Identifikasi Objek Dasar Laut Di Wilayah RIG Landing
Identifikasi Objek Dasar Laut Di Wilayah RIG Landing
Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
NRP : 23-2015-105
Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi Teknik Geodesi
FTSP-ITENAS
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan segala hidayahNya hingga Laporan Praktik Kerja ini dapat
diselesaikan. Laporan Praktik Kerja ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Strata Satu, Program Studi Teknik
Geomatika, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional Bandung. Proses penyusunan laporan ini tidak terlepas
dari bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan kepada:
1. N.M.R. Ratih C.P., S.T., M.Si.selaku Dosen pembimbing praktik kerja yang
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam menyusun laporan.
2. Dr. Soni Darmawan, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi Institut
Teknologi Nasional Bandung.
3. Rinaldy, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Geodesi, Institut
Teknologi Nasional Bandung.
4. Dr.rer.nat, Dian Noor Handiani S.Si, M.T., selaku Koordinator Praktik Kerja
Jurusan Teknik Geodesi FTSP, Institut Teknologi Nasional Bandung.
5. M.A. Basyid, Ir., M.T., selaku Dosen wali.
6. Sanny Samudra, selaku Pembimbing selama praktik kerja di PT. Pageo Utama.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan serta doa-doa.
8. Staff Karyawan di PT. Pageo Utama yang telah membantu selama praktik kerja.
9. Felita Larissa Nathania selaku teman seperjuangan selama praktik kerja.
10.Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Geodesi Angkatan 2015 dan anggota
HMGD.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Pekerjaan 2
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan 2
1.4 Metodologi Pekerjaan 3
1.5 Tempat, Waktu, dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan 4
1.5.1 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja 4
1.5.2 Waktu Pelaksanaan Peraktik Kerja 4
1.5.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI PADA
CITRA SIDE SCAN SONAR 7
2.1 Interpretasi Citra 7
2.1.1 Interpretasi Kualitatif 7
2.1.2 Interpretasi Kuantitatif 7
2.2 Side Scan Sonar (SSS) 9
2.2.1 Definisi Side Scan Sonar 9
2.2.2 Komponen Side Scan Sonar 9
2.2.3 Cara Kerja Side Scan Sonar 10
2.2.4 Perhitungan Data Citra Side Scan Sonar 13
2.2.4.1 Perhitungan Penentuan Posisi Objek Pada Side
Scan Sonar 13
2.2.4.2 Perhitungan Dimensi Objek Pada Side Scan Sonar 14
2.2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Side Scan Sonar 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Metodologi Pekerjaan 3
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Pekerjaan 5
Gambar 2.1 Model Interpretasi Kuantitatif 8
Gambar 2.2 Ilustrasi Cara Kerja Side Scan Sonar 9
Gambar 2.3 Komponen Side Scan Sonar 10
Gambar 2.4 Ilustrasi Perhitungan Fish Layback 11
Gambar 2.5 Ilustrasi Pemampatan Citra 12
Gambar 2.6 Penentuan Posisi Objek 13
Gambar 2.7 Ilustrasi Perhitungan Objek 14
Gambar 3.1 Tempat Pelaksanaan Pekerjaan (Lepas Pantai Pulau Jawa) 16
Gambar 3.2 Membuka Software SonarWiz 5 19
Gambar 3.3 Transformasi Datum dan Sistem Koordinat 19
Gambar 3.4 Pemilihan Transformasi Datum 20
Gambar 3.5 Pemberian Nama Datum yang Akan Ditransformasi 20
