HIV/AIDS
Kelompok 11 :
SITI ANNISA Z.N. (220110080145)
SALAS AULADI (220110080138)
SRI HANDINI PERTIWI (220110080105)
SILVIA JUNIANTY (220110080097)
SRI
RI MELFA DAMANIK (220110080079)
SELLA GITA A (220110080052)
SUSI HANIFAH (220110080035)
SARAH RIDASHA F (220110080013)
TIARA RACHMAWATI (220110080118)
TIARA TRI P (220110080108)
TRIANDINI (220110080095)
TAMMY (220110080053)
TIARA
IARA ARUM KESUMA (220110080050)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kelompok penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai HIV
AIDS.
Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata
kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam mata kuliah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Pada akhirnya, penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. 2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan membahas lebih dalam
tentang AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome). Selain itu, makalah ini juga
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Sistem Immunologi dan
Hematologi.
Pertanyaan :
1. Jelaskan tentang konsep penyakit pada kasus di atas!
2. Jelaskan klasifikasi klinis pasien untuk kondisi penyakit tersebut!
3. Jelaskan aspek pengkajian Keperawatan yang diperlukan untuk menghadapi pasien diatas!
4. Sebutkan diagnose Keperawatan (sesuai dengan taxonomy NANDA) untuk kondisi pasien
dengan penyakit tersebut!
5. Universal Precaution
6. Sebutkan prinsip etik dan legal untuk mengatasi pasien SLE!
I.4. Tinjauan Teori
AIDS merupakan salah satu kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia
pada awal abad ke 21. Hal ini disebabkan karena penyakit ini, menyebabkan angka
kematian yang sangat tinggi, jumlah penderita yang semakin meningkat dalam waktu
singkat dan sampai sekarang belum dapat ditanggulangi dengan tuntas.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh seseorang
yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV menyebabkan
menurunnya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur secara efektif yang
menyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap berbagai
jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan oleh tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Patogenesis
HIV secara selektif akan menginfeksi sel yang berperan membentuk antibody
pada system imunitas seluler yaitu limfosit T4 yang mempunyai reseptor permukaan CD4
yang dapat berperan sebagai reseptor untuk virus tersebut. Selain sel limfosit T4, ada sel
lain yang juga mempunyai CD4 antigen pada membrannya, yaitu monosit/makrofag, dan
beberap sel homopoesis di dalam sum-sum tulang. Virus yang masuk ke dalam limfosit
T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri yang menyebabkan system kekebalan tubuh
menjadi lumpuh.
HIV sebagai virus RNA mempunyai enzim transcriptase yang membentuk virus
DNA pada kejadian infeksi. Virus DNA yang terbentuk ini masuk ke dalam inti sel target
dan berintegrasi dengan DNA dan menjadi provirus. DNA provirus yang telah
berintegrasi dengan sel DNA host (sel limfosit T4) akan ikut mengalami poliferasi sel.
Setiap hasil replikasi DNA ini selanjutnya akan menghasilkan virus RNA, enzim reverse
transcriptase dan protein virus.
B. KLASIFIKASI
Ada dua jenis HIV yang diketahui ada:
a. HIV-1
HIV-1 adalah virus yang pada awalnya ditemukan dan disebut LAV.Hal ini lebih
mematikan, relatif mudah menular, dan merupakan penyebab sebagian besar infeksi
HIV secara global.
b. HIV-2.
HIV-2 kurang ditularkan dan terbatas pada sebagian besar di Afrika barat.
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.
a. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
b. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap
terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
c. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
E. HOMEOSTATIS TUBUH
Respon tubuh terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 3 fase (1)Alarm reaction
(reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan) dengan
baik.(2).The Stage of resisten (reaksi pertahanan), reaksi terhadap stresor sudah
melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis
dan somatic.(3).Stage of Exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik
tampak jelas. .
BAB III
PEMBAHASAN
A. ISTILAH-ISTILAH KHUSUS
1. Elisa Western Blot (Enzym Linked Immunosorbent ASSAY) adalah Tes mendeteksi
antibody yang dibuat tubuh terhadap virus HIV . Menunjukan virus terdapat pada
darah.
2. Neutropenia adalah
3. Anemia normositik normokrom adalah hemolisis, bisa juga terjadi karena terapi
zidofudin (untuk menahan replitasi virus), gangguan pada sumsum tulang belakang.
4. Limfosit CD4+ adalah
• sel yang mencakup monosit, reseptor pembentuk antibody (T helper, monosit,
makrofag), paling banyak diantara monosit dan makrofag.
