Anda di halaman 1dari 15

PLANNING OF ACTION ( POA ) PROGRAM MTBS

PUSKESMAS PANCA KECAMATAN PACET

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan kesehatan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu
dan daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Pembangunan jangka panjang bidang kesehatan sejalan dengan Visi Departemen
Kesehatan RI yaitu menuju Indonesia sehat dan selanjutnya dijabarkan dalam Misi Depkes
yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau dengan semakin mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Dalam melaksanakan misi tersebut diatas maka, ada beberapa strategi yang diterapkan
yaitu terciptanya paradigma sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi. Kebijakan
Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini juga tertuang dalam bentuk keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
Kesehatan Nasional. Untuk mencapai kondisi tersebut perlu diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu serta berkesinambungan.
Puskesmas merupakan salah satu unit fungsional terdepan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan 7 program pokok dan 16 program
inovatif sebagai usaha poko kesehatan ( Basic Health Service ) yang dilaksanakan baik
didalam maupun diluar gedung, utamanya program prioritas dalam rangka meningkatkan
jangkauan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan tidak mengesampingkan peningkatan sumber daya.
Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu pada empat azas
penyelenggaraan, yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat,
azas keterpaduan, dan azas rujukan. Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang
baik. Manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian.
Salah satu penerapan fungsi manajemen puskesmas adalah penyusunan rencana
kegiatan ( POA ) puskesmas. POA ini disusun berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan
puskesmas, yang termasuk fungsi perencanaan. Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya dengan tetap
mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai sebelumnya.
Dengan POA ini diharapkan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban dengan tetap mempertimbangkan
hambatan, dukungan dan potensi yang ada.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menurunkan angka kematian pada balita.
1.2.2.Tujuan Khusus:

1. Tercapainya target kunjungan balita yaitu cakupan minimal 95% secara merata pada
balita di 6 desa/ kelurahan pada tahun 2018
2. Tercapainya bayi dan balita yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Panca.

1.2.3Target
Tercapainya balita sehat di wilayah kerja Puskesmas Panca

BAB lll
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa inggris integrated
management of childhood illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-
59 bulan secara menyeluruh yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa
klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Surjono et al ;Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu strategi yang dibuat oleh WHO
dan UNICEF yang diperkenalkan pada 1996 sebagai strategi yang penting untuk memperbaiki
kesehatan anak. MTBS ini memusatkan pada penanganan anak bawah lima tahun (balita),
tidak hanya mengenai status kesehatannya namun juga penyakit-penyakit yang menyerang
mereka. Fokusnya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas tingkat pelayanan
dasar (balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan menggunakan standar serta
pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan kesehatan (WHO-UNICEF , 2003).
Pengertian terintegrasi atau terpadu dalam MTBS menurut merujuk pada sejumlah
strategi tertentu yang ditambahkan dalam pendekatan manajemen. Tujuannya agar supaya
anak bawah lima tahun (balita) mendapatkan pelayanan menyeluruh baik itu di rumah maupun
di fasilitas kesehatan. MTBS dikatakan terpadu sebab memadukan bersama-sama pelayanan
promosi, pencegahan, serta pengobatan dalam satu strategi, yang dikelola dan dikoordinir oleh
tim yang melibatkan manajer dan para petugas yang mempunyai keahlian yang beragam.
Penerapan MTBS menggunakan manajemen kasus untuk menangani masalah-masalah
kesehatan masyarakat yang utama melalui standarisasi dan pendekatan terpadu didasarkan
pada buku bagan yang diberikan pada paket pelatihan MTBS (WHO EMRO, 2004)
Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah-
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit
yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat dan tepat apabila diperlukan. Inti
dari kegitan MTBS adalah pengklasifikasian penyakit, penilaian status gizi, pemberian
imunisasi pada balita, pemberian konseling pada ibu tentang tata cara pemberian obat di
rumah, kunjungan ulang, penanganan tindak lanjut (Depkes RI, 2007)

B. Sasaran MTBS
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 Tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran
yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 Tahun
(Depkes RI, 2008).
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan diunit rawat jalan
kesehatan dasar seperti puskesmas.

