Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, terus-menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia
lanjut mengalami perubahan, dan sebagian besar perubahan itu terjadi ke arah yang memburuk/
mengalami penurunan, misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang dibanding organ yang
lain, perubahan penampilan, perubahan panca indra, perubahan seksual (Hurlock, 1999).
Bertambahnya usia selalu meninggalkan bekas pada setiap makhluk hidup.,dan
prinsip ini berlaku bagi semua tingkat oragnisasi(molekul,sel, organ, danorganism). Rentang
hidup manusia menunjukkan periode perkembangan secara bertahap dengan meningkatnya
efisiensi tubuh pada masa anak-anak dan remaja sampa mencapai tingkat kematangan. Setelah
melalui periode yang panjang dengan perubahan yang kecil, terjadilah penurunan bertahap
dalam kekuatan ,khususnya kekuatan fisik. Ini biasa disebut periode menua.(Padila, 2013).
Proses penuaan adalah proses yang tersembunyi, dan permulaannya berbeda-beda
antara tiap individu, demikian pula kecepatan penurunannya. Perubahan ini meliputi
perubahan kekuatan jantung, penurunan sekresi cairan pencernaan ,penurunan aktivitas
endokrin. Pada tingkatan psikologis, proses penuaan ini ditandai dengan melambatnya
waktu beraksi, melambatnya proses belajar, serta penurunan daya ingat dan efisiensi

BAB II
. LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Sistem muskuluskeletal adalah sistem yang memberi dukungan tubuh dan
memungkinkan pergerakan bagi otot (klien gangguan muskuloskeletal. Suratun;2008)
Sistem muskuloskeletal adalah sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka atau skelet. (Histologi dasar anthony;2004)
Jadi bisa disimpulkan sistem muskulokeletal adalah sistem yang memberikan dukungan
bagi tubuh yang bertanggung jawab terhadap pergerakan yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan
lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya
gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi
otot. Di daerah urban, dilaporkan bahwa keluhan nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistem
musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut.
Adapun sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Mekanik : penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis), stenosis spinal
2. Metabolik : osteoporosis, myxedema, penyakit paget
3. Berkaitan dengan keganasan : dermatomyositis, neuromiopati
4. Radang : polymyalgia rheumatica, temporal (giant cell) arthritis, gout
5. Pengaruh obat
Dari sekian banyak jenis gangguan sistem muskuloskelatal, dalam pembahasan refarat
ini akan dibahas lebih lanjut beberapa yang paling sering terjadi pada lansia seperti
osteoarthritis, arthritis rheumatoid, arthritis gout, osteoporosis dan amiloidosis.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam
pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan
jaringan – jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut.
a. Sendi
Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot.
Ada tiga tipe sendi, yaitu :
1. Sendi fibrosa (sinarthroidal), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
2. Sendi kartilaginosa (amphiarthroidal), merupakan sendi yang sedikit bergerak.
3. Sendi sinovial (diarthroidal), merupakan sendi yang dapat bergerak dengan bebas.
b. Sendi fibrosa ( Sinarthroidal )
Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan yang
lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya terdapat pada sutura
tulang-tulang tengkorak. Yang kedua disebut sindesmosis, dan terdiri dari suatu membrane
interosseus atau suatu ligament antara tulang. Hubungan ini memungkinkan sedikit
gerakan, tetapi bukan gerakan sejati. Contohnya ialah perlekatan tulang tibia dan fibula
bagian distal.
c. Sendi kartilaginosa ( amphiarthroidal )
Sendi kartilaginosa adalah sendi dimana ujung – ujung tulangnya dibungkus oleh rawan
hialin dan disokong oleh ligamen, sehingga hanya memungkinkan suatu gerakan yang
terbatas. Ada dua tipe sendi kartilaginosa.
Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan
hialin Sendi-sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisis adalah sendi
yang tulangtulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago, dan selapis tipis tulang
rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada
tulang punggung adalah contoh-contohnya.
d. Sendi sinovial ( diarthroidal )
Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini
memiliki rongga sendi dan permukaan rongga sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang
membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon
yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat
sehingga sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa
diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati kapsul.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi.
Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang
ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada
cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear.
Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial
dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial
diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber
nutrisi bagi tulang rawan sendi. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung
beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam
membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sebagian besar substansi
dasar. Substansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang berasal dari sel-
sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik
sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut menerima beban yang berat.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen pembentukan proteoglikan
dapat terjadi setelah cedera atau usia yang bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap
ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan
sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti tulang rawan akan
kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang
terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan
mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan
pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului
beban. Cairan kemudian akan bergerak kebelakang ke bagian tulang rawan ketika tekanan
berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah
selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan
tidak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk
melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di bagian
sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan
di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat
sangat menonjol di sinovium karena di dalam daerah tersebut banyak mengandung aliran
darah, dan disamping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang
secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.
Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan
sinovium. Sarafsaraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini
terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen, dan adventisia
pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul
dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi
oleh saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri yang berasal dari satu
sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi yang lainnya, misalnya nyeri pada sendi panggul
dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.

