MAKALAH MPI
Oleh
FERNANDO L. LOWAY
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2012
POTENSI GAS COAL BED METHANE (CBM) SEBAGAI
MAKALAH MPI
Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Metode Penulisan Ilmiah Pada
Oleh
FERNANDO L. LOWAY
NIM 07110105
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2012
POTENSI GAS COAL BED METHANE (CBM) SEBAGAI
MAKALAH MPI
Pembimbing II Pembimbing I
NIM : 071.10.105
Konsentrasi : Produksi
Yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan
duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang lain, kecuali
yang telah disebutkan sumbernya dan sesuai dengan batasan serta tata cara
pengutipan. Apabila didapati pelanggaran atas pernyataan saya ini, maka saya
(materai)
Fernando Loway
RINGKASAN
batubara berupa benda padat dan terlihat seperti batu yang keras, tapi di dalamnya
banyak sekali terdapat pori-pori yang berukuran lebih kecil dari skala mikron,
dalam jumlah yang besar. Jika tekanan gas semakin tinggi, maka kemampuan
Gas yang terperangkap pada batubara sebagian besar terdiri dari gas metana,
sehingga secara umum gas ini disebut dengan Coal Bed Methane atau disingkat
3), bersama-sama dengan tight sand gas, devonian shale gas, dan gas hydrate.
Di Indonesia telah ditemukan banyak potensi untuk lapangan CBM. Dari studi
awal diperoleh sekitar 213 TCF CBM gas in place dimana ini merupakan CBM
berpoternsi ke-7 di dunia. Studi paling mutakhir terdapat 337 TCF potensial CBM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Mata Kuliah Metode Penulisan Ilmiah
Semester IV/2012.
Makalah ini berisi informasi tentang Coal Bed Methane dan potensinya sebagai
pembaca dan memberikan informasi kepada para pembaca tentang Coal Bed
Methane. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik
dari segi materi maupun cara penulisannya, oleh karena itu kritik dan saran dari
makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Dan semoga makalah
Fernando Loway
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................ i
2.3 ECBM................................................................................................... 11
( Lanjutan)
Halaman
LAMPIRAN ............................................................................................. 30
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
akibat penggunaan energi berbasis fosil (energi tidak terbarukan) yang masih
melimpah ruah. Coal Bed Methane atau lebih dikenal dengan istilah CBM
merupakan salah satu sumber energi alternatif yang relatif masih baru
Melihat hal ini, penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai CBM ini.
Cukup banyak artikel di internet dan buku yang sudah dibaca penulis yang
juga membahas hal serupa seperti Jurnal Energi dan Indonesian Coal. Namun
disini penulis akan membahas masalah ini secara lebih rinci lagi.
Penulis akan membahas mengenai apa itu Coal Bed Methane dan bagaimana
1
2
Sehubungan dengan topik yang dibicarakan dalam makalah ini, maka hal-hal
Jika dilihat dari perumusan masalah pada, tujuan penelitian ini yaitu
Sumber data yang digunakan penulis adalah berbagai macam buku, majalah,
beberapa data dari berbagai buku, majalah, koran maupun internet dan
Batubara merupakan salah satu sumber energi tak terbarukan yang banyak
gas alam dengan kandungan utamanya metana atau methane (CH4) yang disebut
CBM.
CBM adalah gas alam (gas metana) yang banyak ditemukan di dalam Coal
dimana proses ini berlangsung selama berjuta-juta tahun lamanya. Gas metana
terbentuk di dalam batu bara melalui dua proses yaitu thermogenic gas dan
biogenic gas sekunder. Dalam hal ini CBM yang paling dicari untuk eksplorasi
______________
3
Angka menunjukkan nomor urut unit daftar pustaka
3
4
Gas tersebut termasuk metana, carbon dioksida dan bisa juga etana dan propana.