Gambar 3.6 Memasukkan Parameter Elipsoid Referensi 21
Gambar 3.7 Pemilihan Elipsoid Referensi Bessel 1841 21
Gambar 3.8 Pemilihan Metode Transformasi Datum 22
Gambar 3.9 Pembuatan Sistem Koordinat Baru Dari Datum Genuk 22
Gambar 3.10 Memilih Menu New Pada Sistem Koordinat Baru 23
Gambar 3.11 Memasukkan Sistem Koordinat User Reference 23
Gambar 3.12 Pemilihan Sistem Proyeksi 24
Gambar 3.13 Memasukkan Data Mapping Parameter 24
Gambar 3.14 Memasukkan Nilai Sudut Central Meridian 25
Gambar 3.15 Membuat Projek Baru 25
Gambar 3.16 Pemberian Informasi Projek 26
Gambar 3.17 Input Sistem Koordinat Baru 26
Gambar 3.18 Memasukkan Data Side Scan Sonar 26
Gambar 3.19 Pemilihan Data Yang Akan Di Input 27
Gambar 3.20 Proses Overlay 27
Gambar 3.21 Memasukkan Sistem Proyeksi 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jadwal Praktik Kerja 4
Tabel 2.1 Tinggi Towfish dan Jangkauan Pencitraan 12
Tabel 3.1 Horizontal Datum Parameters 17
Tabel 3.1 Horizontal Datum Parameters 18
Tabel 3.2 Cara Pengukuran Dimensi Objek Side Scan Sonar 30
Tabel 3.2 Cara Pengukuran Dimensi Objek Side Scan Sonar 31
Tabel 3.3 Cara Pengukuran Panjang Bayangan Pada SonarWiz 5 32
Tabel 3.3 Cara Pengukuran Panjang Bayangan Pada SonarWiz 5 33
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut 40
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut 41
Tabel 4.1 Contoh Objek-objek Dasar Laut 42
BAB I
PENDAHULUAN
eksplorasi minyak bumi. Side scan sonar digunakan untuk menghasilkan citra dasar
laut yang diaplikasikan untuk investigasi morfologi dasar laut dan pencarian fitur-
fitur dasar laut yang dapat membahayakan MODU jack-up. Dari hasil survei
tersebut didapatkan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan
lokasi rencana peletakan jack-up drilling rig agar tidak membahayakan ketika
masuk dan dioperasikan.
Proses indentifikasi dan penentuan posisi objek dasar laut dengan
menggunakan data side scan sonar dilakukan untuk mendapatkan hasil objek fitur
dasar laut bagi keperluan perencanaan rig landing pada wilayah pantai utara Pulau
Jawa. Setelah proses indetifikasi dan penentuan posisi dilakukan maka pembuatan
peta fitur dasar laut dapat dilaksanakan untuk memberikan informasi di mana posisi
objek-objek dasar laut yang telah teridentifikasi.
Penentuan Posisi
Objek Dasar Laut
Proses Kartografi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Penyusunan
Proposal
2 Pelaksanaan
Praktik Kerja
- Pengolahan
data side
scan sonar
- Interpretasi
citra
- pembuatan
peta fitur
dasar laut
3 Pelaporan
4 Ujian Praktik
Kerja
MANAGING DIRECTOR
S. Syawie
MANAGING QHSE
Sheila Ryana Lestari
HUMAN RESOURCE MANAGER TECHNICAL MANAGER DATA CENTER MANAGER MARKETING MANAGER FINANCE & ACOUNTING
OPERATION MANAGER ADMINISTRATION MANAGER
MANAGER
M. Abubakar F.Seryono A.Prasetyo S. Samudra A.Chatib Chrislialy A.Fianika
MANAGING QHSE
Sheila Ryana Lestari
HUMAN RESOURCE MANAGER
M. Abubakar
LOGISTIC & PURCHASING WORKSHOP FIELD EXPERTS DATA PROCESSING SALES ENGINEERS
MANAGING QHSE
TECHNICAL MANAGER
Adya Trisandi Prakarsa - 232015105 Sheila Ryana Lestari Halaman: 5
F.Seryono
BAB II INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, metodologi
pekerjaan, tempat, waktu dan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan serta
sistematika penulisan.
