Anda di halaman 1dari 62

IDENTIFIKASI OBJEK DASAR LAUT

PADA WILAYAH RIG LANDING


(Wilayah Pekerjaan: Lepas Pantai Utara Pulau Jawa)

LAPORAN PRAKTIK KERJA


Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah GD-410 Praktik Kerja

Disusun Oleh :

Adya Trisandi Prakarsa


232015105

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2019
KATA PENGANTAR

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : IDENTIFIKASI OBJEK DASAR LAUT


PADA WILAYAH RIG LANDING
(Wilayah Pekerjaan: Lepas Pantai Pulau Jawa)

Nama Pelaksana : Adya Trisandi Prakarsa

NRP : 23-2015-105

Diperiksa dan Disetujui Oleh :


Dosen Pembimbing Praktik Kerja

(N.M.R. Ratih C.P., S.T., M.Si.)

Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi Teknik Geodesi

FTSP-ITENAS

(Rinaldy, S.T., M.T.)

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: i


KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan segala hidayahNya hingga Laporan Praktik Kerja ini dapat
diselesaikan. Laporan Praktik Kerja ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Strata Satu, Program Studi Teknik
Geomatika, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional Bandung. Proses penyusunan laporan ini tidak terlepas
dari bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan kepada:
1. N.M.R. Ratih C.P., S.T., M.Si.selaku Dosen pembimbing praktik kerja yang
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam menyusun laporan.
2. Dr. Soni Darmawan, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi Institut
Teknologi Nasional Bandung.
3. Rinaldy, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Geodesi, Institut
Teknologi Nasional Bandung.
4. Dr.rer.nat, Dian Noor Handiani S.Si, M.T., selaku Koordinator Praktik Kerja
Jurusan Teknik Geodesi FTSP, Institut Teknologi Nasional Bandung.
5. M.A. Basyid, Ir., M.T., selaku Dosen wali.
6. Sanny Samudra, selaku Pembimbing selama praktik kerja di PT. Pageo Utama.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan serta doa-doa.
8. Staff Karyawan di PT. Pageo Utama yang telah membantu selama praktik kerja.
9. Felita Larissa Nathania selaku teman seperjuangan selama praktik kerja.
10.Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Geodesi Angkatan 2015 dan anggota
HMGD.

Bandung, Februari 2019

Adya Trisandi Prakarsa


NRP 232015105

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: ii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Pekerjaan 2
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan 2
1.4 Metodologi Pekerjaan 3
1.5 Tempat, Waktu, dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan 4
1.5.1 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja 4
1.5.2 Waktu Pelaksanaan Peraktik Kerja 4
1.5.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI PADA
CITRA SIDE SCAN SONAR 7
2.1 Interpretasi Citra 7
2.1.1 Interpretasi Kualitatif 7
2.1.2 Interpretasi Kuantitatif 7
2.2 Side Scan Sonar (SSS) 9
2.2.1 Definisi Side Scan Sonar 9
2.2.2 Komponen Side Scan Sonar 9
2.2.3 Cara Kerja Side Scan Sonar 10
2.2.4 Perhitungan Data Citra Side Scan Sonar 13
2.2.4.1 Perhitungan Penentuan Posisi Objek Pada Side
Scan Sonar 13
2.2.4.2 Perhitungan Dimensi Objek Pada Side Scan Sonar 14
2.2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Side Scan Sonar 15

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: ii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI (LANJUTAN)


Halaman
BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR UNTUK
IDENTIFIKASI OBJEK BAWAH LAUT 16
3.1 Lokasi Data Pekerjaan 16
3.2 Persiapan Pengolahan Data 16
3.3 Pengolahan Data Side Scan Sonar 17
3.3.1 Pengolahan Data Raw Side Scan Sonar 17
3.3.2 Pengolahan Data Format .tiff 33
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 37
4.1 Sistem Referensi 37
4.2 Slant Range Correction 37
4.3 Mosaic 39
4.4 Interpretasi Objek Dasar Laut 40
4.5 Perngukuran Dimensi Objek Dasar Laut 43
4.6 Penentuan Posisi Objek Dasar Laut 43
4.7 Layouting 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: iii


DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Metodologi Pekerjaan 3
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Pekerjaan 5
Gambar 2.1 Model Interpretasi Kuantitatif 8
Gambar 2.2 Ilustrasi Cara Kerja Side Scan Sonar 9
Gambar 2.3 Komponen Side Scan Sonar 10
Gambar 2.4 Ilustrasi Perhitungan Fish Layback 11
Gambar 2.5 Ilustrasi Pemampatan Citra 12
Gambar 2.6 Penentuan Posisi Objek 13
Gambar 2.7 Ilustrasi Perhitungan Objek 14
Gambar 3.1 Tempat Pelaksanaan Pekerjaan (Lepas Pantai Pulau Jawa) 16
Gambar 3.2 Membuka Software SonarWiz 5 19
Gambar 3.3 Transformasi Datum dan Sistem Koordinat 19
Gambar 3.4 Pemilihan Transformasi Datum 20
Gambar 3.5 Pemberian Nama Datum yang Akan Ditransformasi 20
Gambar 3.6 Memasukkan Parameter Elipsoid Referensi 21
Gambar 3.7 Pemilihan Elipsoid Referensi Bessel 1841 21
Gambar 3.8 Pemilihan Metode Transformasi Datum 22
Gambar 3.9 Pembuatan Sistem Koordinat Baru Dari Datum Genuk 22
Gambar 3.10 Memilih Menu New Pada Sistem Koordinat Baru 23
Gambar 3.11 Memasukkan Sistem Koordinat User Reference 23
Gambar 3.12 Pemilihan Sistem Proyeksi 24
Gambar 3.13 Memasukkan Data Mapping Parameter 24
Gambar 3.14 Memasukkan Nilai Sudut Central Meridian 25
Gambar 3.15 Membuat Projek Baru 25
Gambar 3.16 Pemberian Informasi Projek 26
Gambar 3.17 Input Sistem Koordinat Baru 26
Gambar 3.18 Memasukkan Data Side Scan Sonar 26
Gambar 3.19 Pemilihan Data Yang Akan Di Input 27
Gambar 3.20 Proses Overlay 27
Gambar 3.21 Memasukkan Sistem Proyeksi 28

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: iv


DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)


Halaman
Gambar 3.22 Proses Slant Range Correction 28
Gambar 3.23 Proses Export Data 29
Gambar 3.24 Input Data Exsisting Site 34
Gambar 3.25 Input Data Side Scan Sonar Dari SonarWiz 34
Gambar 3.26 Proses Dijitasi Objek 35
Gambar 3.27 Hasil Dijitasi Data Side Scan Sonar Pada
Software SonarWiz 5 36
Gambar 4.1 Proses Slant Range Correction 38
Gambar 4.2 Hasil Mosaic Data Side Scan Sonar Pada
Software SonarWiz 5 39
Gambar 4.3 Peta Fitur Dasar Laut 45

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: v


DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jadwal Praktik Kerja 4
Tabel 2.1 Tinggi Towfish dan Jangkauan Pencitraan 12
Tabel 3.1 Horizontal Datum Parameters 17
Tabel 3.1 Horizontal Datum Parameters 18
Tabel 3.2 Cara Pengukuran Dimensi Objek Side Scan Sonar 30
Tabel 3.2 Cara Pengukuran Dimensi Objek Side Scan Sonar 31
Tabel 3.3 Cara Pengukuran Panjang Bayangan Pada SonarWiz 5 32
Tabel 3.3 Cara Pengukuran Panjang Bayangan Pada SonarWiz 5 33
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut 40
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut 41
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut 42

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: vi


BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya minyak bumi yang tersebar di beberapa wilayah perairan di
negara Indonesia mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Salah satu wilayah
yang memiliki nilai ekonomis tinggi dalam segi sumber daya minyak, yaitu berada
di wilayah lepas pantai utara Pulau Jawa. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan
khusus untuk dapat memanfaatkan sumber daya ini. Untuk memanfaatkan sumber
daya minyak bumi yang sangat banyak tersebut diperlukan suatu perencanaan untuk
peletakan media eksplorasi minyak bumi yang salah satunya biasa disebut MODU
(mobile offshore drilling unit) jack-up (Lekerkerk & Theis, 2012).
Fungsi utama dari platform atau MODU adalah untuk eksplorasi dan produksi
minyak dan gas bumi. Perencanaan peletakan MODU jack-up ini harus sangat
diperhitungkan dari faktor-faktor lingkungan laut. Adapun faktor lingkungan laut
yang berpengaruh untuk rancangan struktur bangunan laut terdiri dari: kedalaman
perairan, angin, gelombang, arus, kondisi dasar laut, dan penggerusan tektonik
(gempa bumi) (Rafli & Khomsin, 2017). Instalasi dari MODU jack-up
membutuhkan proses-proses tertentu, meliputi studi seismik, survei seismik,
pemilihan reservoir, site survey atau survei lokasi.
Survei yang dilakukan pada perencanaan peletakan MODU jack-up
dilakukan untuk memastikan bahwa area yang akan dibangun platform bebas dari
potensi bahaya dan fitur-fitur dasar laut yang membahayakan platform. Instalasi
anjungan minyak lepas pantai merupakan struktur yang sangat rentan, kompleks,
dan biaya konstruksinya sangat mahal sehingga toleransi kegagalan dalam proses
instalasinya dibentuk semaksimal mungkin. Dalam hal ini dibutuhkan suatu
gambaran dari permukaan dasar laut sehingga perlu dilakukan survei perencanaan
yang mencakup pemetaan kedalaman laut serta kenampakan permukaan dasar laut.
Survei perencanaan peletakan MODU jack-up dapat menggunakan hasil
pencitraan side scan sonar untuk mengetahui kondisi permukaan dasar laut yang
nantinya akan menjadi data acuan untuk mempertimbangkan posisi perencanaan
MODU jack-up yang akan disandarkan di dasar laut pada wilayah perencanaan

