Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas luasnya limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Shalawat dan salam tidak luput kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa iltizam diatas
Penulisan makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah “AIK” pada
Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Selain
itu, makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun dapat menjadi wahana dalam menjaga
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa penulis harapkan demi
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang penulis temui, namun
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil
Alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI //
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui hakikat-hakikat ayat Allah?
b. Untuk mengetahui kesatuan antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah?
c. Untuk mengetahui interkoneksitas dalam memahami ayat Qauliyah dan
Kauniyah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai syarat penilaian mata
kuliah Agama dan untuk mengetahui seberapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam
Islam, serta diharapkan dapat memberi manfaat dan dapat dipahami oleh pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
“Hai manusia,kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah, Dia-lah yang Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki niscahya
Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan
kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah”
B. Kesatuan antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah
Antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah mempunyai kaitan yang erat sekali
karena memang satu sama lain adalah satu kesatuan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa ayat-ayat kauniyah berupa ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan
Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Secara umum cara
memahami ayat qauliyah adalah dengan cara didengar dan dibaca, sedangkan ayat
kauniyah dengan cara dilihat. Ayat kauniyah sebagai pembuktian kebenaran dari ayat
qauliyah, sedangkan ayat qauliyah merupakan isyarat bagi manusia agar meneliti ayat
kauniyah. Ayat kauniyah dan ayat qauliyah memiliki hubungan yang sangat erat
karena kedua-duanya berasal dari Allah, dijamin kemutlakannya dan kedua-duanya
tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainya.7 Kalau kita memperhatikan
ayat qauliyah yakni Al-Qur‟an, kita akan mendapati banyak perintah dan anjuran
untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah
tersebut adalah firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzariyat [51] ayat : 20-21
“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan
(juga) pada dirimu sendiri, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Dalam ayat diatas, jelas-jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain
adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada
di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing-masing.
Jadi, kewajiban kita terhadap ayat kauniyah adalah tafakkur, yakni memperhatikan,
merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama. Allah SWT. Berfirman dalam Q.S.
Al-„Alaq [30] ayat : 1-5
“Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari „alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia;
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
C. Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Kauniyah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ayat qauliyah secara singkat
dapat diartikan sebagai ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan ayat-ayat
Kauniyah merupakan ayat-ayat (tanda-tanda) yang terdapat di alam yang dapat
menunjukkan kebenaran keberadaan-Nya. Dari pengertian tersebut dapat kita pahami
bahwa ayat qauliyah dan kauniyah tersebut memiliki suatu interkoneksitas
(keterkaitan), yaitu ayat-ayat kauniyah mampu membuktikan kebenaran dari ayat-ayat
qauliyah.
Pembuktian kebenaran ayat-ayat qauliyah oleh ayat-ayat kauniyah antara lain dapat dapat
dicontohkan sebagai berikut :
1. Hati sebagai pusat tubuh
Nabi Muhammad Saw bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh
manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh
manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”(HR.
Bukhari-Muslim)
Hati dalam hadis ini memiliki dua buah makna, yaitu :
a. Hati dalam pengertian sebenarnya
Hati atau jantung apabila telah terserang penyakit, maka hati
atau jantung tersebut akan rusak dan akhirnya akan merusak seluruh
tubuh yang lain. Hal ini dibuktikan dalam bidang medis oleh Ibnu An-
Nafis dengan menemukan sirkulasi darah kecil pada abad ke-7 H (abad
ke-13 M).
