Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS

RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG

Eko Nugroho Julianto


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102
E-mail : en_julianto@staff.unnes.ac.id

Abstract: The volume of traffic traveling on roads Siliwangi have increased from year to year. This
is due to the development of this area. To overcome the problem of traffic congestion on these
roads is required prior knowledge about traffic characteristics and model of the relationship
between these characteristics. This study aims to analyze the model of the relationship between the
characteristic volume (V), speed (S) and density (D) traffic, in accordance with existing conditions.
Survey data includes traffic volumes and speeds with the manual count method, being analytical
models include models Greenshield, Greenberg, and Underwood. The results showed that the
relationship model that is suitable for VSD Siliwangi road is to follow the model of Underwood with r
= 0859, with the model of Us = 68.20 x exp(-D/-15.05).

Keywords: relationship model, Greenshield, Greenberg, Underwood

Abstrak: Volume perjalanan lalu lintas pada ruas jalan Siliwangi mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Hal ini disebabkan perkembangan daerah ini. Untuk mengatasi masalah kemacetan
lalulintas pada ruas jalan ini terlebih dahulu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik lalu
lintas dan model hubungan antar karakteristik tersebut. Kajian ini bertujuan menganalisis model
hubungan antar karakteristik volume (V), kecepatan (S) dan kepadatan (D) lalu lintas, sesuai
dengan kondisi yang ada. Survai data meliputi volume dan kecepatan lalu lintas dengan metode
manual count, sedang analisis model meliputi model Greenshield, Greenberg, dan Underwood.
Hasil analisis menunjukkan bahwa model hubungan V-S-D yang sesuai untuk ruas jalan Siliwangi
adalah mengikuti model Greenberg dengan nilai r = 0.773, dengan model Us = 68.20 x exp(-D/-
15.05).

Kata kunci: model hubungan, greenshield, greenberg, underwood

PENDAHULUAN pertumbuhan prasarana transportasi. serta


Permasalahan lalu lintas jalan raya populasi dan pergerakan yang meningkat
merupakan suatu permasalahan yang kompleks dengan pesat setiap harinya. Untuk itu,
dalam dunia transportasi darat terutama untuk informasi mengenai pergerakan arus lalu lintas
transportasi perkotaan. Setiap diselesaikan satu sangat penting untuk diketahui didaerah
permasalahan akan muncul permasalahan perkotaan.
berikutnya, dan tidak menutup kemungkinan Dalam perencanaan, perancangan dan
bahwa masalah yang berhasil diselesaikan penetapan berbagai kebijaksanaan sistem
dikemudian hari akan menimbulkan transportasi, teori pergerakan arus lalu lintas
permasalahan baru. memegang peranan sangat penting.
Problem transportasi diperkotaan Kemampuan untuk menampung arus lalu lintas
tersebut timbul terutama disebabkan karena sangat bergantung pada keadaan fisik dari jalan
tingginya tingkat urbanisasi, pertumbuhan tersebut, baik kualitas maupun kuantitasnya
jumlah kendaraan tidak sebanding dengan serta karakteristik operasional lalu lintasnya.

Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan Kepadan Lalu Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang – Eko Nugroho Julianto 151
Teori pegerakan arus lalu lintas ini akan Tabel 1. Daftar satuan mobil penumpang