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 1


BAB I PENDAHULUAN

eksplorasi minyak bumi. Side scan sonar digunakan untuk menghasilkan citra dasar
laut yang diaplikasikan untuk investigasi morfologi dasar laut dan pencarian fitur-
fitur dasar laut yang dapat membahayakan MODU jack-up. Dari hasil survei
tersebut didapatkan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan
lokasi rencana peletakan jack-up drilling rig agar tidak membahayakan ketika
masuk dan dioperasikan.
Proses indentifikasi dan penentuan posisi objek dasar laut dengan
menggunakan data side scan sonar dilakukan untuk mendapatkan hasil objek fitur
dasar laut bagi keperluan perencanaan rig landing pada wilayah pantai utara Pulau
Jawa. Setelah proses indetifikasi dan penentuan posisi dilakukan maka pembuatan
peta fitur dasar laut dapat dilaksanakan untuk memberikan informasi di mana posisi
objek-objek dasar laut yang telah teridentifikasi.

1.2 Tujuan Pekerjaan


Adapun tujuan dari Praktik Kerja ini adalah mengidentifikasi, menghitung
dimensi dan menentukan posisi objek dasar laut yang ditemukan pada wilayah Rig
Landing dengan menggunakan data citra side scan sonar .

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan pada Praktik Kerja ini yaitu:
1. Pengolahan data raw side scan sonar menggunakan Software SonarWiz 5.
2. Proses interpretasi data side scan sonar menggunakan Software AutoCAD
Map 3D 2012 berupa debree, pock mark, seabed scar, jack-up footprint,
poke hole, pipeline.
3. Proses perhitungan dimensi dan koordinat menggunakan Software
AutoCAD Map 3D 2012.
4. Pembuatan peta fitur dasar laut menggunakan Software AutoCAD Map 3D
2012.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 2


BAB I PENDAHULUAN

1.4 Metodologi Pekerjaan


Metodologi pekerjaan pada pelaksanaan praktik kerja dapat dilihat melalui
diagram alir pada Gambar 1.1.

Transformasi Sistem Referensi Datum Genuk

Memilih Elipsoid Referensi Besel 1841 Untuk Transformasi datum

Melakukan Transformasi Dengan Menggunakan Molodensky Transformation

Transformasi Sistem Koordinat Baru

Pengambilan Data SSS High Frekuensi


Format .xtf

Melakukan Proses Slant Range


Correction di Sonarwiz 5

Proses Mosaic Pada Software


SonarWiz 5

Exsport Data Format .GeoTiff ke AutoCAD

Interpretasi Objek” Dasar Perhitungan Dimensi


Laut Objek Dasar Laut

Dijitasi Objek” Fitur


Dasar Laut

Penentuan Posisi
Objek Dasar Laut

Proses Kartografi

Peta Fitur Dasar


Laut skala 1:2000

Gambar 1.1Metodologi Pekerjaan

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 3


BAB I PENDAHULUAN

1.5 Tempat, Waktu, dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


1.5.1 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja
Tempat pelaksanaan Praktik Kerja ini adalah di PT Pageo Utama, yang
berlokasi di Jalan Dewi Sartika No.306, Cawang, Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13630.
1.5.2 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja
Waktu pelaksanaan praktik kerja ini dilakukan selama 16 hari. sesuai dengan
ketentuan PT. Pageo Utama. Waktu Pelaksanaan yang kami ajukan adalah adalah
pada tanggal 23 Agustus 2018 sampai dengan 7 Februari 2019.
Tabel 1.1 Jadwal Praktik Kerja

No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari


2018 2018 2018 2018 2018 2019 2019

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Penyusunan
Proposal

2 Pelaksanaan
Praktik Kerja
- Pengolahan
data side
scan sonar
- Interpretasi
citra
- pembuatan
peta fitur
dasar laut
3 Pelaporan

4 Ujian Praktik
Kerja

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 4


BAB I PENDAHULUAN

1.5.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan di PT Pageo Utama dapat dilihat pada Gambar 1.2. Mahasiswa Praktik Kerja berada di posisi
yang dibawahi oleh Data Center Manager

MANAGING DIRECTOR
S. Syawie

MANAGING QHSE
Sheila Ryana Lestari

HUMAN RESOURCE MANAGER TECHNICAL MANAGER DATA CENTER MANAGER MARKETING MANAGER FINANCE & ACOUNTING
OPERATION MANAGER ADMINISTRATION MANAGER
MANAGER
M. Abubakar F.Seryono A.Prasetyo S. Samudra A.Chatib Chrislialy A.Fianika
MANAGING QHSE
Sheila Ryana Lestari
HUMAN RESOURCE MANAGER
M. Abubakar
LOGISTIC & PURCHASING WORKSHOP FIELD EXPERTS DATA PROCESSING SALES ENGINEERS

HUMAN RESOURCE MANAGER


LOGISTIC & PURCHASING
M. Abubakar WORKSHOP
MANAGING QHSE MAHASISWA PRAKTIK
Sheila Ryana Lestari KERJA
LOGISTIC & PURCHASING
HUMAN RESOURCE MANAGER
WORKSHOP
M. Abubakar
LOGISTIC & PURCHASING TECHNICAL
Gambar 1.2 Struktur MANAGER
Organisasi Pelaksanaan Pekerjan
F.Seryono
WORKSHOP

MANAGING QHSE
TECHNICAL MANAGER
Adya Trisandi Prakarsa - 232015105 Sheila Ryana Lestari Halaman: 5
F.Seryono
BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan praktik
kerja ini terdiri dari lima bab, di antaranya :

BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, metodologi
pekerjaan, tempat, waktu dan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan serta
sistematika penulisan.

BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI PADA


CITRA SIDE SCAN SONAR
Pada bab ini dibahas teori yang berkaitan dengan interpretasi citra kualitatif dan
kuantitatif dan juga definisi, komponen, cara kerja, perhitungan posisi dan dimensi
side scan sonar.

BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR UNTUK


IDENTIFIKASI OBJEK BAWAH LAUT
Pada bab ini dijelaskan mengenai wilayah pekerjaan, persiapan pengolahan data,
pengolahan data side scan sonar menggunakan aplikasi SonarWiz 5 dan AutoCAD
Map 3D 2012 hingga proses layouting.

BAB IV ANALISIS HASIL


Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis proses pengolahan data side scan sonar
pada kegiatan praktik kerja berupa pembuatan sistem referensi, slant range
correction, mosaic, interpretasi objek dasar laut, perhitungan dimensi objek dasar
laut, perhitungan posisi objek dasar laut, serta layouting peta fitur dasar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menyimpulkan hasil pekerjaan dari seluruh kegiatan praktik kerja yang
dilakukan serta saran saran.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 6


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

BAB II
INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI PADA
CITRA SIDE SCAN SONAR

2.1 Interpretasi Citra


Interpretasi adalah kegiatan menafsir, mengaji, mengidentifikasi, dan
mengenali objek pada citra lalu menilai arti penting dari objek tersebut (Djunarsjah,
2005). Terdapat dua tahapan dalam pengolahan citra side scan sonar, yaitu real
time processing dan post processing. Real time processing bertujuan memberikan
koreksi selama pencitraan berlangsung sedangkan post processing bertujuan
meningkatkan pemahaman akan suatu objek melalui interpretasi. Interpretasi pada
post processing dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Interpretasi
secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan sifat fisik material dan bentuk objek,
baik dengan mengetahui derajat kehitaman (hue saturation), bentuk (shape), dan
ukuran (size) dari objek atau target. Berdasarkan bentuk eksternalnya, secara umum
objek atau target dapat dibedakan menjadi buatan manusia atau objek alam.

2.1.1 Interpretasi Kualitatif


Mengingat yang diamati berupa citra dengan penampakan warna dan kontras,
maka untuk keperluan interpretasi kualitatif dibutuhkan seorang interpreter yang
berpengalaman dan terlatih. Interpretasi kualitatif citra side scan sonar bertujuan
untuk mendapatkan sifat-sifat dari material dan penentuan bentuk objek
(Djunarsjah, 2005).
Terdapat tiga besaran interpretasi kualitatif yaitu warna dan derajat kehitaman
(hue and saturation), bentuk (shape), dan ukuran (size). Besaran-besaran ini
dijadikan untuk pengenalan objek pada citra side scan sonar.

