PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Henti jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa Negara.Terjadi baik
di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit.Diperkirakan sekitar 350.000 orang
meninggal per tahunnya akibat henti jantung di amerika dan Kanada.Perkiraan ini tidak
termasuk mereka yang diperkirakan meninggal akibat henti jantung dan tidak sempat
diresusitasi.Sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa, tetapi ribuan bayi
dan anak juga mengalaminya setiap tahun. Henti jantung akan tetap menjai penyebab
utama kematian yang premature, dan perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan
menjadi ribuan nyawa yang dapat diselamatkan setiap tahun.(Sartono, et al, 2016)
Pemberian bantuan hidup dasar bisa kita berikan seperti resusitasi jantung paru
(RJP).RJP adalah serangkaian usaha penyelamatan hidup pada henti nafas dan henti
jantung.Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung
penyelamat, korban dan keadaan sekitar, tantangan mendasar tetap ada, yaitu bagaimana
melakukan RJP lebih dini, lebih cepat dan lebih efektif.(Sartono,et al, 2016)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu henti jantung ?
2. Apa klasifikasi henti jantung ?
3. Apa manifestasi klinik henti jantung ?
4. Apa itu resusitasi jantung paru ?
5. Apa indikasi resusitasi jantung paru ?
6. Bagaimana indikasi dihentikannya RJP?
7. Bagaimana teknik pelaksanaan RJP ?
8. Bagaimana askep henti jantung ?
9. Bagaimana pengobatan henti jantung ?
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui henti jantung
2. Untuk mengetahui klasifikasi henti jantung
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis henti jantung
4. Untuk mengetahui resusitasi jantung paru
5. Untuk mengetahui indikasi RJP
6. Untuk mengetahui indikasi dihentikanya RJP
7. Untuk mengetahui teknik penatalaksanaan RJP
8. Untuk mengetahui askep henti jantung
9. Untuk mengetahui pengobatan henti jantung
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Henti Jantung
Henti jantung primer (caardiac arrest) ialah ketiaksanggupan curah jantung untuk
memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara menadak dan dapat
balik normal, bila dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau
kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau penyaki kronis tentu tidak
termasuk henti jantung.henti antung disebabkan oleh ;
a) Penyakit kardiovaskular : penyakit jantung iskemik, infark miokardial akut, embolus
paru, fibrosis pada system koduksi (penyakit lenegre, sindro aams-strokes, noda sinus
sakit)
b) Kekurngan oksigen akut : henti nafas, benda asing di jalan nafas sumbatan jalan nafas
oleh sekresi
c) Kelebihan dosis obat : igitalis, quinidine,antidepresan trisiklik, propoksifen,
adrenalin, isoprenalin
d) Gangguan asam basa / elektrolit : kalium serum tinggi atau rendah, magnesium serum
rendah, kalsium serum tinggi, asidosis
e) Kecelakaan, tersengat listrik, tenggelam
f) Refleks vagal : peregangan sfringter ani penekanan/penarikan bola mata
g) Anestesia dan pembedahan
h) Terapi an tindakan diagnostic medis
i) Syok (hipvolemik, euroloic, toksik, anafilaksis)
Henti jantung yang diawali dengan fibrilasi Ventrikel atau takikardi tanpa dnyut
sekitar (80-90%) kasus, kemudian disusul oleh asistol (±10%) dan terakhir oleh disosiasi
elektro-mekanik (±5%).Dua jenis henti jantung yang terakhir lebih sulit ditanggulangi
karena akibat gangguan pacemaker jantung.Fibrilasi ventrikel terjadi karena koordinasi
aktivitasjantung menghilang. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraa
3
(karotis, femoralis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernafasan berhenti atau