• Penentu klasifikasi AIDS paling parah.
B. KONSEP PENYAKIT
• AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrom Cacat Kekebalan
Tubuh Dapatan
• Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang
dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.
Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama kelamaan akan
menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
• AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa sejak lahir).
• AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare)
• AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Center for Disease Control and
Prevention)
Gejala AIDS
Gejala Mayor :
• BB menurun atau gagal tubuh
• Diare > 1 bulan (kronis/berulang)
• Demam > 1bulan (kronis/berulang)
• Infeksi saluran nafas bawah yang parah atau menetap
Gejala Minor :
• Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali
• Kandidiasis oral
• Infeksi THT yang berulang
• Batuk kronis
• Dermatitis generalisata
• Encefalit
C. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.
Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang berupa agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang
kuat terhadap limfosit T.
Faktor Resiko
• Pria dengan homoseksual
• Pria dengan biseksual
• Pengguna IV drug
• Transfuse darah
• Pasangan heteroseksual dengan pasien infeksi HIV
• Anak yang lahir dengan ibu yang terinfeksi
→ Diketahui bahwa virus dibawa dalam limfosit yang terdapat pada sperma memasuki
tubuh melalui mucosa yang rusak, melalui ASI, kerusakan permukaan kulit.
→ Ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen, cairan vagina dan air susu ibu.
D. MANIFESTASI KLINIS
• Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem
organ
• Pneumonia disebabkan oleh protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan
pada AIDS) sangat jarang mempengaruhi orang sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-
batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat,
sianosis, takipnea dan perubahan status mental)
• Gagal nafas dapat terjadi 2 – 3 hari
• TBC
• Nafsu makan menurun, mual, muntah
• Diare merupakan masalah pada klien AIDS → 50% – 90%
• Kandidiasis oral – infeksi jamur
• Bercak putih dalam rongga mulut → tidak diobati dapat ke esophagus dan lambung
• Wasthing syndrome → penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis,
diare, anoreksia, amlabsorbsi gastrointestinal)
• Kanker: klien AIDS insiden lebih tinggi → mungkin adanya stimulasi HIV terhadap
sel kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dangan defesiensi kekebalan →
mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna
• Sarcoma kaposis → kelainan maligna berhubungan dengan HIV (paling sering
ditemukan) → penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darah dan limfe.
Secara khas ditemukan sebagai lesi pada kulit sebagian tungkai terutama pada pria.
Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dapat menyebabkan
statis aliran vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas
kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan terhadap infeksi.
• Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis → gangguan pada
saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf pusat mencakup
inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.
• Herpes zoster → pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit.
• Dermatitis seboroik→ruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan
wajah.
• Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat merupakan tanda pertama yang
menunjukkan HIV pada wanita.
E. KOMPLIKASI
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri.
F. PATOFISIOLOGI
Kontak dengan darah kontak seks kontak ibu bayi
Tunas virus
Infeksi sel T lain Virion HIV baru terbentuk (di limfoid)
KURANG PENGETAHUAN AIDS
Respon imun
Humoral Seluler
Sel B dihasilkan antibody spesifik APC aktifkan CD4+
Diferensiasi dlam plasma terinfeksi virus (sel T helper)
pengaruh ikatan IGM & IGG IL-2 interferon gamma IL-12
pda tes ELISA Lawan CD4+ yg terinfeksi CD8 rangsangan aktivitas
mudahnya CD4+ pembentukan INTOLE-
transmisi penularan sel B RANSI
isolasi sosial Tidak mengintensifkan AKTIVI-
GANGGUAN HARGA DIRI Sistem imun TAS
G. ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Nama : Tn. A
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 170 cm
Diagnosa medis : Acquired imuno deficiency sindrome (AIDS)
Keluhan utama : lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari
Riwayat kesehatan : sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu
berat sampai suatu ketika nyaris pingsan hanya karena flu.
Pemeriksaan lab : ELISA Western Blot (+)
Neutropenia
Anemia normositik normokrom
Limfosit CD4+ 180 sel/µL
Analisa data
Data menyimpang Etiologi Masalah keperawatan
DO: - Infeksi bakter Tidak ada Defisit volume cairan
DS: klien mengaku diare pertahanan tubuh berhubungan dengan diare.