2.1.2 Interpretasi Kuantitatif


Untuk memudahkan pengertian tentang interpretasi kuantitatif maka
digunakan pembahasan model interpretasi kuantitatif, yaitu permukaan laut dan
dasar laut yang datar. Gambar 2.1 memperlihatkan model interpretasi kuantitatif.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 7


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

Sumber: Kamil (1990)


Gambar 2.1 Model Interpretasi Kuantitatif

Keterangan:
d = Kedalaman towfish (m)
h = Tinggi objek (m)
H = Tinggi towfish (m)
W = Kedalaman air (m)
S = Jarak miring antara objek dengan towfish (m)
R = Jarak horisontal antara objek dengan towfish (m)
y = Panjang miring bayangan objek (m)
Δd = Jarak vertikal antara objek dengan towfish (m)
dO = Kedalaman objek dari muka laut (m)

Interpretasi kuantitatif citra side scan sonar dilakukan untuk mendapatkan


besaran-besaran kuantitatif suatu citra. Besaran-besaran kuantitatif tersebut
diperoleh secara grafis dan numeris (Gustiawan, 2012). Besaran-besaran tersebut
adalah besaran horisontal dan vertikal citra side scan sonar.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 8


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

2.2 Side Scan Sonar (SSS)


2.2.1 Definisi Side Scan Sonar
Side scan sonar merupakan alat observasi dasar laut yang menggunakan
prinsip gelombang akustik (sonar) yang dipasang di suatu platform. Suatu platform
memiliki dua alat simetris yang dipasang simetris dengan sudut yang telah
ditentukan. Nantinya data gambar ini digunakan untuk investigasi geologi dan
pencarian objek seperti kapal karam, ranjau, kabel dan lain-lain (Lekkerkerk dan
Theis, 2012).
Biasanya peralatan ini menggunakan frekuensi 100KHz (Low) dan 500 Khz
(High). Secara umum peralatan ini terdiri dari transducer yang berupa
towfish yang ditarik di belakang kapal, trans-receiver dan recorder.

Sumber: Kamil (1990)


Gambar 2.2 Ilustrasi Cara Kerja Side Scan Sonar

Penggunaan frekuensi sangat berpengaruh dalam hasil data nantinya. Data


yang menggunakan frekuensi tinggi akan memberikan resolusi yang tinggi, namun
jarak tempuh gelombang tidak terlalu jauh, sedangkan frekuensi rendah
memberikan resolusi yang tidak terlalu jauh namun jarak tempuh gelombang yang
jauh (Lekkerkerk dan Theis, 2012). Penggunaan kombinasi frekuensi dapat
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan data yang dibutuhkan nantinya.

2.2.2 Komponen Side Scan Sonar


Sebuah sistem side scan sonar terdiri dari komponen-komponen seperti alat
perekam (recorder), sensor bawah air (towfish dengan transducer), dan kabel derek

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 9


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

untuk menghubungkan antara alat perekam dan sensor bawah air. Komponen side
scan sonar dapat dilihat pada Gambar 2.3

Sumber: EdgeTech (2019)


Gambar 2.3 Komponen Side Scan Sonar

2.2.3 Cara Kerja Side Scan Sonar


Prinsip kerja side scan sonar pada dasarnya menggunakan gelombang akustik
yang menggunakan suara untuk mendeteksi atau menemukan objek yang secara
khusus berada di laut (Hansen, 2011). Amplitudo dari sinyal pantul (echo) dapat
memberikan beberapa informasi mengenai dasar perairan maupun target dasar laut
(Blondel, 2009). Prinsip penggunaan alat ini sama dengan single beam echosounder
(SBES), namun pada peralatan ini ditekankan pada penyapuan pada permukaan dari
objek baik ke kanan ataupun ke kiri sehingga peralatan side scan sonar mempunyai
kemampuan untuk mendeteksi obek yang berada di permukaan dasar laut baik itu
yang berada di kiri kapal survei maupun di sebelah kanannya. Penggunaan side scan
sonar biasanya untuk keperluan deteksi objek, klasifikasi dasar laut, inspeksi
konstruksi dasar laut.
Side scan sonar dapat dipasang pada badan kapal atau ditarik dari bagian
belakang sebuah kapal seperti towfish side scan sonar. Dalam pengambilan data,
ada kemungkinan terjadi distorsi, baik distorsi geometrik maupun distorsi akibat

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 10


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra dan kekuatan pantulan objek
dasar laut. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
pengambilan data untuk mengurangi distorsi adalah sebagai berikut:

a. Layback
Panjang Layback atau stepback adalah jarak horizontal antara antena
receiver GPS dengan titik penghela ditambah jarak horisontal antara titik
penghela dengan towfish. Nilai layback dibutuhkan untuk perhitungan offset
koordinat menggunakan ultra short baseline (USBL). Pada saat kabel penghela
digunakan untuk menarik towfish di dalam air, kabel penghela tidak akan
terentang lurus, tetapi membentuk suatu lengkungan. Perhitungan layback dapat
dilihat pada Gambar 2.4.

Sumber: SurveyorHidrografi (2017)


Gambar 2.4 Ilustrasi Perhitungan Fish Layback

b. Jarak Objek Terhadap Towfish


Semakin jauh jarak yang ditempuh oleh pulsa gelombang akustik pada
arah x dalam perambatannya di medium air laut, maka ukuran cakupan pulsa
bertambah besar, sehingga objek-objek yang tersaji pada citra seolah-olah
diregangkan dalam arah penyapuan. Dengan besar peregangan semakin besar ke

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 11


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

arah tepi citra. Maka sangat penting untuk memperhatikan ketinggian side scan
sonar terhadap dasar laut agar hasil pencitraan optimal. Ilustrasi pemampatan
citra dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Sumber: Kamil (1990)


Gambar 2.5 Ilustrasi Pemampatan Citra

c. Tinggi Towfish Dari Dasar Laut


Hasil panjang suatu ukuran pada citra side scan sonar akan selalu lebih
pendek dari ukuran sebenarnya di lapangan sehingga penampakannya pada citra
seolah-olah ditekan atau dimampatkan sejajar arah lintasan towfish. Hal ini biasa
disebut dengan slant range. Kejadian ini disebabkan oleh prinsip alat yang
menyapu bagian kiri dan kanan saja, maka bagian bawah alat tidak tersapu.
Besarnya derajat penekanan citra side scan sonar pada bagian bawah alat
berbanding lurus dengan tinggi towfish dasi dasar laut. Pengaruh ketinggian
towfish terhadap jangkauan pencitraan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tinggi Towfish dan Jangkauan Pencitraan


Jangkauan pencitraan Jangkauan pencitraan
Tinggi towfish (m)
teoritis di lapangan (m) pada citra (m)
75 7,5 74,5
100 10 99,5
150 15 149,5
200 20 199,0
300 30 298,5

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 12


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

Oleh karena itu, agar diperoleh hasil pencitraan yang relatif baik, penghelaan
towfish dilakukan dengan ketinggian 1/10 jangkauan pencitraan di lapangan.

2.2.4 Perhitungan Data Citra Side Scan Sonar


2.2.4.1 Perhitungan Penentuan Posisi Objek Pada Side Scan Sonar
Cara perhitungan penentuan posisi objek pada side scan sonar dapat dilihat
pada Gambar 2.6.

Sumber: Kamil (1990)


Gambar 2.6 Penentuan Posisi Objek
Posisi obyek dapat ditentukan dari pancaran sonar yaitu dengan
memperhatikan tiga hal berikut:
− Arah dari sonar towfish
− Posisi dari sonar towfish
− Jarak horizontal dari kontak, atau slant range dan tinggi sonar towfish.
Koordinat antena (Xa,Ya) diperoleh berdasarkan penentuan posisi
planimetris dengan orientasi arah utara, sedangkan citra berorientasi pada arah
haluan kapal. Jika lintasan towfish sejajar dengan lintasan kapal (lihat Gambar
2.6) terlebih dahulu, posisi towfish (Xt, Yt) yang terletak sejauh Lb dari antena
(Xa, Ya) harus ditentukan. maka posisi objek dari antena (Kamil, 1990).
Perhitungan penentuan posisi dapat dilihat pada persamaan 2.1 sampai dengan
2.3 :

XO = Xa + Lb sin (180 - δ) + R .................................................................... (2.1)


YO = Ya + Lb cos (180 - δ) .......................................................................... (2.2)
R = [S2 – (H-h)2]1/2 .................................................................................... (2.3)

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 13


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

dengan:
Lb = Panjang layback (m)
δ = Sudut horisontal antara arah lintasan kapal dengan arah utara
R = Jarak horisontal dari towfish ke objek (m)
S = Jarak miring dari towfish ke objek (m)
H = Tinggi towfish (m)

2.2.4.2 Perhitungan Dimensi Objek Pada Side Scan Sonar


Dimensi pancaran sonar meliputi panjang, lebar dan tinggi. Sonar merekam
koreksi dari kecepatan dan slant-range (jarak miring). Ilustrasi mengenai
perhitungan dimensi objek bawah laut dapat dilihat pada Gambar 2.7

Sumber: SurveyorHidrografi (2017)


Gambar 2.7 Ilustrasi Perhitungan Objek

Dengan menggunakan side scan sonar, maka dapat dilakukan perhitungan


matematis dimensi dari objek yang akan dicari dengan menggunakan rumus
persamaan 2.4 (Kamil, 1990):

Sxh
𝐻= ............................................................................................................. (2.4)
R+s

dimana:
H = Tinggi Obyek Bawah Laut
S = Panjang Bayangan Obyek Bawah Laut
R = Panjang Slope (Jarak Towfish Sonar Ke Objek)
h = Ketinggian Towfish Dasar Laut (Seabed)

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 14


BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI

2.2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Side Scan Sonar


Kelebihan dan kekurangan side scan sonar sebagai pendeteksi dan
interpretasi target menurut di dasar laut (Lekkerkerk dan Theis, 2012) :
1. Kelebihan side scan sonar
Side scan sonar mampu membuat liputan perekaman dasar laut dari kedua
sisi lintasan survei. Dalam kondisi laut yang tenang dan haluan kapal yang lurus,
sonogram dapat memberikan gambar atau image yang sangat tajam dan rinci
seperti layaknya sebuah foto. side scan sonar dapat menghasilkan data dimensi
suatu objek dasar laut dengan prinsip perhitungan phytagoras.