C. JARINGAN PENYAMBUNG
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama
adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan substansi dasar. Dua macam sel
yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada
pada pada jaringan penyambung seperti pada sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, dan
leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas
dan peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit rheumatik. Jenis sel yang kedua dalam
jaringan penyambung ini adalah sel-sel yang tetap berada dalam jaringan, seperti kondrosit,
fibroblas, dan osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari
substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan penyambung memiliki susunan sel yang
tersendiri.
Serat-serat yang didapatkan di dalam substansi dasar adalah kolagen dan elastin.
Setidaknya terdapat 11 bentuk kolagen yang dapat diklasifikasikan menurut rantai molekul,
lokasi dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Enzim proteolitik ini
membuat molekul stabil berubah menjadi molekul tidak stabil pada suhu fisiologik dan
selanjutnya dihidrolisis oleh proses lain. Perubahan sintesis kolagen tulang rawan terjadi pada
orang-orang yang usianya makin lanjut. Peningkatan aktivitas kolagenase terlihat pada bentuk-
bentuk penyakit reumatik yang diperantarai oleh imunitas seperti pada arthritis reumatoid.
Serat-serat elastin memiliki sifat elastin yang penting. Serat ini didapat dalam ligamen,
dinding pembuluh darah besar dan kulit. Elastin dipecah-pecah oleh enzim yang disebut
elastase. Elastase dapat menjadi penting pada proses pembentukan arteriosklerosis dan
emfisema. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sistem kardiovaskuler
karena penuaan, dapat terjadi oleh karena peningkatan pemecahan serat elastin . Selain serat-
serat, proteoglikan adalah zat penting yang ditemukan dalam substansi dasar. Proteoglikan
adalah molekul besar terbuat dari rantai polisakarida panjang yang melekat pada pusat
polipeptida. Proteoglikan pada tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan pada sendi
sehingga sendi dapat menahan beban-beban fisik yang berat. Hubungan proteoglikan dan
dengan proses imunologi dengan proses peradangan adalah kompleks. Limfokin dapat
menginduksi selsel jaringan penyambung untuk memproduksi proteoglikan baru, menghambat
produksi, atau meningkatkan pemecahan. Proteoglikan dapat menjadi fokus aksi autoimun
pada gangguan seperti arthritis reumatoid. Pertambahan usia mengubah proteoglikan di dalam
tulang rawan, proteoglikan ini akan kurang melekat satu dengan lainnya dan berinteraksi
dengan kolagen. Perubahan fungsional dan struktural utama yang menjadi bagian dari proses
penuaan normal menyebabkan perubahan biokimia dari jaringan penyambung dan terjadi
terutama pada serat dan proteoglikan.
Evaluasi Cairan Sinovial Tiap-tiap gangguan rheumatik dapat mempengaruhi
perubahan cairan sinovial secara berbedabeda. Uji beku musin dilakukan dengan
menambahkan asam asetat pada cairan sinovial. Zat ini akan membentuk presipitasi karena
berinteraksi dengan asam hialuronat. Uji ini akan memberikan hasil yang semakin tidak akurat
dengan semakin banyaknya cairan peradangan, karena asam hialuronat telah dipecahkan oleh
enzim-enzim lisosomal sehingga jumlahnya tidak cukup lagi untuk membentuk presipitasi
ketika ditetesi asam asetat. Kejernihan cairan sinovial normal akan menghilang dengan
peningkatan sel-sel dan protein pada keadaan patologik.
D. PATHWAY