selama 40 hari peristaltic absorpsi air
Diare
DO: - Virus menempel pada CD4 Resiko Bersihan jalan nafas
DS: - CD4 kekebalan tak efektif
Virus menginfeksi paru
eksudat
DO: - Mukosa teriritasi Resiko ketidakseimbangan
DS: - Pelepasan asam amino nutrisi kurang dari kebutuhan
Hipermetabolisme protein
DO: - Suplai oksigen Kelelahan
DS: klien mengeluh lemah, metabolisme sel ATP
lemas tidak bergairah
DO: - HIV dinyatakan + Isolasi sosial
DS: - diketahui publik
DO: - Infeksi bakter Tidak ada Resiko infeksi
DS: - pertahanan tubuh
DO: - Isolasi sosial merasa Gangguan harga diri
DS: - diasingkan
b. Diagnosa keperawatan
Resiko Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
paru
Defisit volume cairan berhubungan dengan diare berhubungan dengan diare berat
yang ditandai klien mengaku diare selama 40 hari
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
hipermetabolisme protein
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolisme
Resiko infeksi
Resiko Isolasi social berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Resiko Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status keshatan
c. Intervensi
Rencana tindakan
Diagnosa
tujuan Intervensi rasional
1. Resiko Bersihan 1. jalan nafas bersih - Kaji status respiratorius, Memudahkan intervensi
jalan nafas tak mencakup frekuensi,
efektif irama, penggunaan otot-
otot aksesorius dan suara
pernapasan.
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi HIV/AIDS
berdasarkan tes yang dapat mendeteksi adanya antigen dan antibody HIV. Ketika HIV
memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan membentuk antibody sebagai respon tubuh
terhadap infeksi. Sehingga apabila pada darah seseorang terdapat antibody HIV, maka
seseorang tersebut adalah terinfeksi. Kebanyakan orang membentuk antibody HIV antara
6-2 minggu dari waktu infeksi. Dan pada kasusu yang jarang dapat mencapai waktu 6
bulan. Melakukan tes HIV dalam waktu kurang dari 3 bulan sejak terinfeksi dapat
menghasilkan hasil yang meragukan karena pada waktu tersebut kemungkinan orang
yang terinfeksi belum membentuk antibody terhadap HIV. Waktu antara seseorang
terinfeksi dan pembentukan antibody HIV disebut window period. Pada masa ini tidak
ditemukan antibody HIV pada tubuh mereka. Tetapi pada window period dapat
menularkan virus HIV pada orang lain walaupun hasil tes HIV negative karena orang
tersebut memiliki HIV dengan level yang tinggi pada darah, cairan-cairan seksual
ataupun ASI. Di Amerika Serikat dilakukan kombinasi dua tes antibody HIV. Apabila
antibody HIV dideteksi pada tes awal (ELISA), lalu dilakukan tes kedua yaitu Western
Blot untuk mengukur antigen yang berikatan dengan antibody.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV sertamalignasi, penghentian
replikasi virus lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihansystem
immune melalui penggunaan preparat immunomodulator. Misalnya :
a. Untuk infeksi umum biasanya digunakan trimetopirin-sulfametoksasol (preparat
antibakteri) untuk mengatasi berbagai organism yang menyebabkan infeksi
b. Untuk diare digunakan terapi oktreotid asetat yaitu analog sintetik
somastostatin.
c. Penggunaan pentamidin suatu obat anti protozoa untuk melawan PCP.
Kombinasi trimetoprin oral dan dapson terbukti juga sangat afektif untuk PCP
yang ringan hingga sedang.
d. Refabutin ternyata efektif untuk mencegah MAC(mycobacterium Avium
Complex) pada penderita infeksi HIV dengan jumlah sel CD4+ sebesar 200
sel/mL atau kurang.
e. Terapi primer yang mutakhir untuk meningitis triptokokus adalam amfoterisin
B IV dengan atau tanpa flusitosin .
f. Penggunaan gansiklovir untuk mengobati retinitis CMV (cytomegalovirus).
Tapi karena gansiklofir tidak mematikan virus hanya mengendalikan
pertumbuhannya, maka obat ini harus diberikan sepanjang sisa usia pasien.
Selain itu ada juga yang menggunakan foskarnet, sebuah preparat yang bisa
digunakan untuk mengobat CMV. Ini digunakan dengan cara disuntikkan
intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3 minggu. Reaksi merugikan yang
biasanya timbul akibat penggunaan foskarnet adalah agagl ginjal, dan gangguan
keseimbangan elektrolit.
g. Asiklofir dan foskarnat kini juga digunakan untuk mengobati ensefalitis yang
disebabkan oleh herpes simplek atau herpes zoster.
h. Pirimetamin dan sulfadiazine atau klindamisin digunakan untuk pengobatan
maupun terapi supresif seumur hidup bagi infeksi toxoplasmosis gondii.
