LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN
A. DEFINISI
Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan
itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap
persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi
bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan
setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan
berbeda secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan
berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang
kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi
bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi
empat tingkat untuk tujuan pengobatan: ringan, sedang, berat, dan panik.
Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau
lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan
rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta
menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi.
Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat
ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara
atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk
akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada
cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang
jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
C. ETIOLOGI / PENYEBAB
Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara lain faktor
organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organbiologi adalah
ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor
faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
D. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
E. Faktor presipitasi
Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
PENATALAKSANAAN KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik.
Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.
Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Respons
Perilaku • Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup.
• Bicara cepat.
• Tidak ada koordinasi.
• Kecenderungan untuk celaka.
• Menarik diri.
• Menghindar.
• Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif • Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang.
• Pelupa.
• Salah tafsir.
• Adanya bloking pada pikiran.
• Menurunnya lahan persepsi.
• Kreatif dan produktif menurun.
• Bingung.
• Khawatir yang berlebihan.
• Hilang menilai objektifitas.
• Takut akan kehilangan kendali.
• Takut yang berlebihan.
Afektif • Mudah terganggu.
• Tidak sabar.
• Gelisah.
• Tegang.
• Nerveus.
• Ketakutan.
• Alarm.
• Tremor.
• Gugup.
• Gelisah.
B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.
C. INTERVENSI.
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak
adalah ansietas b) Gelisah. tenang
normal dimana c) Insomnia ringan b) Perhatikan tanda
motivasi individu d) Perubahan nafsu peningkatan ansietas
pada keseharian makan ringan c) Bantu klien
dalam batas e) Peka menyalurkan energi
kemampuan untuk f) Pengulangan secara konstruktif
melakukan dan pertanyaan d) Gunakan obat bila
memecahkan g) Perilaku mencari perlu
masalah meningkat. perhatian e) Dorong
h) Peningkatan pemecahan masalah
kewaspadaan f) Berikan informasi
i) Peningkatan akurat dan fuktual
persepsi pemecahan g) dari penggunaan
masalah mekanisme pertahanan
j) Mudah marah. h) Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping
yang berhasil
i) Pertahankan cara
yang tenang dan tidak
terburu
j) Ajarkan latihan
dan tehnik relaksasi
2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang a) Perkembangan dari a) Pertahankan
adalah cemas yang ansietas ringan sikap tidak tergesa-
mempengaruhi b) Perhatian terpilih gesa, tenang bila
pengetahuan baru dari lingkungan berurusan dengan
dengan penyempitan c) Konsentrasi hanya klien
lapangan persepsi pada tugas-tugas individu b) Bicara dengan
sehngga individu d) Suara bergetar sikap tenang, tegas
kehilangan pegangan e) Ketidaknyamanan meyakinkan
tetapi dapat jumlah waktu yang c) Gunakan kalimat
mengikuti digunakan yang pendek dan
pengarahan orang f) Takipnea sederhana
lain. g) Takikardia d) Hindari menjadi
h) Perubahan dalam cemas, marah, dan
nada suara melawan
i) Gemetaran e) Dengarkan klien
j) Peningkatan f) Berikan kontak
ketegangan otot fisik dengan
k) Menggigit kuku, menyentuh lengan dan
memukul-mukulkan jari, tangan klien
menggoyangkan kaki dan g) Anjurkan klien
mengetukkan jari kaki menggunakan tehnik
relaksasi
h) Ajak klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
i) Bantu klien
mengenali dan
menamai ansietasnya
3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat a) Perasaan terancam a) Isolasi klien
lapangan persepsi b) Ketegangan otot dalam lingkungan
menjadi sangat yang berlebihan yang aman dan
menurun. Individu c) Diaforesis tenang
cenderung d) Perubahan b) Biarkan
memikirkan hal yang pernapasan perawatan dan kontak
sangat kecil saja dan e) Napas panjang sering sampai
mengabaikan hal f) Hiperventilasi konstan
yang lain. Individu g) Dispnea c) Berikan obat-
tidak mampu berfikir h) Pusing obatan klien
realistis dan i) Perubahan melakukan hal untuk
membutuhkan gastrointestinalis dirinya sendiri
banyak pengarahan, j) Mual muntah d) Observasi
untuk dapat k) Rasa terbakar pada adanya tanda-tanda
memusatkan pada ulu hati peningkatan agitasi.
daerah lain. l) Sendawa e) Jangan
m) Anoreksia mennyentuh klien
n) Diare atau konstipasi tanpa permisi
o) Perubahan f) Yakinkan klien
kardivaskuler bahwa dia aman
p) Takikardia g) Kaji keamanan
q) Palpitasi dalam lingkungan
r) Rasa tidak nyaman sekitarnya
pada prekokardia
s) Berkurangnya jarak
persepsi secara berat
t) Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi
u) Rasa terbakar
v) Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
w) Aktivitas yang tidak
berguna
x) Bermusuhan
4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat a) Hiperaktif / a) Tetap bersama
dimana individu imobilitasi berat klien ; minta bantuan
berada pada bahaya b) Rasa terisolasi yang b) Jika mungkin
terhadap diri sendiri ekstrim hilangkan beberapa
dan orang lain serta c) Kehilangan stressor fisik dan
dapat menjadi diam desintegrasi kepribadian psikologisdari
atau menyerang d) Sangat goncang dan lingkungan
dengan cara kacau. otot-otot tegang c) Bicara dengan
e) Ketidakmampuan tenang, sikap
untuk berkomunikasi meyakinkan,
dengan kalimat yang menggunakan nada
lengkap suara yang rendah
f) Distori persepsi dan d) Katakan pada
penilaian yang tidak klien bahwa anda
realistis terhadap (staf) tidak akan
lingkungan dan ancaman membahayakan
g) Perilaku kacau dalam dirinya sendiri atau
usaha melarikan diri orang lain
h) Menyerang e) Isolasikan klien
pada daerah yang
aman dan nyaman
f) Lanjut dengan
perawatan ansietas
berat