Anda di halaman 1dari 14

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PENYALURAN ENERGI : BERMAIN PUZZLE


PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG SADEWA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Disusun Oleh :

MUSLIHUDIN I4B018069
GINANJAR LAKSANA I4B018065
GUS DERIYATNO I4B018075
ADITYA PANDU WIDIATMOKO I4B018064
MIFTAKHUL HUDA I4B018102
MUHAMAD MAULANA YUSUF I4B018083
MARSELINA MOLE I4B018078
FRISCA RINANDAR I4B018073
IFFAH HUMAIDAH I4B018070
BERNADETH YUNITASARI I4B018079
ESTI MULYANI I4B018115

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2019
I. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI :
BERMAIN PUZZLE PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN
A. Topik
Terapi aktivitas kelompok penyaluran energi: bermain puzzle pada
klien dengan resiko perilaku kekerasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok pada
klien, diharapkan klien mampu melakukan aktivitas adaptif
untuk penyaluran energi.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu melakukan aktivitas adaptif untuk
menyalurkan energi.
b. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
c. Klien dapat mengikuti proses kegiatan dengan baik.
d. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan fisik mandiri dengan bermain puzzle.

II. LANDASAN TEORI


A. Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
1. Pengertian
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat
yang ekstrim dari marah atau ketakutan/panik. Perilaku
agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang
menimbulkan emosi, perasaan frustasi benci atau marah. Hal
ini akan mempengaruhi perilaku seseorang berdasarkan
keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang
perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan
koping yang kurang bagus (Wati, 2010). Perilaku kekerasan
merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri,
mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. (Keliat,
2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart
2007).
Rasa marah yang timbul akibat adanya
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan dirasakan
sebagai ancaman membuat klien melakukan perilaku
kekerasan (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015). Salah satu
respon marah yang paling maladaptif pada klien dengan
perilaku kekerasan menurut Keliat adalah amuk, yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai hilangnya kontrol, dan individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Yusuf, Fitryasari, &
Nihayati, 2015).

2. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan (Yusuf, Fitryasari, &


Nihayati, 2015)
a. Emosi : d. Spiritual
 Tidak adekuat  Kemahakuasaan
 Tidak aman  Kebijakan/
 Rasa terganggu kebenaran diri
 Marah (dendam)  Keraguan
 Jengkel  Tidak bermoral
 Kebejatan
b. Intelektual :  Kreativitas
 Mendominasi lambat
 Bawel
 Sarkasme e. Sosial
 Berdebat  Menarik diri
 Meremehkan  Pengasingan
 Penolakan
c. Fisik :  Kekerasan
 Muka merah  Ejekan
 Pandangan tajam  Humor
 Nafas pendek
 Keringat
 Sakit fisik
 Tekanan darah
meningkat

3. Rentang Respon Perilaku Kekerasan (Yusuf, Fitryasari, &


Nihayati, 2015)
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu
anggotanya untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan
mengubah tingkah laku yang maladaptif (Stuart & Sundeen,
1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok
klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan (Kelliat, 2005).
2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) (Purwaningsih,
Wahyu, & Karlina, 2010)
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi
adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita.
2) Meningkatkan kemampuan memusatkan
perhatian.
3) Meningkatkan kemampuan intelektual.
4) Mengemukakan pendapat dan menerima
pendapat orang lain.
5) Mengemukakan perasaanya.
Karakteristik:
1) Penderita dengan gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilai-nilai.
2) Menarik diri dari realitas.
3) Inisiasi atau ide-ide negatif.
4) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal,
kooperatif dan mau mengikuti kegiatan.
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori
pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi
sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi
penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun
eksternal.
Tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan sensori.
2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian.
3) Meningkatkan kesegaran jasmani.
4) Mengekspresikan perasaan.
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah
pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap
situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada
kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang
digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.
Tujuan:
1) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus
internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan
stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam
sekitar).
2) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan
kenyataan.
3) Pembicaraan penderita sesuai realita.
4) Penderita mampu mengenali diri sendiri.
5) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan
tempat.
Karakteristik:
1) Penderita dengan gangguan orientasi realita
(GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan
depresonalisasi) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain.
2) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan
tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain.
3) Penderita kooperatif.
4) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik.
5) Kondisi fisik dalam keadaan sehat.
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk:
1) Memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal.
2) Memberi tanggapan terhadap orang lain.
3) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi.
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari
lingkungan.
Tujuan umum:
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok, berkomunikasi, saling
memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
Tujuan khusus:
1) Penderita mampu menyebutkan identitasnya.
2) Menyebutkan identitas penderita lain.
3) Berespon terhadap penderita lain.
4) Mengikuti aturan main.
5) Mengemukakan pendapat dan perasaannya.
Karakteristik:
1) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif
untuk mengikuti kegiatan ruangan.
2) Penderita sering berada di tempat tidur.
3) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang.
4) Penderita dengan harga diri rendah.
5) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas.
6) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan,
menjawab seperlunya, jawaban sesuai
pertanyaan.
7) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi,
sehat fisik.
e. Penyaluran Energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk
menyalurkan energi secara kontruktif dimana
memungkinkan pengembangan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin
secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian
pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
1) Menyalurkan energi dari destruktif ke konstrukstif.
2) Mengekspresikan perasaan.
3) Meningkatkan hubungan interpersonal.