2. Penatalaksanaan diare kronik
Terapi dengan oktreotid asetat (sandostatin) yaitu suatu analog sintetik
somastostatin ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan kronik.
Konsentrasi receptor somastostatin yang tinggi ditemukan dalam trakstus
gastrointestinal maupun jaringan lainnya. Somastatin akan menghambat banyak
fungsi fisiologi yang mencakup motilitas gastrointestinal dan sekresi intestinal air
serta elektrolit.
3. Penatalaksanaan syndrome Pelisutan
Mencakup penanganan penyebab yang mendasari infeksi opurtunis sistemik
maupun gastrointestinal. Malnutrisi sendiri akan memperbesar risiko infesi dan
dapat pula meningkatkan insiden infeksi opurtunis. Terapi nutrisi harus disatukan
dalam keseluruhan rencana penatalaksanaan dan harus disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien. Terapi utrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral dan
pemberian makanan lewat sonde hingga dukungan nutrisi parental ila diperlukan.
Jumlah kalori yang butuhkan harus dihitung bagi semua penderita AIDS yang
mengalami penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Pnghitungan ini
dilakukan untuk mengevaluasi status nutrisi pasien dan memulai terapi nutrisi yang
tepat.
Advera merupakan suplemen nutrisi yang dibuat khusus untuk penderita infeksi
HIV dan penyakit AIDS. Megastrol asetat (Megace) yaitu suatu preparat sintetik
progesterone oral yang digunakan untuk pengobatan payudara akan menggalakkan
kenaikan berat badan yang signifikan dan mnghambat sintesis sitokin IL-1.
J. OBAT-OBATAN
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral :
• Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion
inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini
adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
• Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam
DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan
Nukes dan Non-Nukes.
• Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi
menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini
pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
• Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong
DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah
beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
• Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia,
termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian
tahap lanjut pada manusia.
• Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat
pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi
DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu
pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang
membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.
Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA
virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses
pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses
pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus
yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat
enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di
dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan
virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses
pembentukan virus baru secara total.
Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan
penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk
protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus
yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak
aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada
tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein
pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan
menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks
virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim.
K. PENULARAN
HIV dapat menular melalui :
1. Hubungan seks yang tidak terlindung baik melalui vagina, anal maupun oral dengan
pasangan yang mengidap HIV/AIDS.
2. Tranfusi darah yang mengandung HIV/AIDS
3. Jarum suntik, alat tusuk lainnya (akupunktur, tindik, tatto), pisau cukur, sikat gigi
bekas dipakai orang yang mengidap HIV/AIDS
4. Pemindahan virus dari ibu hamil pengidap HIV/AIDS kepada janin dan ASI
L. PENCEGAHAN
Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV
AIDS.
• Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan
bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan
pencegahan, sebarkan pengetahuan in ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan
kerabat.
• Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang
orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu
mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting.
• Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS
adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang
memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU (
injection drug user).
• Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan
kondom saat berhubungan seks *ya iyalah, masak pas makan pake kondom?* cukup
efektif mencegah penularan HIV AIDS melalui seks.
• Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National
Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki
resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi.
• Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,
sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali.
Pencegahan bagi penderita yang sudah terkena infeksi :
• Beritahu partner seks bahwa anda telah positif HIV AIDS. Pemahaman patner seks
terhadap status HIV sangatlah penting untuk antisipasi paska seks agar tidak menular
ke yang lain.
• Jika anda hamil, segera konsultasikan dengan tim medis terdekat agar mendapat
penanganan khusus.
• Hindari donor darah dan donor organ.
• Jangan biarkan orang lain memakai sikat gigi dan barang-barang pribadi lainnya,
meskipun kemungkinan tertular melalui barang-barang pribadi ini sangat kecil, tapi
tetap saja masih ada kemungkinan.
• Beritahukan status HIV AIDS anda kepada orang yang terpercaya. Selain untuk
melindungi orang lain, hal ini juga untuk memastikan bahwa anda mendapat
perawatan dari orang tersebut.
M. STADIUM AIDS
1. Stadium Pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV kedalam tubuh dan diikuti terjadinya
perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus berubah dari negatif menjadi
positif. Rentang waktu dari masuknya HIV hingga tes antibodi positif disebut
Window Period, lamanya 1 ? 6 bulan. Pada stadium ini sudah dapat menularkan
bahkan sangat menular.
2. Stadium Dua : Asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukkan gejala sakit. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5 ? 10 tahun. Fase
ini juga menular walau penderita tampak sehat-sehat saja.