E. MASALAH MUSKULOSKELETAL YANG SERING TERJADI


1. Osteoporosis
a. Definisi
Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangya masa tulang sedemikian sehingga hanya
dengan trauma minimal tulang akan patah. WHO memberikan definisi terakhir sbb: Adalah
penurunan masa tulang lebih 2,5 kali standar deviasi masa tulang rata-rata dari populasi
usia muda disertai perubahan pada mikro-arsitektus tulang yang menyebabkan tulang lebih
mudah patah.Menurut pembagian dapat dibedakan atas : (Peck, 1989; Chestnut, 1989)
b. Klasifikasi
1) Osteoporosis primer
yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit lain, yang dibedakan atas:
 Osteoporosis tipe I (pasca menopause),yang kehilangan tulang terutama dibagian
trabekula.
 Osteoporosis tipe II (senelis),terutama kehilangan massa tulang daerah korteks
 Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak diketahui
2) Osteoporosis sekunder,
yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak di ketahui.
c. Gambaran klinik
Gejala usia lanjut bervariasi,beberapa tidak menunjukkan gejala,yang sering kali
menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung,yang sering kali akibat fraktur kompresi
dari satu atau lebih vertebra.Nyeri seringkali dipicu oleh adanya stress fisik ,sering kali
akan hilang sendirinya setelah 4-6 minggu. Penderita lain mungkin datang dengan gejala
patah tulang,turunnya tinggi badan, bungkuk punggung (Dowager’s hump),yaitu suatu
deformitas akibat kolaps dan fraktur pada vertebra torakal tengah .Fraktur yang mengenai
leher femur dan radius sering terjadi. Sekitar 30% wanita dengan fraktur leher femur
menderita Osteoporosis ,dibandingkan hanya 15% pada pria.Fraktur terjadi bukan saja
karena osteoporosis ,tetapi juga karena kecendrungan usia lanjut untuk jatuh.
d. Pemeriksan lain
 Pemeriksaan laboratorium (kadar kalsiun dan fosfat serum/urin)
 Hidroksi prolin urin dan osteokalsin(bone-gla protein) dan pirolidin cross-link urin.
 Absorpsiometri foton tunggal maupun ganda dan sinar X (DEXA).
e. Penatalaksanaan osteoporosisnya :
 Tindakan diebetik:diet tinggi kalsium (sayur hijau,dan lain-lain). Terapi ini lebih
bermanfaat sebagai tindakan pencegahan.
 Olah raga. Yang terbaik adalah yang bersifat mendukung beban (weight bearing),
misalnya jogging, berjalan cepat, dll. Lebih baik dilakukan di bawah sinar matahari pagi
karena membantu pembuatan vitamin D.
 Obat-obatan. Yang membantu pembentukan tulang (steroid anabolic, flourida). Yang
mengurangi perusakan tulang (estrogen, kalsium, dofosfonat, kalsitonin).

