Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN AKHIR STASE DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN CEMARA RSUD TORABELO KABUPATEN SIGI


PROVINSI SULAWESI TENGAH
03 JANUARI s.d 22 JANUARI 2022

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VII

1. Aldina, S.Kep ( 2020032004)


2. Alto Soli, S.Kep ( 2020032007)
3. Ana Petresia, S.Kep ( 2020032008)
4. Ni Kadek Yuni Selviana, S.Kep ( 2020032057)
5. Nurfajrah, S.Kep ( 2020032069)
6. Saver Rayzal Badaruddin, S.Kep ( 2020032078)
7. Telma, S.Kep ( 2020032093)

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.Pelayanan keperawatan
merupakan bagian tercepat dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas
pelayanan di tatanan pelayanan di Rumah Sakit, 40 – 60% pelayanan Rumah Sakit
adalah pelayanan keperawatan. Perawat sebagai profesi yang mempunyai
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara
berkesinambungan yang melibatakan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga
kesehatan lain, guna tercapainya pelayanan keperawatan berkualitas (Nursalam,
2014).
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, pengelolaan
pelayanan keperawatan haruslah mendapat perhatian secara menyeluruh.Kualitas
pelayanan keperawatan dalam bentuk tatanan pelayanan di Rumah Sakit
dipengaruhi banyak factor. Factor–factor tersebut haruslah dapat dikelola secara
efektif dan efesien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya
manajemen keperawatan (Nursalam, 2014).
Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap–tahap yaitu pengkajian
(kajian situasional), perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan
evaluasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Untuk menjalankan fungsi manajemen agar berfungsi secara optimal
seorang manajer. Keperawatan dituntut untuk dapat melakukan suatu proses yang
meliputi 4 fungsi utama dari menjemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengontrolan. Manajer keperawatan memiliki peran sebagai
pemberi layanan profesional dalam asuhan keperawatan yang dalam prosesnya
diharapkan mampu bekerjasama dengan perawat yang lain, keluarga dan klien

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
serta tenaga kesehatan lain sesuai dengan lingkuo kewenangan dan tanggung
jawabnya (Nursalam, 2014).

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah sudah optimal penerapan pre dan post conference di ruang rawat inap
cemara ?
2. Apakah sudah optimal penggunaan nomor pada tempat tidur pasien di ruang
rawat inap cemara ?
3. Apakah sudah optimal penerapan ronde keperawatan di ruang rawat inap
cemara ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan dan
kepemimpinan dalam keperawatan diharapkan mampu melakukan dasar
pengelolaan unit pelayanan kerawatan sesuai dengan konsep dan langkah-
langkah manajemen kepemimpinan dalam keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan mampu :
a. Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim
b. Mengaplikasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen keperawatan
c. Mengoganisasikan manajemen ruangan keperawatan secara berkelompok
d. Mencegah dan menyelesaikan konflik didalam tim
e. Memberikan pengarahan organisasional
f. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
D. Manfaat Praktik
1. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa STIKes Widya
Nusantara Palu, guna menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa.
Selain itu juga, untuk mengembangkan kurikulum STIKes Widya Nusantara
Palu dalam melaksanakan program pembelajaran mengenai Manajemen
Keperawatan.
2. Bagi Ruangan Cemara
Manfaat bagi ruangan dalam hal ini yaitu di harapkan agar pelayanan dan
penyediaan sarana dan prasarana lebih optimal terhadap penerapan asuhan
keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk perawat di Rumah Sakit
Torabelo dalam penerapan manajemen keperawatan di setiap ruangan
perawatan yang ada di Rumah Sakit Torabelo Sigi.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Definisi
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi
anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan
(Baily, Lancoster & Lancoster, 1989).Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan
kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996).
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan setuju dengan apa yang harus mereka kerjakan dan
bagaimana mengerjakan tugas tesebut secara efektif, serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
(Yulk dalam Sunyoto, 2011)
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk
mencapai suatu tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut, pemimpin
menggunakan berbagai cara agar bawahan bersedia melakukan sesuatu
dengan baik dan benar.
Sedangkan, kepemimpinan dalam keperawatan adalah penggunaan
keterampilan seorang pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat-
perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
sehingga tujuan keperawatan tercapai.
2. Fungsi Kepemimpinan
1. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi anggota organisasi atau
institusi.
2. Menjalin komunikasi yang baik dengan pihak internal dan eksternal.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
3. Mengorganisasi,mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan yang
telah ditetapkan.
3. Teori Kepemimpinan
1. Teori Genetik
Pemimpin adalah orang yang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat
kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi.Sifat utama seorang pemimpin
diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
2. Trait Approach
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”.Teori bakat muncul
karena adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki
oleh orang yang dilahirkan dengan bakat tersebut.Teori ini tidak
sepenuhnya benar sebab setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinannya.Paham
teori bakat kepemimpinan menyatakan bahwa pemimpin yang dilahirkan
telah memiliki bakat-bakat yaitu seperti intelegensi, kepekaan social dan
peran serta sosial.Robbins & Coulter, (1999) dalam Anwar Kurniadi,
(2013).
3. Behavioral Theory
Kepemimpinan memiliki paling tidak dua dimensi yang lebih kompleks
dibanding teori pendahulunya yaitu genetik dan trait; Gaya kepemimpinan
lebih fleksibel; pemimpin dapat mengganti atau memodifikasi orientasi
tugas atau pada manusianya sesuai kebutuhan; Gaya kepemimpinan dapat
dipelajari.
4. Situational Theory
Yaitu kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial. Individu dapat
menjadi seorang pemimpin pada situasi tertentu tetapi pada situasi yang
lain dapat menjadi pengikut (Stogdill, dikutip dari Anwar Kurniadi, 2013).
Menurut teori ini pemimpin dapat berubah dari satu gaya ke gaya lainnya
sesuai dengan perubahan situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin
yang efektif pada situasi tertentu belum tentu mampu bersikap dan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
bertindak efektif pada situasi lain. Menurut teori kepemimpinan situasi
seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan
harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat
kedewasaan bawahan.
5. Transformational Leadership
Robert House, menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif
menggunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan
menampilkan moralitas tinggi untuk meningkatkan karismatiknya.Dengan
kharismanya pemimpin transformational akan menantang bawahannya
untuk melahirkan karya istimewa.Langkah yang dilaksanakan pemimpin
ini biasanya membicarakan dengan pengikutnya bagaimana pentingnya
kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota
kelompok, bagaimana istimewanya kelompok yang akan menghasilkan
karya luar biasa.

