Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERGAULAN DAN KEWIBAWAAN

Anggota Kelompok

1.Samuel Nanda Kristian (K2514059)


2.Setyo Pranoto (K2514061)
3.Timur Ari Purwoko (K2514063)
4.Trihastanto Hadi Nugraha (K2514065)
5.Wahyu Fitri Ardi (K2514067)
6.Wahyu Rahmadi (K2514069)
7.Yuda Pratama (K2514071)

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014/2015


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang dengan karunianya kita dapat hidup
merasakan nikmat hidup dan menghirup udara yang begitu menyegarkan. Serta shalawat serta
salam semoga tercurah terhadap junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW. Semoga rahmat
dan do’a beliau terhadap umatnya membawa kita kepada syari’at Islam yang diridai beliau.

Akhirnya kami dengan puji syukur yang begitu mendalam kepada Allah SWT yang
telah memudahkan kami dalam menyusun makalah ini yang berjudul “Pergaulan Dan
Kewibawaan” akhirnya kami berhasil dengan baik. Sungguh tugas yang sangat terhormat
bagi kami. Karena bahasan ini menjadi sesuatu yang membangkitkan semangat kami.

Terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini yang berjudul “Pergaulan Dan Kewibawaan”. Dan tak lupa kepada dosen Dra Sadiman,
M.Pd yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk mencari dan mengkaji serta
membahas materi tersebut yang sangat penting di kehidupan dalam kegiatan belajar-
mengajar.

Terakhir tak lupa kepada pembaca yang sekiranya menemukan kejanggalan atau tidak
sesuai, dan kekurangan dari makalah ini. Mohon untuk memberikan kritik serta sarannya
yang akan menjadikan perbaikan di masa yang akan datang, menjadikan makalah yang akan
kami buat lebih bermutu.
Atas perhatiannya, Kami ucapkan terimakasih.

Surakarta, 5 September 2014

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................................4
Rumusan Masalah..............................................................................................................5
Tujuan................................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN
Manusia sebagai mahluk sosial..........................................................................................6
Pergaulan dalam pendidikan..............................................................................................8
Kewibawaan dalam pendidikan........................................................................................10

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................13
Saran.................................................................................................................................13

Daftar Pustaka.........................................................................................................................14

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam berbagai pustaka, karakter manusia dibagi atas banyak jenis (ada yang empat,
ada yang sepuluh, ada yang seratus, dan lain-lain), sebagaimana kecerdasan manusia (ada
yang membagi dengan satu, dua, empat,delapan, dan lain-lain). Hal itu bisa dimaklumi,
karena (selalu) di antara dua perbedaan yang nyata, terdapat sekian banyak perbedaan yang
dapat mendekati keduanya. Karenanya, di antara dua karakter manusia, yaitu baik dan buruk,
terdapatbanyak karakter lain yang mendekati keduanya. Di antara sekian banyak jenis
karakter manusia,ada banyak pula yang mempengaruhi terbentuknya karakter seseorang yang
dapat dibagi menjadi dua hal utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi antara lain, kondisi fisik, tingkat pendidikan, tingkat pergaulan, dan
tingkat keimanan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi, antara lain, lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan kerja, dan sosok panutan. Tuhan sendiri telah
memperingatkan sifat-sifat dasar yang buruk yang dimiliki manusia,antara lain: zalim dan
tidak pandai bersyukur, ingkar akan kebesaran Tuhan, sombong dan sewenang-wenang,
condong mengikuti hawa nafsunya, boros dan berlebih-lebihan, aniaya diri,tergesa-gesa, dan
taklid buta (berbuat sesuatu tanpa pengetahuan). Memang, sifat atau karaktermanusia bisa
ditinjau dari banyak segi. Di internet, banyak sekali literatur yang meninjau sifat manusia dari
berbagai segi, misalkan dari tanggal lahir, dari shio, dari golongan darah, dari cara berbicara,
dari nama, bahkan dari cara dia mengupil atau (maaf), dari kentutnya.

