BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menurunkan angka kematian pada balita.
1.2.2.Tujuan Khusus:
1. Tercapainya target kunjungan balita yaitu cakupan minimal 95% secara merata pada
balita di 6 desa/ kelurahan pada tahun 2018
2. Tercapainya bayi dan balita yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Panca.
1.2.3Target
Tercapainya balita sehat di wilayah kerja Puskesmas Panca
BAB lll
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa inggris integrated
management of childhood illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-
59 bulan secara menyeluruh yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa
klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Surjono et al ;Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu strategi yang dibuat oleh WHO
dan UNICEF yang diperkenalkan pada 1996 sebagai strategi yang penting untuk memperbaiki
kesehatan anak. MTBS ini memusatkan pada penanganan anak bawah lima tahun (balita),
tidak hanya mengenai status kesehatannya namun juga penyakit-penyakit yang menyerang
mereka. Fokusnya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas tingkat pelayanan
dasar (balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan menggunakan standar serta
pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan kesehatan (WHO-UNICEF , 2003).
Pengertian terintegrasi atau terpadu dalam MTBS menurut merujuk pada sejumlah
strategi tertentu yang ditambahkan dalam pendekatan manajemen. Tujuannya agar supaya
anak bawah lima tahun (balita) mendapatkan pelayanan menyeluruh baik itu di rumah maupun
di fasilitas kesehatan. MTBS dikatakan terpadu sebab memadukan bersama-sama pelayanan
promosi, pencegahan, serta pengobatan dalam satu strategi, yang dikelola dan dikoordinir oleh
tim yang melibatkan manajer dan para petugas yang mempunyai keahlian yang beragam.
Penerapan MTBS menggunakan manajemen kasus untuk menangani masalah-masalah
kesehatan masyarakat yang utama melalui standarisasi dan pendekatan terpadu didasarkan
pada buku bagan yang diberikan pada paket pelatihan MTBS (WHO EMRO, 2004)
Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah-
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit
yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat dan tepat apabila diperlukan. Inti
dari kegitan MTBS adalah pengklasifikasian penyakit, penilaian status gizi, pemberian
imunisasi pada balita, pemberian konseling pada ibu tentang tata cara pemberian obat di
rumah, kunjungan ulang, penanganan tindak lanjut (Depkes RI, 2007)
B. Sasaran MTBS
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 Tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran
yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 Tahun
(Depkes RI, 2008).
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan diunit rawat jalan
kesehatan dasar seperti puskesmas.
Strategi utama dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pengelolaan
masalah penyakit anak di negara berkembang dengan fokus penting pada pencegahan
kematian anak. Strategi tersebut meliputi intervensi pada kegiatan preventif dan kuratif
dengan tujuan memperbaiki pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dan pelayanan
rumah. Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) juga berguna untuk
memperbaiki keterampilan petugas kesehatan pada tingkat pertama pelayanan kesehatan
juga termasuk kemampuan berkomunikasi dan konseling sehingga diharapkan kualitas
layanan pada anak juga dapat diperbaiki serta komunikasi yang baik pada orangtua
(UNICEF, 2005)
Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) bukan program yang vertikal tapi
merupakan strategi terpadu dalam memperbaiki kualitas layanan balita sakit dipelayanan
kesehatan tingkat pertama dengan melakukan penggabungan antara penyakit diare,
program ISPA, beberapa aspek dari program malaria, nutrisi serta penyakit lainnya
dimana kondisi ini sangat tergantung pada efektifnya program pemberian obat esensial.
Implementasi MTBS merupakan gabungan antara tatalaksana MTBS serta pemecahan
masalahnya pada tingkat distrik dan sarana pelayanan kesehatan sekitarnya, petugaas
kesehatan serta anggota masyarakat yang dilayani (WHO dan UNICEF, 2005)
d. Manfaat strategi MTBS
Menurut WHO (1999) manfaat implementasi strategi MTBS difasilitas pelayanan rawat
jalan dalam penanganan balita sakit meliputi:
1) Dapat mengkombinasi terapi untuk smeua penyakit
2) Memperkuat kemampuan petugas konseling
Menyediakan pelayanan preventif
3) Petugas mempunyai kemampuan dalam kecepatan merajuk anak dengan penyakit
berat
4) Memperbaiki kualitas pelayanan balita sakit pada tingkat, pelayanan rujukan
5) Dapat memberikan pelayanan rumah seprti perbaikan gizi dan pelayanan preventif
6) Penulisan resep (pemberian obat) yang baik dan tepat
4. Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas.