4. Gaya Kepemimpinan
a. Gaya kepemimpinan otoriter diruang rawat berguna dalam menolong klien
gawat darurat dimana diperlukan tindakan yang cepat dan tepat.
Disamping itu juga bermanfaat bila pemimpin adalah satu-satunya orang
yang mempunyai informasi dan keterampilan penting dan juga apabila
bawahan tidak percaya diri dalam menyelesaikan suatu tugas.
b. Gaya kepemimpinan demokratis digunakan dalam membimbing perawat
dalam mejalankan tugasnya dalam membuat melakukan asuhan
keperawatan. Kepala ruang memotivasi, mengarahkan , dan memberikan
bimbingan kepada perawat pelaksana dan memberikan penghargaan atas
kemampuan para perawat yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Gaya kepemimpinan kebebasan dikeperawatan akan efektif jika bawahan
mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Gaya
kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bila bawahan kurang
mempunyai kemampuan dan kurang tanggung jawab karena mereka tidak
dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola
atau mengurus. Beberapa ahli manajemen mengemukan pengertian manajemen
dari sudut pandang yang berbeda, antara lain Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti 2 bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa
manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan. Proses manajemen dibagi 14 menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses
dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.
1. Fungsi Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan
yang telah diperhitungkan secara matang-matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan di masa depan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
yang telah ditentukan(Siagian, 1990). Suatu rencana dapat dikatakan baik
apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat, artinya suatu
rencana tidak hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan apa,
dimana, bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa, tetapi juga
penjabarannya dalam bentuk program kerja yang mendetail yang
menyangkut semua segi kehidupan organisasional antara lain :
1) Tata ruang
2) metode kerja
3) sumber dana dan alokasinya
4) target waktu
5) target hasil
6) standar mutu yang harus terpenuhi
7) kriteria pengukuran hasil dan prestasi kerja. singkatnya, suatu
rencana tidak hanya merupakan keputusan tentang apa yang
akan dikerjakan di masa depan, tetapi juga memberikan
petunjuk operasionarisasinya
b. Kesederhanaan artinya berbagai hal seperti teknik penyusunan, bahasa
yang digunakan, sistematik, format, penekanan berbagai prioritas, dan
sebagainya harus jelas. Bahkan idealnya suatu rencana sudah harus
demikian jelasnya sehingga dapat dipahami oleh orang lain, terutama
para pelaksana dan memperoleh pengertian yang sama dengan yang
dimaksudkan oleh para perencana. Hanya saja penting diperhatikan
bahwa kesederhanaan tidak mengurangi pentingnya kelengkapan
rencana tersebut.
c. Fleksibilitas, artinya suatu rencana merupakan keputusan yang akan
dilaksanakan di masa depan, tidak mustahil terjadi perubahan-
perubahan tertentu di dalam dan di luar organisasi yang mengharuskan
peninjauan terhadap bagian-bagian tertentu dari rencana itu.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
d. Rencana yang pragmatic, artinya bentuk dan sifat rencana merupakan
pencerminan dari filsafat manajemen yang dianut oleh pimpinan
organisasi. untuk kepentingan perencanaan, intinya terletak pada
penggabungan pandangan yang idealistik dengan yang pragmatik.
Memang benar bahwa suatu organisasi yang ingin maju dan
berkembang adalah organisasi yang memiliki idealisme.
e. Rencana sebagai instrumen peramalan masa depan, artinya bahwa
merencanakan tidak berarti menggunakan bola kristal yang bentuk,
jenis, dan sifat masa depannya akan terlihat. Akan tetapi, rencana
harus merupakan suatu keputusan yang di dalamnya telah tergambar
situasi dan kondisi yang diperkirakan akan dihadapi di masa depan dan
memberikan petunjuk tentang cara-cara yang dipandang tepat untuk
menghadapinya. Fungsi perencanaan meliputi penentuan sasaran
organisasi, penetapan strategi keseluruhan, pengembangan hirarki
rencana menyeluruh dan memadukan dan mengkoordinasikan
kegiatankegiatan. Dalam manajemen keperawatan, perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan
keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan.
Selama perencanaan perawat manajer menganalisa dan mengkaji
sistem, menyusun strategi dan rencana operasional dan
memprioritaskan aktivitas yang akan dilakukan. Langkah
pengumpulan data terdiri dari pengumpulan informasi tentang pasien,
lembaga, masyarakat, tenaga kerja dan desakan-desakan lingkungan.
Data yang terkumpul akan menjadi suatu pijakan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan yang diambil selama tahap perencanaan.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Suatu rencana yang telah dirumuskan akan ditetapkan sebagai hasil
penyelenggaraan fungsi organik perencanaan, dan dilaksanakan oleh
sekelompok orang yang tergabung dalam satuansatuan kerja tertentu.
Diperlukan berbagai pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
tempat berbagai kegiatan akan diselenggarakan, tetapi juga tata karma yang
harus di taati oleh setiap orang dalam organisasi dengan orang-orang lain,
baik dalam satu satuan kerja tertentu maupun antar kelompok yang ada.
Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi
dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi
dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
sebuah organisasi.Istilah organisasi mempunyai dua pengertian
umum.Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional, misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan,
badan-badan pemerintahan dan lain sebagainya. Kedua, merujuk pada
proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan
di antara para 5 anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai
secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan
orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa
bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan sumber
daya pada tujuan. Dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian,
terdapat lima pertanyaan yang harus terjawab dengan baik, antara lain
adalah :
3. Pengarahan (actuating)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya
sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk
didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang
efektif. Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang paling
fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai
jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat
teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai
rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik
dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas
bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien, efektif dan produktif. Para anggota organisasi akan bersedia
mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian, keterampilan, dan
waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila kepada
mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang hakikat, bentuk, dan
sifat tujuan yang hendak dicapai.
Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk memahami dan
menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut diperkirakan akan lebih
mudah apabila para manajer berhasil pula meyakinkan para bawahannya
bahwa dalam mengemudikan organisasi, para manajer tersebut akan
menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan pengakuan atas harkat
dan mahabat para bawahannya sebagai insan yang ada. Pimpinan
organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan
ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasional yang sekaligus berusaha memuaskan berbagai
kebutuhan para bawahan tersebut. Para manajer perlu menjelaskan
a. Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir
positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian
(reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersamasama.
Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong
kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
b. Manajemen konflik, perubahan kemungkinan menimbulkan konflik
yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang
berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan
asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada. Komunikasi yang
terbuka diarahkan kepada penyelesaian konflik dengan win-win
solution.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
c. Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai
standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai
pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan
partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan
memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan
memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan
demikian pengawasan mengandung makna pembinaan. Pengawasan
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan
langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung,
misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka
katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan
apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan
kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program
jenjang karir perawat bersangkutan.
4. Pengendalian (controlling)
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara
terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan
(controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang
dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Pengawasan bisa
berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus diperhatikan
yaitu:
a) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang
dipergunakan dalam system Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi,
efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.
b) Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan.
c) Pengawasan hendaknya desesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi. Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
susunan, peraturan, kewenangan dan tugastugas yang telah digariskan
dalam uraian tugas (job discription).
d) Banyaknya pengawasan harus dibatasi, artinya jika pengawasan
terhadap karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka
kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai
pengekangan.
e) Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa
mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel,
artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan dimana tindakan
korektif harus diambil.
f) Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya
tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi
penyediaan alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan. 10
g) Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah,
yaitu: menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat
rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil
perbaikan, mengecek timbulnya masalah yang serupa.

C. KONSEP MPKP
1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan.Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien.Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu KATIM dan PP,
sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan
dan terdapat tanggung jawab yang jelas.Pada aspek struktur ditetapkan juga
standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra
berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
2. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan
3. Pilar – Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah :
a. Pilar I : Pendekatan Manajemen (Manajemen Approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang
pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
1) Perencanaan
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka
pendek ; harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Jenis – jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis
yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.Sedangkan untuk jenis
perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang
meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
4. Rencana Harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat.Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
a. Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
- Asuhan keperawatan
- Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Mengecek SDM dan sarana prasarana
- Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
- Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
- Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
- Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
- Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan
untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
b. Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
- Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawabnya.
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
- Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
- Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Merencanakan asuhan keperawatan
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
- Menulis dokumentasi
- Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
- Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian
perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu
orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim
dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post
conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
- Pre conference dan Post conference
- Mendokumentasikan askep
d. Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui
observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian.Setiap Ketua
Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari.Pada akhir bulan
dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing
perawat.
Presentasi RH =         Jumlah RH yg dibuat              x 100%
                                                Jumlah hari dinas pd bulan tersebut

5. Pendelegasian
a. Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan
melalui proses :
1) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
2) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas
3) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuannya
5) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas. Jika bawahan
tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah
tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara
sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
6) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
7) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
b. Penerapan Pendelegasian di MPKP
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas
oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat
Pelaksana.Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas
dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis
terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang
MPKP. Bentuknya dapat berupa :
- Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
- Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab
Shift
- Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan.
Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi
Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab
Shift, tergantung pada personil yang berhalangan.
c. Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP
- Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
- Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil
yang berkompeten dan setara dengan kemampuan yang
digantikan tugasnya
- Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal
secara terinci, baik lisan maupun tertulis

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
- Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi
- Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan dan hasilnya.
d. Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara
self evaluasi.
6. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan
untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang
mumpuni dalam bidang yang disupervisi.Dalam struktur organisisi,
supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana.Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan
menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,
tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses
pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan
dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar
meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar
dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara benar.

b. Penerapan Supervisi di MPKP


Laporan Kelompok VII
Stase Manajemen Keperawatan
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu
professional yang telah ditetapkan.Supervisi dilakukan oleh perawat yang
memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan di
MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
- Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
- Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
- Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf  perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan
materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam
asuhan keperawatan.Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan
pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan.Sedangkan
perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan
keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok
bagi staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-
masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.
c. Evaluasi Aktivitas Supervisi
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang
melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan
cara self evaluasi

7. Komunikasi efektif
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan.Setiap orang berkomunikasi dalam suatu
organisasi.Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
Laporan Kelompok VII
Stase Manajemen Keperawatan
kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi
adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran
yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
2) Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
- Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas
pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung
jawab shift sore.
- Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim atau PJ.
- Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh katim atau PJ tim.
3) Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat
MPKP.Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.