C. Kebijakan dan strategi pelaksanaan MTBS


Untuk meningkatkan penemuan penderita tuberkulosis, ISPA, malaria, DBD, Diare
secara dini pada anak Balita diperlukan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
setiap daerah menerapkan suatu metode yang bersifat aktif selektif, yaitu MTBS.

D. Indikator keberhasilan MTBS


Indikator prioritas Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang digunakan dalam
fasilitas pelayanan dasar meliputi: ketrampilan petugas kesehatan, dukungan sistem kesehatan
dalam menjalankan MTBS dan kepuasan ibu balita atau pendampingn balita (WHO, 2001,
Depkes, 2005).
a. Keterampilan petugas kesehatan terdiri dari:
1) Kemampuan untuk menilai: tanda bahaya yaitu batuk, diare dan demam berat anak
yang tercatat dalam kartu pertumbuhan, status imunisasi, indeks manajemen terpadu
dan cara pemberian makanan pada anak dibawah dua tahun
2) Melakukan terapi yang benar dan konseling, meliputi: menentukan pemberian
antibiotik oral dan anti malaria yang benar, menentukan perlu tidaknya pemberian
antibioti.
3) Memberi nasehat kepada ibu balita jika anak sakit harus banyak minum dan makan
secara terus menerus, memberikan imunisasi pada anak yang membutuhkan,
memberikan penjelasan tentang bagaimana upaya rehidrasi oral, antibiotik dan anti
malaria
4) Manajemen penyakit berat pada anak dengan melakukan rujukan jika dibutuhkan
b. Dukungan sistem kesehatan untuk Manajemen Terpadu Balita sakit (MTBS)
1) Supervisi paling tidak suatu tempat pelayanan kesehatan menerima satu kali
kunjungan supervisi untuk observasi penanganan kasus dalam enam bulan terakhir
2) Persediaan obat dan alat kesehatan, kecukupan obat untuk terapi oral esensial,
kecukupan obat injeksi dalam pertolongan sebelum dirujuk, peralatan vaksinasi yang
memaksimalkan dan kecukupan jenis vaksin
3) Cakupan pelatihan MTBS paling tidak ada 60% tenaga kesehatan yang bisa mengelola
anak-anak dalam MTBS
c. Strategi implementasi Manajemen Terpadu balita Sakit (MTBS)
Menurut WHO (2003) implementasi strategi MTBS di seluruh dunia mengikuti
tiga komponen, yaitu : memperbaiki keterampilan petugas kesehatan lewat pembekalan
tentang petunjuk Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan kegiatan promosi,
perbaiki sistem kesehatan yang dibutuhkan untuk pengeloloaan anak sakit dengan efektif
serta perbaikian kesehatan keluarga dan masyarakat. Berikut ini adalah gambar tentang
strategi implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam Tabel 1.

Tabel 1. Strategi Implementasi MTBS


Memperbaiki Memperbaiki kesehatan
Penguatan system
keterampilan petugas dalam keluarga dan
kesehatan
kesehatan masyarakat

Petunjuk standar Suplai obat esensial dan Mencari pelayanan


operational pengelolaannya kesehatan, perbaikan
nutrisi

Pelatihan (sebelum Organisasi pada Pelayanan rumah dan


pelayanan dan dalam pelayanan kesehatan anjuran untuk taat dalam
pelayanan) pengobatan