Berbicara tentang sifat-sifat manusia, ini tidak terlepas dari manusia sebagai makhluk
individu maupun sebagai makhluk sosial. Dimana di dalamnya terdapat pergaulan dan
interaksi serta komunikasi dalam kehidupan setiap manusia. Dalam pergaulan manusia
terdapat kewibawaan, ketakutan dan kewibawaan dalam pendidikan.Pendidikan bukan
sekedar mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, atau semata mengembangkan aspek
intelektual, melainkan juga untuk mengembangkan karakter, moral,nilai-nilai dan budaya
serta didik. Dengan kata lain, pendidikan adalah membangun budaya,membangun peradaban,
membangun masa depan bangsa. Karena itu, untuk meningkatkan harkat dan martabat sebuah
bangsa pada era global ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan meningkatkan kualitas
pendidikan.

Dengan meningkatkan kualitas pendidikan maka akan tercipta kesatuan utuh dalam
rencana dan gerak langkah pembangunan bangsa di masa depan. Sebab, kualitas pendidikan
sangat menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Kualitas pendidikan mesti
bersandar pada segenap aspek yang terdapat dalam diri manusia atau warga negara. Dan yang
penting disadari ialah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses, sesuatu yang terus
diperjuangkan perbaikan dan kemajuannya. Meminjam ungkapan Mendiknas, pendidikan
Indonesia adalah sebuah proses pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Berbicara tentang pendidikan, kita tidak bisa lepas dari pada tenaga pendidik itu sendiri. Agar
bisa menjadi tenaga pendidik yang baik dan profesional. Di samping mempunyai atau
memiliki ilmu dan seni dalam mendidik, seorang pendidik itu harus memiliki wibawa
(gezag). Di dalam makalah ini penulisakan membahas tentang pergaulan dan wibawa (gezag)
di dalam pendidikan.

4|Page
Didalam Bab Pergaulan dan Kewibawaan tersebut diagi menjadi tiga sub bab yan terdiri dari

1. Manusia sebagai makhluk sosial ‘


2. Pergaulan dan Pendidikan
3. Kewibawaan dala pendidikan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mengetahui manusia sebagai makhluk sosial?


2. Bagaimana cara mengetahui pergaulan dan pendidikan?
3. Bagaimana cara mengetahui kewibawaan dalam pendidikan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu manusia sebagai makhluk sosial


2. Untuk mengetahui apa itu Pergaulan dan Pendidikan
3. Untuk mengetahui apa itu Kewibawaan dalam pendidikan

5|Page
BAB 2
PEMBAHASAN

A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu :
1). Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2). Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3). Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4). Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah
dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal
yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1). Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi


satu sama lain.
2). Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia
yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain, kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih
saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3). Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Interaksi Sosial

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi
dala pikiran dan tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-
hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi
manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur,
berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial.

6|Page
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a). Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.

b). Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya
kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha
hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu
dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.

c). Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.

d). Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki


keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi
dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus
watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap
pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka
ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi
badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan
kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional
lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan
dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.Dengan demikian manusia sebagai makhluk
sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan
jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

7|Page
B. PERGAULAN PENDIDIKAN
Dalam masyarakat modern, unsur-unsur asas pendidikan masih sama, apa yang
berbeda dalam masyarakat ini pengetahuan disampaikan secara langsung, Seorang guru yang
tinggi ilmu pengetahuan serta kemahiranya adalah amat diperlukan. Oleh itu jelaslah bahwa
pendidikan adalah merupakan satu proses menolong dan memajukan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang individu dari semua aspek yaitu Jasmani , akal , emosi, sosial , seni
dan juga moral untuk mengembangkan individi supaya hidup dengan sempurna serta
memperkembangkan bakatnya untuk kepentingan diri dan menjadi ahli masyarakat yang
berguna.

Pendidikan yang sebenarnya berlaku dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak.
Pendidikan memang kita dapati dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak. Pergaulan
antara orang dewasa dan orang dewasa tidak disebut pergaulan pendidikan (pergaulan
pedagogis) sebab didalam pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab
sendiri terhadap pengaruh yang terdapat dalam pergaulan itu.

