W DENGAN
POST OPERASI LAPARATOMI PERITONITIS
DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS
Untuk memenuhi tugas mata Kuliah Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Profesi Ners Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Sodirman
Oleh :
A. LATAR BELAKANG
Kegawatan abdomen merupakan suatu keadaan klinik akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan keluhan
nyeri. Keadaan ini memerlukan penangan segera berupa tindakan bedah, seperti
pada perforasi, perdarahan intra abdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadi peritonitis (Dahlan. M,
2004).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi organ-organ abdomen (misalnya appendicitis,
salpingitis, perforasi usus gastroduodenal), rupture saluran cerna, komplikasi
post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan. M, 2004).
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa. Gejala berbeda-beda tergantung luas peritonitis, beratnya
peritonitis, dan jenis organisme yang bertanggungjawab. Gejala utama adalah
nyeri perut, muntah, abdomen tegang, kaku, demam, dan leukositosis (Price &
Wilson, 2005).
Prinsip pengobatan pada peritonitis adalah dengan pemberian
antibiotic yang sesuai, dekompresi saluran gastrointestinal dengan penyedotan
intestinal atau nasogastric, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara
intravena, tirah baring dalam posisi fowler, pembuangan fokus septik (appendik
dan lain-lain) atau penyebab inflamasi lainnya (bila mungkin), dan tindakan
untuk menghilangkan nyeri (Price & Wilson, 2005).
Angka kejadian peritonitis di Amerika pada tahun 2011 diperkirakan
750 ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam keadaan syok.
Dalam setiap jamnya didapatkan 25 pasien mengalami syok dan satu dari tiga
pasien syok berakhir dengan kematian. Angka insiden inimeningkat 91,3%
dalam sepuluh tahun terakhir di ICU diluar penyebab penyakit peritonitis.
Angka insidensi syok masih tetap meningkat selama beberapa decade, rata-
rataangka mortalitas yang disebabkannya juga cenderung konstan atau hanya
sedikit mengalami penurunan. Kejadian peritonitis tersebut dapat memberikan
dampak yang sangat kompleks bagi tubuh. Adanya penyakit peritonitis
menjadikan kasus ini menjadi prognosis yang buruk.
Hasil survey pada tahun 2008 angka kejadian peritonitis di sebagian
besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah
pasien yang menderita penyakit peritonitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah
penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang (Depkes RI, 2008). Hasil
survey Jawa Tengah tahun 2009, jumlah kasus peritonitis dilaporkan sebanyak
5.980 dan 177 diantaranya menyebabkan kematian. Jumlah penderita peritonitis
tertinggi ada di kota Semarang, yakni 970 orang (Dinkes Jateng, 2009).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan tentang peritonitis dan terampil dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi laparatomi dengan
peritonitis.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami tentang konsep teori tentang peritonitis.
b. Memahami tentang konsep teori asuhan keperawatan pada
peritonitis.
c. Memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post
operasi laparatomi peritonitis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4. Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan
infeksi tersebar luas pada pemukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen
(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi
fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat
fibrin merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh,
dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di
antara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan
mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan
kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang
steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak
mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran
kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal
sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari
berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien
akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan
abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam
rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman
yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan
bakteri dengan neutrofil.
Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan
pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat
koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli.
Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida
albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor
APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh
mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga
diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga
mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan
multiple organ failure (MOF).
5. Pathway Keperawatan
Respon Inflamasi
Sekresi mukus terus-menerus
Tindakan Pembedahan
Laparatomi
Post Operasi
Kerusakan integritas
kulit Resiko infeksi
Nyeri
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa peritonitis
yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
b. X. Ray
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada peritonitis adalah sebagai
berikut:
a. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena
syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan
diberikan cairan vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan
protein. Biasanya selang usus dimasukkan melalui hidung ke dalam
usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
b. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah
dan perbaikan dapat diupayakan.
c. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis,
seperti apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi
pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
8. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada peritonitis adalah sebagai
berikut:
a. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral
yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok
dan gagal ginjal.
b. Abses peritoneal
c. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas.
d. Sepsis
2) Inspeksi :
a) Kepala : Keadaan rambut, mata, muka, hidung, mulut,
telinga dan leher
b) Abdomen: biasanya terjadi pembesaran limfa.
c) Genetalia : Tidak ada perubahan
3) Palpasi abdomen : Teraba pembesaran limfa , perut kembung,
nyeri
4) Auskultasi : peristaltik usus menurun
5) Perkusi abdomen : hipersonor
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus post operasi peritonitis
berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2018)
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur
pembedahan).