Sedangkan biogenik gas sekunder terbentuk pada masa geologi saat ini melalui
mikroorganisme anaerobik yang terbawa dalam sistem air bawah tanah yang aktif
Gambar 2.1
Pembentukan CBM
5
Baik thermogenic maupun biogenis metana secara fisik diabsorbsi sebagai lapisan
Metana tertahan di dalam oleh tekanan hidrostatik air dalam batubara. Rekahan
alami di dalam batubara selain berisi air juga memiliki permeabilitas atau
penurunan tekana reservoir. Proses ini dinamakan de-watering phase dalam suatu
sumur CBM. Sejalan dengan penurunan tekanan, gas metana secara difusi keluar
dari matriks batubara melalui rekahan batubara yang saling terhubung. Batubara
ini merupakan reservoir yang sangat unik karena terdapat source rock, reservoir
Batubara merupakan reservoir yang paling baik karena luas permukaan dalamnya
dapat mencapai satu miliar persergi kaki kubik per ton batubara. Kandungan gas
dalam batubara berkisar dari 200 sampai 500 standar kaki kubik per satu ton
batubara. Cadangan dapat berkisar dari 1 sampai 5 BCF per 160 acre blok. Pada
tekanan reservoir di bawah 1,600 psi, batubara dapat meyimpan gas hampir tiga
kali lipat dari reservoir sandstones dengan porositas 20% dan saturasi air 30%. 6
CBM merupakan sumber bahan bakar yang bersih dan lebih ramah terhadap
lingkungan daripada minyak, batubara dan bahkan gas alam konvesional lainnya.
6
CBM mempunyai potensi yang tinggi secara ekonomi. Akan tetapi CBM di
kandungan gas, permebilitas, hydrodynamic, kualitas gas, kualitas air dan opsi
tersebut, maka tingkat keberhasilan proyek CBM akan sangat tinggi dan
menguntungkan.
Beberapa karakteristik batubara yang cocok untuk CBM adalah sebagai berikut:
c. Dangkal: Coal seams h= kurang dari 1,000 m (3,300 kaki). Tekanan pada
permeabilitas batubara.
coals, akan tetapi bisa juga gas yang dihasilkan dari Anthracite.
7
Teknologi CBM telah mengalami banyak perkembangan dalam 2 dekade ini, akan
tetapi apapun yang telah didapatkan dan dipelajari pada masa eksplorasi,
Gambar 2.2
diaplikasikan untuk hampir semua CBM. Sebelum pada tahap komersial, CBM
sumur pertama. Pemboran CBM umumnya hampir sama dengan pemboran untuk
minyak dan gas. Bahkan dalam beberapa daerah, peralatan pemboran yang
dipakai hampir sama dengan pemboran untuk sumur air. Bahkan di beberapa
lapangan CBM-nya.
Gambar 2.3
Pemboran horisontal ini dilakukan dengan cra membor beberapa ratus kaki secara
vertikal kemudian dibelokkan secara horisontal sampai kurang lebih 4000 kaki.
Gambar 2.4
Hydraulic fracturing atau lebih dikenal sebagai “Fracing” adalah suatu teknik
untuk meningkatkan luas area permukaan dari batubara. Sistem fluida dan aditif
karakteristik yang unik dan oleh karenanya dibutuhkan material yang spesial.
Gambar 2.5
Secara umum banyak cara untuk mengembangkan CBM gas. Teknologi produksi
sampai lapisan batubara (coal bed) atau sedikit di atasnya dimana mungkin gas
11
kemungkinan lapisan atasnya akan runtuh yang membuat lubang besar dinamakan
“gob” yang mungkin akan berhubungan dengan lapisan batubara di atas lapisan
2.3 ECBM
meningkatkan keterambilan CBM. Pada teknik ini, gas injeksi yang umum
digunakan adalah N dan CO2. Disini, hasil yang diperoleh sangat berbeda
tergantung dari gas injeksi mana yang digunakan. Gambar di bawah ini
Bila N yang digunakan, hasilnya segera muncul sehingga volume produksi juga
meningkat. Akan tetapi, karena N dapat mencapai sumur produksi dengan cepat,
matriks akan menempel pada pori-pori. Oleh karena jumlah adsorpsi N lebih
sedikit bila dibandingkan dengan gas metana, maka matriks akan berada dalam
Gambar 2.6
Namun tidak demikian dengan CO2. Gas ini lebih mudah menempel bila
dibandingkan dengan gas metana, sehingga CO2 akan menghalau gas metana
yang menempel pada pori-pori. CO2 kemudian segera saja banyak menempel di
tempat tersebut. Dengan demikian, di dalam matriks akan banyak terdapat CO2
sehingga volume gas itu yang mengalir melalui cleat lebih sedikit bila
untuk mencapai sumur produksi. Selain itu, karena CO2 lebih banyak
Gambar 2.7
Setiap kegiatan pemanfaatan bumi, bahkan hanya untuk rumah tinggal selalu
memiliki dampak. Untuk memanfaatkan CBM juga tidak lepas dari dampak itu.