2. Osteomalasia
a. Defenisi
Adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan terjadinya
kekurangan kalsifikasi matriks tulang yang normal. Prevalensi pada usia lanjut
diperkirakan 3,7%. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan vitamin D oleh berbagai
sebab
b. Penyebab utamanya adalah:
 Penyakit hati kronis, termasuk kholestasis
 Penyakit ginjal
 Malabsorbsi
 Gastrektomi
 Obat-obatan, antara lain barbiturat.
c. Gambaran klinik
Penderita mengeluh nyeri tekan tulang, kelemahan otot an tampak sakit. Nyeri,
rasa sakit dan jatuh sering kali menyebabkan imobilitas. Nyeri tulang sering terjadi
pada tulang dada, punggung, paha dan tungkai. Kelemahan otot terutama mengenai otot
proksimal dan sering menyebabkan penderita sukar bangkit dari kursi atau tempat tidur,
dan kadang-kadang disertai abnormalitas langkah yang lebar. Pemeriksaaan lain yang
penting meliputi biokimiawi tulang, radiologi, scan isotop tulang dan biopsy tulang.
d. Pengobatan
Terapi osteomalasia adalah pemberian vitamin D yang dapat diberikan peroral
3atau perenteral atau dengan meningkatkan produksi vitamin D dengan penyinaran UV.
Panderita usia lamjtu sering kali mengkonsumsi diet yang kandungan kalsiumnya
rendah, oleh karena itu pada penderita inin pada penderita ini sebaiknya diberikan
terapai berupa tablet kalsium yang mengandung vitamin D atau kalsiferol oral atau
perenterla 1000-1500 unit perhari.
3. Fraktur
Pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa adanya
kekerasan yang nyata, (Brocklehurst, 1987). Jenis fraktur terutama sebagai akibat
osteoporosis, terdapat tiga jenis fraktur yaitu :
a. Fraktur leher femur.
b. Fraktur colle.
c. Fraktur kolumna vertebralis
4. Penyakit Radang Sendi: Artritis Reumatoid
a. Patofisiologi
Artritis adalah suatu penyakit kronis, sitemik, yang secara khas berkembang
perlahan- lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi- sendi
diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan dodul- nodul
rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, limfadenopati dan splenomegali. AR ditandai
oleh periode- periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.
b. Manifestasi Klinik
 Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan
produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada
radiografi.
 Secara radiologi kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien
mungkin mengalami keterbatsan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
 Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus sehingga mengurangi ruang
gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi,
perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya
kerusakan kartilago dan tulang.
 Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas
dan luka pada jaringan lunak seperti nodula- nodula mungkin terjadi.
c. Penatalaksanaan
Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat
yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat
pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala
siste,mgastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti inflamasi non-steroid sangat
bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh
pasbrik dan pemantauan efek samping secara hati- hati perlu dilakukan. Terrapin
kortikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di
dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosisi dan
penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun
tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya
hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat AR
kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan
penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupunpengobatan mungkin mengurangi radang
dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan peregerakan dan kekuatan untuk
mencegah deformitas sendi. Suatu origram aktivitas dan istirahat yang seimbang
sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sen
5. Osteoarthritis
a. Definisi
osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama terjadi pada
orang yang berusia lanjut dan ditandai oleh degenerasi kartilago artikularis, perubahan
pada membran sinovia serta hipertrofi tulang pada tepinya. Rasa nyeri dan kaku,
khususnya setelah melakukan aktivitas yang lama akan menyertai perubahan
degeneratif tersebut.
b. Tanda Dan Gejala
Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang terkena, lama
dan intensitas penyakitnya, serta respons penderita terhadap penyakit yang
dideritanya. Pada umumnya pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-
keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan. Secara
klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1) Subklinis
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan baru
terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
2) Manifestasi
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi
bertambah luas disertai reaksi peradangan.
3) Dekompensasi
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan kontraktur.
Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan bedah.