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses operasi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma bedah dan prosedur
invasif.
3. Intervensi Keperawatan
Keterangan:
1. Lesi kulit > 3 cm
2. Lesi kulit 3 cm
3. Lesi kulit 2 cm
4. Lesi kulit 1 cm
5. Tidak ada lesi kulit
3. Resiko infeksi (00004) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi 6540
berhubungan dengan proses selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi
1. Batasi dan kontrol lalu lalang
pembedahan. pada klien pengunjung.
Dengan kriteria hasil: 2. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan
Definisi : peningkatan resiko
Keparahan Infeksi (0703) universal/universal Percautions
masuknya mikroorganisme
pathogen. Indikator Awal Target 3. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
1. Cairan luka berbau 5 5 pasien lain.
Faktor resiko: 4. Pertahankan teknik isolasi.
busuk
- Prosedur invasif. 2. Demam 5 5 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Ketidakcukupan pengetahuan tindakan keperawatan.
3. Drainase purulent 5 5
untuk menghindari paparan 6. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
Keterangan: tangan.
pathogen. 1. Berat (terdapat cairan luka berbau
- Trauma. 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
busuk sebanyak > 10 cc). pelindung.
- Kerusakan jaringan dan
2. Cukup berat (terdapat cairan luka 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
peningkatan paparan
lingkungan. berbau busuk sebanyak 5 – 10 cc). pemasangan alat.
- Malnutrisi. 3. Sedang (terdapat cairan luka berbau 9. Tingkatkan intake nutrisi.
- Ketidakadekuatan imun busuksebanyak 3 – 4 cc). 10. Berikan terapi antibiotik bila perlu.
buatan. 4. Ringan (terdapat cairan luka berbau
- Tidak adekuat pertahanan busuk sebanyak 1 – 2 cc). Perlindungan Infeksi 6550
sekunder (penurunan Hb, 5. Tidak ada (tidak terdapat cairan luka
Leukopenia, penekanan respon berbau busuk). 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
inflamasi). dan lokal.
- Tidakadekuat pertahanan Keterangan: 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
tubuh primer (kulit tidak utuh, 1. Terjadi demam berat dengan suhu 3. Pertahankan teknik asepsis pada pasien
trauma jaringan, penurunan yang berisiko.
400C ke atas.
kerja silia, cairan tubuh statis, 4. Pertahankan teknik isolasi kalau perlu.
2. Terjadi demam cukup berat dengan
perubahan sekresi pH, 5. Berikan perawatan kulit pada area
perubahan peristaltik). suhu 390C - 39,90C. epidema.
3. Terjadi demam sedang dengan suhu 6. Inspeksi kulit dan membran mukosa
380C – 38,90C. terhadap kemerahan, panas, dan drainase.
4. Terjadi demam ringan dengan suhu 7. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah.
37,10C – 37,90C. 8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenali
5. Tidak terjadi demam dengan suhu 360C tanda dan gejala infeksi.
– 370C. 9. Ajarkan pasien dan keluarga cara untuk
menghindari infeksi.
10. Laporkan jika ada kecurigaan infeksi.
Keterangan:
1. Berat (terdapat drainase purulent
sebanyak > 10 cc).
2. Cukup berat (terdapat drainase purulent
sebanyak 5 – 10 cc).
3. Sedang (terdapat drainase purulent
sebanyak 3 – 4 cc).
4. Ringan (terdapat drainase purulent 1 –
2 cc).
5. Tidak ada (tidak terdapat drainase
purulent).
BAB III
TINJAUAN KASUS
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Hubungan klien : Saudara Kandung
Alamat : Larangan Kec. Banyumas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : nyeri luka operasi
b. Riwayat Penyakit Sekarang
P Adanya nyeri akut pada luka operasi yang semakin bertambah
berat apabila klien beraktivitas dan berkurang apabila klien
berbaring istirahat.
Q Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
R Nyeri akut dirasakan pada area abdomen kuadran tengah
bawah.
S Skala nyeri 6
T Nyeri akut timbul intermiten
KIMIA
BUN 12,0 mg/dL 7 - 18 Normal
Tubex Negatif
HEMOSTASIS
APTT 34,3 detik 22,6 – 37,5 Normal
KIMIA
Glukosa Sewaktu 95,0 mg/dL 74,0 – 140,0 Normal
IMUNOSEROLOGI
HBsAg 0,000 IU/mL <0,03 = Negatif Normal
Negatif
>0,03 = Positif
c. Pola Eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit klien rutin BAB 1-2
kali sehari dengan warna kuning, konsistensi agak padat, dan
bau khas.