menjelaskan mengenai kualitas dan kuantitas No. Jenis Kendaraan smp


dari arus lalu lintas sehingga dapat diterapkan 1. Kendaraan ringan 1.00
2. Kendaraan berat 1.20
kebijaksanaan atau pemilihan sistem yang 3. Sepeda motor 0.25
paling tepat untuk menampung lalu lintas yang 4. Kendaraan tak bermotor 0.80
Sumber : IHCM, 1997
ada. Untuk mempermudah penerapan teori
pergerakan lalu lintas digunakan metoda
Arus Lalu Lintas
pendekatan matematis untuk menganalisa
Karakteristik lalu-lintas terjadi karena
gejala yang berlangsung dalam arus lalu lintas.
adanya interaksi antara pengendara dan
Salah satu cara pendekatan untuk
kendaraan dengan jalan dan lingkungannya.
memahami perilaku lalu lintas tersebut adalah
Pada saat ini pembahasan tentang arus lalu
dengan menjabarkannya dalam bentuk
lintas dikonsentrasikan pada variabel-variabel
hubungan matematis dan grafis. Suatu
arus (flow, volume), kecepatan (speed), dan
peningkatan dalam volume lalu lintas akan
kerapatan (density). Ketiga komponen itu
menyebabkan berubahnya perilaku lalu lintas.
termasuk pembahasan arus lalu-lintas dalam
Secara teoritis terdapat hubungan yang
skala makroskopik.
mendasar antara volume (flow) dengan
Pembahasan tersebut telah mengalami
kecepatan (speed) serta kepadatan (density).
perkembangan dari konsep awalnya yakni
bahwa elemen utama dari arus lalu-lintas adalah
KAJIAN PUSTAKA
komposisi atau karakteristik volume, asal tujuan,
Komposisi Lalu Lintas
kualitas, dan biaya. Pergeseran tersebut terjadi
Pada kenyataannya, arus lalu lintas
karena saat ini arus lalu-lintas pada dasarnya
yang ada di lapangan adalah heterogen.
hanya menggambarkan berapa banyak jenis
Sejumlah kendaraan dengan berbagai jenis,
kendaraan yang bergerak.
ukuran dan sifatnya membentuk sebuah arus
lalu lintas. Keragaman ini membentuk
Arus dan Volume
karakteristik lalu lintas yang berbeda untuk
Arus lalu-lintas (flow) adalah jumlah
setiap komposisi dan berpengaruh terhadap
kendaraan yang melintasi suatu titik pada
arus lalu lintas secara keseluruhan.
penggal jalan tertentu, pada periode waktu
Memperhatikan kondisi tersebut,
tertentu, diukur dalam satuan kendaraan per
diperlukan suatu besaran untuk menyatakan
satuan waktu tertentu. Sedangkan volume
pengaruh sebuah jenis kendaraan terhadap
adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu
arus lalu lintas secara keseluruhan. Satuan
arus jalan pada periode waktu tertentu diukur
mobil penumpang (smp) merupakan sebuah
dalam satuan kendaraan per satuan waktu.
besaran yang menyatakan ekivalensi pengaruh
setiap jenis kendaraan yang dibandingkan
Kecepatan
terhadap jenis kendaraan penumpang. Dengan
Kecepatan merupakan parameter utama
besaran ini, setiap komposisi lalu lintas dapat
kedua yang menjelaskan keadaan arus lalu
dinilai.

152 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 12 – Julii 2010, hal: 151 – 160
lintas di jalan. Kecepatan dapat didefinisikan
sebagai gerak dari kendaraan dalam jarak per
satuan waktu.
Dalam pergerakan arus lalu-lintas, tiap
kendaraan berjalan pada kecepatan yang
berbeda. Dengan demikian pada arus lalu-lintas
tidak dikenal karakteristik kecepatan tunggal
akan tetapi lebih sebagai distribusi dari
kecepatan kendaraan tunggal. Dari distribusi
tersebut, jumlah rata-rata atau nilai tipikal dapat
digunakan untuk mengetahui karakteristik dari
Gambar 1. Hubungan antara Arus, Kecepatan, dan
arus lalu-lintas. Dalam perhitungannya
Kerapatan
kecepatan rata-rata dibedakan menjadi dua,
Pada gambar tersebut dapat
yaitu:
diterangkan bahwa:
1. Time Mean Speed (TMS), yang didefinisikan
1. Pada kondisi kerapatan mendekati harga nol,
sebagai kecepatan rata-rata dari seluruh
arus lalu lintas juga mendekati harga nol,
kendaraan yang melewati suatu titik dari
dengan asumsi seakan-akan tidak terdapat
jalan selama periode tertentu.
kendaraan bergerak. Sedangkan
2. Space Mean Speed (SMS), yakni kecepatan
kecepatannya akan mendekati kecepatan
rata-rata dari seluruh kendaraan yang
rata-rata pada kondisi arus bebas.
menempati penggalan jalan selama periode
2. Apabila kerapatan naik dari angka nol, maka
waktu tertentu.
arus juga naik. Pada suatu kerapatan

Kerapatan tertentu akan tercapai suatu titik di mana

Kerapatan dapat didefinisikan sebagai bertambahnya kerapatan akan membuat

jumlah kendaraan yang menempati suatu arus menjadi turun.

panjang jalan atau lajur, secara umum dapat 3. Pada kondisi kerapatan mencapai kondisi

diekspresikan dalam kendaraan per mil (vpm) maksimum atau disebut kerapatan kondisi

atau kendaraan per mil per lane (vpmpl). jam (kerapatan jenuh) kecepatan perjalanan

Kerapatan sulit diukur secara langsung di akan mendekati nilai nol, demikian puia arus

lapangan, melainkan dihitung dari nilai lalu lintas akan mendekati harga nol karena

kecepatan dan arus sebagai hubungan: tidak memungkinkan kendaraan untuk dapat

V = U s × D .................................................... ( 1 ) bergerak lagi.