BAB II
INTERPRETASI, PENENTUAN POSISI DAN DIMENSI PADA
CITRA SIDE SCAN SONAR
Keterangan:
d = Kedalaman towfish (m)
h = Tinggi objek (m)
H = Tinggi towfish (m)
W = Kedalaman air (m)
S = Jarak miring antara objek dengan towfish (m)
R = Jarak horisontal antara objek dengan towfish (m)
y = Panjang miring bayangan objek (m)
Δd = Jarak vertikal antara objek dengan towfish (m)
dO = Kedalaman objek dari muka laut (m)
untuk menghubungkan antara alat perekam dan sensor bawah air. Komponen side
scan sonar dapat dilihat pada Gambar 2.3
deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra dan kekuatan pantulan objek
dasar laut. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
pengambilan data untuk mengurangi distorsi adalah sebagai berikut:
a. Layback
Panjang Layback atau stepback adalah jarak horizontal antara antena
receiver GPS dengan titik penghela ditambah jarak horisontal antara titik
penghela dengan towfish. Nilai layback dibutuhkan untuk perhitungan offset
koordinat menggunakan ultra short baseline (USBL). Pada saat kabel penghela
digunakan untuk menarik towfish di dalam air, kabel penghela tidak akan
terentang lurus, tetapi membentuk suatu lengkungan. Perhitungan layback dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
arah tepi citra. Maka sangat penting untuk memperhatikan ketinggian side scan
sonar terhadap dasar laut agar hasil pencitraan optimal. Ilustrasi pemampatan
citra dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Oleh karena itu, agar diperoleh hasil pencitraan yang relatif baik, penghelaan
towfish dilakukan dengan ketinggian 1/10 jangkauan pencitraan di lapangan.
dengan:
Lb = Panjang layback (m)
δ = Sudut horisontal antara arah lintasan kapal dengan arah utara
R = Jarak horisontal dari towfish ke objek (m)
S = Jarak miring dari towfish ke objek (m)
H = Tinggi towfish (m)
Sxh
𝐻= ............................................................................................................. (2.4)
R+s
dimana:
H = Tinggi Obyek Bawah Laut
S = Panjang Bayangan Obyek Bawah Laut
R = Panjang Slope (Jarak Towfish Sonar Ke Objek)
h = Ketinggian Towfish Dasar Laut (Seabed)
BAB III
PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR UNTUK
IDENTIFIKASI OBJEK BAWAH LAUT
18. Masukkan data side scan sonar yang akan diproses dan pilih sistem
koordinat dengan acuan datum Genuk.
20. Pada menu Projection, pilih Transverse Mercator. Kemudian pilih datum
Genuk.
22. Setelah selesai, export data ke format GeoTiff, kemudian pilih menu Export
Individual Geo Images.
Setelah importing data dilakukan proses identifikasi objek . Proses ini nanti
dilakukan di aplikasi AutoCAD Map 3D 2012. Proses berikutnya, yaitu menghitung
dimensi objek yang telah ditemukan dengan menggunakan Software SonarWiz 5.
Hal ini dilakukan apabila proses interpretasi telah dilakukan di Software AutoCAD
Map 3D 2012.
Pengukuran dimensi pada citra side scan sonar dapat dilakukan dengan cara
menghitung panjang dan lebar objek dengan menggunakan tool measure pada
aplikasi SonarWiz 5. Titik awal untuk mengukur suatu objek dapat dilihat dari
derajat kehitaman. Semakin hitam suatu objek yang dilihat pada hasil pencitraan
side scan sonar akan menjadi merupakan objek yang teridentifikasi pada hasil
pencitraan. Pengukuran dimensi dimulai dari ujung awal objek yang teridentifikasi
sampai ujung akhir suatu objek. Cara pengukuran dimensi objek yang
teridentifikasi pada citra side scan sonar dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Cara Perhitungan
No Data Side Scan Sonar
dimensi
4 Poke hole dapat diukur
dengan cara mengikuti
derajat kehitaman sama
seperti objek jack-up
footprint, namun tidak
cenderung simetris
seperti lingkaran.
Untuk mengukur tinggi atau kedalaman suatu objek dapat dilakukan dengan
cara mengukur panjang bayangan yang dihasilkan dari suatu objek terhadap
pancaran sonar. Bayangan pada citra side scan sonar dapat diidentifikasi dari
derajat kehitaman, namun untuk bayangan yang dilihat dari semakin putihnya suatu
objek. Pengukuran panjang ini harus dilakukan secara lurus searah dengan arah
pancaran sonar pada towfish agar mendapatkan tinggi objek yang sebenarnya.