Setelah sakit dan diopname di rumah sakit klien mengatakan
belum pernah BAB.
2) Buang Air Kecil (BAK)
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit klien rutin BAK 5-6
kali sehari dengan urine berwarna kuning jernih dan berbau
khas.
Setelah sakit dan diopname di rumah sakit klien mengatakan
bahwa tidak merasa adanya keinginan untuk BAK. Terpasang
kateter dengan produksi urine ± 750cc.
d. Pola Aktivitas Latihan
Sebelum masuk rumah sakit, klien bisa beraktivitas secara mandiri
jarang berolahraga. Klien mengatakan jarang berekreasi. Sedangkan
setelah sakit aktivitas klien sebagai berikut:
Keterangan:
= Laki-laki = Perempuan
b) Jantung
Inspeksi tidak terlihat iktus kordis
Palpasi point of maksimal impuls teraba
Perkusi pekak
Auskultasi normal sinus ritem S1 lub, S2 dup, frekuensi
normal 100 x/menit
7) Abdomen
Inspeksi Bentuk abdomen simetris, tidak tampak adanya asites
Palpasi Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, terdapat nyeri
tekan area atas kuadran tengah ke kiri
Perkusi Perkusi area Abdomen terdengar timpani kiri dan
kanan
Auskultasi Pada abdomen terdengar suara bising usus masih
samar dan belum bisa dihitung.
Terdapat sayatan luka operasi laparatomi vertikal di abdomen
kuadran tengah bagian bawah sepanjang ± 10 cm. Adanya
luka operasi menyebabkan nyeri akut dengan skala nyeri 6.
8) Ekstremitas
Pergerakan ekstremitas kanan dan kiri simetris, terdapat
kelemahan gerak, ada nyeri tekan pada ekstremitas atas
bagian kiri karena terpasang infus RL.
Tangan kanan Tangan kiri
5, 5, 5, 5 5, 5, 5, 4
Kaki kanan Kaki kiri
3, 3, 3, 3 3, 3, 3, 3
Keterangan:
0 tidak mampu bergerak sama sekali
b. Radiologi
Rontgent Abdomen 3 posisi tanggal 06 Mei 2019
Hasil:
- Preperitonial fat line tegas
- Distribusi udara usus halus merata
- Tampak distensi usus halus dan sistema kolon
- Tak tampak air fluid level coil spring maupun herring bone
- Tampak udara bebas intra abdominal ekstraluminer
- Tak tampak penebalan dinding usus halus
- Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan:
Pneumoperitonium
6. Terapi
No Hari/Tanggal Obat/Dosis/Rute
1. Selasa, 07 Mei 2019 IVFD RL 20 tpm
Injeksi Cefazoline 2 x 1 gram / IV
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg / IV
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg / IV
Injeksi Asam Tranexamat 3 x 500 mg / IV
2. Rabu, 08 Mei 2019 IVFD RL 20 tpm
Injeksi Cefazoline 2 x 1 gram / IV
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg / IV
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg / IV
Injeksi Asam Tranexamat 3 x 500 mg / IV
3. Kamis, 09 Mei 2019 IVFD RL 20 tpm
Injeksi Cefazoline 2 x 1 gram / IV
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg / IV
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg / IV
Injeksi Asam Tranexamat 3 x 500 mg / IV
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subjektif: Peritonitis Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada
luka operasi di abdomen.
Pembedahan/Operasi
Data Objektif:
- Di abdomen kuadran
bawah bagian tengah Trauma kulit dan
terdapat luka sayatan jaringan peritoneum
operasi dengan arah
vertikal sepanjang ± 10
cm. Melepaskan histamin dan
- Klien tampak meringis serotonin
kesakitan.
- Pengkajian nyeri: Dihantarkan ke otak
P Klien mengeluh nyeri melalui serabut saraf
pada luka operasi di
abdomen simpatis
Q Nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
R Nyeri dirasakan pada
Nyeri
abdomen
S Skala nyeri 6
T Nyeri timbul secara
intermiten
- Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
DN : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
2. Data Subjektif: Inflamasi peritoneum Kerusakan
- integritas
Data Objektif: kulit
- Adanya luka operasi Peritonitis
laparatomi memanjang
vertikal di abdomen Pembedahan/Laparatomi
kuadran tengah bagian
bawah sepanjang ± 10
cm. Trauma jaringan kulit
Kerusakan integritas
kulit
3. Data Subjektif: Inflamasi peritoneum Resiko
- infeksi
Data Objektif:
- Adanya prosedur invasif Peritonitis
pembedahan laparatomi.
