Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN 20 Maret 2017
UNIV. AL-KHAIRAAT PALU

SKIZOFRENIA YANG TAK TERGOLONGKAN


(F20.9)

Disusun Oleh:
Andi Muh. Wahyoeri Saputra
121677714152

Pembimbing:
dr. Merry Tjandra, M.Kes, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

RSD MADANI PALU

2017
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 55 tahun
Alamat : Poboya Jl. Nunu Kec. Mantikulore
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 16 Maret 2017

I. Riwayat Penyakit
Anamnesis (Heteroanamnesis):
a. Keluhan Utama : Berbicara sendiri terus-menerus
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dan gejala:
- Pasien laki-laki usia 55 tahun datang dengan diantar oleh keluarganya
karena berbicara sendiri secara terus-menerus sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit (±2 minggu yang lalu), keluarga mengaku pasien
berbicara kacau dan tidak nyambung bila tiap kali di tanya oleh keluarga,
keluarga juga mengaku terkadang pasien tiba-tiba marah tanpa sebab,
namun ketika pasien ditanya mengenai istrinya tiba-tiba pasien menangis.
- Dari hasil anamnesis/heteroanamnesis malalui keluarga keluhan muncul
pada saat pasien menonton berita di TV tentang kunjungan Raja Salman
ke Indonesia, pasien saat tiba-tiba berkata ingin bertemu dengan Raja
Salman. Setelah itu pasien mulai berbicara sendiri secara terus menerus,
tidak nyambung, dan suka menyanyai lagu-lagu kebangsaan. Keluarga
mengaku pasien juga tampak gelisah, tidak tenang dan sering mondar-
mandir di dalam rumah. Pasien juga sering keluar meniggalkan
rumahnya dan kembali ke rumah di antar oleh orang lain/tetangga
disekitar rumahnya.
- Menurut keluarga, pasien sudah sering dirawat di Rumah Sakit Daerah
Madani. pasien juga sering kontrol berobat ke Bagian Jiwa Rumah Sakit
Daerah Madani tiap bulan dan rutin minum obat, bulan lalu tepatnya
pada tanggal 22 februari 2017 pasien kontrol ke Poli Jiwa. Pertama kali
pasien dirawat di RSD Madani sekitar 20 tahun yang lalu, namun setelah
sembuh pasien kembali mengajar, tetapi semanjak sakit ±2 minggu lalu
pasien sudah tidak mampu untuk melakukan aktivitasnya.

Riwayat Kehidupan Pribadi


- Pasien telah menikah dan memliki seorang istri dan seorang anak. Saat
ini pasien tinggal bersama istri, anak, dan menantunya. Pasien bekerja
sebagai seorang guru biologi di salah satu Sekolah Menegah Atas di Kota
Palu.
- Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana S1.
II. Emosi yang Telibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena adanya keinginan pasien sendiri
yang meminta untuk dirawat RSD Madani. Walaupun di dapatkan gejala-gejala
psikotik yang berkepanjangan seperti halusinasi visual dan auditorik.

III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien cukup tenang saat dilakukan wawancara.
b. Pengalaman Buruk
Pasien tidak kooperatif saat dilakukan wawancara dan terkadang menangis
ketika ditanya tentang istrinya serta tiba-tiba berteriak marah-marah.
VI. Analisis
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang merujuk
pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, maka pasien dalam kasus ini didagnosa
Ganggaun Skizofrenia Tidak Tergolongkan (F20.9) yang diagnosis ditegakkan
hanya kalau :
- Gejala pada pasien tidak memenuhi kriteria Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia
Hebefrenik, Skizofrenia Katatonik, Skizofrenia Tak Terinci, Depresi Pasca
Skizofrenia, Skizofrenia Residual, Skizofrenia Simpleks, Skizofrenia
Lainnya.

a. Axis I
 Berdasarkan autoanamnesa didapatkan pasien berbicara sendiri terus
menerus dan tidak nyambung, tiba-tiba marah tanpa sebab, gaduh gelisah,
tidak tenang dan sering modar mandir dalam rumah, keluar meninggalkan
rumah dan pulang dengan diantar oleh orang disekitar rumahnya. Keadaan
ini menimbulkan disabilitas dan disstress bagi pasien dan keluarganya,
sehingga dapat dikatakan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa3.
 Pada pasien ditemukan hendaya dalam menilai realita, berupa halusinasi
visual dan auditorik sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa
Psikotik3.
 Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga diagnosis
gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik3.
 Dari anamnesis didapatkan gejala umum skizofrenia yaitu adanya
halusinasi, arus pikiran yang terputus, serta keadaan gaduh gelisah dan
telah berlangsung lebih dari satu bulan, tetapi tidak memenuhi kriteria
Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia Hebefrenik, Skizofrenia Katatonik,
Skizofrenia Tak Terinci, Depresi Pasca Skizofrenia, Skizofrenia Residual,
Skizofrenia Simpleks, Skizofrenia Lainnya, sehingga berdasarkan kriteria
diagnostik PPDGJ III, pasien termasuk kedalam gangguan Skizofrenia
Yang Tak Tergolongkan (F20.9)3
b. Axis II
Diagnosis Aksis II Tertunda (R46.8).
c. Axis III
Tidak ada
d. Axis IV
Masalah dengan Primary Support Group.
e. Aksis V
GAF Scale 50-41 Gejala berat (serious), disabilitas berat 3.
VII.Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1. Haloperidol
Haloperidol termasuk antipsikotik turunan butyrophenone.
Haloperidol menghambat reseptor D2 khususnya di jalur mesolimbik.
Haloperidol memiliki efek sedasi rendah dan memberikan efek
extrapiramidal yang besar. Tersedia dalam bentuk tablet, 0,5 mg, 1,5 mg,
dan 5 mg. Dengan dosis 0,5-5 mg/hari.

2. Trihexyphenidyl
Trihexyphenidyl adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral
lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi
penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan
asetilkolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf
pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis
toksik. Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal), diberikan
dosis harian total 5-15mg/hr, pada awal terapi dianjurkan 1-2 mg/hr.
3. Chlorpromazine (CPZ)
Chlorpromazine memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik
mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik.
Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa,
menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga
mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan,
tonus vasomotor dan emesis, tersedia dalam tablet 25 mg, 100 mg,
Injeksi 25mg/ml, 2ml, dosis 150-600 mg/hari.

b. Psikoterapi
Terapi perilaku : Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala
somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
Terapi suportif : Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya. (4)

VIII. Kesimpulan
- Skizofrenia merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya
skisme antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien dengan gangguan ini.
Adapun diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan menilai adanya gejala
psikotik yang dialami pasien yang memenuhi pedoman diagnostic, seperti
PPDGJ III.(1)
- Skizofrenia Yang Tak Tergolongkan ditegakkan apabila memenuhi kriteria
diagnosis PPDGJ III.(2)
- Pasien Skizofrenia Yang Tak tergolongkan diterapi dengan pemberian
antipsikosis, dengan pemilihan obat pertama yaitu haloperidol yang
merupakan anti-psikotik tipikal.(3)
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI,
Jakarta.
2. Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.
3. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta
4. Maslim, R.. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Jakarta : FK Unika Atmajaya FK Unika Atmajaya; 2007;

Anda mungkin juga menyukai