4. Kondisi arus di bawah kapasitas dapat terjadi
Dengan : V adalah arus lalu lintas, Us adalah
pada dua kondisi, yakni:
Space Mean Speed dan D adalah kerapatan
a. Pada kecepatan tinggi dan kerapatan
Model dari hubungan antara variabel arus,
rendah (kondisi A).
kecepatan, dan kerapatan, dapat terlihat pada
b. Pada kecepatan rendah dan kerapatan
Gambar 1 berikut:
tinggi (kondisi B).

Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan Kepadan Lalu Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang – Eko Nugroho Julianto 153
Hubungan Volume, Kecepatan dan menunjukkan kondisi stabil dan lengan bawah
Kepadatan
menunjukkan kondisi arus padat.
Aliran lalu lintas pada suatu ruas jalan
raya terdapat 3 (tiga) variabel utama yang
Hubungan Kecepatan - Kepadatan
digunakan untuk mengetahui karakteristik arus
Kecepatan akan menurun apabila
lalu lintas, yaitu :
kepadatan bertambah. Kecepatan arus bebas
1. Volume (flow), yaitu jumlah kendaraan yang
akan terjadi apabila kepadatan sama dengan
melewati suatu titik tinjau tertentu pada suatu
nol, dan pada saat kecepatan sama dengan nol
ruas jalan per satuan waktu tertentu.
maka akan terjadi kemacetan (jam density).
2. Kecepatan (speed), yaitu jarak yang dapat
Hubungan keduanya ditunjukkan pada gambar
ditempuh suatu kendaraan pada ruas jalan
berikut ini.
per satuan waktu.
3. Kepadatan (density), yaitu jumlah kendaraan
per satuan panjang jalan tertentu.
Variabel-variabel tersebut memiliki
hubungan antara satu dengan lainnya.
Hubungan antara volume, kecepatan dan
kepadatan dapat digambarkan secara grafis
dengan menggunakan persamaan matermatis. Gambar 3. Hubungan Kecepatan – Kepadatan

Hubungan volume – Kecepatan Hubungan Volume - Kepadatan

Hubungan mendasar antara volume dan Volume maksimum terjadi (Vm) terjadi

kecepatan adalah dengan bertambahnya pada saat kepadatan mencapai titik Dm

volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah

ruangnya akan berkurang sampai kepadatan mencapai titik ini volume akan menurun

kritis (volume maksimum) tercapai. Hubungan walaupun kepadatan bertambah sampai terjadi

keduanya ditunjukkan pada gambar berikut ini. kemacetan di titik Dj. Hubungan keduanya
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Hubungan Volume – Kecepatan


Setelah kepadatan kritis tercapai, maka
kecepatan rata-rata ruang dan volume akan
berkurang. Jadi kurva diatas menggambarkan
dua kondisi yang berbeda, lengan atas Gambar 4. Hubungan Volume – Kepadatan

154 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 12 – Julii 2010, hal: 151 – 160
Model Hubungan Volume, Kecepatan dan Persamaan tersebut merupakan persamaan
Kepadatan
parabolik V = f ( D )
Model Greenshield
Hubungan antara volume dan
Model ini adalah model yang paling
kecepatan didapat dengan mengubah
awal dalam upaya mengamati perilaku lalu
persamaan ( 1 ) menjadi D = V / U s yang
lintas. Greenshield yang melakukan studi pada
jalan-jalan di luar kota Ohio, dimana kondisi lalu kemudian disubstitusikan pada persamaan ( 2 ),

lintas memenihi syarat karena tanpa gangguan maka akan diperoleh :

dan bergerak secara bebas (steady state V = D j × U s − ( D j / U f ) × U s 2 ................... ( 4 )