Keluhan-keluhan umum yang sering dirasakan penderita osteoartritis adalah


sebagai berikut :
1) Nyeri Sendi
Merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien datang ke
dokter.Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat.Beberapa gerakan tertentu menimbulkan rasa sakit yang berlebih
dibanding gerakan lain. Pada osteoartritis terdapat hambatan sendi yang biasanya
bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
Asal nyeri dapat dibedakan, yaitu :
a) Peradangan
Nyeri yang berasal dari peradangan biasanya bertambah pada pagi hari atau
setelah istirahat beberapa saat dan berkurang setelah bergerak. Hal ini karena
sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi yang menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi. Semua ini
menimbulkan rasa nyeri.
b) Mekanik
Nyeri akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
terlokalisasi hanya pada sendi yang terkena, tetapi dapat juga menjalar
2) Kaku Sendi
Merupakan keluhan pada hampir semua penyakit sendi dan osteoartritis yang
tidak begitu berat. Pada beberapa pasien, nyeri dan kaku sendi dapat timbul
setelah istirahat beberapa saat misalnya sehabis duduk lama atau bangun tidur.
Berlawanan dengan penyakit inflamasi sendi seperti artritis rheumatoid, dimana
pada artritis rheumatoid kekakuan sendi pada pagi hari berlangsung lebih dari 1
jam,maka pada osteoartritis kekakuan sendi jarang melebihi 30 menit.
3) Pembengkakan Sendi
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang
sendi. Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Pada sendi yang terkena
akan terlihat deformitas yang disebabkan terbentuknya osteofit. Tanda-tanda
adanya reaksi peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoartritis karena
adanya sinovitis.
4) Perubahan Gaya Jalan
Salah satu gejala yang menyusahkan pada pasien osteoartritis adalah adanya
perubahan gaya jalan. Hampir pada semua pasien osteoartritis, pergelangan kaki,
tumit, lutut atau panggulnya berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan
dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman besar untuk
kemandirian pasien lanjut usia.
5) Gangguan Fungsi
Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. Adanya
kontraktur, kemungkinan adanya osteofit, nyeri dan bengkak merupakan
penyebab yang menimbulkan gangguan fungsi. Pada osteoartritis tidak terdapat
gejala-gejala sistemik seperti kelelahan, penurunan berat badan atau demam.
c. Penatalaksanaan Osteoarthritis
Stadium awal osteoarthritis paling baik bila ditangani dengan tindakan konservatif,
termasuk pengobatan dengan obat-obat anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti preparat
piroxicam 10mg 2x1 hari, preparat naproxen 250-500 mg 2x1 hari,tetapi harus mewaspadai
efek yang timbul di lambung dan reaksi alergi.Dapat juga dengan latihan-latihan fisioterapi
atau tanpa pengobatan sama sekali. Intervensi pembedahan merupakan tindakan yang
terlambat setelah terjadi perkembangan penyakit yang berarti.
Penggunaan injeksi sodium hyaluronate yang berfungsi sama seperti cairan sinovial
pada rongga sendi dapat juga digunakan. Dosis yang dipakai adalah 1 X 2 ml/minggu selama
5 minggu berturut-turut.
Indikasi bedah dilakukan bila nyeri dan pengurangan fungsi masih ada setelah
pemberian obat-obat anti inlamasi non steroid, suntikan steroid ke dalam sendi dan penggunaan
bidai kecil. Osteoarthritis lanjut pada persendian perifer sering memerlukan pembedahan untuk
meringankan rasa nyeri dan memperbaiki fungsi sendi, misalnya tindakan menyatukan sendi
atau arthroplasti reseksi untuk menyumbat rongga sendi, osteotomi untuk menghasilkan
kembali keseimbangan berbagai gaya mekanis, atau artroplasti penggantian sendi secara total
untuk membentuk kembali permukaan artikulasi sendi.
Selain dari pengobatan medis seperti diatas, dapat juga disertai dengan penatalaksanaan
lain seperti sebagai berikut :
1) Meyakinkan penderita bahwa penyakitnya tidak progresif karena biasanya penderita takut
sekali menjadi lumpuh atau cacat. Rencana pengobatan selanjutnya dijelaskan dan
disesuaikan dengan keadaan umum penderita, sendi-sendi yang terkena, keluhan dan sikap
hidup sehari-hari.
2) Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena.
3) Koreksi semua faktor-faktor yang menimbulkan stress berlebihan pada rawan sendi.
Tindakan ini bukan saja akan mengurangi beban pada rawan sendi, tetapi juga
memperlambat proses degenerasi sehingga akan lebih memberi kesempatan proses
regenerasi berlangsung.
4) Diet, selain untuk mengurangi berat badan, tidak ada bukti bahwa diet berperan langsung
terhadap pengobatan osteoartritis. Dengan menghilangkan kegemukan penderita
osteoartritis sendi penyokong berat badan maka akan mengurangi keluhan.
5) Fisioterapi, terutama pemanasan dan latihan yang adekuat. Pemanasan badan (moist health)
lebih nyaman daripada pemanasan kering. Massage, penggunaannya sangat terbatas karena
hanya berefek pada otot yang melingkupi sendi, sedang sendinya sendiri tidak dapat
dicapai. Massage berguna untuk mengurangi nyeri karena spasme otot.
6) Alat bantu, misalnya traksi atau pemakaian soft collar untuk spondilosis leher, korset untuk
spondilosis lumbal, tongkat untuk osteoartritis lutut atau pinggul.