- Terdapat sayatan luka Pembedahan/Laparatomi
operasi laparatomi
vertikal di abdomen
kuadran tengah bagian Trauma jaringan kulit
bawah sepanjang ± 10
cm.
Luka operasi
- Terpasang NGT
decompresi untuk
mengurangi kembung Resiko infeksi
dan mengeluarkan cairan
dari lambung.
- Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Darah
Leukosit = 20,29 10˄3/uL
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur
bedah/operasi).
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma bedah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma bedah dan prosedur invasif.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 dilaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara - Untuk mngetahui karakteristik
agen cidera fisik nyeri berkurang dengan kriteria: komprehensif termasuk lokasi, nyeri berdasarkan lokasi,
(prosedur Kontrol Nyeri (1605) karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi,
bedah/operasi) Indikator Awal Target kualitas, dan faktor presipitasi. kualitas, dan faktor presipitasi.
1. Menggunakan 1 4 2. Observasi reaksi non verbal dari - Mengetahui karakteristik nyeri
tindakan ketidaknyamanan. berdasarkan respon non verbal.
pencegahan. 3. Gunakan teknik komunikasi - Membina hubungan saling
2. Melaporkan 1 4 terapeutik untuk mengetahui percaya antara perawat dengan
kontrol nyeri pengalaman nyeri pasien. klien.
Keterangan: 4. Kaji kultur yang mempengaruhi - Mengetahui apakah kultur juga
1. Tidak pernah dilakukan tindakan respon nyeri. berpengaruh terhadap respon
pencegahan nyeri. nyeri.
2. Jarang dilakukan tindakan 5. Bantu pasien dan keluarga mencari - Menemukan sumber dukungan
pencegahan nyeri. dan menemukan dukungan. untuk mengatasi nyeri.
3. Kadang dilakukan tindakan 6. Kontrol lingkungan yang dapat - Mengurangi pengaruh
pencegahan nyeri. mempengaruhi nyeri seperti suhu lingkungan yang memperberat
4. Sering dilakukan tindakan ruangan, pencahayaan, dan nyeri.
pencegahan nyeri. kebisingan.
5. Selalu dilakukan tindakan 7. Ajarkan teknik relaksasi napas - Membantu mengatasi nyeri
pencegahan nyeri. dalam untuk mengurangi nyeri. dengan cara non farmakologi.
8. Kaji tipe dan sumber nyeri, untuk - Menentukan intervensi yang
Keterangan: menentukan intervensi. tepat untuk mengatasi nyeri.
1. Tidak pernah dilakukan 9. Kolaborasi pemberian obat - Membantu mengatasi nyeri pada
melaporkan kontrol nyeri. analgesik untuk mengurangi nyeri. luka operasi klien.
2. Jarang dilakukan melaporkan
kontrol nyeri. Pemberian Analgesik (2210) Pemberian Analgesik (2210)
3. Kadang dilakukan melaporkan 1. Tentukan lokasi, karakteristik, - Mengetahui karakteristik,
kontrol nyeri. kualitas, dan keparahan nyeri kualitas, dan keparahan nyeri
4. Sering dilakukan melaporkan sebelum mengobati pasien. yang dirasakan oleh klien.
kontrol nyeri. 2. Cek perintah pengobatan meliputi - Mengetahui program terapi obat
5. Selalu dilakukan melaporkan obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diberikan pada
kontrol nyeri. analgesik yang diresepkan. klien dan menghindari kesalahan
dalam pemberian obat.
Tingkat Nyeri (2102) 3. Cek adanya riwayat alergi obat - Mengetahui riwayat alergi obat
Indikator Awal Target analgesik. pada klien.
1. Melaporkan 1 4 4. Kolaborasi pemberian obat - Upaya mengatasi nyeri yang
nyeri analgesi sesuai program terapi dirasakan pada luka operasi
berkurang dokter, berdasarkan tipe dan klien berdasarkan tipe dan
atau hilang. keparahan nyeri. keparahan nyeri.
2. Ekspresi 1 4 5. Monitor andanya tanda-tanda - Mengetahui adanya tanda-tanda
wajah saat reaksi alergi obat analgesik. reaksi alergi analgesic pada klien
nyeri. setelah diberikan obat analgesic.
Keterangan: 6. Monitor tanda vital sebelum dan - Perubahan tanda vital
1. Tidak pernah dilakukan setelah memberikan analgesik. menunjukkan adanya reaksi
melaporkan nyeri berkurang atau alergi ataupun reaksi obat.
hilang. 7. Monitor perkembangan nyeri - Mengetahui efektifitas obat
2. Jarang dilakukan melaporkan nyeri setelah diberikan obat analgesik. analgesic pada klien.
berkurang atau hilang.