3. Stadium Tiga : Pembesaran kelenjar limfe
Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak
hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4. Stadium Empat : AIDS
Keadaan ini disertai dengan adanya bermacam-macam penyakit antara lain penyakit
konstitusional, penyakit syaraf dan penyakit infeksi sekunder.
N. UNIVERSAL PRECAUTION
1. Cuci tangan selama 10 menit dengan sabun dengan air yang mengalir dan
menggosokkannya sebelum menyentuh pasien serta saat kedua tangan kotor
2. Mengenakan sarung tangan berseih sebelum menyentuh membrane mukosa atau kulit
yang tidak utuh.
3. Kenekan gaun atau apron plastic ketika terdapat kemungkinan pakaian atau kulit
menjadi kotor
4. Kenakan masker ketika bekerja langsung pada kulit dengan bagian terbuka yang luas
atau ketika terdapat kemungkinan terkenanya membrane mukosa nasal dengan
substansi tubuh yang basah.
5. Buang jarum suntik bekas pakai, jangan memasang kembali tutup jarum bekas
dengan tangan, berhati-hati ketika memanipulasi alat-alat kecil seperti heparin lock.
6. Tempatkan semua sampah dan kain kotor dalam kantong yang tertutup ketat, kenakan
sarung tangan dan pakaian pelindung ketika menangani sampah .
Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dan tujuan
yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk membantu klien
mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap
keterbatasan yang diberikan lingkungan. Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau
konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan
rahasia, yang dilakukan sebelum atau sesudah tes darah di laboratorium. Tes HIV
dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed
consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar.
Pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas yang sangat terlatih dan memiliki
keterampilan konseling dan pemahaman akan HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh
konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat, pekerja sosial,
dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain.
Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah
positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di
dalam sampel darahnya.
Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status
kesehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya selama ini
Tes HIV harus bersifat :
1. Sukarela : Bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan
atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain ini juga berarti
bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang
mencakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja
implikasi dari hasil positif ataupun negatif tersebut.
2. Rahasia : Apapun hasil Tes ini (baik positif maupun negatif ) hasilnya hanya boleh
diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan
3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua/pasangan, atasan atau
siapapun
Semua tes HIV harus mendapat informed consent dari klien setelah klien diberikan
informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes positif atau negatif yang
berupa konseling prates. Dalam menjalankan fungsi perawat sebagai advokat bagi klien,
sedangkan tugas perawat dalam in formed consent telah meliputi tiga aspek penting
yaitu :
a. Persetujuan harus diberikan secara sukarela
b. Persetujuan harus diebrikan oleh individu yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan untuk memahami
c. Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai
pertimbangan untuk membuat keputusan
Persetujuan pada tes HIV harus bersifat jelas dan khusus, maksudnya, persetujuan
diberikan terpisah dari persetujuan tindakan medis atau tindakan perawatan lain (Kelly
1997 dalam Chitty 1993). Persetujuan juga sebaiknya dalam bentuk tertulis, karena
persetujuan secara verbal memungkinkan pasien untuk menyangkal persetujuan yang
telah diberikannya di kemudian hari. Depkes Afrika pada Bulan Desember 1999
mengeluarkan kebijakan tentang perkecualian di mana informed consent untuk tes HIV
tidak diperlukan, yaitu untuk skrining HIV pada darah pendonor dimana darah ini tanpa
nama. Selain itu informed consent juga tidak diperlukan pada pemeriksaan tes inisial
(Rapid Test) pada kasus bila ada tenaga kesehatan yang terpapar darah klien yang di
curigai terinfeksi HIV, sementara klien menolak dilakukan tes HIV dan terdapat sampel
darah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh
seseorang yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV
menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur
secara efektif yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan
terhadap berbagai jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan
oleh tubuh. Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gottlieb pertengahan
tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik suntik di Los Angles,
Amerika Serikat. Sejak penemuan ini, dalam beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah
penderita dengan syndrom yang sama dari 46 negara bagian Amerika Serikat lainnya.
Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampak yang terlihat
pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya cara penanganan dan
pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kalangan
masyarakat
4.2 SARAN
Karena HIV merupakan penyakit yang tejadi secara cepat dalam penularannya,
maka harus dilakukan berbagai macam pencegahan, diantaranya :
• Tidak berganti-ganti pasangan seksual
• Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik
yang diulang
• Dengan formula A-B-C :
o ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
o BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya saja
o CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, M.Nurs (Hons) dan Ninuk Dian kurniawati, S.Kep.Ns. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba medika
http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com
http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/
http://www.dinkes-diy.org
http://www.lusa.web.id/penyakit-imunologi-hiv-aids/