Anda di halaman 1dari 11

PNEUMONIA PADA ANAK

Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Pada
penyakit infeksi saluran pernafasan akut, sekitar 15-20% ditemukan pneumonia ini. Pneumonia
didefinisikan sebagai penyakit infeksi dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas
(WHO, 1989). Definisi lainnya adalah pneumonia merupakan suatu sindrom (kelainan) yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.

Patofisiologi
Jalan nafas secara normal steril dari benda asingdari area sublaringeal sampai unit paru paling
ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:
1. filtrasi partikel dar hidung.
2. pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.
3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.
5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.
6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.
7. Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan
organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan
edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan
sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura
viseral.
Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan
aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left
shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
Klasifikasi
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru.
Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal
(mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin
terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada anak
dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk
persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam
ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi.
Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels
terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur
dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat penduduk.
Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak
yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit
tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian
bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di
berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia streptokokus,
manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual
menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan
infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat
dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar
ke abdomen, menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia dapat
diklasifikasikan:
1. Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1
tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau
lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan
demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2. Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu
frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada
nafas cepat.

Tanda dan gejala


1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada usia 6
bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 – 40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin
malas dan peka rangsang atau terkadang eoforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak
bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan
demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan
leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar
atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap
pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk
untuk awitan infeksi. Biasanya berlangssung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai infeksi
pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa
dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea)
atau kental dan purulen, bergantung pad tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambarab umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya
selama faase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.

Faktor risiko pneumonia pada anak


1. Status gizi buruk, menempati urutan pertamam pada risiko pneumonia pada anak balita,
dengan tiga kriteria antopometri yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Status gizi yang buruk dapat
menurunkan pertahanan tubuh baik sistemik maupun lokal juga dapat mengurangi efektifitas
barier dari epitel serta respon imun dan reflek batuk.
2. Status ASI buruk, anak yang tidak mendapat ASI yang cukup sejak lahir ( kurang 4 bulan)
mempunyai risiko lebih besar terkena pneumonia. ASI merupakan makanan paling penting
bagi bayi karena ASI mengandung protein, kalori, dan vitamin untuk pertumbuhan bayi. ASI
mengandung kekebalan penyakit infeksi terutama pneumonia.
3. Status vitamin A, pemberian vitamin A pada anak berpengaruh pada sistem imun dengan
cara meningkatkan imunitas nonspesifik, pertahanan integritas fisik, biologik, dan jaringan
epitel. Vitamin A diperlukan dalam peningkatan daya tahan tubuh, disamping untuk
kesehatan mata, produksi sekresi mukosa, dan mempertahankan sel-sel epitel.
4. Riwayat imunisasi buruk atau tidak lengkap, khususnya imunisasi campak dan DPT.
Pemberian imunisasi campak menurunkan kasusu pneumonia, karena sebagian besar
penyakit campak menyebabkan komplikasi dengan pneumonia. Demikian pula imunisasi
DPT dapat menurunkan kasus pneumonia karena Difteri dan Pertusis dapat menimbulkan
komplikasi pneumonia.
5. Riwayat wheezing berulang, anak dengan wheezing berulang akan sulit mengeluarkan nafas.
Wheezing terjadi karena penyempitan saluran nafas (bronkus), dan penyempitan ini
disebabkan karena adanya infeksi. Secara biologis dan kejadian infeksi berulang ini
menyebabkan terjadinya destruksi paru, keadaan ini memudahkan pneumonia pada anak.
6. Riwayat BBLR, anak dengan riwayat BBLR mudah terserang penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh rendah, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi termasuk pneumonia.
7. Kepadatan penghuni rumah, rumah dengan penghuni yang padat meningkatkan risiko
pneumonia dibanding dengan penghuni sedikit. Rumah dengan penghuni banyak
memudahkan terjadinya penularan penyakit dsaluran pernafasan.
8. Status sosial ekonomi, ada hubungan bermakna antara tingkat penghasilan keluarg dengan
pendidikan orang tua terhadap kejadian pneumonia anak.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di atas 2,5
g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong
diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
2. Pemeriksaan mikrobiologik
a. spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
c. Spesimen: darah atau urin.
d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination,
atau latex coagulation.
4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap mikroorganisme
penyebab pneumonia.
a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan
sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau
konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran
konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus
atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang terdapat
adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit.
Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai
keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya penekanan
(65%), < 20% mengenai kedua paru.

