Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Coal Bed Methane

Disusun Oleh:
Nama : Feraldo Sandrio
NIM : 21137131
Prodi : Transfer S-1

Dosen Pengampu:
Nama : Ansosry, S.T., M.T.
NIDN : 0020057302

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat
dan pertolongan-nya maka makalah resmi ini dapat selesai tepat pada waktunya
sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah resmi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mengikuti
responsi sekaligus dapat dijadikan bahan dan materi untukn mempelajari mata
kuliah energi baru dan terbarukan.
Pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada:
1. Bapak Ansosry, S.T, M.T. selaku dosen pengajar teori mata kuliah energi
baru dan terbarukan Tahun Ajaran 2021/2022 Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Padang
2. Kepada semua pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun segi penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan dalam penyempurnaan laporan akhir ini.

Sangatta, November 2021


Penyusun

Feraldo Sandrio
21137131/2021

i
Abstrak
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya energi cukup besar, hal
ini adalah karunia dari Yang Maha Kuasa bagi negara ini. Salah satu yang bernilai
ekonomi dengan kualitas kelas dunia yang dimiliki Indonesia adalah cadangan
batubaranya. Batubara ini bisa dimanfaatkan sebagai energi nonkonvensional, salah
satu alternative mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak di Indonesia, yaitu gas
metana batubara (coal bed methane) atau biasa disebut CBM.
Dengan menggunakan studi pustaka antara lain studi literatur melalui buku-
buku panduan, karya tulis berupa makalah ilmiah, jurnal, laporan penelitian,
maupun artikelartikel yang diperoleh dari media elektronik atau internet maka dapat
diperoleh informasi tentang konsep dasar dan sistem CBM serta keterdapatan dan
potensinya di Indonesia.
Gas metana batubara adalah gas yang terbentuk pada saat proses
pembatubaraan (coalification). Sistem yang terdapat dalam CBM hanya terdiri atas
satu komponen yaitu batubara yang bertindak sebagai batuan sumber, batuan
penyimpan dan batuan penutup pada saat bersamaan. Gas yang terkandung di dalam
suatu tubuh batubara mengalami transport melalui sistem cleat. Semakin tinggi
peringkat suatu batubara maka semakin besar kandungan gasnya tetapi sedikit cleat
yang bisa dijumpai di dalamnya, oleh karena itu batubara dengan rank sub-
bituminus sampai bituminus yang paling prospektif dalam bisnis CBM. Batubara
di Indonesia memiliki potensi CBM yang sangat besar. Diperoleh nilai 450 tcf
untuk jumlah gas metana yang terdapat pada batubara di Indonesia.. Hal ini
membuat Indonesia menjadi negara dengan peringkat ke-4 pemilik sumber daya
CBM di dunia.

Kata kunci: coal bed methane, CBM, batubara, Indonesia, nonkonvensional

ii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul .............................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan .............................................................................
BAB 1I KONSEP DASAR CBM ................................................................ 3
2.1 Pengertian CBM ............................................................................... 3
2.2 Gas Metana Dalam Batubara ......................................................... 4
2.3 Kelebihan CBM dibandingkan Minyak Bumi .............................. 4
2.4 Perkembangan Nilai Ekonomis CBM ............................................ 5
2.5 Produksi CBM .................................................................................. 6
2.6 Potensi CBM ..................................................................................... 7
2.7 Produksi CBM & Teknologi Pengeboran ...................................... 8
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Model Sumur CBM .................................................................. 4
Gambar 2.2 Diagram Pengembangan ........................................................... 5
Gambar 2.3 Prinsip Produksi CBM .............................................................. 6
Gambar 2.4 Pembentukan CBM ................................................................... 8

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara memiliki kemampuan menyimpan gas dalam jumlah yang
banyak, karena permukaannya mempunyai kemampuan mengadsorpsi gas.
Meskipun batubara berupa benda padat dan terlihat seperti batu yang keras,
tapidi dalamnya banyak sekali terdapat pori-pori yang berukuran lebih kecil dari
skalamikron, sehingga batubara ibarat sebuah spon. Kondisi inilah
yangmenyebabkanpermukaan batubara menjadi sedemikian luas sehingga
mampu menyerap gas dalam jumlah yang besar. Jika tekanan gas semakin
tinggi, makakemampuan batubara untuk mengadsorpsi gas juga semakin besar.
Gas yang terperangkap pada batubara sebagian besar terdiri dari gasmetana,
sehingga secara umum gas ini disebut dengan Coal Bed Methane ataudisingkat
CBM. Dalam klasifikasi energi, CBM termasuk unconventional energy
(peringkat 3), bersama-sama dengan tight sand gas, devonian shale gas, dangas
hydrate. High quality gas (peringkat 1) dan low quality gas (peringkat 2)
dianggap sebagai conventional gas. Dengan berkembangnya teknologi, kini
CBMtidak lagi dibuang secara percuma, melainkan mulai diproduksi secara
massal diIndonesia. Teknik yang digunakan dalam pengambilan CBM yang
terdapat didalam batubara ini sama dengan teknik produksi pada minyak dan
gas bumi yakni menggunakan pengeboran (drilling).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
pada CBM (Coal Bed Methane) melalui kelebihan CBM, Produksi CBM,
Potensi CBM.
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada makalah ini meliputi perhitungan produksi
yang berbaur dengan numeric.
2