8. Komponen – KomponenMPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut :
- Ketenagaan Keperawatan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
- Metoda pemberian asuhan keperawatan
- Proses Keperawatan
- Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi
derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri
atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang
terdiri atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang
dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20

2. Metoda Pemberian Asuhan Keperawatan :


Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan
pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah
pasien.Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan
primer.
a. Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian
obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan,
observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan
berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana.
Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat
kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan
bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap
perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala
Ruangan.Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh
untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan :
1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang
tenaga keperawatan professional.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan
selalu berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4) Pelayanan tidak professional.
5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
b. Penugasan Keperawatan Tim :
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan
keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana
dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat
professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat
pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan
anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim
melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap
pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah
dibuat.
Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok,
maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan
anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian
yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keuntungan :
1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem
penugasan lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan
professional.
Kerugian :
1) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/
konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,
dibandingkan dengan anggota tim.
c. Penugasan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan ,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di
bawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat asosiet yang akan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan
keperawatan.
Keuntungan :
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat meningkat.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4) Terciptanya kolaborasi yang baik.
5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus
perawat professional.
2) Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan
adalah :
a. Identifikasi masalah
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-
langkah proses keperawatan yaitu :
a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah
masalah keperawatan
c. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. Implementasi rencana, dan
e. Evaluasi hasil tindakan.
4. Dokumentasi Keperawatan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan.Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal
tentang pemberian asuhan keperawatan.Secara lebih spesifik, dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data
untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai
bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan,
catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah
sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima
komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP,
hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan
serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut :
a. Nilai – Nilai Professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan
keperawatan.Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra.PP mempunyai
otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan
yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA.hal ini berarti
PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan
tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
1) Hubungan perawat – klien
2) Hubungan perawat dan praktek

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan Antar Professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain
khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap
hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan Manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA.performa PA dalam satu tim
menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus
dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga
PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e. Sistem Kompensasi Dan Penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang
profesional.Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada
perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur.
Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model
praktek keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan
oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
rumah sakit umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional
dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan
evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian
keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai
kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat
primer.Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan
melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal
pengembangan yang akan menuju profesional I.
9. MPKP Di Rumah Sakit
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi
MPKP yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi
yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada  yang berlatar
belakang pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya 
minimal dari D3 Keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
3. MPKP Profesional
Dibagi 3 tingkatan yaitu :
a. MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan
tetapi Kepala Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai
pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b. MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan
mayoritas Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis
keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan,
sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor
keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa..
Bentuk MPKP yang dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP
pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS menurun,
angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan
kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
BAB III
PENGKAJIAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Torabelo Sigi


RSUD Tora Belo merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Sigi yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD (PPK – BLUD) dan dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
termasuk dalam katagori Non Kelas. RSUD Tora Belo memberikan pelayanan
rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan dilakukan oleh 8
poliklinik yang ada, lengkap dengan dokter spesialisnya. Selain itu ditunjang
dengan unit penunjang antara lain unit laboratorium, radiologi, fisioteraphy dan
juga farmasi serta instalasi rawat darurat yang melayani selama 24 jam.
RSUD Tora Belo Sigi didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi pada tahun
2010. Pembangunan RSUD Tora Belo Sigi atas rekomendasi Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Sigi Nomor: 440/800/1052.a/Kep-Dinkes Tanggal 12
Oktober 2010 tentang Rekomendasi Penerbitan izin Rumah Sakit dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan surat rekomendasi tersebut maka
dikeluarkan ijin mendirikan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sigi pada
tanggal 20 Oktober 2010 melalui Surat Keputusan Bupati Sigi Nomor:
445/306/B.Sigi/2010.
Secara administratif, Kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 Kecamatan.
Masing-masing kecamatan tersebut terbagi menjadi beberapa wilayah administrasi
di bawahnya yaitu desa/UPT. Hingga tahun 2019, terdapat 177 desa, sedangkan
wilayah administrasi setingkat kelurahan belum terbentuk. Ibu kota Kabupaten
Sigi terletak di Bora Kecamatan Sigi Biromaru. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Sigi hingga akhir tahun 2019 yaitu 239.421 jiwa/km 2. Kepadatan
penduduk di 15 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertingii

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
terletak di Kecamatan Sigi Biromaru dengan kepadatan sebesar 47,71 jiwa/Km 2
dan terendah di Kecamatan Lindu sebesar 5,25 jiwa/Km2.
Secara geografis wilayah Kabupaten Sigi terletak pada posisi astronomi
0052’-2003’ Lintang Selatan, dan 119038’-120021’ Bujur Timur dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kabupaten Donggala dan Kota Palu
 Sebelah Selatan : Propinsi Sulawesi Selatan
 Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso
 Sebelah Barat : Kabupaten Donggala dan Propinsi Sulawesi Bara
Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Sigi

Sumber: BPS Kabupaten Sigi Tahun 2017

B. Visi, Misi Dan Filosofi Rumah Sakit Torabelo Sigi

1. Visi dan Misi Rumah Sakit Torabelo Sigi


b. Visi Rumah Sakit
Menjadi rumah sakit kebanggaan masyarakat Kabupaten Sigi yang
Profesional dan Berdaya saing di Sulawesi Tengah
c. Misi Rumah Sakit
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal, profesinal
dan berkualitas bagi segenap lapisan masyarakat
2. Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai dengan
kemajuan pelayanan kesehatan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan Rumah Sakit secara
proposional sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit
d. Tugas
RSUD Tora Belo mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat perorangan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya pelayanan rujukan kesehatan serta penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan, penelitian dan pengembangan bidang kesehatan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
C. Kajian Situasi Ruangan
1. Jenis Pelayanan
Ruang perawatan Cemara merupakan ruang rawat inap interna.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam metode tim digambarkan dalam bagan sebagai
berikut :
Gambar 1.3

Struktur Organisasi Metode Tim

Kepala Ruangan
(Eka Darma Yasa,S.Kep.,Ns)
NIP. 19940415 201908 1 001

Kepala TIM I Kepala TIM II


(Etrika,S.Kep.,Ns.)
NIP. 19910526 201908 2 001 (Kasmiati, A.md.Kep)

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

1. Yospin Mayanti, A.Md.Kep 1. Sitti Andani , A.Md.,Kep


2. Asnidar, A.Md.Kep 2. Syafitrah Oktavianti M, S.Kep.,Ns
3. Sarini, A.Md.,Kep 3. Melsandy, A.Md.Kep
4. Ade Nansi, A.Md.,Kep 4. Annisa Radhita , S.Kep.,Ns
5. Anita, A.Md.,Kep 5. Leni Ria Novita, A.Md.Kep
6. Kasrotul Maulidiyah, A.Md.Kep 6. Ana Safriana, A.Md.Kep
7. Puput Safitri, A.Md.Kep 7. Ilgawati, A.Md.Kep
8. Afran, A.Md.Kep 8. Ramadhan, A.Md.Kep
9. Munawar, A.Md.Kep

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
3. Denah Ruangan
Gambar 2.3 Denah Ruangan Cemara

NURSE

STATION

Keterangan :

: Kamar Pasien : Ruang Tempat Alat

: Ruang Kepala Ruangan

: Pintu ke ruangan

: Nurse Station

: Ruang Tempat Sampah

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen Keperawatan
D. SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian Teori
Pasien menurut Pasal 1 Undang – undang No. 29 tahun 2004 menjelaskan
pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2) Kajian Data
a) Jumlah pasien 3 bulan terakhir diruang Cemara (Bulan September – November
2021)
(1) Bulan September total 68 Orang
(2) Bulan Oktober total 101 Orang
(3) Bulan November total 134 Orang
b) Penyakit terbanyak 3 bulan terakhir (Bulan September – November 2021)

Tabel 2.2
10 Penyakit terbanyak bulan September– November 2021
Jenis September - November
No
Penyakit Laki-laki Perempuan Total
1 Pnemonia 27 15 42
2 Dyspepsia 14 23 37
3 Neoplasma Jinak Lainnya 17 15 32
4 Penyakit Usus 9 20 29
5 Diabetes Melitus 11 17 28
Gangguan Endokrin,
6 10 15 25
Nutrisi dan Metabolik
7 Penyakit Sistem Kemih 5 14 19
8 Demam Berdarah Dengue 8 8 16
9 Hipertensi Ensesial 8 7 15
10 Hipertensi 8 7 15
Total 117 141 258
Sumber: Rekam Medik RSUD Torabelo Sigi Periode September– November 2021

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Tabel 2.3
Profil Asal Daerah Pasien Ruang Cemara Bulan September 2021
No Daerah Asal Jumlah
1 Sigi 65
2 Kota Palu 3
3 Donggala 0
Total 68
Sumber: Buku Register Ruang Cemara Periode September 2021

Tabel 2.4
Profil Asal Daerah Pasien Ruang Cemara Bulan Oktober 2021
No Daerah Asal Jumlah
1 Sigi 101
2 Kota Palu 0
3 Donggala 0
Total 101
Sumber: Buku Register Ruang Cemara Periode Oktober 2021