3. Kadang dilakukan melaporkan
nyeri berkurang atau hilang.
4. Sering dilakukan melaporkan nyeri
berkurang atau hilang.
5. Selalu dilakukan melaporkan nyeri
berkurang atau hilang.
Keterangan:
1. Ekspresi wajah merasakan
kesakitan berat.
2. Ekspresi wajah merasakan
kesakitan cukup berat.
3. Ekpresi wajah merasakan
kesakitan sedang.
4. Ekspresi wajah merasakan
kesakitan ringan
5. Ekspresi wajah tidak merasakan
kesakitan.
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (3660) Perawatan Luka (3660)
kulit berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor karakteristik luka, - Mengetahui kondisi dan
dengan trauma bedah diharapkan fungsi fisiologis kulit termasuk drainase, warna, ukuran, perkembangan luka operasi pada
pasien normal dan bau. klien.
dengan kriteria hasil: 2. Inspeksi luka pada setiap ganti - Mengetahui arah perkembangan
Integritas Jaringan Kulit dan balutan. luka operasi.
Membran Mukosa (1101) 3. Ganti kassa dan plester untuk - Membantu mencegah terjadinya
Indikator Awal Target setiap perawatan luka. infeksi luka operasi.
1. Integritas kulit 1 5 4. Bersihkan dengan normal saline - Normal Saline sangat efektif
2. Lesi kulit 1 5 atau pembersih non toksik yang untuk membersihkan dan
Keterangan: sesuai. mencuci luka operasi.
1. Kerusakan integritas kulit sebesar > 5. Pertahankan balutan luka tetap - Mencegah agar balutan operasi
3 cm steril saat perawatan luka. tidak terkontaminasi.
2. Kerusakan integritas kulit sebesar 3 6. Posisikan pasien untuk - Menghindari terjadinya cidera
cm menghindari tekanan pada luka. luka operasi akibat tekanan
3. Kerusakan integritas kulit sebesar 2 posisi yang salah.
cm 7. Dokumentasikan ukuran dan lokasi - Pencatatan kondisi dan
4. Kerusakan integritas kulit sebesar 1 luka. perkembangan luka operasi.
cm 8. Ajarkan klien dan keluarga tentang - Membantu klien dan keluarga
5. Integritas kulit utuh perawatan luka. agar mengetahui cara perawatan
luka operasi.
Keterangan: 9. Ajarkan pasien dan keluarga untuk - Membantu klien dan keluarga
1. Lesi kulit > 3 cm mengenali tanda-tanda infeksi. agar mengetahui tanda-tanda
2. Lesi kulit 3 cm infeksi pada luka operasi.
3. Lesi kulit 2 cm
4. Lesi kulit 1 cm
5. Tidak ada lesi kulit
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540) Kontrol Infeksi (6540)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam tidak 1. Batasi dan kontrol lalu lalang - Mengurangi resiko terjadinya
trauma bedah dan terjadi infeksi pada klien pengunjung. infeksi dari luar/pengunjung.
prosedur invasif Dengan kriteria hasil: 2. Lakukan tindakan-tindakan - Membantu mencegah terjadinya
Keparahan Infeksi (0703) pencegahan universal/universal infeksi dan kontaminasi
Indikator Awal Target Percautions. mikroorganisme penyebab
1. Cairan luka 5 5 infeksi.
berbau busuk 3. Bersihkan lingkungan setelah - Melindungi pasien dari
2. Demam 5 5 dipakai pasien lain. lingkungan yang telah dipakai
3. Drainase 5 5 pasien sebelumnya.
purulent 4. Pertahankan teknik isolasi. - Mencegah terjadinya infeksi.
Keterangan: 5. Cuci tangan setiap sebelum dan - Pencegahan awal agar tidak
1. Berat (terdapat cairan luka berbau sesudah tindakan keperawatan. terjadi infeksi.
busuk sebanyak > 10 cc). 6. Gunakan sabun antimikroba untuk - Membantu membersihkan
2. Cukup berat (terdapat cairan luka cuci tangan. tangan dari mikroba penyebab
berbau busuk sebanyak 5 – 10 cc). infeksi.
3. Sedang (terdapat cairan luka 7. Gunakan baju, sarung tangan - Membantu melindungi diri agar
berbau busuksebanyak 3 – 4 cc). sebagai alat pelindung. tidak terkena cairan tubuh klien.
4. Ringan (terdapat cairan luka berbau 8. Pertahankan lingkungan aseptik - Lingkungan aseptik mengurangi
busuk sebanyak 1 – 2 cc). selama pemasangan alat. resiko terjadinya infeksi.