Jadi, pergaulan pedagogis hanya terdapat antara orang dewasa dan anak ( orang yang
belum dewasa). Tetapi, kita harus ingat bahwa tidak tiap-tiap pergaulan antara orang dewasa
dan anak bersifat pendidikan. Banyak pergaulan dan hubungan yang bersifat netral saja, yang
bersifat pedagogis, misalnya, orang tua menyuruh mengambil kaca mata bukan karena
bermaksud mendidik, melainkan karena ia sendiri enggan mengambil. Misalnya lagi, seorang
yang berproganda untuk menjual buku-bukunya yang bersifat cabul kepada anak-anak, tidak
dapat dikatakan pergaulan pedagogis.

Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan ialah pengaruh yang


menuju kedewasaan anak: untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan
sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.

Pergaulan pedagogis itu bersifat :

1. Di dalam pergaulan ini ada pengaruh yang sedang dilaksanakan;


2. Ada maksud bahwa pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai
bentuk, misalnya, berupa sekolah, pengajian, buku-buku, pelajaran, dan sebagainya)
kepada orang yang belum dewasa.
3. Pengaruh ini diberikan atau dilaksanakan dengan sadar dan diarahkan pada tujuan
yang berupa nilai-nilai atau norma-norma yang baik yang akan ditanamkan dalam diri
anak didik atau orang yang belum dewasa.

Pergaulan itu disebut pergaulan pedagogis jika orang dewasa atau si pendidik sadar
akan kemampuannya sendiri dalam tindakannya terhadap anak yang “tidak mampu apa-apa”
itu, tetapi disamping itu, ia masih ada percaya bahwa anak memiliki kemampuan untuk
membantu dirinya sendiri. Lebih jelas lagi dalam pergaulan dengan anak-anak, orang dewasa
menyadari bahwa tindakannya yang dilakukan terhadap anak-anak itu mengandung maksud,
ada tujuan untuk menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri.

Dari keterangan di atas berarti pula bahwa pergaulan bisa sekoyong-koyong dapat
berubah menjadi pergaulan pedagogis, seperti sekoyong-koyong pendidik terpaksa
memperlihatkan suatu sikap sengaja (misalnya, memarahi memperingatkan, dan lain-lain)
karena anak berbuat sesuatu yang terlarang atau tidak pantas. Tetapi pada umumnya,

8|Page
perubahan pergaulan biasa ke pergaulan pedagogis tidak disadari oleh anak-anak dan
diterima dengan sewajarnya oleh anak. Ini suatu bukti bahwa pada dasarnya anak itu
memerlukan dan suka akan pimpinan dari orang dewasa.

Lingkungan pendidikan

Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan nonformal, yang dibedakan menjadi


pendidikan keluarga (informal) dan pendidikan sekolah (formal). Sesuai dengan UU RI No.
20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 26, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan


penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal yang terdapat di masyarakat meliputi :

1. Pendidikan kecakapan hidup yaitu program pendidikan yang berpotensi


mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi sesuai dengan minat dan bakat
peserta didik, dan juga kondisi, potensi, kebutuhan sekolah dan daerah.

2. Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan
dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

3. Pendidikan kepemudaan adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk


mempersiapkan kader pemimpin bangsa, seperti organisasi pemuda, pendidikan
kepanduan/kepramukaan, keolahragaan, palang merah, pelatihan, kepemimpinan,
pecinta alam, serta kewirausahaan. Pendidikan pemberdayaan perempuan adalah
program pendidikan yang diselenggarakan menunjang dan mempercepat tercapainya
kualitas hidup dan mitra kesejajaran laki-laki dan perempuan.

4. Pendidikan keaksaraan untuk meningkatkan kompetensi keaksaraan pada semua


tingkatan (dasar, fungsional, dan lanjutan) bagi penduduk buta aksara dewasa secara
meluas, adil dan merata untuk mendorong perbaikan kesejahteraan dan produktivitas
penduduk.

5. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja untuk meningkatan keterampilan dan


produktivitas tenaga kerja serta mengurangi angka pengangguran.