Evaluasi setelah pelatihan Manajemen dan supervisi Melibatkan masyarakat

Strategi utama dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pengelolaan
masalah penyakit anak di negara berkembang dengan fokus penting pada pencegahan
kematian anak. Strategi tersebut meliputi intervensi pada kegiatan preventif dan kuratif
dengan tujuan memperbaiki pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dan pelayanan
rumah. Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) juga berguna untuk
memperbaiki keterampilan petugas kesehatan pada tingkat pertama pelayanan kesehatan
juga termasuk kemampuan berkomunikasi dan konseling sehingga diharapkan kualitas
layanan pada anak juga dapat diperbaiki serta komunikasi yang baik pada orangtua
(UNICEF, 2005)
Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) bukan program yang vertikal tapi
merupakan strategi terpadu dalam memperbaiki kualitas layanan balita sakit dipelayanan
kesehatan tingkat pertama dengan melakukan penggabungan antara penyakit diare,
program ISPA, beberapa aspek dari program malaria, nutrisi serta penyakit lainnya
dimana kondisi ini sangat tergantung pada efektifnya program pemberian obat esensial.
Implementasi MTBS merupakan gabungan antara tatalaksana MTBS serta pemecahan
masalahnya pada tingkat distrik dan sarana pelayanan kesehatan sekitarnya, petugaas
kesehatan serta anggota masyarakat yang dilayani (WHO dan UNICEF, 2005)
d. Manfaat strategi MTBS
Menurut WHO (1999) manfaat implementasi strategi MTBS difasilitas pelayanan rawat
jalan dalam penanganan balita sakit meliputi:
1) Dapat mengkombinasi terapi untuk smeua penyakit
2) Memperkuat kemampuan petugas konseling
Menyediakan pelayanan preventif
3) Petugas mempunyai kemampuan dalam kecepatan merajuk anak dengan penyakit
berat
4) Memperbaiki kualitas pelayanan balita sakit pada tingkat, pelayanan rujukan
5) Dapat memberikan pelayanan rumah seprti perbaikan gizi dan pelayanan preventif
6) Penulisan resep (pemberian obat) yang baik dan tepat

E. Upaya Program MTBS


MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan
tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO
memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.
Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk memfasilitasi kesehatan yang optimal
dan kesejahtraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan dengan aktivitas yang
saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajeman, masalah pencegahan/preventif,
promotisi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada anak dengan kebutuhan khusus.
Proses manajeman kasus disajikan dalam satu bagan yangmemperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan carapelaksanaannya. Bagan tersebut menjelasakan langkah-
langkah berikutini :
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.Menilai anak sakit,
berarti melakukan penilaian dengan caraanamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan
membuat klasifikasi dimaksudkan membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinanpenyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Klasifikasimerupakan
suatu katagori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan Adalah merupakan penentuan tindakan
dan memberipengobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai dengan setiapklasifikasi,
memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajariibu tentang cara memberikan
obat serta tindakan lain yang harusdilakukan di rumah.
c. Memberi konseling bagi ibu Konseling berarti mengajari atau menasehati ibu yang
mencakup mengajukan pertanyaan, mendengarkan jawaban ibu,memuji, memberikan
nasehat yang relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman ibu.
Juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan
yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke
fasilitaskesehatan.
d. Memberi pelayanan tindak lanjut adalah menentukan tindakan dan pengobatan pada saat
anak datan untuk kunjungan ulang.
e. Manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari – 2 bulan meliputi menilai dan membuat
klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut
pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses
manajemen kasus pada bayi muda umur 1 hari – 2 bulan tidak berbeda dengan anak
sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tidak ada patokan
khusus besarnya perentase kunjungan balita sakit yang ditangani dengan pendekatan
Manajemen Terpadu Batila Sakit (MTBS). Tiap Puskesmas perlu memperkirakan kemampuan
mengenai seberapa besar balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan akan
dicapai cakupan 100% penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas
secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan rawat jalan di tiap puskesmas.
Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut :
1) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang perhari perhari pelayanan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)dapat diberikan langsung kepada seluruh balita.
2) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 – 25 orang perhari, berikanlah
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS) kepada 50% kujungan balita sakit
pada tahap awal dansetelah 3 bulan pertama diharapkan telah seluruh balita sakit
mendapatkan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
3) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 – 50 orang per hari,berikanlah pelayanan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada 25 % kunjungan balita sakit pada tahap
awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ( Faridah, 2009).

F. Kegiatan/ Upaya MTBS


Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam sekali pemeriksaan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan) (Depkes RI, 2008 dalam Wijaya,2009).
Adapun tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan menurut panduan MTBS adalah:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu
Selain itu, di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi bayi muda berusia
kurang dari 2 bulan. Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBS terdiri dari:
1) Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri
2) Menilai dan mengklasifikasikan diare
3) Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus
4) Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau
masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
5) Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
6) Memeriksa masalah dan keluhan lain
Rencana Aksi MTBS 2009-2014
1) Component I : Improving case management skills of first level workers through
training and follow up
2) Component II: ensuring that health facility supports required to provide effective
IMCI care are in place
3) Component III: Household and Community component-16 key messages about child
care at household and community levels.