satu-satu (gasping,apnu dilatasi pupil tak bereaksi terhadap ransang cahaya dan pasien
tidak sadar. Pengirimn O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin
(Hb),saturasi Hb terhadap O dan fungsi pernafasan. Iskemi melebih 3-4 menit pada suhu
normal akan menyebabkan korteks serebri rusak menetap, walaupun setelah itu dapat
membuat jantung berdenyut kembali. Resusitasi jantung paru dilakukan untuk mencegah
berhentinya sirkulasi atau berhenti respirasi. (Sartono, et al, 2016)
Henti jantung atau cardiac arrest adalah keadaan dimana terjadinya penghentian
mendadak sirkulasi normal darah karena kegagalan jantung berkontraksi secara efektif
selama fase sistolik.Henti jantung ditandai dengan menghilangnya tekanan darah
arteri.Henti jantung berbeda dengan serangan jantung.Serangan jantung adalah keadaan
dimana jantung tetap berkontraksi tetapi aliran darah ke jantung tersembat. (Hardisman
2014)
4
3. Manifestasi Klinis
Denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis)
Kebiruan (sianosis) atau pucat sekali
Pernafasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu)
Dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar
5
dapat mengurangi penundaan kompresi pertama. Ketika menemukan korban henti
janung pada orang dewasa yang bersifat mendadak,seorang penolong pertama kali
harus mengenali henti jantung itu dari unresponsiveness dan tidak adanya
pernafasan normal. Setelah mengenali penolong harus segera mengaktifkan
system respons gawat darurat (SPGDT) mengambil Automated External
Defibrilator (AED) jika ada,dan memulai RJP dengan kompresi dada. Jika AED
tidak tersedia penolong harus memulai RJP langsung.(Sartono, et al, 2016)
6
C. RJP dengan 1 penolong
Jalan nafas : penilaian, meminta pertolongan, posisi pasien, buka jalan nafas
Pernafasan : pantau pernafasan, pertahankan pembukaan jalan nafas, aktifkan
system pelayanan medis darurat ,bila pasien tidak bernafas lakukan ventilasi 2 kali
dan lakukan ventilasi selanjutnya
Sirkulasi : penilaian, jika denyut nadi ada lakukan pertolongan pernafasan
12x/menit, jka denyut nadi tidak ada aktifkan pelayanan medis darurat, mulai
kompresi dada luar : posisi tangan yang tepat, kompresi 15x/menit, buka jalan nafas
dan berikan 2 x ventilasi, posisi tangan yang tepat dan kompresi 15x/menit, lakukan
4 siklus, kompresi : ventilasi =15 : 2
Penilaian ulang
(Paula Krisyanty, 2016)
7
Algoritma serangan jantung pada orang dewasa(Sartono, et al, 2016)
Bernafas
tidak
Pantau nomal,ada
Perhatikan apakah nafas berhenti atau Berikan nafas buatan :
hingga denyut
tenaga tersenggal dan periksa denyut nadi (secara
1 nafas buatan setiap 5-6
medis bersamaan apakah denyt nadi benar-
detik/sekitar 10-12 nafas
terlatih benar teraba dalam 10 detik
buatan per menit
tiba
Aktifkan system
tanggapan darurat
(jika belum
dilakukan) setelah 2
menit
RJP .Mulai siklus kompresi dan dua nafas
Terus berikan nafas
buatan gunakan AED secara setelah teredia
buatan periksa
denyut kurang lebih
setiap 2 menit jika
tidak ada
AED tersedia
denyut,mulai RJP
Jika kemungkinan
terjadi overdosis
ofoid berikan
Periksa irima denyut
nalongson sesuai
jantung,irima dapat dikejut?
protol jika berlaku
Ya, irama dapat Tidak,irama tidak
dikejut dapat dikejut
Bernafas
tidak
Aktifkan Perhatikan apakah nafas berhenti atau nomal,ada
SPGDT (jika tersenggal dan periksa denyut nadi (secara denyut
Berikan nafas buatan :
belum bersamaan apakah denyt nadi benar-
dilakukan).ke benar teraba dalam 10 detik 1 nafas buatan setiap 3-
mbali pada 5detik/sekitar 12-20 nafas
korban & buatan per menit
Nafas
pantau
berhenti/tersenggal, Tambah kompresi
hingga
tidak ada denyut nadi jika denyut tetap <
tenaga medis
60 x/menit dengan
terlatih tiba
ya tanda perfusi buruk
Korban terlihat jatuh
Aktifkan SPGDT (jika
mendadak?