6. Arthritis Gout
a. Definisi
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai
untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi
asam urat (hiperurisemia).
Gout arthritis atau lebih dikenal dengan asam urat atau encok merupakan radang
sendi akut yang disebabkan oleh terlalu banyaknya produksi asam urat (uric acid) yaitu
produk buangan yang menumpuk dalam jaringan tubuh, atau karena kegagalan ginjal
untuk membuang asam urat dalam jumlah cukup banyak. Dalam keadaan normal,
produk asam urat akan dibuang dari darah lewat air kemih (urin). Pada kejadian gout,
kristal-kristal asam urat diendapkan di dalam dan sekitar sendi yang bergerak, yang
menyebabkan sakit dan peradangan yang akut.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi artritis gout sebaiknya mengikuti pedoman terapi sebagai
berikut :
1) Hentikan serangan nyeri yang hebat pada serangan artritis gout akut.
2) Berikan kolkisin sebagai pencegahan terhadap serangan berulang dari artritis gout.
3) Evaluasi kadar asam urat dalam urine selama 24 jam setelah terapi nonfarmakologi
diberikan yaitu diet rendah purin dijalankan.
4) Penanggulangan untuk artritis gout kronis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
a. Nama : Nenek Y
b. Umur : 03 April 1947, 68 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Pedagang
f. Suku/bangsa : Indonesia
g. Status marital : -
h. Tanggal pengkajian : 11 Desember 2017
i. Ruang : ruang 09
j. Alamat : Gonilan
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 34 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Hub. Dgn klien : Anak
g. Alamat : Gonilan
3. Status Kesehatan Saat Ini
Kesehatan saat ini tidak terlalu baik (tangan kanan klien tidak dapat digerakan, pada
kaki kanan klien terjadi deformitas tulang, dan pada kaki kiri klien terdapat luka cedera),
klien mengatakan kaki dan tangan nya sakit dan sulit saat digerakkan.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh kesakitan pada saat berjalan dan duduk akibat cedera pada kakinya,
kaki kiri klien terdapat sejumlah luka dan balutan luka yang masih basah.
b. Kesehatan dahulu
Pasien memiliki riwayat terkena Diabetes Melitus (DM) dan Hipertensi. Pasien
mengalami kecelakaan beberapa tahun silam
c. Kesehatan keluarga
Keluarga mempunyai riwayat kesehatan dengan penyakit hipertensi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (Kesadaran penuh)
Penampilan : Rapi & bersih
Tanda vital
Tekanan Darah : 150/90mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respiratory Rate : 20x/menit
Suhu : 36,80C
b. Kepala dan leher
Rambut : Tampak beruban
Kulit kepala : Tampak bersih
Bentuk kepala : Simetris, mesocepal
Bentuk leher : Simetris
c. Sistem respirasi
Inspeksi : Dada simetris, bernafas tanpa batuan otot tambahan
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, ictus cordis teraba
Perkusi : Suara paru kanan kiri sama dan seimbang
Auskultasi : Suara pekak, redup dan tanpa wheezing
d. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Keadaan umum baik
Palpasi : Tidak ada pelebaran pembuluh darah, dan tidak ada pembesaran
jantung
Perkusi : Tidak ada suara redup, pekak dan lainnya
Auskultasi : Irama jantung teratur
e. Sistem gastrointestinal
Klien mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh anaknya. Ditambah dengan
konsumsi kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan tanpa
keluhan mual. Klien setelah operasi membuatnya makan teratur. Klien makan 3x/hari
dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasa badannya
lebih gemuk. BB sekarang 56kg, keadaan gigi klien sudah ompong, klien mengatakan
tidak kesulitan menelan dan mengunyah.
f. Sistem genitourinaria
Klien mengatakan biasa buang air kecil dikamar mandi, frekuensi 3-4x perhari,
jumlah biasa (100cc). Tidak mengalami ngompol. Akan tetapi setelah sakit klien tidak
dapat ke kamar mandi sendiri dan menggunakan pispot.
g. Sistem musculoskeletal
klien tidak mampu berjalan sendiri karena terjadi cidera pada kaki kiri, kaki
kanan klien mengalami deformitas dan tangan klien tidak dapat digerakkan. Skala nyeri
6 seperti tersayat – sayat, saat berjalan klien sering tersandung.
h. Sistem integumen
Kulit terlihat keriput, kendor dan terdapat bekas luka pada kaki kiri
i. Sistem neurosensori
Respon komunikasi klien baik , biicara normal jelas suara tidak pelo, bahasa
yang digunakan adalah bahasa indonesia dan jawa
Keadaan mata kanan terdapat sekret, penglihatan agak kabur akan tetapi mampu pergi
keluar rumah. Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50meter.
Kemampuan pedengaran agak menurun sehingga lawan bicara harus bicara agak keras
agar klien mendengar.
j. Sistem endokrin
Klien mengatakan menderita kencing manis. Tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid.
6. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Portable Mental Status Quisioner