condition). Greenshield mendapatkan hasil Persamaan tersebut juga merupakan
bahwa hubungan antara kecepatan dan
persamaan parabolik V = f ( U s ) .
kepadatan bersifat linier. Model ini dapat
Volume maksimum (Vm) untuk model
dijabarkan sebagai berikut :
Greenshield dapat dihitung dengan
U s = U f − ( U f / D j )D ................................ ( 2 )
menggunakan persamaan :
Dari persamaan tersebut dapat
Vm = Dm × U m ............................................. ( 5 )
disampaikan bahwa US adalah kecepatan rata-
Dari persamaan tersebut dapat
rata ruang (km/jam), Uf adalah kecepatan pada
disampaikan bahwa Dm adalah kepadatan pada
kondisi arus bebas (km/jam), D adalah
saat volume maksimum dan U m adalah
kerapatan (smp/km), Dj adalah kerapatan
kondisi jam (smp/km) dan V adalah arus lalu kecepatan pada saat volume maksimum.

lintas (smp/jam). Kepadatan saat volume maksimum (Dm)

Memperhatikan rumus di atas, pada untuk model Greenshield dapat dihitung dengan

dasarnya merupakan suatu persamaan linier, menggunakan persamaan :

Y = a + bX, dimana dianggap bahwa Uf D = D m = ( D j / 2 ) ...................................... ( 6 )

merupakan konstanta a dan Uf / Dj = b Kecepatan saat volume maksimum


sedangkan US dan D masing-masing ( U m ) untuk model Greenshield dapat dihitung
merupakan variabel Y dan X. Kedua konstanta
dengan menggunakan persamaan :
tersebut dapat dinyatakan sebagai kecepatan
U s = U m = ( U f / 2 ) ................................... ( 7 )
bebas (free flow speed) dimana pengendara
Apabila persamaan ( 6 ) dan ( 7 )
dapat memacu kecepatan sesuai dengan
disubstitusikan pada persamaan ( 5 ), maka
keinginan dan puncak kepadatan dimana
volume maksimum dapat dihitung dengan
kendaraan tidak dapat bergerak sama sekali.
persamaan sebagai berikut.
Hubungan antara volume dan
kepadatan didapat dengan mengubah Vm = Dm × U m
...................................... ( 8 )
persamaan ( 1 ) menjadi U s = V / D yang = (D j ×U f ) / 4

kemudian disubstitusikan pada persamaan ( 2 )


sehingga diperoleh : Model Greenberg
Model Greenberg adalah model kedua
V = U f × D − ( U f / D j ) × D 2 ...................... ( 3 )
yang mensurvey hubungan kecepatankerapatan

Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan Kepadan Lalu Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang – Eko Nugroho Julianto 155
pada aliran lalu-lintas pada terowongan, dan kemudian disubstitusikan pada persamaan ( 10
menyimpulkan bahwa model non linier lebih ) sehingga diperoleh :
tepat di gunakan yakni fungsi eksponensial. V = U m × D × ln( D j / D ) ........................... ( 12 )
Rumus dasar dari Greenberg adalah:
Hubungan antara volume dan
bU s
D = c .e ................................................... ( 9 ) kecepatan didapat dengan mengubah
dengan c dan b merupakan nilai konstanta. V
persamaan ( 1 ) menjadi D= yang
Dengan menggunakan analogi aliran Us
fluida dia mengkombinasikan persamaan gerak kemudian disubstitusikan pada persamaan ( 10
dan kontinuitas untuk satu kesatuan dimensi ), maka akan diperoleh :
gerak dan menurunkan persamaan:
(
V = U s × D j × exp − U s / U m ) ................... ( 13 )
U s = U m × ln( D j / D ) ............................... ( 10 )
Volume maksimum (Vm) untuk model
Pada model Greenberg ini diperlukan Greenberg dapat dihitung dengan
pengetahuan tentang parameter-parameter menggunakan persamaan ( 5 ) diatas. Untuk
kecepatan optimum dan kerapatan kondisi jam.
menentukan konstanta Dm dan U m , maka
Sama dengan model Greenshield, kerapatan
persamaan ( 12 ) dan ( 13 ) harus dideferensir
kondisi jam sangat sulit diamati di lapangan dan
masing-masing terhadap kepadatan dan
estimasi terhadap kecepatan optimum lebih sulit
kecepatan.
diperkirakan dari pada kecepatan bebas rata-
Kepadatan saat volume maksimum (Dm)
rata.
untuk model Greenberg dapat dihitung dengan
Estimasi kasar untuk menentukan
menggunakan persamaan :
kecepatan optimum kurang lebih setengah dari
D = Dm = ( D j / e ) .................................... ( 14 )
kecepatan rencana. Ketidakuntungan lain dari
model ini adalah kecepatan bebas rata-rata Kecepatan saat volume maksimum