belum dilakukan)
setelah 2 menit
tidak Teus berikan napas
buatan ;periksa
RJP
denyut nadi kurang
1 penolong ; mulai siklus 30 kompresi dan 2 lebih setiap 2
napas buatan (jika penolong kedua dating menit. Jika tidak
gunakan rasio 15:2).gunakan AE segera ada denyut,mulai
setelah tersedia RJP
10
Komponen Resusitasi Jantung(Sartono, et al, 2016)
11
kompresi
Kedalaman Minimum 2 inci (5 cm) Minimum sepertiga dari Menimun sepetiga
kompresi diameter APE dada diameter APE dada
sekitar 2 inci sekitar 11/2 inci 4 cm
Penempatan tangan 2 tangan berada 2 tangan atau 1 tangan I penolong
disetengah bagian (oksional untuk anak yang 2 jari dibagian tengah
bawah tulang dada sangat kecil) berada dada tepat dibawah baris
(sterdum) disetangah bagian bawah putting
tulang dada atau sternum
2 penolong atau lebih
2 tangan dengan ibu jari
Bergerak melingkar
dibagian tengah
dada,tepat dibawah baris
putting
Recoil dada Lakukan recoil penuh dada setelah setiap kali kompresi,jangan bertempu diatas
dada setelah setiap kali kompresi
Meminimalkan Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi kurang dari 10 detik
gangguan
Keterangan ;
12
dan penyebab eksternal non paru seperti akibat trauma, asfiksia, overdosis obat, uapaya
bunuh diri dan hal lainnya. (Hardisman, 2014)
Indikasi RJP pada bayi dilakukan jika jantung dan pernapasan bayi telah
berhenti.RJP pada anak dilakukan jika jantung dan pernafasan anak telah berhenti.
Sedangkan indikasi RJP pada orang dewasa dapat mengakibatkan : fibrilasi ventrikel,
takikardi ventrikel dan asistol. (Paula Krisanty, 2016)
RJP pada bayi dapat dihentikan hanya jika ;(Paula Krisyanty, 2016)
13
RJP pada anak dapat dihentikan hanya jika :(Paula Krisyanty, 2016)
14
Human mentation ; menyelamatkan fungsi otak dengan cara resuisitasi otak
Intensive care : resusitasi keseluruhan fungsi tubuh dalam jangk waktu yang
panjang
Sedangkan perubahan yang terjadi dalam penatalaksanaan RJP tahun 2005 dengan
2010 adalah pda BLS (Basic Life support) yaitu ;
(Hardisman, 2014)
15
sebelum menghubungi nomor tersebut. Lakukan RJP selama 1 menit,
kemudian hubungi noor darurat secepat mungkin
Jalan Napas
Pernafasan
e. Bila mulut sudah bersih,posisikan kembali kepala bayi dan observasi dada
untuk menentukan apakah bayi sudah mulai bernafas. Tempatkan telinga
didekat mulut bayi, perhatikan, dengarkan, dan rasakan napas bayi selama 3
sampai 5 detik
f. Bila pernafasan belum juga terjadi, berikan nafas buatan pada bayi
Buka mulut dengan lebar. Tutupi hidung dan mulut bayi dengan mulut.