9|Page
C. KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN
Pengertian Kewibawaan

Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari
kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan
mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap orang itu.
Kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada
orang tua (ayah dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara
natural dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabuk, karena
terikat oleh kewajiban.
Arti dari kata wibawa itu sendiri bisa disebut sebagai “karisma”. Dengan demikian,
kewibawaan pendidik adalah kepatuhan peserta didik secara sadar dan sukarela terhadap
nasihat dan peraturan yang ditetapkan baik oleh agama, adat istiadat ,keluarga, pendidikan
dan kurikulum. Berikut ini, beberapa definisi lain tentang kewibawaan, antara lain:
1. Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan adalah
adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan siswa terhadap guru sebagai pendidik
yang memberi tuntunan dan nilai-nilai manusiawi.
2. Menurut Charles Schaefer (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif
didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yangdilaksanakan dalam
suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati. Oleh sebab itu, seorang pendidik
diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada
pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnyaingin direalisasikan.

Dalam situasi dan kondisi masyarakat sekarang kewibawaan sering diartikan sebagai
suatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan itu ia dihargai, dihormati,
disegani, bahkan ditakuti oleh orang lain atau kelompok masyarakat tertentu. Kelebihan
tersebut bisa dari segi ilmu, kepintarannya, kekayaannya, kekuatannya, kecakapannya,
sifatnya, dan prilakunya (kepribadiannya).

Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan

Menurut T. Raka Joni (1982) menyatakan bahwa karakteristik seorang guru


(pendidik) meliputi:
1. Penguasaan Materi yang mantap
2. Sepenuh hati menyukai bidangnya
3. Menguasai berbagai startegi pembelajaran
4. Menjadi teladan dan diikuti perintahnya

Pendidik harus biasa menghadapi muridnya dengan kasih sayang tetapi juga tegas dan
sistematis dalam pengaturan kerja. Menurut Prayitno (2002) menyatakan bahwa Hubungan
antara pendidik dan peserta didik haruslah mengarah kepada tujuan-tujuan intrinsik
pendidikan, dan terbebas dari tujuan-tujuan ekstrinsik yang bersifat pamrih untuk
kepentingan pribadi pendidik. Sejalan dengan itu, wibawa guru (pendidik) dimata murid
(peserta pendidik) kian jatuh seiring dengan adanya perubahan sosio-kultural masyarakat
.
Dikatakan demikian, karena khususnya di sekolah-sekolah kota yang hanya
menghormati kewibawaan guru (pendidik) apabila ada maksud-maksud tertentu seperti untuk
mendapatkan nilai tinggi. Kewibawaan yang hakiki itu melekat pada karakter bukan sekedar

10 | P a g e
tampilan luar yang setiap saat bisa luntur hanya karena suatu kesalahan. Sehingga sikap
kewibawaan itu sangat penting bagi seorang pendidik.

Didalam pergaulan pendidikan terdapat kepatuhan dari anak, yaitu sikap menuruti
atau mengikuti wibawa yang ada pada orang lain, mau menjalankan suruhan orang dewasa
secara sadar. Tetapi tidak semua pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak
merupakan pendidikan, ada pula pergaulan yang semacam itu mempunyai pengaruh yang
jahat atau pergaulan yang netral saja.Pengaruh yang dikatakan pendidikan adalah pengaruh
yang menuju ke kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat
atau sanggup memenuhi tugas hidupnya secara mandiri. Tidak semua tunduk atau menurut
terhadap orang lain dapat dikatakan “tunduk terhadap wibawa pendidikan”.

Sikap anak terhadap wibawa pendidikan, menurut longeveld ada dua buah kata yaitu:

1. Sikap menurut atau mengikut, yaitu mengakui kekuasaan orang lain yang lebih
besar karena paksaan, takut, jadi bukan tunduk atau menurut yang sebenarnya.
2. Sikap tunduk dan patuh, yaitu dengan sadar mengikuti kewibawaan, artinya
mengakui hak orang lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya merasa sendiri terikat
akan memenuhi perintah itu.

Jadi fungsi wibawa pendidikan adalah membawa si anak ke arah pertumbuhannya


yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya.