Terapi
1. Perhatikan hidrasi.
2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.
3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan
berlebihan.
4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.
5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis
pengukuran pulse oksimetri.
6. Pengobatan antibiotik:
a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil
prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10
hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi.
b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin.
c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal
sefatoksim.
d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya
resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.
e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M.
Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi
antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan
compliance dan efficacy.
f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan
mempenetrasi jaringan lebih baik.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi,
nyeri.
3. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Risiko tinggi infeksi b.d adanya organisme infektif.
5. Nyeri b.d proses inflamasi
6. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit).
7. Perubahan proses keluarga b.d penyakit dan atau hospitalisasi anak.
Rencana asuhan keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Klien menunjukkan  Beri posisi yang nyaman  Mengurangi stres pada
fungsi pernafasan  Posisikan untuk ventilasi anak dan anak dapat
normal. yang maksimum beristirahat
Kriteria hasil: (pertahankan peninggian  Untuk mempertahankan
pernafasan tetap dalam kepala sedikitnya 30 terbuka jalan nafas.
batas normal, derajat)  Untuk menghindari
pernafasan tidak sulit,  Periksa posisi anak penekanan diafragma.
anak istirahat dan tidur dengan sering, untuk  Pakaian yang ketat
dengan tenang. memastikan bahwa anak menghambat
NOC: Perpiratory: tidak merosot. perkembangan nafas.
airways patency,  Hindari pakaian atau  Untuk meningkatkan
respiratory status: gedong yang terlalu keadekuatan oksigen.
ventilasi. Status vital ketat.  Relaksasi dapat
sign.  Tingkatkan istirahat dan mengurangi
NIC: Mechanical tidur dengan penjadualan kecemasan.
ventilatory weaning. yang tepat.  Pendidikan kesehatan
 Dorong teknik relaksasi. dapat meningkatkan
 Ajarkan pada anak dan pengetahuan tentang
keluarga tentang teknik meningkatkan
tindakan yang kepatenan jalan nafas.
mempermudah upaya
pernafasan (misal:
pemberian posisi yang
tepat).
2 Klien dapar  Posisikan anak pada  Memungkinkan
mempertahankan jalan kesejajaran tubuh yang ekspansi paru yang
nafas paten. tepat. lebih baik dan
Kriteria hasil: jalan  Hisap sekresi jalan nafas perbaikan pertukaran
nafas tetap bersih, anak sesuai kebutuhan. gas, serta mencegah
bernafas dengan  Bantu anak dalam aspirasi sekresi.
mudah, pernafasan mengeluarkan sputum.  Untuk membersihkan
dalam batas normal.  Beri ekspektoran sesuai jalan nafas akibat
NOC: Status respirasi: ketentuan. hipersekresi.
kepatenan jalan nafas.  Lakukan fisioterapi dada.  Sputum yang keluar
NIC: airways  Puasakan anak. akan mengurangi efek
suctioning
 Berikan penatalaksanaan hambatan jalan nafas.
nyeri yang tepat.  Ekspektoran obat untuk
 Bantu anak dalam mengencerkan dahak
menahan atau membebat sehingga sputum dapat
area insisi atau cedera dikeluarkan.
 Fisioterapi dada
membantu
mengeluarkan sputum
 Untuk mencegah
aspirasi cairan (pada
dengan takipnea hebat).
 Pengurangan nyeri
mengurangi kebutuhan
oksigen.
 Untuk memaksimalkan
efek batuk dan
fisioterapi dada.
3 Klien mempertahankan  Kaji tingkat toleransi  Tujuannya agar
tingkat energi yang anak. aktivitas anak sesuai
adekuat.  Bantu anak dalam dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: anak aktivitas hidup sehari-  Agar tidak terjadi
mentoleransi hari yang mungkin penggunaan energi
peningkatan aktivitas. melebihi toleransi. yang berlebihan.
NOC: endurance  Berikan aktivitas  Untuk mencegah anak
NIC: Menejemen pengalihan yang sesuai dari rasa bosan, dan
energi. dengan usia, kondisi, untuk stimulasi tumbuh
kemampuan, dan minat kembang.
anak.  Untuk menjaga
 Beri periode istirahat dan keseimbangan
tidur yang sesuai dengan oksigenasi dan
usia dan kondisi. mengurangi konsumsi
 Instruksikan anak untuk oksigen yang
beristirahat jika lelah. berlebihan.
 Untuk mencegah
penggunaan oksigen
yang berlebihan.