Bila bayi besar, tutup mulutnya dengan mulut anda dan tekan
hidungnya dengan keras dengan ibu jari dan telunjuk
Berikan dua kali napas lambat, kira-kira 1-11/2 detik lamanya,
berhenti diantaranya untuk menghirup udara. Setiap napas yang
diberikan harus cukup untuk membuat dada bayi meninggi
g. Bila tidak terlihat adanya gerakan naik pada dada, posisikan lagi kepala bayi
dan coba lagi
16
h. Bila bayi muntah, miringkan kepalanya dan bersihkan mulut dengan jari atau
spuit bulb
Sirkulasi
i. Setelah memberikan dua kali napas buatan dan melihat adanya peninggian
dada, tetapi bayi belum juga bernapas sendiri, periksalah nadinya
j. Letakkan telunjuk dan jari tengah anda pada nadi brachialis. Rasakan ada
tidaknya nadi selama 5-10 detik. Latihlah tindakan ini sebelum keadaan
darurat yang sebenarnya terjadi, agar terbiasa mencari nadi bayi
k. Bila denyut nadi terana tetapi napas tidak ada, penyelamatan pernapasan harus
dilakukan dan dilanjutkan sampai bayi bernapas. Untuk bayi frekuensinya
harus satu napas setiap 3 detik atau 20 kali napas tiap menit.
l. Mulailah kompresi jantung bila denyut nadi tidak teraba
m. Cari posisi yang tepat untuk kompresi. Gambar garis imajinasi yang
menghubungkan kedua putting bayi sambil memegang kepala bayi pada posisi
yang tepat, tempatkan dua jari dengan jarak satu jari dibawah garis imajinasi
pada tulang dada
n. Dengan telunjuk dan jari tengah, tekan lurus kebawah pada tulang dan
dada1,25 cm sampai 2,5 cm. ulangi hal ini sebanyak 30 kali. Berhenti dan
berikan bayi dua kali napas. Ratio kompresi ; ventilasi = 30 : 2
o. Bila bayi mulai bernafas sendiri dan tidak ada cidera yang dicurigai
,tempatkan bayi pada posisi miring dengan kepala bersandar pada lengan dan
ujung kaki sedikit menekuk pada lutut dan bersandar di permukaan keras
17
e. Bila terdapat perubahan warna kulit atau anak tidak bernapas, tepuk anak dan
panggil namanya dengan keras
f. Mulailah RJP jika anak tetap tidak bernapas
g. Bila ada orang lain, minta tolong tersebut menghubungi nomor telepon darurat
untuk mendapatkan bantuan. Bila seorang diri lakukan dulu RJP dengan
segera sebelum menghubungi nomor tersebut. Lakukan RJP selama 1 menit,
kemudian hubungi nomor darurat seepat mungkin
Jalan Napas
Pernafasan
e. Bila mulut sudah bersih, posisikan kembali kepala anak dan observasi dada
untuk menentukan apakah anak sudah mulai bernapas. Tempatkan telinga di
18
dekat mulut anak, perhatikan, dengarkan, dan rasakan napas anak selama 3
sampai 5 detik
f. Bila pernapasan belum juga terjadi, berikan napas buatan pada anak.
Buka mulut, tutupi hidung dan mulut anak dengan mulut. Untuk anak
yang lebih besar, pijat hidung anak dengan jari dan telunjuk penolong
di tangan penolong yang ada di dahi
Berikan dua kali napas lambat, kira-kira 1-1/12 detik lamanya,
berhenti diantaranya untuk menghirup udara. Setiap napas yang
diberikan harus cukup untuk membuat dada anak meninggi
g. Bila tidak terlihat adanya gerakan naik pada dada,posisikan lagi kepala anak
dan coba lagi
h. Bila anak muntah,miringkan kepalanya dan bersihkan mulut dengan jari
Sirkulasi
i. Setelah memberikan dua kali napas buatan dan melihat adanya peninggian
dada, tetapi anak belum juga benapas sendiri,periksalah nadinya
j. Letakkan telunjuk dan jari tengah pada nadi karotis. Rasakan ada tidaknya
denyut nadi selama 5-10 detik
k. Bila denyut nadi ada tetapi napas tidak ada, penyelamatan pernapasan harus
dilakukan dan dilanjutkan sampai anak bernafas. Untuk anak-anak frekuensi
nafas buatan yang diberikan harus satu napas tiap 3 detik atau 20 kali
napas/menit.