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai
permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai
masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yaitu rujukan upaya kesehatan perorangan
dan rujukan upaya kesehatan masyarakat. Untuk terselenggaranya berbagai upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan.
Puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Demikian juga
pelaksanaan kegiatan penerapan MTBS di Puskesmas memerlukan pelaksanaan
manajemen yang sistematik untuk menghasilkan luaran pelayanan MTBS Puskesmas
yang efektif dan efisien yang diselenggarakan secara terkait dan berkesinambungan dan
memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban kegiatan MTBS. Dalam penyelenggaraan kegiatan , Puskesmas
harus menerapkan program kendali mutu. Prinsip program kendali mutu adalah kepatuhan
terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi yang memuaskan
pemakai jasa pelayanan. Pengertian kendali mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
CONTOH PROTAP PELAYANAN MTBS
PEMERINTAH KABUPATEN DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DAWAN I
Pelayanan : MTBS
Prosedur : Pelaksanaan MTBS
1. Tujuan:
Sebagai pedoman kerja bag petugas/paramedis dalamp elayanan/pemeriksaan balita sakit
2. Sasaran:
Petugas/paramedis dalam melaksanakan MTBS
3. Uraian Umum:
a. Anamnesa:
Wawancara terhadap orang tua bayi mengenai keluhan utama, keluhan tambahan,
lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan:
1) Untuk bayi muda berumur 1 hari s/d 2 bulan:
a) Periksa kemungkinan kejang
b) Periksa gangguan nafas
c) Ukur suhu tubuh
d) Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri
e) Periksa kemungkinan ikterus
f) Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diare
g) Ukur berat badan
h) Periksa status imunisasi
i) Dan seterusnya lihat formulir MTBS
2) Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahun
a) Keadaan umum
b) Respirasi (menghitung nafas)
c) Derajat dehidrasi)
d) Suhu tubuh
e) Periksa telinga (apakah keluar cairan dari lubang telinga)
f) Periksa status gizi
g) Pariksa status imunisasi dan pemberian vitamin A
h) Penilaian pemberian makanan untuk anemia/BGM
c. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter
4. Langkah-langkah kegiatan:
a. Pasien bayi/balita dari loket pendaftaran menuju ke ruangan KIA/Gizi untuk ditimbang berat
badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBS
b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
c. Petugas melaksanakan anamnesa:
1) Keluhan umum
2) Keluhan tambahan
3) Lamanya sakit
4) Pengobatan yang telah diberikan
5) Riwayat penyakit lainnya
d. Petugas melakukan pemeriksaan:
1) Keadaan umum
2) Respirasi
3) Derajat dehidrasi
4) Suhu tubuh
5) Telinga
6) Status gizi
7) Status imunisasi dan pemberian Vitamin A
e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasi dalam form
klasifikasi dan memberikan penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai Buku Pedoman MTBS, bila perlu dirujuk ke ruangan
pengobatan untuk konsultasi dokter.
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
Rencana Kegiatan Operasional ini bersifat dinamis, artinya dapat disempurnakan kembali
bila ada masukan untuk penyempurnaan. Demikian yang dapat disampaikan dalam penyusunan
POA tahun 2018 dengan satu harapan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan / pelayanan kesehatan
dapat berhasil guna dan berdaya guna.
5.1 Kesimpulan
Pencapaian Puskesmas Panca untuk program MTBS mencapai 70 %. Hal-hal yang
dapat menyebabkan cakupan Kunjungan Balita Sakit belum mencapai target adalah masih
rendahnya pengetahuan dan kemauan masyarakat agar segera mendatangi petugas kesehatan
untuk memeriksakan diri sesegera mungkin untuk diperiksa
Kurangnya penyuluhan di dalam dan di luar puskesmas mengenai pelayanan MTBS
berpengaruh terhadap hasil cakupan. Di puskesmas Panca juga terlihat kurangnya pemanfaatan
media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang Pelayanan MTBS.
5.2 Saran
Promosi kesehatan :
1. Melakukan pembinaan Kader
2. Melakukan penempelan poster dan penyebaran pamflet mengenai MTBS di
tempat-tempat umum, seperti pada papan pengumuman mesjid, sekolah-sekolah,
balai pemuda dan pasar, bekerjasama dengan organisasi mahasiswa
Kepala Puskesmas :
Melakukan sosialisasi tentang gizi buruk pada setiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Panca