Anda di halaman 1dari 9

Nama : Yahya Faikar Hanif

NRP : 03311640000102

Resume Metode Geolistrik


Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi
dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus,
dan elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat pengijeksian arus ke dalam bumi
(Kanata,dan Zubaidah., 2008). Menurut M. Arsyad (2005), metode geolistrik ialah salah satu metode
dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik didalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
dipermukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Metode
geolistrik yang terkenal antara lain metode potensial diri (SP), arus tellurik, magnetotellurik,
elektromagnetik, IP (induced Polarization), dan resistivitas (Tahanan Jenis). Umumnya, Metode
geolistrik tahanan jenis/resistivitas lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal,
karena jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 300 m atau 450 m. Oleh karena
itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang
engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga
digunakan dalam eksplorasi geothermal.

Cara Kerja Metode Geolistrik

Pemakaian geolistrik pertama kali dikerjakan oleh Conrad Schlumberger pada th. 1912.
Geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk tahu pergantian tahanan type susunan batuan
dibawah permukaan tanah lewat cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang memiliki
tegangan tinggi ke tanah. Injeksi arus listrik ini memakai 2 buah ‘Elektroda Arus’ A serta B yang
ditancapkan ke tanah dengan jarak spesifik. Makin panjang jarak elektroda AB bakal mengakibatkan
aliran arus listrik dapat menembus susunan batuan lebih dalam. Karenanya ada aliran arus listrik itu
jadi bakal menyebabkan tegangan listrik didalam tanah. Tegangan listrik yang berlangsung di
permukaan tanah diukur dengan pemakaikan multimeter yang terhubung lewat 2 buah ‘Elektroda
Tegangan’ M serta N yang jaraknya lebih pendek daripada jarak elektroda AB. Apabila posisi jarak
elektroda AB dirubah jadi semakin besar jadi tegangan listrik yang berlangsung pada elektroda MN turut
beralih sesuai sama info type batuan yang turut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang semakin
besar. Dengan anggapan bahwa kedalaman susunan batuan yang dapat ditembus oleh arus listrik ini
sama juga dengan separuh dari jarak AB yang umum dimaksud AB/2 (apabila dipakai arus listrik DC
murni), jadi diprediksikan dampak dari injeksi aliran arus listrik ini berupa 1/2 bola dengan jari-jari
AB/2.

Biasanya metoda geolistrik yang kerap dipakai yaitu yang memakai 4 buah elektroda yang
terdapat dalamsatu garis lurus dan simetris pada titik tengah, yakni 2 buah elektroda arus (AB) dibagian
luar serta 2 buah elektroda ntegangan (MN) dibagian dalam. Gabungan dari jarak AB/2, jarak MN/2,
besarnya arus listrik yang dialirkan dan tegangan listrik yang berlangsung bakal didapat satu harga
tahanan type semu (‘Apparent Resistivity’). Dimaksud tahanan type semu lantaran tahanan type yang
terhitung itu adalah paduan dari banyak susunan batuan dibawah permukaan yang dilewati arus
listrik. Apabila satu set hasil pengukuran tahanan type semu dari jarak AB terpendek hingga yang
terpanjang itu digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 juga sebagai sumbu-X serta
tahanan type semu juga sebagai sumbu Y, jadi bakal didapat satu bentuk kurva data geolistrik. Dari
kurva data itu dapat dihitung serta disangka karakter susunan batuan dibawah permukaan.

Kegunaan atau Aplikasi Geolistrik

Kegunaan dari metode geolistrik yaitu mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya
lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari
adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya
lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang
relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan
cuaca setempat.

Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras
resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui
perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.

Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah
permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang
lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan.

Konfigurasi Elektroda
Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak
dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua
sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan
tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metoda
geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui
karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan
pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah
akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik
menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan
adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan
induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang
bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan
disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada
mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan
batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi
Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada
kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik
pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus
listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat
menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar
diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini
hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.
Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara
teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif
besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak
AB.

