Standardisasi Pedoman Pengukuran Produktivitas
Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung. Banjarmasin:
Prosiding PPI Standarisasi.
Yunita, A. M. 2013. Analisa Indeks Biaya untuk Pekerjaan Beton Bertulang dengan
Menggunakan Metode SNI 7394-2008 dan Lapangan (Studi Kasus pada
Proyek Pembangunan Asrama STIKES CHMK Tahap III). Kupang:
Universitas Nusa Cendana

72

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai