PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan1.Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Williams Obstetric: beberapa
negara Eropa masih menggunakan definisi kurang dari 1000 gram).
Sedangkan pengertian dari abortus inkomplit sendiri adalah keluarnya
sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi, sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu dan sebelum berat janin 500 gram2. Umumnya, abortus inkomplit ditandai
dengan adanya pembukaan serviks diikuti dengan perdarahan hebat.
Berdasarkan penggolongan jenisnya, abortus dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu abortus spontan atau abortus yang terjadi dengan sendirinya dan
abortus provokatus atau abortus yang disengaja. Abortus provokatus dibagikan
lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus therapeutica dan abortus kriminalis.
Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi atas pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Pertimbangan yang
dimaksud harus dilakukan oleh minimal tiga dokter spesialis, yaitu spesialis
Kandungan dan Kebidanan, spesialis Penyakit Dalam dan spesialis Jiwa.
Sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidakberdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
2.2. Epidemiologi
Abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian
keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.Angka kejadian abortus
sangat ditentukan oleh riwayat obstetri sebelumnya, dimana kejadian abortus lebih
tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran dibanding wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup. Prevalensi abortus juga
meningkat dengan bertambahnya usia, dimana insidensi abortus pada wanita
2
berusia 20 tahun sebanyak 12% dan wanita diatas 25 tahun sebesar 50%. Usia
kehamilan juga sangat berpengaruh terhadap insidensi abortus. Sebanyak 80%
wanita hamil mengalami abortus pada 12 minggu pertama kehamilan.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa angka kejadian
abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total
kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 750.000 dan dapat mencapai 1 juta
kasus per tahun dengan rasio 18 kasus abortus per 100 konsepsi. Angka tersbut
mencakup abortus spontan maupun abortus provokatus. Abortus inkomplit sendiri
merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun terapeutikus.
Dalam laporan Riset Dasar Keshatan (Riskesdas) 2010 disebutkan bahwa
presentase abortus dalam periode lima tahun terakhir adalah sebesar 4% pada
perempuan pernah menikah pada usia 10-59 tahun. Dilihat per provinsi, angka ini
bervariasi mulai dari yang terendah 2,4% yang terdapat di Bengkulu sampai
dengan yang tertinggi sebesar 6,9% di Papua Barat. Terdapat 4 Provinsi yang
memiliki angka kejadian lebih dari 6% dengan urutan dari yang paling atas, yaitu
Papuan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan masing-masing 6,3%,
serta Sulawesi Selatan sebesar 6,1%. Di DKI Jakarta angka kejadiannya sebesar
5,5%
Insiden abortus inkomplit sendiri belum diketahui secara pasti. Namun,
diketahui bahwa sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit
memerlukan perawatan di Rumah Sakit akibat perdarahan yang terjadi. Abortus
inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu, karena
adanya perdarahan massif yang menyebabkan kematian akibat adanya syok
hipovolemik apabila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
2.3. Etiologi
2.3.1. Faktor Genetik
Faktor genetik berhubungan erat dengan terjadinya abortus.Penyebab yang
paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada
janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama
menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. Abnormalitas genetik yang
3
paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormalitas komposisi kromosom)
contohnya trisomi autosom yang menyebabkan lebih dari 50% abortus
spontan.Trisomi 16 (30%) penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan
sindroma Turner (20-25%).3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yang berakibat
pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan
genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan
pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat
abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia,
disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
4
minimal.1Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang
aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi
konsepsi dalam rahim.1 faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten
adalah kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks,
dan abnormalitas anatomi pada serviks.1
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada
metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten
namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi
segmen uterus bahgian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan
pemendekan abnormal serviks yang sesuai dengan inkompeten serviks.1
5
semua sel pada mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini
mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi
yang berlebihan pada jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus
dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian
besar leukosit adalah large granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan
sel B.3 Sel NK dijumpai dalam jumlah yang banyak terutama pada endometrium
yang terpapar progesteron. Perannya pada trimester 1 adalah akan terjadi
peningkatan sel NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi
HLA.3 Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya
yang cepat menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk
plasentasi yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem
ini akan berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.
Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik
ovarium dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu
keseimbangan humoral yang penting pada kelangsungan kehamilan.6
6
2.3.5. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (ApA). ApA adalah antibodi
spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang terjadinya
pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. Menurut
penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang
merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.
Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada
preemklamsia, IUGR, dan prematuritas.3
Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS
adalah:3
trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)
komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak
jelas, tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih
kematian janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih
persalinan prematur
dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia
berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3
kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
sama dengan 6 minggu)
antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan
CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan
plasma platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan
pertambahan fosfolipid)
7
Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan
risiko abortus spontan dan anomali fetus.1 Kadar abortus meningkat 2 kali lipat
pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan3 kali lipat pada
konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak mengkonsumsi
alkohol.1Merokok dapat meningkatkan risiko abortus euploid.1 Pada wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari risiko
pada wanita yang tidak merokok.1Beberapa studi menunjukkan bahwa resiko
abortus spontan meningkat dengan ayah perokok. Hal ini dikarenakan zat toksik
dalam rokok yaitu nikotin mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu
dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.
Konsumsi kafein sedikitnya 5 gelas kopi perhari atau 500 mg caffeine satu
hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum lebih
dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas
kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine
(metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.1
8
2.4. Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan. Jika terjadi lebih awal, maka ovum
akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterus yang akan berakir dengan
ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal. Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal. Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga
sebagiankeluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi
karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6
9
sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional
yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6
2.6. Diagnosis
2.6.1. Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut
bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke
punggung,bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak
tinggi.7 Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang
masih tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa
reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa
atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya
apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur.
Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Pemeriksaan ginekologi:
o Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidaknya jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva
o Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
o Colok vagina: Portio bisa terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus (sesuai usia kehamilan/tidak), nyeri goyang portio
(-), nyeri pada perabaan adneksa (-), kavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri
10
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah
b) Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan hingga 2-3 minggu
setelah abortus
c) Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
d) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
11
kehamilan - teraba jaringan dari sisa hasil
sebelum 20 cavum uteri atau konsepsi (+)
minggu masih menonjol
- nyeri perut pada osteum uteri
ringan eksternum
- keluar jaringan
sebagian (+)
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan urin masih positif
- keluar jaringan - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10
(+) hari setelah
abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan urin negatif
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) setelah 1 minggu
merasakan dari terhentinya
keluhan apapun pertumbuhan
kecuali kehamilan.
merasakan - USG : gestasional
pertumbuhan sac (+), fetal
kehamilannya plate (+), fetal
tidak seperti movement (-),
yang fetal heart
diharapkan. Bila movement (-)
kehamilannya >
14 minggu
sampai 20
minggu
penderita
merasakan
12
rahimnya
semakin
mengecil,
tanda-tanda
kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda - TFU lebih dari - tes kehamilan
hidatidosa kehamilan (+) umur kehamilan urin masih positif
- Terdapat banyak - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih
atau sedikit atau sedikit dari 100,000
gelembung gelembung mola mIU/mL)
mola - DJJ (-) - USG : adanya
- Perdarahan pola badai salju
banyak / sedikit (Snowstorm).
- Nyeri perut (+)
ringan
- Mual - muntah
(+)
Blighted - Perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan
ovum berupa flek-flek usia kehamilan urin positif
- Nyeri perut - OUE menutup - USG : gestasional
ringan sac (+), namun
- Tanda kosong (tidak
kehamilan (+) terisi janin).
KET - Nyeri abdomen - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb
(+) - Tanda-tanda syok rendah, eritrosit
- Tanda (+/-) : hipotensi, dapat meningkat,
kehamilan (+) pucat, ekstremitas leukosit dapat
- Perdarahan dingin. meningkat.
pervaginam (+/- - Tanda-tanda akut - Tes kehamilan
13
) abdomen (+) : positif
perut tegang - USG : gestasional
bagian bawah, sac diluar cavum
nyeri tekan dan uteri.
nyeri lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba
benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba
2.8. Tatalaksana
2.8.1. Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai KU dan TTV
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah sistolik
<90mmHg).
o Jika syok (+) lakukan tatalaksana awal syok.
o Jika syok (-) tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
14
o Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
o Gentamicin 5 mg/KgBB IV setiap 24 jam
o Metronodazole 500mg IV setiap 8 jam
Segera rujuk ibu ke rumahsakit
Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran
Lakukan tatalaksana khusus selanjutnya sesuai jenis abortus
2.9. Komplikasi
2.9.1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.6
15
2.9.2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.6
2.9.3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.6
2.9.4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp.,Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.6
16
2.10. Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan
sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : 24-04-1997
Alamat : Lunang
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : IRT
No.RM : 16.93.24
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
Keluar darah disertai gumpalan melalui jalan lahir sejak 4 jam sebelum
masuk rumah sakit
18
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Tekanan darah tinggi, DM, jantung, asma, dan alergi disangkal
Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
HPHT : 3 Juli 2019
Taksiran persalinan : 10 April 2020
Riwayat Obstetri
G1P0A0
Anak pertama : Hamil ini
Riwayat Perkawinan
Pertama kali dengan suami sekarang yang berusia 30 tahun, sudah menikah
1 tahun. Menikah Juni 2019
Riwayat Kontrasepsi
Pasien sebelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi baik berupa KB
suntik ataupun pil.
19
III. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8o C
Pernapasan : 16 x/menit
1. STATUS LOKALIS
Kepala : Normocephal.
Thorax
Paru
20
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas Atas Jantung : ICS II Linea Parasternal Sinistra
Batas Jantung Kanan : ICS II-III Linea Parasternal Dextra
Batas Pinggang Jantung: ICS V Linea Midclavicularis
Sinistra
Auskultasi: BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Pemeriksaan dalam
21
VT :Portio licin, nyeri goyang portio (-),OUE terbuka 2
cm, adneksa tidak ditemukan kelainan, parametrium
lemas, cavum douglas tidak menonjol .
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (tanggal 27 Agustus 2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,2 13 – 18
Leukosit 10.800 4000 – 10000
Trombosit 296.000 150000 – 400000
Hematokrit 33 40 – 54
GDS 131
Bleeding time 2 menit 1 – 3 menit
Clotting time 4 menit 30 detik 10 – 16 menit
HIV Non reaktif
HBsAg Non reaktif
Plano test (+)
22
VI. Diagnosis
G1POA0 hamil 7-8 minggu dengan abortus inkomplit
VIII. Tatalaksana
IVFD RL 20 tpm (tangan kiri)
Injeksi Cefotaxim 2x1 gr skintest
Rencana kuretase
IX. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
23
BAB IV
PEBAHASAN
24
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26