tidak bisa dihitung. Persamaan ( 10 ) tersebut ( U m ) untuk model Greenberg dapat dihitung
diatas dapat ditulis kedalam bentuk persamaan dengan menggunakan persamaan :
matematika lain yaitu: U s = U m = U m .......................................... ( 15 )
U s = U m ⋅ ln D j − U m ⋅ ln D ....................... ( 11 ) Apabila persamaan ( 14 ) dan ( 15 )
Memperhatikan rumus di atas, pada disubstitusikan pada persamaan ( 5 ), maka
dasarnya merupakan suatu persamaan linier, Y volume maksimum dapat dihitung dengan
= a + bX, dimana dianggap bahwa Um.ln Dj persamaan sebagai berikut.
merupakan konstanta a dan –Um = b sedangkan Vm = D m × U m
US dan ln D masing-masing merupakan variabel = ( D j / e ) × U m .................................. ( 16 )
Y dan X. = (D j ×U m ) / e
Hubungan antara volume dan
kepadatan didapat dengan mengubah
Model Underwood
persamaan ( 1 ) menjadi U s = V / D yang
Underwood mengemukakan suatu
hipotesis bahwa hubungan antara kecepatan

156 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 12 – Julii 2010, hal: 151 – 160
dan kepadatan adalah merupakan hubungan menit yang diperoleh dari hasil survei dikalikan
eksponensial dengan bentuk persamaan dengan faktor ekuivalensi smp untuk tiap jenis
sebagai berikut : kendaraan (tabel 1) dan kemudian

U s = U f × exp( −D / Dm ) .......................... ( 17 ) menjumlahkannya sehingga diperoleh volume


lalu lintas.
Untuk mendapatkan konstanta U f dan
Hasil survei kendaraan dan hitungan
Dm , persamaan ( 17 ) diubah persamaan linier,
volume lalu lintas dalam satuan mobil
Y = a + bX, seperti dibawah ini. penumpang disajikan pada tabel berikut ini.
ln U s = ln U f − ( −D / Dm ) ......................... ( 18 ) Tabel 2. Hasil survei kendaraan
Volume
Dimana dianggap bahwa ln U f Waktu Kendaraan Us D
(smp)
merupakan konstanta a dan –1/Dm = b
07:00 - 07:15 293.50 43 6.826
sedangkan lnUS dan D masing-masing 07:15 - 07:30 301.20 39 7.723
merupakan variabel Y dan X. 07:30 - 07:45 297.50 40 7.438
07:45 - 08:00 306.30 31 9.881
Hubungan antara volume dan
08:00 - 08:15 298.50 44 6.784
kepadatan didapat dengan mengubah 08:15 - 08:30 300.00 41 7.317
persamaan ( 1 ) menjadi U s = V / D yang 08:30 - 08:45 325.80 40 8.145
08:45 - 09:00 339.50 37 9.176
kemudian disubstitusikan pada persamaan ( 17 09:00 - 09:15 341.30 43 7.937
) sehingga diperoleh : 09:15 - 09:30 332.70 47 7.079
09:30 - 09:45 342.00 46 6.980
V = D × U f × exp( −D / Dm ) ...................... ( 19 ) 09:45 - 10:00 342.10 45 6.579
Hubungan antara volume dan 10:00 - 10:15 360.70 34 10.609
10:15 - 10:30 354.40 35 12.221
kecepatan didapat dengan mengubah 10:30 - 10:45 313.00 32 9.781
persamaan ( 1 ) menjadi D = V / U s yang 10:45 - 11:00 322.10 42 7.002
11:00 - 11:15 297.90 45 6.080
kemudian disubstitusikan pada persamaan ( 17 11:15 - 11:30 310.40 42 7.390
), maka akan diperoleh : 11:30 - 11:45 327.50 39 8.397
11:45 - 12:00 333.70 34 9.815
V = U s × Dm × exp( U f / U s ) .................... ( 20 )
Sumber : Hasil pengamatan
Apabila persamaan ( 19 ) dan ( 20 )
Model Linier Greenshields
disubstitusikan pada persamaan ( 5 ), maka
Hubungan Kecepatan dan Kepadatan
volume maksimum dapat dihitung dengan
Greenshilds mengemukakan bahwa
persamaan sebagai berikut.
hubungan antara kecepatan dan kepadatan
Vm = Dm × U m
adalah berbentuk fungsi linier dengan
= Dm × ( U f / e ) ................................... ( 21 )
persamaan :
= (Dj × U m ) / e
 Uf 
Us = Uf −   × D
 Dj 
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mendapatkan nilai konstanta Uf
Untuk mendapatkan volume lalu lintas dan Dj maka persamaannya diubah menjadi
dalam satuan mobil penumpang (smp), maka persamaan linier y = a + bx dengan Us = y; Uf =
data jumlah kendaraan tiap 15 (lima belas)
a; b = (–Uf/Dj); x = D. Sehingga dengan

Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan Kepadan Lalu Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang – Eko Nugroho Julianto 157
menggunakan persamaan Least Square dan kepadatan berbentuk logaritmik, dengan
diperoleh : persamaan sebagai berikut :
a = 60,873 → Uf = a = 60.873 km/jam Us = Um × ln( Dj / D )
b = –2.565 → Dj = Uf/b = 23,734 smp/jam untuk mendapatkan nilai konstanta Um
maka persamaan regresinya adalah dan Dj maka persamaannya diubah menjadi
Us = 60 ,873 − ( −2 ,565 ) × D persamaan linier Us = Um x ln Dj – Um x ln D
Koefisien Korelasi ( r ) : dengan asumsi: y = a + bx, dimana : y = Us; a =

n Σxy − Σx Σy Um x ln Dj; b = –Um; x = ln D. Sehingga dengan


r =
menggunakan persamaan Least Square
[ n Σx 2 − ( Σx ) 2 ][ n Σy 2 − ( Σy ) 2 ]
= −0 ,859 diperoleh :

r 2 = 0 ,738 a = 77,254 → Dj = e(a/Um )


= 112,947 smp/jam

Hubungan Volume dan Kecepatan b = –16,343 → –Um = –b

Hubungan volume dan kecepatan = 16,343 km/jam

merupakan fungsi parabolik dengan bentuk maka persamaan regresinya adalah :

persamaan sebagai berikut : Us = Um × ln( Dj / D )


Us = −22.725 × ln( 46 ,537 / D )
V = Dj × Us − ( Dj / Uf ) × Us 2
V = 23 ,734 × Us − 0 ,3899 × Us 2
Koefisien Korelasi ( r ) :
n Σxy − Σx Σy
Hubungan Volume dan Kepadatan r =
[ n Σx 2 − ( Σx ) 2 ][ n Σy 2 − ( Σy ) 2 ]
Hubungan volume dan kepadatan juga
= −0 ,879
merupakan fungsi parabolik dengan bentuk 2
r = 0 ,773
persamaan sebagai berikut :

V = Uf × D − ( Uf / Dj ) × D 2 Hubungan Volume dan Kecepatan


2
V = 60 ,873 × D − ( −2 ,565 ) × D Hubungan volume dan kecepatan
berlaku persamaan :
Perhitungan Volume Maksimum V = Dj × Us × exp( −Us / Um )
Volume maksimum (kapasitas) didapat V = 46 ,537 × Us × exp( −Us / − 22 ,725 )

dengan menggunakan persamaan sebagai


Hubungan Volume dan Kepadatan
berikut :
Hubungan volume dan kepadatan
Uf × Dj
Vmaks = = 361,196 smp/jam berlaku persamaan :
4
V = Um × D × ln( Dj / D )
V = −22 ,725 × D × ln( 46 ,537 / D )
Model Logaritmik Greenberg
Hubungan Kecepatan dan Kepadatan
Greenberg mengemukakan suatu Perhitungan Volume Maksimum

hipotesa bahwa hubungan antara kecepatan Untuk model Greenberg, volume


maksimum (kapasitas) didapat dengan

158 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 12 – Julii 2010, hal: 151 – 160
perhitunggan menggunakan persamaan sebagai V = Uf × D × exp( −D / Dm )
berikut : V = 68 ,20 × Us × ln( −D / − 15.05 )
Vmaks = ( Um × Dj ) / exp(1 ) = 389 ,043 smp/jam
Perhitungan Volume Maksimum

