Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PENYELIDIKAN LAPANGAN

3.1. Peta Geologi


Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah /
wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang
digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur,
stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi
yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan
ketiganya.

Ada beberapa istilah geologi yang sering digunakan dalam penerapan teknologi
penginderaan jauh untuk studi inventarisasi sumber daya mineral antara lain:
· Skala peta adalah perbandingan jarak yang tercantum pada peta dengan jarak
sebenarnya yang dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan
keduanya.
· Peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi
tematik.
· Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta
dasar topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang
mengacu pada SK Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK
penggantinya.
· Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau
potensi sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
· Pemetaan geologi adalah pekerjaan atau kegiatan pengumpulan data geologi,
baik darat maupun laut, dengan berbagai metoda.
· Sumber daya geologi adalah sumber daya alam yang meliputi sumber daya
mineral, energi, air tanah, bentang alam dan kerawanan bencana alam
geologi.

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 24
Gambar 3.1
Contoh Peta Geologi Halmahera
(www.geocities.com)

3.2. Peta Topografi


Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan
satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-
ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang
dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi
adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik
(ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan
tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri
permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 25
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan
alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar.
Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari
unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi,
vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

Secara umum, peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang
dinyatakan dalam bentuk angka ketinggian atau kontur ketinggian yang diukur
terhadap permukaan laut rata-rata.

Gambar 3.2 contoh kontur peta topografi

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 26
3.3. Survey Geofisika
Survey geofisika merupakan metode pemantauan yang mempergunakan prinsip-
prinsip geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan. Teknik Geofisika
terdiri dari seismik refraksi dan seismic, refleksi, resistivitas elektrik dan gravimetrik
serta pengukuran magnetik.

3.3.1 Gelombang Seismik


· Vs = f {E,r, tingkat ke-masifan)
· Vs di dalam suatu massa batuan dapat menunjukkan tingkat kerusakan massa
batuan tersebut.
· Untuk karakterisasi massa batuan digunakan metoda seismik refraksi dalam
menentukan Vs
· Vs dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan suatu bulldozer untuk
menggaru sebuah massa batuan
· Di seismik refraksi hanya Ti first arrival yang masuk masing-masing geofon
saja yang diamati.
· Ti first arrival yang direkam oleh geofon terdekat kepada sumber energi akan
merambat langsung di permukaan tanah dan sebuah plot dari Ti first arrival
serta jarak tempuh atau rambat (X) untuk setiap geofon memberikan
hubungan garis lurus. Slopenya adalah kebalikan V1. Bila massa batuan
dibawahnya V1 mempunyai kecepatan yang lebih tinggi, V2, gelombang
refraksi kritis akan selalu ada dan akan merambat sepanjang permukaan
lapisan massa batuan ke-dua dengan kecepatan V2. Gelombang tekan refraksi
kritis menjadi gelombang pertama yang datang di geofon dengan jarak X.
Kemiringan atau gradien hubungan nilai-nilai T-X memberikan kecepatan
rambat gelombang dari refraktor horizontal.
Kedalaman refraktor ini dari permukaan:

Dengan:
V1 = Kecepatan rambat gelombang pada lapisan permukaan atau pertama.
V2 = Kecepatan rambat gelombang pada batuan lapisan kedua
To = Beda waktu kedatangan ke permukaan berkecepatan rendah

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 27
Gambar 3.3 Diagram Skematik Susunan Seismik Refraksi
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 28
Gambar 3.4 Contoh uji seismik refraksi di Tambang Air Laya Hasil Perekaman Oleh
Bison Seismograph
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

3.3.2 Indeks Kecepatan


· Gabungan antara sifat dinamik batuan utuh dan sifat dinamik massa batuan
akan memberikan beberapa indeks yang berguna untuk menganalisa
kemampugalian.
· Knill (1970): nisbah antara kecepatan gelombang seismic longitudinal (yang
diukur di lapangan VF atau V2) dengan kecepatan gelombang sonik yang
diukur di laboratorium (VLab) sebagai indeks kualitas massa batuan (F =
VF/VLab) dan Fraktur Indeks.
· King & McConnel (Braybrooke, 1988) menggunakan sebuah indeks yang
diturunkan dari Fraktur Indeks dan disebut dengan Indeks Kecepatan (VI).

Gambar 3.5 Metode Geoseismik


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 29
3.4. Pemboran
Metoda-metoda pemboran yang dapat dipakai di dalam proses pengambilan conto
bergantung pada bermacam-macam faktor, antara lain :
- genesa endapan
- kedalaman
- tipe batuan
Untuk endapan alluvial, pengambilan conto dapat dilakukan dengan bor Bangka
(timah alluvial di Bangka, Billiton, dan Singkep). Pemboran dilakukan secara manual
dan sample diambil dengan mempergunakan bailer.
Untuk suatu endapan primer yang terletak jauh di bawah permukaan, sampling
dilakukan dengan memakai pemboran inti (diamond drilling). Conto yang diperoleh
berupa inti (core) dan sludge. Inti sebagai conto yang tidak terganggu terdapat dalam
core barrel ; sludge ditampung di permukaan di dalam sludge tank.