2. Kelemahan Side Scan Sonar


Penggunaan atau survei dengan side scan sonar hanya dapat dilakukan
diperairan kategori dangkal. Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100
sampai 200 m ke tiap sisi). Dibandingkan alat lain yang memakai prinsip akustik
seperti echosounder, sub bottom profiler jangkauan pemerumannya side scan
sonar lebih kecil. Dalam penentuan posisi, side scan sonar tidak memberikan
data koordinat yang fix dikarenakan kondisi alat yang tidak stabil.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 15


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

BAB III
PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR UNTUK
IDENTIFIKASI OBJEK BAWAH LAUT

3.1 Lokasi Data Pekerjaan


Wilayah pekerjaan pada praktik kerja ini terletak di area lepas pantai Pulau
Jawa seperti yang terlihat seperti persegi berwarna merah pada Gambar 3.1.
Koordinat fix lokasi tidak dapat ditampilkan karena merupakan privasi perusahaan.

Sumber: Google Earth (2019)


Gambar 3.1 Tempat Pelaksanaan Pekerjaan (Lepas Pantai Pulau Jawa)

3.2 Persiapan Pengolahan Data


Pada tahap ini dilakukan persiapan alat yang dibutuhkan dalam melakukan
Praktik Kerja. Peralatan yang digunakan dalam Praktik Kerja terdiri dari hardware
dan software yang meliputi:
1. Hardware
a) Seperangkat komputer dengan spesifikasi:
− Komputer : Durabook Intel(R) Core(TM) i5-4300M
CPU @2.60GHz
− Memori : 8192MB RAM

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 16


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

− Kartu Grafik : Intel(R) HD Graphics 4600


− Sistem Operasi : Windows 7 Professional 64-bit
b) Flashdisk HP 8GB
2. Software
− SonarWiz 5 (milik PT.Pageo Utama) untuk pemrosesan data side scan
sonar
− AutoCAD Map 3D 2012 untuk penyajian data side scan sonar
− Microsoft Office Word 2013 untuk penulisan laporan.

3.3 Pengolahan Data Side Scan Sonar


Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan Software SonarWiz 5
dan AutoCAD Map 3D 2012. Penggunaan Software Sonarwiz 5 untuk memproses
raw data side scan sonar, sedangkan penggunaan AutoCAD Map 3D 2012 untuk
melakukan proses interpretasi, dijitasi, penentuan posisi objek-objek yang
ditemukan, dan proses pembuatan peta fitur dasar laut.

3.3.1 Pegolahan Data Raw Side Scan Sonar


Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengolah data side scan sonar pada
SonarWiz 5 meliputi:

1. Melakukan transformasi datum dari Besel 1841 ke Genuk dengan metode


Molodensky. Hal ini dilakukan karena dalam pekerjaan ini, pihak pemberi
proyek mengharuskan penggunaan datum Genuk agar sesuai dengan data
base peta yang digunakan sebelumnya. Parameter transformasi dapat
dilihat pada Tabel 3.1. Pada langkah-langkah pekerjaan tahapan ini akan
dijelaskan dari nomor 1-13.
Table 3.1 Horizontal Datum Parameters
Geodetic and Mapping Parameters
Co-ordinate System name Genuk
Geodetic datum name Genuk
Ellipsoid name Bessel 1841
Ellipsoid semi-major axis (a) 6377397.155

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 17


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Ellipsoid inverse flattening (1/f) 299.1528128


Geodetic transformation from WGS84
dX +378.873 metres
dY -676.002 metres
dZ +46.255 metres
Test point WGS 84 co-ordinates : 5o 22’ 30.0” S 106o 57’ 30.0” E
Test point project geogCS coordinates : 5°22'30.407"S, 106°57'24.633"E
Test point project projCS grid coordinates : 273 619.6 mE 9 405 549.8 mN
Projected Co-ordinate System name Genuk / TM 109 SE
Grid units: International metres
Projection name: TM 109 SE (BP)
Projection method: Transverse Mercator
Latitude of natural origin: 0 degrees
Longitude of natural origin: 109 degrees East
Scale factor at natural origin: 0.9996
False easting: 500 000
False northing: 10 000 000

2. Melakukan importing data *.xtf. Pada langkah-langkah pekerjaan


tahapan ini akan dijelaskan dari nomor 14-20.
3. Melakukan proses slant range correction. Pada langkah-langkah
pekerjaan tahapan ini akan dijelaskan pada nomor 21.
4. Melakukan proses mosaic data. Pada langkah-langkah pekerjaan
tahapan ini akan dijelaskan di nomor 22.
5. Melakukan proses perhitungan dimensi objek-objek dasar laut.
6. Melakukan export data ke dalam format *.tiff. Pada langkah-langkah
pekerjaan tahapan ini akan dijelaskan di nomor 22.

Berikut merupakan langkah-langkah pengolahan data side scan sonar


menggunakan Software SonarWiz 5 dalam melakukan mosaik dan mengekspor data
dalam bentuk .tiff:
1. Membuka Software SonarWiz 5 untuk mulai melakukan pengolahan data.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 18


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.2 Membuka Software SonarWiz 5


2. Mentransformasikan sistem koordinat dan datum berdasarkan permintaan
penyedia pekerjaan, dimana penyedia pekerjaan tersebut menginginkan
sistem koordinat dan datum Genuk yang ditransformasikan dari elipsoid
referensi Bessel 1841 agar sesuai dengan standar peta laut milik mereka,
cara membuatnya yaitu dengan membuka menu Geodesy Utility untuk
mentransformasikan datum dan sistem koordinat.

Gambar 3.3 Transformasi Datum dan Sistem Koordinat

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 19


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

3. Memilih menu Create, lalu memilih Create Datum.

Gambar 3.4 Pemilihan Transformasi Datum


4. Langkah selanjutnya yaitu memilih menu New untuk melakukan
transformasi datum , lalu beri nama sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 3.5 Pemberian Nama Datum yang Akan Ditransformasi


5. Pada menu Datum Dictionary Editor, kita dapat masukkan ellipsoid
referensi acuan yaitu Bessel 1841 yang akan ditransformasikan ke datum
Genuk yang akan kita buat dengan memilih menu Change Ellipsoid.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 20


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.6 Memasukkan Parameter Elipsoid Referensi


6. Mencari dan memilih elipsoid referensi, yaitu Bessel 1841.

Gambar 3.7 Pemilihan Elipsoid Referensi Bessel 1841


7. Memilih metode transformasi yang digunakan untuk mentransformasikan
datum Genuk dari ellipsoid referensi Bessel 1841. Metode yang
digunakakan yaitu Molodensky Transformation. Penggunaan metode ini
dipilih karena penyedia jasa memberikan parameter transformasi yang dapat
diproses menggunakan metode Molodensky Transformation. Setelah itu
kita dapat memasukkan parameter-parameter perubahan sumbu XYZnya.
Setelah itu pilih save untuk menyimpan datum yang telah dibuat.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 21


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.8 Pemilihan Metode Transformasi Datum


8. Setelah mentransformasikan datum Genuk, pilihlah menu Create
Coordinate System untuk membuat sistem koordinat yang baru berdasarkan
acuan datum yang telah dibuat sebelumnya yaitu datum Genuk.

Gambar 3.9 Pembuatan Sistem Koordinat Baru Dari Datum Genuk


9. Memilih menu New, lalu membuat sistem koordinat baru berdasarkan acuan
datum Genuk.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 22


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.10 Memilih Menu New Pada Sistem Koordinat Baru


10. Memilih menu Grup untuk meletakkan sistem koordinat yang akan dibuat
dengan memilih User Defined Coordinate System karena sistem koordinat
ini adalah hasil perhitungan user dari datum Genuk.