Benar Salah No Pertanyaan

X 1 Tanggal berapa hari ini ?

X 2 Hari apa sekarang ?

X 3 Apa nama tempat ini ?

X 4 Dimana alamat anda ?

X 5 Berapa umur anda ?

X 6 Kapan anda lahir ?


X 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

X 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

X 9 Sebutkan nama ibu anda ?

X 10 Kurang 3 dari 20 terus menerus secara menurun

Total score : Salah 4

Jadi klien mengalami :


Fungsi intelektual utuh : jika jumlah salah 0-3
Fungsi intelektual ringan : jika jumlah salah 4-5
Fungsi intelektual sedang : jika jumlah salah 6-8
Fungsi intelektual berat : jika jumlah salah 9-1

b. Mini Mental Status Exam


Aspek Nilai Nilai Kriteria
No
kognitif Maks Klien
Menyebutkan dengan benar
o Tahun
o Musim

1 Orientasi 5 0 o Tanggal
o Hari
o Bulan

Dimana kita berada ?


o Negara Indonesia
o Provinsi Jawa Barat

Orientasi 5 5 o Kota Bandung


o PSTW.......
o Wisma ......
Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa
masing-masing 1 detik kemudian minta
klien untuk menyebutkan ulang ketiga
2 Registrasi 3 3 objek tersebut ?
o Objek .....
o Objek .....
o Objek .....
Minta klien untuk memulai angka 100
dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
o 93
Perhatian dan
3 5 o 86
kalkulasi
5 o 79
o 72
o 65
Minta klien untuk mengingat objek pada
nomor 2 (registrasi) dan nilai 1 poin

4 Mengingat 3 3 untuk jawaban benar untuk masing-


masing objek

Tunjukkan pada klien suatu benda dan


minta pada klien menyebutkan namanya
o Jam tangan
o Pulpen
Minta klien untuk mengulang kata-kata
5 Bahasa 9 4 berikut “tak ada jika atau tetapi”

 Pernyataan benar 2 buah : tak ada,


tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah
yang terdiri dari 3 langkah :
“ambil kertas ditangan anda, lipat dua
dan taruh dilantai”

o Ambil kertas ditangan anda


o Lipat dua
o Taruh dilantai

Perintahkan klien untuk mengikuti hal


berikut :

o “Tutup mata anda”

Perintahkan klien untuk membuat


kalimat dan suatu gambar
o Tulis satu kalimat
o Manyalin gambar

Total Nilai 30 20

Total Score :
Aspek kognitif dan fungsi mental baik : jika total skor > 23
Kerusakan aspek fungsi mental ringan : jika total skor 18-22

Terdapat kerusakan aspek fungsi : jika total skor < 17

mental berat
B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Berdasarkan data pengkajian data di deformitas tulang akibat Gangguan mobilitas fisik
atas diperoleh lah data sebagai berikut. kecelakaan beberapa
tahun silam
1. DO:
 Ditemukan deformitas pada kaki
kanan klien
 Terdapat luka cidera padaa kaki kiri
klien
 Tangan kanan klien tidak dapat
digerakkan
DS:
 Klien mengatakan tangan dan
kakinya sulit saat digerakkan