Tabel 2.5
Profil Asal Daerah Pasien Ruang Cemara Bulan November 2021
No Daerah Asal Jumlah
1 Sigi 141
2 Kota Palu 2
3 Donggala 0
Total 143
Sumber: Buku Register Cemara November 2021

3) Analisa Data
a) Penyakit terbanyak di bulan September – November adalah Pneumonia
b) Asal daerah pasien dari bulan September sampai dengan bulan November
terbanyak adalah asal dari Kabupaten Sigi.
b. Ketenagaan
1. Kuantitas (Penetapan jumlah tenaga keperawatan di ruangan)
a) Kajian Teori

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Tingkat ketergantungan klien di ruang Cemara dinilai dengan
menggunakan instrumen yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan
klien di ruang Cemara dengan acuan instrumen penilaian tingkat ketergantungan
klien dari Orem (total, partial, mandiri). Klasifikasi Tingkat Ketergantungan
Pasien (berdasarkan teori Orem).
1) Minimal Care
 Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
 Mampu naik- turun tempat tidur
 Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
 Mampu makan dan minum sendiri
 Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
 Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
 Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
 Status psikologis stabil
 Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
 Operasi ringan
2) Partial Care
 Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
 Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
 Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
 Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
 Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
 Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
 Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
 Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
 Post operasi minor 24 jam
 Melewati fase akut dari post operasi mayor
 Fase awal dari penyembuhan
 Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
3) Total Care
 Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
 Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke
kereta dorong atau kursi roda
 Membutuhkan latihan pasif
 Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau
NG tube (sonde)
 Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
 Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
 Dimandikan perawat
 Dalam keadaan inkontinensia
 24 jam post operasi mayor
 Pasien tidak sadar
 Keadaan pasien tidak stabil
 Observasi TTV setip kurang dari jam
 Perawatan luka bakar
 Perawatan kolostomi
 Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
 Menggunakan WSD
 Irigasi kandung secara terus menerus
 Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
 Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
b) Kajian Data
Tabel 2.6
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Tahun 2022
Klasifikasi pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
Pag Pag
pasien Siang Malam Pagi Siang Malam Siang Malam
i i
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
Laporan Kelompok VII
Stase Manajemen
Keperawatan
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan Cemara dinilai dengan menggunakan
instrumen penilaian ketergantungan klien menurut orem yaitu teori self care
deficite;total, partial, minima care, (Nursalam, 2012). Klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Perawatan Minimal
Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah pasien masih dapat melakukan sendiri,
mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara umum baik, emosi stabil.Pasien
perlu di awasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Pasien perlu dilakukan observasi
setiap shift, pengobatan minimal dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
Perawatan mandiri memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam.
2) Perawatan Intermediet / Parsial
Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk melakukan
kegiatan sehari – hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberikan
motivasi agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan keperawatan
untuk memonitor tanda-tanda vital, memeriksa produksi urin, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam pendidikan kesehatan secara
persiapan pengobatan memerlukan prosedur. Perawatan parsial memerluakan waktu 3-4
jam/24 jam

3) Perawatan Total
Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan
sehari – harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan pasien sakit berat,
pasien memerlukan observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam, menggunakan selang,
NGT, menggunakan terapi intervena, pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang
pasien dalam kondisi gelisah / disorientasi. Perawatan total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam. Berdasarkan tingkat ketergantungan di atas, maka perlu dilakukan.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Perhitungan untuk mengetahui kebutuhan tenaga perawat di ruangan Cemara RSUD
Torabelo Sigi yaitu:
Tabel 2.7
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Tahun 2022

Shift Klasifikasi Rata rata jumlah Rata – ratax nilai Jumlah


Ketergantungan pasien ketergantungan Perawat

Minimal 18 18x 0,17 = 3,07 3,6

Pagi Partial 2 2x 0,27 = 0,54

Total 0 0

Jumlah Pasien 20 4

Minimal 18 18 x 0,14 = 2,52 2,8

Siang Partial 2 2 x 0,15 = 0,3

Total 0 0

Jumlah Pasien 20 3

Minimal 18 18 x 0,10 = 1,8 3,2

Malam Partial 2 2x 0,7 = 1,4

Total 0 0

Jumlah Pasien 20 3

Sumber :Buku Register Ruangan Cemara tahun 2021

Total tenaga perawat :


Pagi :4
Sore :3
Malam : 3
Jumlah 10 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan perhari yang bertugas di Ruangan Cemara berjumlah 10
orang
Laporan Kelompok VII
Stase Manajemen
Keperawatan
(a)Jumlah tenaga lepas perhari
 Jumlah hari tak kerja pertahun :
Hari minggu pertahun = 52 hari + cuti tahunan 12 hari
Hari besar setahun 24 hari tambah sakit / izin 12 hari
Jadi jumlah keseluruhan 52 + 12 + 24 + 12 = 100 hari
 Jumlah tenaga yang di butuhkan di ruangan Cemara per 24 jam = 10
orang
 Jumlah hari kerja efektif perorang per tahun = 365 hari – 100 hari = 265
hari
 Jumlah perawat yang bebas tugas per hari
Jumlah hari tak kerja pertahun x jumlah tenaga yang diperlukan/24 jam
Jumlah hari kerja efektif perorang/pertahun

100 x 10 = 1.000 = 3,7


265 265
3,7 di bulatkan menjadi 4 orang
Jadi jumlah perawat yang di butuhkan perhari diruangan Cemara
adalah 13 orang
Berdasarkan hasil perhitungan tanggal 05 Januari 2022 Perawat yang
dibutuhkan diruangan Cemara sebanyak 13 orang, dan jumlah perawat
yang ada diruangan Cemara terdapat 10 orang perawat + 2 orang ketua
tim dan 1 orang kepala ruangan = 13 orang tenaga perawat.
2. Kualitas (kuantitatif pendidikan formal, tingkat pendidikan, masa kerja dan
penelitian tenaga keperawatan di ruangan)

a) Kajian Teori
Kualitas adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi
marketing, engineering, manufakture, dan maintanance. Dimana produk dan
jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebuthan dan harapan
pelanggan (Feigenbaum).

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik dinyatakan secara tegas
maupun samar.

b) Kajian Data
Tabel 2.8
Daftar Perawat Ruang Cemara

Masa Pendidikan
No. Nama Perawat Pelatihan
Tabel Kerja Terahir
2.9 BTCLS,ENIL,Pel
atihan Dasar CI,
Pelatihan dasar
1 Eka Darma Yasa,S.Kep.,Ns <5 Tahun Ners
anajemen Rumah
Sakit, Pelatihan
MPKP
2 Etrika, S.Kep.,Ns <5 Tahun Ners BTCLS, ACS
3 Kasmiati, A.Md.Kep D3 Kep
<5 Tahun D3 Kep
4 Ilgawati, A.Md.Kep BTCLS, CWCCA
Ana Safriana,A.Md.Kep <5 Tahun D3 Kep
5 -

6. Yospin Mayanti,A.Md.Kep D3 Kep


7. Sitti Andani,A.Md.Kep >5 Tahun D3 Kep PPGD
Syafitrah Oktavianti M
8. Ners
,S.Kep.,Ns
9. Sarini, A.Md.Kep D3 Kep
10 Ade Nansi, A.Md.Kep >5 Tahun D3 Kep -
11 Anita, A.Md.Kep D3 Kep
12 Annisa Radhita,S.Kep.,Ns D3 Kep
13 Leni Ria Novita, A.Md.Kep D3 Kep
Kasrotul
14 D3 Kep
Maulidiyah,A.Md.Kep
15 Puput Safitri, A.Md.Kep D3 Kep
16 Arfan, A.Md.Kep D3 Kep
17 Ramdhan, A.Md.Kep D3 Kep
18 Kelompok
Laporan Munawar,VII
A.Md.Kep D3 Kep
Stase Manajemen
19 Melsandy, A.Md.Kep D3 Kep
Keperawatan
20 Asnidar, A.Md.Kep D3 Kep
Di

Data sumber : Data Perawat ruangan Cemara tahun 2022

stribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Jumlah %


.
1 Ners 4 20%
2 S1 Keperawatan 0 0%
3 D3 Keperawatan 16 80%
Total 20 100%
Sumber : Data Perawat di ruang Cemara Tahun 2022

c) Analisi Data
Beradasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan perawat
di ruang Cemara bervariasi dengan jenjang pendidikan tertinggi adalah D3
Keperawatan sebanyak 80%, dan S1 Keperawatan sebanyak 0% , dan Ners
Keperawatan sebanyak 20 %.
Tabel 2.10
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Lama Masa Kerja

No Masa Kerja Jumlah %


.
1 ≤ 5 tahun 0 00,0 %
2 ≥ 5 tahun 0 00,0 %
Total 0 00,0%

Beradasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lama masa kerja perawat di
ruang Cemara rata-rata masa kerja ≥ 5 tahun.
c. Sarana dan Prasarana
1) Kajian teori
Menurut Kemkes RI tahun 2010 tentang sarana dan prasarana di rumah sakit.
Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun
teraba oleh panca indera dan dengan mudah dikenali oleh pasien (umumnya)
merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan itupun sendiri. Prasarana

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
adalah benda maupun jaringan atau instalasi yang membuat suatu sarana yang ada
bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan .
Standar mesin yang harus tersedia di ruang rawat inap rumah sakit tipe B
menurut Permenkes Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a) EKG
b) Troli emergensi
c) Infusion pump
d) Nebulizer
e) Pulse oxymetry
f) Stetoskop
g) Syrenge pump
h) Tempat tidur pasien elektrik/manual
i) Tensimeter aneroid/digital
j) Termometer raksa/digital
2) Kajian Data
Tabel 2.11
Jumlah alat pencatatan dan pelaporan di Ruang Cemara RSUD Torabelo Sigi

No Nama alat Data Kondisi Ket.


