Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

UJI LABORATORIUM

Penyelidikan di laboratorium dilakukan untuk mendapatkan :


1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, spesific garvity, porositas, absorpsi, void ratio.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, Poisson’s
ratio.

Uji di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang diambil
dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan.
Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa
merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik
batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehingga percontoh batu
hancur.

4.1. Penentuan Sifat Fisik Batuan Di Laboratorium


4.1.1. Pembuatan Contoh
1. Di laboratorium
Pembuatan contoh di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di lapangan
yang di bor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang di dapat berbentuk silinder
dengan diameter pada umumnya antara 50 - 70 mm dan tingginya dua kali diameter
tersebut. Ukuran contoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran yang
disebut di atas tergantung dari maksud pengujian.
2. Di lapangan
Dari hasil pemboran inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang akan
diselidiki di lapangan di dapat inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung
dapat digunakan untuk engujian di laboratorium dengan syarat tinggi contoh dua kali
diameternya.

UJI LABORATORIUM | 41
Setiap contoh yang diperoleh kemudian di ukur diameter dan tinggginya, dihitung luas
permukaan dan volumenya.
4.1.2. Penimbangan Berat Contoh
1. Berat contoh asli (natural) : Wn.
2. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww.
3. Berat contoh jenuh di dalam air : Ws.
4. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur kurang lebih 90° C) : Wo.
5. Volume contoh tanpa pori-pori : Wo - Ws.
6. Volume contoh total : Ww - Ws.

4.1.3. Sifat Fisik Batuan


Wn
1. Bobot isi asli (natural density) =
Ww - Ws
Wo
2. Bobot isi kering (dry desity) =
Ww - Ws
Ws
3. Bobot isi jenuh (saturated density) =
Ww - Ws
Wo
4. Apparent specific gravity = / bobot isi air
Ww - Ws
Wo
5. True specific gravity = / bobot isi air
Wo - Ws
Wn - Wo
6. Kadar air asli (natural water content) = x100%
Wo
Ww - Wo
7. Saturated water content (absorption) = x100%
Wo
Wn - Wo
8. Derajat kejenuhan = x100%
Ww - Wo
Ww - Wo
9. Porositas n = x100%
Ww - Ws
n
10. Void ratio : e =
1- n

UJI LABORATORIUM | 42
4.2. Penentuan Sifat Mekanik Batuan Di Laboratorium
4.2.1. Pengujian Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Pengujian ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan contoh
batu yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial). Penyebaran
tegangan di dalam contoh batu secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan
pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan
gaya yang dikenakan pada contoh tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin
tekan yang beebentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
“cone” (Gambar 6).

æ lö
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh ç ÷ mempengaruhi nilai kuat tekan
è Dø

l
batuan. Untuk perbandingan = 1 kondisi tegangan triaxial saling bertemu (Gambar 7)
D
sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan
l
digunakan 2 < < 2,5.
D
Makin besar maka kuat tekannya akan bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh
persamaan di bawah ini :

- menurut ASTM sc l = 1 = sc
D 0,222
0,778 +
l
D

- menurut PROTODIAKONOV sc l = 2 = 8 sc
D 2
7+
l
D
dimana s c = kuat tekan batuan.

UJI LABORATORIUM | 43
Gambar 4.1 Kurva tegangan-regangan hasil pengujian kuat tekan
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Displacement dari contoh batu baik axial (D1) maupun lateral (DD) selama pengujian
berlangsung dapat diukur dengan menggunakan dial gauge / electric strain gauge.

UJI LABORATORIUM | 44
Gambar 4.2 Penyebaran tegangan di dalam contoh batu dan bentuk pecahannya pada
pengujian kuat tekan. (Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-
strain) untuk tiap contoh batu. Kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik
batuan (Gambar 10) :
1. Kuat tekan = s
2. Batas elastik = sE
Ds
3. Modulus Young : E =
De a

e l1
4. Poisson’s ratio : u = pada tegangan s1.
e a1

Gambar 4.3 Pengujian kuat tekan dengan menggunakan dial gauge


(http://www.biggles.net/images/cam/TDC_DG.JPG)

UJI LABORATORIUM | 45
Gambar 4.4 Pengujian kuat tekan dengan menggunakan electric strain gauge

Gambar 4.5 kurva tegangan – regangan


. (Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

UJI LABORATORIUM | 46
Beberapa definisi modulus Young
1. Tangent Young’s Modulus Et (Gambar 11a).
Diukur pada tingkat tegangan = 50% sc.
Ds
Et =
De a

2. Average Young’s Modulus Eav (Gambar 11b).


Di ukur dari rata-rata kemiringan kurva atau bagian linier yang terbesar dari kurva.
Ds
Eav =
De a
3. “Secant Young’s Modulus” ES (Gambar 11c).
Di ukur dari tegangan = 0 sampai nilai tegangan tertentu, yang biasanya = 50% sc.
Ds
Es =
De a

4.2.2. Pengujian Kuat Tarik (Indirect Tensile Strength Test)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh batu
berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah mesin tekan
seperti pada pengujian kuat tekan.