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu
dengan menggunakan studi pustaka antara lain studi literatur melalui buku-buku
panduan, karya tulis berupa makalah ilmiah, jurnal, laporan penelitian, maupun
artikel-artikel yang diperoleh dari media elektronik atau internet.
3

BAB II
KONSEP DASAR CBM

2.1 Pengertian CBM


CBM (Coalbed Methane) adalah gas metana yang terkandung dalam
lapisan batubara. Pada awal perkembangannya CBM merupakan gas yang
cukup mengganggu dan dianggap sebagai gas yang membahayakan bagi
keselamatan para pekerja tambang batubara, dimana sering mengakibatkan
terjadinya ledakan dan kebakaran tambang batubara. Akan tetapi saat ini dengan
kemajuan teknologi, CBM bukan lagi gas yang menakutkan, melainkan telah
dinyatakan sebagai sumber energi baru yang banyak menarik perhatian dunia.
CBM sebagai salah satu sumber energi telah dikembangkan diberbagai negara
yang memiliki sumberdaya batubara cukup signifikan sebagai salah satu usaha
dalam mengembangkan energi alternatif. Pengembangan CBM di beberapa
negara bahkan telah mencapai tahapan produksi. Pertumbuhan ekonomi dunia
yang terus meningkatkan kebutuhan energi, sehingga banyak negara mulai
melihat CBM sebagai sumber energi yang diharapkan mampu mensuplai gas
alam dalam jangka waktu yang lama.
2.2 Gas Metana dalam Batubara
CBM terbentuk secara alamiah melalui proses pembatubaraan
(coalification). Pada lingkungan geologi yang mendukung, gas metan dalam
batubara dapat terakumulasi dalam jumlah yang signifikan sehingga bernilai
ekonomis untuk ditambang. Gas yang terbentuk dalam proses pembatubaraan
bukan hanya metana, tetapi juga ada CO2, nitrogen, dan beberapa jenis
hidrokarbon lainnya seperti etan, propan, ataupun butan. Secara umum gas-gas
tersebut dikenal sebagai coal seam gas (CSG). Hanya saja karena gas metan
merupakan komponen terbesar (>97%) dari semua gas yang terdapat dalam
batubara maka penggunaan istilah coalbed methane (CBM) menjadi umum
digunakan. Ketika dieksploitasi, gas metan dari batubara bisa berasal dari
lapisan batubara sebelum dan sesudah ditambang, ketika aktif ditambang, dari
tambangtambang yang sudah ditinggalkan, atau juga dari batubara virgin di
4

bawah permukaan yang belum ditambang. Untuk membedakannya, dunia


industri dan akademis menggunakan berbagai istilah penamaan khusus.
Pemakaian istilah CBM misalnya, ditujukan lebih kepada gas metan yang
terdapat pada lapisan batubara "virgin" (batubara bawah permukaan yang belum
dieksploitasi). Sedangkan gas metan yang keluar dari lapisan batubara yang
ditambang dikenal dengan nama CMM (Coal Mine Methane).

Gambar 2.1 Model Sumur CBM (Sumber: Ecos Consulting)

2.3 Kelebihan CBM dibandingkan Minyak Bumi


Salah satu keunggulan CBM dibandingkan dengan batubara adalah
sifatnya yang lebih ramah lingkungan. Produksi CBM tidak memerlukan
pembukaan area yang luas seperti tambang batubara. Pembakaran CBM juga
tidak menghasilkan toksin, serta tidak mengeluarkan abu dan hanya melepaskan
sedikit CO2 per unit energi dibandingkan dengan batubara, minyak, ataupun
kayu. Disamping itu, batubara dapat menyimpan gas 6-7 kali lebih banyak dari
reservoir gas konvensional, sehingga sumberdaya CBM sangat besar dan
menjanjikan untuk dikembangkan.
CBM umumnya ditemukan pada lapisan batubara yang tidak begitu
dalam sehingga biaya eksplorasi menjadi lebih murah. Keuntungan lainnya,
batubara yang telah diekstrasi gas metannya, masih tetap bisa ditambang dan
5