1. Buku registrasi 1 Baik
2. Buku laporan 1 Baik
3. Kalkulator 1 Baik
4. Buku injeksi 1 Baik
5. Buku vilat sign 1 Baik
6. Pensil merah biru 1 Baik
7. Spidol with bord 2 Baik
8. Penggaris 2 Baik
9. Blangko catt terintegrasi Baik
10. Blangko catt dokter Baik
11. Buku laporan karu 1 Baik
12. Buku katim
13. Buku rapat 1 Baik
14. Lembar konsul Baik
15. Blanko askep Baik
16. Buku panduan MPKP
17. Buku antar barang 1 Baik
18. Buku laboratorium Baik
Laporan Kelompok VII
Stase Manajemen
Keperawatan
19. Buku overan 1 Baik
Sumber: standar fasilitas dan peralatan keperawatan ruangan cemara 2022 dan
hasil observasi

Tabel 2.12
Inventaris alat medis dan keperawatan di Ruang Cemara
RSUD Torabelo Sigi
No Nama Alat Data Kondisi Ket
1. Kursi Roda 5 Baik
2. Tiang Infus 35 Baik
Tensimeter
3. 3 Baik
aneroid/digital
4. Trolly Emergency 3 Baik
5. Suction 0 Tidak ada
7. Lemari pasien 38 Baik
8. Stetoscope 3 Baik
9. Regulator 9 Baik
10. Syring pump 3 1 Baik 2 Rusak
11. Timbangan BB 2 Rusak
12 Ambubag 1 Baik
13. Regulator O2 9 Baik
14. Tabung O2 10 Baik
15. Nebulizer 2 Baik
16. Termometer 1 Baik
17. Set alat GV 1 Baik
18. Sampiran 1 Baik
Sumber: standar fasilitas dan peralatan alat medis di ruangan cemara 2022 dan hasil
observasi

Tabel 2.13
Inventaris alat non medis dan keperawatan di Ruang Cemara
RSUD Torabelo Sigi

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
No Nama Alat Data Kondisi Ket
1.Tempat Tidur+Kasur 35 Baik
2.Loker perawat 1 Baik
3.Lemari pasien 38 Baik
4.Meja Nurse Station 1 Baik
5.Lemari Es 1 Baik
6.Dispenser 1 Baik
7.Lemari Perawat 2 Baik
Lampu penerang Baik
8. 28
ruangan
9. Lampu kamar Mandi 8 Baik
10. Wastafel 1 Baik
11. Kamar Mandi 10 Baik
12. Kloset duduk 10 Baik
13. Jam dinding 1 Baik
14. Apar 0 Tidak ada
15. Nurse Call 1 Baik
16. Komputer 1 Baik
17. Kursi perawat 10 Baik
18. Kipas Angin perawat 3 Baik
19. Kipas Angin pasien 7 Baik
20. Tempat Sampah Medis 2 Baik
Tempat sampah non Baik
21. 3
medis
22. Tempat laken kotor 1 Baik
23. AC 2 Baik
Sumber: standar fasilitas dan peralatan alat non medis di ruangan cemara 2022 dan hasil
observasi

Tabel 2.14
Perlengkapan Atribut di Ruang Cemara RSUD Torabelo

No Nama Atribut Data Analisa Ket.


Struktur
1 Organisasi - Tidak Ada
Ruangan
Poster five Ada
2 -
moment
Poster 6 langkah Ada
3 -
cuci tangan
Poster protokol Ada
4 -
kesehatan
5 Dena Rumah - Ada

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Sakit
Tata Tertib
6 - Ada
RSUD Torabelo
7 Kode Red - Ada
8 Jalur Evakuasi - Ada
Poster UU
9 Tenaga - Ada
Kesehatan
Sumber:Hasil observasi keperawatan ruang Cemara 2022

3) Analisa Data
Dari data alat-alat iventaris ruang Cemara dapat dilihat bahwa alat-alat
inventaris Ruang Cemara dari data yang didapat sebagian besar dalam kondisi baik,
dan masih ada beberapa alat dan perlengkapan yang belum ada dan ada beberapa
alat dalam keadaan rusak. Seperti nomor pada bad pasien dan penanda untuk pasien
yang memiliki resiko jatuh yang tinggi.
d. Metode (Standar Asuhan Keperawatan, Prosedur Tetap)
1) Kajian teori
Menurut Buku Tim Pokja SDKI (2017), SLKI (2019) dan SIKI (2018). SAK
merupakan pemberian askep yang logis, simetris, dinamis dan teratur. Langkah-
langkah proses keperawatan dilakukan secara berurutan meliputi:
a) Pengkajian
Adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan. Askep memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara
terus-menerus guna menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau
keperawatan yang dialami pasien.
Tahap pengkajian data terdiri dari 3 kegiatan yaitu:
(1) Pengumpulan data keperawatan
(2) Pengelompokan data atau analisa data
(3) Perumusan diagnosa

b) Diagnosa

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Menurut buku Tim Pokja SDKI (2017), diagnosis keperawatan merupakan
suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan.
c) Perencanaan
Menurut Buku Tim Pokja SIKI (2018) intervensi keperawatan adalah
segala treatmen yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di
harapkan.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan yaitu:
(1) Kriteria Struktur
(a) Sarana, yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan
(b) Adanya mekanisme pencatatan sehingga dapt di komunikasikan
(2) Kriteria Proses
(a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah tujun dan rencana
tindakan keperawatan
(b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
(c) Perencanaan bersifat individual (sebagai individu, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien)
(d) Mendokumentasikan rencana keperawatan
(3) Kriteria Hasil
(a) Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien
(b) Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis
keperawatan
(c) Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapatkan
(d) Perencaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan

d) Tindakan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Tindakan keprawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2) Kajian Data
Penerapan SAK dengan metode SDKI, SLKI dan SIKI. Berdasarkan hasil
study dokumentasi terhadap 4 dokumen askep, adapun pasien yang dirawat
minimal selama 3 hari atau lebih perawatan di Ruang Cemara diperoleh data
tentang pendokumentsian askep sbb:
a) Subyektif
b) Obyektif
c) Assesment
d) Planning
e) Intervensi
f) Evaluasi
3) Analisa data
Berdasarkan hasil evaluasi pendokumentasian askep dan penilaian standar
askep dapat dinilai pada pelaksanaan pendokumentasian askep dituliskan secara
lengkap sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Unsur Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Kajian Teori
a) Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

b) Tahap-Tahap Proses Keperawatan Pengkajian

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
c) Diagnosa Keperawatan
Menurut buku Tim Pokja SDKI (2017), diagnosis keperawatan merupakan
suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan.
Perumusan diagnosa keperawatan:
(1) Actual :menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan. Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan
divalidasi pada klien.
(2) Resiko: menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami
masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda atau gejala mayor dan minor
pada klien, namun klien memiliki faktor risiko mengalam masalah
kesehatan
(3) Promosi Kesehatan : menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien
untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau
optimal.
d) Rencana Keperawatan
Menurut Buku Tim Pokja SIKI (2018) intervensi keperawatan adalah
segala treatmen yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di
harapkan.
e) Implementasi Keperawatan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap - tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
(1) Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
(2) Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen, dependen, dan interdependen.
(3) Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
f) Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran
evaluasi adalah sebagai berikut :
(1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/rencana yangtelah disusun.
(2) Hasil tindakan keperawatan,berdasarkan criteria keberhasilanyang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
(1) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
(2) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
(3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. dalam hal
ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai
yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.Setelah seorang perawat
melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus di dokumentasikan
dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.
g) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter
2015).
Potter (2015) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu :
(1) Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan
(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual, edukasi
klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan
(2) Tagihan Financial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan
mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi
klien.
(3) Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus
ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk
mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