l. Mulai kompresi jantun bila tidak adadenyut nadi
m. Lokalisasi posisi yang tepat untuk kompresi dada
n. Dengan satu tangan beri tekanan kebawah diatas tulang dada sedala 2,5
sampai 3,75 cm. ulangi hal ini sebanyak 30 kali. Berhenti dan berikan anak
dua kali napas. Ratio kompresi : ventilasi = 30:2. Tetap tempatkan tangan
penolong yang lain di kepala anak untuk menjaga kepala agar tetap berada di
posisi yang benar
19
o. Bila anak mulai bernafas sendiri dan tidak ada cedera yang dicurgai,
tempatkan anak pada posisi miring dengan kepala bersandar pada lengan dan
ujung kaki sedikit menekuk pada lutut dan bersandar di permukaan keras.
(Paula Krisyanty, 2016)
C) RJP Dewasa
1) Pengkajian
Airway/jalan napas
a. Penilaian pastikan tidak sadar, dengan menyentuk,menggoyang dan
memanggil nama
b. Panggilan untuk petolongan. Untuk mengaktifkan system pelayanan medis
darurat
c. Posisi korban. Posisi terlentang,berada pada permukaan yang rata dank eras,
kedua lengan pasien disamping tubuhnya
d. Posisi penolng. Berlutut sejajar dengan bahu pasien, penolong dapat
melakukan nafas bantuan dan kompresi tanpa penggerakan lutut
e. Buka jalan nafas. Tengadahkan kepala, topang dagu untuk membuka jalan
napas, jari tengah, jari manis, dan kelingking bisa digunakan untuk menopang
dagu sedangkan jari telunjuk untuk mengeluarkan benda asing atau makanan
yang ada dimulut
Breathing/pernafasan
a. Mulut ke mulut
20
Penolong emijat hidung pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk, penolong
memberikan 2 nafas penuh, indicator ventilasi yang adekuat : observasi naik
turunnya dada, mendengar dan merasakan udara keluar pada waktu ekhalasi
b. Mulut ke hidung
Pada pasien yang tidak mungkin dilakukan ventilasi melalui mulut, penolong
menarik nafas dalam, menutup hidung pasien dengan bibir penolong dan
menghembuskan ke dalam hidung
c. Mulut ke stoma
Pada pasien yang dipasangtrecheostomi
Circulation
a. Penilaian ; tentukan denyut nadi tidak ada, pemeriksaan nadi dilakukan
pada arteri carotis selama 5-10 detik, bila denyut nadi ada, tetapi
pernapasan tidak ada maka pertolongan pernapasan dilakukan 2 kali napas
awal (1,5-2 detik setiap napas) kemudian 12x/menit pertolongan
pernapasan, bila denyut nadi tidak teraba maka dilakukan kompresi dada
luar
b. Aktifkan system pelayanan medic darurat, menghubungi system pelayanan
darurat dengan memberikan infomasi tentang :hal-hal yang terjai,
serangan jantun/kecelakaan, jumlah orang yang membutuhkan
pertolongan, kondisi pasien, bantuan yang sudah diberikan, informasi
lainnya yang dibutuhkan
c. Komresi dada luar. Kompresi dada luar akan menyebabkan sirkulasi ke
paru-paru dan diikuti dengan ventilasi
d. Posisi tangan yang tepat waktu kompresi
Dengan jari telunjuk dan jari tengan menentukan batas bawah iga
pasien
Jari-jari menelusuri titik dimana iga berteu dengan sternum bagian
tengah bawah
Jari telunjuk diletakkan disebelahnya pada bagian bawah sternum
21
Bagian telapak tangan yang dekat dengan kepala pasien diletakkan
pada bagian bawah sternum
Tangan yang lain diletakkan diatas tangan yang berada pada
sternum sehingga kedua tangan berada pada posisi sejajar
Jari-jari dapat diluruskan atau menyilang, tetapi tidak boleh
menyentuk dada
e. Karena berbagai bentuk dan ukuran tangan, maka posisi tangan ialah
menggunakan pergelangan tangan yang beraa pada dada Teknik kompresi
yang tepat
dengan tangan yang berada dibagian bawah sternum
Siku dipertahankan pada posisi lengan diluruskan dan bahu
penolong berada pada posisi langsung diatas tangan sehingga
setiap penekanan kompresi dada diluar dilakukan lurus kebawah
pada sternum
Tekanan kompresi dilepaskan agar dapat mengalir kedalam
jantung, tekanan harus dilepaskan dan dada dibiarkan kembali ke
posisi normal, waktu yang digunakan untuk pelepasan harus sama
dengan waktu yang digunakan untuk kompresi
Tangan tidak boleh diangkat dari dada atau diubah posisinya
9. Pengobatan
a. Epinephrine.