Model Eksponensial Underwood Untuk model Underwood volume

Hubungan Kecepatan dan Kepadatan maksimum (kapasitas) didapat dengan

Underwood mengemukakan bahwa menggunakan persamaan sebagai berikut :

hubungan antara kecepatan dan kepadatan Vmaks = ( Dm × Uf ) / exp(1 ) = 377 ,705 smp/jam
adalah eksponensial dengan bentuk persamaan Hubungan volume, kecepatan dan
sebagai berikut : kepadatan dengan menggunakan ketiga model
Us = Uf × exp( −D / Dm ) dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6 dan

Untuk mendapatkan nilai konstanta Uf Gambar 7.

dan Dm maka persamaan di atas diubah


menjadi linier ln( Us ) = ln( Uf ) − D / Dm dengan
asumsi : y = a + bx → dimana y = ln (Us); a = ln
(Uf); b = (–1/Dm); x = D. Sehingga dengan
menggunakan persamaan Least Square
diperoleh :
a = 4,191 → Uf = exp (a )= 66,111 km/jam
b = –0,054 → Dm = 1/b = –18,581 smp/km
maka persamaan eksponensialnya diperoleh :
Gambar 5. Kurva Hubungan Kecepatan (Us) dan
Us = Uf × exp( −D / Dm ) Kepadatan (D) berdasarkan model Greenshields,
Greenberg dan Underwoods
Us = 68 ,20 × exp( D / − 15 ,05 )
Koefisien Korelasi ( r ) :
n Σxy − Σx Σy
r =
2
[ n Σx − ( Σx ) 2 ][ n Σy 2 − ( Σy ) 2 ]
= −0 ,859
r 2 = 0 ,737

Hubungan Volume dan Kecepatan


Hubungan volume dan kecepatan
berlaku persamaan :
V = Dm × Us × ln( Uf / Us )
Gambar 6. Kurva Hubungan Volume (V) dan
V = −15 ,05 × Us × ln( 68 ,20 / Us )
Kecepatan (Us) berdasarkan model Greenshields,
Greenberg dan Underwoods

Hubungan Volume dan Kepadatan


Hubungan volume dan kepadatan
berlaku persamaan :

Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan Kepadan Lalu Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang – Eko Nugroho Julianto 159
kecepatan dan kerapatan, sedangkan
lainnya ditentukan oleh faktor lain.
3. Hubungan antara volume dan kecepatan
merupakan fungsi eksponensial.
4. Hubungan antara volume dan kepadatan
berdasarkan pada hasil analisis merupakan
fungsi eksponensial.

Saran
Untuk mendapatkan model yang tepat
Gambar 7. Kurva Hubungan Volume (V) dan
Kepadatan (D) berdasarkan model Greenshields, diterapkan untuk melihat karakteristik arus lalu
Greenberg dan Underwoods lintas pada ruas jalan Semarang - Boja, maka
disarankan:
PENUTUP
1. Perlu dicari faktor-faktor lain yang
Kesimpulan
mempengaruhi kecepatan, kerapatan, dan
1. Dari ketiga model tersebut di atas dapat
arus lalu lintas dari jalan Siliwangi.
diketahui bahwa arus lalu lintas jalan
2. Perlu dilakukan penelitian kembali dengan
Siliwangi didapat hubungan yang paling erat
jumlah dan waktu pengambilan sampel yang
antara kecepatan dan kerapatan
cukup.
menggunakan model Underwood dengan
nilai r = 0.879, dengan model Us = 68.20 x
DAFTAR PUSTAKA
exp(-D/-15.05), sedangkan volume tertinggi
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). 1997.
didapat dengan menggunakan model Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga,
Underwood sebesar 377,705 smp/jam. Departemen Pekerjaan Umum.
2. Dengan r = 0.859 atau D = 0.737, berarti Morlock, E. K.. 1991. Pengantar Teknik dan
model sebesar 73,70 % prosen dapat Perencanaan Transportasi. Jakarta:
Erlangga.
dipercaya menggambarkan hubungan antara

160 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 12 – Julii 2010, hal: 151 – 160

Anda mungkin juga menyukai