5. Tidak ada (tidak terdapat cairan 9. Tingkatkan intake nutrisi yang - Nutrisi yang adekuat
luka berbau busuk). adekuat. mendukung kesembuhan luka
operasi
Keterangan: 10. Kolaborasi pemberian terapi - Membantu melindungi klien dari
1. Terjadi demam berat dengan suhu antibiotik sesuai program terapi.. infeksi.
400C ke atas.
2. Terjadi demam cukup berat dengan
suhu 390C - 39,90C. Perlindungan Infeksi (6550) Perlindungan Infeksi (6550)
3. Terjadi demam sedang dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi - Mengenali tanda dan gejala
suhu 380C – 38,90C. sistemik dan lokal. terjadinya infeksi.
4. Terjadi demam ringan dengan suhu 2. Monitor kerentanan terhadap - Mengetahui resiko kerentanan
37,10C – 37,90C. infeksi. terhadap infeksi.
5. Tidak terjadi demam dengan suhu 3. Pertahankan teknik asepsis pada - Membantu mengurangi risiko
360C – 370C. klien yang berisiko. klien terhadap infeksi.
4. Berikan perawatan kulit pada area - Membantu mengurangi resiko
Keterangan: epidema. terkontaminasi bakteri pada area
1. Berat (terdapat drainase purulent kulit.
sebanyak > 10 cc). 5. Inspeksi kulit dan membran - Kewaspadaan awal terhadap
2. Cukup berat (terdapat drainase mukosa terhadap kemerahan, terjadinya infeksi pada luka
purulent sebanyak 5 – 10 cc). panas, dan drainase. operasi.
3. Sedang (terdapat drainase purulent 6. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah. - Mengetahui kondisi luka
sebanyak 3 – 4 cc). operasi.
4. Ringan (terdapat drainase purulent 7. Ajarkan klien dan keluarga - Membantu klien dan keluarga
1 – 2 cc). mengenali tanda dan gejala infeksi. agar mengetahui tanda dan gejal
5. Tidak ada (tidak terdapat drainase infeksi.
purulent). 8. Ajarkan klien dan keluarga cara - Membantu klien dan keluarga
untuk menghindari infeksi. agar terhindar dari infeksi.
9. Laporkan jika ada kecurigaan - Membantu dalam menentukan
infeksi. tindakan selanjutnya bila terjadi
infeksi.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Dx Nama/
Implementasi Respon
Tanggal Kep Ttd
Rabu, I 09.00 WIB Mengkaji nyeri pada klien secara S Klien mengeluh nyeri pada luka
08 Mei 2019 komprehensif. operasi yang tedapat di abdomen
klien. Ginanjar
O - Klien tampak meringis kesakitan.
- Di abdomen kuadran bawah
bagian tengah terdapat luka
sayatan operasi dengan arah
vertikal sepanjang ± 10 cm.
- Pengkajian nyeri:
P Klien mengeluh nyeri pada
luka operasi di abdomen.
Q Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk.
R Nyeri dirasakan di
abdomen.
S Skala nyeri 6
T Nyeri timbul secara
intermiten
- Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
DN = 96 x/menit
RR = 20 x/menit
Suhu = 36,5 0C
09.15 WIB Membantu klien untuk mencari dan S Klien mengatakan bahwa sumber
menemukan sumber dukungan untuk dukungan yang dapat membantunya
mengatasi rasa nyeri pada luka mengatasi rasa nyeri pada luka Ginanjar
operasi. operasinya adalah saudara
kandungnya, ibu, dan istrinya.
O - Tampak ada saudara kandungnya
nomor 3 yang menemani dan
menjaga klien selama di rumah
sakit.
- Tidak tampak istri klien
menemani klien karena masih
belum pulih dari operasi seksio
saecarea.
-
09.15 WIB Membatasi jumlah pengunjung, S Klien mengucapkan terimakasih
membersihkan dan merapikan tempat pada perawat.
tidur klien agar klien merasa nyaman. O Klien tampak merasa lebih nyaman. Ginanjar
09.20 WIB Mengajarkan klien latihan relaksasi S Klien mengatakan akan melakukan
napas dalam untuk membantu teknik relaksasi napas dalam untuk
mengatasi nyeri pada luka operasi. membantu mengatasi rasa nyeri Ginanjar
pada luka operasi.
O Klien tampak melakukan teknik
relaksasi yang telah diajarkan.
13.30 WIB Memonitor perkembangan nyeri dan S Klien mengatakan nyeri yang
adanya reaksi alergi setelah diberikan dirasakan sudah berkurang.
obat analgesik. O - Tidak tampak reaksi alergi obat Ginanjar
analgesik pada klien.