digunakan sebagai sumber energi konvensional. Sumberdaya dunia batubara


saat ini diperkirakan sekitar 9-27 trillion metric ton dan berpotensi mengandung
CBM sebesar 67-252 trillion M3 (Tcm) (Flores, 2014). Dalam kurun waktu 20
tahun ke belakang hingga saat ini, CBM telah menjadi sumber energi yang
penting di banyak negara.
2.4 Perkembangan Nilai Ekonomis CBM
Saat ini tercatat sekitar 70 negara di dunia memiliki sumberdaya
batubara, 40 diantaranya telah mulai melakukan aktivitas pengembangan CBM.
Sekitar 20 negara telah dan masih aktif melakukan pengeboran. Seiring dengan
semakin meningkatnya pemahaman terhadap CBM, berbagai aplikasi inovatif
untuk meningkatkan keekonomian CBM dilakukan oleh banyak negara,
diantaranya terkait teknologi pengeboran, logging, ekstraksi, dan stimulasi.
Penelitian terbaru terhadap biogenic CBM membuka peluang
menjadikan batubara sebagai bioreaktor metan (Susilawati drr, 2013, 2015).
Menjawab isu global terhadap peningkatan emisi CO2 maka pengembangan
CBM juga mulai mencakup carbon stroge, dimana proyek peningkatan produksi
CBM (enhance CBM/ECBM) digabungkan dengan proyek CO2 suquestration.
Gambar dibawah ini menyajikan ilustrasi diagram pengembangan CBM yang
saat ini diaplikasikan di berbagai negara di dunia.

Gambar 2.2 Diagram Pengembangan CBM (Sumber: JMCEngineer)


6

Dengan menurunnya sumberdaya dan cadangan energi fosil


konvensional (minyak bumi dan batubara) serta tuntutan untuk menggunakan
sumber energi yang ramah lingkungan, penggunaan gas alam yang lebih ramah
lingkungan diperkirakan akan terus meningkat. International Energy Agency
(IEA) memprediksi bahwa sumbangan gas alam terhadap total energi akan
meningkat 25% pada tahun 2035. Hal tersebut tentu saja akan mendukung
pengembangan CBM di banyak negara, termasuk juga di indonesia. Dengan
kekayaan sumberdaya batubara yang melimpah, CBM indonesia bisa menjadi
energi alternatif menggantikan posisi minyak dan gas bumi konvensional.
2.5 Produksi CBM
Di dalam lapisan batubara banyak terdapat rekahan (cleat), yang
terbentuk ketika berlangsung proses pembatubaraan. Melalui rekahan itulah air
dan gas mengalir di dalam lapisan batubara. Adapun bagian pada batubara yang
dikelilingi oleh rekahan itu disebut dengan matriks (coal matrix), tempat dimana
kebanyakan CBM menempel pada pori-pori yang terdapat di dalamnya. Dengan
demikian, lapisan batubara pada target eksplorasi CBM selain berperan sebagai
reservoir, juga berperan sebagai source rock

Gambar 2.3 Prinsip Produksi CBM (Sumber: sekitan no hon, hal. 109)
7

CBM bisa keluar (desorption) dari matriks melalui rekahan, dengan


merendahkan tekanan air pada target lapisan. Hubungan antara kuantitas CBM
yang tersimpan dalam matriks terhadap tekanan dinamakan kurva Langmuir
Isotherm (proses tersebut berada pada suhu yang konstan terhadap perubahan
tekanan). Untuk memperoleh CBM, sumur produksi dibuat melalui pengeboran
dari permukaan tanah sampai ke lapisan batubara target. Karena di dalam tanah
sendiri lapisan batubara mengalami tekanan yang tinggi, maka efek penurunan
tekanan akan timbul bila air tanah di sekitar lapisan batubara dipompa
(dewatering) ke atas. Hal ini akan menyebabkan gas metana terlepas dari
lapisan batubara yang memerangkapnya, dan selanjutnya akan mengalir ke
permukaan tanah melalui sumur produksi tadi. Selain gas, air dalam jumlah
yang banyak juga akan keluar pada proses produksi ini.
2.6 Potensi CBM
Mengenai pembentukan CBM, maka berdasarkan riset geosains organic
dengan menggunakan isotop stabil karbon bernomor masa 13, dapat diketahui
bahwa terdapat 2 jenis pola pembentukan.
Sebagian besar CBM adalah gas yang terbentuk ketika terjadi perubahan
kimia pada batubara akibat pengaruh panas, yang berlangsung di kedalaman
tanah. Ini disebut dengan proses thermogenesis. Sedangkan untuk CBM pada
lapisan brown coal (lignit) yang terdapat di kedalaman kurang dari 200m, gas
metana terbentuk oleh aktivitas mikroorganisme yang berada di lingkungan
anaerob. Ini disebut dengan proses biogenesis. Baik yang terbentuk secara
thermogenesis maupun biogenesis, gas yang terperangkap dalam lapisan
batubara disebut dengan CBM.
8