Dapat dilihat pada Tabel 3.3 garis kuning merupakan panjang bayangan dan arah
panah kuning merupakan arah pancaran sonar.
Cara Perhitungan
No Data Side Scan Sonar
Bayangan
4 Poke hole dapat diukur
panjang bayangannya
dengan cara seperti
gambar di samping.
Pancaran sonar datang
dari arah kiri gambar.
Hasil Pengukuran dimensi objek-objek dasar laut yang teridentifikasi pada citra
side scan sonar dapat dilihat pada Lampiran A.2.
3.3.2 Pengolahan Data Format .tiff
Setelah proses pengolahan raw data selesai dilakukan proses interpretasi
dan dijitasi objek fitur dasar laut. Setelah proses dijitasi selesai, lalu proses
penentuan posisi objek dasar laut dilakukan. Setelah itu proses pembuatan peta
dapat dilakukan. Semua kegiatan ini dilakukan menggunakan Software AutoCAD
Map 3D 2012. Berikut merupakan langkah-langkah pengolahan data side scan
sonar menggunakan Software AutoCAD Map 3D :
1. Membuka Software AutoCAD Map 3D 2012 untuk interpretasi dan dijitasi
objek. Langkah pertama yang dilakukan, yaitu memasukkan data existing
site, lalu import data side scan sonar yang sebelumnya telah diolah dan
3. Mencari wilayah survei yaitu, di daerah ECHO dengan nama Platform EB,
lalu identifikasi data side scan sonar satu per satu kemudian lakukan dijitasi
berdasarkan objek yang akan diidentifikasi, seperti pipeline, seabed scar,
jack-up footprint, poke hole, dan debree. Proses dijitasi objek dapat dilihat
pada Gambar 3.26.
Gambar 3.27 Hasil Dijitasi Data Side Scan Sonar pada Software SonarWiz 5
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
.
Gambar 4.1 Proses Slant Range Correction
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa proses slant range correction
menggabungkan dasar citra port side (kiri) dan starboard side (kanan). Area first
return pada port side dan starboard side harus dibatasi dari daerah bottom track
dengan cara digitasi pada aplikasi SonarWiz karena bukan merupakan hasil
pencitraan melainkan blind zone yang harus dihilangkan. Proses ini sangat penting
dilakukan pada seluruh data side scan sonar satu per satu sebelum proses penentuan
posisi dan pengukuran dimensi objek yang dinterpretasi. Hal ini dikarenakan dalam
penentuan posisi dan pengukuran dimensi diperlukan jarak sebenarnya atau jarak
fix antara towfish dengan objek yang didentifikasi.
Saat melakukan slant range correction diperlukan waktu yang cukup lama
dan juga diperlukan ketelitian dalam membatasi area hasil interpretasi dengan area
bottom track agar didapatkan penggabungan citra port side dan starboard side yang
akurat. Proses yang lama ini dikarenakan pemisahan citra dengan bottom track ini
dilakukan secara manual dengan cara mendijitasi batas atara bottom track dengan
citra dan dilakukan per citra pada satu lajur perum. Proses digitasi batas daerah
pencitraan side scan sonar di aplikasi SonarWiz tidak memiliki menu yang dapat
menghilangkan efek bottom track langsung pada seluruh data citra yang sudah
4.3 Mosaic
Tahap mosaic merupakan pengolahan data side scan sonar dengan
menggabungkan semua data citra (pixels) di sepanjang jalur track lines yang dilalui
instrumen menjadi satu atau beberapa dengan sebuah georeferensi gambar raster
Tagged Image File Format atau biasa disebut dengan .GeoTIFF (Penrose, J.D. et
al, 2005). Proses ini dilakukan setelah citra side scan sonar telah bebas dari
kesalahan bottom track atau yang biasa disebut slant range correction. Hasil mosaic
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil Mosaic Data Side Scan Sonar Pada Software SonarWiz 5
Proses mosaic ini bertujuan sebagai koreksi dalam proses interpretasi objek
dasar laut dan penentuan posisi objek dasar laut. Overlapping dapat memberikan
penggabungan perbedaan sudut pandang dari beberapa data citra side scan sonar
dengan tujuan untuk lebih mempermudah dalam interpretasi objek dasar laut.