Pada penemuannya, Ibnu An-Nafis menunjukkan bahwa
jantung berfungsi untuk memompa darah yang merupakan salah satu
mekanisme sirkulasi darah. Darah berfungsi untuk membawa zat-zat
makanan dan O2 ke seluruh sel hidup di dalam tubuh. Maka jika
jantung rusak akan mengganggu kinerja dari sel tubuh yang
membutuhkan zat-zat makanan dan O2 dari darah yang dipompa oleh
jantung.
c. Hati dalam pengertian tidak sebenarnya (maknawi)
Hati secara maknawi bukanlah merupakan sebuah organ vital
yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Akan tetapi, lebih
sebagai sesuatu yang berkaitan dengan perasaan, nalar, pemikiran,
pemahaman, keyakinan, pilar-pilar akhlak, dan rambu-rambu
perilaku.10 Apabila pusat emosi, nalar, pemikiran, pemahaman,
keyakinan, dan pilar-pilar moral serta rambu-rambu etika baik, maka
akan baik pula hakikat diri manusia sebagai makhluk yang mengetahui
dan memahami. Sebaliknya, jika ia bobrok, maka semuanya menjadi
bobrok.
2. Sperma
Nabi Muhammad Saw bersabda : “(Manusia diciptakan) dari segala
yang diciptakan dari sperma laki-laki dan ovum perempuan.(HR. Imam
Ahmad)
4. Hukum gravitasi
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] : 74
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras
lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-
sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu
keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari
apa yang kamu kerjakan.”
5. Perhitungan waktu akherat sehari sama dengan 1000 tahun atau sehari sama
dengan 50.000 tahun .
Allah berfirman dalam QS. Al-Ma'aarij[70] : 4
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari
yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”
Dan jauh setelah turunnya ayat tersebut, pada tahun 1905 Albert
Einstein mencetuskan tentang teori relativitas dalam tulisannya yang berjudul
On The Electrodynamics of Moving Bodies di Annalen der Physik 17 dan
menunjukkan bahwa :
Dari penemuan Albert Einstein ini bukankah sudah membuktikan tentang ayat-
ayat di atas, bahwa dengan kecepatan cahaya yang perbandingan jarak waktu
satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun waktu kita di bumilah, malaikat-
malaikat menghadap Allah SWT. Maha Besar Allah atas segala ciptaan-Nya.
6. Al-Qur‟an menyebutkan bahwa alam semesta ini bermula dan berasal dari
asap/gas (QS. Fussilat [41] : 11)
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya
menjawab: "Kami datang dengan suka hati".”
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Tentu dengan peristiwa ledakan panas yang tiada tara, mengingat masa
material yang demikian besar. Bukankah hal ini merupakan cara Allah untuk
menyampaikan teori tentang Big Bang (Ledakan Besar)16, yang menyatakan
bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu titik yang mengalami
pengembangan hingga pada akhirnya titik tersebut mengalami dentuman
dahsyat sehingga terpisah dan membentuk alam semesta ini.
7. Bentuk alam semesta
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Qaaf [50] : 20
Dari semua kitab tafsir, tiupan sangkakala (terompet) pada kedua ayat di atas
selalu diartikan sebagai peristiwa di hari kiamat.17Jika kita cermati ayat Al-
Qur‟an di atas, bahwa tiupan tersebut terjadi “di dalam” terompet
Bentuk terompet alam semesta ini dibuktikan secara ilmiah oleh Frank
Steiner, seorang ilmuan University of Ulm Germany. Dia mengamati pola
titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang bisa
menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun setelah Big Bang. Projek
Wilkinson Microwave Anisotropy Probe dari NASA membuat peta titik-titik
tadi secara mendetail pada 2003. Hasilnya ialah pola itu cenderung memudar,
yakni tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60º.
Ini menyimpulkan bahwa ketika mengembang, alam semesta terulur panjang.
Sempit di awal dan kemudian semakin lebar seperti corong. Mirip seperti
bentuk terompet pada abad pertengahan.
Jadi, itulah makna firman Allah ( ) yang artinya “kami tiup di dalam terompet”,
yakni kelak di tiupkan getaran dahsyat yang mematikan “di dalam” alam
semeta yang berbentuk terompet tadi.