14
Batubara terbentuk di daerah rawa yang berupa air tawar. Demikian juga air yang
terperangkap ini juga berupa air tawar yang tentu saja akan bercampur dengan
Beberapa metode digunakan untuk membuang air sumur, yang paling umum
bawah permukaan.
15
BAB III
Di Indonesia telah ditemukan banyak potensi untuk lapangan CBM. Dari studi
awal diperoleh sekitar 213 TCF CBM gas in place dimana ini merupakan CBM
berpoternsi ke-7 di dunia. Studi paling mutakhir terdapat 337 TCF potensial CBM
infrastruktur khusus tetapi bisa menggunakan data dan infrastruktur migas yang
Tabel 3.1
Indonesia memiliki potensi sumber daya Coal Bed Methane (CBM) sekitar 300
hingga 450 Triliun Cubic Feet (TCF). Cadangan CBM sebesar itu tersebar pada
Ke sebelas basin lokasi CBM itu adalah Sumatera Selatan (183 TCF), Barito
(101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk kategori
high prospective. Basin Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4 TCF), Ombilin (0,5
modarate. Sedang basin Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu (3,6 TCF) berkategori
low prospective.
Cadangan CBM, berdasarkan Data Bank Dunia, diperkirakan mencapai 453 TSCF
dengan konsentrasi potensi terbesar terletak pada dua pulau yaitu Kalimantan dan
Pasir/Asem 3 TSCF, Tarakan 17,5 TSCF, dan Kutai 80,4 TSCF), Kalimantan
Tengah Kabupaten Barito 101,6 TSCF, dan Sumatera Tengah 52,5 TSCF,
Sumatera Selatan 183 TSCF; dan Bengkulu 3,6 TSCF, sisanya terletak di
berada di Indonesia mencapai 453,3 trillion cubic feet (TCF) yang berada di
Sumatera Selatan dengan cadangan sebesar 183 TCF, Barito dengan cadangan
101,6 TCF, Kutai sebesar 80,4 TCF, Sumatera bagian tengah sebesar 52,5 TCF,
Tarakan Utara sebesar 17,5 TCF, Berau sebesar 8,4 TCF, Ombilin sebesar 0,5
TCF, Pasir/Asem sebesar 3,0 TCF, Jatibarang sebesar 0,8 TCF, Sulawesi bagian
Pada saat ini Indonesia belum pernah memproduksi CBM, sehingga belum bisa
listrik. Beberapa negara telah memanfaatkan CBM seperti Amerika, Rusia, China
dan Australia.
Dibandingkan gas alam, CBM memiliki periode produksi lebih lambat. Umumnya
produksi terbesar atau puncak produksi terjadi pada periode tahun produksi ke 2
Lebih pendek dibandingkan dengan gas alam yang bisa mencapai 30 hingga 40
tahun.4
Pengembangan energi alternatif ini membutuhkan insentif, seperti pola bagi hasil
salah satu energi alternatif pengganti gas bumi ini. Ini adalah proyek baru dan
Bentuk insentif yang diinginkan adalah bagi hasil yang lebih baik dari bagi hasil
minyak dan gas. Paling tidak, bagi hasil CBM sama dengan bagi hasil minyak di
daerah pedalaman atau frontier. Di daerah pedalaman, bagi hasilnya selama ini 65
persen.
Permintaan bagi hasil tinggi kepada investor dikarenakan kegiatan ekplorasi CBM
memiliki resiko tinggi. Apalagi pada tahun awal produksi yang dihasilkan hanya
air, yang secara bertahap baru menghasilkan CBM. Juga sumur yang dibutuhkan
Perhitungannya, biaya eksplorasi satu sumur CBM sekitar US$ 400 ribu, lebih
rendah dari minyak atau gas yang rata-rata US$ 1 juta. Namun karena jumlah
Soal insentif, memang salah satunya bisa melalui bagi hasil. Yang lainnya bisa
berupa kredit investasi CBM seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Di sana,
memberikan kredit pengembang CBM, dunia usaha jadi berminat. Saat ini
Hal lainnya, sebaiknya pemerintah membuat regulasi yang mengatur soal CBM.
Sejak April sedang dirancang peraturan mengenai aturan kontrak dan fiskal
pemanfaatan CBM. Kalau 2010 CBM sudah dimanfaatkan, dari sekarang sudah
dimulai. Sebab memproduki CBM harus dilakukan proses dewatering selama 3-4
tahun pertama.