Gambar 3.11 Memasukkan Sistem Koordinat User Reference


11. Memilih menu General, kemudian pilih sistem proyeksinya, yaitu
Transverse Mercator sesuai dengan data mapping parameter pada Tabel 3.1.
Lalu pilih referensi datum yang telah dibuat sebelumnya, yaitu datum
Genuk. Kemudian ubah System Unit menjadi Meter.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 23


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.12 Pemilihan Sistem Proyeksi


12. Memilih menu Origins, lalu masukkan false easting dan northingnya sesuai
data mapping parameter pada Tabel 3.1.

Gambar 3.13 Memasukkan Data Mapping Parameter


13. Langkah selanjutnya memilih menu Parameters, lalu masukkan Central
Meridiannya yaitu 109o 0o 0o E sesuai data mapping parameter pada Tabel
3.1.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 24


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.14 Memasukkan Nilai Sudut Central Meridian


14. Setelah datum dan sistem proyeksi dibuat, lalu pilih menu File. Kemudian
pilih menu New Project.

Gambar 3.15 Membuat Projek Baru


15. Membuat Vessel Name, Project Name dan pilih tempat penyimpanan File
Project tersebut. Lalu masukkan Approcimate Project Position sesuai
dengan wilayah site yaitu Jakarta, Indonesia. Langkah lain untuk
menentukan posisi site yaitu dengan mengambil raw data koordinat side
scan sonar.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 25


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.16 Pemberian Informasi Projek


16. Masukkan sistem koordinat yang akan digunakan.

Gambar 3.17 Input Sistem Koordinat Baru


17. Memilih menu Post Processing, kemudian pilih Import Sidescan Files.

Gambar 3.18 Memasukkan Data Side Scan Sonar

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 26


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

18. Masukkan data side scan sonar yang akan diproses dan pilih sistem
koordinat dengan acuan datum Genuk.

Gambar 3.19 Pemilihan Data Yang Akan Di Input


19. Lalu pilih menu Maps, kemudian pilih Add Overlay untuk memastikan
bahwa data side scan sonar memang benar berada di lokasi site.

Gambar 3.20 Proses Overlay

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 27


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

20. Pada menu Projection, pilih Transverse Mercator. Kemudian pilih datum
Genuk.

Gambar 3.21 Memasukkan Sistem Proyeksi


21. Pilih Slant Range Correction untuk menghilangkan jarak pada bagian port
dan starboard side pada data. Kemudian lakukan hal yang sama pada semua
data.

Gambar 3.22 Proses Slant Range Correction

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 28


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

22. Setelah selesai, export data ke format GeoTiff, kemudian pilih menu Export
Individual Geo Images.

Gambar 3.23 Proses Export Data

Setelah importing data dilakukan proses identifikasi objek . Proses ini nanti
dilakukan di aplikasi AutoCAD Map 3D 2012. Proses berikutnya, yaitu menghitung
dimensi objek yang telah ditemukan dengan menggunakan Software SonarWiz 5.
Hal ini dilakukan apabila proses interpretasi telah dilakukan di Software AutoCAD
Map 3D 2012.
Pengukuran dimensi pada citra side scan sonar dapat dilakukan dengan cara
menghitung panjang dan lebar objek dengan menggunakan tool measure pada
aplikasi SonarWiz 5. Titik awal untuk mengukur suatu objek dapat dilihat dari
derajat kehitaman. Semakin hitam suatu objek yang dilihat pada hasil pencitraan
side scan sonar akan menjadi merupakan objek yang teridentifikasi pada hasil
pencitraan. Pengukuran dimensi dimulai dari ujung awal objek yang teridentifikasi
sampai ujung akhir suatu objek. Cara pengukuran dimensi objek yang
teridentifikasi pada citra side scan sonar dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 29


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Tabel 3.2 Cara Pengukuran Dimensi Objek Side Scan Sonar


Cara Pengukuran
No Data Side Scan Sonar
dimensi
1 Debree dapat diukur
dengan mengikuti derajat
kehitaman objek. Pada
objek ini tidak dapat
diidentifikasi nilai lebar
atau width (UMW)
karena derajat kehitaman
cenderung memanjang.

2 Jack-up footprint dapat


diukur dengan cara
seperti menghitung
diameter lingkaran.
Beberapa objek ini
memiliki bulat sempurna
dan ada juga yang
cenderung agak lonjong.

3 Pipeline dapat diukur


dengan cara mengikuti
derajat kehitaman objek
yang cenderung
memanjang. Mengukur
panjang pipa diusahakan
mengikuti pipa meskipun
kondisinya agak
berbelok.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 30


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Cara Perhitungan
No Data Side Scan Sonar
dimensi
4 Poke hole dapat diukur
dengan cara mengikuti
derajat kehitaman sama
seperti objek jack-up
footprint, namun tidak
cenderung simetris
seperti lingkaran.

5 Seabed scar diukur dari


sisi panjang dan lebarnya
seperti pada gambar
disamping.

Untuk mengukur tinggi atau kedalaman suatu objek dapat dilakukan dengan
cara mengukur panjang bayangan yang dihasilkan dari suatu objek terhadap
pancaran sonar. Bayangan pada citra side scan sonar dapat diidentifikasi dari
derajat kehitaman, namun untuk bayangan yang dilihat dari semakin putihnya suatu
objek. Pengukuran panjang ini harus dilakukan secara lurus searah dengan arah
pancaran sonar pada towfish agar mendapatkan tinggi objek yang sebenarnya.
Dapat dilihat pada Tabel 3.3 garis kuning merupakan panjang bayangan dan arah
panah kuning merupakan arah pancaran sonar.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 31


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Tabel 3.3 Cara Pengukuran Panjang Bayangan Pada SonarWiz 5


Cara Pengukuran
No Data Side Scan Sonar
Bayangan
1 Debree dapat diukur
panjang bayangannya
dengan cara seperti
gambar di samping.
Pancaran sonar datang
dari arah kanan gambar.

2 Jack-up footprint dapat


diukur panjang
bayangannya dengan cara
seperti gambar di
samping. Pancaran sonar
datang dari arah kiri
gambar.

3 Pipeline dapat diukur


panjang bayangannya
dengan cara seperti
gambar di samping.
Pancaran sonar datang
dari arah kiri gambar.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 32


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Cara Perhitungan
No Data Side Scan Sonar
Bayangan
4 Poke hole dapat diukur
panjang bayangannya
dengan cara seperti
gambar di samping.
Pancaran sonar datang
dari arah kiri gambar.

5 Seabed scar dapat diukur


panjang bayangannya
dengan cara seperti
gambar di samping.
Pancaran sonar datang
dari arah kanan gambar.

Hasil Pengukuran dimensi objek-objek dasar laut yang teridentifikasi pada citra
side scan sonar dapat dilihat pada Lampiran A.2.
3.3.2 Pengolahan Data Format .tiff
Setelah proses pengolahan raw data selesai dilakukan proses interpretasi
dan dijitasi objek fitur dasar laut. Setelah proses dijitasi selesai, lalu proses
penentuan posisi objek dasar laut dilakukan. Setelah itu proses pembuatan peta
dapat dilakukan. Semua kegiatan ini dilakukan menggunakan Software AutoCAD
Map 3D 2012. Berikut merupakan langkah-langkah pengolahan data side scan
sonar menggunakan Software AutoCAD Map 3D :
1. Membuka Software AutoCAD Map 3D 2012 untuk interpretasi dan dijitasi
objek. Langkah pertama yang dilakukan, yaitu memasukkan data existing
site, lalu import data side scan sonar yang sebelumnya telah diolah dan

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 33


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

exsport menggunakan Software SonarWiz 5 dengan format GeoTiff. Buka


menu Map Drafting, pilih Image kemudian Insert. Input data Eksport Site
dapat dilihat pada Gambar 3.24

Gambar 3.24 Input Data Exsisting Site


2. Masukkan semua data side scan sonar yang telah diproses sebelumnya
menggunakan aplikasi SonarWiz 5, kemudian pilih Open. Input data side
scan sonar dari SonarWiz 5 daoat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 Input Data Side Scan Sonar Dari SonarWiz

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 34


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

3. Mencari wilayah survei yaitu, di daerah ECHO dengan nama Platform EB,
lalu identifikasi data side scan sonar satu per satu kemudian lakukan dijitasi
berdasarkan objek yang akan diidentifikasi, seperti pipeline, seabed scar,
jack-up footprint, poke hole, dan debree. Proses dijitasi objek dapat dilihat
pada Gambar 3.26.