A. Kesimpulan
Allah telah memberikan bukti-bukti keberadaan-Nya kepada kita melalui ayat-
ayat yang Allah ciptakan. Ayat-ayat yang Allah ciptakan itu ada yang melalui
perantara malaikat jibril (ayat qauliyah) dan ada yang tanpa melalui perantara
malaikat jibril (ayat kauniyah). Ayat qauliyah merupakan ayat yang terdapat pada Al-
Qur‟an dan Ayat kauniyah merupakan ayat-ayat (tanda-tanda) Allah yang berupa
segala bentuk ciptaan-Nya yang ada di alam semesta dan segala isinya. Ayat-ayat
tersebut antara lain bertujuan untuk membuktikan kebenaran keberadaan Allah,
kebesaran-Nya, tak bersekutu, serta pengetahuan dan kekuasaan-Nya yang tak
terbatas.
Selain terdapat banyak ayat qauliyah yang mengajak manusia untuk
merenungkan secara mendalam tentang ayat kauniyah untuk dapat mengetahui
pengetahuan Allah., Sebenarnya ayat qauliyah dan ayat kauniyah juga memiliki sudut
interkoneksitas lainnya yaitu ayat kauniyah mampu membuktian secara ilmiah
maupun secara nyata langsung hal-hal alamiah yang terdapat pada ayat qauliyah,
sehingga dengan pembuktian tersebut maka, akan lebih meyakinkan kembali tentang
kebenaran dan betapa menakjubkannya ayat-ayat qauliyah dan selanjutnya akan lebih
memperkokoh rasa keimanan kita kepada Allah SWT.
B. Saran
Allah telah memberikan signal-signal pengetahuan alamiah dalam ayat-ayat
qauliyah-Nya. Dan diantara signal-signal tesebut ada yang sudah dapat diketahui oleh
manusia dan ada yang belum dapat diketahui oleh manusia, dan semestinya kita dapat
mempelajari tentang pengetahuan tersebut dan bahkan mungkin dapat menguak
signal-signal yang belum diketahui oleh manusia itu. Karena terdapat banyak ayat
dalam Al-Qur‟an maupun hadits yang memerintahkan kita untuk menggali
pengetahuan Allah tersebut.
Setelah mengetahui betapa menakjubkannya alam semesta beserta isinya
semestinya hal tersebut dapat mengantarkan kita kepada rasa keiman yang lebih tinggi
kepada sang penciptanya, Allah SWT., dan jangan sampai justru pemahaman tersebut
membuat kita hanya terlena kepada hal-hal yang menakjubkan tesebut dan melupakan
siapa yang sebenarnya dapat menciptakan hal menakjubkan tersebut hingga
mengantarkan kepada kemusyrikan karena pemujaan akal dan pengetahuan. Karena
alam semesta ini sebenarnya merupakan suatu tanda kebenaran adanya Allah,
kebesaran-Nya, pengetahuan dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas, tiada sekutu bagi-
Nya yang mampu memenyaingi-Nya dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Adityas, Nicholas. 2012. Sejak Awal Kita Telah Ditentukan Sebagai Pemenang,
(http://nicholasadityas.blogspot.com/2012/07/sejak-awal-kita-telah-ditentukan.html,
diakses 10 Oktober 2014)
An-Najjar, Zaghlul. 2006. Pembuktian Sains Dalam Sunah, Buku 1. Amzah : Jakarta
Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy). PT.
Raja Grafindo Persada : Jakarta
Pranggono, Bambang. 2006. Mukjizat Sains Dalam Al-Qur‟an Menggali Inspirasi Ilmiah.
Ide Islami : Bandung
Rezalatica, 2010. Materi Agama Iman Kepada Qada Dan Qadar, (http://bujang-
anakbaik.blogspot.com/2010/10/materi-agama-iman-kepada-qada-dan-qadar.html
diakses pada 4 Desember 2014)
Wospakrik, Hans J. 2005. Dari Atomos Hingga Quark, Cetakan Pertama. Universitas
Atma Jaya : Jakarta