(4) Pengkajian

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan merencanakan
intervensi yang sesuai.
(5) Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
(6) Audit dan pemantauan Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan
klienmemberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan
perawatan yang diberikan dalam suatu institusi.
(7) Dokumentasi legal Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu
pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan. Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan
perawatan klien secara individual.
Ada enam penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu:
(a) Dasar faktual Informasi tentang klien dan perawatannya harus
berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.
(b) Keakuratan Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat
dapat dipertahankan klien.
(c) Kelengkapan Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,
mengandung informasi singkat tentang perawtan klien.
(d) Keterkinian Memasukan data secara tepat waktu penting dalam
perawatan bersama klien.
(e) Organisasi Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau
urutan yang logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri
klien, pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.
(f) Kerahasiaan Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain
dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan
dibocorkan.
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat.
Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat menggambarkan tentang
kinerja seorang perawat.
2) Kajian Data
Tabel 2.15
Hasil Observasi
Aspek yang
NO Keterangan
Dinilai
1 Pengkajian Dari 20 status pasien yang dikaji semuanya lengkap
2 Diagnosa Perumusan diagnosa sudah mempunyai format baku
Keperawatan (SAK) namun dalam penulisannya yang belum sesuai.
Tetapi belum menerapkan SDKI,SLKI,dan SIKI sebagai
acuan perumusan diagnose keperawatan.
3 Perencanaan Perumusan perencanaan sudah sesuai standar NIC .
4 Implementasi Penulisan implementasi langsung ditulis setelah
dilakukan
5 Evaluasi Evaluasi sudah dilakukan sesuai standar yang ada yaitu
SOAP, dan semua status pasien selalu ada evaluasi.
6 Dokumentasi Dokumentasi keperawatan hampir semuanya sudah
Keperawatan lengkap dan pendokumentasian keperawatan dilakukan
segera setelah tindakan. Tetapi sistem
pendokumentasian di ruangan masih dilakukan secara
manual (belum ada komputerisasi)

3)
Berdasarkan kajian data yang diperoleh dari hasil observasi di ruang Cemara
selama 5 hari, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a) Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien di Ruangan Cemara sudah mulai
dilakukan secara sistematis, akurat, singkat, dan berkesinambungan dan ada
beberapa pendokumentasian status pasien belum diisi dengan lengkap.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dinilai relevan dengan kondisi yang ditemukan
pada pasien dan penulisan asuhan keperawatan belum sesuai standar asuhan
keperawatan yang berlaku di RSUD Torabelo.

c) Perencanaan

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil sudah sesuai kaidah NOC, serta rencana tindakan
sudah sesuai dengan kaidah NIC dan sesusi kondisi dan kebutuhan pasien.
d) Implementasi
Secara umum implementasi di Ruangan Cemara sudah cukup baik.
e) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan di Ruangan Cemara sudah sesuai dengan
unsur kesinambungan komprehensif dan ketetapan waktu, serta pemanfaatan
data dasar dan respon pasien dalam mengukur perkembangan pencapaian tujuan
telah optimal.
f) Dokumentasi Keperawatan
Format asuhan keperawatan yang baku di Ruangan Cemara sudah tersedia
dan terlampir dalam format rekam medik pasien dan perawat sudah mengerti
cara pengisian format dokumentasi secara benar dan tepat, dan dari hasil
observasi hampir semua status pengisiannya sudah lengkap dan perawat sudah
melakukan pendokumentasian secara tepat waktu (segera setelah melakukan
tindakan).

3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat
1) Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan rumah
sakit, yang meliputi:
a) BOR (Bed Occupancy Rate), menunjukkan seberapa jauh pemakaian tempat
tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu.
Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah 75 – 85%.
Perhitungan BOR:

ƩJumlah hari perawatan


BOR = x100%
Jumlah tempat
Keterangan: TT:tidur x Jumlah
tempat tidur hari/ Periode
b) LOS (Length Of Stay), menunjukkan lama waktu yang dirawat pada setiap
pasien. Waktu rawat yang baik maksimum 12 hari. Standar nasional untuk
rumah sakit dalam satu tahun adalah 7 – 10 hari.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Perhitungan LOS:
Jumlah lama perawatan
LOS =
Jumlah pasien keluar atau mati
c) TOI (Turn Over Internal), menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai
dengan diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk RSU dalam satu tahun.
Perhitungan TOI:
( ƩJumlah Tempat Tidur x Periode ) - Jumlah hari perawatan
TOI=
(Ʃ Jumlah pasien keluar )

d) BTO (Bed Turn Over), menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah
sakit satu satuan waktu tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat
pemakaian tempat tidur. Standar 40 – 45 kali untuk RSU dalam satu tahun,
sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojobroto, 1997).

Jumlah pasien keluar )


BTO=
Jumlah tempat tidur

Tabel 2.20
Indikator Efisiensi Ruangan
No. Indikator Standar
1. BOR 75-85 %
2. LOS 7-10 Hari
3. TOI 1-3 Hari
4. BTO 40-45 Kali
Sumber: Djojobroto, 1997

2) Kajian Data
Pengumpulan data untuk efisiensi ruang rawat inap khususnya Ruangan
Cemara dilakukan dengan studi dokumentasi dengan menggunakan data rekam
medik. Berdasarkan data ruang cemara Rumah Sakit Umum Daerah Torabelo Sigi
tahun 2022, data yang diperoleh untuk Ruangan Cemara adalah sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur : 35 tempat tidur
Jumlah hari perawatan (September - November): September : 300 hari
Oktober : 496 hari

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
November : 600 hari
Total : 1396 hari
Jumlah hari dalam 3 bulan (September-Oktober) : 91 hari
Jumlah pasien keluar dan meninggal : September : 68 orang
: Oktober :101 orang
: November :134 orang
a)BOR

 Bulan September
jumlah hari perawatan
BOR= x 100%
jumlahtempat tidur x jumlah hari/ periode

300
= x 100 %
35 x 30

300
= x 100 %
1050

= 28,57% = 28%

 Bulan Oktober
jumlah hari perawatan
BOR = x 100%
jumlah tempat tidur x jumlah hari/ periode
496
= x 100 %
35 x 31
496
= x 100 %
1050
= 47,23 % = 47%
 Bulan November
jumlah hari perawatan
BOR = x 100%
jumlah tempat tidur x jumlah hari/ periode
600
= x 100 %
35 x 30
600
= x 100 %
1050
= 57%

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
b)LOS

September
jumlah hari perawatan
LOS =
jumlah pasien keluar atau mati
300
=
68
= 4,4 Hari = 4 Hari

Oktober
jumlah hari perawatan
LOS =
jumlah pasien keluar atau mati
496
=
101
= 4,9 Hari = 5 Hari

November
jumlah hari perawatan
LOS =
jumlah psien keluar atau mati

600
=
134
= 4,4 Hari = 4 Hari
c)TOI

Bulan September
( ƩJumlah Tempat Tidur x Periode ) - Jumlah hari perawatan
TOI =
(Ʃ Jumlah pasien keluar )

( 35 x 30 )−300
=
68

= 1,0 hari = 1 Hari

Bulan Oktober

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
( ƩJumlah Tempat Tidur x Periode ) - Jumlah hari perawatan
TOI =
(Ʃ Jumlah pasien keluar )

( 35 x 31 )−496
=
101

= 5,8 hari = 6 Hari

Bulan November
( ƩJumlah Tempat Tidur x Periode ) - Jumlah hari perawatan
TOI =
(Ʃ Jumlah pasien keluar )

( 35 x 30 )−600
=
134

= 3,3 hari = 3 hari

d)BTO

Bulan September
jumlah pasien keluar
BTO =
jumlah tempat tidur

68
=
35

= 1,9 = 2 Kali

Bulan Oktober
jumlah pasien keluar
BTO =
jumlah tempat tidur
101
=
35

= 2,8= 3 Kali

Bulan November
jumlah pasien keluar
BTO =
jumlah tempat tidur

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
134
=
35

=3,8= 4 Kali

Indikator efisiensi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.21
Efisiensi Ruangan Cemara
No Indikator
Bulan
. BOR LOS TOI BTO
1. September 28% 4 1 2
2. Oktober 47% 5 6 3
3. November 57% 4 3 4
Rata-rata 44% 4 3 3
7-10 1-3
Standar 75-85% 5-45 kali
hari hari
Sumber : Buku Laporan Ruangan Cemara September-November2021