Gambar 3.26 Proses Dijitasi Objek


4. Atur transparency-nya agar mudah untuk dilihat, kemudian klik kanan lalu
draw order send to back untuk mengatur posisinya di belakang data
exsisting site.
5. Kemudian lalukan dijitasi objek sesuai dengan yang tadinya ditemukan dan
tentukan pula posisi dari setiap objek yang diidentifikasi. Penentuan posisi
objek dasar laut ini dapat dilakukan dengan cara meletakkan cursor pada
posisi objek yang sudah terdijitasi dan memiliki sistem proyeksi yang sudah
benar sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah itu kita
dapat dilihat koordinat yang ada pada aplikasi AutoCAD Map 3D 2012 an
merekam koordinat tersebut dan dimasukkan di dalam database.
6. Berikut merupakan Hasil dijitasi objek bawah laut dapat dilihat pada
Gambar 3.27.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 35


BAB III PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Gambar 3.27 Hasil Dijitasi Data Side Scan Sonar pada Software SonarWiz 5

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 36


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Sistem Referensi


Sistem referensi peta-peta pada database perencanaan wilayah rig landing
telah menggunakan datum yang mengacu kepada datum Genuk. Dengan demikian
pada pekerjaan identifikasi objek-objek dasar laut untuk perencanaan rig landing
ini juga menggunakan sistem referensi yang sama untuk memudahkan proses
analisis selanjutnya.
Datum Genuk yang merupakan datum lokal di wilayah Indonesia (Abidin, H.
Z, 2001). Dalam pekerjaan identifikasi objek-objek dasar laut ini transformasi
dilakukan menggunakan metode Molodensky terhadap elipsoid referensi Bessel
1841. Penggunaan metode Molodensky dikarenakan metode transformasi
Molodensky menggunakan pergeseran rata-rata dari titik awalnya (X, Y, Z) dan
perbedaan parameter dari dua ellipsoid yang digunakan (a dan f) (Bakosurtanal,
2005) sesuai dengan mapping parameter yang diberikan oleh pihak perusahaan dan
Metode Molodensky ini memberikan hasil yang baik dalam transformasi elipsoid
referensi Bessel 1841 ke datum Genuk.

4.2 Slant Range Correction


Koreksi bottom track dilakukan pada track line dengan melakukan dijitasi
pada first return area atau hambur balik pada dasar laut yang pertama. Koreksi slant
range dilakukan dengan mengasumsikan permukaan dasar laut datar, yaitu jarak
horisontal suatu objek di dasar laut dengan titik dasar laut di bawah towfish
(altitude). Hasil dari penerapan koreksi slant range ini akan menghilangkan blind
zone dan berpindah ke posisi yang representatif dari dasar laut yang sebenarnya
(Chang, Y.C.et al, 2010) Citra yang dihasilkan sebelum dan sesudah proses slant
range correction dapat dilihat pada Gambar 4.1

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 37


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

.
Gambar 4.1 Proses Slant Range Correction

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa proses slant range correction
menggabungkan dasar citra port side (kiri) dan starboard side (kanan). Area first
return pada port side dan starboard side harus dibatasi dari daerah bottom track
dengan cara digitasi pada aplikasi SonarWiz karena bukan merupakan hasil
pencitraan melainkan blind zone yang harus dihilangkan. Proses ini sangat penting
dilakukan pada seluruh data side scan sonar satu per satu sebelum proses penentuan
posisi dan pengukuran dimensi objek yang dinterpretasi. Hal ini dikarenakan dalam
penentuan posisi dan pengukuran dimensi diperlukan jarak sebenarnya atau jarak
fix antara towfish dengan objek yang didentifikasi.
Saat melakukan slant range correction diperlukan waktu yang cukup lama
dan juga diperlukan ketelitian dalam membatasi area hasil interpretasi dengan area
bottom track agar didapatkan penggabungan citra port side dan starboard side yang
akurat. Proses yang lama ini dikarenakan pemisahan citra dengan bottom track ini
dilakukan secara manual dengan cara mendijitasi batas atara bottom track dengan
citra dan dilakukan per citra pada satu lajur perum. Proses digitasi batas daerah
pencitraan side scan sonar di aplikasi SonarWiz tidak memiliki menu yang dapat
menghilangkan efek bottom track langsung pada seluruh data citra yang sudah

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 38


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dimasukkan. Ketelitian dalam memisahkan antara pencitraan side scan sonar


dengan bottom track juga harus diperhitungkan karena proses penggabungan
bottom track akan mempengaruhi hasil posisi dan dimensi objek-objek dasar laut
yang ditemukan.

4.3 Mosaic
Tahap mosaic merupakan pengolahan data side scan sonar dengan
menggabungkan semua data citra (pixels) di sepanjang jalur track lines yang dilalui
instrumen menjadi satu atau beberapa dengan sebuah georeferensi gambar raster
Tagged Image File Format atau biasa disebut dengan .GeoTIFF (Penrose, J.D. et
al, 2005). Proses ini dilakukan setelah citra side scan sonar telah bebas dari
kesalahan bottom track atau yang biasa disebut slant range correction. Hasil mosaic
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Hasil Mosaic Data Side Scan Sonar Pada Software SonarWiz 5

Proses mosaic ini bertujuan sebagai koreksi dalam proses interpretasi objek
dasar laut dan penentuan posisi objek dasar laut. Overlapping dapat memberikan
penggabungan perbedaan sudut pandang dari beberapa data citra side scan sonar
dengan tujuan untuk lebih mempermudah dalam interpretasi objek dasar laut.
Overlapping juga mengoreksi dalam penentuan poisisi objek dasar laut dengan cara

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 39


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

interpolasi posisi secara manual dari beberapa objek yang terinterpretasi pencitraan
suatu objek dari sisi (jalur survei) yang berbeda.

4.4 Interpretasi Objek Dasar Laut


Pada interpretasi citra side scan sonar pada kenampakan tekstur dasar laut
terlihat sebagai bagian yang lebih kasar dan halus. Bagian yang memiliki tekstur
kasar akan memberikan sinyal hambur balik yang lebih kuat dan intensitas warna
yang cerah dibandingkan dengan kenampakan tekstur yang halus dengan intensitas
warna gelap yang mewakili daerah dengan hambur balik rendah (Fedi M.et al
2004). Pada proses interpretasi citra side scan sonar di lepas Pantai Pulau Jawa
ditemukan beberapa objek dasar laut, seperti seabed scar, pipeline, poke mark,
jackup footprint, dan debree. Objek debree yang terdeteksi memiliki sinyal hambur
balik yang kuat dan berwarna agak gelap dikarenakan debree memiliki tekstur yang
kasar dan tidak beraturan karena biasanya berupa objek manmade (jangkar, ban
bekas, pipa dll). Sedangkan objek yang lainnya memiliki efek campuran gelap dan
terang bergatung pada tekstur dasar lautnya dan juga oleh efek bayangan yang
dihasilkan oleh objek yang diidentifikasi. Contoh objek dasar laut yang
diinterpretasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut
No Hasil
Citra Side Scan Sonar
Interpretasi
1 Debree, objek
debree dapat
dikenali dari sifat
kehitaman dan
bayangan yang
cenderung tidak
beraturan.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 40


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

No Hasil
Data Side Scan Sonar
Interpretasi
2 Seabed scar,
objek ini dapat
diidentifikasi dari
bentuknya yang
menyerupai
goresan dan
memiliki bentuk
kawah pada
bagian tengahnya
yang dapat dilihat
dari tingkat
kehitamannya.
3 Jack-up footprint,
objek ini dapat
dikenali dari
bentuknya yang
bulat sempurna
juga memiliki
kecenderungan
berkumpul pada
suatu wilayah
yang jarak antar
objeknya
berdekatan.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 41


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

No Hasil
Data Side Scan Sonar
Interpretasi
4 Poke hole, objek
ini dapat dikenali
dari bentuknya
yang menyerupai
bekas galian.

5 Pipeline, objek
ini dapat dikenali
dari bentuknya
yang menyerupai
jaring dan
memiliki
bayangan putih di
sampingnya. Juga
memiliki
rangkaian saling
bersambungan.

Pada saat proses identifikasi objek dasar laut diperlukan keahlian khusus dan
pengalaman dalam mengenali objek-objek dasar laut. Objek yang akan
diinterpretasi terkadang memiliki bentuk yang terkadang sulit untuk dikenali
dikarenakan efek distorsi di dalam air yang disebabkan oleh kesalahan geometrik
maupun distorsi akibat deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra, kekuatan
pantulan objek dasar laut dan salinitias air yang dipengaruhi temperature (Fedi M.et
al 2004). Untuk menghindari kesalahan interpretasi objek dasar laut, diperlukan
pendampingan dalam mengenali suatu objek pada citra side scan sonar.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 42


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4.5 Pengukuran Dimensi Objek Dasar Laut


Proses pengukuran dimensi objek yang berada di wilayah survei dilakukan
menggunakan aplikasi SonarWiz 5. Proses pengukuran ini dilakukan untuk
menentukan panjang objek berbentuk line, polygon yang dijadikan target sehingga
dapat ditampilkan informasi pengukuran seperti length, width dan shadow harus
dilakukan dengan teliti agar memperoleh nilai perhitungan yang tepat (Djunarsjah,
2005). Salah satu objek yang paling penting untuk diukur dimensinya, yaitu debree,
karena debree merupakan objek hazard yang harus dipindahkan pada saat proses
rig move. Dengan demikian sangat penting untuk mendapatkan nilai yang sangat
teliti dalam menghitung dimensi debree pada wilayah rig landing agar proses rig
move berjalan dengan aman. Objek-objek dasar laut yang lainnya juga harus
ditentukan dimensinya agar terhindar dari bahaya yang akan mengganggu proses
perencanaan rig landing.
Dalam perhitungan dimensi objek dasar laut sangat penting dalam
memperhatikan posisi dan arah pancaran towfish. Dikarenakan kesalahan dalam
menentukan jarak bayangan dan arah bayangan yang dihasilkan oleh pancaran
sonar dari towfish dapat memberikan jarak pandangan yang berbeda dalam
menghitung dimensi suatu objek dasar laut (Kamil, 1990). Dimensi objek-objek
dasar laut yang sudah diidentifikasi dapat dilihat pada Lampiran A.1.