2. DO: Agen cedera fisik


 P: saat digerakkan Nyeri
Q: tersayat-sayat
R: kaki kiri
S: 6
T: kadang-kadang
 Pada kaki kiri klien ditemukan
sejumlah luka dan terdapat balutan
luka yang masih basah.
DS:
 Klien mengeluh kaki kirinya sakit
dan terus memegang balutan luka.
 Klien mengatakan kakinya sering /
tersandung.
 Klien memiliki riwayat Diabetes
Melitus (DM)
3. DO: Gangguan pada kaki. Resiko jatuh
 Bentuk tulang klien tidak sama
(tidak simetris)
 Klien tidak mampu untuk berjalan
dengan baik
 Deformitas pada kaki kanan
DS:

 Klien mengatakan sering


tersandung ketika berjalan
 Klien mengatakan dibantu ketika
berjalan

C. Diagnosa
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas tulang akibat kecelakaan
beberapa tahun silam
2. Nyeri berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan fisiologis (Deformitas kaki kanan)

D. Intervensi
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas tulang akibat kecelakaan beberapa
tahun silam
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan: Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan
sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi dibuktikan oleh tidak adanya
kontraktur.
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Observasi tanda dan gejala penurunan mobilitas 1. Memberikan informasi sebagai


sendi, dan kehilangan ketahanan dasar dan pengawasan keefektifan
2. Observasi status respirasi dan fungsi jantung intervensi
klien. 2. Memberikan informasi tentang
status respirasi dan fungsi jantung
klien.
3. Observasi lingkungan terhadap bahaya-bahaya 3. Mencegah risiko cedera pada lansia
keamanan yang potensial. Ubah lingkungan 4. Meningkatkan harga diri:
untuk menurunkan bahaya-bahaya keamanan. meningkatkan rasa kontrol dan
4. Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya latiha kemandirian klien
5. Ajarkan penggunaan alat-alat bantu yang tepat 5. Membantu perawatan diri dan
kemandirian pasien.

2. Nyeri berhubungan dengan Agen cedera fisik


Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
 Klien menyatakan nyeri terkontrol
 Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur
 Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi
kompensasi tubuh.
 TTV dalam batas normal
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat 1. Tingkat aktifitas atau latihan


inflamasi atau rasa sakit pada sendi. tergantung dari perkembangan atau
2. Bantu dan ajari keluarga klien untuk resolusi dari proses inflamasi
pertahankan istirahat tirah baring atau duduk 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
jika diperlukan, jadwal aktifitas untuk eksaserbasi akut dan seluruh fase
memberikan periode istirahat yang terus penyakit yang penting untuk
menerus dan tidur dimalam hari yang tidak mencegah kelelahan dan
terganggu. mempertahankan kekuatan.
3. Bantu dan ajari keluarga dengan rentang gerak 3. Mempertahankan atau menigkatkan
aktifatau pasif, demikian juga latihan resistif fungsi sendi, kekuatan otot dan
dan isometric jika memungkinkan. stamina umum. Catatan: latihan
4. Ajari klien dan keluarga ubah posisi dengan yang tidak adekuat dapat
sering dengan personel cukup serta menyebabkan kekakuan sendi
demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan 4. Menghilangkan tekanan pada
dan penggunaan bantuan mobilitas, mis: jaringan dan
trapeze. meningkatkan sirkulasi, tehnik
5. Dorong klien mempertahankan postur tegak pemindahan yang tepat dapat
dan duduk tinggi, berdiri, berjalan. mencegah robekan abrasi kulit.
6. Ajarkan keluarga untuk memberikan 5. Memaksimalkan fungsi sendi,
lingkungan yang aman, mis: menaikkan kursi mempertahankan mobilitas.
atau kloset, menggunakan pegangan tangga 6. Menghindari cedera akibat
pada bak atau pancuran dan toilet, penggunaan kecelakaan atau jatuh.
alat bantu mobilitas atau kursi roda
Tugas Asuhan Keperawatan gerontik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS 4A KEPERAWATAN

ALDINA 201601055

ALFANDI 201601004

AGUSTINA PRASETYAWATI 201601002

DADANG SURONO 201601009

MITTA 201601071

DELKA MARPIANO 201601010

LEADY LAWRENCY TARUANGI 201601068

OZCHAN 201601032

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2018

Anda mungkin juga menyukai