3) Analisa Data
a) BOR
Dari hasil tabel efisiensi Ruangan Cemara di atas, nilai rata-rata BOR/3
bulan yaitu 44% artinya tidak memenuhi standar menurut Djojobroto 1997.
b) LOS
Dari hasil tabel efisiensi Ruangan Cemara di atas, nilai rata-rata LOS/3
bulan yaitu 4 hari artinya tidak memenuhi standar menurut Djojobroto 1997.
c) TOI
Dari hasil tabel efisiensi Ruangan Cemara di atas, nilai rata-rata TOI/3
bulan yaitu 3 hari artinya memenuhi standar menurut Djojobroto 1997.
d) BTO

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Dari hasil tabel efisiensi Ruangan Cemara di atas, nilai rata-rata BTO/ 3
bulan yaitu 3 kali artinya tidak memenuhi standar menurut Djojobroto 1997.
4) Kajian Analisa SWOT

KEKUATAN 1. Memiliki Jadwal dinas yang sudah tersusun secara baik


2. Ruangan dilengkapi dengan komputer untuk memudahkan
dalam manajemen rekam medis
3. Terdapat alat kesehatan seperti alat pemeriksaan fisik, troli
tindakan, cairan, obat-obatan sebagai persediaan pada
tempatnya.
KELEMAHAN 1. Belum melaksanaan pre dan post conference di ruangan
Cemara
2. Belum memiliki nomor bed yang dapat memudahkan
perawat dalam mengenali tempat pasien
3. Belum optimalnya penggunaan tanda Resiko jatuh di
ruangan perawatan Cemara RSUD Torabelo
4. Belum melaksanakan ronde keperawatan
5. Tidak memiliki struktur organisasi
6. Tidak memiliki gelang identitas pasien
PELUANG 1.Rumah sakit memberikan kebijakan untuk mengikuti
pelatihan bagi perawat diruangan
2.Sebagai tempat lahan praktik manajemen keperawatan
program profesi Ners
3.Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
ANCAMAN 1. Adanya tuntutan tinggi dari pasien untuk pelayanan yang
lebih professional
2. Kebebasan PERS mengakibatkan mudahnya penyebaran
informasi didalam ruangan ke masyarakat luas

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
BAB IV

HASIL DAN EVALUASI

A. RUMUSAN MASALAH
1. Input
a. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di Ruang Cemara dari segi jumlah sudah memenuhi
standar yang telah ditentukan, hanya saja ada beberapa fasilitas yang belum
tersedia di ruangan seperti: Nomor bed yang ada pada tempat tidur pasien dan
papan penanda untuk pasien dengan Resiko jatuh.
b. Metode
Belum maksimalnya metode penugasan perawat primer (perawat
bertanggung jawab penuh terhadap askep pasien mulai dari masuk sampai keluar
RS).
2. Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi)
b. Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruangan Cemara belum dilakukan secara
maksimal.
c. Pelaksanaan Pre Conference
Pelaksanaan pre conference di Ruangan Cemara belum dilakukan secara
Laporan Kelompok VII
Stase Manajemen
Keperawatan
maksimal sejak pandemi Covid-19. Ada beberapa kegiatan pre conference yang
belum dilakukan secara maksimal seperti: ketua tim jarang menentukan
diagnosa keperawatan yang akan dikerjakan, ketua tim kadang merencanakan
tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan, ketua tim kadang menulis
waktu dan perawat yang akan melakukan tindakan, dan jarang setiap tim
menyepakati waktu konferensi akhir.

d. Pelaksanaan Post Conference


Pelaksanaan prepost conference di Ruangan Cemara belum dilakukan
secara maksimal sejak pandemi Covid-19. Ada beberapa kegiatan prepost
conference yang belum dilakukan secara maksimal seperti: ketua tim jarang
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan dan kadang memberikan reinforcement
pada perawat pelaksana.
e. Pelaksanaan Operan
Pelaksanaan operan sudah dilaksanakan tetapi belum maksimal. Ada
beberapa yang belum dilakukan secara maksimal seperti: kelompok yang akan
bertugas tidak menyediakan catatan, kepala ruangan jarang membuka acara
operan, Karu atau Katim/PP kadang menanyakan kebutuhan dasar pasien dan
kadang dilakukannya diskusi di Ners Station.

3. Output (Mutu Asuhan Keperawatan)


Secara umum mutu pelayanan sudah berjalan dengan baik, tetapi masih
terdapat beberapa item pelayanan yang belum memuaskan pasien/keluarga pasien,
terutama dalam hal privasi pasien dan personal hygiene pada pasien yang bedrest
total (total care).

B. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah dilakukan dengan tehnik CARL dengan
memperhatikan aspek – aspek sebagai berikut :
- Capability (C) yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan peralatan)
- Accessebility(A) yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
- Readiness(R) yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana
- Leverage (L) yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1 – 10.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
Table 2.22
Prioritas Masalah Keperawatan

No. Masalah C A R L Total nilai Prioritas


(CxAxRxL)
1. Belum optimalnya pelaksanaan 9 8 8 8 4.608 I
Patient Safety (Resiko Jatuh) di
Ruangan Rawat Inap Rajawali
Bawah.
2. Belum optimalnya penggunaan 8 8 8 8 4.096 II
nomor pada tempat tidur pasien
3. Belum optimalnya pelaksanaan 8 8 8 8 2.352 III
prepost conference di ruangan
rajawali bawah

Dari table diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut :


a. Belum optimalnya pelaksanaan Patient Safety (Resiko Jatuh) di Ruangan
Rawat Inap Cemara.

Laporan Kelompok VII


Stase Manajemen
Keperawatan
C. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PRIORITAS MASALAH (FISHBONE ANALYSIS)

ENVIRONMENT/
LINGKUNGANKERJA METHODS/ METODE

TIDAK ADA TANDA PERINGATAN


BELUM ADA DOKUMENTASI/
AREA DENGAN RESIKO JATUH
TINGGI FORM ORIENTASI PADA REKAM
MEDIK
TIDAK DILAKUKAN TANDA
KHUSUS STIKER KUNING
TIDAK DILAKUKAN RESIKO JATUH
PEMASANGAN TANDA RESIKO
JATUH DI BED PASIEN TIDAK DILAKUKAN ASSESMEN
ULANG PADA PASIEN RESIKO
JATUH

Belum
optimalnya
Manajemen
patient safety
(Resiko jatuh)
PEMBERIAN INFORMASI
TIDAK /KURANG JELAS AKIBAT
KAMAR MANDI TIDAK
BEBAN PEKERJAAN TINGGI
DILENGKAPI REL PENGAMAN
BELUM SEMUA PETUGAS
DAPAT
MENGIDENTIFIKASI
RESIKO JATUH
BED SIDE RAIL TIDAK
BELUM MAKSIMALNYA
TERPASANG KARENA
ORIENTASI RUANG RAWAT INAP
KURANGNYA PEMELIHARAAN
PADA PASIEN/KELUARGA OLEH
PETUGAS

MANPOWER/ SDM MATERIAL


D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

No Masalah METODE Waktu Alternatif Pemecahan Masalah Penanggung Jawab


.
1. Belum optimalnya Diseminasi terkait Minggu  Pembuatan papan penanda resiko jatuh. Nadila yuninda, S.Kep
pelaksanaan Patient materi tentang II  Melakukan Pretest sebelum penyuluhan
Safety (Resiko Jatuh) di manajemen patient
ruang rawat inap rajawali safety  Melakukan sosialisasi tentang manajemen
bawah. patien safety (resiko jatuh)
Sosialisasi terkait SOP Minggu  Melakukan Postest setelah penyuluhan
Resiko jatuh III

2. Belum optimalnya Diseminasi terkait Minggu  Pembuatan nomor bed Moh. Djunaidi Kallo,
penggunaan nomor pada tentang papan II  Penempatan nomor bed di tempat yang lebih S.Kep
tempat tidur pasien penanda penomoran stategis agar dapat mempermudah perawat
bed dalam mengenali pasien
3. Belum optimalnya Redemonstrasi Minggu  Melakukan rollplay Nur Annisa F.Adam,
pelaksanaan prepost pelaksanaan prepost II  Melakukan pendokumentasian pada saat S.Kep
conference di ruangan conference rollplay
rajawali bawah
E. RENCANA KEGIATAN