Status industri CBM saat ini sudah ada 3 kontrak yang ditandatangani, sedangkan
kontrak yang sudah ditandatangani adalah Blok Sekayu, Blok Bentian Besar, dan
21
Blok Indragiri Hulu. Sedangkan dua blok CBM yang akan ditandatangani 13
Selain itu masih ada tiga blok yang juga akan ditandatangani, yakni Blok Ogan,
Blok Kutai, dan Blok Sangatta. Total komitmen investasi delapan blok CBM
Sementara itu status blok CBM yang masih dalam status on going sebanyak 8
perusahaan yang kini tengah dalam proses joint evaluation dan satu perusahaan
lain tengah melakukan melakukan joint study, sedangkan surat aplikasi yang
Usaha CBM diatur UU No. 21 Tahun 2001 Tentang Migas, Permen No. 40 tahun
2006 Tentang Penetapan dan Penawaran wilayah Kerja Migas (Permen ini
disempurnakan Permen No. 35 Tahun 2008), dan Permen No. 33 Tahun 2006
36 Tahun 2008).
22
Besarnya perkiraan cadangan CBM telah mendorong beberapa pihak terkait untuk
pertama, yang dilakukan pada tahun 2005, pada kedalaman 600 meter di
tahun 2006 dilakukan pemboran 3 sumur dan pada tahun 2007 direncanakan
Rambutan.
PGN dapat memenuhi kebutuhan gas domestik dengan CBM di Sumatera Selatan
energi. Provinsi Kalsel sebagai salah satu lumbung energi nasional memiliki peran
pada usaha mencari alternatif sumber daya energi selain minyak dan gas.
Saat ini, pasokan listrik di wilayah Kalsel dan Kalteng berasal dari batubara
(dengan dua unit PLTU), tenaga air (3 unit PLTA), dan minyak bumi dan gas (29
unit PLTD/gas). Dari berbagai unit pembangkit ini, masih terjadi defisit listrik
terutama saat beban puncak antara 20 hingga 70 Mega Watt. Untuk mengatasi hal
penyediaan energi karena CBM termasuk clean energy dan potensinya cukup
besar.
plant akan menghasilkan „clean electrity‟ atau „green electric city‟ (energi listrik
lebih jauh dalam pemanfaatan CBM. Misalnya, sebagai pengganti bahan bakar
lebih irit 50 persen dibanding bensin. Selain itu, CBM lebih ramah lingkungan
tidak mengandung oksida sulfur dan 40 persen lebih rendah kandungan oksida
nitrogen.
Peningkatan kebutuhan energi di masa mendatang, seperti minyak bumi, gas, dan
batubara, akan terus terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi baik di tingkat
Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan minyak bumi sebagai sumber energi
utama dalam memenuhi kebutuhan energi nasionalnya karena dua hal. Pertama,
beban impor minyak bumi akan terus memberatkan APBN karena Indonesia telah
minyak bumi saat ini menunjukkan cadangannya hanya cukup untuk 18 tahun.
25
untuk diversifikasi energi dengan beralih dari minyak bumi ke gas bumi dan
240 tahun.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan:
1. CBM adalah gas alam dengan dominan gas metana dan disertai oleh
hasil dari beberapa proses kimia dan fisika. CBM sama seperti gas alam
konvensional yang kita kenal saat ini, namun perbedaannya adalah CBM
Sedangkan gas alam yang kita kenal saat ini, walaupun sebagian ada
26
27
3. Cadangan gas minyak bumi tidak bisa digunakan untuk jangka panjang,
maka perlu dicari alternatif energi lain yang termasuk kategori clean
4. CBM dapat dijual langsung sebagai gas alam, dijadikan energi dan
bara, karena gas emisinya telah dimanfaatkan sehingga lapisan batu bara
2010
6. http://cbm-indonesia.blogspot.com/ 8/11/2012
7. http://ppsdms.org/diversifikasi-energi-di-era-krisis-bbm.htm 8/5/2012
8. http://ibrahimlubis.wordpress.com/2009/03/10/potensi-coal-bed-
8/5/2012
9. http://www.lemigas.esdm.go.id/id/node/371 8/5/2012
28
DAFTAR SIMBOL
k = Permeabilitas (mD)
29
LAMPIRAN A
MINYAK INDONESIA
30
31
Tabel A.1
Gambar A.1
34
Gambar B.1
Gambar B.2