3.4.1 Core Sampling


Core sampling diperoleh dari pemboran inti.Core biasanya dibelah dua; 1 bagian
untuk
assay dan 1 bagian untuk dokumentasi geologi. Cutting biasanya dikumpulkan
melalui pembilasan lubang dengan fluida bor menghasilkan sludge. Tingkat
ketelitian drill core tergantung pada core recovery. Tingkat ketelitian cutting
pemboran relatif lebih rendah, baik kadar akibat salting maupun posisi kedalaman
akibat lifting capacity.
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan pemboran :
· Inklinasi lubang bor yang tidak sesuai dengan kemiringan lapisan
· Core recovery yang kurang baik
· Pemilihan interval pengambilan sampel yang kurang sesuai
· Kesalahan dalam preparasi sampel
· Penanganan core yang kurang baik

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 30
Gambar 3.6 Contoh pemboran
(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1a/Drilling_machine.jpg)

Gambar 3.7 Drill Core dan Cutting samples


(Notosiswoyo,2000)

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 31
Gambar 3.8. Drill Core
(http://www.maaamet.ee/docs/geoloogia/kast_th.jpg)

3.5 Metode Scanline


3.5.1 Jarak antar kekar
Jarak pisah antar diskontinuiti atau kekar adalah jarak tegak lurus antara dua bidang
diskontinuiti yang berurutan sepanjang sebuah garis pengamatan yang disebut scan-
line, dan dinyatakan sebagai intact length.Panjang scan-line minimum untuk
pengukuran jarak diskontinuiti sekitar 50 kali jarak rata-rata diskontinuiti yang
hendak diukur. Sedangkan menurut ISRM (1981) panjang ini cukup sekitar 10 kali,
tergantung kepada tujuan pengukuruan scan-line-nya.

Tabel 3.1 Klasikasi Jarak Kekar (Attewell, 1993)

Deskripsi Struktur Bidang Diskontinu Jarak


(mm)
Very wide spaced Very thickly bedded > 2000
Widely spaced Thickly bedded 600 –
2000
Moderately widely Medium bedded 200 - 600
spaced

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 32
Closely spaced Thinly bedded 60 - 200
Very closely Very thinly bedded 20 -60
spaced Thicklylaminated (sedimentary) 60- 200
Narrow (metamorphic & igneous) 60- 200
Foliated, cleaved, flow- banded,metamorphic, etc 60- 200
Exteremely closely Thinly laminated (sedimentary) < 20
spaced Very closely foliated, cleaved flow- <6
banded(metamorphic and igneous),etc <6

3.5.2 Prosedur Normal Untuk Garis Pengukuran Kekar


13

11 Gambar 3.9. Prosedur Normal Untuk Garis Pengukuran Kekar


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Keterangan Gambar :
· Garis bentangan
· Membentuk Dip
· Setinggi Mata Pengamat
· Panjang minimum garis pengukuran yang tersedia
· 10 kali jarak rata-rata kekar/panjang minimum 30 m
· Variasi Orientasi Keluarga Kekar
· Kerataan permukaan singkapan massa batuan

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 33
· Ketersedian muka singkapan massa batuan lain yang saling tegak lurus
· Diukur 2 Kali, Maju Mundur
· Variasi Jenis Batuan
· Keadaan Air Tanah
· Cuaca
· Ketersedian Peralatan

Gambar 3.10. Pengukuran kekar


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

3.6. UJI MEKANIKA BATUAN IN-SITU


Uji mekanika batuan in-situ dilakukan untuk mendapatkan karakteristik massa
batuan di tempat asalna beserta pengaruh-pengaruh dari cacat geologi baik yang
melewatinya atau berada di dekat lokasi proyek.

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 34
3.6.1. Block Shear Test
Uji mekanika batuan in-situ untuk analisis kemantapan lereng adalah uji geser atau
dikenal dengan blok shear test terutama disepanjang permukaan diskontinuitas untuk
mendapatkan kuat geser dari bidang-bidang diskontinuitas. (Gambar 1
memperlihatkan peralatan untuk “blok shear test” yang dilakukan di dalam galian
bawah tanah) uni in-situ ini diperlukan pada saat rancangan rinci (detailed design)
lereng batuan alamiah atau arti ficial, penggalian batuan di pertambangan.