4.6 Penentuan Posisi Objek Dasar Laut


Proses penentuan posisi dilakukan menggunakan aplikasi AutoCAD. Tujuan
proses ini dilakukan adalah untuk mendapatkan koordinat objek-objek dasar laut
terutama objek hazard. Koordinat objek dasar laut sangat dibutuhkan dalam
perencanaan rig landing agar lokasi objek tersebut terutama debree yang
merupakan hazard dapat dihindari atau dipindahkan dalam proses perencanaan rig
landing. Menentukan koordinat objek dasar laut dilakukan dengan cara melihat
koordinat objek hasil digitasi yang sudah dikoreksi di AutoCAD dengan cara
interpolasi manual dari hasil mosaic agar data side scan sonar overlap satu dengan
lainnya. Posisi overlap ini nantinya digunakan untuk menginterpolasi posisi objek

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 43


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dasar laut yang sudah terinterpretasi pada proses dijitasi sebelumnya. Koordinat
objek-objek dasar laut yang sudah diketahui dapat dilihat pada Lampiran A.2.
Dalam penentuan posisi objek dasar laut menggunakan side scan sonar
hendaknya dibandingkan dengan data MBES (multibeam echosounder, karena
melirik kembali prinsip kerja untuk masalah positioning, kedua alat ini
bergantung pada DGPS (Lekkerkerk dan Theis, 2012). Walaupun menggunakan
sistem penentuan posisi yang sama, data komparasi menunjukkan posisi pipa
yang dihasilkan berbeda. Side scan sonar mengakuisisi data dengan prinsip
towing atau ditarik dengan tow cable, sehingga dapat dikatakan penentuan posisi
pada side scan sonar tidak langsung terhubung dengan GPS melainkan melalui
perantara suatu sistem tambahan yaitu, ultra short baseline (USBL). Hal ini
memungkinkan terjadinya perambatan kesalahan, yaitu kesalahan offset
transduser USBL terhadap GPS dan kesalahan sistem USBL sendiri terhadap side
scan sonar, sehingga berdampak pada kualitas posisi objek dasar laut yang
kurang bisa diandalkan. Ditambah lagi stabilitas towfish yang sangat
dipengaruhi arus dan gelombang saat mengakuisisi data (Lekkerkerk dan Theis,
2012).

4.5 Layouting
Layouting atau pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah
input data, processing data, analisis data, dan pengaturan legenda telah dilakukan.
Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara
tampilan, selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai
atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta yang merupakan informasi-
informasi penting (Ekadinata, 2013). Proses layouting dilakukan di aplikasi
AutoCAD karena penambahan atribut dan proses editing pada AutoCAD
menyediakan perangkat untuk. Data yang telah melalui proses editing pada aplikasi
SonarWiz yang berformat .geotiff diinput ke dalam aplikasi AutoCAD guna untuk
melakukan layouting. Hasil pekerjaan berupa peta fitur dasar laut yang dapat dilihat
pada Lampiran B. Peta fitur dasar laut ini berupa objek-objek dasar laut yang
terdijitasi dari pengolahan data citra side scan sonar menghasilkan sebuah peta fitur
dasar laut yang terikat terhadap geoid sistem proyeksi Genuk.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 44


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan praktik kerja yang telah dilakukan, pada
pekerjaan ini dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembuatan sistem datum Genuk harus dilakukan terlebih dahulu karena


sistem referensi peta-peta pada database perencanaan wilayah rig landing
telah menggunakan datum yang mengacu kepada datum Genuk. Jika hal ini
tidak dilakukan maka akan terjadi kesulitan dalam perubahan sistem datum
peta lama ke datum peta baru ataupun sebaliknya.
2. Pada proses slant range correction, identifikasi area first return gelombang
harus dilakukan agar blind zone yang ada pada data side scan sonar dapat
dihilangkan.
3. Pada proses mosaic, data citra side scan sonar terlihat seperti bertampalan
satu sama lain (overlap) untuk memudahkan dalam proses interpretasi
karena dapat memberikan perbedaan sudut pandang dari beberapa data citra
side scan sonar.
4. Pada area survei, ditemukan objek-objek dasar laut yang berupa debree,
seabed scar, jack-up footprint, poke hole, dan pipeline dari hasil interpretasi
objek dasar laut.
5. Penggunaan data high frekuensi memudahkan dalam mengenali objek dasar
laut karena memberikan pencitraan yang jelas pada wilayah pekerjaan yang
tidak terlalu dalam.

5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktik kerja yang telah dilaksanakan, saran yang dapat
dikemukakan adalah saat proses penentuan posisi, sebaiknya data side scan sonar
digabungkan (overlap) dengan data MBES (multibeam echosounder) dikarenakan
kondisi towfish yang tidak stabil dikarenakan cara pemakaian yang ditarik dari
suatu wahana kapal.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 45


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Abidin ,H. Z. (2001). Pengantar Geodesi Satelit. Jurusan Teknik Geodesi ITB.
Bandung.
Bakosurtanal. (2005). Panduan Teknis Datum dan Sistem Koordinat Peta
Rupabumi Indonesia. Bogor: Bakosurtanal, 11 lembar.
Blondel, P. (2009) The Handbook of Sidescan Sonar. Springer, Praxis.Chichester.
UK.
Chang, Y.C., Hsu, S.K., Tsai, C.H. (2010). Sidescan Sonar Image Processing:
Correcting Brightness Variation and Patching Gaps. Journal of Marine
Science and Technology, Vol. 18, No.6, pp. 785-789, 2010.
EdgeTech. (2019). Komponen side scan sonar. Dipetik pada 13 Februari 2019,
diakses dari www.edgetech.com, Bandung.
Ekadinata. (2013). Kelebihan dan kekurangan layout. ITB: Bandung.
Fedi M., Primiceri R., Quarta T., Villani A.V. (2004). Joint application of
continuous and discrete wavelet transform on gravity data to identify shallow
and deep sources”, Geophys. J. Int, 156, 7-21.
Gustiawan, Hendra. (2012). Komputasi Data Side Scan Sonar Klein 3000 Untuk
Identifikasi Target Dasar Laut. Bogor. Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Hansen, R.E. (2011). Introduction to synthetic aperture sonar, in Sonar Systems.
First Edition. InTech, Croatia. Hal. : 1-25.
Komponen Side Scan Sonar.
Lekkerkerk, H-J dan Theijs, M.J. (2012). Handbook Of Offshore Surveying
Acquisition Sensors. The Netherlands. SkillTrade.
Penrose, J.D., P.J.W. Siwabessy, A. Gavrilov, I. Parnum, L.J. Hamilton, A. Bickers,
B. Brooke, D.A. Ryan, P. Kennedy. (2005). Acoustic techniques for seabed
classification”, Cooperative Research Center for Coastal Zone Estuary and
Waterway Management: Technical Report 32, Curtin University, Australia
Barat.
Poerbandono dan Djunarsjah, E. (2005). Survei Hidrografi. PT Refika Aditama,
Bandung, 163 hlm

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 46


DAFTAR PUSTAKA

Surveyorhidrografi. (2017). Ilustrasi perhitungan layback. Dipetik pada 13


Februari 2019, Diakses dari www.surveyorhidrografi.com, Bandung.
Surveyorhidrografi. (2017). Ilustrasi perhitungan objek. Dipetik pada 13 Februari
2019, Diakses dari www.surveyorhidrografi.com, Bandung.
Wijanarko, W.W., Sasmito, Bandi dan Nugraha, Arief Laila. (2016). Kajian
Pemodelan Dasar Laut Menggunakan Side Scan Sonar dan Singlebeam
Echosounder. Semarang. Jurnal Geodesi Undip.