- Klien tampak lebih nyaman.
10.20 WIB Mengatur posisi tirah baring klien S Klien mengatakan merasa nyaman
yang sesuai agar tidak ada tekanan dengan posisi tirah baring dengan
pada luka operasi bantal dan kepala sedikit Ginanjar
ditinggikan posisi ± 300.
O Klien tampak merasa lebih nyaman
10.00 WIB Mengajarkan klien dan keluarga S Klien dan keluarga mengatakan
tentang perawatan luka. belum bisa dan takut untuk
melakukan perawatan luka operasi Ginanjar
secara mandiri.
O -
10.25 WIB Mengajarkan klien dan keluarga S Klien dan keluarga mengatakan
tentang mengenali adanya tanda- sudah sedikit mengetahui dan
tanda infeksi pada luka operasi. memahami tentang tanda-tanda Ginanjar
adanya infeksi pada luka operasi.
O -
III 08.00 WIB Membatasi dan mengontrol S -
pengunjung sesuai dengan jam O Pengunjung dibatasi sesuai dengan
kunjungan. jam kunjungan. Ginanjar
Kamis, I 09.00 WIB Mengkaji nyeri pada klien secara S Klien mengatakan bahwa nyeri
09 Mei 2019 komprehensif. pada luka operasi yang tedapat di
abdomen klien sudah berkurang. Ginanjar
O - Klien tampak lebih nyaman.
- Di abdomen kuadran bawah
bagian tengah terdapat luka Ginanjar
sayatan operasi dengan arah
vertikal sepanjang ± 10 cm.
- Pengkajian nyeri:
P Klien mengeluh nyeri pada
luka operasi di abdomen.
Q Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk.
R Nyeri dirasakan di
abdomen.
S Skala nyeri 4
T Nyeri dirasakan hilang
timbul dan tidak bisa
diprediksi kapan nyeri
timbul.
- Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
DN = 84 x/menit
RR = 16 x/menit
Suhu = 36,5 0C
09.20 WIB Memotivasi klien agar melakukan S Klien mengatakan selalu melakukan
latihan relaksasi napas apabila nyeri teknik relaksasi napas dalam untuk
pada luka operasi timbul. mengatasi rasa nyeri pada luka Ginanjar
operasi.
O -
13.30 WIB Memonitor perkembangan nyeri dan S Klien mengatakan bahwa nyeri
adanya reaksi alergi setelah diberikan pada luka operasi sudah berkurang.
obat analgesik. O - Tidak tampak reaksi alergi obat Ginanjar
analgesik pada klien.
- Klien tampak lebih nyaman.
10.00 WIB Mengajarkan klien dan keluarga S Klien dan keluarga mengatakan
kembali tentang perawatan luka. masih belum bisa dan masih takut
untuk melakukan perawatan luka Ginanjar
operasi secara mandiri.
O -
10.25 WIB Mengajarkan klien dan keluarga S Klien dan keluarga mengatakan
kembali tentang mengenali adanya sudah mengetahui dan memahami
tanda-tanda infeksi pada luka operasi. tentang tanda-tanda adanya infeksi Ginanjar
pada luka operasi.
O -
10.25 WIB Mengajarkan klien dan keluarga S Klien dan keluarga mengatakan
kembali tentang mengenali adanya sudah sedikit mengetahui dan
tanda-tanda infeksi pada luka operasi. memahami tentang tanda-tanda Ginanjar
adanya infeksi pada luka operasi.
O -
Jumat, I 09.00 WIB Mengkaji nyeri pada klien secara S Klien mengatakan bahwa nyeri
10 Mei 2019 komprehensif. pada luka operasi yang tedapat di
abdomen klien sudah berkurang. Ginanjar
O - Klien tampak lebih nyaman.
- Di abdomen kuadran bawah
bagian tengah terdapat luka
sayatan operasi dengan arah
vertikal sepanjang ± 10 cm.
- Pengkajian nyeri:
P Klien mengeluh nyeri pada
luka operasi di abdomen.
Q Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk.
R Nyeri dirasakan di
abdomen.
S Skala nyeri 2
T Nyeri dirasakan ketika
klien beraktivitas seperti
ADL.
- Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
DN = 84 x/menit
RR = 16 x/menit
Suhu = 36,5 0C
09.10 WIB Mengobservasi reaksi non verbal dari S -
nyeri. O Klien tampak rileks.
Ginanjar
09.15 WIB Memotivasi klien agar melakukan S Klien mengatakan selalu melakukan
latihan relaksasi napas apabila nyeri teknik relaksasi napas dalam untuk
pada luka operasi timbul. mengatasi rasa nyeri pada luka Ginanjar
operasi.