Konfigurasi Schlumberger
Susunan elektroda untuk Konfigurasi Schlumberger

Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN
adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter
yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay
tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan
pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya
non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar
hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap
jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil,
misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN
berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai
alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000
Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0
milliVolt.
Parameter yang diukur :
1. Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)
2. Arus (I)
3. Beda Potensial (∆ V)
Parameter yang dihitung :
1. Tahanan jenis (R)
2. Faktor geometrik (K)
3. Tahanan jenis semu (ρ )
Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN
lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB.
Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan
yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner,
sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi
kurang akurat. dengan K = 2πa

Konfigurasi Wenner

Susunan elektroda untuk Konfigurasi Wenner

Konfigurasi Pole-pole
Konfigurasi pole-pole merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Pada konfigurasi pole-pole,
ada dua elektroda yang diletakkan jauh tak terhingga dari tempat pengukuran. Dalam tomografi cross-
hole metode resistivitas dengan konfigurasi pole-pole , elektroda arus B dan elektroda potensial N yang
ditempat jauh tak terhingga dari lubang bor (remote electrode), hanya elektroda arus C2 dan elektroda
potensial P2 yang ditempatkan dalam lubang bor.
Gambar.6. Konfigurasi Pole-pole

RESISTIVITAS BATUAN
Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan variasi harga yang sangat
banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar pada 10-8 Ωm hingga 107 Ωm. Begitu juga pada
batuan-batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan range resistivitas yang
bervariasi pula. Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari 1,6 x 10 −8(perak asli)
hingga 1016 Ωm (belerang murni).
Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas kurang dari 10-8Ωm
,sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 107Ωm. Dan di antara keduanya adalah bahan
semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas dengan mobilitas yang sangat tinggi.
Sedangkan pada semikonduktor, jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan
ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak.
Kebanyakan mineral membentuk batuan penghantar listrik yang tidak baik walaupun beberapa
logam asli dan grafit menghantarkan listrik Resistivitas yang terukur pada material bumi utamanya
ditentukan oleh pergerakan ion-ion bermuatan dalam pori-pori fluida. Air tanah secara umum berisi
campuran terlarut yang dapat menambah kemampuannya untuk menghantar listrik, meskipun air tanah
bukan konduktor listrik yang baik. Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel Variasi Material Bumi (Batuan)


Bahan Ressistivitas (Ωm)
Udara ~
Pirit 3 X 10-1
Galana 2 X 10-3
Kwarsa 4 X 1010 s.d. 2 X 1014
Kalsit 1 X 1012 s.d. 1 X 1013
Batuan Garam 30 s.d. 1 X 1013
Mika 9 X 1012 s.d. 1 X 1014
Garnit 102s.d. 1 X 106
Gabro 1 X 103 s.d. 1 X 106
Basalt 10 s.d. 1 X 107
Batuan Gampin 50 s.d. 1 X 107
Batuan Pasir 1 s.d. 1 X 108
Batuan Serpih 20 s.d. 1 X 103
Dolomit 102 s.d. 104
Pasir 1 s.d. 103
Lempung 1 s.d. 102
Air Tanah 0.5 s.d. 3 X 102
Air Laut 0.2

Harga tahanan jenis batuan tergantung macam-macam materialnya, densitas, porositas, ukuran
dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, kualitas dan suhu, dengan demikian tidak ada kepastian
harga tahanan. Jenis untuk setiap macam batuan pada akuifer yang terdiri atas material lepas mempunyai
harga tahanan jenis yang berkurang apabila makin besar kandungan air tanahnya atau makin besar
kandungan garamnya (misal air asin). Mineral lempung bersifat menghantarkan arus listrik sehingga harga
tahanan jenis akan kecil.

SIFAT LISTRIK DALAM BATUAN


Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga macam, yaitu
konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.

a. Konduksi secara elektronik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik
di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di
pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau
karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan
tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit
bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang
berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga
bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung
pada faktor geometri. Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R,
maka dapat di rumuskan:
Di mana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder konduktor (L) dinaikkan,
maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor diturunkan yang berarti luas
penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis)
dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R dirumuskan :

Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ)

namun banyak orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang merupakan kebalikan
dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m.

Di mana J adalah rapat arus (ampere/m2) dan E adalah medan listrik (volt/m). (Mr. Rob & Perry, 1996: 1)

b. Konduksi secara elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat
tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh
fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi
arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus
bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam
batuan berkurang. Menurut rumus Archie:

di mana ρe adalah resistivitas batuan, φ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang berisi air, dan
ρw adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. m disebut juga faktor sementasi.
Untuk nilai n yang sama, schlumberger menyarankan n = 2. (NN, 1996: 8).

c. Konduksi secara dielektrik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya
batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron
dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di
luar, sehingga terjadi poliarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik batuan yang
bersangkutan, contoh : mika.

Anda mungkin juga menyukai