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 47


LAMPIRAN A

HASIL PERHITUNGAN DIMENSI DAN KOORDINAT

SIDE SCAN SONAR

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 48


A.1. HASIL PERHITUNGAN DIMENSI SIDE SCAN SONAR

Contact Length (m) Widht (m) Height (m) Description


0 5,6 UMW 0,77 Debree
1 2,37 UMW 0,45 Debree
2 36,46 3,1 UMH Seabed Scar
3 35,72 2 UMH Seabed Scar
4 9,5 4,8 UMH Pock Mark
5 20,6 5,3 UMH Seabed Scar
6 48,5 4,7 UMH Seabed Scar
7 29,8 24,4 UMH Jack-up Footprint
8 14,6 12 UMH Jack-up Footprint
9 21,5 20 UMH Jack-up Footprint
10 19,1 19,3 UMH Jack-up Footprint
11 3,8 UMW 0,73 Debree
12 1,63 UMW 0,73 Debree
13 1,84 UMW 0,65 Debree
14 4,48 0,7 0,36 Debree
15 80,96 2,1 UMH Seabed Scar
16 70,6 2,8 UMH Seabed Scar
17 84,4 3 UMH Buried Pipeline
18 29,5 4,7 UMH Seabed Scar
19 14,4 5,1 UMH Seabed Scar
20 109,11 3,3 UMH Pipeline
21 10,9 9,5 UMH Jack-up Footprint
22 9,4 9,2 UMH Jack-up Footprint
23 15,2 16,9 UMH Jack-up Footprint
24 7,5 13,2 UMH Jack-up Footprint
25 13,3 13,1 UMH Jack-up Footprint
26 8,5 10,6 UMH Jack-up Footprint
27 11,6 11,9 UMH Jack-up Footprint
28 8,3 9,9 UMH Jack-up Footprint
29 108,1 4 UMH Pipeline
30 72,7 4,4 UMH Seabed Scar
31 12,2 3,6 UMH Freespan
32 6,6 7 UMH Jack-up Footprint
33 110 6,4 UMH Pipeline
34 5,6 5,4 UMH Jack-up Footprint
35 19,6 4,9 UMH Seabed Scar
36 61,1 5,9 UMH Seabed Scar
37 86,7 4,9 UMH Seabed Scar
38 11,7 14,7 UMH Jack-up Footprint
39 11,6 5,8 UMH Pock Mark

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 49


Contact Length (m) Widht (m) Height (m) Description
40 46,99 4,6 UMH Seabed Scar
41 23,78 3,6 UMH Seabed Scar
42 33,3 4,3 UMH Freespan
43 8,7 9 UMH Jack-up Footprint
44 8,4 8,8 UMH Jack-up Footprint
45 7,7 8 UMH Jack-up Footprint
46 11,5 9,4 UMH Jack-up Footprint
47 8,4 9 UMH Jack-up Footprint
50 20,3 18,1 UMH Jack-up Footprint
51 14,4 14,5 UMH Jack-up Footprint
52 25,7 2,2 UMH Freespan
53 23,2 22,3 UMH Jack-up Footprint
54 11,2 11,2 UMH Jack-up Footprint
55 24,9 24,7 UMH Jack-up Footprint
56 19,8 19,6 UMH Jack-up Footprint
57 20,8 22,1 UMH Jack-up Footprint
58 56,13 1,61 UMH Seabed Scar
59 3 4,3 UMH Freespan
60 9,4 8,5 UMH Jack-up Footprint
61 8,6 9,2 UMH Jack-up Footprint
62 8 8,4 UMH Jack-up Footprint
63 11 11,2 UMH Jack-up Footprint
64 11,3 10,7 UMH Jack-up Footprint
65 10,4 10,2 UMH Jack-up Footprint
66 8,7 8,2 UMH Jack-up Footprint
67 9,5 9,6 UMH Jack-up Footprint
68 8,4 8 UMH Jack-up Footprint
69 10,8 10,3 UMH Jack-up Footprint
70 80,48 3,6 UMH Buried Pipeline
71 8,3 8,3 UMH Jack-up Footprint
72 9,7 8,4 UMH Jack-up Footprint
73 13,7 14,5 UMH Jack-up Footprint
74 8,6 8,2 UMH Jack-up Footprint
75 75,35 3,48 UMH Buried Pipeline
76 103,14 2,7 UMH Pipeline
77 44,3 2,9 UMH Buried Pipeline
78 10,2 6,5 UMH Pock Mark
79 78,7 3,2 UMH Buried Pipeline
80 29,04 4,1 UMH Buried Pipeline
81 45,16 3,8 UMH Buried Pipeline
82 15,1 2,6 UMH Freespan
83 97,08 2,7 UMH Pipeline

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 50


Contact Length (m) Widht (m) Height (m) Description
84 9,2 9,2 UMH Jack-up Footprint
85 9,2 9,4 UMH Jack-up Footprint
86 17,35 4,2 UMH Buried Pipeline
87 42,25 1,6 UMH Seabed Scar
88 91,1 2 UMH Seabed Scar
89 57,67 1,9 UMH Seabed Scar
90 92,46 2,8 UMH Pipeline
91 17,8 19,2 UMH Jack-up Footprint
92 16,4 17,7 UMH Jack-up Footprint
93 16,7 20,3 UMH Jack-up Footprint
94 12,3 15,3 UMH Jack-up Footprint
95 12,9 16,7 UMH Jack-up Footprint
96 23,42 4,1 UMH Freespan
97 9,5 3,1 UMH Freespan
98 18,7 1,9 UMH Seabed Scar
99 6,1 3,6 UMH Pock Mark
100 9,5 9,2 UMH Jack-up Footprint
101 9,5 7,1 UMH Jack-up Footprint
102 90,89 3,8 UMH Buried Pipeline
103 9,7 9,7 UMH Jack-up Footprint
104 9,9 10,4 UMH Jack-up Footprint
105 106,17 3,2 UMH Pipeline
106 9,2 10 UMH Jack-up Footprint
107 7,5 7,5 UMH Jack-up Footprint
108 7,3 6,7 UMH Jack-up Footprint
109 18,2 3,6 UMH Freespan
110 23,83 4,5 UMH Freespan
111 9,2 8,1 UMH Jack-up Footprint
112 11,3 9,8 UMH Jack-up Footprint
113 11,5 10,9 UMH Jack-up Footprint
114 9,8 7,8 UMH Jack-up Footprint
115 9,3 9,9 UMH Jack-up Footprint
116 10,4 8,9 UMH Jack-up Footprint
117 23,4 2,4 UMH Freespan
118 110,3 5 UMH Pipeline
119 91,75 2,7 UMH Buried Pipeline
120 65,04 6,2 UMH Seabed Scar
121 2,6 2,6 UMH Jack-up Footprint
122 38,3 5 UMH Freespan
123 132,71 4,2 UMH Pipeline
124 104,88 3,17 UMH Pipeline
125 62,84 4,5 UMH Buried Pipeline

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 51


Contact Length (m) Widht (m) Height (m) Description
126 13,47 4,6 UMH Freespan
127 69,94 5,3 UMH Seabed Scar
128 87,45 3,9 UMH Seabed Scar
129 71,6 3 UMH Seabed Scar
130 62,5 4,9 UMH Seabed Scar
131 32,23 12,61 UMH Seabed Scar
132 12,6 4,9 UMH Pock Mark
133 104,29 2,5 UMH Pipeline
134 9,1 6,7 UMH Pock Mark
135 14,7 4,4 UMH Freespan
136 2,7 4,1 UMH Pock Mark
137 6,3 1,6 UMH Seabed Scar
138 11,2 12,9 UMH Jack-up Footprint
139 67,09 2,9 UMH Seabed Scar
140 71,11 3,9 UMH Seabed Scar

A.2. HASIL PERHITUNGAN KOORDINAT SIDE SCAN SONAR

No X (m) Y (m)
jf 57 9344195,336 380917,7623
jf 38 9344180,959 380931,5381
jf 07 9344159,851 380940,4166
jf 55 9344200,231 380941,3346
jf 56 9344199,619 380956,0296
jf 54 9344184,935 380959,7029
jf 08 9344164,745 380963,9888
jf 53 934417,37 380987,5618
jf 23 9344204,514 380998,8889
jf 25 9344253,765 381005,9301
jf 26 9344228,375 380999,1949
jf 51 9344173,005 381016,0326
jf 50 9344158,321 381029,8091
jf 74 9344255,907 381030,1151
jf 27 9344234,187 381037,1563
jf 24 9344219,197 381025,5231
jf 10 9344202,984 381037,4623
jf 73 9344254,989 381056,7493
jf 28 9344230,21 381051,2387
jf 72 9344219,197 381081,8529
jf 22 9344202,678 381068,6884
jf 9 9334176,37 381077,2603

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 52


No X (m) Y (m)
jf 71 9344205,737 381102,3639
jf 21 9344189,524 381090,7303
jf 47 9344240,67 381146,6464
jf 46 9344226,89 381168,3711
jf 108 9344258,414 381157,0368
jf 107 9344245,2 381176,8718
jf 61 9344248,86 381249,2008
jf 62 9344226,508 381252,1275
jf 60 9344249,277 381270,7326
jf 68 9344347,259 381134,9829
jf 69 9344324,862 381145,3946
jf 67 9344356,94 381151,1788
jf 66 9344333,965 381163,4699
jf 65 9344341,913 381188,9202
jf 63 9344319,371 381191,0894
jf 106 9344348,126 381210,3214
jf 64 9334320,672 381213,2132
pm 01 9344080,756 380719,4767
pm 02 9344165,422 380999,9214
pm 03 9344236,318 381268,0886
db 01 9344148,565 380871,0686
db 02 9344147,383 380885,2578
db 12 9344132,523 380930,6543
db 11 9344130,752 380935,3575
db 13 9344127,891 380930,382
db 03 9344244,904 381068,8987

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 53


LAMPIRAN B

PETA FITUR DASAR LAUT SKALA 1:2000

Adya Trisandi Prakarsa - 2323015105 Halaman: 54

Anda mungkin juga menyukai