O -
13.15 WIB Memonitor perkembangan nyeri dan S Klien mengatakan bahwa nyeri
adanya reaksi alergi setelah diberikan pada luka operasi sudah berkurang.
obat analgesik. O - Tidak tampak reaksi alergi obat Ginanjar
analgesik pada klien.
- Klien tampak lebih nyaman.
10.00 WIB Mengajarkan klien dan keluarga S Klien dan keluarga mengatakan
kembali tentang perawatan luka. masih belum bisa dan masih takut
untuk melakukan perawatan luka Ginanjar
operasi secara mandiri.
O -
10.10 WIB Menganjurkan klien untuk banyak S Klien mengatakan akan mengikuti
makan makanan bergizi tinggi protein anjuran yang diberikan oleh
dan vitamin untuk membantu perawat. Ginanjar
mempercepat proses penyembuhan O Klien tampak senang.
luka operasi.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
HARI/ DX EVALUASI Nama/
TANGGAL KEP Ttd
Rabu, I S Klien mengeluh nyeri pada luka operasi yang terdapat di abdomen klien.
08 Mei 2019 O - Klien tampak meringis kesakitan
Jam 14.00 WIB - Di abdomen kuadran bawah bagian tengah terdapat luka sayatan operasi Ginanjar .L
dengan arah vertikal sepanjang ± 10 cm.
- Pengkajian Nyeri:
P Klien mengeluh nyeri pada luka operasi di abdomen
Q Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R Nyeri dirasakan di abdomen
S Skala nyeri 6
T Nyeri timbul secara intermiten
- Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mm/Hg
DN = 96 x/menit
RR = 20 x/menit
Suhu = 36,50C
A Masalah belum teratasi
Kontrol Nyeri (1605)
Indikator Awal Target Capaian
1. Menggunakan tindakan pencegahan. 1 4 1
2. Melaporkan kontrol nyeri 1 4 1
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
2. Jarang dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
3. Kadang dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
4. Sering dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
5. Selalu dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
2. Jarang dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
3. Kadang dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
4. Sering dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
5. Selalu dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
- Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
DN = 84 x/menit
RR = 16 x/menit
Suhu = 36,5 0C
A Masalah teratasi sebagian
Kontrol Nyeri (1605)
Indikator Awal Target Capaian
1. Menggunakan tindakan pencegahan. 1 4 3
2. Melaporkan kontrol nyeri 1 4 3
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
2. Jarang dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
3. Kadang dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
4. Sering dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
5. Selalu dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
2. Jarang dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
3. Kadang dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
4. Sering dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
5. Selalu dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
- Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
DN = 84 x/menit
RR = 16 x/menit
Suhu = 36,5 0C
A Masalah teratasi sebagian
Kontrol Nyeri (1605)
Indikator Awal Target Capaian
1. Menggunakan tindakan pencegahan. 1 4 3
2. Melaporkan kontrol nyeri 1 4 3
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
2. Jarang dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
3. Kadang dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
4. Sering dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
5. Selalu dilakukan tindakan pencegahan nyeri.
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
2. Jarang dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
3. Kadang dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
4. Sering dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
5. Selalu dilakukan melaporkan kontrol nyeri.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh pada klien Tn. W yang dirawat di
ruang Dahlia RSUD Banyumas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian didapatkan data:
Data Subjektif:
Klien mengeluh nyeri pada luka operasi di abdomen.
Data Objektif:
- Di abdomen kuadran bawah bagian tengah terdapat luka sayatan
operasi dengan arah vertikal sepanjang ± 10 cm.
- Klien tampak meringis kesakitan.
- Pengkajian nyeri:
P Klien mengeluh nyeri pada luka operasi di abdomen.
Q Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
R Nyeri dirasakan di abdomen.
S Skala nyeri 6.
T Nyeri timbul secara intermiten.
- Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
DN : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Data Subjektif:
-
Data Objektif:
- Adanya luka operasi laparatomi memanjang vertika di abdomen
kuadran tengah bagian bawah sepanjang ± 10 cm.
Data Subjektif:
-
Data Objektif:
- Adanya prosedur invasif pembedahan laparatomi.
- Adanya luka operasi laparatomi memanjang vertikal di abdomen
kuadran tengah bagian bawah sepanjang ± 10 cm.
- Terpasang NGT decompresi untuk mengeluarkan cairan lambung.
- Hasil pemerisaan darah Leukosit = 20,29 10˄3/uL.
Baughman, D. C. (2000). Keperawatan medikal bedah: buku saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Mocomedia.
Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart.
Jakarta: EGC.