Epinephrine hydrochloride bermanfaat pada pasien dengan cardiac arrest, utamanya
karena memiliki efek α-adrenergic reseptor-stimulating (vasokonstriktor).Efek α-
adrenergik dari epinephrine dapat meningkatkan CPP (coronary perfusion
pressure/aortic relaxation “diastolic” pressure minus right atrial relaxation
“diastolic” pressure) dan tekanan perfusi cerebral selama RJP. Untuk efek β-
adrenergik dari epinephrine, masih kontoversi karena berefek meningkatkan kerja
miokardium dan mengurangi perfusi subendokardial.Berdasarkan kerjanya tersebut,
22
jadi cukup beralasan jika pemberian 1 mg epinephrine IV setiap 3-5 menit dianjurkan
pada cardiac arrest. Dosis lebih tinggi hanya diindikasikan pada keadaan khusus,
seperti pada overdosis β-blocker atau calcium channel blocker. Jika akses vena (IV)
terlambat atau tidak ditemukan, epinephrine dapat diberikan endotrakeal dengan dosis
2 mg sampai 2,5 mg.
b. Dapat diberikan adrenalin 0,5 – 1 mg (IV), ulangi dengan dosis yang lebih besar jika
diperlukan. Dapat diberikan Bic – Nat 1 mg/kg BB (IV) jika perlu. Jika henti jantung
lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini setiap 10 menit sampai timbul denyut nadi.
c. Pada fibrilasi ventrikel diberikan obat lodikain / xilokain 1-2 mg/kg BB.
d. Jika Asistol berikan vasopresor kaliumklorida 10% 3-5 cc selama 3 menit.
e. Antiaritmia
Amiodarone IV berefek pada channels natrium, kalium, dan kalsium dan juga
memiliki efek α- and β-adrenergic blocking.Amiodarone dapat dipertimbangkan
untuk terapi VF (fibrilsi ventrikel) atau Pulseless VT (takikardi ventrikel) yang tidak
memberikan respon terhadap shock, RJP dan vasopressor.Dosis pertama dapat
diberikan 300 mg IV, diikuti dosis tunggal 150 mg IV. Pada blinded-RCTs didapatkan
pemberian amiodarone 300 mg atau 5 mg/KgBB secara bermakna dapat memperbaiki
keadaan pasien VF atau Pulseless VT dirumah sakit, dibandingkan pemberian
placebo atau lidocaine 1,5 mg/KgBB.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti jantung adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk memberi kebutuhan
oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal.Henti
jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa Negara. Untuk pemberian
bantuan hidup dasar sangat diperlukan pada klien yang mengalami henti jantung yaitu
dengan cara Resusitasi Jantung Paru. RJP adalah usaha penyelamatan pada henti nafas
dan henti jantung.
B. Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu semua saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan
24
DAFTAR PUSTAKA
Sartono, dkk.2016.Basic Trauma Cardiac Life Support. GADAR Medik Indonesia : Bekasi
Krisyanty, Paula,dkk.2016.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. CV Trans Info Media :
Jakarta
Hardisman.2014.Gawat Darurat Medis Praktis.Pustaka Baru : Yogyakarta
25