4 Klien tidak  Pertahankan lingkungan  Mencegah terjadi


menunjukkan tanda- aseptik, dengan potensial komplikasi
tanda infeksi sekunder. menggunakan kateter infeksi nosokomial.
Kriteria hasil: anak penghisap steril dan  Untuk mencegah
menunjukkan bukti teknik mencuci tangan penyebaran infeksi
penurunan gejala yang baik. nosokomial.
infeksi.  Isolasi anak sesuai  Untuk mencegah atau
NOC: Risk contol dan indikasi. mengatasi infeksi.
status imun.  Beri antibiotik sesuai  Untuk mendukung
NIC: Kontrol infeksi ketentuan. pertahanan tubuh alami.
dan perlindungan  Berikan diit bergizi  Membantu mengurangi
infeksi. sesuai kesukaan anak sputum yang ada di
dan kemauan untuk dalam dada.
mengkonsumsi nutrisi.
 Ajarkan fisioterapi dada
yang baik.
5 Klien tidak mengalami  Lakukan strategi  Teknik-teknik seperti
nyeri atau penurunan nonfarmakologis untuk relaksasi, nafas dalam,
nyeri/ketidaknyamanan membantu anak dan distraksi dapat
sampai tingkat yang mengatasi nyeri. membuat nyeri dapat
dapat diterima oleh  Rencanakan untuk lebih ditoleransi.
anak. memberikan analgesik  Maksudnya agar efek
Kriteria hasil: anak yang ditentukan puncaknya tepat dengan
tidak mengalami nyeri sebelum prosedur. kejadian nyeri.
atau tingkat nyeri  Berikan analgesik  Untuk menghindari
dapat diterima dengan dengan rute traumatik nyeri tambahan.
baik. yang paling kecil jika Hindari injeksi i.m atau
NOC: Level mungkin. i.sc.
kenyamanan.  Gunakan strategi yang  Untuk memudahkan
NIC: Conscious dikenal anak atau pembelajaran anak dan
sedation. gambarkan beberapa penggunaan strategi
strategi dan biarkan toleransi nyeri.
anak memilih salah  Karena orang tua
satunya. adalah orang yang
 Libatkan rang tua dalam paling mengetahui
pemilihan strategi. anaknya.
 Ajarkan anak untuk  Karena pendekatan ini
menggunakan strategi tampak paling efektif
nonfarmakologis pada nyeri ringan.
khusus sebelum terjadi  Karena pelatihan
nyeri atau sebelum mungkin diperlukan
nyeri menjadi lebih untuk membantu anak
berat. berfokus pada tindakan
 Bantu atau minta yang diperlukan.
orangtua membantu
anak dengan
menggunakan stratei
selama nyeri aktual.
6 Klien mengalami  Jelaskan prosedur dan  Dengan pendidikan
penurunan rasa cemas. peralatan yang tidak kesehatan , klien akan
Kriteria hasil: Anak dikenal pada anak berkurang kecemasan
tidak menunjukkan dengan istilah yang dan disstres emosional,
tanda-tanda disstres sesuai dengan tahap dan dapat
pernafasan atau perkembangan. meningkatkan
ketidaknyamanan fisik.  Ciptakan hubungan kemampuan koping.
NOC: Kontrol anak dan orangtua.  Memberi rasa aman
kecemasan dan koping.  Tetap bersama anak pada anak karena
NIC: Penurunan selama prosedur. orangtua adalah orang
kecemasan.  Gunakan cara yang yang dikenal oleh anak.
tenang dan meyakinkan.  Menjadi suportif dan
 Beri kehadiran yang pendekatan untuk
sering selama fase akut mendukung
penyakit. komunikasi.
 Beri tindakan  Memberi rasa percaya
kenyamanan yang kepada anak dan
diinginkan anak (misal: menurunkan
mengayun, membelai, kecemasan.
musik).  Dukungan dapat
 Berikan objek membantu anak
kedekatan (misak: mengurangi kecemasan.
mainan keluarga,  Dapat meningkatkan
selimut, boneka). kenyamanan anak.
 Anjurkan perawatan  Objek kedekatan
yang berpusat pada memberikan rasa aman
keluarga dengan pada anak.
peningkatan kehadiran  Khadiran orangtua
orangtua dan bila memberikan rasa aman
mungkin, keterlibatan pada anak dan dapat
orangtua menurunkan kecemasan
anak.
7 Klien (keluarga)  Kenali kekuatiran dan  Untuk membuat
mengalami kebutuhan orangtua rencana pendidikan
pengurangan untuk informasi dan kesehatan yang tepat
kecemasan dan dukungan. bagi orangtua.
peningkatan  Gali perasaan orangtua  Untuk mengetahui
kemampuan untuk dan “masalah” sekitar kecemasan orangtua.
melakukan koping. hospitalisasi dan  Untuk mengurangi
Kriteria hasil: penyakit anak. kecemasan orangtua
Orangtua mengajukan  Jelaskan tentang terapi dan meningkatkan
pertanyaan yang tepat, dan perilaku anak. kemampuan koping
mendiskusikan kondisi  Beri dukungan sesuai orangtua.
dan perawatan anak kebutuhan.  Dukungan dapat
dengan tenang serta  Anjurkan perawatan mendorong
terlibat secara positif yang berpusat pada pembentukan koping
dalam perawatan anak. keluarga dan anjurkan yang positif.
NOC: Family anggota keluarga agar  Memberi rasa aman
functioning. terlibat dalam pada orangtua dan
NIC: family support, perawatan anak. membantu orangtua
teaching: disease membuat keputusan
process tentang terapi anaknya.

Anda mungkin juga menyukai