UJI LABORATORIUM
Uji di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang diambil
dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan.
Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa
merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik
batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehingga percontoh batu
hancur.
UJI LABORATORIUM | 41
Setiap contoh yang diperoleh kemudian di ukur diameter dan tinggginya, dihitung luas
permukaan dan volumenya.
4.1.2. Penimbangan Berat Contoh
1. Berat contoh asli (natural) : Wn.
2. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww.
3. Berat contoh jenuh di dalam air : Ws.
4. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur kurang lebih 90° C) : Wo.
5. Volume contoh tanpa pori-pori : Wo - Ws.
6. Volume contoh total : Ww - Ws.
UJI LABORATORIUM | 42
4.2. Penentuan Sifat Mekanik Batuan Di Laboratorium
4.2.1. Pengujian Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Pengujian ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan contoh
batu yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial). Penyebaran
tegangan di dalam contoh batu secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan
pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan
gaya yang dikenakan pada contoh tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin
tekan yang beebentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
“cone” (Gambar 6).
æ lö
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh ç ÷ mempengaruhi nilai kuat tekan
è Dø
l
batuan. Untuk perbandingan = 1 kondisi tegangan triaxial saling bertemu (Gambar 7)
D
sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan
l
digunakan 2 < < 2,5.
D
Makin besar maka kuat tekannya akan bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh
persamaan di bawah ini :
- menurut ASTM sc l = 1 = sc
D 0,222
0,778 +
l
D
- menurut PROTODIAKONOV sc l = 2 = 8 sc
D 2
7+
l
D
dimana s c = kuat tekan batuan.
UJI LABORATORIUM | 43
Gambar 4.1 Kurva tegangan-regangan hasil pengujian kuat tekan
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Displacement dari contoh batu baik axial (D1) maupun lateral (DD) selama pengujian
berlangsung dapat diukur dengan menggunakan dial gauge / electric strain gauge.
UJI LABORATORIUM | 44
Gambar 4.2 Penyebaran tegangan di dalam contoh batu dan bentuk pecahannya pada
pengujian kuat tekan. (Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-
strain) untuk tiap contoh batu. Kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik
batuan (Gambar 10) :
1. Kuat tekan = s
2. Batas elastik = sE
Ds
3. Modulus Young : E =
De a
e l1
4. Poisson’s ratio : u = pada tegangan s1.
e a1
UJI LABORATORIUM | 45
Gambar 4.4 Pengujian kuat tekan dengan menggunakan electric strain gauge
UJI LABORATORIUM | 46
Beberapa definisi modulus Young
1. Tangent Young’s Modulus Et (Gambar 11a).
Diukur pada tingkat tegangan = 50% sc.
Ds
Et =
De a
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan.
Pengujian cepat, sehingga dengan cepat dapat diketahui kekuatan batuan di lapangan,
sebelum pengujian di laboratorium di lakukan. Percontoh yang disarankan untuk
pengujian ini adalah yang berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm (NX = 54
mm).
UJI LABORATORIUM | 47
Gambar 4.6 Kurva tegangan-regangan contoh batu kapur
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
UJI LABORATORIUM | 48
Gambar 4.8 Bentuk contoh batu sebelum dan sesudah point load test
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
UJI LABORATORIUM | 49
Hubungan antara “index Franklin” (IS) dengan kuat tekan (sc) menurut BIENIAWSKI
adalah sebagai berikut : sc = 23 IS untuk diameter contoh = 50 mm.
Jika IS = 1 Mpa maka index tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan
untuk menggunakan pengujian lain dalam penentuan kekuatan (strength) batuan.
UJI LABORATORIUM | 50
Gambar 4.10 Pengujian triaxial
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
UJI LABORATORIUM | 51
Gambar 4.11 Lingkaran Mohr dan kurva Intrinsic dari hasil pengujian Triaxial
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Percontoh berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan alat punch test dengan
tebal t cm dan diameter d cm (Gambar 20).
Sesudah contoh dimasukkan ke dalam alat punch test kemudian ditekan dengan mesin
tekan sampai contoh pecah (P kg).
P
Kuat geser (shear strength) = ( kg / cm2 )
p d.t
UJI LABORATORIUM | 52
Dari hasil pengujian ini akan didapat nilai-nilai cepat rambat gelombang primer (V p)
dan cepat rambat gelombang sekunder (VS). Kemudian dapat dihitung modulus Young
dan Poisson’s ratio dari batuan yang diuji.
dimana :
L = panjang contoh (m)
tp = waktu yang dibutuhkan gelombang primer merambat
sepanjang percontoh (detik)
dimana :
ts = waktu yang dibutuhkan gelombang sekunder merambat
sepanjang percontoh (detik).
ì æ V ö2 ü
ï ç S÷ ï
í1-2ç ÷ ý
ïî è V p ø ïþ
n =
ì æ V ö2 ü
ï ï
2í1-ç S ÷ ý
çV ÷
ïî è p ø ïþ
UJI LABORATORIUM | 53
e. “Dynamic Young’s modulus of elasticity”
E = 2 ( 1 + n ) G (kg/cm2)
f. Konstanta LAME
(
l = r V p 2 - 2 VS 2 )
g. “Bulk modulus”
r
K=
3
(
3 V p 2 - 4 VS 2 ) ( kg / cm2 )
UJI LABORATORIUM | 54