4.2.3. Point Load Test (Test Franklin)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari contoh batu secara
tidak langsung dilapangan. Percontoh batu dapat berbentuk silinder atau bentuknya tidak
beraturan .

Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan.
Pengujian cepat, sehingga dengan cepat dapat diketahui kekuatan batuan di lapangan,
sebelum pengujian di laboratorium di lakukan. Percontoh yang disarankan untuk
pengujian ini adalah yang berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm (NX = 54
mm).

UJI LABORATORIUM | 47
Gambar 4.6 Kurva tegangan-regangan contoh batu kapur
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Gambar 4.7 Bentuk contoh posisi batu untuk PLI


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

UJI LABORATORIUM | 48
Gambar 4.8 Bentuk contoh batu sebelum dan sesudah point load test
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Gambar 4.9 Peralatan untuk point load test


(http://www.ibf.uni-karlsruhe.de/felslabor/images/punktlast.jpg)

Dari pengujian ini di dapat :


P
IS =
D2
Dimana : IS = point load strength index (index Franklin)
P = beban maksimum sampai contoh pecah
D = jarak antara dua konus penekan.

UJI LABORATORIUM | 49
Hubungan antara “index Franklin” (IS) dengan kuat tekan (sc) menurut BIENIAWSKI
adalah sebagai berikut : sc = 23 IS untuk diameter contoh = 50 mm.

Jika IS = 1 Mpa maka index tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan
untuk menggunakan pengujian lain dalam penentuan kekuatan (strength) batuan.

4.2.4. Pengujian Triaxial


Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting di dalam mekanika batuan
untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan trixial. Percontoh yang digunakan
berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.
Dari hasil pengujian triaxial dapat ditentukan :

- strength envelope (kurva intrinsic)


- kuat geser (shear strength)
- sudut geser dalam (Æ)
- kohesi (C)

UJI LABORATORIUM | 50
Gambar 4.10 Pengujian triaxial
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

UJI LABORATORIUM | 51
Gambar 4.11 Lingkaran Mohr dan kurva Intrinsic dari hasil pengujian Triaxial
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

4.2.5. Punch Shear Test


Pengujian ini untuk mengetahui kuat geser (shear strength) dari contoh batu secara
langsung.

Percontoh berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan alat punch test dengan
tebal t cm dan diameter d cm (Gambar 20).
Sesudah contoh dimasukkan ke dalam alat punch test kemudian ditekan dengan mesin
tekan sampai contoh pecah (P kg).

P
Kuat geser (shear strength) = ( kg / cm2 )
p d.t

4.2.6. Direct Box Shear Strength Test


Pengujian ini untuk mengethai kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu. Dari
hasil pengujian dapat ditentukan (Gambar 21) :
- garis Coulomb’s sher strength
- kuat geser (shear strength).
- sudut geser dalam (s)
- kohesi (C)

4.2.7. Ultrasonic Velocity Test


Modulus Young (E) dan Poisson’s ratio (n) dapat juga ditentukan secara tidak langsung
(dinamis) dengan ultrasonic velocity test yaitu mengukur cepat rambat gelombang
ultrasonic pada contoh batu.

UJI LABORATORIUM | 52
Dari hasil pengujian ini akan didapat nilai-nilai cepat rambat gelombang primer (V p)
dan cepat rambat gelombang sekunder (VS). Kemudian dapat dihitung modulus Young
dan Poisson’s ratio dari batuan yang diuji.

Perhitungan hasil ultrasonic velocity test :


a. Cepat rambat gelombang prier (Vp)
L
Vp = m / det ik
tp

dimana :
L = panjang contoh (m)
tp = waktu yang dibutuhkan gelombang primer merambat
sepanjang percontoh (detik)

b. Cepat rambat gelombang sekunder (VS)


L
VS = m / det ik
ts

dimana :
ts = waktu yang dibutuhkan gelombang sekunder merambat
sepanjang percontoh (detik).

c. “Dynamic modulus of rigidity” (modulus geser) G


G = r . VS 2
Dimana :r = massa persatuan volume.

d. Poisson’s ratio (n)

ì æ V ö2 ü
ï ç S÷ ï
í1-2ç ÷ ý
ïî è V p ø ïþ
n =
ì æ V ö2 ü
ï ï
2í1-ç S ÷ ý
çV ÷
ïî è p ø ïþ
UJI LABORATORIUM | 53
e. “Dynamic Young’s modulus of elasticity”
E = 2 ( 1 + n ) G (kg/cm2)

f. Konstanta LAME

(
l = r V p 2 - 2 VS 2 )

g. “Bulk modulus”
r
K=
3
(
3 V p 2 - 4 VS 2 ) ( kg / cm2 )

UJI LABORATORIUM | 54

Anda mungkin juga menyukai