3.3 Tabel PLAN OF ACTION ( POA )

Indikator
No Masalah Data Tujuan Kegiatan Waktu HASIL
Keberhasilan
1 Belum 1. Tidak adanya Kepala 1. Mahasiswa Profesi Ners Tersedianya Minggu Didapatkan hasil :
optimalnya papan penanda Ruangan, menyediakan papan papan penanda II-III perawat diruangan
pelaksanaan resiko jatuh Mahasiswa dan penanda resiko jatuh resiko jatuh dan rajawali bawah telah
Patient Safety 2. tidak Perawat di 2. Mahasiswa profesi ners optimalnya mampu memahami
(Resiko tersedianya ruangan Ruangan melakukan penilain pre manajemen tentang manajemen
Jatuh) di khusus untuk Rajawali bawah test dan post test patient safety patient safety (resiko
ruang rawat melakukan Bekerjasama 3. Mahasiswa profesi ners (resiko jatuh) di jatuh) didapatkan dari
inap rajawali tindakan dalam melakukan penyuluhan ruangan hasil pre test yang
bawah. 3. belumoptima Pengadaan tentang manajemen penyakit dalam dilakukan sebelum
lnya manajemen papan penanda patient safety (resiko Rajawali bawah penyuluhan dan post
patien safety di resiko jatuh. jatuh) test yang dilakukan
ruangan rajawali setelah penyuluhan
bawah dengan hasil rata-rata
dari 10 item soal 90%
terjawab dengan
benar. Maka kami
menyimpulkan
perawat di ruangan
rajawali bawah sudah
memahami tentang
manajemen patient
safety.
2 Belum 1.Kepala 1. Mahasiswa Profesi Ners Tersedianya Minggu Didapatkan hasil :
optimalnya Tid
Ruangan, menyediakan tanda untuk nomor bed yang Ke II Setelah dilakukan
penggunaan akMahasiswa dan bad pasien lengkap di penomoran bed
nomor bed ada
Perawat di 2. Mengusulkan penyediaan Ruangan perawat mengatakan
pada tempat nya
Ruangan ruangan khusus penyakit dalam lebih mudah dalam
tidur pasien pap
Rajawali bawah untuk melakukan Rajawali bawah melaksanakan
anBekerjasama tindakan. tindakan keperawatan
pen
dalam 3. Pembaruan struktur karena tertolong
and
Pengadaan pegawai ruangan dengan nomor bed
a nomor bed yang terpasang
pad
pasien. ditempat yang lebih
a mudah dijangkau.
bad
pas
ien.
2.
kes
ulit
an
per
aw
at
dal
am
me
nge
nali
pas
ien
kar
na
no
mo
r
bed
yan
g
tida
k
lagi
len
gka
p

3. Belum 1. Belum Penerapan hand 1. Mengoptimalkan Penerapan hand Minggu Didapatkan hasil :
optimalnya maksimal over bisa pelaksanaan handover over di Ruangan Ke II- Setelah mahasiswa
pelaksanaan dilakukannya diterapkan Secara rutin Rajawali bawah III profesi ners
prepost hand over dengan 2. Kepala ruangan dan terlaksana melakukan
conference di diruangan maksimal katim mengoptimalkan dengan optimal Redemonstrasi prepost
ruangan rajawali bawah. kembali tugas perawat conference dengan
rajawali 2. Pemberlakuan pelaksana melakukan Rollplay
bawah pembatatasan 3. Membuat form selama 2 minggu
kerumunan di perumusan diagnose diruangan Rajawali
saat kasus keperawatan berdasarkan Bawah. Karu, Katim,
pandemi covid- SDKI dan PP sudah lebih
19 di RSAP maksimal dalam
meningkat penerapan prepost
confrence dan tetap
mematuhi protokol
kesehat covid-19
dengan lebih menjaga
jarak.
PLANNING OF ACTION (POA)
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN
KELOMPOK X PROFESI NERS STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
RUANGAN RAJAWALI BAWAH
RSU ANUTAPURA PALU

Minggu I Minggu II Minggu III Ket

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
No Kegiatan

1 Penerimaan mahasiswa di Rumah Sakit


Anutapura Palu

2 Pengumpulan data

3 Analisa data

4 Hasil dan perencanaan

5 Roleplay

6 Implementasi kegiatan

7 Evaluasi

8 Seminar akhir stase


F. EVALUASI
1. Kognitif
a. Tingkat Pengetahuan (knowladge)
Perawat mampu mengikuti pre test dan post tes yang dilakukan sebelum
melakukan sosialisasi tentang manajemen patient safety
b. Tingkat Pemahaman (comprehension)
Dari hasil pre test dan post tes memiliki hasil yang berbeda dengan hasil post
test yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata hasil post test 90%
c. Tingkat Penerapan (aplication)
Perawat di ruangan rajawali bawah mampu mengaplikasikan penerapan
manajemen patient safety (resiko jatuh) dengan penggunaan papan penanda
resiko jatuh pada pasien yang memiliki resiko jatuh yang tinggi.
d. Tingkat Analisis (Analysis)
Perawat mampu mengoptimalkan pelayanan keperawatan pada pasien diruang
rawat inap rajawali bawah dengan menggunakan fasilitas yang telah di sediakan
seperti penomoran bed dan pembuatan penanda resiko jatuh.
e. Tingkat sintesis (synthesis)
Perawat mampu lebih mengoptimalkan pelayanan di ruangan rawat inap
rajawali bawah.
f. Tingkat Evaluasi (evaluation)
Dengan dilakukannya kegiatan tersebut diharapkan agar peningkatan pelayanan
di ruangan rajawali bawah lebih optimal dengan mempertahankan penerapan
manajemen patient safety dan pelaksanaan handover setiap harinya.
2. Psikomotor
a. Perawat mampu menggunakan papan penanda resiko jatuh yang telah disiapkan
dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien memiliki resiko jatuh
yang tinggi
b. Perawat lebih optimal dalam mengenali pasien karena penomoran bed yang
lebih spesifik
c. Perawat lebih optimal dalam melakukan prepost conference setiap harinya
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka kelompok X profesi Ners
Stase Manajemen Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan manajemen patient safety (resiko jatuh) didapatkan hasil
bahwa belum optimalnya penggunaan papan penanda resiko jatuh diruangan
karena tidak adanya sarana, dan setelah dilakukan sosialisasi dan pengadaan
papan penanda manajemen patient safety (resiko jatuh) di ruang rawat inap
rajawalai bawah lebih optimal yang di dukung dengan partisipasi perawat yang
sangat antusias dalam mengikuti sosialisasi dan mengikuti pre test dan post test.
2. Dalam pelaksanaan pengadaan papan penanda pada tempat tidur pasien
didapatkan hasil bahwa sebelumnya tempat tidur pasien memiliki nomor bed
hanya saja penempatan nomor bed tersebut belum mampu mengoptimalkan
pelayanan keperawatan di karenakan nomor bed yang sebagian sudah tertukar-
tukar, dan setelah dilakukan pembaruan nomor bed perawat lebih dimudahkan
lagi dalam mengenal pasien
3. Pelaksanaan prepost conference yang belum optimal dikarenakan pembatasan
akibat pandemi covid-19 yang mengakibatkan pelaksanaan prepost conference
di ruangan menjadi kurang optimal, setelah dilakukan rollplay selama 2 minggu
didapatkan hasil telah optimalnya pelaksanaan prepost conference di ruangan
rajawali bawah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki
beberapa saran antara lain :
a. Pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di ruangan rawat inap Rajawali
Bawah Rumah Sakit Anutapura Palu.
b. Pengoptimalan pelaksanaan MPKP dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan mengingat kondisi saat ini masih pandemi covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Kurniadi, S. M. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

M. Hadi Mulyono, A. H. (2013). Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat Di


Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon.18-26.

Nursalam.(2012). MANAJEMEN KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

Agus Kontoro.2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Yogyakarta:Nuha Medika.


Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Tappen GR (2001) Nursing Leadership and Management Consep and Practice , 4 th ed,
FA Davis, Philadelphia

Marquis. B.L & Huston, C.J (2000). Management Decision Making for Nurses. 124 case
Studies. 3rd Ed. J.B. Lippincott. Philadelphia.
Yukl, Gary A. 1998. Leader Ship in Organzations.Jakarta : Prenhallindo

Gillis, D.A., (2006). Nursing Management.2nd Ed. W.B. Saunders. New York

Brown, H. Douglas. (1984). Principles of Language Learning and


Teaching.EnglewoodCliffs.Prentice-Hall.
Hoffart, N. & Woods, C.G. (1996).Element of Nurshing Professional PracticeModels
Journal of Professional Nurshing Vol. 12, No 6, pp. 354 - 364.
Loveridge, C.E. & Cumming, S.H. (1996).Nurshing Management In The NewParadigm.
Maryland. An. Aspen Publication.
Marquis, B.L. & Houston, C.L. (2008) .Management dicisionmarking for
nurse.Philadelphia : Lippiincott.

Anda mungkin juga menyukai