Gambar 2.4 Pembentukan CBM (Sumber: sekitan no hon, hal. 109)


Kuantitas CBM berkaitan erat dengan peringkat batubara, yang makin
bertambah kuantitasnya dari gambut hingga medium volatile bituminous, lalu
berkurang hingga antrasit. Tentu saja kuantitas gas akan semakin banyak jika
lapisan batubaranya semakin tebal. Dari penelitian Steven dan Hadiyanto, 2005,
(IAGI special publication) ada 11 cekungan batubara (coal basin) di Indonesia
yang memiliki CBM, dengan 4 besar urutan cadangan sebagai berikut: 1.
Sumsel (183 Tcf), 2. Barito (101.6 Tcf), 3. Kutai (80.4 Tcf), 4. Sum-Tengah
(52.5 Tcf). Dengan kata lain sumber daya CBM di Sumsel sama dengan total
(conventional) gas reserves di seluruh Indonesia. Terkait potensi CBM ini, ada
2 hal yang menarik untuk diperhatikan:
Pertama, jika ada reservoir conventional gas (sandstone) dan reservoir
CBM (coal) pada kedalaman, tekanan, dan volume batuan yang sama, maka
volume CBM bisa mencapai 3 – 6 kali lebih banyak dari conventional gas.
Dengan kata lain, CBM menarik secara kuantitas.
Kedua, prinsip terkandungnya CBM adalah adsorption pada coal matrix,
sehingga dari segi eksplorasi faktor keberhasilannya tinggi, karena CBM bias
terdapat pada antiklin maupun sinklin. Secara mudahnya dapat dikatakan bahwa
ada batubara ada CBM.
2.7 Produksi CBM & Teknologi Pengeboran
Pada metode produksi CBM secara konvensional, produksi yang
ekonomis hanya dapat dilakukan pada lapisan batubara dengan permeabilitas
9

yang baik. Tapi dengan kemajuan teknik pengontrolan arah pada pengeboran,
arah lubang bor dari permukaan dapat ditentukan dengan bebas, sehingga
pengeboran memanjang dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan. Seperti
ditunjukkan oleh gambar di bawah, produksi gas dapat ditingkatkan volumenya
melalui satu lubang bor dengan menggunakan teknik ini.
BAB III
PENUTUP

CBM (Coalbed Methane) adalah gas metana yang terkandung dalam lapisan
batubara. Gas ini digolongkan “sweet gas” lantaran tidak mengandung hidrogen
sulfida (H2S). CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batubara
(reservoir) agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gasnya.
Salah satu keunggulan CBM dibandingkan dengan batubara adalah sifatnya
yang lebih ramah lingkungan. Produksi CBM tidak memerlukan pembukaan area
yang luas seperti tambang batubara. Pembakaran CBM juga tidak menghasilkan
toksin, serta tidak mengeluarkan abu dan hanya melepaskan sedikit CO2 per unit
energi dibandingkan dengan batubara, minyak, ataupun kayu.
Dengan kekayaan sumberdaya batubara yang melimpah, CBM indonesia
bisa menjadi energi alternatif menggantikan posisi minyak dan gas bumi
konvensional.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Umah Anisatul. 2020. “Begini Strategi Pemerintah Cegah Terjadinya Krisis


Energi,”. cnbcindonesia. www.cnbcindonesia.com/news/20201221161607-4-
210642/begini-strategi-pemerintah-cegah-terjadinya-krisis-energi

BPPT. 2010. “ENERGI TERBARUKAN, SOLUSI KRISIS ENERGI MASA


DEPAN”. Teknologi Informasi, Energi dan Material. bppt.go.id/berita-
bppt/energi-terbarukan-solusi-krisis-energi-masa-depan

M. Rifqi Muna, PhD., Mdef Stu. 2011. “TINJAUAN ATAS KEBIJAKAN


NASIONAL UNTUK KEAMANAN ENERGI”. Jakarta: Makalah untuk
Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) ke X

Anissa Suharsono dan Lucky Lontoh. 2020. “Risalah Kebijakan Energi Indonesia”.

Umah, A. 2020. “ESDM Minta Pembangkit Tua Diganti EBT, PLN Siap?”.
Cnbcindonesia.www.cnbcindonesia.com/news/20200131141326-4-
134280/esdm-minta-pembangkittua-diganti-ebt-pln-siap

Anda mungkin juga menyukai