1. Mempengaruhi anak untuk menuju kekedewasaan

2. Membantu anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas
hidupnya dengan berdiri sendiri

3. Membawa anak kearah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui


wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga

4. Anak akan mengerti bahasa untuk menerima petunjuk-petunjuk tentang apa yang
diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh pendidik

5. Membuat sianak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.

6. Pendidik dapat menjalankan kewajibannya atas dasar cinta.

7. Perputaran masyarakat menjadi baik

8. Anak-anak akan berkembang jasmani dan rohaninya.

9. Keluarga dapat terpelihara dan selamat

11 | P a g e
Macam-Macam Kewibawaan

Ada 2 macam kewibawaan :

1. Position Power
Kewibawaan seorang pendidik yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan
formal

2. Personal Power
Kewibawaan seorang pendidik yang menimbulkan kesadaran peserta didik untuk
menerima kewibawaannya karena di rasakan benar dan baik.

Mempertahankan dan Melaksanakan Kewibawaan dalam Pendidikan

Kewibawaan pendidikan yang dimaksud adalah yang menolong dan memimpin anak
ke arah kedewasaan atau kemandirian. Oleh karena itu, penggunaan kewibawaan oleh guru
dan tenaga kependidikan lainnya perlu didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:

Dalam menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak


sebagai pribadi. Pendidik atau guru hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan anak yang
belum selesai perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik, anak dibawa ke arah
kesanggupan menggunakan tenaganya dan pembawaanya yang tepat. Wibawa pendidikan itu
bukan bertugas memerintah, melainkan mengamat-amati serta memperhatikan dan
menyesuaikannya kepada perkembangan dan kepribadian masing-masing anak.

Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atau


berinisiatif sendiri. Kesempatan atau keleluasaan itu hendaknya makin lama makin diperluas,
sesuai dengan perkembangan dan bertambahnya usia anak. Anak harus diberi kesempatan
cukup untuk melatih diri untuk bersikap patuh, karena si anak dapat bersikap tidak patuh.
Jadi. Dengan wibawa itu hendaklah pendidik berangsu-angsur mengundurkan diri sehingga
akhienya tidak diperlukan lagi. Mendidik anak berarti mendidik untuk dapat berdiri sendiri
(mandiri).

Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaannya atas dasar cinta kepada anak. Ini
berarti berbuat sesuatu untuk kepentingan si anak, bukannya memerintah atau melarang untuk
kepentingannya sendiri. Cinta itu perlu bagi pekerjaan mendidik, sebab dari cinta dan kasih
sayang itulah timbul kesanggupan selalu bersedia berkorban untuk sang anak, selalu
memperhatikan kebahagiaan anak yang sejati.

12 | P a g e
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya manusia tidak mungkin hidup sendirian. Manusia pasti akan
membutuhkan bantuan dari manusia lainnya dan cenderung lebih bermasyarakat, karena
itulah manusia disebut makhluk sosial. Selain itu manusia juga butuh pergaulan dalam
pendidikan, karena pendidikan adalah merupakan satu proses menolong dan memajukan
pertumbuhan dan perkembangan seseorang individu dari semua aspek yaitu Jasmani , akal ,
emosi, sosial , seni dan juga moral untuk mengembangkan individi supaya hidup dengan
sempurna serta memperkembangkan bakatnya untuk kepentingan diri dan menjadi ahli
masyarakat yang berguna. Manusia dalm pendidikan juga butuh kewibawaan, karena
kewibawaan adalah kepatuhan peserta didik secara sadar dan sukarela terhadap nasihat dan
peraturan yang ditetapkan baik oleh agama, adat istiadat ,keluarga, pendidikan dan
kurikulum, Khususnya bagi kewibawaan seorang pendidik.

B. Saran

Kewibawaan bagi seorang pendidik adalah sangat diperlukan agar seorang siswa
melaksanakan tugas yang diberikan. Bahkan siwa dapat berperan aktif ketika kewibawaan
seorang pendidik diikuti oleh tauladan pendidik yang baik.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://calvinfatmanausia.wordpress.com/2011/10/20/makalah-manusia-sebagai-makhluk-
individu-dan-sosial/

http://nasibnatal.blogspot.com/2013/11/pergaulan-pendidikan_9.html

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai