Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional tidak terlepas dari sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional.
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi, ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Sumber daya yang
berkualitas sebaiknya dipersiapkan sejak usia dini, hal ini dikarenakan otak
anak berkembang dengan cepat sejak lahir dan menurun seiring
perkembangan usianya mengikuti teori kurva bell. Anak sudah
mengembangkan kapasitas intelektualnya pada usia 4 tahun dan ketika usia
8 tahun sudah mencapai 80% dibandingkan kapasitas orang dewasa.
Demikian juga daya serap informasi, anak sampai usia 8 tahun mampu
menyerap informasi 100%. Usia lebih dari 8 tahun kapasitas tersebut turun
menjadi 20%. Jadi, pendidikan pada anak usia dini sangat baik dan efektif
untuk dilakukan (Hasan, 2009).
Seorang manusia dalam setiap tahapan kehidupannya memerlukan
perhatian terhadap kebutuhan gizinya, terutama anak usia sekolah agar
tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas karena,
kekurangan zat gizi dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja,
kecerdasan anak, serta daya tahan tubuh. Gangguan gizi tersebut bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kebiasaan makan
yang salah (Budiyanto, 2002).
Asupan gizi besi yang kurang pada remaja dapat disebabkan
pengetahuan remaja yang kurang tentang pangan sumber zat besi dan peran
zat besi bagi remaja. Berdasarkan hal ini maka peningkatan pengetahuan
melalui pendidikan gizi dapat memperbaiki perilaku remaja untuk
mengonsumsi pangan sumber zat besi sesuai dengan kebutuhan gizinya
(Silalahio dkk, 2016).
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan
konsentrasi dan prestasi belajar, serta mempengaruhi produktivitas di

1
kalangan remaja. Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi
pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut
tidak mampu memenuhi zat-zat gizi pada dirinya dan pada janinnya
sehingga dapat meningkatkan terjadinya resiko kematian maternal,
prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal. Melihat dampak yang terjadi
di kalangan remaja akibat kejadian anemia sangat merugikan pada masa
yang akan datang, maka pencegahan maupun penanggulangan masalah
anemia perlu ditingkatkan (Yusoff dkk, 2013).
Hasil penelitian Yusuff dkk, 2012, mendapatkan hasil bahwa kejadian
anemia defisiensi besi lebih tinggi di pedesaan dari pada perkotaan karena
status sosial ekonomi lebih rendah pada penduduk pedesaan. Pendidikan
gizi yang digunakan dalam penelitian telah efektif untuk meningkatkan
kesadaran bagi kalangan remaja terhadap anemia kekurangan zat besi
Pemberian pendidikan gizi pada remaja putri diharapkan dapat
menambah pengetahuan remaja putri tentang gizi khususnya tentang anemia
dan diharapkan dapat mengubah pola makan sehingga asupan gizi menjadi
lebih baik. Pemikiran yang terbuka dan karakteristik remaja yang masih
dalam tahap belajar secara tidak langsung akan memengaruhi kebiasaan
mereka. Dengan pendidikan gizi, remaja akan lebih mengenal kebiasaan
baik dalam hal pemenuhan kebutuhan asupan gizi, sehingga dapat
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berat badan tidak sesuai keinginan membuat anak
remaja merasa takut, cemasan dan kebiasaan makan tidak teratur adalah
penyebab utama asupan makanan sumber hewani rendah yang mengarah ke
anemia (Silalahio dkk, 2016).
Model intervensi dengan menggunakan kelompok sebaya untuk
meningkatkan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat khususnya
wanita usia subur untuk pencegahan anemia gizi besi menjadi hal yang perlu
dikembangkan, mengingat modelnya lebih efektif dan efisien. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kelompok sebaya dapat
meningkatkan pengetahuan tentang pendewasaan usia perkawinan pada
remaja, baik di perkotaan maupun perdesaan (Willa Follona, 2014). Hal ini

2
disebabkan pendidikan sebaya dapat menjadi solusi untuk kejadian yang
dialami remaja karena bagi remaja teman adalah orang yang terpercaya
dibandingkan orang tua (NGK Sriasih, 2013).
Kelompok sebaya mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada
orang tua. Peneliti berpendapat bahwa kelompok sebaya yang ada dirasa
dapat saling mempengaruhi anggotanya dalam berperilaku, hal ini senada
dengan pendapat Pender, et.al, 2002 dalam Siti Aisah, 2008 yang
menjelaaskan bahwa dalam kelompok sebaya berkembang saling
menghargai dan saling membantu serta bertanggung jawab terhadap aturan
yang disepakati.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 merupakan satu-satunya
sekolah negeri yang berada di ibu kota Kecamatan Sengah Temila,
kabupaten Landak dan direncanakan menjadi salah satu sekolah rujukan di
kabupaten Landak. Siswi di sekolah ini berasal dari berbagai daerah (desa)
di kecamatan Sengah Temila kabupaten Landak sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi gizi kelompok
sebaya terhadap perubahan kadar hemoglobin dan asupan protein, zat besi
dan vitamin C untuk pencegahan anemia pada remaja puteri di SMP N 01
kecamatan Sengah Temila di kabupaten Landak.
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang dikemukakan yaitu: apakah ada perubahan kadar hemoglobin dan
asupan protein, zat besi dan vitamin C setelah dilakukan edukasi gizi
melalui kelompok sebaya.
1.3. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui perubahan kadar hemoglobin dan asupan protein, zat besi
dan vitamin C setelah dilakukan edukasi gizi melalui kelompok sebaya.
2) Tujuan Khusus
2.1. Mengetahui kadar hemoglobin siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila sebelum dilakukan edukasi gizi

3
2.2. Mengetahui asupan protein siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila sebelum dilakukan edukasi gizi
2.3. Mengetahui asupan zat besi siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila sebelum dilakukan edukasi gizi
2.4. Mengetahui asupan vitamin C siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila sebelum dilakukan edukasi gizi
2.1. Mengetahui kadar hemoglobin siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila setelah dilakukan edukasi gizi
2.2. Mengetahui asupan protein siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila setelah dilakukan edukasi gizi
2.3. Mengetahui asupan zat besi siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila setelah dilakukan edukasi gizi
2.4. Mengetahui asupan vitamin C siswi SMP N 01 kecamatan Sengah
Temila setelah dilakukan edukasi gizi
1.4. Luaran Yang Diharapkan
Metode edukasi gizi kelompok sebaya dapat meningkatkan kadar
hemoglobin dan asupan protein, zat besi dan vitamin C pada remaja puteri
1.5. Manfaat Program
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menggunakan edukasi gizi
kelompok sebaya sebagai salah satu program untuk mencegah dan
menanggulangi anemia pada remaja puteri
2. Dinas Pendidikan melalui sekolah-sekolah dapat memberikan
pendidikan gizi melalui kelompok sebaya sebagai upaya meningkatkan
prestasi belajar peserta didik

Anda mungkin juga menyukai