Overlapping juga mengoreksi dalam penentuan poisisi objek dasar laut dengan cara
interpolasi posisi secara manual dari beberapa objek yang terinterpretasi pencitraan
suatu objek dari sisi (jalur survei) yang berbeda.
No Hasil
Data Side Scan Sonar
Interpretasi
2 Seabed scar,
objek ini dapat
diidentifikasi dari
bentuknya yang
menyerupai
goresan dan
memiliki bentuk
kawah pada
bagian tengahnya
yang dapat dilihat
dari tingkat
kehitamannya.
3 Jack-up footprint,
objek ini dapat
dikenali dari
bentuknya yang
bulat sempurna
juga memiliki
kecenderungan
berkumpul pada
suatu wilayah
yang jarak antar
objeknya
berdekatan.
No Hasil
Data Side Scan Sonar
Interpretasi
4 Poke hole, objek
ini dapat dikenali
dari bentuknya
yang menyerupai
bekas galian.
5 Pipeline, objek
ini dapat dikenali
dari bentuknya
yang menyerupai
jaring dan
memiliki
bayangan putih di
sampingnya. Juga
memiliki
rangkaian saling
bersambungan.
Pada saat proses identifikasi objek dasar laut diperlukan keahlian khusus dan
pengalaman dalam mengenali objek-objek dasar laut. Objek yang akan
diinterpretasi terkadang memiliki bentuk yang terkadang sulit untuk dikenali
dikarenakan efek distorsi di dalam air yang disebabkan oleh kesalahan geometrik
maupun distorsi akibat deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra, kekuatan
pantulan objek dasar laut dan salinitias air yang dipengaruhi temperature (Fedi M.et
al 2004). Untuk menghindari kesalahan interpretasi objek dasar laut, diperlukan
pendampingan dalam mengenali suatu objek pada citra side scan sonar.
dasar laut yang sudah terinterpretasi pada proses dijitasi sebelumnya. Koordinat
objek-objek dasar laut yang sudah diketahui dapat dilihat pada Lampiran A.2.
Dalam penentuan posisi objek dasar laut menggunakan side scan sonar
hendaknya dibandingkan dengan data MBES (multibeam echosounder, karena
melirik kembali prinsip kerja untuk masalah positioning, kedua alat ini
bergantung pada DGPS (Lekkerkerk dan Theis, 2012). Walaupun menggunakan
sistem penentuan posisi yang sama, data komparasi menunjukkan posisi pipa
yang dihasilkan berbeda. Side scan sonar mengakuisisi data dengan prinsip
towing atau ditarik dengan tow cable, sehingga dapat dikatakan penentuan posisi
pada side scan sonar tidak langsung terhubung dengan GPS melainkan melalui
perantara suatu sistem tambahan yaitu, ultra short baseline (USBL). Hal ini
memungkinkan terjadinya perambatan kesalahan, yaitu kesalahan offset
transduser USBL terhadap GPS dan kesalahan sistem USBL sendiri terhadap side
scan sonar, sehingga berdampak pada kualitas posisi objek dasar laut yang
kurang bisa diandalkan. Ditambah lagi stabilitas towfish yang sangat
dipengaruhi arus dan gelombang saat mengakuisisi data (Lekkerkerk dan Theis,
2012).
4.5 Layouting
Layouting atau pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah
input data, processing data, analisis data, dan pengaturan legenda telah dilakukan.
Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara
tampilan, selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai
atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta yang merupakan informasi-
informasi penting (Ekadinata, 2013). Proses layouting dilakukan di aplikasi
AutoCAD karena penambahan atribut dan proses editing pada AutoCAD
menyediakan perangkat untuk. Data yang telah melalui proses editing pada aplikasi
SonarWiz yang berformat .geotiff diinput ke dalam aplikasi AutoCAD guna untuk
melakukan layouting. Hasil pekerjaan berupa peta fitur dasar laut yang dapat dilihat
pada Lampiran B. Peta fitur dasar laut ini berupa objek-objek dasar laut yang
terdijitasi dari pengolahan data citra side scan sonar menghasilkan sebuah peta fitur
dasar laut yang terikat terhadap geoid sistem proyeksi Genuk.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan praktik kerja yang telah dilakukan, pada
pekerjaan ini dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktik kerja yang telah dilaksanakan, saran yang dapat
dikemukakan adalah saat proses penentuan posisi, sebaiknya data side scan sonar
digabungkan (overlap) dengan data MBES (multibeam echosounder) dikarenakan
kondisi towfish yang tidak stabil dikarenakan cara pemakaian yang ditarik dari
suatu wahana kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin ,H. Z. (2001). Pengantar Geodesi Satelit. Jurusan Teknik Geodesi ITB.
Bandung.
Bakosurtanal. (2005). Panduan Teknis Datum dan Sistem Koordinat Peta
Rupabumi Indonesia. Bogor: Bakosurtanal, 11 lembar.
Blondel, P. (2009) The Handbook of Sidescan Sonar. Springer, Praxis.Chichester.
UK.
Chang, Y.C., Hsu, S.K., Tsai, C.H. (2010). Sidescan Sonar Image Processing:
Correcting Brightness Variation and Patching Gaps. Journal of Marine
Science and Technology, Vol. 18, No.6, pp. 785-789, 2010.
EdgeTech. (2019). Komponen side scan sonar. Dipetik pada 13 Februari 2019,
diakses dari www.edgetech.com, Bandung.
Ekadinata. (2013). Kelebihan dan kekurangan layout. ITB: Bandung.
Fedi M., Primiceri R., Quarta T., Villani A.V. (2004). Joint application of
continuous and discrete wavelet transform on gravity data to identify shallow
and deep sources”, Geophys. J. Int, 156, 7-21.
Gustiawan, Hendra. (2012). Komputasi Data Side Scan Sonar Klein 3000 Untuk
Identifikasi Target Dasar Laut. Bogor. Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Hansen, R.E. (2011). Introduction to synthetic aperture sonar, in Sonar Systems.
First Edition. InTech, Croatia. Hal. : 1-25.
Komponen Side Scan Sonar.
Lekkerkerk, H-J dan Theijs, M.J. (2012). Handbook Of Offshore Surveying
Acquisition Sensors. The Netherlands. SkillTrade.
Penrose, J.D., P.J.W. Siwabessy, A. Gavrilov, I. Parnum, L.J. Hamilton, A. Bickers,
B. Brooke, D.A. Ryan, P. Kennedy. (2005). Acoustic techniques for seabed
classification”, Cooperative Research Center for Coastal Zone Estuary and
Waterway Management: Technical Report 32, Curtin University, Australia
Barat.
Poerbandono dan Djunarsjah, E. (2005). Survei Hidrografi. PT Refika Aditama,
Bandung, 163 hlm
No X (m) Y (m)
jf 57 9344195,336 380917,7623
jf 38 9344180,959 380931,5381
jf 07 9344159,851 380940,4166
jf 55 9344200,231 380941,3346
jf 56 9344199,619 380956,0296
jf 54 9344184,935 380959,7029
jf 08 9344164,745 380963,9888
jf 53 934417,37 380987,5618
jf 23 9344204,514 380998,8889
jf 25 9344253,765 381005,9301
jf 26 9344228,375 380999,1949
jf 51 9344173,005 381016,0326
jf 50 9344158,321 381029,8091
jf 74 9344255,907 381030,1151
jf 27 9344234,187 381037,1563
jf 24 9344219,197 381025,5231
jf 10 9344202,984 381037,4623
jf 73 9344254,989 381056,7493
jf 28 9344230,21 381051,2387
jf 72 9344219,197 381081,8529
jf 22 9344202,678 381068,6884
jf 9 9334176,37 381077,2603