Gambar 1 memperlihatkan peralatan dan tata letaknya di dalam sebuah lubang


bukaan. Setelah persiapan selesai, beban tangensial dan beban normal dilakukan
keada blok batuan dengan jack hidrolok. Untuk pengujian di dalam lubang bukaan,
jack hidrolik menyangga atap dan dinding lubang tersebut. Jack vertical memberikan
beban normal pada blok dan jack miring atau horisontal memberikan beban
tangensial (geser). Pengukuran deformasi dilakukan selama pembebanan dan
pelepasan beban dengan menggunakan dial gauge. Pengujian ini juga akan
membrikan besaran sudut ketahanan geser dari batuan.
S = sn . tan Æ + C
dimana :
S = kuat geser (shear strength)
sn = tegangan normal di atas bidang geser
Æ = sudut ketahan geser dari batuan
C = kohesi batuan

Gambar 3.11 Block Shear Test


(http://tecservices.com/Portals/0/TileBondShearTest800.jpg)

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 35
3.6.2. Rock Loading Test (Jacking Test)
Analisis kemantapan lereng dengan menggunakan metode numerik (FEM, Distinct
Element) memerlukan parameter deformasi batuan yang berupa modulus deformasi
batuan dan parameter kekuatan batuan.
Untuk mendapatkan modulus deformasi massa batuan dilakukan uji in-situ yang
disebut rock loading test dan untuk mendapatkan kekuatan massa batuan dilakukan
In-situ Triaxial Compression Test.

Kemampurubahan (deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya ditentukan


dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacing test). Peralatan yang digunakan
untuk jacking test seperti yang ditujukkan oleh Gambar 2. Pengujian ini dilakukan di
bawah tanah di dalam sebuah lubang bukaan batuan atau lebih dikenal dengan istilah
test adit. Jack menekan atap dan lantai lubang bukaan atau menekan dinding yang
pada bagian kontaknya merupakan permukaan plat yang rata. Hasil dari pengujiaan
ini adalah deformasi atap dan lantai atau dinding akibat pembebanan oleh jack
tersebut. Deformasi ini diukur dengan dial gauge dan extensometer.

Gambar 3.12 Jacking test


(http://www.jirizar.com/Imagens_Website/Jack%20Test.png)

Modulus deformasi atau modulus elastisitas dapat dihitung dengan persamaan :


DF
E = 2a( 1 - u 2 )
DW
dimana :
E = modulus deformasi/elastisitas.
n = Poisson’s ratio.
a = jari-jari plat distribusi.

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 36
F = penambahan perpindahan (increment of displacement) jika
pengukuran dilakukan di tengah-tengah plat.

Gambar 3 memperlihatkan contoh kurva tekanan dan perpindahan dari jacking test
dan Gambar 4 memperlihatkan contoh diagram regangan pada kedalaman tertentu
dari jacking test.

3.6.3. Insitu Triaxial Compression Test


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik deformasi dan kekuatan
batuan pada kondisi pembebanan triaxial. Tempat pengujian adalah di dalam lubang
bukaan bawah tanah.

Kontak permukaan lantai, atap dan dinding yang akan dikenakan beban berukuran
sekitar 1,0 m x 1,0 m. Peralatan dan tata letaknya dapat dilihat pada Gambar 5.

Pembebanan ke arah vertikal dilakukan oleh jack hidrolik, sedangkan untuk arah
horisontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara menggali bagian
lantai. Ruang antara flat jack dengan dinding batuan yang akan ditekan diisi oleh
semen. Agar dapat diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga buah bore hole
extensometer sepanjang masing-masing ± 1,0 m dan dan electric displacement
transducer untuk mengukur perpindahan (displacement) vertikal. Sedangkan untuk
arah horisontalnya, perpindahan diukur dengan deflectometer dan electric
displacement transducer.

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 37
Gambar 3.13
Alat Uji Insitu Triaksial
(http://www.groundscience.com.au/library/content/triaxial.jpg)

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 38
Gambar 3.13 Diagram pressure - displacement dari jacking test
((Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Pada sebuah terowongan dilakukan pengujian in-situ triaxial compression.


Pembebanan maksimum ke arah vertikal adalah 60 kgf/cm2 dan ke arah horisontal
sampai mencapai 880 kgf/cm2. Kadang-kadang tekanan ke arah horisontal sampai
menacapai 200 kgf/cm2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.
Ev adalah modulus untuk pembebanan statik yang menaik.
EA adalah modulus untuk pembebanan statik yang menurun.

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 39
Tabel 3.2 Pengujian In-situ Triaxial Compression
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Siklus Interval tegangan Interval regangan mm EV Modulus kgf/cm2 EA Modulus


No. vertikal, kgf/cm2 kgf/m2
1. 5,0 - 30,0 0,00 - 0,22 113.000
30,0 - 5,0 0,22 - 0,07 160.000
2. 5,0 - 10,0 0,07 - 0,31 145.000
40,0 - 0,5 0,31 - 0,06 140.000
3. 5,0 - 40,0 0,06 - 0,30 145.000
40,0 - 5,0 0,30 - 0,06 145.000
4. 5,0 - 40,0 0,06 - 0,27 166.000
40,0 - 5,0 0,27 - 0,04 152.000
5. 5.0 - 60,0 0,04 - 0,64 144.000
60,0 - 5,0 0,64 - 0,24 137.000
6. 5,0 - 60,0 0,24 - 0,72 144.000
60,0 - 5,0 0,72 - 0,34 144.000
7. 5,0 - 60,0 0,34 - 0,68 161.000
60,0 - 0,0 0,68 - 0,52 (375.000)

PENYELIDIKAN LAPANGAN | 40

Anda mungkin juga menyukai