III. KLIEN
A. Kriteria Klien (Inklusi):
1. Klien dengan riwayat perilaku kekerasan.
2. Klien yang sudah kooperatif.
3. Klien yang sudah berinteraksi dengan orang lain.
4. Klien berumur 25-40 tahun.
5. Klien yang bersedia mengikuti kegiatan.
B. Proses Seleksi:
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK bermain
puzzle, meliputi:
a. Menjelaskan tujuan TAK bermain puzzle pada klien.
b. Rencana kegiatan kelompok.
c. Aturan main dalam kelompok.
C. Nama Klien:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

IV. PENGORGANISASIAN
Perencanaan Kegiatan
A. Waktu :
Hari/Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019
Pukul : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang Sadewa RSUD Banyumas
Lama Kegiatan : 60 menit
B. Pembagian tugas
1. Leader: Muhamad Maulana Yusuf, S.Kep
Tugas Leader yaitu:
a. Memimpin jalannya terapi kelompok.
b. Memimpin diskusi.
c. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Co-Leader : Aditya Pandu Widiatmoko, S.Kep
Tugas Co-leader yaitu:
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang
menyimpang.
c. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
3. Fasilitator: Gus Deriatno, Ginanjar Laksana, Iffah Humaidah,
Frisca Rinandar, Bernadeth Yunitasari, Marselina Mole, Esti
Mulyani, dan Muslihudin.
Tugas fasilitator yaitu :
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan.
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan.
d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi
masalah.
4. Observer: Miftakhul Huda, S.Kep
Tugas observer yaitu :
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan
dengan waktu, tempat, dan jalannya acara.
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
anggota kelompok dengan evaluasi kelompok.
C. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Mendemonstrasikan bermain puzzle
D. Alat dan Bahan
1. Alat pengeras suara
2. Musik
3. Puzzle
4. Alat dokumentasi kegiatan
5. Buku catatan dan pulpen
6. Jadwal kegiatan klien
E. Setting Tempat

Keterangan :

= Leader = Fasilitator

= Co Leader = Observer

= Klien

F. Program Antisipasi
1. Bila klien mogok, klien dapat duduk di pinggir atau
dikembalikan ke kamar.
2. Bila klien mengeluh pusing, klien dapat diistirahatkan.
3. Bila klien ingin ke kamar mandi, klien dapat diantar ke kamar
mandi.
4. Bila klien ingin makan, klien dapat makan snack yang telah
disediakan.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Persiapan
1. Membuat rencana kegiatan
2. Mempersiapkan tim/terapis.
3. Mempersiapkan tempat pertemuan.
4. Mempersiapkan alat yang diperlukan.
5. Membuat kontrak dengan klien.
B. Fase Orientasi (14 menit):
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien.
b. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan
nama).
c. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri
papan nama).
2. Validasi perasaan
a. Menanyakan perasaan klien saat ini.
b. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Menjelaskan aturan main/ tata tertib berikut:
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis.
2) Lama kegiatan 60 menit.
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir.
4) Peserta tidak boleh makan dan minum selama
acara berlangsung.
5) Bila klien pusing, harus lapor pada terapis.
C. Tahap kerja (52 menit):
1. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
klien (verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul
orang lain, dan memukul diri sendiri.
a. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
b. Tulis di kertas.
2. Mendiskusikan dampak/ akibat perilaku kekerasan.
a. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
b. Tuliskan di kertas.
3. Mendiskusikan salah satu cara penyaluran energi saat
marah.
a. Tanyakan cara pasien mengurangi kemarahan.
b. Menjelaskan salah satu cara menyalurkan energi pada
saat marah.
c. Menyusun puzzle dalam rangka menyalurkan energi
saat marah.
d. Menceritakan salah satu isi dari gambar puzzle.
4. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
Dalam menjalankan fase kerja 1 sampai 3, upayakan klien
terlibat.
D. Terminasi :
1. Evaluasi Subjektif :
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
b. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku
klien yang positif.
2. Evaluasi Objektif :
a. Klien tampak senang/ bahagia
b. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai instruksi
c. Klien kooperatif
E. Rencana Tindak Lanjut
1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan
yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan, dan cara
mengatasi perilaku kekerasan dengan kegiatan
fisik/verbal/spiritual/minum obat.
2. Akhiri TAK dengan baik
3. Penutup
EVALUASI

I. Evaluasi Proses
No Aspek Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien
yang dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Salam
2 Berkenalan
3 Mau
melakukan
kegiatan
tanpa drop
out
4 Aktivitas
TAK

II. Evaluasi Hasil


No Aspek yang Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien
dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Melakukan
aktivitas adaptif
untuk
menyalurkan
energi
2 Berinteraksi
dengan orang lain
3 Mengikuti
kegiatan dengan
baik
4 Mengikuti
permainan puzzle
DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R., 2009, An Intorduction to the History of Psychology: Sixth


Edition, Wadsworth, California.

Keliat, B.A, 2012. Model Praktek Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta.


EGC.

Miltenberger, R.G., 2004, Behavior Modification: Principle and Procedures


Fourth Edition, Wadsworth, California.

Purwaningsih, Wahyu & Karlina, 2010, Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha


Medika, Jogjakarta.

Sahyani, R., 2012, ‘Efektivitas token ekonomi untuk meningkatkan perilaku


makan pada anak yang mengalami sulit makan’, Naskah Publikasi,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Stuart, G.W., & Laraia, M.T., 2005, Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (7th Edition), St.Louis, Mosby.

Stuart, G.W., 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Wade, C., & Carol, T., 2007, Psikologi, Edisi 9, Erlangga, Jakarta.

Yusuf, A., Fitryasari, R, Nihayati, H.E., 2015, Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta.
DAFTAR HADIR
PESERTA TAK : BERMAIN PUZZLE
HARI/TANGGAL : JUMAT, 11 OKTOBER 2019

NO. NAMA

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

Anda mungkin juga menyukai