G. Kerjasama lintas program MTBS


1. Adapun kerjasama lintas program yang dilakukan dalam MTBS meliputi:
Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan
keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali, dan menanggulangi secara
dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu
2. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana gizi
buruk untuk mendukung fungsi posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui
revitalisasi puskesmas
3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalu
pemberian intervensi gizi
4. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi, dan sosialisasi tentang
makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat.
5. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan
masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan daya beli keluarga
untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.

H. Azas Penyelenggaraan Puskesmas dan Alur Pelaksanaan MTBS


Azas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas.
1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah.
Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan
berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan terjangkau di
wilayah kerjanya.
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga balita
b. Upaya pengobatan : posyandu, pos obat desa
c. Upaya perbaikan gizi :posyandu, keluarga sadar gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil , poskestren
e. Upaya kesehatan lingkungan : kelompok pemakai air
f. Upaya kesehatan usia lanjut : posyandu usila
g. Upaya kesehatan kerja: pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa : posyandu
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif) : dana sehat, tabungan ibu
bersalin (Tabulin).
3. Azas Keterpaduan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil optimal, penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan
2) Puskesmas Keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/ KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi.
3) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas(wajib,
pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Misalnya upaya
kesehatan ibu dan anak : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/ kepala
desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.

4. Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas.
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai
permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai
masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yaitu rujukan upaya kesehatan perorangan
dan rujukan upaya kesehatan masyarakat. Untuk terselenggaranya berbagai upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan.
Puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Demikian juga
pelaksanaan kegiatan penerapan MTBS di Puskesmas memerlukan pelaksanaan
manajemen yang sistematik untuk menghasilkan luaran pelayanan MTBS Puskesmas
yang efektif dan efisien yang diselenggarakan secara terkait dan berkesinambungan dan
memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban kegiatan MTBS. Dalam penyelenggaraan kegiatan , Puskesmas
harus menerapkan program kendali mutu. Prinsip program kendali mutu adalah kepatuhan
terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi yang memuaskan
pemakai jasa pelayanan. Pengertian kendali mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
CONTOH PROTAP PELAYANAN MTBS
PEMERINTAH KABUPATEN DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DAWAN I

Pelayanan : MTBS
Prosedur : Pelaksanaan MTBS

1. Tujuan:
Sebagai pedoman kerja bag petugas/paramedis dalamp elayanan/pemeriksaan balita sakit
2. Sasaran:
Petugas/paramedis dalam melaksanakan MTBS
3. Uraian Umum:
a. Anamnesa:
Wawancara terhadap orang tua bayi mengenai keluhan utama, keluhan tambahan,
lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan:
1) Untuk bayi muda berumur 1 hari s/d 2 bulan:
a) Periksa kemungkinan kejang
b) Periksa gangguan nafas
c) Ukur suhu tubuh
d) Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri
e) Periksa kemungkinan ikterus
f) Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diare
g) Ukur berat badan
h) Periksa status imunisasi
i) Dan seterusnya lihat formulir MTBS
2) Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahun
a) Keadaan umum
b) Respirasi (menghitung nafas)
c) Derajat dehidrasi)
d) Suhu tubuh
e) Periksa telinga (apakah keluar cairan dari lubang telinga)
f) Periksa status gizi
g) Pariksa status imunisasi dan pemberian vitamin A
h) Penilaian pemberian makanan untuk anemia/BGM
c. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter

4. Langkah-langkah kegiatan:
a. Pasien bayi/balita dari loket pendaftaran menuju ke ruangan KIA/Gizi untuk ditimbang berat
badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBS
b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
c. Petugas melaksanakan anamnesa:
1) Keluhan umum
2) Keluhan tambahan
3) Lamanya sakit
4) Pengobatan yang telah diberikan
5) Riwayat penyakit lainnya
d. Petugas melakukan pemeriksaan:
1) Keadaan umum
2) Respirasi
3) Derajat dehidrasi
4) Suhu tubuh
5) Telinga
6) Status gizi
7) Status imunisasi dan pemberian Vitamin A
e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasi dalam form
klasifikasi dan memberikan penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai Buku Pedoman MTBS, bila perlu dirujuk ke ruangan
pengobatan untuk konsultasi dokter.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah


Beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di Puskesmas Panca adalah:
1. Rendahnya cakupan kunjungan bayi / balita
2. Kunjungan Bayi / balita banyak yang DO

4.2. Prioritas Masalah


1. Rendahnya cakupan kunjungan bayi / balita

4.3 Penyebab Masalah


1) Minimnya penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas
2) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
3) Jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggal beberapa pasien ke tempat pelayanan
kesehatan di beberapa desa wilayah kerja Puskesmas Panca
BAB IV
RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB
PUSKESMAS PANCA
TAHUN 2018

KEBUTUHAN SUMBER DAYA


UPAYA SUMBER
INDIKATOR
NO KESEHATAN KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET DANA ALAT TENAGA PEMBIAYAAN
KEBERHASILAN
1. MTBS Penyuluhan Meningkatkan penge- Masyarakat di 80 % 6 desa x Rp 50.000 Pamflet Petugas Ada Peningkatan Dana BOK
tentang gizi tahuan masyarakat wilayah kerja Leaflet Kesehatan: Pengetahuan
buruk tentang kesehatan bayi Puskesmas Panca Pelaksana Masyarakat
dan balita MTBS dan Tentang Kesehatan
Petugas Gizi anak
Kunjungan Meningkatkan Masyarakat di 80 % 6 desa x Rp 50.000 Buku Petugas Adanya Dana BOK
rumah kunjungan anak balita wilayah kerja Kunjun Kesehatan: peningkatan angka
bayi/balita DO Puskesmas Panca gan Pelaksana cakupan
MTBS Kunjungan balita
Identifikasi Menemukan BGM an Masyarakat di 80 % 6 desa x Rp 50.000 Buku Petugas Ditemukannya Dana BOK
anak BGM dan gizi buruk wilayah kerja Kunjun Kesehatan: BGM dan gizi
gizi buruk Puskesmas Panca gan Pelaksana buruk
MTBS dan
Petugas Gizi
BAB V

PENUTUP

Pembuatan PLANNING Of Action ( POA ) dilakukan dengan dasar pencapaian program


2018 .Upaya kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan di Puskesmas Panca dengan
bersumber daya masyarakat. Program Promosi Kesehatan ini merupakan pedoman pelaksanaan
dari berbagai program di dalam kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, terutama di
wilayah Poskesdes dalam berbagai Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat ( UKBM ) dan
dalam melakukan pembinaan program MTBS. Oleh karena itu dalam pembentukan maupun
pengembangan UKBM yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasinya ,
hendaknya selalu mendapat bimbingan / pembinaan dari petugas kesehatan baik dari petugas
kesehatan desa / kelurahan setempat maupun dari Puskesmas serta dari Dinas Kesehatan.

Rencana Kegiatan Operasional ini bersifat dinamis, artinya dapat disempurnakan kembali
bila ada masukan untuk penyempurnaan. Demikian yang dapat disampaikan dalam penyusunan
POA tahun 2018 dengan satu harapan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan / pelayanan kesehatan
dapat berhasil guna dan berdaya guna.

5.1 Kesimpulan
Pencapaian Puskesmas Panca untuk program MTBS mencapai 70 %. Hal-hal yang
dapat menyebabkan cakupan Kunjungan Balita Sakit belum mencapai target adalah masih
rendahnya pengetahuan dan kemauan masyarakat agar segera mendatangi petugas kesehatan
untuk memeriksakan diri sesegera mungkin untuk diperiksa
Kurangnya penyuluhan di dalam dan di luar puskesmas mengenai pelayanan MTBS
berpengaruh terhadap hasil cakupan. Di puskesmas Panca juga terlihat kurangnya pemanfaatan
media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang Pelayanan MTBS.

5.2 Saran
 Promosi kesehatan :
1. Melakukan pembinaan Kader
2. Melakukan penempelan poster dan penyebaran pamflet mengenai MTBS di
tempat-tempat umum, seperti pada papan pengumuman mesjid, sekolah-sekolah,
balai pemuda dan pasar, bekerjasama dengan organisasi mahasiswa
 Kepala Puskesmas :
Melakukan sosialisasi tentang gizi buruk pada setiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Panca

Anda mungkin juga menyukai